• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODERNISASI PENDIDIKAN KEPELAUTAN INDONESIA: PENGEMBANGAN CARGO HANDLING SIMULATOR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MODERNISASI PENDIDIKAN KEPELAUTAN INDONESIA: PENGEMBANGAN CARGO HANDLING SIMULATOR"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

MODERNISASI PENDIDIKAN KEPELAUTAN INDONESIA:

PENGEMBANGAN CARGO HANDLING SIMULATOR

Setyo Nugroho, Ferdhi Zulkarnaen dan A. Zainal Abidin

ABSTRAK

Indonesia adalah negara utama pemasok anak buah kapal armada pelayaran dunia. Indonesia, dengan pelaut sebanyak 340.000 orang, 78.000 orang di antaranya bekerja di luar negeri, menerima sumbangan devisa sebanyak 16 triliun rupiah per tahun dari profesi ini. Potensi kontribusi devisa ini semakin tinggi, mengingat kebutuhan ABK di dalam dan luar negeri konsisten sangat tinggi. Meskipun demikian, pendidikan kepelautan Indonesia belum mampu memenuhi kebutuhan ini, baik dalam jumlah maupun mutu lulusan yang dihasilkannya. Perkembangan teknologi informasi membuka pintu untuk menjawab tantangan ini. Paper ini menguraikan tentang pengembangan sebuah cargo handling simulator pertama buatan Indonesia, iStow-CHS, dan penerapanannya pada institusi pendidikan

kepelautan. Piranti lunak ini merupakan pengembangan lanjut dari piranti lunak versi industri yang disesuaikan spesifik untuk pendidikan kepelautan. Desain mode pelatihan yang mengakomodasi pelaksanaan pekerjaan kolaboratif dan pembelajaran mandiri, telah direalisasikan untuk memungkinkan peningkatan mutu pendidikan.

Kata kunci: pendidikan kepelautan, simulator, proses inovasi

PENDAHULUAN

Indonesia memiliki pelaut sebanyak 340.000 orang terdiri dari 78.000 orang bekerja di luar negeri, dan lainnya sebesar 262.000 orang bekerja di dalam negeri dengan berbagai jenis dan tipe kapal. Dari 78.000 orang yang bekerja di luar negeri,

sebanyak 62.000 orang sudah bersertifikat rating, dan 16.000 orang bersertifikat perwira. Mereka menyumbang devisa nasional sebesar Rp 16 triliun per tahun. Kebutuhan perwira kapal untuk pelayaran di dalam negeri secara nasional diperkirakan mencapai 14.000 orang per tahun, dan ini merupakan prasyarat penting untuk memacu industri pelayaran Indonesia seiring dengan tingginya pertumbuhan jumlah armada pelayaran berbendera Merah Putih. Kebutuhan pelaut nasional meningkat tajam sejak penerapan asas cabotage yang mengharuskan angkutan domestik menggunakan kapal berbendera Merah Putih dan diawaki oleh warga negara Indonesia.

Sejak 2005 hingga sekarang telah terjadi penambahan jumlah kapal niaga nasional sebanyak 2.700 unit atau 50,04%, dengan rata-rata kebutuhan pelaut mencapai 10 orang per armada. Adapun, akademi pelayaran di Indonesia selama ini hanya mampu mencetak sekitar 2.000 pelaut per tahun sehingga terjadi kekurangan sedikitnya 25.000 orang selama 2005-2009. Dan melalui beberapan program dalam meningkatkan pendidikan maritim, diharapkan pada tahun 2015 bisa mencapai 3.000-4.000 orang per tahun dengan program percepatan belajar menjadi hanya sekitar setahun.

Modernisasi pendidikan merupakan langkah penting yang dilakukan, dengan dua tujuan utama: meningkatkan jumlah lulusan dan meningkatkan mutu pendidikan. Melalui instrumen teknologi informasi kedua sasaran di atas dapat direalisasikan. Terlebih, investasi maupun biaya operasi perangkat keras maupun

(2)

lunak menjadi semakin terjangkau.

Simulator banyak digunakan untuk pelatihan Anak Buah Kapal (ABK). Simulator yang banyak dibutuhkan dalam menunjang kegiatan pelatihan calon pelaut di antaranya:

1) Full mission and part task bridge simulator

2) Radar/ARPA simulator 3) GMDSS simulator

4) Full mission and part task engine simulator

5) Cargo handling simulator

Tantangan nyata pendidikan kepelautan adalah ketidaksesuaian peralatan simulasi dengan kondisi pelayaran di Indonesia. Terutama untuk cargo handling simulator, sebagian besar simulator yang ada di sekolah-sekolah atau akademi pelayaran adalah cargo handling simulator untuk kapal tangki/curah cair dengan kapasitas yang jauh lebih besar daripada ukuran kapal yang lazim beroperasi di perairan Indonesia dan Asia Tenggara. Kondisi ini disebabkan oleh rendahnya peran industri piranti lunak dan perguruan tinggi lokal untuk terlibat aktif dalam mengakomodasi kebutuhan nyata ini, mereka sejauh ini tidak memberi perhatian besar untuk aktif mengembangkan piranti lunak canggih dan bermutu tinggi untuk keperluan amat spesifik seperti area kependidikan kepelautan. Ketergantungan pada produk impor sangat tinggi, sehingga substansi pendidikan sepenuhnya tergantung pada situasi dan preferensi industri pembuat simulator.

Tulisan ini menguraikan tentang pengembangan dan penerapan sebuah cargo handling simulator pertama buatan Indonesia, iStow-CHS dan signifikansi pengembangan produk ini bagi kemajuan pendidikan kepelautan dan sekaligus bagi

kemandirian pengembangan piranti lunak untuk transportasi laut.

METODELOGI

Pengembangan cargo handling simulator, iStow-CHS, diawali dengan mengkaji kurikulum pengajaran, metode pengajaran konvensional dan investigasi terhadap metode pengajaran modern. Kapal-kapal peti kemas berukuran 80-400 TEUs sangat dominan dalam angkutan antar pulau di perairan Indonesia dan Asia Tenggara. Kapal peti kemas serial yang dibangun pada tahun 1980-1990-an, KM Caraka Jaya Niaga III/x, dipilih sebagai obyek pengembangan program ini.

Gambar 1 Metodelogi Pengembangan hingga Penerapan iStow-CHS

Program iStow-CHS merupakan pengembangan evolutif dari modifikasi program iStow yang telah dikembangkan sebelumnya dan telah digunakan oleh industri pelayaran. Kerjasama dengan instruktur dilakukan dengan intensif, hingga wujud pelatihan dengan dukungan komputer bisa diwujudkan. Metode pemberian soal, latihan mandiri hingga metode penilaian diwujudkan.

Setelah iStow-CHS versi stand-alone diwujudkan, pengembangan dalam jaringan dilakukan. Proses difusi

(3)

iStow-CHS ini dilaksanakan melalui serangkaian pelatihan kepada instruktur, hingga mereka memahai manfaat dan mampu menggunakannya secara mandiri.

HASIL

A. ARSITEKTUR iSTOW-CHS

Salah satu tugas utama dalam kegiatan pelayaraan adalah stowage planning, atau perencanaan penataan muatan di atas kapal. Penataan muatan yang baik akan memenuhi persyaratan keselamatan dan konstruksi kapal, sesuai aturan Safety of Life at Sea (SOLAS) yang ditetapkan International Maritime Organization (IMO). Studi kasus ini membahas tentang tugas penataan peti kemas di atas kapal. Dalam pendidikan kepelautan, tugas ini merangkul dua buah bidang keahlian, yaitu nautika dan ketatalaksanaan. Bidang keahlian nautika meliputi kegiatan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan fisik kapal saat bongkar-muat di pelabuhan dan saat kapal berlayar. Bidang ketatalaksanaan meliputi tugas manajerial tentang perencanaan dan pelaksanaan angkutan laut, sejak akuisisi muatan, penentuan rute dan penjadwalan hingga chartering.

iStow adalah piranti lunak semi-otomatis untuk perencanaan posisi muatan (stowage) di atas kapal yang didesain sedemikian rupa sehingga mudah dioperasikan. Arsitektur iStow dirancang khusus dengan memperhitungkan proses bisnis proses industry pelayaran. Proses perencanaan dapat dilakukan secara kolaboratif di dalam jaringan dengan otorisasi dan tingkat keamanan yang tinggi. Selain itu, dukungan kesiapan untuk berintegrasi dengan program/sistem lain juga melengkapi keunggulan dari piranti ini.

iStow dibangun menggunakan teknologi berbasis open source. Teknologi open source dipilih untuk mendorong

kemandirian bangsa dan peningkatkan kemampuan dalam bidang teknologi ICT, selain itu teknologi Open Source lebih terasa manfaatnya bagi pengguna karena tidak membebani penggunaan aplikasi dengan biaya lisensi.

Arsitektur client-server dipilih dengan pertimbangan untuk memudahkan dan meningkatkan keamanan penyimpanan data serta untuk mendukung konsep kolaboratif. Sehingga semua pihak yang terlibat dalam proses bisnis dapat menggunakan aplikasi dengan baik.

B. iSTOW-CHS

Program iStow-Cargo Handling Simulator (iStow-CHS) dibangun dengan menggunakan basis program iStow untuk industri dan bahasa pemrograman C++ dan GUI Qt. iStow-CHS disesuaikan dengan kebutuhan dan kurikulum dari pelatihan, dan disesuaikan dengan kondisi nyata di lapangan, lihat Gambar 2 hingga Gambar 4.

iStow-CHS terdiri dari 2 bagian, yakni versi trainer (pelatih) dan trainee (siswa), dimana memiliki peran masing-masing. iStow-CHS versi trainer memiliki fitur-fitur: merancang skenario pelatihan, memantau aktivitas trainee, memberikan penilaian terhadap trainee. Sedangkan fitur versi trainee antara lain: desain antar muka yang mudah, perhitungan stabilitas secara otomatis, dan perekaman aktivitas yang telah dilakukan. Pelatihan dapat dilaksanakan secara individu masing-masing trainee, maupun pekerjaan simultan secara berkelompok.

(4)

Gambar 2 Halaman Utama iStow-CHS

Gambar 3 Halaman Perhitungan Stabilitas Kapal

Gambar 4 Halaman Pembuatan Skenario dan Definisi Nilai

Pada halaman utama iStow-CHS, Gambar 2, terdiri dari lembar kerja dan panel-panel fungsi dari program. Pada halaman tersebut juga terpasang beberapa indikator, yakni restow dan score. Restow adalah proses dimana terjadi pembatalan atau penggantian muatan yang telah ditata sedemikian hingga. Proses restow merupakan proses yang paling dihindari, dan semakin banyak restow yang

dilakukan maka nilai yang ada akan dikurangi.

Gambar 3 merupakan halaman perhitungan stabilitas kapal yang terhitung secara otomatis apabila terjadi perubahan-perubahan dari luar terhadap kondisi kapal. Perubahan yang dimaksud adalah pemuatan dan pengisian air balas.

iStow-CHS dilengkapi dengan fasilitas untuk pembelajaran mandiri. Instruktur dapat membuat skenario dan definisi penilaian, Error! Reference source not found.. Skenario yang dibuat adalah kondisi awal kapal sebelum terjadi pemuatan. Misalnya kondisi beberapa bagian kapal yang mempengaruhi stabilitas antara lain tangki air balas atau slot pemuatan. Bagian ini dapat diskenariokan terjadi kerusakan atau hal yang lain.

Dalam pengembangan cargo handling simulator ini, evaluasi dilakukan pada tiga kelompok kriteria yaitu fungsionalitas sistem, akurasi perhitungan dan operabilitas simulator pada kegiatan pendidikan/pelatihan. Fungsionalitas sistem meliputi ketersediaan pembelajaran baik mandiri maupun kolaboratif, perencanaan pengajaran oleh instruktur dan manajemen database siswa, kondisi stowage. Evaluasi akurasi perhitungan meliputi perhitungan trim dan stabilitas kapal yang sangat sangat vital bagi perencanaan stowage. Dan selanjutnya, operabilitas simulator meliputi, kemudahan memilih skenario pemuatan kapal, pelaksanaan perencanaan yang bekerja secara otomatis bersamaan dengan perhitungan trim dan stabilitas.

PEMBAHASAN

Program iStow merupakan hasil akhir dari serangkaian kegiatan penelitian yang dimulai pada tahun 2001 hingga saat ini, yaitu:

1. Program COMSTAU, TU Berlin, TU Hamburg-Harburg, Müller+Blanck,

(5)

dibiayai oleh Kementrian Federal Pendidikan dan Penelitian, Jerman (2001-2004). Ini merupakan penelitian ilmu dasar untuk mengembangkan algoritma baru untuk melakukan perencanaan alokasi peti kemas.

2. Patent pending Jerman, Deutsches Patent- und Markenamt, Berlin (2005),

3. Patent pending internasional, European Patent Office (2006),

4. Penelitian mandiri (2006),

5. Program Riset Insentif Terapan (2007-2008), Kementrian Negara Riset dan Teknologi, bekerjasama dengan PT Samudera Shipping Services, Jakarta

6. Program Difusi Hasil Iptek (2009), Kementrian Negara Riset dan Teknologi , bekerja sama dengan PT Samudera Shipping Services, Jakarta. 7. Program Difusi Hasil Iptek (2010),

Kementrian Negara Riset dan Teknologi, bekerja sama dengan P.T. Pelayaran Banyuwangi Sejati dalam pengembangan iStow untuk kapal LCT.

8. Program RAPID, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, bekerjasama dengan untuk Semarang Growth Center, mengembangan iStow sebagai Cargo Handling Simulator, lihat Gambar 5.

(6)

Gambar 6 Kurva Inovasi Penelitian

Di samping evaluasi internal program, lihat paragraf Error! Reference source not found., benchmarking dilakukan melalui pembandingan iStow dengan pada piranti lunak yang telah dikenal luas di dunia. Struktur modular iStow yang dirancang sedemikian rupa sehingga memungkinan integrasi dan sinkronisasi dengan modul atau dengan program lain, antara lain sistem booking muatan atau sales, modul barang berbahaya dan

perhitungan kekuatan kapal, lihat Tabel 1. Arsitektur client-server memungkinkan program ini dijalankan bersama dari beberapa lokasi yang berjauhan melalui jarigan internet, maupun secara sendirian (stand-alone). Perencanaan sebuah stowage plan dapat dilaksanan pula serempak oleh beberapa petugas secara kolaboratif. Fasilitas ini bermanfaat terutama pada perencanaan stowage kapal-kapal besar, di atas 3.000 TEU’s.

(7)

Tabel 1 Benchmarking iStow

Hasil benchmarking di atas menunjukkan kualifikasi iStow tinggi, sehingga sangat memadai untuk digunakan oleh industri pelayaran. Sekitar 10.000 kapal niaga yang beroperasi di Indonesia menunjukkan besarnya potensi produk ini. Kesadaran terhadap produktivitas sekaligus terhadap keselamatan pelayaran, di masa sekarang dan ke depan diperkirakan semakin meningkat. Oleh sebab itu roadmap riset yang adaptif dan tumbuh sesuai kebutuhan menggarisbawahi proses pengembangan iStow-CHS hingga dalam wujudnya saat ini, lihat Gambar 6

.

Peraturan IMO tentang Standards of Training, Certification and Watchkeeping for Seafarers, Manila Amendments 2010, lihat Tabel 2, mengatur kualifikasi yang harus dimiliki anak buah kapal. Penggunaan simulator merupakan instrumen penting untuk memastikan pencapaian kualitas baku pada proses sertifikasi. Penggunaan simulator, mulai sekarang dan ke depan diperkirakan akan meningkat, ditunjang teknologi informasi dan komunikasi yang semakin terjangkau.

Tabel 2 STCW, Manila Amandments 2010, Section A-II/1 Competence Knowledge, understandling and

Proficiency

Methods for demonstrating competence

Criteria for evaluating competence Monitor the loading, stowage,

securing, care during the voyage and the unloading of cargoes

Cargo handling, stowage and securing

Knowledge of the effect of cargo, including heavy lifts, on the seaworthiness and stability of the ship

Knowledge of safe handling, stowage and securing of

Examination and assessment of evidence obtained from one or more of the following:

1. Approved in-service experience 2. Approved training ship emperience 3. Approved simulator training, where

Cargo operations are carried out in accordance with the cargo plan or other documents and established safety rules or regulations, equipment operating instructions and shipboard stowage liminations

The handling of dangerous, hazardous and harmful cargoes

(8)

Competence Knowledge, understandling and Proficiency

Methods for demonstrating competence

Criteria for evaluating competence cargoes, including dangerous,

hazardous and harmful cargoes, and their effect on the safety of life and of the ship

Abality to establish and maintain effective

communications during loading and unloading

appropiate complies with international regulations andd codes of safe practise

Stood

Communications are clear, understood and consistently successful

KESIMPULAN

1. Melalui pengembangan evolutif yang dihasilkan dari modifikasi program perencanaan penataan peti kemas yang telah teruji oleh industri, pengembangan cargo handling simulator, iStow-CHS, berhasil direalisasikan.

2. Regulasi internasional IMO-STCW mendorong penggunaan simulator dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan & pelatihan kepelautan. 3. Kontribusi iStow-CHS berupa

modernisasi pendidikan kepelautan. Melalui instrument berbasis TIK ini, pengajaran dapat dilakukan melalui jarak jauh, dengan atau tanpa instruktur, baik secara mandiri maupun kolaboratif.

REFERENSI

Atkisson, Alan. 1991. The Innovation Diffusion Game.

Busse, Wolfgang, Dr.-Ing. 2010. Development of Human Resources of Indonesian Shipping-Opportunities for Cooperation of INSA. In INSA Seminar Jakarta.

Departemen Perhubungan RI. 2007. Laporan Tahunan. Jakarta: Dephub.

McDonald, M. et.al. 2006. Intelligent Transportation Systems in Europe – Opportunities for Future Research. World Scientific Publishing.

Nugroho, Setyo. 2004. Case-Based

Stowage Planning for Container Ships. In International Logistics Congress 2004. Dokuz Eylül University, Turkey, Dokuz Eylül Publications. pages 609-618

Nugroho, Setyo. 2005. CASESTOW: Recycling of past stowage plans. In 1st International Conference on Operations and Supply Chain Management, Bali. Nugroho, Setyo, Abidin, A. Zainal and Zulkarnaen, Ferdhi. 2009. Stowage Planning for Container Vessels: Methodology Development and Implementation Issues in The Light of Intelligent Transportation System Implementation. In International Conference on Logistic and Transport, Chiang Mai Thailand.

Nugroho, Setyo, Buana, Sumanta, I.G.N., Abidin, A. Zainal, Prayoga, PutuH.N. 2007. Ketidakoptimalan Perencanaan: Penerapan Teori Rasionalitas Terbatas Pada Penataan Peti Kemas. In Seminar Teori dan Aplikasi Teknologi Kelautan (SENTA 2007).

Nugroho, Setyo. 2005. Case-Based Stowage Planning System. In Olivella, J., Trebbia C., and Macet, R., editors, Maritime Engineering and Ports III, volume 80 of WIT Transactions on Built Environment. Wessex Institute of Technology, WIT Press Southampton, PORTS 2005, Barcelona, ISSN 1743-3509.

Schott, Rainer .1989. Stauplanung für Containerschiffe.

Verkehrswisssenschaftilchen Studien aus dem Institut für Verkehrswissenschaft der Universität Hamburg. Vandenhoeck &

(9)

Ruprecht, Göttingen.

Wijnolst, Niko. 1995. Design Innovation in Shipping. Delft: Delft University Press. Diffusion of innovations, Wikipedia, download 2 April 2008.

Gambar

Gambar  1  Metodelogi Pengembangan hingga  Penerapan iStow-CHS
Gambar 2 Halaman Utama iStow-CHS
Gambar 5 Roadmap Penelitian
Gambar 6 Kurva Inovasi Penelitian
+2

Referensi

Dokumen terkait

 Apa  yang  saya  ingin   sampaikan  adalah,  hanya  dengan  mendapatkan  cinta  kepada  Allah   sahaja,  akan  buat  kita  sentiasa  bersangka  baik  kepada

Berdasarkan hasil analisis jaringan kerja maka dgerkirakan lama waktu penyelesaian untuk memproduksi 40 liter susu pasteurisasi dalam kemasan filycup adalah 30.08

Kecerdasan atau kepandaian itu didapat berdasarkan pengetahuan dan pengalaman, untuk itu agar perangkat lunak yang dikembangkan dapat mempunyai kecerdasan maka

Gambar 4: Histogram dan Fungsi Kepekatan Nilai Tengah Sampel Berdasarkan 1000 Pengulangan Bootstrap.. Demikian pula untuk standar deviasi, di mana untuk metode Bayes memiliki

Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika juga menjelaskan kalau pihak penyidik Polri dan penyidik BNN berwenang untuk melakukan penyelidikan terhadap

Dapatan menunjukkan skor min yang tinggi dalam setiap item pengetahuan asas tersebut, disokong pula oleh skor min yang tinggi dari pengamalan dalam konteks

penimbangan sebanyak 12x dalam 1 tahun memiliki status gizi baik dan hal ini sesuai dengan teori karena berat badan adalah ukuran yang penting untuk melihat

Kriteria kebersihan gudang merupakan persyaratan yang dibutuhkan untuk pengambil keputusan, berdasarkan bagaimana kebersihan dari gudang yang akan digunakan sebagai