REFERAT SINKOP
DISUSUN OLEH: Raja Friska Yulanda
1102010230
PEMBIMBING: Dr. Nasir Okbah Sp.S
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN NEUROLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
Kata Pengantar
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Segala puji bagi Allah SWT yang senantiasa memberikan kekuatan dan kemampuan kepada penyusun sehingga penyusunan Referat yang berjudul “SINKOP” ini dapat diselesaikan.
Referat ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat dalam mengikuti dan menyelesaikan kepaniteraan klinik SMF Neurologi di RSUD Dr.Slamet Garut. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. Nasir Okbah Sp.S, selaku dokter pembimbing.
2. Para Perawat dan Pegawai di Bagian SMF Neurologi RSUD Dr.Slamet Garut. 3. Teman-teman sejawat dokter muda di lingkungan RSUD Dr.Slamet Garut.
Segala daya upaya telah di optimalkan untuk menghasilkan referat yang baik dan bermanfaat, dan terbatas sepenuhnya pada kemampuan dan wawasan berpikir penulis. Pada akhirnya penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca agar dapat menghasilkan tulisan yang lebih baik di kemudian hari.
Akhir kata penulis mengharapkan referat ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca, khususnya bagi para dokter muda yang memerlukan panduan dalam menjalani aplikasi ilmu. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Garut, September 2014
PENDAHULUAN
Sinkop merupakan salah satu penyebab penurunan kesadaran yang banyak ditemukan di Unit Gawat Darurat (UGD). Sinkop adalah kehilangan kesadaran sementara dengan awitan akut yang diikuti dengan jatuh, dan dengan pemulihan spontan dan sempurna tanpa intervensi. Sinkop merupakan gejala dari suatu penyakit sehingga harus dicari etiologinya.
Di Amerika diperkirakan 3% dari kunjungan pasien digawat darurat disebabkan oleh sinkop dan merupakan 6% alasan seseorang datang kerumah sakit. Angka rekurensi dalam 3 tahun diperkirakan 34%. Sinkop sering terjadi pada orang dewasa, insiden sinkop meningkat dengan meningkatnya umur. Hamilton mendapatkan sinkop sering pada umur 15-19 tahun, lebih sering pada wanita dari pada laki-laki, sedangkan pada penelitian Framingham mendapatkan kejadian sinkop 3% pada laki-laki dan 3,5% pada wanita, tidak ada perbedaan antara laki-laki dan wanita. Penelitian Framingham di Amerika Serikat tentang kejadian sinkop dari tahun 1971 sampai 1998 (selama 17 tahun) pada 7814 individu, bahwa insiden sinkop pertama kali terjadi 6,2/1000 orang/tahun. Sinkop yang paling sering terjadi adalah sinkop vasovagal (21,1%), sinkop cardiac (9,5%) dan 36,6% sinkop yang tidak diketahui penyebabnya. Sedangkan biaya yang dikeluarkan untuk melakukan evaluasi dan pengobatan pasien dengan sinkop tersebut dapat mencapai 800 juta dolar Amerika. Sedangkan di Eropa dan Jepang kejadian sinkop adalah 1-3,5%. Sinkop vascular merupakan penyebab sinkop yang terbanyak, kemudian diikuti oleh sinkop cardiac.
Penatalaksanaan sinkop tergantung etiologinya. Untuk itulah tinjauan kepustakaan ini ditulis agar dapat mendiagnosis sinkop berdasarkan etiologinya supaya sinkop dapat dicegah ataupun diterapi.
TINJAUAN PUSTAKA
1.
Definisi
Sinkop adalah kehilangan kesadaran dan kekuatan postural tubuh yang tiba – tiba dan bersifat sementara, dengan konsekuensi terjadi pemulihan spontan. Kehilangan kesdaran tersebut terjadi akibat penurunan aliran darah ke otak( hipoperfusi serebral).
Otak memiliki beberapa bagian, termasuk dua belahan otak, otak kecil, dan batang otak. Otak membutuhkan aliran darah untuk menyediakan oksigen dan glukosa ke sel-selnya. Agar tubuh tetap sadar, sebuah area yang dikenal sebagai sistem pengaktif retikuler yang terletak di batang otak harus hidup, dan setidaknya satu belahan otak harus berfungsi. Pingsan terjadi bila sistem pengaktif retikuler atau kedua belahan otak kekurangan darah, oksigen, atau glukosa.
Sinkop berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari kata syn dan koptein yang artinya memutuskan. Sehingga definisi sinkop (menurut European Society of Cardiology:ESC), adalah suatu gejala dengan karakteristik klinik kehilangan kesadaran yang tiba-tiba dan bersifat sementara, dan biasanya menyebabkan jatuh. Onsetnya relatif cepat dan terjadi pemulihan spontan. Kehilangan kesadaran tersebut terjadi akibat hipoperfusi serebral.
2.
Etiologi
Kegiatan sebelum sinkope dapat memberikan petunjuk mengenai penyebab gejala. Sinkop dapat terjadi pada saat istirahat, dengan perubahan postur, pada saat menggunakan tenaga, setelah latihan, atau dengan situasi tertentu seperti batuk, atau berdiri lama.
Secara garis besar, penyebab sinkop dibagi menjadi dua. Akibat kelainan jantung (cardiac syncope) dan penyebab bukan kelainan jantung (non-cardiac syncope). Pembagian ini sangat penting, karena berhubungan dengan tingkat risiko kematian. Penyebab sinkop dapat diklasifikasikan dalam lima kelompok yaitu vascular-cardiac, neurologi, sinkop refleks, sinkop metabolik dan sinkop lain-lain.
A.
Jantung dan sirkulasi 1. Sinkop Vasodepressor.
Sinkop vasodepressor terjadi jika individu yang rentan berhadapan dengan situasi yang membuat stress. Gejala prodromal: kegelisahan, pucat, kelemahan, mendesah, menguap, diaphoresis, dan nausea. Gejala-gejala ini mungkin diikuti dengan kepala terasa ringan, penglihatan kabur, kolaps, dan LOC (loss of consciousness). Kadang-kadang tejadi kejang klonik ringan, tetapi tidak diindikasikan penanganan kejang, kecuali terdapat tanda-tanda lain yang menunjuk ke arah ini. Serangan berlangsung singkat dan cepat pulih jika berbaring. Episode ini dapat berulang.
Sinkop Vasodepressor dapat terjadi pada:
Seseorang dengan kondisi normal yang dipengaruhi oleh emosi yang tinggi
Pada seseorang yang merasakan nyeri hebat setelah luka, khususnya pada daerah abdomen dan genitalia.
Selama latihan fisik yang keras pada orang-orang yang sensitive. 2. Penyebab Hipotensi Orthostatik
Definisi Hipotensi Orthostatik adalah apabila terjadi penurunan tekanan darah sistolik 20mmHg atau tekanan darah diastolik 10 mmHg pada posisi berdiri selama 3 menit. Pada saat seseorang dalam posisi berdiri sejumlah darah 500-800 ml darah akan berpindah ke abdomen dan eksremitas bawah sehingga terjadi penurunan besar volume darah balik vena secara tiba-tiba ke jantung. Penurunan ini mencetuskan peningkatan refleks simpatis. Kondisi ini dapat asimptomatik tetapi dapat pula menimbulkan gejala seperti kepala terasa ringan, pusing, gangguan penglihatan, lemah, berbedebar-debar, hingga sinkop. Sinkop yang terjadi setelah makan terutama pada usia lanjut disebabkan oleh retribusi darah ke usus.
Hipotensi ortostatik merupakan penurunan tekanan darah seseorang sedang dalam posisi tegak. Keadaan ini terjadi berbagai keadaaan:
a. Hipovolemia (perdarahan, muntah, diare,diuretik).
b. Gangguan pada reflex normal (nitrat, vasodilator, penghambat kanal kalium, neuroleptik).
c. Kegagalan autonom. Primer atau sekunder. Diabetes paling sering menyebabkan neuropati otonom sekunder, sedangkan usia lanjut merupakan penyebab lazim kegagalan otonom primer. Paling tidak telah dicerminkan oleh tiga sindroma :
Disautonomia akut atau subakut
Pada penyakit ini, seorang dewasa atau anak yang tampak sehat mengalami palisis parsial atau total pada system saraf parasimpatis dan simpatis selama beberapa hari atau beberapa minggu. Refleks pupil menghilang sebagaimana halnya dengan fungsi lakrimasi, saliva serta perspirasi, dan terdapat impotensi, paresis otot-otot kandung kemih dan usus serta hipotensi ortostatik. Penyakit tersebut dianggap merupakan suatu varian dari polyneuritis idiopatik akut yang ada hubungannya dengan sindroma Guillain-Barre.
Insufisiensi autonom pascanglionik kronis
Keadaan ini merupakan penyakit yang menyerang usia pertengahan dan usia lanjut. Penderita berangsur-angsur mengalami hipotensi ortostatik kronik yang kadang-kadang bersamaan dengan gejala impotensi dan gangguan sfingter. Gejala pucat atau mual. Laki-laki lebih sering terkena, tampaknya ireversibel.
Insufisiensi autonom praganglionik kronis
Pada keadaan ini, gejala hipotensi ortostatik dengan anhidrosis yang bervariasi, impotensi dan gangguan sfingter terjadi bersama dengan kelainan yang mengenal system saraf pusat. Kelainan tersebut mencakup (1) tremor, rigiditas ekstrapiramidal serta akinesia (sindroma Shy-Drager), (2) degenerasi serebelum
progressive yang pada sebagian kasus bersifat familial dan (3) kelainan sereberal serta ekstrapiramidal yang lebih bervariasi (degenerasi striatonigra).
3. Obstruksi aliran keluar.
Stenosis aorta, stenosis mitral, stenosis pulmonal. Pasien dapat dating dengan sinkop akibat latihan fisik. Malfungsi katup secara mekanik juga dapat menyebabkan obstruksi aliran keluar.
4. Infark atau iskemia miokardium 5. Aritmia
a. Bradiaritmia: sindrom sinus sakit (sick sinus syndrome, blok nodus AV) b. Takiaritmia: PSVT, sindrom Wolf-Parkinson-White, takikardia ventrikel
Ada dua kelainan jantung yang sering menjadi penyebab pingsan. Pertama adanya hambatan pada aliran darah di pompa jantung. Seperti pada pompa air yang katupnya rusak, fungsi pompa jantung pun bisa terganggu dan volume darah yang dihasilkan menurun.
Penurunan jumlah darah yang dikeluarkan oleh jantung ini akan menyebabkan penurunan perfusi otak dan memicu pingsan. Hal ini terjadi pada kondisi penyempitan katup- katup jantung, kelainan otot jantung, penumpukan cairan di selaput jantung, tumor dalam jantung, dan lain-lain. Kedua adalah gangguan irama jantung (aritmia). Apabila irama jantung tiba-tiba melambat terjadi penurunan aliran darah di otak. Begitu pula jika jantung memompa terlalu cepat. Pengisian ruang-ruang jantung menjadi tidak maksimal, dan kekuatan pompa menurun drastis. Contoh melambatnya irama adalah sick sinus syndrome (SSS).
6. Hipersensitivitas sinus karotis.
Sinkop dapat terjadi saat bercukur atau memakai kerah yang ketat. Hal ini umum terjadi pada pria dengan usia lebih dari 50 tahun. Aktivasi dari baroreseptor sinus karotis meningkatan impuls yang dibawa ke badan Hering menuju medulla oblongata. Impuls afferen ini mengaktivkan saraf simpatik efferen ke jantung dan
pembuluh darah. Hal ini menyebabkan sinus arrest atau Atrioventricular block, vasodilatasi. Pemijatan salah satu atau kedua sinus karotikus, khususnya pada orang usia lanjut, menyebabkan (1) perlambatan jantung yang bersifat refleks (sinus bradikardia, sinus arrest, atau bahkan blok atrioventrikel), yang disebut respons tipe vagal, dan (2) penurunan tekanan arterial tanpa perlambatan jantung yang disebut respons tipe depressor. Kedua tipe respons sinus karotikus tersebut dapat terjadi bersama-sama.
B.
Etiologi Metabolik
Episode biasanya diperkuat jika mengerahkan tenaga tetapi dapat terjadi jika pasien berbaring. Awitan dan pemulihan biasanya lama. Penyebab Sinkop Metabolik Penyebab metabolik pada sinkop sangat jarang, hanya berkisar 5% dari seluruh episode sinkop.
Hipoksia, seperti pirau pada penyakit jantung congenital
Hiperventilasi, menyebabkan vasokontriksi serebrum dengan gejala kesulitan bernafas, ansietas, parestesia tangan atau kaki, spasme karpopedal, dan kadang-kadang nyeri dada unilateral atau bilateral. Pasien dapat mengalami serangan ulangan jika melakukan hiperventilasi dalam lingkungan yang terkendali.
Hipoglikemia, Jika gejala terjadi secara bertahap selama periode beberapa menit, hiperventilasi atau hipoglikemia sebaiknya dipertimbangkan. Keadaan hipoglikemia yang berat biasanya terjadi akibat seuatu penyakit yang serius, seperti tumor pada sel pulau langerhan ataupun penyakit adrenal, hipofise atau hepar yang lanjut, atau akibat pemberian insulin dalam jumlah yang berlebihan. Gambaran klinisnya berupa gejala kebingunan atau bahkan penurunan kesadaran. Kalau keadaaannya ringan, sebagaimana lazim terjadi pada hipoglikemia. Diagnosis
keadaan ini bergantung pada hasil anamnesis riwayat medis dan pengukuran gula darah pada waktu serangan.
Intoksikasi alcohol C.
Etiologi neurologic
Serangan iskemk sementara (TIA; transient ischemic attact) dapat menyebabkan sinkop tetapi jarang terjadi. Agar terjadi hal ini system aktivasi reticular harus terkena. Jika terjadi “selalu” terdapat manifestasi neurologic lainnya, seperti kelainan saraf cranial.
a) Migrain. Penyebab tersering kedua pada remaja. LOC diikuti dengan nyeri kepala.
b) Kejang. Biasanya mudah dibedakan dengan aura, riwayat gerakan tonik klonik dan keadaan pascaiktal
c) Peningkatan tekanan intracranial mendadak yang diperlihatkan dengan perdarahan subarachnoid atau kista koloid obstruktif pada ventrikel ketiga.
Terminologi ini merupakan bentuk dari seluruh sinkop yang berasal dari sinyal saraf SSP yang berefek pada vaskular, khususnya pada Nucleus Tractus Solitarius (NTS). Sejumlah stimulus, yang terbanyak bersala dari viseral, dapat menghilangkan respon yang berakibat pengurangan atau hilang tonus simpatis dan diikuti dengan peningkatan aktivitas vagal. NTS pada medula mengintegrasikan stimulus afferen dan sinyal baroreceptor dengan simpatis efferen yang mempertahankan tonus vaskular. Beberapa studi mengatakan terdapat gangguan pada pengaturan kontrol simpatis dan juga sinyal baroreceptor.
D.
Sinkop refleks
Sinkop refleks disebabkan oleh gangguan pengisian jantung sebelah kanan dan hipoperfusi serebral keseluruhan. Pasien biasanya sedang berdiri tegak sebelum
suatu episode karena pengumpulan darah akibat gravitasi berperan dalam penyebabnya. Penyebab yang potensial antara lain, emboli atau infark paru, tamponade pericardium, hipertensi paru, uterus hamil karena menekan vena kava inferior dan batuk, yang menurunkan beban awal dengan meningkatkan tekanan intrathoraks.
E.
Lain-lain 1. Sinkop batuk
Keadaan ini merupakan keadaan langka yang terjadi akibat serangan batuk yang mendadak dan biasanya dijumpai pada laki-laki yang menderita bronchitis kronis. Setelah batuk-batuk kuat, pasien tiba-tiba lemah dan kehilangan kesadarannya untuk sementara. Tekanan intrathorakal meninggi dan mennganggu vena balik ke jantung sebagaimana halnya pada maneuver valsava (ekshalasi dengan glottis tertutup).
2. Sinkop pascamiksi
Suatu keadaan yang biasanya terlihat pada lansia selama atau sesudah urinasi. Khususnya setelah bangkitan dari posisi berbaring, barangkali merupakan tipe khusus sinkop vasodepressor. Diperkirakan bahwa pelepasan tekanan intravesikuler menyebabkan vasodilatasi mendadak yang diperberat lagi dengan berdiri, dan bahwa bradikardia yang terjadi lewat mediator vagal merupakan factor yang turut menyebabkan sinkop tersebut.
3. Psikogenik
Serangan ansietas atau kecemasan acapkali diinterpretasikan sebagai perasaan mau pingsan tanpa kehilangan kesadaran yang sesungguhnya. Gejala tersebut tidak disertai dengan wajah yang pucat dan juga tidak menghilang setelah pasien dibaringkan. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala lain yang menyertai, dan bagian dari serangan tersebut dapat ditimbulkan kembali dengan hiperventilasi. Dua mekanisme yang diketahui terlibat dalam proses terjadinya serangan tersebut
adalah penurunan kadar karbon dioksida sebagai akibat hiperventilasi dan pelepasan hormone epineprin. Hiperventilasi akan mengakibatkan hipokapnia, alkalosis, peningkatan resistensi serebrovaskuler dan penurunan aliran darah serebral.
4. Nyeri ligamentosa atau visceral berat
5. Dapat juga terjadi sebagai kelanjutan vertigo berat. 3.Faktor resiko
Berdasarkan San Fransisco Syncope Rule (SFSR), terdapat lima kriteria yang dapat dipakai untuk menentukan risiko jangka pendek (7 hari) untuk pasien dengan syncope. Kriteria itu adalah pasien dengan gagal jantung kongestif, nilai hematokrit <30%, kelainan EKG (irama nonsinus dan perubahan baru), sesak napas, dan nilai sistol <90 mm Hg. Jika pasien memiliki minimal satu dari kriteria tersebut, mereka memiliki risiko jangka pendek sebesar 25% untuk mengalami outcome yang serius seperti kematian, infark miokard, aritmia jantung, emboli paru, stroke, pendarahan subaraknoid, pendarahan yang signifikan, kunjungan kembali ke UGD, atau rawat inap di rumah sakit.
Selain itu, American College of Emergency Physician mengembangkan sebuah kebijakan bagi pasien syncope untuk masuk rumah sakit berdasarkan faktor risikonya. Pasien dengan usia tua dan memiliki penyakit penyerta, EKG yang abnormal, nilai hematokrit <30%, dan riwayat atau adanya penyakit gagal jantung kongestif, iskemia, atau penyakit struktural jantung lain memiliki risiko tinggi untuk mengalami efek samping yang berbahaya dan sebaiknya dibawa ke rumah sakit.
European Society of Cardiology mengembangkan pedoman lain untuk mengetahui kebutuhan akan intervensi diagnostik dan terapeutik berdasarkan faktor risiko. Pasien dengan kecurigaan atau penyakit jantung struktural yang sudah ada, EKG yang abnormal, pingsan selama melakukan aktivitas fisik atau dalam posisi berbaring, pingsan yang menyebabkan luka yang parah (seperti fraktur dan pendarahan intrakranial), riwayat keluarga sudden cardiac death, atau kecurigaan malfungsi dari alat yang ditanam pada tubuh pasien disarankan masuk rumah sakit untuk evaluasi diagnostik. Indikasi terapeutik untuk masuk rumah sakit adalah pingsan karena aritmia jantung, iskemia, penyakit jantung struktural, penyakit kardiopulmoner, atau neurally-mediated bradycardia yang membutuhkan implantasi pacemaker.
4.
Patofisiologi
Pingsan (sinkop) adalah kehilangan kesadaran secara tiba-tiba, biasanya hanya beberapa detik atau menit, karena otak tidak mendapatkan cukup oksigen pada bagian-bagian otak yang merupakan bagian kesadaran. Terdapat penurunan kesadaran aliran darah, pengisian oksigenasi cerebral, resistensi serebrovaskuler yang dapat ditunjukkan. Jika iskemia hanya berakhir beberapa menit, tidak terdapat efek pada otak.
Iskemia yang lama mengakibatkan nekrosis jaringan otak pada daerah perbatasan dari perfusi antara daerah vaskuler dari arteriserebralis mayor. Patofisiologi dari sinkop terdiri dari tiga tipe:
1. Penurunan output jantung sekunder pada penyakit jantung intrinsic atauterjadi penurunan klinis volume darah yang signifikan.
2. Penurunan resistensi pembuluh darah perifer dan atau venous return.
3. Penyakit serebrovaskular klinis signifikan yang mengarahkan pada penurunan perfusi serebral. Terlepas dari penyebabnya, semua kategori ini ada beberapa factor
umum, yaitu gangguan oksigenasi otak yang memadai mengakibatkan perubahan kesadaran sementara.
Aliran darah yang berkurang ke otak dapat terjadi karena 1) jantung gagal untuk memompa darah; 2) pembuluh-pembuluh darah tidak mempunyai cukup kekuatan untuk mempertahankan tekanan darah untuk memasok darah ke otak; 3) tidak ada cukup darah atau cairan didalam pembuluh-pembuluh darah; atau 4) gabungan dari sebab-sebab satu, dua, atau tiga diatas.
Perubahan-Perubahan Irama Jantung
Perubahan-perubahan irama jantung adalah penyebab-penyebab yang paling umum dari pingsan atau syncope. Sementara ini mungkin terdengan tidak menyenangkan, seringkali pingsan disebabkan oleh perubahan sementara pada fungsi tubuh yang normal.
Adakalanya, perubahan irama jantung (aritmia) adalah lebih berbahaya dan berpotensi mengancam nyawa. Jantung adalah pompa listrik, dan jika persoalan-persoalan sistim listrik hadir, jantung mungkin adakalanya tidak mampu untuk memompa cukup darah, menyebabkan kejatuhan-kejatuhan jangka pendek pada tekanan darah. Persoalan-persoalan elektrik mungkin menyebabkan jantung untuk berdenyut terlalu cepat atau terlalu perlahan.
Denyut jantung yang cepat atau tachycardia (tachy = cepat + cardia = jantung) adalah irama abnormal yang dihasilkan pada kamar-kamar jantung bagian atas atau bagian bawah dan mungkin mengancam nyawa. Jika jantung berdenyut terlalu cepat, mungkin tidak ada cukup waktu untuknya untuk mengisi dengan darah diantara setiap denyut jantung, yang mengurangi jumlah darah yang dapat diantar jantung keseluruh tubuh. Tachycardias dapat terjadi pada segala umur dan mungkin tidak berhubungan pada penyakit jantung atherosclerotic.
Dengan bradycardia, atau denyut jantung yang lamban (brady = lamban + cardia = jantung), kemampuan jantung untuk memompa darah mungkin dikompromikan.
Ketika jantung menua, sistik elektrik dapat menjadi rapuh dan jantung terhalang, atau gangguan-gangguan dari sistim elektrik dapat terjadi, menyebabkan denyut jantung untuk melambat.
Disamping persoalan-persoalan struktur elektrik dengan jantung, obat-obat mungkin adalah tertuduhnya. Ketika mengkonsumsi obat-obat yang diresepkan untuk kontrol tekanan darah [contohnya, beta blockers seperti metoprolol (Lopressor, Toprol XL), propranolol (Inderal, Inderal LA), atenolol (Tenormin), atau calcium channel blockers seperti diltiazem (Cardizem, Dilacor, Tiazac), verapamil (Calan, Verelan dan lain-lain), amlodipine (Norvasc)], jantung dapat adakalanya menjadi lebih sensitif pada efek-efek dari obat-obat ini dan berdenyut lambat secara abnormal dan mengurangi output (keluaran) dari jantung.
Postural hypotension
Kehilangan dari cairan intravascular, itu adalah darah dan air didalam pembuluh-pembuluh darah, dapat juga menyebabkan pingsan atau syncope. Biasanya, pingsan akan terjadi ketika seseorang berdiri dengan cepat dan tidak ada cukup waktu untuk tubuh untuk mengkompensasi dengan membuat jantung berdenyut lebih cepat, atau mempunyai pembuluh-pembuluh darah untuk mengerut untuk mempertahankan tekanan darah tubuh dan aliran darah ke otak. Ini dirujuk sebagai postural hypotension.
5.Manifestasi klinis
Manifestasi pada pasien sinkop bervariasi tergantung dari etiologinya. Pada umumnya orang dengan sinkop akan mengalami gejala yang meliputi pusing, penglihatan kabur, berkunang-kunang, berkeringat, dan pucat. Sinkop sering disebabkan oleh karena penyebab kardiovaskular maupun neurologikal.
Hipoxia cerebral akibat perfusi yang buruk yang menyebabkan kehilangan kesadaran sementara. Peningkatan pada kapasitas vaskular atau penurunan curah jantung dapat menyebabkan perfusi otak yang buruk. Curah jantung dapat berkurang akibat hipovolemia atau perubahan pada detak jantung seperti bradikardia atau kelainan detak jantung.
Sinkop kardiovaskular biasanya dikarakteristikan sebagai : gejala prodormal seperti
-berkeringat -pusing
-perubahan pada penglihatan Fase sinkop seperti
-kelemahan otot -konfusi
Fase penyembuhan yang cepat dan dikarakterisasikan kesadaran yang cepat Pada hipotensi ortostatik :
-Kepala terasa ringan, pusing, gangguan penglihatan -Lemah, berdebar, gemetar --> sinkop
Penyebab neurologikal :
Sinkop neurologikal sering diasosiasikan dengan perubahan pada aktivitas listrik pada otak. Sinkop sendiri harus dapat dibedakan dengan kejang. Pada pasien kejang lebih sering mengalami perubahan gerakan motorik, proses penyembuhan yang lebih lama, dan perubahan pada EEG saat terjadinya serangan.
Hipoglikemia
Dapat terjadi pada pasien dengan atau tanpa diabetes. Biasanya terjadi cepat, dengan periode selama beberapa menit. Gejala awal biasanya pusing dan kepala terasa ringan. Keringat berlebihan dan hipersalivasi juga sering terjadi. Pasien juga tampak kebingungan dan terjadi kelemahan dan inkoordinasi.
Hiperglikemia
Kadar glukosa darah yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan sinkop. Hal ini dapat terjadi pada pasien dengan diabetes, termasuk diabetes ketoacidosis. Gejala pada umumnya adalah penurunan berat badan, haus, dan urine output yang meningkat. Pasien juga terlihat dehidrasi, kulit kering, dan tercium bau keton dari nafasnya. Terdapat juga karakteristik yaitu pernafasan yang dalam dan berat yang disebut dengan Kussmaul's breath.
Respon pupil dan diagnosis yang memungkinkan : Tanda pupil:
Keduanya tetap dan dilatasi --> kematian, syok hipovolemik, obat seperti atropin, adrenalin, dan ecstasy
Unilateral tetap dan dilatasi --> cedera kepala, stroke Keduanya pinpoint dan konstriksi --> overdosis opium Konstriksi bilateral --> stroke batang otak
Pupil ireguler --> trauma, riwayat operasi mata
MASALAH MEKANISME FAKTOR
PENCETUS
FAKTOR PREDISPOSISI Sinkop Vasodepresor
(pingsan yang umum terjadi)
Vasodilatasi perifer tiba-tiba, terutama pada otot-otot skelet, tanpa kompensasi peningkatan curah jantung. Tekanan darah sangat menurun.
Emosi yang kuat, seperti ketakutan atau nyeri
Kelelahan, kelaparan, lingkungan yang panas dan lembab
Hipotensi Postural (Ortostatik)
1. Refleks-refleks
vasokonstriktor yang tidak adekuat pada arteri dan vena, dengan akibat pengumpulan darah dalam vena, penurunan curah jantung, dan tekanan darah rendah.
2. Hipovolemia, berkurangnya volume darah, sehingga tidak memadai untuk
mempertahankan curah jantung dan tekanan darah, terutama pada posisi tegak lurus. 1. Berdiri 2. Bangkit berdiri setelah perdarahan atau dehidrasi
1. Neuropati perifer dan gangguan yang
mempengaruhi sistem saraf otonom; obat-obatan seperti antihipertensi dan vasodilator; tirah baring yang lama.
2. Perdarahan saluran cerna atau trauma, diuretik kuat, muntah-muntah, diare, poliuria.
Sinkop akibat Batuk Beberapa mekanisme yang mungkin berhubungan dengan peningkatan tekanan
intratorakal.
Batuk hebat paroksismal
Bronkitis kronis pada pria berotot
Sinkop akibat Mikturisi
Belum jelas Pengosongan kandung kemih setelah bangun dari tempat tidur untuk BAK.
Nokturia, biasanya pada pria dewasa atau usia tua
Gangguan kardiovaskuler
- Aritmia Penurunan curah jantung sekunder akibat irama yang terlalu cepat (biasanya lebih dari 180) atau terlalu lambat (kurang dari 35 – 40).
Perubahan irama jantung yang tiba-tiba
Penyakit jantung organik dan usia tua menurunkan toleransi terhadap irama jantung abnormal
- Stenosis aorta dan
kardiomiopati
hipertrofik
Resistensi vaskuler sangat menurun dengan olahraga, tapi curah jantung tak dapat meningkat
Olahraga Gangguan jantung
- Infark miokard Aritmia mendadak atau penurunan curah jantung
Bervariasi Penyakit arteri koroner
- Emboli paru masif Hipoksia mendadak atau penurunan curah jantung
Bervariasi Trombosis vena dalam
Gangguan yang menyerupai sinkop
- Hipokapnia (penurunan CO2)
akibat hiperventilasi
Konstriksi pembuluh darah serebral sekunder terhadap hipokapnia yang diinduksi hiperventilasi
Kemungkinan situasi yang penuh
tekanan/stressfull
Predisposisi terhadap serangan cemas dan hiperventilasi
- Hipoglikemia Kadar glukosa yang tidak memadai untuk
Bervariasi, termasuk berpuasa
Terapi insulin dan berbagai gangguan metabolik yang
mempertahankan metabolisme serebral; sekresi epinefrin berperan dalam timbulnya gejala
- Pingsan akibat histeria
(reaksi konversi*)
Ekspresi simbolik melalui bahasa tubuh terhadap ide /pemikiran yang tidak dapat diterima.
Situasi yang penuh tekanan
Kepribadian bawaan histerikal
* Observasi diagnostik yang penting pada pingsan akibat histeria termasuk warna kulit yang normal, tanda-tanda vital normal, kadang-kadang terdapat gerakan yang aneh/tidak umum, dan gerakan dengan maksud tertentu, dan terjadi di tengah orang banyak.
MASALAH MANIFESTASI PRODROMAL HUBUNGAN DENGAN POSISI TUBUH PEMULIHAN Sinkop Vasodepresor (pingsan yang umum terjadi)
Kelelahan, kelemahan, pucat, mual, muntah, berkeringat dingin, menguap
Biasanya terjadi ketika berdiri, mungkin terjadi ketika duduk
Kesadaran pulih dengan segera setelah berbaring, tetapi pucat, kelemahan, mual dan confusion menetap untuk beberapa saat. Hipotensi Postural
(Ortostatik)
1. Seringkali tidak ada 2. Pusing dan palpitasi (takikardia) saat berdiri 1. Timbul segera setelah seseorang bangkit berdiri 2. Biasanya timbul segera setelah seseorang bangkit berdiri
1. Segera pulih ke keadaan normal setelah berbaring 2. Terjadi perbaikan dengan
berbaring
Sinkop akibat Batuk Seringkali tidak ada, kecuali batuk
Dapat terjadi pada berbagai posisi
Segera pulih ke keadaan normal
Sinkop akibat Mikturisi
Seringkali tidak ada Berdiri untuk buang air kecil
Segera pulih ke keadaan normal
Gangguan kardiovaskuler
- Aritmia Seringkali tidak ada Dapat terjadi pada berbagai posisi
Segera pulih ke keadaan normal, kecuali telah terjadi kerusakan otak
- Stenosis aorta dan
kardiomiopati
hipertrofik
Seringkali tidak ada Timbul dengan atau setelah olah raga
Biasanya segera pulih ke keadaan normal
- Infark miokard Seringkali tidak ada Dapat terjadi pada berbagai posisi
Bervariasi
- Emboli paru masif Seringkali tidak ada Dapat terjadi pada berbagai posisi
bervariasi
Gangguan yang menyerupai sinkop
- Hipokapnia (penurunan CO2)
akibat hiperventilasi
Dispnea, palpitasi, rasa tidak nyaman di dada, baal dan kesemutan pada tangan dan sekitar mulut
Dapat terjadi pada berbagai posisi
Perbaikan lambat sejalan dengan hilangnya hiperventilasi
yang berlangsung beberapa menit.
Kesadaran biasanya tetap dapat dipertahankan.
- Hipoglikemia Berkeringat, tremor, palpitasi, lapar; sakit kepala, confusion, tingkah laku abnormal, koma. Sinkop yang sebenarnya jarang terjadi.
Dapat terjadi pada berbagai posisi
Bervariasi, tergantung pada beratnya penyakit dan penatalaksanaannya.
- Pingsan akibat histeria
(reaksi konversi*)
Bervariasi Merosot ke lantai, sering dari posisi berdiri tanpa terjadi luka.
Bervariasi, dapat berlangsung lama, sering dengan respon yang berfluktuasi.
* Observasi diagnostik yang penting pada pingsan akibat histeria termasuk warna kulit yang normal, tanda-tanda vital normal, kadang-kadang terdapat gerakan yang aneh/tidak umum, dan gerakan dengan maksud tertentu, dan terjadi di tengah orang banyak.
6.Diagnosis 1. Anamnesis
Kejadian yang memicu, durasi dan frekuensi terjadinya syok, gejala-gejala yang muncul (neurologis, jantung), gejala post sinkop, evaluasi trauma, riwayat medikasi, riwayat penyakit sebelum dan sekarang. Anamnesis juga riwayat alergi, medikasi, dan riwayat makan sebelumnya.
Pertanyaan – pertanyaan pada anamnesis pasien dengan sinkop PERTANYAAN SEPUAR KEADAAN SAAT SEBELUM SERANGAN
Posisi (duduk, terlentang, berdiri)
Aktivitas ( istirahat, perubahan posisi, sedang atau habis melakukan latihan fisik, sedang atau sesaat setelah berkemih, buang air besar, bauk, atau menelan)
Faktor – faktor predisposisi ( misalnya empat ramai atau panas, berdiri dalam waktu lama, saat setelah makan) dan faktor yang memberatkan ( misalnya ketakutan, nyeri hebat, pergerakan leher).
PERTANYAAN MENGENAI SAAT TERJADINYA SERANGAN
Mual, muntah, rasa tidak enak di perut, rasa dingin berkeringat, aura, nyeri pada leher atau bahu, penglihatan kabur
PERTANYAAN MENGENAI SERANGAN YANG TERJADI ( SAKSI MATA)
Bagaimana seseorang itu jatuh ( merosot atau berlutut)
Warna kulit ( pucat, sianosis, kemerahan), lamanya hilang kesadaran
Jenis pernafasan (mengorok), pergerakan ( tonik, klonik, tonik- klonik ata minimal mioklonus, otomatisasi) dan lama terjadinya.
Jarak antara imbulnya pergerakan – pergerakan tersebut dengan kejadian jatuh, lidah tergigit.
PERTANYAAN MENGENAI LATARBELAKANG
Riwayat keluarga dengan kematia mendadak, penyakit jantung aritmogenik kongenital, atau pingsan.
Riwayat penyakit jantung sebelumnya
Riwayat kelainan neurologis (parkinsonisme, epilepsi, narkolepsi)
Gangguan metabolik ( dabetes melitus)
Obat – obatan ( antihipertensi, antiangina, anidepresan, antiaritmia, diuretika, dan obat – obatan yang membuat QT memanjang)
(bila terjadi sinkop berulang) keterangan mengenai berulangnya sinkop misalnya waktu dari saat episode sinkop pertama dan jumlah rekurensi yang terjadi.
2. Pemeriksaan Fisik
- Airway, breathing, circulation
- Tanda-tanda Vital : tekanan darah, nadi, laju pernafasan, suhu
- Pemeriksaan fisik jantung (mencari etiologi sinkop akibat jantung seperti mendengarkan murmur), neurologi (defisit neurologis, neuropati perifer), abdomen dan pelvis (untuk mendiagnosis ada tidaknya perdarahan saluran pencernaan, aneurisma aorta, rupture kehamilan ektopik, dan lain-lain).
- Pemeriksaan rektal (Rectal examination)untuk mengetahui ada tidaknya perdarahan saluran pencernaan.
- Tes hipotensi ortostatik
Dalam pemeriksaan ini, pasien diminta untuk berbaring (supinasi) selama 5-10 menit dan setelah itu pasien diminta untuk berdiri. Kemudian ukur tekanan darah pasien 2-3 kali selama beberapa menit.
- Tanda trauma yang terjadi - Carotid massage
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai hipersensitivitas sinus carotis. Pemeriksa melakukan pijatan pada daerah A. carotis (tidak boleh bersamaan) selama 5-10 detik lalu lihat tanda-tanda pada pasien (dapat terjadi penurunan nadi dan perubahan tekanan darah). Pemeriksaan ini tidak boleh dilakukan untuk pasien yang memiliki riwayat infark miokard, stroke, atau ventricular tachycardia, serta
bila terdengar carotid bruit pada hasil auskultasi). Selama pemeriksaan, pasien harus dipantau dengan EKG secara terus menerus dan monitoring tekanan darah. - Manuver hiperventilasi
Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada pasien usia muda dengan etiologi sinkop yang tidak diketahui. Pasien diminta bernafas dengan mulut terbuka (tarik nafas lambat dan dalam) dengan laju 20-30 kali per menit dalam 2-3 menit lalu amati perubahan yang terjadi pada pasien. Rekurensi gejala prodromal atau sinkop menunjukkan kaitan sinkop dengan gangguan psikiatri (anxiety related syncope). - Exercise stress testing
Pasien diminta untuk melakukan latihan fisik tertentu lalu amati fungsi jantungnya. Bila setelah melakukan latihan pasien menjadi hipotensi dan bradikardia, maka pasien mengalami instabilitas vasomotor reflektif. Pasien yang tidak dapat menjalani pemeriksaan ini merupakan pasien yang menderita infark miokard dan aritmia ventrikel.
- Head up tilt table testing
Dalam pemeriksaan ini, pasien berbaring dalam posisi horisontal selama 10 menit lalu meja akan digoyang 60-80o selama 45 menit. Manuver ini akan memberikan efek penurunan central venous pressure (CVP), pengisian ventrikel jantung, stroke volume, serta mean arterial pressure (MAP). Hasil pemeriksaan ini positif bila terjadi sinkop atau presinkop dan hipotensi dengan atau tanpa bradikardia.
Pemeriksaan fisik lengkap adalah syarat bagi semua pasien yang datang di UGD. Perhatian khusus harus diberikan pada aspek-aspek tertentu dari pemeriksaan fisik pada pasien yang datang dengan sinkop.
Selalu menganalisis tanda-tanda vital (Tekanan darah dan nadi pada posisi berbaring dan berdiri)
Auskultasi arteri subklavia dan arteri karotis
Pemeriksaan jantung yang menyeluruh dan lengkap dapat memberikan gambaran mengenai etiologi sinkop.
Pemeriksaan neurologis yang cermat sebagai barometer perbaikan ataupun perburukan gejala. Status mental biasanya normal.
Identifikasi trauma
Pemeriksaan Neurologi Disfungsi otonom
Pada disfungsi otonom, system saraf otonom tidak mampu menyesuaikan pada perubahan posisi sehingga menyebabkan hipotensi ortostatik dan sinkop. Derajat sinkop didasarkan pada lamanya pasien dapat berdiri sebelum akhirnya duduk. Impotensi dan gangguan miksi merupakan jenis disfungsi otonom lainnya.
Test mengangkat kepala
Test dengan mengangkat kepala pasien sementara dalam posisi berbaring merupakan tekhnik provokatif untuk mendiagnosis sinkop vasodepressor. Pengangkatan kepala hingga mencapai sudut maksimum 60 sampai 700 biasanya akan mencetuskan hipotensi simtomati atau sinkop dalam waktu 10 hingga 30menit pada pasien sindroma ini.
Gangguan Serebrovaskular Steal Syndrome TIA NonSyncopal Attack Epilepsi Katapleksi Drop attack Evaluasi Psikiatri 3. Pemeriksaan penunjang
- 12 lead EKG, echography (untuk pemeriksaan masalah jantung)
- Pemeriksaan darah lengkap (complete blood count) untuk pasien dengan gejala sinkop karena hipotensi ortostatik atau pada pasien dengan guaiac positif.
- Urin (untuk tes kehamilan)
- Elektrolit (untuk melihat ada tidaknya gangguan jantung akibat elektrolit, dehidrasi, atau sinkop akibat penggunaan diuretik)
- Guaiac test (untuk melihat adanya darah pada feses)
- CT Scan atau MRI kepala (melihat adanya tanda gangguan neurologis atau tidak, seperti iskemi batang otak, perdarahan subarachnoid)
- EEG (untuk melihat fungsi otak dan mengeksklusi sinkop akibat kejang) - Lumbal Puncture
- Saat ini, tidak ada pengujian khusus memiliki kekuatan yang cukup untuk benar-benar ditunjukkan untuk evaluasi sinkop. rekomendasi pedoman berbasis penelitian dan konsensus tercantum di bawah ini. Pemeriksaan laboratorium harus diarahkan oleh anamnesa dan pemeriksaan fisik, tetapi tidak semuanya.
- Pemeriksaan darah rutin seperti elektrolit, enzim jantung, kadar gula darah dan hematokrit memiliki nilai diagnostik yang rendah, sehingga pemeriksaan tersebut tidak direkomendasikan pada pasien dengan sinkop kecuali terdapat indikasi tertentu dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisis, misalnya pemeriksaan gula darah untuk menyingkirkan kemungkinan hipoglikemia dan kadar hematokrit untuk mengetahui kemungkinan adanya perdarahan dan lain-lain. Pada keadaan sindrom QT memanjang keadaan hipokalemia dan hipomagnesemia harus disingkirkan terlebih dahulu. Tes kehamilan harus dilakukan pada wanita usia reproduksi, terutama yang akan menjalani head-up tilt testing atau uji elektrofisiologi.
- Sinkop akibat hipoglikemi adalah hilangnya kesadaran yang berhubungan dengan kadar gula darah dibawah 40mg/dL dan disertai gelaja tremor, bingung, hipersalivasi, keadaan hiperadrenergik dan rasa lapar.
7. Tatalaksana
Pendekatan penatalaksanaan pasien sinkop sangat bergantung pada diagnosisi yang telah dibuat.
Sinkop neurokardiogenik:
Pada pasien sinkop berulang atau sinkop yang berhubungan dengan cedera fisik atau stress pada pasien. Pendekatan non farmakologik adalah pilihan pertama seperti edukasi dan pencegahan terhadap faktor resiko terjadi ny sinkop berulang Pendekatan farmakologik nya adalah diberikan beta blocker, alfa agonist, paroxetine dan enalapril
Sinkop vasovagal
Terapi farmakologik yang direkomendasikan adalah disopiramid, antikolinergik, teofilin dan clonidine
Pacu jantung
Secara teoritis memiliki manfaat pada pasien yang di dominasi dengan kelainan pada kardioinhibisi dibandingkan respon vasodepresan
Sinkop aritmia
Belum banyak data yang mengevaluasi efek antiaritmia namun hingga saat ini dipertimbangkan pemasangan defribilator intrakardiak pada pasien yang mengalami sinkop namun harus disesuaikan dengan criteria pasien yang pernah menglami infark miokard, ejeksi fraksi nya < 35%. Sedangkan pada pasien yg mengalami bradiaritmia perlu dipasangkan pacu jantung
Sinkop metabolism
Segera koreksi kelainan metabolism pada pasien tersebut seperti sinkop hipoglikemi maka harus segera berikan cairan gula untuk mengoreksi hipoglikemi pada pasien tersebut serta hentikan penggunaan obat peningkat insulin. Selain itu seperti sinkop hipoksia juga harus segera di koreksi hipoksia nya dengan menggunakan oksigen atau air mask se segera mungkin.
Pada sebagian besar kasus, keadaan mau pingsan atau fainting relative bersifat benigna. Dalam menghadapi pasien yang pernah mengalami serangan ini, pertama-tama dokter harus memikirkan sebab-sebab pinsan yang memerlukan emergensi. Diantara pelbagai keadaan yang bisa memerlukan emergenci terdapat perdarahan internal yang bersifat massif serta infark miokard yang dapat terjadi tanpa nyeri dan aritmia jantung. Pada usia lanjut tanpa penyebab yang jelas curiga kemungkinan blok jantung total atau takiaritmia.
Pasien stadium awal diletakkan dalam posisi biasanya berbaring mendatar merupakan satu-satunya cara untuk mengembalikan kesadaran penderita. Mengangkat kaki (tinggikan tungkainya kurang lebih 20 cm) dapat mempercepat pemulihan karena bisa meningkatkan aliran darah ke jantung dan otak. Longgarkan pakaian yang ketat agar aliran darahnya tak terganggu. Jangan memberikan apa pun lewat mulut apabila penderita belum sadar. Pastikan bahwa jalan napasnya terbuka, napasnya lancar, dan denyut nadinya teraba kuat dan teratur. Jika penderita terlalu cepat duduk atau disangga/digendong dalam posisi
duduk, dapat terjadi episode pingsan lain. Namun, pada kasus-kasus yang terus berulang dapat dibantu dengan bantuan obat-obatan. Dokter mungkin meresepkan obat tekanan darah, antidepresan, pembuluh darah dan penggunaan terapi tertentu.
Pencegahan tergantung pada mekanisme yang terlibat. Pada keadaan sinkop vasovagal yang biasanya ditemukan diantara para remaja dan cenderung terjadi pada saat mengalami guncangab emosional, keletihan, perasaan lapar, dll. Tindakan yang menganjurkan pasien untuk menghindari semua keadaan ini sudah memadai. Pada pasien hipotensi postural, pasien harus diingatkan agar tidak bangkit secara mendadak dari tempat tidur. Sebaiknya pasien tidur dengan ranjang yang ditinggikan sampai 8 hingga 12 inci bagian kepala oleh ganjal kayu dan mengenakan sabuk perut elastic serta stocking elastis. Obat golongan dari efedrin dapat bermanfaat jika pemakaiannya tidak menimbulkan insomnia.
Pada sindroma hipotensi postural yang kronis, preparat mineralkortikoid yang khusus (tablet fludrohidrokortison asetat 0,1 hingga 0,2 mg/hari dalam dosis terbagi).
Penanganan sinkop sinus karotikus meliputi pasien harus memakai pakaian kerah baju yang longgar dan belajar berpaling dengan memutar seluruh badan serta bukan dengan memutar kepala saja. Obat golongan atropine dan efedrin harus digunakan masing-masing pada pasien bradikardia, pemasangan pacemaker dapat dilakukan pada ventrikel kanan.
Lebih lanjut Rawat Inap
Evaluasi Sinkop di Bagian Gawat Darurat Studi (Seeds) Data menunjukkan bahwa unit sinkop khusus dengan pendekatan protokol untuk mengesampingkan penyebab jantung dari sinkop mengurangi biaya rumah sakit dan lama tinggal tanpa mengorbankan kualitas pelayanan.
Pertimbangan merawat pasien sinkop dirumah sakit didasarkan pada 2 tujuan, yaitu 1.tujuan diagnosis, dan 2.terapi. Kasus sinkop yang pada evaluasi awal belum diketahui penyebabnya dapat dirawat dirumah sakit. Untuk pasien yang telah didiagnosis pada evaluasi klinis awal, keputusan merawat pasien dirawat dirumah sakit bergantung pada prognosis dari etiologinya yang mendasari sinkop dan/atau perawatan yang dibutuhkan.
8. Prognosis
Cardiac syncope memiliki prognosis yang paling buruk dibanding jenis syncope lainnya. Pasien dengan cardiac syncope umumnya memiliki keterbatasan
yang signifikan dalam kegiatan sehari-hari dan kejadian syncope dapat menandakan perkembangan dari penyakit yang mendasari syncope. Angka kematian pada tahun pertama untuk cardiac syncope diperkirakan mencapai 18-33%. Ada 4 faktor resiko sebagai prediktor yang signifkan dari angka kejadian kematian mendadak dalam satu tahun pasca terjadinya syncope : hasil EKG abnormal, usia diatas 45 tahun, riwayat ventricular dysrhythmia, dan riwayat penyakit jantung kongestif. Pasien muda dengan hasil pemeriksaan fisik yang normal dan hasil EKG yang normal umumnya memiliki resiko morbiditas yang rendah.
Noncardiac syncope seperti akibat vasovagal dan orthostatic memiliki prognosis yang baik. Kejadian vasovagal syncope tidak meningkatkan angka kematian dan jarang menimbulkan rekurensi. Orthostatic syncope juga meningkatkan resiko kematian namun rekurensi dapat meningkatkan angka morbiditas dan luka sekunder. Selain itu, pasien syncope dengan defisit neurologis juga meningkatkan resiko morbiditas.
Sinkop dari setiap etiologi pada pasien dengan kondisi jantung (untuk dibedakan dari sinkop jantung) juga telah ditunjukkan untuk menyiratkan prognosis buruk. Pasien dengan kelas fungsional NYHA III atau IV yang memiliki jenis sinkop memiliki tingkat kematian setinggi 25% dalam waktu 1 tahun. Namun, beberapa pasien melakukannya dengan baik setelah perawatan bedah definitif atau penempatan alat pacu jantung.
Sinkop noncardiac tampaknya tidak berpengaruh pada tingkat kematian keseluruhan dan termasuk sinkop karena respon vasovagal, insufisiensi otonom, situasi, dan posisi ortostatik.
Sinkop Vasovagal memiliki prognosis seragam yang sangat baik. Kondisi ini tidak meningkatkan angka kematian, dan jarang kambuh. Situasional dan sinkop ortostatik juga memiliki prognosis yang sangat baik. Mereka tidak meningkatkan risiko kematian, namun kambuh memang terjadi dan kadang-kadang menjadi sumber morbiditas yang signifikan dalam hal kualitas hidup dan cedera sekunder. Sinkop etiologi tidak diketahui umumnya memiliki prognosis menguntungkan, dalam 1 tahun menunjukkan kejadian kematian mendadak rendah (2%), kemungkinan 20% dari sinkope berulang, dan tingkat remisi 78%.
9. Pencegahan
Pencegahan tergantung pada mekanisme yang terlibat. Pada keadaan sinkop vasovagal yang biasanya ditemukan diantara para remaja dan cenderung terjadi pada saat mengalami guncangab emosional, keletihan, perasaan lapar, dll. Tindakan yang menganjurkan pasien untuk menghindari semua keadaan ini sudah memadai. Pada pasien hipotensi postural, pasien harus diingatkan agar tidak bangkit secara mendadak dari tempat tidur. Sebaiknya pasien tidur dengan ranjang yang ditinggikan sampai 8 hingga 12 inci bagian kepala oleh ganjal kayu dan mengenakan sabuk perut elastic serta stocking elastis. Obat golongan dari efedrin dapat bermanfaat jika pemakaiannya tidak menimbulkan insomnia.
Pada sindroma hipotensi postural yang kronis, preparat mineralkortikoid yang khusus (tablet fludrohidrokortison asetat 0,1 hingga 0,2 mg/hari dalam dosis terbagi).
Penanganan sinkop sinus karotikus meliputi pasien harus memakai pakaian kerah baju yang longgar dan belajar berpaling dengan memutar seluruh badan serta bukan dengan memutar kepala saja. Obat golongan atropine dan efedrin harus digunakan masing-masing pada pasien bradikardia, pemasangan pacemaker dapat dilakukan pada ventrikel kanan.
KESIMPULAN
Terminologi sinkop berasal dari bahasa yunani yang terdiri dari kata “syn” dan “koptein” yang berarti memutuskan. Secara medis, definisi dari sinkop adalah kehilangan kesadaran dan kekuatan postural tubuh serta kemampuan untuk berdiri karena pengurangan aliran darah ke otakbersifat sementara. Berkurangnya aliran darah ini terjadi bila tubuh tidak dapat segera mengkompensasi suatu penurunan tekanan darah. Pingsan bisa didahului oleh pusing atau perasaan melayang, terutama pada saat seseorang sedang dalam keadaan berdiri.
Secara garis besar, penyebab pingsan dibagi menjadi dua. Akibat kelainan jantung (cardiac sinkop) dan penyebab bukan kelainan jantung. Pembagian ini sangat penting, karena berhubungan dengan tingkat risiko kematian.
Pertolongan pertama sinkop, baringkan penderita di lantai atau tempat tidur dengan posisi kepala miring. Apabila terjadi di lapangan upacara, carilah tempat yang teduh. Tinggikan tungkainya kurang lebih 20 cm. Longgarkan pakaian yang ketat agar aliran darahnya tak terganggu. Jangan memberikan apa pun lewat mulut apabila penderita belum sadar. Pastikan bahwa jalan napasnya terbuka, napasnya lancar, dan denyut nadinya teraba kuat dan teratur. Setelah ia membaik, sarankan untuk menemui dokter keluarga atau ke ruang gawat darurat rumah sakit terdekat. Tetapi bila dalam waktu 10 menit penderita belum mulai sadar, segeralah panggil ambulan atau dokter.
Pasien yang mengalami sinkop akan mengalami penurunan kualitas hidup.
Prognosis dari sinkop sangat bervariasi tergantung dari diagnosis etiologinya. Individu yang mengalami sinkop termasuk sinkop yang tidak diketahui penyebabnya mempunyai tingkat mortalitas yang lebih tinggi dibandingkan yang tidak pernah mengalami episode sinkop. Mortalitas tertinggi disebabkan oleh sinkop cardiac, sedangkan sinkop yang berhubungan dengan persyarafan termasuk hipotensi ortostatik dan sinkop yang berhubungan dengan obat-obatan tidak menunjukan peningkatan angka kematian.
DAFTAR PUSTAKA
1. Syncope. In: Harrison Internal Medicine. 8th ed. McGraw-Hill.2008
2. Blok, BK. Syncope. In: Tintinalli JE, Kelen GD, Stapczynski JS, editor. Emergency Medicine: A comprehensive Study Guide. 5th ed. USA: The McGraw-Hill Companies; 2000.
3. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam UI edisi IV.Sinkop. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2006
4. Sidharta, Priguna (2008). Neurologi Klinis dalam Praktek Umum. Jakarta : Dian Rakyat.
5. Sidharta, Priguna & Mardjono, Mahar. 2006. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta : Dian Rakyat.