1
A. Latar Belakang Masalah
Pasar merupakan media atau sarana pertemuan antara pedagang dan pembeli. Di pasar orang bisa mendapatkan kebutuhannya dan tidak ada orang
yang tidak memerlukan pasar.1
Pasar meliputi tiga komponen yaitu (1) sekelompok orang atau lembaga yang mempunyai kebutuhan atau keinginan untuk dipenuhi; (2) mempunyai kemampuan untuk membeli atau berdaya beli; dan (3) berkeinginan dan bersedia melakukan pertukaran untuk memenuhi kebutuhan
dan keinginannya.2 Jadi, pasar merupakan sekumpulan pembeli dan penjual
yang melalui interaksi aktual atau potensial mereka, menentukan harga suatu
produk atau serangkaian produk.3
Aktivitas di pasar identik dengan berdagang. Berdagang adalah aktivitas yang paling umum dilakukan di pasar. Konsep Islam memahami bahwa pasar dapat berperan efektif dalam kehidupan ekonomi bila prinsip persaingan bebas dapat berlaku secara efektif. Konsep Islam menegaskan bahwa pasar harus berdiri di atas prinsip persaingan sempurna, namun demikian bukan berarti kebebasan tersebut berlaku mutlak. Akan tetapi, kebebasan yang dibungkus oleh kerangka syari’ah. Sistem pasar yang adil akan melahirkan harga yang wajar dan juga tingkat laba yang tidak berlebihan,
sehingga tidak termasuk riba yang diharamkan oleh Allah SWT.4
Persaingan sempurna adalah suatu keadaan yang mempunyai ciri berupa syarat-syarat yaitu (1) adanya jumlah pembeli dan penjual yang
1
Abdul Aziz, Etika Bisnis Perspektif Islam, (Bandung : Alfabeta, 2013), 266. 2
Moch. Endang Djunaeni, Manajemen Bisnis Sebuah Pengantar, (Yogyakarta: Deepublish, 2013), 118.
3
Robert S Pindick, Daniel L Rubinfeld, Mikro Ekonomi., Edisi ke-8, (Jakarta : Erlangga, 2012), 8.
4
sedemikian besarnya sehingga tidak seorang pun diantara mereka yang merasa mampu mempengaruhi harga suatu barang dengan tindakan-tindakannya sendiri; (2) barang-barang yang dijual semuanya adalah homogen sempurna (dapat saling menggantikan satu sama lain); (3) semua pembeli dan penjual mempunyai pengetahuan yang sempurna mengenai situasi yang mereka hadapi dan mengenai alternatif-alternatifnya; (4) semua pembeli dan penjual bertindak rasional untuk memaksimir kepentingan mereka sendiri; dan (5) terdapat kebebasan untuk memasuki pasar dan berbagai input mempunyai
mobilitas yang sempurna.5
Hampir seluruh pasar tradisional di Indonesia masih bergelut dengan masalah internal pasar, seperti buruknya manajemen pasar, sarana dan prasarana yang minim, menjamurnya Pedagang Kaki Lima yang mengurangi pelanggan Pedagang Pasar dan minimnya bantuan permodalan yang tersedia bagi pedagang tradisional. Walaupun telah banyak dibangun pasar modern, keberadaan pasar tradisional masih dibutuhkan masyarakat. Masyarakat masih menginginkan suasana kekeluargaan yang terwujud dalam kegiatan
tawar-menawar pada pasar tradisional.6
Adapun fenomena persaingan pasar yaitu terjadi di Pasar Jamblang. Pasar Jamblang ini termasuk pasar tradisional yang menjual berbagai macam kebutuhan dari sandang, pangan, dan lainnya, dimana terjadi permintaan dan penawaran atas barang-barang yang diperdagangkan. Penawaran dilakukan oleh penjual dengan menunjukan barang yang diperdagangkan, tujuannya adalah agar calon pembeli tertarik membeli atau dalam istilah ekonomi disebut melakukan permintaan. Adapun tujuan calon pembeli melakukan permintaan adalah agar penjual setuju menjual barang yang diperdagangkan sesuai harga
yang diminta oleh calon pembeli.7
Persaingan ini terjadi antara Pedagang Pasar dengan Pedagang Kaki Lima. Maraknya keberadaan Pedagang Kaki Lima di Pasar Jamblang dimana menggelar dagangannya di depan pasar, pinggiran jalan, dan tempat parkir
5
Liebhafsky, Teori Harga Jilid I, (Jakarta : Bhratara, 1970), 241-242. 6
C. Supartomo, Ekonomi Mikro, (Jakarta : Gramedia, 1986), 66-67. 7
disekitar Pasar Jamblang yang sangat mempengaruhi Pedagang Pasar yang menempati kios dan los, karena dianggap menutupi Pedagang Pasar yang berdagang di dalam pasar sehingga berkurangnya ruang gerak bagi Pedagang Pasar. Selain itu, jumlah Pedagang Kaki Lima di Pasar Jamblang jumlahnya lebih banyak daripada Pedagang Pasar dan secara nyata mampu memberikan pelayanan terhadap kebutuhan masyarakat yang berpenghasilan rendah. Semakin berkembangnya Pedagang Kaki Lima disebabkan karena faktor lapangan pekerjaan yang tidak memadai bagi orang yang membutuhkannya. Oleh sebab itu, mengakibatkan para Pedagang Pasar gulung tikar karena sepi pembeli dan mengalami kerugian, bahkan beberapa Pedagang Pasar berpindah berdagang menjadi Pedagang Kaki Lima supaya barang dagangannya tetap laku terjual.
Di lihat dari aspek hukum, keberadaan Pedagang Pasar di Pasar Jamblang memang sudah diakui keberadaan yaitu adanya Surat Izin Menempati Kios dan Los, serta Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2014 tentang Penataan, Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko
Modern.8 Para Pedagang Kaki Lima di Pasar Jamblang berdagang di depan
pasar, pinggiran jalan, dan tempat parkir disekitar Pasar Jamblang. Namun di lain pihak Pedagang Kaki Lima juga membayar retribusi yang ditetapkan Dinas Pasar sehingga menjadi dilema dalam pengaturan terkait ketertiban dan kenyamanan di Pasar Jamblang.
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Cirebon Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima bahwa agar keberadaan Pedagang Kaki Lima (PKL) yang merupakan perwujudan kegiatan masyarakat dalam usaha perdagangan sektor informal, dapat dilaksanakan dengan tertib, dan tetap memperhatikan lingkungan yang bersih, sehat dan teratur sesuai dengan peruntukannya, maka dipandang perlu adanya
8
Lembaran Daerah Kabupaten Cirebon Nomor 7 Tahun 2014 Seri E.5, Peraturan Daerah Kabupaten Cirebon Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Penataan, Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern.
pengaturan terhadap penataan dan pemberdayaan Pedagang Kaki Lima untuk
memenuhi kelangsungan kebutuhan hidupnya.9
Pembinaan pasar yang paling memerlukan upaya adalah pembinaan pedagang yang berjualan di pasar tersebut. Pembinaan Pedagang Pasar perlu juga memperhatikan pedagang lain yang berada di sekitar pasar, terutama Pedagang Kaki Lima. Salah satu permasalahan utama para Pedagang Pasar adalah para Pedagang Kaki Lima, sehingga keberadaan Pedagang Kaki Lima di sekitar pasar hendaknya diperhatikan agar tidak menyaingi para Pedagang Pasar. Di kebanyakan pasar, kondisi seperti ini terus terjadi tanpa solusi, akibatnya para pembeli tidak perlu masuk kedalam pasar sehingga memancing para Pedagang Pasar yang berjualan di pasar berpindah ke luar meninggalkan kios ataupun losnya yang pada akhirnya keadaan di dalam pasar kosong, dan sebaliknya di luar pasar keadaannya padat seperti layaknya pasar tumpah. Untuk menghindari persaingan antara Pedagang Pasar dengan Pedagang Kaki Lima perlu dilakukan penataan dengan menempatkan Pedagang Kaki Lima ke lokasi yang ditentukan.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti dengan berjudul “ANALISIS PERSAINGAN PASAR ANTARA PEDAGANG PASAR DENGAN PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR JAMBLANG KEC. DEPOK KAB. CIREBON”.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu :
1. Identifikasi Masalah
Dalam identifikasi masalah, peneliti membagi dalam 2 (dua) bagian yaitu:
a. Wilayah Kajian
Penelitian ini masuk ke dalam wilayah kajian pengembangan atau pemberdayaan ekonomi lokal.
9
Lembaran Daerah Kabupaten Cirebon Nomor 5 Tahun 2014 Seri E. 3, Peraturan Daerah Kabupaten Cirebon Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima.
b. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian adalah kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian.10
2. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari meluasnya masalah yang dibahas, maka peneliti membatasi masalah hanya pada di satu tempat yaitu di Pasar Jamblang Kecamatan Depok Kabupaten Cirebon. Dimana mengalami keadaan adanya persaingan pasar antara Pedagang Pasar dengan Pedagang Kaki Lima di Pasar Jamblang dan menurut pandangan Islam mengenai persaingan pasar tersebut. Dan status hukum dari keberadaan Pedagang Kaki Lima di Pasar Jamblang Kecamatan Depok Kabupaten Cirebon.
3. Pertanyaan Penelitian
Dalam penelitian ini, terdapat pertanyaan penelitian yaitu :
a. Bagaimana persaingan pasar antara pedagang pasar dengan pedagang
kaki lima di Pasar Jamblang Kecamatan Depok Kabupaten Cirebon ?
b. Bagaimana status hukum dari keberadaan Pedagang Kaki Lima di
Pasar Jamblang Kecamatan Depok Kabupaten Cirebon ?
c. Bagaimana pandangan Islam terhadap persaingan pasar antara
Pedagang Pasar dengan Pedagang Kaki Lima di Pasar Jamblang Kecamatan Depok Kabupaten Cirebon ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut :
10
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2007), 6.
1. Untuk mendeskripsikan persaingan pasar antara Pedagang Pasar dengan Pedagang Kaki Lima di Pasar Jamblang Kecamatan Depok Kabupaten Cirebon.
2. Untuk mengetahui status hukum dari keberadaan Pedagang Kaki Lima di
Pasar Jamblang Kecamatan Depok Kabupaten Cirebon.
3. Untuk mengetahui pandangan Islam terhadap persaingan pasar antara
Pedagang Pasar dengan Pedagang Kaki Lima di Pasar Jamblang Kecamatan Depok Kabupaten Cirebon.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Bagi Peneliti
Untuk memperluas wawasan dan menambah keilmuan bagi peneliti supaya dapat mengaplikasikan keilmuan tersebut terhadap realita di lapangan khususnya dalam pandangan Islam.
2. Bagi Praktisi
Penelitian ini bisa menjadi masukan bagi kebijakan yang berhubungan dengan persaingan pasar dan status keberadaan hukum bagi Pedagang Kaki Lima serta dapat mengetahui pandangan Islam mengenai persaingan pasar yang sempurna.
3. Bagi Akademik
Penelitian ini, khususnya Program Studi Muamalah Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam sebagai acuan untuk penelitian lebih lanjut yang bersifat lebih luas dan lebih mendalam.
E. Penelitian Terdahulu
Sebelum peneliti melakukan penelitian, maka peneliti harus melihat bagaimana penelitian terdahulu dari karya ilmiah seseorang. Berikut beberapa penelitian terdahulu, yaitu :
1. Dari skripsi yang ditulis oleh Amalia Nur Shabrina yang berjudul
(Studi Kasus Pedagang Pasar Klewer, Solo)”, bahwa praktek penetapan harga diambil berdasarkan harga pasar yang didasarkan atas kesepakatan bersama. Berdasarkan tinjauan sosiologi hukum Islam praktek penetapan harga untuk sebuah komoditi produk di pasar Klewer Solo dilakukan berdasarkan standar harga pasar dimana terdapat nilai-nilai keadilan yang diberlakukan agar tidak mendzalimi salah satu pihak. Sedangkan praktek dalam persaingan usaha, ada sebagian kecil pedagang yang menjatuhkan harga pasar dengan dalih cuci gudang secara besar-besaran. Padahal, sebagian pedagang lain yang memiliki produk yang sama belum menentukan harga baru untuk produk tersebut. Meskipun dalam Islam dikenal transaksi jual beli dengan istilah pemotongan harga dari harga asal, namun secara sosiologis kondisi tersebut menciderai pedagang lain yang menjual produk yang sama. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kompetisi harga adalah kemunculan kios-kios modern di
tengah-tengah persaingan kios-kios yang masih tradisional.11
2. Dari skripsi yang ditulis oleh Novita Sa’adatul Hidayah yang berjudul
“Persaingan Bisnis Pedagang Pasar Ganefo Mranggen Demak Dalam Tinjauan Etika Bisnis Islam”, bahwa persaingan bisnis yang terjadi di pasar Ganefo adalah meliputi persaingan tempat, persaingan harga, persaingan barang dagangan, dan persaingan pelayanan. Kemudian persaingan bisnis yang terjadi di pasar ganefo sebagian sudah sesuai dengan etika bisnis Islam, terbukti dengan aktivitas-aktivitas persaingan yang terjadi di pasar Ganefo tidak menyimpang dari ajaran Islam, namun masih ada beberapa aktivitas-aktivitas dari pedagang yang menyimpang
dari ajaran Islam.12
3. Dari jurnal ilmiah yang ditulis oleh Alizar Hasan yang berjudul “Pengaruh
Kekacauan Lingkungan Dan Intensitas Persaingan Pasar Sebagai Variabel
11
Amalia Nur Shabrina, “Tinjauan Sosiologi Hukum Islam Terhadap Praktek Persaingan Usaha (Studi Kasus Pedagang Pasar Klewer, Solo)”, (Skripsi, Fakultas Syariah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2014), 57-69.
12 Novita Sa’adatul Hidayah, “Persaingan Bisnis Pedagang Pasar Ganefo Mranggen Demak Dalam Tinjauan Etika Bisnis Islam”, (Skripsi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Walisongo Semarang, 2015), 56-67.
Moderating Terhadap Hubungan Kompetensi Teknologi Informasi Dan Kinerja Bank Di Sumatera Barat”, menyimpulkan bahwa pengaruh dinamisme lingkungan bank umum yang terdapat di Sumatera Barat memberi dampak positif terhadap hubungan IT Connectivity dan kinerja
bank. Peningkatan persaingan akan menyebabkan bank lebih
membutuhkan keahlian teknis berbasis komputer yang tinggi, terampil dalam mengumpulkan dan meneliti informasi pasar, melalui sistem berbasis komputer serta bersandar pada sistem berbasis komputer untuk memperoleh, menyimpan dan memproses informasi tentang pelanggan. Sehingga ketika lingkungan mengalami dinamisme atau peningkatan persaingan, kondisi ini justru akan memacu performa bank tersebut untuk
lebih baik lagi.13
4. Dari jurnal ilmiah yang ditulis oleh Erditya Rahmadi yang berjudul
“Implikasi Kebijakan Relokasi Pasar Terhadap Usaha Pedagang Kaki Lima (Studi Kasus di Pasar Wisata Belanja Tugu Kota Malang)”, menyimpulkan bahwa kebijakan relokasi oleh Pemerintah Daerah sangat berdampak pada usaha pedagang. Implikasi utama dan kebijakan relokasi adalah pendapatan. Keberadaan para PKL liar sangat mengganggu usaha pedagang resmi karena pengunjung lebih memilih membeli dagangan PKL, karena tak perlu masuk ke area Pasar Tugu yang aksesnya lebih sulit. Kehadiran banyak PKL liar membuat pedagang resmi menjadi terdesak dan omset penjualannya menurun drastis hingga sekitar 70 persen, bahkan ada yang sampai gulung tikar dan menanggung utang untuk menutup modal berjualan, sampai dengan menutup dagangan sementara. Adanya kebijakan relokasi, durasi pedagang resmi berjualan menjadi lebih lama daripada sebelumnya, karena tidak mengganggu kepentingan umum dan pedagang lebih leluasa dalam menentukan waktu mulai berjualan dan selesai berjualan. Tetapi tarif retribusi bagi pedagang
13
Alizar Hasan, “Pengaruh Kekacauan Lingkungan Dan Intensitas Persaingan Pasar Sebagai Variabel Moderating Terhadap Hubungan Kompetensi Teknologi Informasi Dan Kinerja Bank Di Sumatera Barat”, (Jurnal Ilmiah, Dosen Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Andalas, No. 32 Vol. 1 Thn. XVI, November 2009), 101.
mengalami peningkatan, karena pemerintah menjaga kebersihan fasilitas umum dan lahan parkir swasta. Peningkatan tarif retribusi ini menambah biaya pengeluaran para pedagang, dan dirasa berat oleh para pedagang ketika berkurangnya/tidak ada pemasukan sama sekali. Kebijakan relokasi pasar secara langsung telah berdampak terhadap usaha pedagang, seringkali relokasi diadakan tanpa sosialisasi maupun perundingan terlebih
dahulu.14
5. Dari Skripsi yang ditulis oleh Rosita Indrayati, dkk dengan judul “Kajian
Yuridis Tentang Izin Pedagang Kaki Lima Di Jalan Jawa Untuk
Mewujudkan Penyelenggaran Pemerintahan Yang Baik (Good
Governance) Di Wilayah Kabupaten Jember”, dalam penelitiannya bahwa penertiban Pedagang Kaki Lima (PKL) di jalan Jawa Kabupaten Jember adalah bahwasanya selama ini Pedagang Kaki Lima di jalan Jawa tidak memiliki izin dari pemerintah secara resmi yang sebagaimana diatur dalam pasal 6 ayat (1) Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedagang Kaki Lima menyebutkan bahwa “Setiap PKL yang melakukan kegiatan usaha wajib memiliki izin lokasi PKL” selanjutnya dalam pasal 4 ayat (1) Peraturan Bupati Jember Nomor 36 tahun 2009 tentang Penataan Pedagang Kaki Lima Kabupaten Jember menyebutkan bahwa “Setiap orang yang akan membuka kegiatan usaha PKL, terlebih dahulu mengajukan permohonan ijin kepada Bupati melalui Kepala Satuan Polisi Pamong Praja”. Tetapi kenyataannya belum efektif, para Pedagang Kaki Lima tidak mengindahkan, peraturan tersebut, mereka hanya berpikir bagaimana usaha mereka laris sehingga kebutuhan ekonomi mereka dapat terpenuhi. Pedagang Kaki Lima (PKL) selama ini memperoleh izinnya dari lurah kelurahan setempat, mereka mempunyai sebuah paguyuban
tersendiri untuk mengakomodasi kebutuhan mereka.15
14
Erditya Rahmadi, “Implikasi Kebijakan Relokasi Pasar Terhadap Usaha Pedagang Kaki Lima (Studi Kasus di Pasar Wisata Belanja Tugu Kota Malang).” (Jurnal Ilmiah, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang, 2015), 3-5.
15
Rosita Indrayati,dkk “Kajian Yuridis Tentang Izin Pedagang Kaki Lima Di Jalan Jawa Untuk Mewujudkan Penyelenggaran Pemerintahan Yang Baik (Good Governance) Di Wilayah Kabupaten Jember.” (Skripsi, Fakultas Hukum Universitas Jember, 2014), 39.
6. Dari jurnal ilmiah yang ditulis oleh Nur Fatnawati yang berjudul “Kerangka Hukum dan Kebijakan Pengelolaan Pedagang Kaki Lima”, bahwa yang dilakukan Pemerintah untuk menata dan mengelola PKL tersebut adalah dengan langkah relokasi yang dilakukan bila tidak tersedia lahan yang cukup untuk menampung PKL dengan jumlah yang banyak.
Selter knock down yaitu pembangunan selter dilokasi jika lahan masih tersedia, tenda dilakukan pada wilayah yang lahannya tersedia dan hanya melakukan aktivitas pada malam hari, gerobak dilakukan jika lahan tidak tersedia untuk selter dan tenda, dan langkah yang terakhir adalah penertiban jika ada PKL yang tidak mau mentaati kebijakan. Serangkaian kebijakan tersebut bertujuan untuk memberikan rasa aman, nyaman dan tertib kepada masyarakat luas sekitar lokasi PKL; memberikan suatu kepastian hukum terhadap usaha yang dilakukan oleh PKL; serta mewujudkan keadilan dan kesejahteraan masyarakat luas khususnya PKL
yang sejalan dengan konsep welfare state.16
Dari beberapa hasil penelitian di atas, penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti berbeda dengan penelitian sebelumnya dari segi metode dan tempat tetapi masih dalam cakupan yang sama yaitu dalam penertiban dan relokasi Pedagang Kaki Lima serta keberadaan hukumnya dan persaingan pasar serta dalam pandangan Islam pada persaingan pasar. Kritik untuk karya
ilmiah diatas yaitu sangat baik untuk dijadikan penelitian terdahulu pada karya
ilmiah yang akan penulis teliti.
F. Kerangka Pemikiran
Pasar mempunyai peran yang besar dalam ekonomi karena kemaslahatan manusia dalam mata pencaharian tidak mungkin terwujud tanpa adanya saling tukar menukar. Dalam kondisi tersebut, maka terjadi persaingan dalam pasar.
16Nur Fatnawati, “Kerangka Hukum dan Kebijakan Pengelolaan Pedagang Kaki Lima”, (Jurnal Ilmiah, Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang, Pandecta Volume 8 Nomor 2, Juli 2013), 6-9.
Istilah persaingan menurut kamus Bahasa Indonesia berarti usaha
memperlihatkan keunggulan masing-masing yang dilakukan oleh
perseorangan (perusahaan, negara) pada bidang perdagangan, produksi,
persenjataan, dan sebagainya.17
Persaingan atau competition dalam Bahasa Inggris oleh Webster
didefinisikan sebagai a struggle or contest between two or more persons for
the same objects yang dalam Bahasa Indonesia dapat diartikan sebuah perjuangan atau perlombaan diantara dua orang atau lebih untuk mencapai
sasaran yang sama.18
Jadi peneliti menyimpulkan, bahwa persaingan secara umum dapat didefinisikan dengan suatu kondisi dimana individu atau kelompok saling berlomba dan berbuat sesuatu untuk mencapai yang diinginkan atau kemenangan tertentu.
Dagang atau perdagangan sebagai konsep yang mempunyai arti yang penting sekali dalam Islam. Dalam Al-Quran, kata “perdagangan” tersebut tidak saja digunakan untuk menunjuk pada aktivitas transaksi dalam pertukaran barang atau produk tertentu pada kehidupan nyata sehari-hari, tetapi juga digunakan untuk menunjuk pada sikap ketaatan seseorang kepada
Allah SWT.19
17
Kamus Bahasa Indonesia Online, http://kamusbahasaindonesia.org/persaingan, diunduh 06 Desember 2015.
18
Laras Raisya Rahmani, Analisis Strategi Bersaing Di Pasar Tradisional Dan Di Pasar Modern (Kasus Kecap Segi Tiga Daerah Tonjong Majalengka), (Skripsi, Fakultas Syariah IAIN Syekh Nurjati Cirebon, 2015), 28.
19
Gambar 1. 1 Kerangka Pemikiran
Dari gambar di atas, menunjukkan bahwa persaingan pasar terjadi antara Pedagang Pasar dengan Pedagang Kaki Lima dimana keduanya saling mempengaruhi. Pedagang Pasar yang menempati kios atau los pun merasa terganggu ruang geraknya karena Pedagang Kaki Lima yang menempati depan pasar, pinggiran jalan, dan tempat parkir disekitar Pasar Jamblang pun jumlahnya lebih banyak. Oleh karena itu, Pedagang Kaki Lima harus jelas status keberadaan hukumnya supaya tertib. Melihat dari fenomena tersebut,
Persaingan Pasar Menurut Pandangan Islam Persaingan Pasar - Pangsa Pasar - Pedagang baru - Barang Substitusi - Tumbuhnya Posisi Tawar Menawar - Aktivitas transaksi dalam pertukaran barang - Adanya waktu dan tempat - Pola kegiatan tidak teratur - Tempat usaha tidak permanen Pedagang Pasar Pedagang Kaki Lima Status Hukum - Kewarganegaraan - Membangun Usaha
- Peraturan Daerah Kabupaten Cirebon No. 7 Thn. 2014 Tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern
- Peraturan Daerah Kabupaten Cirebon No. 5 Thn. 2014 Tentang Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima
pandangan Islam akan menjawab persaingan pasar yang dianggap sehat agar adanya keadilan, ketertiban, serta kesejahteraan antara Pedagang Pasar, Pedagang Kaki Lima, maupun konsumen.
G. Metodologi Penelitian
Dalam penelitian memerlukan metodologi penelitian sebagai berikut: 1. Tempat Penelitian
Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (Purposive
Sampel). Penelitian ini dilakukan di Pasar Jamblang Kecamatan Depok Kabupaten Cirebon. Selain itu, penelitian ini dilaksanakan dengan pertimbangan letak wilayah penelitian yang dekat dengan tempat tinggal peneliti, sehingga peneliti pun dapat lebih leluasa dan juga mengetahui sedikitnya karakteristik maupun permasalahan yang terjadi di Pasar Jamblang. Dengan jumlah kios yaitu 136 kios yang hanya ditempati 80 kios saja oleh Pedagang Pasar, jumlah los yaitu 288 los yang hanya ditempati 120 los saja oleh Pedagang Pasar, dan jumlah Pedagang Kaki Lima yaitu 210 Pedagang Kaki Lima yang menempati di depan pasar, pinggir jalan, dan tempat parkir di sekitar Pasar Jamblang. Di Pasar Jamblang tersedia berbagai jenis barang dagangan, mulai dari makanan, sembako, sampai pakaian jadi.
2. Pendekatan Penelitian
Peneliti menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data
bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna
dari pada generalisasi.20 Obyek dalam penelitian kualitatif adalah obyek
yang apa adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti sehingga kondisi pada
20
saat peneliti memasuki obyek, setelah berada di obyek dan setelah keluar dari obyek relatif tidak berubah. Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data tidak dipandu oleh teori, tetapi dipandu oleh fakta-fakta yang
ditemukan pada saat penelitian di lapangan.21
Penelitian kualitatif lebih banyak mementingkan segi proses daripada hasil. Hal ini disebabkan oleh hubungan bagian-bagian yang
sedang diteliti akan jauh lebih jelas apabila diamati dalam proses.22
3. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian lapangan yang bersifat kualitatif deskriptif. Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat pencandraan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta
dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu.23 Data yang dikumpulkan
adalah berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa
yang sudah diteliti.24
Penelitian deskriptif melukiskan dan memahami model
kebudayaan suatu masyarakat secara fenomenologis25 dan apa adanya
dalam konteks satu kesatuan yang berkesinambungan. Mencoba menempatkan realitas sosial yang diteliti ke dalam berbagai konsep yang telah dikembangkan oleh ilmuwan ilmu sosial dan ilmu budaya. Penelitian deskriptif secara lebih fokus memanfaatkan konsep-konsep yang telah ada atau menciptakan konsep-konsep baru secara logika dan ilmiah yang
berfungsi klarifikatif terhadap fenomena sosial yang dipermasalahkan.26
21
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, 1-3. 22
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 11-12. 23
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), 75. 24
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 11. 25
Fenomenologis, yang berpendapat bahwa kebenaran sesuatu itu dapat diperoleh dengan cara menangkap fenomena atau gejala yang memancar dari objek yang diteliti. Apabila peneliti melakukan penangkapan secara profesional, maksimal dan bertanggungjawab, dapat diperoleh variasi refleksi dari objek. Bagi objek manusia, gejala dapat berupa mimik, pantomimik, ucapan, tingkah laku, perbuatan, dan lain-lain.
26
Beni Ahmad Saebani, Metode Penelitian Hukum, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), 57-58.
4. Data dan Sumber Data
a. Data
Data adalah bagian-bagian khusus yang membentuk dasar-dasar analisis yang merupakan bukti sekaligus isyarat. Data meliputi apa yang dicatat orang secara aktif selama studi. Data dikumpulkan
secara hati-hati.27 Berikut jenis data yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu :
1) Data Primer
Data primer adalah data-data yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti yang langsung dari sumbernya. Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul
data.28 Dimana diperoleh dari berbagai informasi yang ada dilokasi
penelitian dengan menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi.
2) Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diterbitkan atau dibuat oleh organisasi yang bukan pengelolanya. Sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada
pengumpul data.29 Dimana penulis mengambil dari buku-buku dan
dokumen yang ada relevansinya dengan pembahasan yang berhubungan dengan penelitian ini.
b. Sumber Data
Salah satu pertimbangan dalam memilih masalah penelitian adalah ketersediaan sumber data. Yang dimaksud sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana data dapat diperoleh. Berikut sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
27
Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), 64-65.
28
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, 62. 29
1) Sumber Data Teoritik
Hal-hal yang bersifat teoritik, penulis mengambil dari buku-buku dan dokumen yang ada relevansinya dengan pembahasan yang berhubungan dengan skripsi ini.
2) Sumber Data Empirik
Sumber data empirik diperoleh dari berbagai informan yaitu pengelola dinas pasar, Pedagang Pasar, Pedagang Kaki Lima, dan konsumen yang ada dilokasi penelitian dengan menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan dengan teknik sebagai berikut :
a. Observasi
Observasi adalah salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara pengamatan dan pencatatan fenomena-fenomena yang diselidiki baik langsung maupun tidak langsung melalui proses observasi. Melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku dan makna dari perilaku tersebut. Dalam metode observasi ini, peneliti memilih jenis observasi partisipasi pasif. Dalam observasi partisipasi pasif ini, peneliti datang ke tempat kegiatan orang yang
diamati tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut.30 Dalam
observasi jenis ini, peneliti melihat atau mendengarkan pada situasi
sosial tertentu tanpa partisipasi aktif di dalamnya.31 Peneliti akan
mengadakan pengamatan langsung dilapangan yaitu di Pasar Jamblang Kecamatan Depok Kabupaten Cirebon.
30
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, 64-66. 31
b. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu dimana percakapan itu dilakukan oleh dua belah pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan
jawaban atas pertanyaan itu.32 Dalam metode wawancara ini, peneliti
memilih jenis wawancara terbuka atau wawancara mendalam. Wawancara terbuka yaitu wawancara yang dilakukan peneliti dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang tidak dibatasi jawabannya, artinya pertanyaan yang mengundang jawaban terbuka. Wawancara jenis ini lebih banyak dipergunakan dalam penelitian kualitatif yang menuntut lebih banyak informasi apa adanya tanpa intervensi peneliti.33
Oleh karena sifatnya yang terbuka, ada kalanya responden juga memberikan komentar yang sebenarnya merupakan jawaban atas pertanyaan lainnya yang ada dalam pedoman wawancara. Peneliti jelas
tidak perlu lagi mengajukan pertanyaan tersebut.34 Apabila jawaban
yang diperoleh kurang memuaskan maka pewawancara dapat berusaha
untuk menggali lebih dalam melalui pertanyaan-pertanyaannya.35
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seseorang.36
32
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 186. 33
Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data, 51. 34
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), 184.
35
Karhi Nisjar dan Winardi, Sistem-Sistem Informasi Pemasaran, (Bandung: Mandar Maju, 1997), 224.
36
6. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, peneliti itu sendiri yang merupakan alat pengumpul data utama. Kemampuan peneliti sebagai instrumen dapat ditingkatkan dengan jalan pertama-tama peneliti hendaknya selalu pergi kepada situasi baru untuk memperoleh pengalaman, kemudian berusaha mencatat apa saja yang terjadi dan mewawancarai beberapa orang serta
mencatat apa saja yang menjadi hasil pembicaraan.37
7. Uji Validitas Data
Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam
(triangulasi) dan dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh.38
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain. Diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Dengan kata lain
bahwa dengan triangulasi, peneliti dapat me-recheck temuannya dengan
jalan membandingkan dengan berbagai sumber, metode, atau teori.39
Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan
data dan berbagai sumber data.40
Dengan demikian, peneliti menggunakan triangulasi teknik pengumpulan data :
37
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 173. 38
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, 87. 39
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 330-332. 40
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2007), 241.
Wawancara Observasi
Dokumentasi
Gambar 1. 2
Triangulasi Teknik Pengumpulan Data
Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya data diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi, kemudian dokumentasi. Bila dengan tiga teknik pengujian kredibilitas data tersebut, menghasilkan data yang berbeda-beda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau yang lain, untuk memastikan data mana yang dianggap benar. Atau mungkin semuanya benar, karena sudut pandangnya
berbeda-beda.41
8. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah didalami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada
orang lain.42
41
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, 273-274. 42
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif model Miles dan Huberman yang terkenal dengan analisis
interaktif.43 Sedangkan analisis interaktif ini meliputi 3 (Tiga) hal, yaitu:
a. Reduksi Data (Membuang data yang tidak penting)
Mereduksi data merupakan bagian dari pemilihan data yang penting. Dalam mereduksi data ini peneliti mencari data yang benar-benar valid dan membuang data yang tidak penting.
b. Penyajian Data
Penyajian data merupakan salah satu dari teknik analisis data kualitatif. Penyajian data merupakan kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun, sehingga memberi kemungkinan akan adanya penarikan kesimpulan. Bentuk penyajian data kualitatif berupa teks naratif (berbentuk catatan lapangan), matriks, grafik, jaringan dan bagan.
c. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan salah satu dari teknik analisis data kualitatif. Penarikan kesimpulan adalah hasil analisis yang dapat digunakan untuk mengambil tindakan.
H. Sistematika Penulisan
Dalam penelitian ini, terdapat sistematika penulisan untuk mengetahui dan mempermudah pembahasan serta memperoleh gambaran dari keseluruhan dengan menggunakan bab per bab yaitu :
BAB I PENDAHULUAN, berisikan tentang permasalahan penelitian yang meliputi Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Penelitian Terdahulu, Kerangka Pemikiran, Metodologi Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
BAB II PERSAINGAN PASAR, PEDAGANG PASAR DAN PEDAGANG KAKI LIMA, dimana menjelaskan secara ringkas pokok bahasan guna mendukung penyusunan teori yang meliputi Pengertian Pasar
43
dan Persaingan, Pedagang Pasar, Pedagang Kaki Lima, Persaingan Pasar Menurut Pandangan Islam dan Etika Bisnis Islam.
BAB III KONDISI PEDAGANG PASAR DAN PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR JAMBLANG KECAMATAN DEPOK KABUPATEN CIREBON, merupakan gambaran dalam proses penelitian di lapangan yang meliputi Profil Pasar Jamblang, Perkembangan Pedagang Pasar Jamblang, dan Perkembangan Pedagang Kaki Lima Di Pasar Jamblang.
BAB IV ANALISIS PERSAINGAN PASAR ANTARA
PEDAGANG PASAR DAN PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR
JAMBLANG KECAMATAN DEPOK KABUPATEN CIREBON, dimana
pada bab ini memaparkan hasil penelitian yang meliputi Persaingan Pasar Antara Pedagang Pasar Dengan Pedagang Kaki Lima Di Pasar Jamblang, Status Hukum Dari Keberadaan Pedagang Kaki Lima Di Pasar Jamblang, dan Pandangan Islam Terhadap Persaingan Pasar Antara Pedagang Pasar Dengan Pedagang Kaki Lima Di Pasar Jamblang Kecamatan Depok Kabupaten Cirebon.
BAB V PENUTUP, yang meliputi Kesimpulan dari pembahasan hasil penelitian dan Saran kepada pihak-pihak terkait.