• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perubahan Iklim

Pemanasan global adalah meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi sebagai akibat meningkatnya jumlah emisi GRK di atmosfer. Menurut Rajaguguk dan Ridwan (2001) perubahan iklim global sebagai peristiwa naiknya intensitas efek rumah kaca yang terjadi karena adanya gas dalam atmosfer yang menyerap sinar panas yaitu sinar infra merah yang dipancarkan oleh bumi.

Kementerian Lingkungan Hidup (2001) mendefinisikan perubahan iklim adalah berubahnya kondisi fisik atmosfer bumi antara lain suhu dan distribusi curah hujan yang membawa dampak luas terhadap berbagai sektor kehidupan manusia. Perubahan fisik ini tidak terjadi hanya sesaat tetapi dalam kurun waktu yang panjang.

LAPAN (2002) mendefinisikan perubahan iklim adalah perubahan rata-rata salah satu atau lebih elemen cuaca pada suatu daerah tertentu. Sedangkan istilah perubahan iklim skala global adalah perubahan iklim dengan acuan wilayah bumi secara keseluruhan.

2.2 Penyebab Perubahan Iklim

Karbondioksida (CO₂) merupakan salah satu gas rumah kaca yang berfungsi sebagai perangkap panas di atmosfer. Belakangan ini konsentrasi CO₂meningkat tajam. Konsentrasi CO₂ di atmosfer meningkat drastis sejak dimulainya revolusi industri, berdasarkan pengukuran yang dilakukan Mauna Loa, CO₂ di atmosfer meningkat sekitar 31 % dari 288 ppm pada masa pra-revolusi industri menjadi 378 ppm pada tahun 2004 (Keeling dan Whorf 2004 dalam Heriansyah 2004).

Heriansyah (2004) menjelaskan bahwa penyebab utama peningkatan emisi karbon adalah pembakaran batu bara dan minyak bumi, dan diikuti dengan deforestasi yang akhir-akhir ini semakin meningkat. Sumber karbon terdiri atas kegiatan antropogenik dan alami. Sumber utama CO₂ adalah bahan organik yang terjadi akibat tindakan mikroorganisme, pertukaran gas di lautan, penebangan hutan, respirasi oleh hewan, tumbuhan dan manusia serta pembakaran bahan api.

(2)

Kegiatan antropogenik seperti penggunaan bahan bakar fosil, industri, dan transformasi lahan (penebangan dan pembukaan hutan) secara besar-besaran merupakan sumber utama emisi karbon maupun gas rumah kaca (Soedomo 2001 dalam Hariyadi 2005).

Brown (1997) menjelaskan bahwa hampir 50% dari biomassa vegetasi hutan tersusun atas unsur karbon. Sehingga apabila hutan digunduli atau ditebang, biomassa yang tersimpan di dalam pohon akan membusuk atau terurai dan menghasilkan gas CO₂, sehingga meningkatkan konsentrasi Gas Rumah Kaca (GRK) di atmosfer yang dipancarkan bumi. Meningkatnya GRK di atmosfer berbanding lurus dengan meningkatnya suhu di bumi. Hal ini akan berakibat pada perubahan kualitas lingkungan sehingga berdampak pada berubahnya iklim (perubahan iklim) dan timbulnya bencana di belahan dunia lain.

2.3 Langkah Penanggulangan Perubahan Iklim

CIFOR (2009) menjelaskan bahwa adaptasi perubahan iklim adalah tindakan penyesuaian oleh sistem alam atau manusia yang berupaya mengurangi kerusakan terhadap dampak yang ditimbulkan oleh perubahan iklim. Ketika iklim berubah, hutan dan manusia terpaksa harus terbiasa dengan perubahan curah hujan dan suhu udara yang terjadi secara perlahan serta menghadapi kejadian yang berkaitan dengan cuaca ekstrem seperti musim kering panjang dan banjir. Strategi adaptasi dapat membantu manusia dalam mengelola dampak perubahan iklim dan melindungi sumber penghidupan atau mata pencaharian mereka.

2.4 Rehabilitasi Hutan dan Lahan

Rehabilitasi hutan dan lahan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memulihkan, mempertahankan dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga daya dukung, produktivitas dan peranan sumberdaya hutan dalam mendukung sistem penyangga kehidupan terjaga. Kegiatan RHL agar hasilnya dapat optimal, maka pelaksanaan program harus didasarkan pada kesesuaian kondisi site spesifik biofisik dan penyelenggaraannya dilakukan melalui pendekatan partisipatif yang ditujukan untuk mengembangkan potensi dan memberdayakan masyarakat (Wibowo 2006).

(3)

Kegiatan rehabilitasi lahan di TNMB memiliki maksud dan sasaran untuk memulihkan areal bekas penjarahan dan lahan terbuka, serta mengurangi/menghentikan perambahan pada zona rimba dengan melibatkan masyarakat di sekitar kawasan sebagai pelaku kegiatan rehabilitasi (Balai TNMB 1999).

2.5 Manfaat Ekologi

Hutan adalah masyarakat tumbuh-tumbuhan yang dikuasai pohon-pohon dan mempunyai keadaan lingkungan yang berbeda dengan keadaan di luar hutan. Hubungan antara masyarakat tumbuh-tumbuhan hutan, margasatwa dan alam lingkungannya begitu erat sehingga hutan dapat dipandang sebagai suatu sistem ekologi atau ekosistem (Soerianegara dan Indrawan 1998).

Hutan adalah sumberdaya alam yang multifungsi, dalam kaitannya dengan efek pemanasan global hutan mengurangi kadar CO2 di udara dan memperangkapnya dalam bentuk biomassa hutan. Hutan klimaks ada dalam keseimbangan dinamik yang tidak lagi berfungsi mengurangi kadar CO2 (Kusmana et al 2004).

Heriansyah (2004) menjelaskan bahwa hutan mengabsorpsi CO2 selama proses fotosintesis dan menyimpannya sebagai materi organik tanaman. Banyaknya materi organik yang tersimpan dalam biomassa hutan per unit luas dan per unit waktu merupakan pokok dari produktivitas hutan. Produktivitas hutan merupakan gambaran kemampuan hutan dalam mengurangi emisi CO2 di atmosfer melalui aktivitas fisiologinya. Biomassa tegakan dihitung dengan menggunakan persamaan allometri terhadap seluruh tanaman dalam petak pengamatan dan kandungan karbon hutan merupakan 50% dari biomassa hutannya.

2.6 Manfaat Ekonomi

Lembaga Penelitian IPB (1986) menjelaskan bahwa hutan merupakan sumber kayu dan hasil lainnya, termasuk fungsi sebagai pelindung dari bahaya erosi. Selanjutnya dikatakan hutan mempunyai peranan penting bagi masyarakat terutama dalam hal meningkatkan pendapatan masyarakat.

(4)

Pendapatan adalah penerimaan bersih seseorang, baik berupa uang atau natura. Secara garis besar pendapatan dapat digolongkan menjadi tiga golongan Saefudin dan Marisa (1984) dalam Saefudin (2001):

1. Gaji dan upah

Merupakan imbalan yang diperoleh seseorang setelah melakukan pekerjaan untuk orang lain, perusahaan swasta atau pemerintah (di pasar tenaga kerja). 2. Pendapatan dari usaha sendiri

Merupakan nilai total hasil produksi dikurangi dengan biaya yang dibayar (baik dalam bentuk uang atau natura). Tenaga kerja keluarga dan nilai sewa kapital milik sendiri (tanah, ternak, alat pertanian, dan lain-lain) tidak diperhitungkan. Dengan demikian pendapatan dari usaha tani misalnya, merupakan penerimaan atas tenaga kerja keluarga dan manajemen (return to family labor, land and management).

3. Pendapatan dari sumber lain

Pendapatan yang diperoleh tanpa pencurahan tenaga kerja, antara lain menyewakan aset; ternak, rumah, dan barang lain, bunga uang, sumbangan dari pihak lain, pensiun.

Saefudin dan Marisa (1984) dalam Saefudin (2001) menjelaskan bahwa pendapatan rumah tangga merupakan total pendapatan dari setiap anggota rumah tangga dalam bentuk uang atau natura, yang diperoleh baik sebagai gaji atau upah, usaha rumah tangga atau sumber lain. Pendapatan rumah tangga diperoleh dari dua sumber, yaitu pendapatan rumah tangga yang diperoleh dari usaha sendiri baik usaha tani maupun usaha non-pertanian. Sumber yang kedua berasal dari curahan waktunya dalam pasar tenaga kerja atau berburuh.

Biro Pusat Statistik (1993) menyatakan pendapatan rumah tangga petani tidak hanya berasal dari usaha pertaniannya saja, tetapi juga berasal dari sumber-sumber lain di luar sektor pertanian, seperti perdagangan, jasa pengangkutan, industri pengolahan, dan lain-lain. Bahkan kadang penghasilan di luar usaha pertanian justru lebih besar daripada pendapatannya dari pertanian.

(5)

2.7 Persepsi

Persepsi merupakan proses akhir dari pengamatan yang diawali oleh proses penginderaan, yaitu proses diterimanya stimulus oleh alat indera, kemudian individu ada perhatian, lalu diteruskan ke otak, dan baru kemudian individu menyadari tentang sesuatu yang dinamakan persepsi. Dengan persepsi individu menyadari dapat mengerti tentang keadaan lingkungan yang ada di sekitarnya maupun tentang hal yang ada dalam diri individu yang bersangkutan (Sunaryo 2004)

Rahayuningsih (2008) menjelaskan bahwa sikap didefinisikan dalam tiga kategori, yaitu:

1. Berorientasi kepada respon

Sikap adalah suatu bentuk dari perasaan, yaitu perasaan mendukung atau memihak (favourable) maupun perasaan tidak mendukung (Unfavourable) pada suatu objek.

2. Berorientasi kepada kesiapan respon

Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu, apabila dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respon. Suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif untuk menyesuaikan diri dari situasi sosial yang telah terkondisikan.

3. Berorientasi kepada skema triadik

Sikap merupakan konstelasi komponen-komponen kognitif, afektif, dan konatif yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan, dan berperilaku terhadap suatu objek di lingkungan sekitarnya.

(6)

BAB III

KONDISI UMUM LOKASI

3.1 Sejarah Zona Rehabilitasi

1931 – 1938 Hutan Lindung Meru Betiri, berdasarkan keputusan Besluit van Den, Direktur Landbouw Neverheiden Handel, No. 7347/B tanggal 29 Juli 1931 dan Besluit Directur van Economische Zaken No. 5751 tanggal 28 April 1938.

1972 Suaka margasatwa, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 267/Kpts/Um/7/1972 tanggal 6 Juni 1972 untuk melindungi harimau jawa (Panthera tigris sondaica).

1982 Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 736/Kpts/Mentan/X/1982 di Kongres Taman Nasional Sedunia III di Denpasar, Bali. Sebelumnya telah dilakukan perluasan kawasan dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 529/Kpts/Um/7/1982 tanggal 21 Juli 1982.

1997 Taman nasional, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 277/Kpts-VI/1997 tanggal 23 Mei 1997.

1999 Zona rehabilitasi, salah satu zonasi di Taman Nasional Meru Betiri berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam No. 185/Kpts/DJ-V/1999 tanggal 13 Desember 1999.

3.2 Kondisi Fisik Lokasi Penelitian

Daerah pemukiman padat penduduk seperti Desa Sanenrejo dan Desa Wonoasri, merupakan desa terdekat dengan kawasan penyangga TNMB. Kedua desa tersebut berada di Wilayah Kecamatan Tempurejo, jarak antara desa-desa ini sekitar 500 m dari taman nasional. Sedangkan luas masing-masing desa untuk lokasi kajian disajikan pada Tabel 1. Kondisi geografis di lokasi kajian mempunyai topografi gelombang, berbukit dengan variasi dataran rendah pantai sampai pegunungan dengan ketinggian 1.223 m dpl. Desa kajian beriklim C dan mempunyai curah hujan 2.300 – 4.000 mm pertahun dengan rata-rata bulan kering

(7)

4 bulan dan bulan basah 7 bulan. (Hasil survei Seidenticker tahun 1976 dalam laporan BP DAS Sampean–Madura 2002).

Tabel 1 Luas desa penelitian

No. Nama Desa Luas Total (km²)

1 Desa Sanenrejo 8,89

2 Desa Wonoasri 6,18

Sumber: Monografi Desa Sanenrejo dan Desa Wonoasri tahun 2002

Tabel 2 menggambarkan jenis, luas dan rata-rata kepemilikan lahan yang ada di lokasi penelitian. Luas penguasaan lahan petani relatif sempit dan hal ini akan mempengaruhi tingkat pendapatan dan usahatani yang mereka lakukan, ini terlihat pada Tabel 2 bahwa kepemilikan rata-rata petani di kawasan penyangga TNMB seluas kurang dari 1 ha/kk. Pada dasarnya pemanfaatan lahan di kawasan penyangga bertentangan dan melanggar hukum, namun desakan ekonomi masyarakat sekitar kawasan penyangga telah membuat mereka terpaksa melakukannya.

Tabel 2 Jenis, luas dan rata-rata kepemilikan lahan per kk di desa penelitian

No. Nama Desa

Tipe Lahan Jumlah (ha) Rata-Rata Kepemilikan Lahan (ha/kk) Sawah (ha) Pekarangan (ha) Tegal (ha) 1 Sanenrejo 175,65 87,05 180,12 442,82 0,30 2 Wonoasri 205 127,20 248,37 580,57 0,23

Sumber: Monografi Desa Sanenrejo dan Desa Wonoasri tahun 2002

3.3 Keanekaragaman Hayati

Taman Nasional Meru Betiri merupakan habitat tumbuhan langka yaitu bunga raflesia (Rafflesia zollingeriana), dan beberapa jenis tumbuhan lainnya seperti bakau (Rhizophora sp.), api-api (Avicennia sp.), waru (Hibiscus tiliaceus), nyamplung (Calophyllum inophyllum), rengas (Gluta renghas), bungur (Lagerstroemia speciosa), pulai (Alstonia scholaris), bendo (Artocarpus elasticus), dan beberapa jenis tumbuhan obat-obatan.

Taman Nasional Meru Betiri juga memiliki potensi satwa dilindungi yang terdiri dari 29 jenis mamalia, dan 180 jenis burung. Satwa tersebut diantaranya banteng (Bos javanicus javanicus), kera ekor panjang (Macaca fascicularis), macan tutul (Panthera pardus melas), ajag (Cuon alpinus javanicus), kucing hutan (Prionailurus bengalensis javanensis), rusa (Cervus timorensis russa),

(8)

bajing terbang ekor merah (Iomys horsfieldii), merak (Pavo muticus), penyu belimbing (Dermochelys coriacea), penyu sisik (Eretmochelys imbricata), penyu hijau (Chelonia mydas), dan penyu ridel/lekang (Lepidochelys olivacea).

3.4 Kondisi Sosial Ekonomi Lokasi Penelitian 3.4.1 Jumlah penduduk

Penduduk di desa penelitian merupakan campuran dari suku Jawa dan Madura, Desa Sanenrejo dan Desa Wonoasri tampak dominan suku Jawa (80%). Jumlah penduduk desa di lokasi penelitian berdasarkan Tabel 3 berjumlah 13.532 jiwa, terdiri atas 6.794 jiwa laki-laki dan 6.738 jiwa perempuan. Rata-rata tiap keluarga terdiri dari empat jiwa. Ini mengartikan bahwa Desa Sanenrejo mempunyai jumlah penduduk paling banyak, yang memungkinkan mempunyai sumberdaya manusia paling tinggi.

Tabel 3 Jumlah penduduk, seks rasio, jumlah kk dan rata-rata keluarga

No. Nama Desa

Jenis Kelamin (Jiwa) Jumlah (Jiwa) Seks Rasio Jumlah KK Rata-Rata Tiap Keluarga (Jiwa) Pria Wanita 1 Sanenrejo 2881 2978 5859 96,74 1498 4 2 Wonoasri 3913 3760 7673 104,07 2558 3

Sumber: Monografi Desa Sanenrejo dan Desa Wonoasri tahun 2002

3.4.2 Pendidikan

Data mengenai aspek pendidikan seperti tertera dalam Tabel 4 menunjukkan bahwa masih sangat banyat penduduk yang memiliki pendidikan rendah. Fasilitas penyelenggaraan pendidikan pada lokasi penelitian masih sangat terbatas yakni hanya tingkat SLTP, sedangkan untuk menempuh pendidikan yang lebih tinggi masyarakat harus keluar desa yang jaraknya sangat jauh dan biasanya anak-anak yang menempuh pendidikan tingkat SLTP dan SLTA harus menyewa tempat. Ini menunjukan bahwa fasilitas penyelenggaraan pendidikan di lokasi penelitian masih sangat kurang, sehingga perlu didirikan sekolah-sekolah yang lebih tinggi seperti tingkat SLTP dan SLTA di sekitar lokasi penelitian.

(9)

Tabel 4 Tingkat pendidikan masyarakat

No. Nama Desa

Tingkat Pendidikan (Jiwa)

SD SLTP SLTA Sarjana

1 Sanenrejo 1734 289 156 13

2 Wonoasri 5377 290 99 5

Sumber: Monografi Desa Sanenrejo dan Desa Wonoasri tahun 2002

3.4.3 Mata pencaharian

Jenis mata pencaharian masyarakat di lokasi penelitian seperti ditunjukan dalam Tabel 5. Sebagian besar petani adalah petani lahan basah. Disamping mata pencaharian utama tersebut, masyarakat mulai membudidayakan tanaman empon-empon yang bahan bakunya mengambil dari hutan yang selanjutnya dibuat jamu dan dipasarkan di sekitar desa dan keluar desa.

Tabel 5 Jenis mata pencaharian masyarakat

No. Nama Desa PNS/

ABRI Keb/ Swasta Peda-gang Tukang Buruh

Tani Petani Nelayan

Lain- Lain

1 Sanenrejo 42 143 308 109 1906 3265 - 8

2 Wonoasri 64 457 114 97 2467 3473 - 901

Gambar

Tabel 4  Tingkat pendidikan masyarakat  No.  Nama Desa

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh sistem pendeteksi formalin dalam bahan pangan menggunakan sensor berbahan polimer. Metode yang digunakan dalam penelitian

Untuk mengetahui apakah suatu rekayasa sudah cukup efektif, diperlukan suatu pengukuran sebagai patokan selain visual, yaitu waktu tempuh pada sebuah ruas jalan, permasalahan terse-

Perlu dilakukan pengkajian kembali sistem jaringan distribusi oleh PDAM seperti survei untuk mengetahui penyebab kehilangan tinggi tekanan air terhadap

Pada makalah ini menjelaskan mengenai bukti teorema ketunggalan titik tetap pada

Pembimbing penulisan skripsi saudara Rudi Wahyudi, NIM: 20402108078, Mahasiswa Jurusan/Program Studi Pendidikan Matematika pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN

1) Bagi peneliti dapat mengetahui dan mengembangkan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) sehingga terbiasa melakukan inovasi dalam proses

4) Peserta didik bertanya jawab tentang berbagai kemajuan yang dicapai umat Islam pada masa Utsman bin Affan RA 5) Peserta didik bertanya jawab tentang berbagai

Dalam game berjenis FPS biasanya pemain akan menggunakan mouse dan keyboard untuk mengendalikan karakternya, tetapi selain menggunakan kedua alat tersebut para pemain