• Tidak ada hasil yang ditemukan

1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Kantor Akuntan Publik (KAP) merupakan organisasi yang bergerak di bidang jasa. Jasa yang diberikan oleh KAP ini adalah jasa audit operasional, audit kepatuhan dan audit laporan keuangan. Pada saat perusahaan masih kecil, laporan keuangan hanya digunakan oleh pihak internal perusahaan untuk mengetahui hasil usaha dan posisi keuangannya. Pada kondisi seperti ini, kebutuhan profesi akuntan publik masih sangat rendah, karena pihak eksternal perusahaan belum memerlukan informasi yang dihasilkan oleh perusahaan. Tetapi ketika perusahaan tersebut menjadi perusahaan besar, kebutuhan akan akuntan publikpun meningkat. Ini diakibatkan karena pengelola dan pemilik sudah terpisah. Pemilik perusahaan hanya sebagai penanam modal. Sebagai penanam modal mereka berhak untuk mendapat laporan yang benar dan akurat berdasarkan prinsip akuntansi yang telah ditetapkan.

Dibutuhkan pihak yang independen yaitu Kantor Akuntan Publik (KAP) untuk meningkatkan kepercayaan para pengguna laporan karena selain pemilik perusahaan pihak eksternal juga memerlukan laporan yang benar dan akurat untuk pengambilan keputusan ekonomi. Standar audit diperlukan untuk menjadi acuan auditor independen dalam pelaksanaan audit dan penyusun laporannya. Standar auditing sebagai pertimbangan bagi auditor independen dalam pelaksanaan audit.

Pada standar umum auditing dinyatakan auditor berkewajiban menggunakan keahlian profesionalnya dengan cermat. Jika auditor tidak melakukan sesuai dengan standar audit yang ada maka ia dinyatakan melakukan pelanggaran hukum. Selain harus berlanggung jawab pada hukum, auditor juga harus bertanggung jawab terhadap profesinya dengan tidak melanggar kode etik profesi akuntan publik yang telah ditetapkan.

(2)

2

Menurut Mayangsari (2013:13), standar audit menetapkan kualitas kinerja dan seluruh tujuan yang akan dicapai dalam suatu laporan audit keuangan, dan terdiri dari standar umum, standar pekerja lapangan, dan standar pelaporan. Standar umum bersifat pribadi dan berkaitan dengan persyaratan auditor dan mutu pekerjaannya. Standar pekerjaan lapangan berkaitan dengan kriteria dan ukuran mutu kinerja akuntan publik dalam melakukan pekerjaan lapangan. Standar pelaporan berkaitan berkaitan dengan kriteria dan ukuran kinerja akuntan publik dalam melakukan pelaporan.

Untuk mengetahui kualitas audit pada KAP, peneliti mengambil objek penelitian yaitu auditor yang ada di Kantor Akuntan Publik wilayah Bandung. Alasan peneliti mengambil penelitian di Bandung karena memiliki jumlah KAP terbanyak ketiga di Indoensia setalah Jakarta dan Surabaya. Ada 29 KAP yang aktif di wilayah Bandung yang aktif sesuai data Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI) tahun 2015. Berikut ini perincian KAP di Bandung :

Tabel 1. 1 Daftar KAP Bandung NO Nama Kantor Akuntan Publik (KAP )

1 KAP Abubakar Usman dan Rekan 2 KAP Achmad, Rasyid, Hisbullah & Jerry 3 KAP AF. Rachman & Soetjipto

4 KAP Asep Rianita Manshur & Suharyono 5 KAP DRS. Atang Djaelani

6 KAP Drs. Dadi Muchidin

7 KAP Djoemara, Wahyudin & Rekan

8 KAP Doli, Bambang, Sulistyanto, Dadang & Ali 9 KAP Ekamasni, Bustaman & Rekan

10 KAP DRS. Gunawan Sudradjat

11 KAP Prof. Dr. H. TB Hasanuddin, Msc & Rekan 12 KAP Dr. H.E.R. Suhardjadinata & Rekan 13 KAP Heliantono & Rekan

14 KAP Drs. Jajat Marjat 15 KAP Jojo Sunarjo & Rekan

(3)

3 16 KAP Drs. Joseph Munthe, MS

17 KAP Drs. Karel & Widyarta

18 KAP Koesbandijah, Beddy Samsi & Setiasih 19 KAP Drs. La Midjan & Rekan

20 KAP Moch. Zainuddin, Sukmadi & Rekan 21 KAP Peddy HF. Dasuki

22 KAP Drs. R. Hidayat Effendy 23 KAP Risman & Arifin 24 KAP RoebiandiniI & Rekan 25 KAP Drs. Ronald Haryanto 26 KAP Sabar & Rekan 27 KAP Drs. Sanusi & Rekan

28 KAP Sugiono Poulus, SE, Ak, MBA 29 KAP Dra. Yati Ruhiyati

Sumber: www.iapi.or.id (2015)

1.2 Latar Belakang Penelitian

Pada beberapa tahun terakhir ini, peran auditor menjadi sorotan banyak pihak. Hal ini dikarenakan banyaknya skandal keuangan yang melibatkan akuntan publik. Skandal yang terjadi baik di luar negeri maupun dalam negeri telah memberikan dampak yang buruk pada pandangan masyarakat terhadap akuntan publik.

Akuntan publik merupakan pihak independen yang memiliki peran sebagai jembatan kepercayaan kepada publik, dan menjamin kualitas pelaporan keuangan telah disajikan secara wajar. Namun kenyataannya banyak akuntan publik yang terlibat skandal keuangan sehingga tidak memperhatikan kualitas auditnya. Kualitas audit menjadi harapan bagi pengguna jasa audit terutama publik atau pemegang saham yang menaruh laporan keuangan yang bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan. Nyatanya dengan banyaknya kasus keuangan mengabkibatkan kualitas audit semakin diragukan (Rosnidah, 2010).

(4)

4

Standar audit digunakan oleh auditor sebagai pertimbangan dalam pelaksanaan audit dan laporan auditmya. Pada standar pelaporannya, auditor diharuskan untuk menyatakan suatu pendapat mengenai apakah laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi. Dari hasil laporan tersebut, para pemegang saham, kreditur, pemerintah, dapat mengambil sebuah keputusan ekonomi.

Profesi akuntan publik bertanggungjawab terhadap kehandalan laporan keuangan perusahaan dalam melakukan audit. Semakin meluasnya kebutuhan jasa profesional akuntan publik, menuntut profesi akuntan publik untuk meningkatkan kinerjanya agar dapat menghasilkan audit yang dapat diandalkan, digunakan dan dipercaya kebenarannya bagi pihak yang berkepentingan. Seorang akuntan publik harus memperhatikan kualitas auditnya.

Menurut Mulyadi (2011), profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari profesi akuntan publik tersebut, masyarakat mengharapkan penilaian yang bebas dan tidak memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam laporan keuangan. Profesi akuntan publik bertanggung jawab meningkatkan keandalan laporan keuangan perusahaan, sehingga masyarakat memperoleh informasi keuangan yang handal sebagai dasar pengambilan keputusan.

Oleh karena itu auditor harus menghasilkan audit yang berkualitas sehingga dapat mengurangi ketidakselarasan yang terjadi antara pihak manajemen dan pemilik. Banyaknya kasus perusahaan yang “jatuh” kegagalan bisnis yang dikaitkan dengan kegagalan auditor, hal ini mengancam kredibilitas laporan keuangan. Berkualitas atau tidaknya pekerjaan auditor akan mempengaruhi kesimpulan akhir auditor dan secara tidak langsung akan mempengaruhi tepat atau tidaknya keputusan yang akan diambil oleh pihak luar perusahaan. Sehingga auditor dituntut rasa kebertanggungjawaban (akuntabilitas) dalam setiap melaksanakan pekerjaannya dan memiliki sikap profesional (Hanjani, 2014).

(5)

5 Rosnidah (2010) menggambarkan bahwa kualitas audit adalah pelaksanaan audit yang dilakukan sesuai standar. Sehingga auditor mampu mengungkapkan dan melaporkan apabila terjadi pelanggaran yang dilakukan klien.

Kualitas audit ini penting karena dengan kualitas audit yang tinggi maka akan dihasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya sebagai dasar pengambilan keputusan dalam Saripudin et.al(2012). Kurnia et.al (2014) mengungkapkan bahwa kualitas audit ditentukan oleh dua hal, yaitu kompetensi dan independensi. Berdasarkan definisi di atas, maka kesimpulannya adalah seorang auditor dalam menemukan pelanggaran atau salah saji harus memiliki kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian profesional. Seorang auditor harus mempunyai kemampuan pemahaman dan keahlian teknis. Dalam upaya peningkatan kualitas audit diperlukan adanya peningkatan kompetensi para auditornya, dengan pemberian pelatihan-pelatihan serta memberikan kesempatan bagi para auditor untuk mengikuti kursus atau peningkatan pendidikan profesi.

Kompetensi dapat diartikan keahlian profesional yang dimilki auditor sebagai hasil pendidikan formal, ujian profesional maupun dari pelatihan, seminar, simposium dan lain sebagainya (Suraida, 2005). Ada banyak faktor yang mempengaruhi kompetensi auditor, antara lain pengetahuan dan pengalaman. Untuk melakukan tugas pengauditan, auditor memerlukan pengetahuan pengauditan (umum dan khusus) dan pengetahuan dibidang auditing, akuntansi, dan industri klien. Standar Auditing yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) adalah sebagai berikut: a. Standar Umum

1) Latihan Teknis dan Kecakapan yang Memadai

Auditing harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki

keahlian dan pelatihan teknis cukup sebagai auditor. 2) Indepedensi Sikap Mental

Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, indepedensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.

(6)

6

3) Kecermatan dan Keseksamaan dalam Menjalankan Pekerjaan

Dalam pelaksanaan auditing dan penyusunan laporannya auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. b. Standar Pekerjaan Lapangan

1) Perencanaan yang Cukup dan Pengawasan yang Memadai

Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.

2) Memahami Struktur Pengendalian Intern

Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan auditing dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.

3) Memperoleh Bukti Kompeten yang Cukup

Bukti auditing kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diperiksa.

c. Standar Pelaporan

1) Laporan Keuangan disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi Keungan (SAK)

Laporan auditing harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang di terima umum di Indonesia.

2) Konsistensi Penerapan Standar Akuntansi Keuangan (SAK)

Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada, ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.

3) Pengungkapan yang Memadai

Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditing (audit

(7)

7 4) Pernyataan Pendapat

Laporan auditing harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksankan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor.

Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor.

a) Auditor harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup.

b) Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.

c) Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya (kompetensinya) dengan cermat dan seksama.

Sesuai dengan standar umum, auditor disyaratkan memiliki pengalaman kerja yang cukup dalam profesi yang ditekuninya, serta dituntut untuk memenuhi kualifikasi teknis dan berpengalaman dalam bidang industri yang digeluti kliennya (Arens et.al, 2008).

Halim (2008:49) menyatakan standar umum pertama menuntut kompetensi teknis seorang auditor yan melaksanakan audit. Kompetensi ini ditentukan oleh tiga faktor yaitu: 1) pendidikan formal dalam bidang akuntansi di suatu perguruan tinggi termasuk ujian profesi auditor; 2) pelatihan yang bersifat

(8)

8

praktis dan pengalaman dalam bidang auditing; dan 3) pendidikan profesional yang berkelanjutan selama menekuni karir auditor profesional.

Seorang auditor dalam melaksanakan audit tidak semata-mata bekerja untuk kepentingan kliennya, melainkan juga untuk kepentingan pihak lain yang mempunyai kepentingan atas laporan keuangan yang sudah diaudit. Semua ini dilakukan untuk dapat mempertahankan kepercayaan klien dan para pemakai laporan keuangan lainnya, Kompetensi auditor adalah auditor yang dengan pengetahuan dan pengalamannya yang cukup dan eksplisit dapat melakukan audit secara objektif, cermat dan sekasama. Dengan begitu auditor akan dapat menghasilkan kualitas audit yang tinggi. (Agusti dan Putri, 2013).

Mengingat peran auditor sangat dibutuhkan oleh kalangan di dunia usaha, maka auditor mempunyai kewajiban untuk menjaga standar perilaku etis mereka terhadap organisasi dimana tempat mereka bekerja, profesi mereka, dan diri mereka sendiri (Anni dalam Hanjani, 2014). Etika profesi adalah sarana untuk praktisi profesi mengendalikan diri (internal control) agar tetap menjaga profesionalitasnya. Etika profesi paling tidak menjaga praktisi profesi agar selalu ingat profesi adalah untuk kepentingan publik dan selalu ingat dengan sifat altruisme yang melekat pada profesi. Dengan etika profesi maka praktisi profesi diharapkan melaksanakan tugas profesi berdasarkan kecintaan dan tanggung jawab profesi, bukan karena ketakutan tuntutan hukum ataupun karena kehilangan reputasi dan Nama baik (IAI, 2015). Setiap auditor diharapkan memegang teguh etika profesi yang sudah ditetapkan Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI).

Peran etika auditor juga mempengaruhi kualitas audit. Kode etik juga sangat diperlukan karena dalam kode etik mengatur perilaku akuntan publik menjalankan praktik. Arens et.al (2008) mengatakan bahwa Behn et.al (1997) mengembangkan atribut kualitas audit salah satunya adalah standar etika yang tinggi. Dalam menghasilkan audit yang berkualitas, akuntan publik harus menyadari adanya tanggung jawab kepada publik, kepada klien, dan kepada sesama praktisi, termasuk perilaku terhormat, bahkan jika hal yersebut melakukan pengorbanan pribadi.

(9)

9 Berkenaan dengan hal di atas, salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kualitas audit adalah ketaatan auditor terhadap kode etik, yang terefleksikan oleh sikap independensi, obyektivitas, integritas dan lain sebagainya (Halim, 2008:29).

Namun dalam prakteknya terjadi beberapa penyimpangan dalam pelaksanaan audit. Auditor tidak mampu mendeteksi kesalahan laporan keuangan yang menunjukan Kantor Akuntan Publik belum menerapkan prinsip etika akuntan karena ada hal yang tertinggal dalam pemeriksaan dan menyebabkan hasil audit yang kualitasnya diragukan. Akhir-akhir ini terdapat fenomena menurunya kualitas audit. Pada beberapa kasus, auditor tidak dapat menemukan kecurangan dalam laporan keuangan atau kecurangan tersebut ditemukan oleh auditor tetapi tidak dilaporkan.

Fenomena terkait dengan kualitas audit salah satunya adalah kasus yang terjadi pada Hambalang menyebutkan Badan Pemeriksa Keuangan menduga telah terjadi pelanggaran standar akuntansi dalam laporan keuangan proyek Pusat Pendidikan Pelatihan dan Sekolah Olah Raga Nasional di Desa Hambalang. Permasalahan yaitu draft hasil pemeriksaan audit berbeda dengan laporan audit yang dikeluarkan. Laporan keuangan diaudit oleh KAP RSM AAH yang melakukan audit atas laporan keuangan konsolidasi Adhi Karya pada 2011. Menurut Ruki selaku ketua Tim Pemeriksa Audit Investigasi oleh BPK menyebutkan bahwa pada laporan audit pertama ada diagram yang menggambarkan aliran dana proyek Hambalang yang melibatkan Kementerian Olahraga serta sejumlah perusahaan kontraktor dan subkontraktor seperti Adhi Karya, Wijaya Karya, dan Duta Sari Citra Laras.

Ternyata didalam bagian kesimpulan laporan audit investigasi Hambalang tidak ada nama-nama yang seharusnya tercantum, yakni Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Mallarangeng (AM), Manajemen dari Adhi Karya, Wijaya Karya dan Duta Sari Citra Laras. Menurut Ruki, sebagai Menteri, AM tentu mengetahui banyak tentang proyek Hambalang sehingga harus bertanggung jawab atas terjadinya berbagai penyimpangan dalam proyek tersebut. Selain itu BPK menemukan penyimpangan antara lain surat palsu terkait tanah untuk

(10)

10

proyek itu, penggelembungan dana proyek dari sekitar Rp 200 Milyar menjadi Rp 2,40 Triliun yang tidak sesuai spesifikasi dan peruntukannya, perubahan penganggaran proyek menjadi tahun jamak, dan mengalirnya uang muka proyek ke sejumlah perusahaan kontraktor. Berdasarkan kasus tersebut Ruki menyebut adanya sejumlah kemungkinan. Pertama tim auditor tidak memiliki bukti-bukti keterlibatan Menpora dan perusahaan kontraktor tersebut dalam penyelewengan dana proyek Hambalang. Namun, kemungkinan ini sangat kecil mengingat pada berkas hasil pemeriksaan sudah ditemukan indikasi keterlibatan mereka. Kemungkinan kedua, adanya intervensi dari pihak-pihak tertentu terhadap para auditor namun belum diketahui siapa pihak yang mengintervensi dan siapa pihak yang diintervensi. (www.nasional.news.viva.co.id , 24 Agustus 2013).

Beradasarkan dari kasus tersebut KAP RSM AAH tidak dapat menemukan adanya surat palsu terkait tanah dan penggelembungan dana proyek dan kemungkinan tim auditor tidak memiliki bukti-bukti keterlibatan Menpora dan perusahaan kontraktor tersebut dalam penyelewengan dana proyek Hambalang. Sedangkan pada audit investigasi oleh BPK dapat mengungkap temuan tersebut. Sehingga sangat jelas adanya bukti-bukti yang tidak diungkapkan dalam laporan auditnya. Akuntan publik tidak mampu mengungkapkan adanya temuan yang terjadi pada kasus tersebut, sehingga kualitas audit yang dihasilkan rendah dan sikap independensi akuntan publik diragukan karena adanya hal tersebut.

Selain itu, pada kasus selanjutnya, Biasa Sitepu diduga kuat terlibat dalam kasus korupsi pada kredit macet Rp 52 Milyar untuk pengembangan usaha Prusahaan Raden Motor pada tahun 2010. Keterlibatan itu karena Biasa Sitepu tidak membuat empat kegiatan data laporan keuangan milik Raden Motor yang seharusnya ada dalam laporan keuangan yang diajukan ke BRI sebagai pihak pemberi pinjaman. Empat kegiatan data laporan keuangan tersebut tidak disebutkan apa saja akan tetapi hal itu telah membuat adanya kesalahan dalam laporan keuangan perusahaan tersebut. Sehingga dalam hal ini terjadilah

(11)

11 kesalahan dalam proses kredit dan ditemukan dugaan korupsi. Biasa Sitepu seharusnya menjalankan tugas dengan berdasar pada etika profesi yang ada. Ada lima aturan etika yang telah ditetapkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia-Kompartemen Akuntan Publik (IAI-KAP). Lima aturan etika itu meliputi : 1) independensi, integritas, dan obyektivitas; 2)standar umum dan prinsip akuntansi; 3) tanggung jawab kepada klien; 4) tanggung jawab kepada rekan seprofesi; dan 5) tanggung jawab dan praktik lain. Aturan etika ini harus diterapkan oleh anggota IAI-KAP dan staf profesional (baik anggota IAI-KAP maupun yang bukan anggota IAI-KAP) yang bekerja pada satu Kantor Akuntan Publik (KAP). Biasa Sitepu dalam menjalankan tugasnya harus mempertahankan integritas dan obyektivitas, harus bebas dari benturan kepentingan (conflict of interest) dan tidak boleh membiarkan faktor salah saji material (material misstatement) yang diketahuinya atau mengalihkan pertimbangannya kepada pihak lain. (Sumber: Kompas.com diakses pada tanggal 6/11/2015 20:30 WIB).

Pada kasus berikutnya, Pimpinan puncak Toshiba Corporation terlibat secara "sistematis" dalam skandal penggelembungan keuntungan perusahaan sebesar 1,2 miliar dollar AS selama beberapa tahun. Tim independen yang dibentuk Toshiba mengatakan bahwa hal tersebut menyengat salah satu perusahaan Jepang yang paling terkenal itu. Presiden dan CEO Toshiba Corporation Hisao Tanaka dan pendahulunya, yang kini menjadi Wakil Komisaris Utama Toshiba Corporation, Norio Sasaki, diharapkan untuk mengundurkan diri setelah tim peneliti menemukan penyimpangan pencatatan keuntungan perusahaan dari tahun 2008.

Terbongkarnya skandal laporan keuangan Toshiba ini bermula dari panel independen yang ditunjuk Toshiba mengatakan bahwa perusahaan dengan sengaja mengerek laba operasional mereka dengan total mencapai 151,8 miliar yen atau setara dengan US$ 1,22 miliar. Jika dihitung secara kasar, laba tersebut lebih tinggi tiga kali lipat dari estimasi awal Toshiba.

"Terbongkar bahwa ada perhitungan yang tidak sesuai dan berlangsung untuk waktu yang cukup lama. Kami benar-benar minta maaf karena menyebabkan masalah serius ini bagi pemegang saham dan pemilik saham lainnya," demikian pernyataan

(12)

12

resmi Toshiba. "Karena skandal ini, Hisao Tanaka, presiden kami, dan Norio Sasaki, wakil direktur kami, akan mengundurkan diri hari ini (21/7)," jelas Toshiba.

Tanaka di hadapan media mengungkapkan bahwa pihaknya bertanggungjawab dengan serius atas permasalahan yang terjadi. Ke depannya, Toshiba harus membangun struktur baru sebagai langkah reformasi. (Sumber: Kontan.co.id diakses pada tanggal 27/07/2016 12:45 WIB).

Pada kasus tersebut auditor tidak mentaati prinsip etika yang seharusnya dilakukan sehingga terjadi skandal keuangan pada kasus tersebut, salah satunya adalah tanggung jawab profesi, kepentingan publik dan integritas. Seharusnya auditor profesional dalam setiap kegiatan yang dilakukan untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik sehingga setiap anggota harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin.

Kasus-kasus tersebut menunjukkan kurangnya kualitas audit, laporan keuangan yang berguna bagi pembuatan keputusan adalah laporan keuangan yang berkualitas. Oleh sebab itu, kualitas audit merupakan hal yang sangat penting untuk dihasilkan oleh auditor dalam melakukan pengauditan, Halim (2008:59).

Akuntan publik pada suatu entitas diharapkan dapat mendeteksi kejanggalan-kejanggalan dalam laporan keuangan klien, yang pada akhirnya mampu mengemukakan kecurangan yang mungkin dilakukan oleh pihak manajemen dan menghindarkan principal dari kerugian sebagai pemilik dana dalam entitas. Namun, hal ini terkadang bertolak belakang dengan fakta yang ada dilapangan. Auditor ditunjuk oleh klien (manajemen) untuk melakukan audit, namun disisi lain, jasa audit dibayar dan ditanggung klien (manajemen). Mekanisme kelembagaan inilah yang menyebabkan munculnya keterikatan auditor pada klien baik secara emosional terkait kompetensinya dan etika auditor dalam menjalankan profesinya. Sehingga berimbas pada kualitas audit yang dihasilkannya. Karena dalam kualitas audit yang baik akan dihasilkan laporan auditan yang mampu menyajikan temuan dan melaporkan dengan sesungguhnya kondisi keuangan klien.

(13)

13 Beberapa penelitian terdahulu juga menyimpulkan bahwa kompetensi dan etika auditor berpengaruh terhadap kualitas audit baik secara parsial maupun simultan. Penelitian yang dilakukan Winda Kurnia dan Khomsiyah (2014) menyatakan bahwa kompetensi, independensi, tekanan waktu, dan etika auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Sedangkan pada penelitian Putu Ratih dan Dyan Yuniartha (2013) melakukan penelitian tentang kompetensi, independensi, dan time budget pressure terhadap kualitas audit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kualitas audit, independensi berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kualitas audit, dan time budget pressure berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap kualitas audit.

Andi dan Tjahjanulin (2015) melakukan penelitian tentang empat hal yang dianggap mempunyai hubungan dengan kualitas audit yaitu: (1) kompetensi,semakin berkompeten seorang auditor maka semakin berkualitas hasil pemeriksaannya; (2) independensi, semakin tinggi tingkat independensi auditor maka semkin berkualitas hasil pemeriksaannya; (3) obyektivitas, semakin obyektiv seorang auditor maka semakin berkualitas hasil pemeriksaannya; (4) kompleksitas tugas, semakin kompleks tugas auditor maka semakin menurun kualitas hasil pemeriksaannya; dan (5) integritas, semakin berintegritas seorang auditor maka semakin berkualitas hasil pemeriksaannya. Kemudian Futri dan Juliarsa (2014) yang menyatakan pengalaman, profesionalisme dan independensi tidak berpengaruh terhadap kualitas audit, namun pengetahuan dan etika profesi berpengaruh terhadap kualitas audit.

Penelitian ini mengkombinasikan penelitian yang dilakukan oleh Winda Kurnia dan Khomsiyah (2014), Putu Ratih dan Dyan Yuniartha (2013), Andi dan Tjahjanulin (2015), dan Futri dan Juliarsa (2014).Perbedaan penelitian ini dari penelitian sebelumnya terletak pada variabel yang digunakan yaitu kompetensi dan etika auditor, serta objek penelitiannya adalah auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik di Bandung.

(14)

14

Atas dasar latar belakang diatas, maka peneliti mengangkat judul “Pengaruh Kompetensi dan Etika Auditor Terhadap Kualitas Audit (Studi kasus pada Kantor Akuntan Publik di kota Bandung)”.

1.3 Perumusan Masalah

Kepuasan klien merupakan tujuan dari para akuntan publik. Agar hal tersebut dapat terealisasi seorang auditor harus dapat mempertahankan dan meningkatkan kompetensinya. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah menambah pengalaman dan melakukan keahlian yang dimiliki dengan benar dan tepat, serta menjaga kode etik profesi akuntan publik sesuai dengan standar yang berlaku di Indonesia yaitu International Standards on Auditing (ISA) agar kepentingan pemilik perusahaan dan pihak eksternal dapat terpenuhi.

Walaupun terkadang dalam praktiknya auditor telah melakukan tugasnya dengan baik, perusahaan yang diaudit malah melakukan kecurangan secara sengaja dan menutupi kesalahannya demi mendapatkan opini yang akan membuat para pemakai laporan tersebut beranggapan bahwa perusahaan berada dalam kondisi yang baik. Dan pada beberapa kasus yang terjadi auditor justru bekerjasama dalam melakukan kecurangan tersebut. Hal ini tentu bertentangan dengan International Standards on Audit (ISA) dan dapat berdampak pada penurunan kualitas audit.

1.4 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, dengan demikian pertanyaan penelitian ini sebagai berikut :

1) Bagaimana pengaruh kompetensi auditor, etika auditor dan kualitas audit pada Kantor Akuntan Publik di Bandung tahun 2010-2014? 2) Seberapa besar pengaruh kompetensi auditor dan etika auditor secara

simultan terhadap kualitas audit pada Kantor Akuntan Publik di Bandung tahun 2010-2014?

(15)

15 3) Seberapa besar pengaruh parsial dari variabel-variabel sebagai berikut:

a) Seberapa besar pengaruh kompetensi auditor secara parsial terhadap kualitas audit pada Kantor Akuntan Publik di Bandung tahun 2010-2014?

b) Seberapa besar pengaruh etika auditor secara parsial terhadap kualitas audit pada Kantor Akuntan Publik di Bandung tahun 2010-2014?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari perumusan masalah dan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut :

1) Menganalisis kompetensi auditor, etika auditor dan kualitas audit pada Kantor Akuntan Publik yang ada di Bandung.

2) Untuk mengetahui besarnya pengaruh kompetensi dan etika auditor secara simultan terhadap kualitas audit.

3) Untuk mengetahui besarnya pengaruh secara parsial dari :

a) Untuk mengetahui besarnya pengaruh kompetensi auditor terhadap kualitas audit.

b) Untuk mengetahui besarnya pengaruh etika auditor terhadap kualitas audit.

1.6 Manfaat penelitian

Suatu penelitian haruslah memiliki manfaat, baik itu manfaat teoritis maupun manfaat praktis. Manfat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.6.1 Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi mengenai kompetensi dan etik auditor serta hubungannya dengan kualitas audit.

(16)

16

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian mengenai kompetensi dan etika auditor, khususnya yang berkaitan dengan variabel kualitas audit.

1.6.2 Manfaat Praktis

a. Dapat bermanfaat bagi Kantor Akuntan Publik khususnya para auditor untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kompetensi dan etika auditor terhadap kualitas audit sehingga kualitas audit yang dihasilkan oleh para auditor semakin meningkat.

b. Bagi auditor, hasil penelitian ini bisa dijadikan sebagai bahan evaluasi dalam praktek Auditor Akuntan Publik sehingga meningkatkan kualitas auditnya.

1.7 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kantor Akuntan Publik. Objek yang diteliti adalah Kantor Akuntan Publik yang ada di Bandung. Periode yang diteliti pada penelitian ini yaitu periode lima tahun ke belakang, yaitu tahun 2010-2014.

1.8 Sistematika Tugas Akhir

Untuk memberikan gambaran yang sistematik agar memudahkan dan membantu pembaca dalam memahami masalah yang disajikan dalam tugas akhir, maka penulis membagi skripsi ini dalam 5 bab yang terdiri dari : BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN

Bab ini menjelaskan mengenai teori yang berkaitan dengan permasalahan dan mendukung penelitian. Bab ini juga menguraikan penelitian terdahulu yang menjadi acuan dalam penelitian ini, kerangka pemikiran, beserta hipotesis yang menjadi jawaban sementara atas penelitian ini.

(17)

17 BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini berisi penjelasan mengenai karakteristik penelitian, alat pengumpulan data, tahapan pelaksanaan penelitian, serta populasi dan sampel. Selain itu bab ini juga berisi tentang pengumpulan data dan sumber data beserta teknik analisis data dan pengujian hipotesis.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan secara rinci mengenai responden yang diteliti, deskripsi hasil penelitian, analisis model dan hipotesis, pembahasan mengenai hubungan variabel independen (kompetensi dan etika auditor) dengan variabel dependen (kuaitas audit).

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan akhir dari penelitian yang dilakukan dan saran yang penulis berikan dalam hubungannya dengan kompetensi dan etika auditor dengan kualitas audit yang bertujuan untuk pengembangan ilmu.

(18)

18

Gambar

Tabel 1. 1 Daftar KAP Bandung

Referensi

Dokumen terkait

Kekayaan daerah, total aset, jumlah penduduk, tingkat ketergantungan, dan temuan audit secara simultan berpengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan laporan keuangan

Bahwa benar karena Saksi-I masih tetap ngotot sehingga membuat Tedakwa marah dan mendekati Saksi-I langsung mencekik leher Saksi-I menggunakan tangan kanan sambil

Secara umum undang-undang tidak mengatur secara detai mengenai pengertian pekerjaan, namun pada pokoknya yang dimaksud dengan pekerjaan adalah segala perbuatan yang harus

9.jika sebuah pegas ditarik oleh gaya yang besarnya tidak melebihi batas elastisitas pegas, pegas tersebut bertambah panjang sebanding dengan besarnya gaya yang

Judul Proyek Akhir : PERANCANGAN MESIN PEMERAS BUBUR KEDELAI DENGAN SCREW PRESS SECARA KONTINYU UNTUK PROSES PEMBUATAN TAHU.. Nama :

Contoh IASP2020 untuk jenjang SD disajikan yang berkaitan dengan komponen Mutu Lulusan yang merupakan butir inti..

Hasil penelitian diperoleh fungi endofit yang telah diisolasi dari kulit jeruk nipis ( Citrus aurantifolia ) dengan diameter zona hambat yang bervariasi, seperti pada tabel

Bisa dikatakan tidak hanya berlaku pada komunitas manusia saja akan tetapi juga berlaku pada komunitas ekologi (Keraf, 2002) inilah pokok dari ekosentrisme