Danramil Kaligesing Ajak
Masyarakat Buka Lahan Tidur
PURWOREJO,FP – Sedikitnya tujuh ribu meter persegi lahan
tidur di desa Sudorogo Kecamatan Kaligesing Purworejo diolah menjadi lahan produktif dengan ditanami tanaman jagung, Kamis (10/3/2016). Pengolahan lahan tersebut merupakan bagian dari upaya untuk memperkuat ketahanan pangan di Kabupaten Purworejo.
Secara simbolis, penanaman jagung di lahan tidur tersebut dilakukan oleh Dandim 0708 Purworejo Letnan Kolonel Czi Tommy Arief Susanto S.I.P yang diwakili Kasdim 0708 Purworejo Mayor Inf Restito, Danramil 03 Kaligesing, Camat, Petugas Penyuluh Lapangan serta perangkat desa serta Gapoktan desa setempat. Penanaman jagung perdana tersebut juga dimeriahkan dengan kesenian jaran kepang desa Sudorogo.
“Pengolahan lahan tidur di Desa Sudorogo ini kami realisasikan guna memberikan contoh kepada desa-desa lain khususnya di Kecamatan Kaligesing agar tidak menyia-nyiakan lahan yang ada. Lahan yang selama ini kurang bermanfaat karena berisi tanaman-tanaman yang tidak produktif harus segera diolah,” terang Danramil 03, Kapten Inf Sutopo.
Lebih lanjut dikatakannya, dengan adanya kegiatan pengolahan lahan ini diharapkan semakin memperkuat ketahanan pangan di wilayah Kaligesing. Pasalnya, lahan-lahan potensial untuk menananam tanaman pangan masih banyak yang belum digarap. “Setidaknya ada tiga hal yang kami inginkan dalam program ini diantaranya, terwujudnya ketahanan pangan, peningkatan ekonomi warga masyarakat setempat serta optimalisasi lahan-lahan tidur yang selama ini tidak diolah agar dapat dimanfaatkan oleh masyarakat,” tandasnya.
itu adalah Hibrida BC-18 sebanyak 10 kilogram. “Dari mulai persiapan lahan hingga panennya nanti akan terus kami dampingi. Kelemahannya adalah sulitnya sumber air. Maka waktu penghujan yang tinggal sedikit ini kami manfaatkan betul untuk melakukan penanaman,” tandasnya.
Sementara itu, Camat Kaligesing Bambang Budi Prasetyo m e n y a m b u t b a i k i n i s i a t i f d a r i t e n t a r a y a n g d a p a t direalisasikan bersama jajaran Muspika dan masyarakat setempat. Menurunnya, lahan tidur seperti di Desa Sudorogo tersebut adalah sample dari kondisi alam di wilayah Kaligesing.
“Bahkan prosentasi tanah yang tidur dengan yang tergarap untuk saat ini jauh lebih banyak yang belum tergarap dengan baik. Ini tentu menjadi tantangan sekaligus motifasi bagi kita bersama untuk terus mengerjakan hal serupa dan meluas hingga 21 Desa di Kaligesing,” katanya.
Camat Kaligesing berpesan agar Gapoktan yang bersama tentara yang akan mengelola tanaman-tanaman pada lahan tidur itu untuk tidak patah semangat. Pasalnya, untuk menghasilkan hasil yang bagus tentu tidak hanya sekali proses penanaman selesai.
“Jika tanaman pertama atau kedua pada lahan ini belum berhasil, jangan kemudian selesai. Harus terus dilanjutkan karena seluruhnya butuh proses agar betul-betul menjadi lahan produktif yang dapat menyangga ketahanan pangan di Kaligesing ini,” katanya.
Meningkat
PURWOREJO,FP – Pada tahun 2016 penderita demam berdarah di Kabupaten Purworejo mengalami peningkatan. Di bulan Januari tercatat 61 kasus, bulan Februari 54 kasus. Sementara pada bulan yang sama pada tahun 2015 tercatat 25 kasus dan 14 kasus.
“Dibandingkan tahun lalu memang terjadi peningkatan penderita demam berdarah. Namun demikian sampai saat in belum ada korban akibat demam berdarah,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Purworejo, dr Kuswantoro M.Kes di ruang Begelen, komplek Kantor Bupati Senin (7/3/2016).
Dijelaskan, dalam penanganan demam berdarah pihaknya sudah melakukan pengasapan atau foging. Setidaknya sampai saat ini sudah dilakukan 10 kali pengasapan. Diakui, cara seperti itu sebenarnya kurang efektif karena hasilnya hanya akan membunuh nyamuk dewasa saja.
“Cara yang paling efektif adalah dengan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) secara serentak dan bersama-sama. Karena itu dibutuhkan peran serta masyarakat untuk mengatasi jentik-jentik yang ada,” jelas Kuswantoro.
Lokalisasi
Gunung
Tugel
Riwayatmu Kini
PURWOREJO, FP – Komplek lokalisasi Gunung Tugel Kutoarjo kini
rata dengan tanah. Enam bangunan yang biasa digunakan untuk mereguk kenikmatan sesaat itu sudah dirobohkan oleh tim gabungan dari Sat Pol PP, Polres dan Kodim 0708 Purworejo, Rabu (10/2/2016).
40 PSK yang tiap malam siap melayani para hidung belang kini sudah kocar kacir. Sebagian ada yang mengikuti pelatihan ketrampilan di sebuah lembaga yang disediakan pemerintah, sisanya masih bertahan dengan profesinya meski harus ke luar daerah. Kendati ada yang tetap nekad beroperasi di Kutoarjo itupun harus secara sembunyi-sembunyi dengan resiko terjaring razia petugas.
Menurut Kabid Sosial Disnakertransos Purworejo, Sri Lestariningsih, pihaknya sudah memberi penawaran kepada eks penghuni lokalisasi Gunung Tugel untuk diberi pelatihan ketrampilan gratis di Solo selama satu tahun. Pelatihan ketrampilan disesuaikan dengan minat dan bakat masing-masing. Diantaranya menjahit, bordir dan salon kecantikan. “Setelah selesai mereka akan diberi modal untuk usaha,” kata Sri.
Sri Lestariningsih, K a b i d S o s i a l Diskertransos Purworejo
Namun demikian, lanjutnya, tidaklah mudah membina eks PSK. Banyak yang enggan untuk dibina dan mencari nafkah secara
normal. Bahkan ada yang sudah ikut pembinaan kabur dan kembali beroperasi ke profesi semula. “Alasanya, mereka tidak percaya hasil usahanya kelak cukup menghidupi keluarga. “Mereka juga beralasan lebih mudah dan cepat cari uang dengan menjajakan diri,” tambahnya.
Keberadaan tempat prostitusi di Gunung Tugel yang masuk wilayah Dusun Girirejo Timur Kelurahan/Kecamatan Kutoarjo sejak tahun 1970 an. Awalnya lokasinya di sekitar pasar hewan. Seiring perkembangan wilayah tempatnya bergeser di pinggir sungai tak jauh dari Gunung Tugel. Namun lantaran diwilayah itu dibangun perumahan dan disertai penolakan warga, komplek wisata esek-esek itu kemudian pada tahun 1993 berpindah di Gunung Tugel.
Gunung Tugel sendiri merupakan sebuah perbukitan yang dijadikan area pemakaman etnis Tionghoa atau lebih dikenal dengan Bong Cina. Gunung Tugel dibelah oleh jalan beraspal yang menghubungkan Kutoarjo dan daerah sekitarnya. Karenanya tidak mengherankan meski wilayahnya berada di pinggiran namun cukup ramai dilalui kendaraan baik roda dua maupun empat.
Nama Harjo Kubis disebut sebut sebagai orang yang pertamakali membuka bisnis haram itu. Hingga sebelum dihancurkan, dari enam rumah bordil itu salah satu micikarinya atau germo bernama Wiji yang masih trah Harjo Kubis. Bahkan Wiji dianggap orang yang paling berpengaruh setelah era Harjo Kubis
Lokalisasi Gunung Tugel sebenarnya tidak begitu luas. Meski demikian kendaraan roda empat bisa masuk sampai komplek. Prostitusi di Gunung Tugel juga masuk kategori kelas menengah ke bawah. Tarifnya cukup terjangkau bagi hidung belang yang modalnya pas pasan. Yakni berkisar Rp 50 ribu rupiah. Kalau toh ada yang tarifnya Rp 200 ribuan biasanya PSK pendatang dan dianggap “barang baru”, bagi pria yang suka ” jajan”,ditempat itu.
Tempat Lokalisasi Gunung
Tugel Dibongkar Paksa Para
PSK Akan Diberi Pelatihan
Ketrampilan
PURWOREJO, FP – Tempat Lokalisasi di Gunung Tugel Kutoarjo
dibongkar paksa oleh Tim gabungan dari Sat Pol PP, Polres dan Kodim 0708 Purworejo, Rabu (10/2/2016). Pembongkaran enam bangunan dilakukan karena para pemiliknya tidak mengindahkan surat teguran dan janji akan membongkar sendiri bangunan rumahnya. Selain untuk tempat porstitusi liar, bangunan di lokalisasi juga digunakan sebagai tempat peredaran minuman keras.
Sebelumnya para penghuni sudah mendapat teguran sebanyak tiga kali namun tidak ada respon. Mereka kemudian diberi waktu sampai 10 Februari untuk membongkar sendiri bangunan milknya. Namun akrena sampai batas waktu tidak juga dibongkar maka pembongkaran paksa dilakukan oleh tim gabungan.
Pembongkaran disaksikan langsung oleh Pj Bupati Purworejo Agus Utomo, Dandim 0708 Letkol Czi Tommy Arief Prasetyo, Wakapolres Kompol Sumayono dan perangkat kelurahan setempat. Pembongkaran tanpa ada perlawanan dari pemilik rumah karena sebelumnya mereka sudah mengosongkan tempat itu.
Pj Bupati Purworejo didampingi Dandim 0708 dan Wakapolres mengatakan, pembongkaran tersebut sudah sesuai prosedur dan perda yang ada. Apalagi pemilik rumah sudah sepakat akan membongkar sendiri dan sudah diberi waktu namun tidak juga dilakukan. “Pembongkaran ini sudah sesuai prosedur, perdanya juga ada. Keberadaan bangunan disini sudah mengganggu fungsi
sosial karena digunakan untuk kegiatan prostitusi dan peredaran miras,” ungkap Pj bupati.
Dia menjelaskan, bekas lokalisasi itu nantinya akan ditatanami bibit pohon untuk menghijaukan kawasan itu. “Saya berharap di Purworejo tidak ada lagi usaha-usaha seperti ini,” tambahnya.
Pj Bupati Purworejo melihat l a n g s u n g p e m b o n g k a r a n bangunan di lokalisasi Gunung Tugel
Sementara itu, Kasat Pol PP Purworejo Tri Joko Pranoto mengungkapkan, pembongkaran bangunan di Gunung Tugel sudah sesuai dengan Perda No 11 Tahun 2012 tentang Ijin Mendirikan Bangunan (IMB), Perda No. 8 Tahun 2014 tentang Ketertiban dan Perda No. 6 Tahun 2003 tentang Porstitusi. “Artinya pembongkaran bangunan ini sudah sesuai jalur hukum,” paparnya. G u n u n g T u g e l t e r l e t a k d i D u s u n G i r i r e j o T i m u r , Kelurahan/Kecamatan Kutoarjo, Kabupaten Purworejo. Keberadaan prostitusi di wilayah itu sebenarnya sudah berlangsung sejak tahun 1970. Pada awalnya lokasinya berada di sekitar pasar hewan. Namun karena ada penolakan dari warga kemudian pindah di pinggir sungai tak jauh dari tempat semula.
Tapi seiring perkembangan kota dan diwilayah itu akan dibangun perumahan maka komplek sekitar tahun 1993 lokalisasi berpindah di kawasan Gunung Tugel sampai sekarang. Gunung Tugel sendiri adalah tempat pemakaman orang Tionghoa.
Orang paling berperan dalam usaha lokalisasi ditempat itu adalah Harjo Kubis almarhum. Setelah Harjo Kubis tidak ada usaha diteruskan orang-orang yang pernah bekerja denganya. Sebelum dihancurkan petugas, ada enam rumah dan 40 kamar serta sebuah warung di lokalisasi. Meski tidak begitu luas namun kendaraan roda empat bisa sampai ke lokasi itu.
Ada 25 Pekerja Sek Komersial (PSK) yang mangkal ditempat itu. 14 orang asli warga Kutoarjo dan sisanya PSK pendatang atau tidak menetap yang berasal dari daerah Kebumen dan Wonosobo. Menurut Kabid Sosial Disnakertransos Purworejo, Sri Lestariningsih, para mantan PSK lokalisasi Gunung Tugel itu nantinya akan diberi penawaran. Bagi yang berminat akan dikirim ke sebuah lembaga di Solo untuk diberi pelatihan dan ketrampilan selama satu tahun secara gratis. Selama di Solo mereka akan diberi pelatihan ketrampilan sesuai minat bakat masing-masing. Diantaranya, menjahit, bordir dan rias kecantikan atau salon. “Setelah pulang dari pelatihan mereka akan diberi modal dan pendampingan untuk membuka usaha,” kata Sri Lestariningsih.
Operasional Perdana Kereta
Kesehatan Rail Clinic, Layani
140 Warga
Setelah di launching di Stasiun Pasar Senen Jakarta pada 12 Desember lalu, kereta kesehatan milik PT Kereta Api Indonesia (KAI), Rail Clinic, Sabtu (19/12) melakukan operasional perdana di Stasiun Wojo, Desa Dadirejo, Kecamatan Bagelen, Kabupaten Purworejo. Masyarakat di sekitar stasiun langsung dapat menikmati layanan kesehatan secara gratis di atas kereta
selama satu hari. Dari data paramedis, sedikitnya tercatat 140 warga memanfaatkan layanan tersebut.
Pelayanan kesehatan yang dapat dinikmati oleh masyarakat di Rail Clinic meliputi layanan kesehatan tingkat pertama seperti pemeriksaan umum, gigi, mata, kehamilan dan kefarmasian. Disamping itu juga dilakukan pemberian kaca mata gratis serta penyuluhan kesehatan. Untuk mendapatkan layanan kesehatan di Rail Clinic masyarakat hanya diminta menunjukan kartu identitas kepada petugas.
“Rail Clinic merupakan bentuk kegiatan kepedulian dan tanggung jawab sosial PT KAI kepada masyarakat. Ke depan kami berharap dapat menjalin kerjasama dengan BUMN atau lembaga lain untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di daerah-daerah yang jauh dari fasilitas kesehatan namun dapat terjangkau oleh kereta api,” kata Direktur Utama PT KAI, Edi Sukmoro yang hadir dalam kegiatan tersebut.
Tambah Edi, untuk sementara ini Rail Clinic baru beroperasi di wailayah pulau Jawa saja. Namun demikian bila ke depan sudah ada kerjasama dengan pihak lain maka Rail Clinic akan beroperasi sampai luar pulau Jawa.
Menurut Edi Sukmoro, pembuatan Rail Clinic dilatar belakangi oleh semangat PT KAI untuk memberikan layanan lebih kepada masyarakat Indonesia khususnya di bidang kesehatan dengan memanfaatkan jalur KA sehingga dapat menembus daerah yang sulit dilalui kendaraan bermotor. “Untuk proses pengerjaan Rail Clinic sendiri dilakukan sejak 10 Oktober 2015 di Balai Yasa Yogyakarta,” ujar Edi.
Dalam pengoperasian Rail Clinic tidak tergantung pada lokomotif sehingga dapat lebih leluasa. Rail Clnic merupakan kereta armada yang dimodifikasi oleh Balai Yasa dengan retrofit kereta rel diesel (KRD). Rail Clinic dilengkapi dengan toilet ramah lingkungan. Rangkain Rail Clinic terdiri dari dua kereta (gerbong) yang masing-masing memiliki tata
ruang dan jenis pelayanan kesehatan yang berbeda. Rail Clinic juga pernah mendapat piagam penghargaan dari MURI sebagai kereta kesehatan pertama di Indonesia.
Kegiatan layanan perdana Rail Clinik dihadiri Deputi Bidang Usaha Kontruksi Dan Sarana Prasarana Perhubungan Kementerian BUMN Pontas Tambunan, Staf Ahli Kemenhub sekaligus Komisaris PT KAI Riza Permadi, Bupati Kulonprogo dr, Hasto Wardoyo,Sp,OG (K), PJ Bupati Purworejo Agus Utomo, Kapolres Purworejo AKBP Arsida Septiana dan jajaran PT KAI.
Siswa SMK YPT Purworejo Dan
Anggota Koramil Kaligesing
Bangun Jalan Setapak
Sebanyak 210 anggota Saka Wira Kartika SMK YPT Purworejo binaan Kodim 0708 Purworejo melaksanakan kegiatan karya bhakti berupa pembangunan rabat beton jalan setapak sepanjang 375 meter, Senin (14/12). Kegiatan dilaksanakan di dua lokasi yakni Padukuhan Jetis dan Jeketro, Desa Kaligono, Kecamatan Kaligesing. Kegiatan juga didukung oleh 17 anggota Koramil 03 Kaligesing dan 30 guru pembina.
Serma Budi Susanto dan Sertu Santoso selaku penanggung jawab pramuka mengatakan, disamping untuk membantu masyarakat, kegiatan karya bhakti tersebut bertujuan meningkatkan rasa kepedulian sosial. Diharapkan dengan kegiatan itu para siswa akan semakin memahami rasa kegotong royongan dan kebersamaan. “Kegiatan ini sangat besar sekali manfaatnya baik untuk anggota Saka Wira Kartika maupun masyarakat Desa Kaligono,” jelasnya.
Di lokas Padukuhan Jetis, para siswa melakukan aksi pengambilan batu dari sungai. Sedang di Padukuhan Jekreto melakukan pembangunan rabat beton.
Pewarta Purworejo Dan TNI
Tanam Ribuan Pohon
Pewarta Purworejo bekerja sama dengan SMA Negeri 3 Purworejo mengadakan kegiatan penghijauan dan pelestarian sumber air berupa penanaman ribuan pohon. Kegiatan dipusatkan di Desa Tlogokotes dan Somorejo, Kecamatan Bagelen Kabupaten Purworejo, Jumat (11/12). Kegiatan tersebut dalam rangka Hari Pers Nasional tahn 2016 dan HUT SMA Negeri 3 Purworejo ke – 32.
Sebelum penanaman dilakukan penyerahan bibit secara simbolis oleh Pj Bupati Purworejo yang diwakli Kepala Dinas Pertanian, Peternakan, Kelautan dan perikanan Ir Dri Sumarno, Dandim 0708 Purworejo Letkol Czi Tommy Arie Susanto, Kapolres Purworejo yang diwakili Kasubag Humas AKP Lasiyem kepada Kepala Desa Tlogokotes dan Sumorsejo.
Kepala Pewarta Purworejo Hantoro Wibowo mengatakan, kegiatan tersebut merupakan salah satu dari sekian kegiatan dalam rangka peringatan Hari Pers Nasional tahun 2016 yang jatuh pada 9 Februari mendatang. “Mudah-mudahan kegiatan ini bisa bermanfaat bagi masyarakat Desa Tlogokotes dan Somorejo,” tutur Hantoro Wibowo.
Sementara itu Dandim 0708 Purworejo Letkol Czi Tommy Arie Susanto memberikan apresiasi yang tinggi terhadap kegiatan penghijauan tersebut. Menurutnya, kegiatan sosial tersebut akan sangat bermanfaat bagi masyarakat sekitar. “Ini adalah
wujud ucapan terimakasih para wartawan kepada masyarakat yang selama ini menjadi sumber beritanya,” kata Dandim.
Sedikitnya ada sekitar 5100 bibit pohon yang ditanam dalam kegiiatan itu. Rincianya, 1500 batang Jati, 1.800 batang Albasiah, 500 batang Trembesi, 30 batang Gayam, 800 batang Jabon Merah, 400 batang Suren dan 70 batang Asam Jawa.
Nama RSUD Saras Husada
Diganti DrTjitrowardoyo
Sejak September 2015, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Purworejo yang semula bernama RSUD Saras Husada, resmi diganti dengan nama RSUD Dr Tjitrowardojo. RSUD Purworejo didirikan oleh Yayasan Zending pada tahun 2015 dan pada tahun 1951 resmi bernama Rumah Sakit Umum (RSU) Purworejo.
Pada 5 Oktober 2005 diberi nama RSUD Saras Husada, meskipun saat itu sudah muncul nama beberapa tokoh di bidang kedokteran yang berasal dari Purworejo. Tetapi karena banyaknya nama yang disodorkan, agar tidak menimbulkan kecemburuan akhirnya ditetapkan dengan nama RSUD Saras Husada.
Terakhir, Bupati Purworejo Drs H Mahsun Zain MAg bersemangat untuk mengganti nama RSUD tersebut dengan nama RSUD Dr Tjitrowardojo. “ Ini sebagai upaya untuk mikul dhuwur mendhem jero,” ujar Bupati kepada Legalitas. Akhirnya pada sejak September 2015, resmi RSUD Purworejo bernama RSUD Dr Tjitrowardojo.
Siapakah Dr Tjitrowardojo ?
tersembunyi. Termasuk nama Dr Tjitrowardojo masih jarang yang belum tahu siapakah sebenarnya almarhum ? Kenapa Bupati Purworejo sangat bersemangat untuk memberi nama RSUD Purworejo dengan nama RSUD Dr Tjitrowardojo ?
Pemberian nama tersebut cukup beralasan. Bukan hanya sekedar niat yang tanpa alas an dasar. Karena Bupati berharap nama Dr Tjitrowardojo dapat terpatri di hati sanubari warga Purworejo. Meskipun pada awalnya Drs H Mahsun Zain M Ag mengaku belum memiliki data lengkap tentang sejarah hidup almarhum. Bahkan saat itu ada yang menduga kalau almarhum berasal dari Solo hanya kebetulan dimakamkan di Makam Kedokteran, Kampung Baledono, Purworejo.
Namun ketika Legalitas selama beberapa bulan meneliti sejarah Dr Tjitrowardojo yang merupakan anak kandung Kiai Honggodrono, dapat memastikan kalau almarhum memang benar-benar Putra Purworejo. Nama kecil almarhum Mas Ngabei Radiman, lahir di Purworejo pada 13 Januari 1847.
Pada usia 19 tahun, yakni pada tahun 1865 karena kegeniusannya telah lulus dari Fakultas Kedokteran di Leiden, Belanda. ( Kita tidak tahu bagaimana hingga pada zaman itu Mas Ngabei Radiman bisa mengikuti studi di Leiden. Karena kebetulan pada masa hidupnya tengah digelorakan Tanam Paksa yang diprakarsai oleh Gubernur Jendral Van den Bosh di Tanah Bagelen ).
Namun secara mengejutkan muncul Mas Ngabei Radiman yang dapat lulus dari Fakultas Kedokteran di Leiden dalam usia masih sangat belia. Bukan hanya itu, Mas Ngabei Radiman juga berhasil meraih rangking dua sehingga menerima Bintang Perak. Mas Ngabei Radiman Tjitrowardojo atau Dr Tjitrowardojo merupakan Dokter Pribumi pertama di negeri kita. Sesudah lulus fakultas kedokteran di Leiden lalu mengajar di Stovia (fakultas kedokteran) di Jakarta. Mahasiswa yang pernah dididiknya antara lain Dr Tjiptomangunkusumo serta Dr Karyadi. Dalam silsilah yang ditemukan Legalitas menunjukkan kalau ayah
kandung Dr Tjitrowardojo yakni Kiai Honggodrono adalah Putra ke 15 dari KRT Gagak Pernolo II. Pada masa hidupnya KRT Gagak Pernolo II menjabat sebagai Tumenggung Gunung ( Tumenggung yang bertugas menghimpun upeti untuk raja dan bagian dari para pangeran di kraton). KRT Gagak Pernolo II bertempat tinggal di Tanggung ( kini bernama Desa Sidomulyo ), Kecamatan Purworejo.
Sedang KRT Gagak Pernolo II putra sulung KRT Gagak Pernolo I yang berasal dari Banyuasin. KRT Gagak Pernolo I putra sulung dari Kiai Wayah dan Kiai Wayah keturunan langsung Bathara Loano atau Anden Loano I yang merupakan tokoh legendaris dalam sejarah daerah Bagelen. Dalam silsilah disebutkan, Bathara Loano atau Anden Loano I adalah keturunan Aria Bangah putra dari Kerajaan Galuh.
Pernikahan Dr Tjitrowardojo dengan R Ay Suratinah dikaruniai empat orang anak, yakni RM Soemali, R Ay Watini, RM Moeljadi dan R Ay Sadini. Setelah R Ay Sadini dewasa nikah dengan R Ng Puspodirdjo Puspowardojo seorang Kepala Pertanian di Solo. Dari hasil pernikahanya, lahir R Ay Tuti Marini. Tatkala R Ay Tuti Marini dewasa nikah dengan Alwi Abdul Jalil Habibie dari Pare-Pare Sulawesi. Dari hasil pernikahan mereka pada 25 Juni 1936 lahir Burhanudin Jusup (BJ) Habibie di Pare-Pare. Seperti kita ketahui BJ Habibie adalah Presiden Republik Indonesia ke III.
Dengan penetapan nama RSUD Purworejo menjadi RSUD Dr Tjitrowardojo merupakan pilihan nama paling tepat. Karena almarhum merupakan dokter pribumi pertama di tanah air kita dan banyak mengabdi di bidang kedokteran. Sedang nama para mahasiswa hasil dididikannya seperti Dr Karyadi sudah cukup lama menjadi nama RSU di Semarang. Demikian pula nama Dr Tjiptomangungkusumo sudah lama menjadi nama RSU di Jakarta. Rumah Sakit Rujukan Terbaik.
Rujukan Terbaik di Jawa Tengah Selatan. RS yang terletak di Jl Jendral Sudirman No 60 Purworejo tersebut merupakan Rumah Sakit Kelas B Pendidikan yang sudah ditetapkan lewat SK Men Kes No Hk.02.03/I/0216/2014 tgl 21 Februari 2024. RS tersebut berdiri di atas tanah seluas 58.123 m2 dengan luas bangunan 21.383.80 m2, terdiri dari Gedung Farmasi, 22 Bangsal Perawatan, Auditorium dan Kantor.
Melalui pendekatan Managemen Mutu, RSUD Dr Tjitrowardojo selalu berusaha meningkatkan serta mengembangkan mutu pelayanan, demikian dijelaskan oleh Direktur RSUD Dr Tjitrowardojo, Drg H Gustanul Arifin, M Kes.
Sejak tahun 2009, RSUD Dr Tjitrowardojo sudah dinyatakan lulus akreditasi 16 bidang pelayanan. Di antaranya pelayanan administrasi dan managemen,pelayanan medik, gawat darurat, keperawatan sampai pelayanan bank darah.