• Tidak ada hasil yang ditemukan

Memasuki Rumah Cahaya by Putu Yudiantara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Memasuki Rumah Cahaya by Putu Yudiantara"

Copied!
350
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

3

Memasuki Rumah Cahaya

(3)

Memasuki Rumah Cahaya © Putu Yudiantara, 2012

Layout : Surya Saputra Desain Sampul: Putu Yudiantara

4

Memasuki Rumah Cahaya Putu Yudiantara, 2012

Surya Saputra Putu Yudiantara

www.putuyudiantara.net

(4)

5

Ucapan Terima Kasih

Tuhanku, Yang Sempurna

Guru-guruku yang Kesederhanaanya Menyejukan Kedua Orang Tuaku yang Mulia dan Bercahaya

Kedua Adikku yang Aku Kasihi

Dan Terakhir,

Buku ini bisa diterbitkan dengan dorongan dan dukungan luar biasa dari Bpk. Wijaya Dharma, yang kehadiranya saja cukup untuk meneduhkan.

(5)

6

Cahaya Mengundang Cahaya

(Pengantar sederhana Gede Prama)

Kegelapan di mana-mana, mungkin itu ungkapan tepat zaman ini. Banyak pribadi tenggelam dalam kegelapan kemarahan, kedengkian, permusuhan. Tidak sedikit keluarga ditelan kegelapan perselingkuhan dan perceraian. Bangsa-bangsa di dunia serupa, semenanjung Korea nyaris berperang, perbatasan India-Pakista membara, demikian juga perbatasan Israel-Palestina. Bahkan di negara-negara yang lama menjadi tauladan peradaban pun, kegelapan menelan banyak korban. Mantan presiden AS George W. Bush dilempari sepatu tatkala pidato, perdana menteri Italia Beluschoni dilempar patung mukanya hingga berdarah, presiden AS Barack 0bama diserang dengan isu-isu rasialis.

Digabung menjadi satu, kegelapan seperti menerjang keras, cepat dan tanpa ampun. Untuk itu, peradaban memerlukan kehadiran sebanyak mungkin cahaya. Terutama sebelum peradaban manusia runtuh jatuh ke jurang mengerikan. Sebagaimana cahaya mentari pagi yang terbit mengusir kegelapan malam, demikian juga dengan cahaya pandangan

(6)

7

mendalam yang bergandengan dengan cahaya kasih sayang, ia juga mengusir kegelapan peradaban.

Dalam pandangan mendalam, kehidupan adalah sebuah jejaring makna yang tidak bisa dipisahkan. Dalam kebahagiaan tetangga ada kebahagiaan kita, dalam penderitaan semut ada penderitaan kita. Ia yang sudah membadankan ini dalam-dalam, kemudian amat takut menyakiti, sekaligus amat lapar menyayangi. Terutama karena setiap rasa sakit yang diciptakan ke pihak lain akan balik ke diri ini sebagai rasa sakit. Setiap rasa sayang yang ditujukan ke mahluk lain akan balik kembali sebagai rasa sayang.

Inilah cahaya yang dibutuhkan peradaban kekinian, yang secara pelan perlahan sekaligus meyakinkan mengusir kegelapan-kegelapan kehidupan. Bila ini ancangan yang digunakan, kehadiran buku ini layak diperhatikan orang. Terutama karena datang dari generasi muda yang akan mewarisi peradaban kemudian. Disamping itu, di tengah gelombang kecenderungan generasi muda yang ditelan kegelapan narkoba, perkelahian, permusuhan, maka kehadiran buku ini seperti kehadiran sebuah cahaya. Sekecil apa pun cahayanya, bila digunakan menyalakan lentera-lentera lain, lama-lama akan berkontribusi dalam menerangi peradaban. Semacam cahaya yang mengundang datangnya

(7)

8

cahaya. Mungkin itu sebabnya, salah satu autobiografi Bunda Teresa (2007) berjudul indah: Come Be my Light.

☺ ☺ ☺

☺ … Compassion is my only present … ☺☺☺

(8)

9

ISI SEDERHANA

Knowing Your True Nature … (21)

Analogi sederhana yang mengingatkan pada KITA akan kekuatan dan kuasa dalam diri kita. Analogi ini disusun untuk membentuk citra diri sebagai manusia yang kuat dan bercahaya, bukan manusia

yang gampang mengeluh dan menyerah dengan kehidupan. Cara kita memandang diri sendiri, akan menjadi bingkai bagaimana kita

menjalani kehidupan kita, dan kumpulan analogi ini akan memberikan “sudut pandang lain” tentang bagaimana memandang

diri.

Raising Your Inner Power … (202)

Pertanyaan yang tepat akan menuntun pada jawaban yang tepat, jawaban yang menguatkan, membangkitkan kebijaksanaan dan

ketahanan dalam menghadapi apa pun rintangan kehidupan. Kumpulan pertanyaan socratic ini akan mengantarkan KITA pada

apa yang para psikotherapist sebut sebagai TDS (trasderivational search) atau pencarian ke dalam diri. Dan saat KITA menyelam ke

dalam diri, mungkin kita akan kaget dengan apa yang akan kita temukan.

(9)

10

Catatan :

Saya menulis buku ini hampir 3 tahun silam, dan sekarang akhirnya diterbitkan untuk menjadi bahan pembelajaran bersama dan pengumpulan donasi bagi kegiatan amal Alaka

Foundation. Saya menulis buku ini sebagai hasil pembelajaran akan beratnya kehidupan yang saya jalani waktu itu, dan saat ini saya tidak melakukan editing apa pun terhadap isi buku ini, kecuali beberapa tambahan lain (di luar

(10)

11

Tujuan Buku Ini Dihadiahkan untuk Anda

Sebuah Pengantar

Hampir sebagian besar dari kita percaya bahwa kita, manusia, adalah mahluk yang bebas. Kita merasa kita bebas melakukan apa saja dalam hidup kita, kita bebas berbuat, berpikir dan bertindak apa saja. Kita bebas menjadi apa dan siapa saja yang kita inginkan.

Apakah keyakinan ini dibenarkan?

Sebelumnya, mari lepaskan kebiasaan kita untuk menilai benar-salah sejenak. Buku ini bukan hakim yang memutuskan satu hal sebagai salah dan hal lain benar, bukan, sama sekali bukan. Buku ini, dengan sangat rendah hati bertujuan untuk menghadirkan alternatif. Semoga dengan buku ini kita bisa melihat cakrawala luas bernama manusia untuk kemudian mendefinisikan

siapa anda, dan mau menjadi apa anda?

Manusia itu bebas mau menjadi apa saja.

Mari kita simpan sejenak pendapat ini. Banyak sekali orang dengan yakin mengaktualisasikan prinsip ini ke

(11)

12

dalam kehidupanya. Namun banyak orang yang hidup sangat biasa, hidup penuh ketakutan untuk mencoba menghadapi tantangan, tidak berani untuk melakukan hal-hal baru, terkungkung dalam zona nyaman yang jika diamati sebenarnya adalah zona tidak nyaman. Intinya, hidup sebagai orang yang berjiwa kerdil (maaf saya harus sekasar ini).

Jika pun anda ingin menjadi diri sendiri, diri seperti itukah yang anda ingin menjadi? Jika anda memang ingin berkehendak bebas, itu kebebasan anda. Namun apakah anda akan menggunakan kebebasan anda untuk mengungkung dan mengurung jiwa anda? Apakah kebebasan anda hendak anda gunakan untuk menistakan diri anda sendiri?

Jika pun anda ingin menjadi diri sendiri, jadilah diri yang baik, diri yang mulia, diri yang dengannya anda bisa merasa bahagia. Diri yang benar-benar pantas untuk anda. Jika anda ingin hidup secara bebas, apakah tidak lebih baik jika kebebasan itu kita gunakan untuk memuliakan diri kita? Tidakah lebih pantas jika anugerah Tuhan berupa kebebasan berkehendak dan berlaku itu kita jadikan sebagai sarana berkehendak dan berlaku yang sesuai dengan jalan-jalan Mulia Tuhan? Namun kehidupan anda, sekali lagi, adalah kehendak anda. Terserah anda mau anda gunakan sebagaimana. Namun di sanalah buku ini sangat saya harapkan

(12)

13

berperan dalam kehidupan anda. Yaitu memberikan pada anda wawasan yang lebih luas terkait menjadi manusia. Menjadi manusia yang benar-benar anda inginkan dari lubuk Jiwa. Namun tentu saja buku ini bukan malaikat, yang setelah membacanya anda langsung menjadi mulia. Namun setidaknya buku ini bisa menambah referensi dalam mengambil tiap keputusan. Karena tiap keputusan yang anda ambil akan

meneguhkan status anda sebagai manusia, tepatnya manusia yang bagaimana dan seperti apa.

Satu hal yang juga dengan rendah hati saya harus akui, bahwa buku ini bukan tuntunan untuk anda saja, namun buku ini juga untuk mengingatkan saya akan

kemanusiaan saya. Saya masih harus terus menerus

mendefinisikan diri saya, karena yang namanya manusia, semasih ia menjadi manusia biasa seperti saya, dan semasih saya belum memperoleh kebijakan yang menjadikan saya Buddha, Nabi, Mesiah, Maharsi, Siddha Yogi dan sebagainya yang sudah benar-benar memahami kehidupan, maka saya masih akan terus menerus mendefinisikan diri saya, siapa dan mau

menjadi apa saya. Salah satu sarana yang membantu

saya adalah buku ini.

Buku ini saya tulis melalui serangkaian renungan dan catatan dari apa yang saya alami, dan usaha saya untuk melihat perspektif yang meneduhkan dari setiap kejadian tersebut. Jadi, buku ini bukanlah sebuah petuah

(13)

14

bijak dari seorang Guru Besar. Namun hanya renungan seorang anak manusia yang sedang berusaha menjadi manusia yang lebih baik. Saya mencatat apa yang saya pelajari dari kehidupan dan terus bejar dari apa yang saya catat. Dalam perspektif saya, bukanlah seberapa

banyak pengalaman yang kita punyai yang penting, namun seberapa banyak kita belajar dari pengalaman kita.

Ide dari buku ini sebenarnya satu, yaitu bagaimana menghadapi dunia dan dengan segala permasalahannya dengan cara-cara yang lebih “bercahaya”, dan menjadi

seorang manusia sesuai fitrah. Untuk mengungkapkan

semua itu saya menggunakan banyak perumpamaan dan

analogi yang memperindah perspektif tersebut.

Kemudian, di bagian kedua saya menggunakan rangkaian pertanyaan socratic yang akan merangsang anda untuk bangkit juga membangkitkan kekuatan terpendam dalam diri anda.

Dengan rendah hati, saya persembahkan catatan sederhana saya pada anda. Semoga renungan sederhana ini dapat memberi perspektif yang berbeda tentang bagaimana menjalani kehidupan, bagaimana melihat penderitaan dan kesedihan dengan mata yang lebih jernih. Dan terlebih, melalui buku ini, anda dan saya bisa merenungi sudut-sudut berbeda dari kehidupan. ..

(14)

15

BAGAIMANA MEMANFAATKAN BUKU INI

SECARA OPTIMAL

Bagaimana hanya sebuah buku saja bisa menjadi “terapist” dan Mentransformasikan diri anda? mungkin itu pertanyaan yang pertama muncul dalam benak anda (sadar atau tidak) sehingga muncul bermacam keraguan, sikap sinis dan sebagainya, yang bisa jadi membuat anda urung membaca buku ini, atau sekedar membacanya saja.

Dan tugas pertama anda sebelum mulai membaca buku ini yaitu, menghilangkan sikap skeptis semacam itu, dan mulai membuka pikiran anda untuk menerima informasi yang disediakan buku ini.

Setelah membulatkan tekad untuk membaca buku sederhana ini, hal berikutnya yang perlu anda renungkan yaitu,

Apa tujuan anda dalam membaca buku ini?

Tujuan yang jelas akan membimbing alam bawah sadar anda untuk menemukan “hal-hal penting” dalam buku ini yang berkaitan dengan tujuan anda tersebut. Apakah anda ingin mendapatkan “obat” bagi luka batin anda, mencari ide dan inspirasi bagi kemajuan hidup atau karir anda, atau mendapatkan sebuah motivasi yang akan membakar semangat anda untuk mengejar kemajuan, atau apa pun tujuan personal anda.

(15)

16

renungkanlah, dan lepaskan tujuan itu, yang artinya anda tidak terlalu terobsesi untuk mendapatkan apa yang ingin anda capai dalam buku ini. Melepaskan tujuan anda akan membuat pikiran bawah sadar anda mudah mengkomunikasikan apa yang anda dapatkan dalam buku ini ke pikiran sadar anda.

Kemudian, kondisi ideal untuk membaca buku ini (dan buku apa pun) adalah kondisi yang disebut relaxed

alertness. Kondisi ini ditandai dengan tubuh yang

nyaman dan pikiran anda yang tenang sekaligus terfokus dengan penuh konsentrasi. Jika anda masih “ngos-ngosan” atau pikiran ngelantur ke sana-sini,

latihlah metode pernafasan sederhana untuk

menurunkan gelombang otak anda (menjadi alpha). Sekilas berita saja, setiap orang jenius pasti tahu bagimana mengakses kondisi ini dalam belajar atau bahkan dalam hal melamun, itulah kenapa Sir Isaac Newton bisa melahirkan Teori Gravitasi saat melihat sebuah apel terjatuh. Kondisi relaxed alertness adalah kondisi penuh sumber daya (resouceful) dan kondisi dimana anda terhubung dengan sumber kecerdasan tertinggi (super conciousness).

Cara sederhana mengakses kondisi relaxed alertness yaitu, biarkan nafas anda normal dan apa adanya, namun perhatikan dengan penuh konsentrasi masuk dan keluarnya nafas, rasakan sentuhan udara di lubang

(16)

17

hidung anda, rasakan hangatnya udara yang keluar dan sejuknya udara yang masuk. Bagi anda yang sudah terbiasa melatih Vipasana atau Mindfulness, maka prosesi ini akan menjadi mudah.

Anda boleh menambahkan afirmasi sederhana, “alam

bawah sadarku, dengan seijin Tuhan, akan

memberikanku manfaat optimal saat membaca buku ini”.

Setelah anda menyusun tujuan anda untuk membaca buku ini, tubuh dan pikiran anda perlahan menjadi nyaman dan tenang, kemudian konsentrasi dan fokus anda makin tajam, barulah mulai membaca, dan kalimat yang anda baca dalam buku ini akan tersimpan dalam pikiran bawah sadar anda.

(17)

21

PINTU KANAN: PINTU KANAN: PINTU KANAN: PINTU KANAN:

(18)

22

Manusia Adalah Mahluk Hidup (?)

Saya rasa kita semua sepakat kalau dikatakan bahwa kita adalah satu dari jutaan spesies mahluk hidup. Namun kenapa ada TANDA TANYA di akhir kalimat itu? Yah, karena tidak semua dari kita benar-benar hidup. Sungguh disayangkan bahwa sebagai mahluk hidup yang dipercayai dan mengklaim diri sebagai yang paling cerdas, kita malah sering kali tidak mengetahui irama kehidupan. Dengan kata lain, kita tidak benar-benar

hidup.

“Omong kosong!” mungkin ego anda spontan menanggapi dengan tanggapan sinis macam itu. Tapi mari kita renungi lagi, apakah kita memang mahluk

hidup yang benar-benar mengerti kehidupan dan hidup dengan irama kehidupan itu?

Apa yang menurut anda menjadikan diri anda pantas untuk dianggap hidup?

Banyak yang akan menjawab; makan, tidur, bernafas, tumbuh, berkembang biak, bla, bla, bla… dari pelajaran Biologi di SD kita semua tahu bahwa mahluk lain seperti binatang juga memiliki ciri seperti itu. Yang saya maksudkan adalah ciri hidup yang lebih bijak.

Sebelum membahas lebih lanjut mengenai kebenaran apakah kita ini mahluk hidup, mari kita buat daftar yang

(19)

23

membedakan antara manusia yang masih hidup dengan ia yang sudah meninggal.

Manusia hidup masih bernafas, yang mati tidak, yang hidup berpikir dengan otaknya yang mati tidak, yang hidup terus berkembang yang mati tidak, yang hidup melakukan banyak aktifitas, yang mati tidak, yang hidup fleksibel dan yang mati tidak. Baik, cukup! Itu saja dulu. Mari kita mulai dengan membicarakan ciri pertama manusia hidup, yaitu berpikir. Pikiran adalah master key yang memungkinkan kita hidup, dan memungkinkan kehidupan benar-benar berjalan. Buku yang sedang anda baca ini lahir dari pikiran, laptop yang digunakan untuk mengetik buku ini lahir dari pikiran, mesin cetak yang digunakan untuk mencetak buku ini juga dulunya hanya ada dalam pikiran manusia yang kemudian mewujud menjadi nyata. Berpikir benar-benar menjadikan manusia memiliki kehidupan seperti yang kita lihat ini. Namun sayangnya, tidak selamanya kita menggunakan pikiran untuk hidup. Tidak selamanya kita yang mengendalikan pikiran. Sering, pikiran yang malah mengendalikan kita.

Apakah anda memiliki semacam stop kontak yang membuat anda memiliki kuasa untuk berkata “stop berpikir” dan kemudian anda benar-benar berhenti berpikir? Banyak orang yang malah tidak tahu

(20)

24

bagaimana berhenti berpikir. Hal ini seolah menunjukan

bahwa ciri kehidupan bukanlah berpikir, namun dikendalikan oleh pikiran.

Menciptakan sebuah computer yang sangat canggih merupakan satu karya pikiran yang tak terbantahkan. Berhasil mendaratkan manusia di bulan, mengorbitkan satelit di angkasa luar, robot-robot yang makin mirip saja dengan manusia, dan banyak hal lagi yang pikiran ciptakan untuk kehidupan kita. Namun ada satu hal

yang tak terkendalikan dari pikiran, yaitu menciptakan kesengsaraan untuk anda (yang masih dikendalikan pikiran).

Ada kalanya kita tidak bisa berhenti memikirkan masa lalu yang menyisakan kepedihan yang sangat mendalam. Ada kalanya kita tidak bisa berhenti memikirkan satu hal untuk kita miliki. Ada kalanya kita tidak bisa berhenti memikirkan hal-hal yang malah menyebabkan derita. Ada kalanya, malah sering kali, kita tidak bisa mengendalikan arus pikiran. Kita yang dikendalikan oleh pikiran. Dan oleh karenanya, apakah kita benar-benar hidup?

Albert Einstein mengawali terciptanya bom nuklir. Satu kecanggihan yang sangat brilian. Namun ada segelintir orang yang tidak bisa mengendalikan pikiranya kemudian menggunakan bom itu untuk memusnahkan manusia secara masal di Hirosima dan Nagasaki. Adolf

(21)

25

Hitler yang tak mampu mengendalikan pikiranya membuat ia memusnahkan nyawa jutaan Bangsa Yahudi. Tetapi dari Pikiran Mahatma Gandhi yang telah dimuliakan, lahir kemerdekaan Bangsa India dengan penuh kedamaian. Dari pikiran seorang Dalai Lama yang cerah berhasil menerangi begitu banyak manusia di bumi ini.

Saya rasa poinnya tertangkap oleh kita; untuk hidup, kitalah yang harus mengendalikan pikiran, bukan kita yang dikendalikan oleh pikiran. Lalu hal-hal apa yang membuat pikiran kita menjadi tak terkendali, atau

tercemar? Beberapa “iblis” mungkin bisa kita mintai

pertanggung jawaban, iblis itu bernama Ego. Ego adalah cermin dalam diri anda yang merefleksikan diri anda sebagai pusat kehidupan, sehingga anda merasa sah-sah saja melakukan sesuatu asalkan hal itu bisa terus menjamin kehidupan anda, menjadikan anda bahagia dan memberi anda kenikmatan.

Dari ego lahir dua mahluk lagi, yang satu adalah kecintaan berlebih untuk apa yang anda senangi dan kebencian terhadap apa yang tidak menyenangkan. Dari sana kemudian muncul lagi ketakutan kehilangan hal-hal yang menyenangkan dan kekawatiran mendapat kesengsaraan (mengalami atau mendapatkan hal-hal yang tidak anda senangi).

(22)

26

Dengan mindset yang telah ditentukan oleh kuasa Ego itulah kita kemudian menyerahkan kendali kehidupan kepada Ego, yang telah meliputi pikiran kita dengan

kuasanya. Dorongan untuk kenikmatan dan

kesengsaraan ini merupakan dorongan yang sangat kuat dalam diri manusia.

Dorongan untuk mengejar kenikmatan memotori John D. Rockefeller untuk menguasai sebagian besar uang yang ada di dunia. Dorongan untuk mengejar kenikmatan mendorong Alexander Agung untuk menaklukan daratan di dunia. Sementara dorongan untuk menjauhi kesengsaraan (yang bersahabat dengan rasa takut dan kekawatiran) mendorong Amerika menyerang Afganistan dan Negara- Negara Timur Tengah untuk memerangi terorisme. Dorongan untuk menjauhi kesengsaraan di sisi lain malah mendorong banyak orang barat belajar meditasi dan berguru ke Timur. Ada banyak variasi yang dapat muncul dari dorongan nikmat-sengsara ini, mulai dari setting personal, local, nasional sampai global.

Lalu bagaimana kita dapat benar-benar mengendalikan

pikiran? Saya sudah menjabarkan bahwa yang membuat

pikiran kita liar adalah adanya kuasa Ego dalam pikiran kita. Dan eksekutor dari ego adalah dorongan-dorongan tentang nikmat dan sengsara. Jadi yang harus kita kendalikan adalah dorongan untuk mencari kenikmatan dan menjauhi penderitaan. Jika kedua dorongan ini

(23)

27

dikejar dengan cara-cara liar, maka berarti ego yang berkuasa atas pikiran kita, atas diri kita. Namun jika kehendak-kehendak mulia yang melandasi pemenuhan dorongan-dorongan ini, berarti kita sedang menguasai pikiran kita dan sedang memuliakanya.

Atas dasar Kasih Sayang Universal, maka Tuhan kemudian menurunkan Agama, orang-orang yang bijak dan jiwa dalam diri kita. Dengan mengikuti tuntunan dari semua cahaya penerang ini, maka kita dapat menaklukan kuasa ego atas pikiran, dan kemudian memurnikanya dengan kesucian jiwa. Dan oleh karenanya kita bisa memiliki dorongan untuk mengejar kenikmatan dengan cara-cara yang membahagiakan, dan kita tidak lagi dicengkeram oleh ketakutan akan kesengsaraan. Intinya, dengan memuliakan dorongan sengsara-nikmat ini maka andalah yang benar-benar menguasai pikiran anda, dan oleh karenanya anda baru bisa dikatakan mahluk hidup.

Ada satu latihan yang sangat manjur yang disarankan banyak guru spiritual untuk mendiamkan keributan yang terjadi dalam pikiran.

Pergilah di pekarangan anda, dengan bertelanjang kaki. Lalu melangkahlah di atas rumput atau kerikil-kerikil di taman anda. Saat berjalan itu rasakan tiap langkah, rasakan bagaimana rasanya saat telapak kaki anda menginjak rumput atau kerikil. Rasakan sensasi dingin

(24)

28

atau panas yang muncul di sana. Mungkin ada rasa sakit, perih, atau geli. Rasakan semuanya. Rasakan pula setiap otot anda berkontraksi, rasakan setiap getaran dalam tubuh anda namun jangan memberikan PENILAIAN terhadap rasa yang muncul. Jangan berpikir tentang apa pun, hanya rasakan saja rasa apa yang muncul. Sambil anda mendengarkan suara-suara di sekitar anda, sambil mengikuti alur keluar masuknya nafas. Dalam beberapa menit, pikiran anda akan diam karena kesadaran anda sedang berada dalam tubuh.

Jika latihan pertama telah cukup anda pahami, dan siap untuk anda praktekan, mari melanjutkan ke latihan kedua, yang bisa anda lakukan dimana pun dan kapan pun. Ego dan pikiran paling takut jika diamati. Ego beraninya hanya sembunyi-sembunyi. Ia memberikan dorongan dan pemikiran untuk anda ikuti, dan jika anda mengikutinya melalui pertimbangan-pertimbangan dan penilaian (yang sebenarnya juga dimotori ego), habislah anda! Oleh karena demikian, maka senjata paling ampuh untuk menghadapi ego adalah dengan mengamatinya. Jika dalam pikiran anda muncul pemikiran-pemikiran tertentu yang mengganggu anda, banyangkanlah anda sedang duduk di suatu ruangan dan sedang mengamati pikiran anda yang seolah muncul dan berjalan di sebuah monitor besar yang ada di depan anda. Biarkan tiap pemikiran datang dan pergi apa adanya, namun jangan mengikuti alurnya dengan memberikan penilaian dan

(25)

29

pertimbangkan. Alih-alih terlibat dalam pemikiran itu, bayangkan saja anda sedang menonton TV yang menyiarkan pemikiran anda. Jangan menolak satu pemikiran dan menahan pemikiran lainnya. Biarkan saja apa adanya dan amati saja. Lalu, tiba-tiba anda akan melihat pemikiran itu menguap dan otak anda menjadi tenang.

Latihan yang sangat sederhana bukan? Namun sangat efektif untuk melatih pikiran anda agar sekali-sekali bisa

diam. Dan oleh karenanya juga mengendorkan tali

kekang ego yang mengikat pikiran.

Okey, kembali ke laptop! Setelah membahas paradigma berpikir atau dikuasai pikiran, sekarang kita melangkah ke ciri signifikan lain yang menjadikan manusia

benar-benar hidup. Ciri itu yaitu FLEKSIBILITAS.

Mayat itu kaku dan tak dapat menggerakan tubuhnya. Tetapi anda tidak. Dalam tubuh anda ada gerakan dan getaran, aliran darah dan pergerakan energy yang menjamin anda tetap hidup. Jika darah di sekujur tubuh anda membeku, anda tak lagi bisa dikatakan hidup, dan memang tidak akan hidup lagi.

Sayangnya banyak manusia yang masih hidup, namun tak lagi bergerak, dan menjadi kaku. Tak ada lagi fleksibilitas. Dan di sini, kembali pertanyaan yang sama diajukan, “apakah anda benar-benar hidup?”. Maaf,

(26)

30

tetapi jika anda tidak lagi bergerak seiring arus kehidupan, maka anda tidak benar-benar hidup.

Angga (sebut saja begitu), adalah seorang pengusaha sukses yang bergerak di bidang property. Ia punya istri yang telah menjadi sahabat yang sangat setia dan teramat mencintainya, juga sangat dia cintai. Anak tunggalnya adalah mahasiswa perguruan tinggi ternama di Indonesia, calon dokter yang sebentar lagi akan lulus. Tidak ada alasan untuk pria 50 tahun ini untuk tidak bahagia. Dan semua ini diawali saat ia mulai merintis bisnisnya sejak usia 25 tahun, dan semenjak itu tidak ada pergerakan kecuali terus melonjak naik.

Tetapi roda kehidupan berjalan, di usinya yang mulai sore, ia mendapat kejutan. Istri yang sangat dia cintai itu tewas dalam sebuah kecelakaan pesawat. Ia sangat terpukul oleh hal itu. Namun deritanya belum berakhir, ia ditipu oleh rekan bisnisnya yang selama bertahun-tahun menjadi mitranya, dan kini ia bangkrut dengan hutang milyaran. Sementara anaknya yang di puncak studinya memerlukan banyak uang, tidak pernah benar-benar bisa menjadi seorang dokter, ia sangat kecewa dan malah terjerumus dalam narkoba dan premanisme. Langit Pak Angga runtuh begitu saja. Kini ia merasa tak punya alasan untuk berbahagia. Bahkan untuk hidup pun ia tak lagi memiliki alasan.

(27)

31

Tadinya pak Angga memiliki kehidupan, ia mengalir dalam arus kebahagiaan. Ia sangat menikmati kehidupan itu. Namun saat semua berubah, kehidupan Pak Angga berhenti. Ia menjadi KAKU, ia tak lagi memiliki gairah. Dia hanya memiliki hujatan tiada henti pada Tuhan yang dianggapnya Sang Maha Kejam. Ia menyesalkan kenapa ia harus mengalami semua kejadian itu dan kenapa ia tak bisa tetap hidup berbahagia. Pak Angga tetap dikungkung oleh masa lalunya, dan ia tak pernah lagi bergerak maju, tak lagi mengikuti arus kehidupan. Ia

mati (dalam arti kiasan).

Beberapa tahun kemudian, Pak Angga yang tak lagi memiliki tanda kehidupan berupa gerakan dan

flesibelitas ditemukan tewas menggantung dirinya di

kamarnya, tempat terakhir nya menikmati kematian dalam arti kiasan dan kematian dengan arti sebenarnya. Perhatikan ini. Mungkin anda tak mengalami kisah setragis kisah Pak Angga, namun banyak dari kita yang kehilangan kehidupan karena beberapa hal dalam hidup kita telah berubah, karena sesuatu tak berjalan sesuai yang kita harapkan, karena hari ini tak seindah kemarin. Banyak dari kita yang tak lagi bergerak bersama arus kehidupan karena arus yang dulunya tenang dan menyejukan tiba-tiba berubah menjadi berbatu, deras dan liar dan kita tak lagi mampu mengendalikan perahu kehidupan kita.

(28)

32

Namun ia yang tetap bertahan, tetap menghadapi badai besar yang menggoncang kapalnya akan tiba di pesisir indah bernama kebijaksanaan dan kebahagiaan.

Salah satu orang yang benar-benar hidup bernama Suichiro Honda. Ia terus bergerak dengan arus kehidupan yang mengganas. Ia terus hidup dan terus hidup, dengan terus bergerak fleksibel.

Suichiro Honda menjual semua yang ia miliki bahkan perhiasan isterinya untuk memproduksi cincin piston. Namun saat ia menawarkan cincin itu pada Toyota, ia ditolak. Namun ia terus bergerak fleksibel. Ia kemudian kuliah lagi untuk bisa memproduksi cincin piston yang lebih baik. Akhirnya setelah dua tahun menekuninya dengan terus menerus menyempurnakan diri, Toyota memberinya kontrak. Namun karena Jepang sedang bersiap menghadapi perang, maka ia tak bisa mendapat beton untuk membangun pabriknya. Akhirnya Honda

harus memproduksi sendiri beton-beton untuk

pembangunan pabrik. Sayangnya pabrik itu terbakar, bukan hanya sekali, tetapi dua kali. Dan Honda terus menjalani arus dengan fleksibel. Namun saat pabrik itu selesai lagi, gempa bumi besar menghancurkanya. Akhirnya Honda terpaksa menjual pabrik itu pada Toyota. Bukan karena putus asa, namun karena ia menyelaraskan diri dengan keadaan. Perang antara Jepang dengan Amerika saat itu juga membawa banyak

(29)

33

bencana, yang untuk sebagian besar orang membawa kuputusasaan.

Karena banyak alat transportasi yang hancur oleh perang, banyak orang Jepang harus berkendara dengan sepeda. Dengan terus menjadikan dirinya fleksibel dan selaras, Honda kemudian menemukan mesin motor untuk dipasang di sepeda. Masyarakat Jepang menyambut dengan antusias penemuan ini, dan ia mulai menerima banyak tawaran untuk memasang Motor di sepeda mereka. Tidak berhenti di sana, ia terus menyempurnakan mesin motornya, terus dan terus. Suichiro Honda juga membeli mesin motor terbaik eropa, membongkarnya, lalu menciptakan motornya sendiri. Lalu dengan segera motor balap Honda menjuarai Grand Prix. Belum cukup sampai di sana. Suichiro Honda kemudian mendirikan Honda Motor Company. Meski Pemerintah Jepang menentangnya, ia tetap memproduksi mobil, melawan pendahulunya seperti Nissan, , Toyota dan Mazda. Dengan yakin ia memasukan mobil produksinya ke persaingan formula

one, dan salah satu mobilnya mengalahkan Ferrari dan

Lotus.

Saat Amerika didera krisis minyak tahun 1970an, mobil kecil Honda, yaitu Honda Civic menjadi primadona. Dan hal ini membuat orang Amerika memerlukan 10 tahun untuk mengambil kembali tempatnya di pasaran.

(30)

34

Honda adalah orang pertama yang melengkapi pabriknya dengan anti polusi. Dan saat keluar peraturan

pemerintah tentang lingkungan, ia bisa terus

melanjutkan produksi, sementara pesaingnya harus mempersiapkan diri dulu.

Dan tahukan anda salah satu prinsip kerja Suichiro Honda? “TERUSLAH mencari ritme kerja yang lancar dan harmonis”. Harmonis dengan segala perubahan, fleksibel dan terus bergerak selaras. Itu yang menandakan anda hidup. Dan tak sekedar hidup, namun memiliki kehidupan yang indah dan menawan. Jika satu kegagalan membekukan anda, maka saat itu juga sebenarnya anda telah mati. Terus hidup berarti

terus selaras dengan ritme perubahan kehidupan, setiap saat.

Mari kita beranjak ke dalam ciri kehidupan berikutnya,

yaitu terus bertumbuh dan berkembang. Pertumbuhan

dan perkembangan adalah ciri mutlak untuk kehidupan. Namun demikian banyak yang tidak bertumbuh, dan banyak yang malah berhenti berkembang. Tubuh fiisik anda mungkin terus bertumbuh, namun apakah Jiwa anda juga bertumbuh? Pemikiran anda mungkin terus

berkembang, tetapi apakan anda juga terus

mengembangkan kesadaran spiritual anda?

Bagaimana pun, manusia adalah mahluk holistic yang terdiri dari pikiran, tubuh dan Jiwa. Tidak satu pun dari

(31)

35

ketiga aspek itu yang boleh untuk tidak ditumbuhkan dan dikembangkan. Ketiganya harus terus menerus ditumbuhkan dan dikembangkan, sebagaimana kita juga terus menjadikan diri kita selaras dan fleksibel dengan kehidupan.

Guru Spiritual Eckhart Tolle mengatakan bahwa

kehidupan akan memberi kita semua keadaan dan kondisi yang kita perlukan untuk membantu kita mengembangkan kesadaran kita (kesadaran kita

mewakili perkembangan jiwa atau perkembangan spiritual kita). Namun sayang, kita hidup dengan mahluk culas bernama ego. Ego kita menghalangi kita untuk memanfaatkan segala kesempatan yang diberikan oleh kehidupan untuk mengembangkan kesadaran kita, malah kita membuangnya dengan sia-sia.

Bagaimana hal ini dapat terjadi? Awal dari segalanya adalah kebiasaan ego untuk memberikan penilaian. Menilai satu hal sebagai buruk, dan hal lain baik. Lalu hal yang dianggap buruk akan dibuang, tidak diterima dan sebagainya, demikian sebaliknya dengan hal yang ego anggap baik. Tetapi bukan di sana letak kekeliruan kita, letak kekeliruan kita adalah saat kita mempercayai dan hidup dengan penilaian ego itu. Sedangkan, masih ada orang tua bijaksana dalam diri kita yang disebut Jiwa. Mungkin saja apa yang ego anggap buruk adalah sarana bagi Jiwa untuk mengembangkan kesadaranya,

(32)

36

tepatnya mengembangkan kesadaran kita akan

kehadiran Jiwa.

Mari kembali pada cerita mengenai Suichiro Honda di atas. Ia adalah satu orang yang bisa hidup dengan

memanfaatkan setiap momen yang disediakan

kehidupan untuk menyempurnakan hidupnya. Bukan hanya secara materiil, namun jauh melangkah menuju ranah-ranah spiritual.

Saat cincin pistonya ditolak Toyota, saat pabriknya terbakar lalu dihancurkan gempa bumi, saat-saat itu adalah saat dimana ego memberikan sinyal untuk

menyerah. Ini sesuai dengan karakter ego yang suka

mengasihani dirinya dan menghindari apa yang ia anggap penderitaan. Namun Suichiro Honda tidak menenggelamkan diri dalam penilaian yang dilakukan ego, ia malah memanfaatkan semua itu untuk menyempurnakan pikiranya (untuk dapat menghasilkan produk yang lebih baik), menyempurnakan tubuhnya (ingat, ia membuat beton sendiri untuk membangun pabriknya), dan tentu saja Jiwanya (sikap pantang menyerah dan selalu selaras dengan kehidupan, hal itu jauh dari kehendak Ego, dan tentu saja mendekatkan kita pada kesadaran Jiwa yang lebih tinggi).

Saat ego berkata, “sudahlah, kau tidak akan sukses, berhenti saja melakukan usaha sia-sia ini. Tidak ada

(33)

37

alasan lagi untuk maju!”, Suchiro Honda berkata, “Tidak”.

Lihat, sahabat? Satu kejadian bisa membawa kita pada berbagai macam tempat. Tergantung dari apa yang hendak kita lakukan terhadap semua kejadian itu. Kita

bisa memanfaatkanya untuk benar-benar

mengembangkan kesadaran kita sebagaimana yang dilakukan oleh Suichiro Honda, atau kita juga boleh melemahkan diri dengan menuruti kehendak ego untuk mengasihani diri sendiri, mengeluh pada keadaan, atau malah menangis tersedu-sedu. Namun ingat, syarat untuk menjadikan kita mahluk hidup adalah terus tumbuh dan berkembang, secara holistic atau menyeluruh.

Dalam pertumbuhan kesadaran kita, akan ada banyak

kejadian yang membantu kita terus-menerus

mendefinisikan diri sebagai manusia, terus menerus mengembangkan kesadaran kita, terus menerus belajar dari kehidupan. Inilah yang sebenarnya menjadi inti

kehidupan, yaitu menemukan hakekat kehidupan kita sendiri melalui semua yang kita pilih untuk alami dalam kehidupan.

Setiap saat kita menentukan pilihan, setiap saat itu pula melakukan satu kegiatan, dan setiap saat itu pula kita memiliki pengalaman. Jadi, pengalaman adalah hasil

(34)

38

pilihan kita. Kita yang memilih untuk mengalami suatu pengalaman.

Dan dari setiap pengalaman itu, kita memiliki satu lagi sarana yang diperlukan untuk mengembangkan kesadaran kita. Kita juga akan sering dihadapkan pada pengalaman yang kita tidak pilih (tepatnya, tidak sadar telah kita pilih). Dari referensi tersebut, dari pengalaman yang kita pilih dan dari pengalaman yang datang pada kita, kita lalu memiliki referensi untuk menentukan pilihan berikutnya. Dan pilihan berikutnya menentukan pengalaman kita berikutnya. Inilah yang dimaksud bahwa kehidupan adalah proses pembelajaran, dan kita adalah sang pembelajar. Dengan wawasan seperti itu, bagaimana kemudian kita bisa mengutuk satu pengalaman dan memuja pengalaman lainya? Jika

semua adalah referensi untuk mengembangkan

kesadaran kita?

Maaf sekali lagi harus saya katakan, bahwa jika anda menolak untuk memanfaatkan semua kejadian dalam hidup anda, entah yang anda anggap baik atau buruk, maka anda juga menolak pertumbuhan kesadaran anda, selain merugikan anda, hal itu juga akan menampik anggapan bahwa kita adalah mahluk hidup, karena kita menolak untuk terus tumbuh dan berkembang, secara holistic.

(35)

39

siapakah manusia ?

(36)

40

Manusia Adalah Ulat yang Memasuki Kepompong Untuk Bermetamorfosis

Seekor ulat, pada satu saat dalam kehidupannya akan memasuki fase untuk berada dalam kepompong yang ia buat sendiri. Masa-masa menjadi ulat mungkin adalah masa-masa yang biasa saja dalam kehidupan ulat. Namun kehidupan yang biasa itu kemudian berubah menjadi begitu mengikat, menyakitkan, mengerikan, diliputi kegelapan dan menekan. Masa itulah masa saat ulat telah masuk ke dalam kepompongnya. Kemudian, setelah masa-masa dalam kepompong itu berlalu, sang ulat akan keluar dalam wujud dan rupa yang berbeda. Jauh berbeda dari sebelum ia memasuki kepompong itu. Ia bisa menjelma menjadi kupu-kupu yang demikian indah dan menawan tiap mata yang memandang, namun bisa juga menjadi serangga yang mengerikan. Proses yang ia lalui dalam kepompong itu sangat menentukan menjadi apakah sang ulat setelah keluar dari kepompong.

Jika apa yang terpapar di atas adalah kisah kehidupan ulat setelah memasuki kepompong, maka sesungguhnya kehidupan manusia juga tidak jauh beda. Ya, manusia juga akan memasuki kepompong, bahkan mungkin berkali-kali. Jika ulat hanya bermetamorfosis sekali, maka manusia melalui proses metamorfosis berkali-kali, berkali-kali memasuki “kepompong”.

(37)

41

Akan ada saat didalam kehidupan manusia dimana ia akan memiliki kondisi kehidupan yang sangat memilukan, menyedihkan, dan penuh rasa sakit. Akan ada saat dalam kehidupan setiap manusia dimana segala apa yang ia tahu sebelumnya, apa yang ia percayai sebelumnya, apa yang ia jalani sebelumnya kemudian dijungkir-balikan. Kehidupan tiba-tiba tampak berbeda, menjadi mengerikan. Inilah saat dimana anda sedang

ditempatkan dalam kepompong anda. Waktu dimana anda akan bermetamorfosis.

Anda memiliki seseorang yang sangat anda cinta, lalu tiba-tiba dia pergi bersama orang lain. Sangat menyakitkan. Anda sedang berada dalam kepompong. Bermetamorfosislah.

Keluarga bahagia dan harmonis yang selalu membuat anda bahagia tiba-tiba hancur berantakan? Kepompong. Bermetamorfosislah.

Bisnis yang anda bangun sejak puluhan tahun silam, yang kini telah mencapai kejayaan tiba-tiba tumbang dalam kebangkrutan? Kepompong. Bermetamorfosislah! Atau diantara anda ada yang memiliki satu kondisi yang sangat menyakitkan dan menyedihkan? Kehidupan sedang mengundang anda untuk bermetamorfosis.

Apa sebenarnya yang dimaksud dengan

(38)

42

Bermetamorfosis artinya melalui serangkaian kondisi yang menyedihkan dan menyakitkan (baca: kepompong), anda mengolah, menempa dan membentuk diri anda menjadi manusia yang lebih baik, lebih mulia dan lebih sesuai dengan fitrah anda.

Seperti ulat yang setelah berada dalam kepompong tidak selalu bermetamorfosis menjadi kupu-kupu, demikian

juga halnya dengan manusia. Setelah melalui

serangkaian peristiwa pahit yang menyakitkan, tidak semua manusia akan menjadi lebih bijak atau lebih mulia. Terkadang kekeliruan dalam memaknai dan menghadapi suatu kejadian membuat kita malah mengambil pilihan buruk (menjadi manusia yang lebih buruk). Padahal tujuan Tuhan atas kita, melalui setiap rasa sakit yang kita alami adalah untuk memuliakan kita. Dan semoga kita yang pernah salah mendefinisikan diri, salah bermetamorfosis bisa memperbaikinya saat ada kesempatan lain untuk berada dalam kepompong (dan pasti selalu ada kesempatan lain).

Apa contoh metamorfosis manusia ini?

Dalai Lama, pemimpin Tibet, mengalami proses panjang berada dalam kepompong (baca: rasa sakit dan penderitaan); negerinya diserang dan ia harus hidup di pengungsian. Namun ia keluar dari kepompong ini dan menjadi seorang ikon spiritual dunia yang sangat dihormati dan ditauladani. Ia dikenal sebagai seorang

(39)

43

yang ramah, selalu bahagia dan bahkan tidak pernah membenci Negeri Cina atau orang-orangnya yang telah memberikan penderitaan besar bagi Tibet dan dirinya. Ada juga kisah tentang Mila Repa. Dia adalah seorang penjahat yang kemudian karena satu proses panjang penderitaan kemudian menjadi Bhikku dan guru spiritual yang sangat disegani.

Pema Chodron. Ia memiliki kehidupan yang bahagia sebagai seorang istri maupun ibu. Namun seketika segalanya berakhir dan ia kehilangan suami yang pergi bersama wanita lain. Kepompong yang sangat menyakitkan, bukan? Namun ia mengolah diri dengan belajar meditasi, dan ia kini menjadi salah satu orang paling bahagia, paling dihormati sebagai pengajar meditasi dan guru spiritual, dan menjadi inspirasi bagi jutaan orang.

Saya sangat tersentuh dengan cerita mengenai seorang ibu yang kehilangan putrinya karena Demam Berdarah, kemudian menjadi aktifis yang mengkampanyekan penanggulangan demam berdarah. Ada juga seorang yang memiliki anak cacat, kemudian tumbuh dalam dirinya suatu kepedulian pada para penderita cacat dengan membangun yayasan. Sungguh kupu-kupu indah

keluar dari kepompong yang menyakitkan. Masih banyak

lagi contoh-contoh orang yang berhasil memuliakan dirinya dengan mengolah penderitaan yang ia alami.

(40)

44

Sayangnya, tak jarang juga orang malah keluar dari kepompong dan menjadi mengerikan. Misalkan saja seorang pengusaha yang merugi lalu beralih profesi menjadi penipu. Seorang pria yang ditinggal pacar lalu menjadi pemerkosa. Atau orang-orang yang setelah mengalami penderitaan malah menjadi pasien di rumah sakit jiwa, dan sebagainya.

Anda lihat bagaimana setelah serangkaian rasa sakit dan penderitaan seseorang bisa berubah menjadi sesuatu yang sangat berbeda? Lalu, jika sekarang (atau nanti) anda dihadapkan pada penderitaan dan rasa sakit, menjadi apakah anda akan bermetamorfosis? Inilah kelebihan yang diberikan Tuhan pada manusia, bahwa kita bisa memilih hendak bermetamorfosis menjadi apa setelah memasuki kepompong (baca: penderitaan, rasa

sakit, kepedihan). Dunia akan mencatat dan

menyediakan taman dan bunga-bunganya untuk kupu-kupu. Namun juga menyediakan tempat yang mengerikan untuk serangga yang lahir. Pilihan ada di tangan anda.

Setiap manusia, sekali lagi, akan mengalaminya. Setiap manusia pada suatu saat akan ditempatkan dalam kepompongnya. Kehidupan yang biasa-biasa saja, atau apa yang masyarakat umum sebut sebagai zona nyaman akan tergantikan oleh sesuatu yang memedihkan. Lalu jika anda bisa memilih untuk menjadi mulia, kenapa harus menjadi hina? Jika anda bisa memilih untuk

(41)

45

menjadi kupu-kupu, kenapa harus menjadi serangga yang menyedihkan dan mengerikan?

Bagaimana anda mengolah penderitaan yang anda alami, bagaimana anda menjadikanya pelajaran dan pupuk bagi jiwa anda, bagaimana anda memaknainya dengan penuh kebijakan dan bagaimana anda menjalaninya dengan penuh keikhlasan akan sangat mempengaruhi proses metemorfosis anda untuk menjadi kupu-kupu.

Mungkin ada diantara anda yang bertanya, “kenapa saya sering kali dan terus menerus mengalami penderitaan dan masalah ?”

Jawabannya sederhana, karena kehidupan memberi

anda kesempatan yang berulang-ulang untuk

memuliakan diri anda. Jika ulat setelah menjadi kupu-kupu ia tidak bermetamorfosis lagi, namun mati, maka manusia tidak demikian. Manusia yang terus menerus menjalani penderitaan (baca: terus ada dan berulang-ulang dalam kepompong) memiliki kesempatan untuk bisa menjadi manusia yang semakin mulia, semakin bijak, semakin mulia dan semakin bijak lagi. Jadi,

ketimbang harus menyesalkan lebih baik

berterimakasihlah pada penderitaan yang anda alami atas segala kesempatan yang ia berikan.

(42)

46

Mungkin di awal terasa menyakitkan. Namun pada akhirnya, jika anda terus konsisten terhadap jalan-jalan kemuliaan, semua akan menjadi indah. Tuhan tidak akan membiarkan manusia yang menapaki jalan kemuliaan terus menerus menderita. Jalan berduri yang anda lewati pasti akan berakhir di taman indah surgawi. Dan lebih-lebih anda telah menjadi mahluk mulia yang pantas berada di sana.

Namun, hidup adalah sebuah pilihan. Dan pilihan ada di tangan anda…

(43)

47

Manusia Adalah Pelaut yang Menggunakan Rakit untuk Mengarungi Samudera …

Hidup adalah perjalan, demikian banyak orang berkata. Namun saya lebih meyukai perumpamaan bahwa hidup adalah sebuah pelayaran. Dalam berlayar kita tentu menggunakan satu wahana; entah itu sampan, perahu, kapal layar atau malah kapal pesiar. Umumnya jenis kapal disesuaikan dengan luas ‘air’ yang hendak kita arungi. Tentu sebuah kebodohan jika kita berlayar dengan rakit untuk mengarungi samudera. Bahkan perahu pun bukan sarana yang cukup pantas untuk mengarungi samudera.

Hidup manusia juga serupa itu. Kita tentunya memiliki tujuan-tujuan tertentu dalam hidup. Kita semua sedang berlayar, dan kita sedang mengarungi samudera entah untuk berlabuh di pesisir mana. And that’s it! Anda sedang berlayar kemana? Anda sedang menggunakan wahana apa? Tahukah tujuan hidup anda? Kemana anda akan berlabuh? Dan apakah anda sudah punya sarana yang dapat mendukung pelayaran anda itu? Jangan sampai anda berlayar dengan sampan ke samudera luas! Mungkin diantara anda ada yang memiliki tujuan untuk menjadi kaya, tujuan untuk memperoleh hidup yang penuh kelimpahan dan berbagai kesenangan. Boleh-boleh saja. Namun yang sekarang harus anda tanyakan adalah, apakan anda telah mempersiapkan sebuah kapal

(44)

48

yang besar dan tangguh untuk menghadapi pelayaran itu? Atau apakah anda masih berada di atas rakit dan memegang sampan? Jika anda hanya memiliki rakit, maka tunda dulu pelayaran anda, kecuali jika anda ingin tenggelam di tengah perjalanan.

Jika anda ingin kaya, maka ada harus memiliki wahana yang tepat untuk memperoleh kekayaan itu; mental kaya, pikiran yang berdiri di atas keyakinan bahwa anda mampu meraih kekayaan, dan kemauan yang keras untuk bekerja dan menjadikan diri anda kaya. Jika anda ingin sukses, maka anda harus memiliki pikiran dan perilaku yang dapat mendukung cita-cita anda itu. Jika tidak, berarti anda baru memiliki rakit untuk menyeberangi lautan.

Sikap, prinsip, nilai-nilai, dan jaringan sosial adalah awak kapal yang dengan setia akan mendampingi pelayaran anda. Visi adalah nahkoda yang akan membimbing anda menuju pelabuhan yang bernama kesuksesan. Komitmen, ketetapan hati dan gairah adalah layar atau bahan bakar selama anda berlayar. Semua aspek itu adalah pendukung anda, yang akan memastikan anda berlayar dengan nyaman dan selamat sampai di tempat tujuan.

Pertama-tama pastikan awak kapal anda adalah awak yang memiliki kapasitas untuk membantu anda berlayar dengan selamat; nilai-nilai yang anda anut haruslah nilai

(45)

49

positif berupa kejujuran, kesetiaan, saling

menguntungkan, dan nilai lain yang mendukung perjalanan anda. Sikap anda juga haruslah positif, penuh optimisme dan semangat juang yang tinggi. Begitu pula kemampuan untuk membangun jaringan sosial, merupakan aspek yang tak kalah pentingnya dalam membangun kesuksesan.

Yang terpenting dari sebuah pelayaran adalah nahkodanya; visi dan tujuan anda harus jelas. Apa yang anda inginkan? Sukses? Sukses macam apa? Kesuksesan di bidang apa? Dan, apa barometer yang anda gunakan untuk mengukur kesuksesan? Ambilah contoh anda ingin sukses sebagai seorang pengusaha property. Itulah tujuan tertinggi anda, dan setiap hal dalam hidup anda haruslah hal-hal yang akan mengantarkan anda pada tujuan anda itu.

Nahkoda tanpa layar juga tidak bisa berlayar. Layarnya adalah komitmen dan gairah; komitmen dan gairah akan memastikan anda untuk selalu berjalan dan mengejar tujuan anda. Dengan semua perlengkapan tadi, maka anda siap untuk berlayar mengarungi samudera. Kini anda memiliki sebuah kapal yang akan mengantarkan anda menuju pelabuhan bernama kesuksesan.

Sederhana, bukan? Memang sederhana. Namun kesederhanaan ide tidak akan memiliki dampak yang

(46)

50

juga sederhana (baca: tidak menguntungkan), jika anda tidak berkomitmen terhadapnya.

(47)

51

Manusia Adalah Mahluk yang Diciptakan Berdasarkan Gambar Dan Citra Tuhan

Manusia adalah mahluk yang diciptakan Berdasarkan Gambar dan Citra Tuhan, demikian salah satu Ajaran yang sangat terkenal dari The Bible. Namun, maaf sekali, saya tidak sedang menulis naskah teologi atau kajian religius. Saya hanya akan memaparkan bagaimana

kalimat tersebut dapat menjadi Filosofi yang

meneduhkan dan sebuah nilai hidup yang sangat menguntungkan untuk anda.

Tuhan, dalam pandangan setiap agama atau kitab suci mana pun adalah kesempurnaan dan keagungan yang berada dibalik semua yang tercipta ini. Tuhan, adalah Sang Pencipta.

Tuhan adalah Sang Pencipta.

Jika manusia diciptakan berdasarkan gambar dan citra Tuhan, apakah itu artinya manusia juga adalah pencipta?

Bagaimana mungkin? Tuhan Maha Sempurna,

sedangkan manusia penuh kekurangan. Bagaimana kita bisa menjadi pencipta seperti Beliau jika kita tidak Sempurna? Jika penjelasan sempurna tidak sempurna ini dijelaskan bisa menjadi sangat panjang. Ada filosofi mendalam mengenai kesempurnaan manusia dari berbagai sumber komprehensif filosofi ataupun mistis, sedangkan ada juga kerendahan hati dengan berbagai

(48)

52

bukti yang menyatakan ketidak sempurnaan manusia. Manakah yang benar? Kita simpan dulu sejenak pro-kontra tersebut, dan mari mengikuti apa yang berusaha saya paparkan, dengan pikiran terbuka.

Dimanakah letak “manusia adalah pencipta? Bukankah Tuhan yang menciptakan manusia dan segala kondisinya? Bagaimana bisa manusia disebut pencipta?

Tuhan menciptakan manusia dan semua kondisi atau keadaan yang ada di dunia. Inilah faktanya. Namun itu tidak berarti Tuhanlah yang menciptakan kondisi atau keadaan mana yang harus kita alami, kan?

Oke, mari kita perjelas. Manusia menciptakan segala

kondisi dan keadaan mana yang hendak ia alami melalui pemikiran dan sikapnya, atau sebagai konsekuensi dari segala keputusan yang ia ambil. Tuhan menciptakan

kemungkinan atas sesuatu, dan manusia menciptakan (merealisasikan) pengalaman atas sesuatu itu dalam KEHIDUPANNYA SENDIRI.

Anggap sajalah Tuhan adalah seorang programmer game. Programmer tersebut menciptakan kemungkinan menang, kalah, bonus atau hukuman dalam game yang diciptakannya. Sang gamer, yang bermain game, kemudian menciptakan pengalamannya atas segala kemungkinan yang telah diciptakan Sang Programmer. Jadi, gamers (baca: kita), yang menciptakan kekalahan

(49)

53

atau kemenangan ATAS DIRINYA, tidak ada urusannya dengan Sang Programmer.

Anda mungkin protes, “tetapi saya tidak pernah memilih

untuk mengalami patah hati, bangkrut atau

mendapatkan kesengsaraan?

“bukankah Tuhan yang telah menciptakan semua itu dalam kehidupan saya?”

Mari kita telusuri lebih lanjut. Tuhan menciptakan kondisi, kondisi dimana anda ditinggalkan oleh pacar anda. Namun apakah Tuhan menyebut itu penderitaan? Kita yang memberi label bahwa ditinggalkan oleh orang yang kita sayang adalah penderitaan, padahal mungkin yang Tuhan maksudkan hanya agar kita bisa mandiri dan tidak menggantungkan kebahagiaan pada orang lain. Kitalah, kita, yang menciptakan realitas berupa penderitaan itu.

Tuhan menciptakan kondisi dimana usaha kita bangkrut. Tuhan memaksudkan agar kita belajar rendah hati sehingga siap untuk kesuksesan berikutnya, yang lebih besar dan menyeluruh. Namun realitas yang kita ciptakan dalam kehidupan kita terhadap kondisi tersebut adalah “kebangkrutan ini adalah kutukan! Aku tidak akan melakukan apa pun lagi karena semua itu hanya akan mengacu pada kegagalan lain.” Mungkin setelah itu anda bunuh diri. Mau apa lagi?

(50)

54

Tuhan menciptakan kondisi (realitas eksternal), kita menciptakan realitas internal (apa yang kita alami dalam pikiran dan hati kita), sekaligus mengalami realitas eksternal yang kita pilih untuk alami. Dan bagi orang yang tidak melihat maksud baik Tuhan, maka realitas internal yang diciptakan terhadap kondisi negative pasti akan selalu negative.

Sekali lagi, tujuan Tuhan atas semua kondisi yang diciptakan-Nya dalam kehidupan kita adalah untuk memuliakan kita.

Kita selalu mempertanyakan dan meragukan apakah kita memiliki kekuasaan untuk menentukan atau merubah kehidupan kita.

Tuhan itu Maha Kuasa, kita semua mengakuinya. Dan manusia memang tidak semaha kuasa Tuhan, namun itu tidak berarti Tuhan tidak sama sekali memberikan kekuasaan pada manusia, bukan? Bukankah kita tercipta berdasar Gambaran dan Citra Tuhan?

Tuhan, oleh karena Kemahakuasaan-Nya mampu memberikan kekuasaan untuk kita, untuk menentukan hidup kita melalui sikap, perilaku, dan pemikiran yang mendominasi kita.

Pertanyaannya sekarang, bukan seberapa besar

kekuasaan yang Tuhan berikan untuk kita, namun seberapa besar kekuasaan itu kita gunakan?

(51)

55

Kita cenderung percaya dengan betapa lemah dan tak berdayanya kita dalam mengarungi samudra kehidupan, dan oleh karenanya kita menjadi mudah menyerah. Para ahli sendiri telah mengakui betapa besar kemampuan yang dimiliki manusia, namun yang baru kita gunakan hanya 10% saja dari kemampuan tersebut. Jadi pertanyaannya sekarang, manusia tidak memiliki kekuasaan atau tidak menggunakan kekuasaannya? Tuhan tahu, kita terlalu malas untuk menggunakan kekuasaan dan kekuatan yang Dia berikan untuk kita, karena itu tuhan menciptakan kondisi-kondisi yang

menekan agar kita bisa bangkit dan menggunakan

segenap kekuatan yang kita miliki. Jika Tuhan terus memanjakan kita dengan membiarkan kita “duduk-duduk santai” maka otot-otot kita tidak akan menguat bahkan akan melemah. Oleh karenanya Tuhan mengirimkan “beban” untuk kita angkat agar kita menyadari dan mulai menggunakan kekuatan kita.

Untuk seseorang yang telah mendayagunakan

kekuatannya secara optimal, maka hidup tidak akan terasa berat lagi, karena dia memiliki kekuatan untuk menghadapi semua tantangan, kuasa untuk menaklukan semua kesusahan, dan ia memiliki serta menggunakan semua potensi yang ia miliki untuk mengarungi badai kehidupan, sehingga sebesar apa pun badai yang dia hadapi tidak akan mampu menenggelamkannya, karena kekuatan yang dia miliki untuk menghadapi badai itu

(52)

56

jauh lebih besar. Beban seberat 10 kilogram tidak aka nada artinya untuk orang yang memiliki kemampuan untuk mengangkat beban 10 ton. Kita semua memiliki kekuatan dan kemampuan untuk itu, hanya saja tidak semua dari kita menyadari dan menggunakan kemampuan itu.

Orang seperti Napoleon Bonaparte adalah orang yang percaya bahwa dia memiliki kekuatan dan kekuasaan, karenanya dia bisa menguasai dataran Eropa.

Orang-orang Mesir yang menyadari kekuatan dan

kekuasaannya mampu menciptakan kemegahan raksasa yang disebut Piramida. Sementara orang-orang di masa kini yang menyadari kekuatan dan kekuasaan yang ada dalam dirinya membuat kita bisa terbang di udara, membuat kita mampu melihat benua lain dari rumah, mampu berbicara dengan orang yang jaraknya ratusan mil, mampu membuat manusia terbang ke angkasa dan sebagainya. Sementara itu ada juga para pencipta keajaiban (miracle makers) yang memiliki kekuatan yang sangat mengagumkan.

Manusia memilih. Kita, memilih. Ada yang memilih

untuk mempercayai, mengembangkan lalu

menggunakan kekuatan dan kekuasaan itu, ada yang tidak. Ada yang memilih mengendalikan kehidupanya dengan segenap kekuatan yang ia miliki, ada yang memilih menyerahkan kehidupanya untuk dikendalikan orang lain dan keadaan.

(53)

57

Tuhan itu Maha Pengasih dan penyayang, dan kita

diciptakan berdasarkan gambaran tersebut. Bunda Teresa meyakini hal tersebut, dan oleh karenanya ia menjadi malaikat penolong bagi para penderita kusta di Kalkuta yang ia rawat dengan penuh cinta. Paus Johanes Paulus II meyakini hal tersebut, karenanya ia datang ke penjara untuk memberi maaf pada orang yang telah menembaknya dan nyaris membuat ia kehilangan nyawa. Yang Mulia Dalai Lama XIV meyakini hal itu, karenanya ia tetap menjaga cinta kasihnya pada Cina dan tentaranya yang telah menginvasi dan merusak Tibet, dan membuat ia yang tadinya seorang pemimpin menjadi pengungsi.

Jika ditinjau dari berbagai sudut pandang dan perspektif, manusia memiliki semua sifat-sifat Tuhan. Hanya saja, tidak semua dari sifat itu kita kembangkan, tidak semua dari sifat itu kita perkuat dalam kehidupan kita. Menjadikan diri kita “makin mirip” dengan Tuhan adalah ajaran inti semua agama. Oleh karenanya kita diajarkan bagaimana mengembangkan sifat-sifat mulia, bijak dan bajik.

Saya tidak menghimbau siapa pun untuk naik ke atas gedung lalu berteriak “akulah Tuhan Yang Kuasa” lalu terjun bebas tanpa parasut (karena percaya, “toh Tuhan bisa terbang”). Atau mengumpulkan masyarakat dan berkata, “Akulah Tuhan, ikutilah Aku”. Hal-hal semacam itu hanya tindakan egosentris yang dimotivasi

(54)

58

oleh keinginan untuk menjadi “berbeda” dengan orang-orang lainnya dan menjadi lebih dihargai. Orang yang menyadari ketuhanan dalam dirinya akan melihat persamaan dan kesamaan (tanpa egoisme), bukan perbedaan.

Di India, ada seorang suci yang pengikutnya tersebar dari seluruh dunia. Beliau bukan hanya dikenal dari ajaran-ajarannya yang sangat indah, namun juga dari keajaiban-keajaiban yang beliau bagikan, yang membuat Beliau sangat dihaormati dan dikagumi, bahkan

beberapa kalangan menyebut Beliau Avatara

(perwujudan Tuhan). Namanya adalah Bhagavan Sri

Sathya Sai Baba.

Saat seorang wartawan bertanya pada Beliau, “apakah anda Tuhan?”

Dengan senyum ramah Beliau menjawab, “Iya.” Lalu melanjutkan lagi, “dan anda juga. Hanya saja, saya menyadari ketuhanan saya, dan anda tidak.”

Kita tidak menyadari kualitas ketuhanan kita. Itulah inti masalahnya. Tidak menyadari bukan berarti tidak ada, bukan? Bahkan para ilmuan telah menemukan bahwa dalam otat kita ada sebuah titik yang disebut titik ketuhanan (titik spiritual) yang mereka sebut God-Spot. Bahkan dalam kitab-kitab suci hal itu juga telah dikumandangkan, bahwa kita tercipta dengan gambar

(55)

59

dan citra Tuhan, bahwa dalam diri kita ada percikan kecil dari Tuhan, bahwa kita ini lahir dengan Fitrah yang sempurna. Hanya saja, sekali lagi, kita tidak menyadarinya dan karenanya tidak menggunakannya. Anda mungkin belum bisa menghidupkan orang yang telah meninggal atau terbang ke angkasa (namun ada beberapa orang yang mampu melakukannya). Namun anda dan saya bisa belajar untuk mengamalkan sifat-sifat mulia yang dimiliki Tuhan (pengasih, penyayang, adil, pemurah, pemaaf, dan sebagainya) meski pun dalam kadar yang sangat kecil sekali pun.

Karena meski pun kita tidak mampu melakukan segalanya, kenapa kita tidak mencoba melakukan hal-hal yang masih bisa kita lakukan?

(56)

60

Manusia Adalah Mahluk Yang Dapat Menjadikan Dirinya Keajaiban Bagi Orang Lain

Keajaiban adalah salah satu kata yang dapat membangkitkan gairah, membangkitkan semangat, harapan dan tentu saja membuat kita merasa ada sesuatu yang memberikan kesegaran untuk diri kita. Keajaiban adalah sesuatu yang diharapkan oleh begitu banyak orang. Kita berharap Tuhan akan memberi kita keajaiban. Kita berharap bahwa akan ada keajaiban dari para malaikat atau dewa-dewa.

Namun adakah diantara anda yang berharap MENJADI

keajaiban untuk orang lain? Menjadi keajaiban.

Frase yang saya ungkapkan tadi mungkin agak mengagetkan, aneh atau malah terdengar sebagai penghinaan. Tapi percayalah, memang itu yang saya maksudkan, agar anda bisa menjadikan diri anda keajaiban bagi orang lain; buatlah orang lain merasa beruntung pernah kenal dengan anda. Buatlah seseorang merasa bahwa hidup mereka menjadi berarti karena anda. Buatlah seseorang berani tersenyum bahkan tertawa, karena anda. Buat sebanyak mungkin orang

bahagia, itulah makna keajaiban yang saya maksudkan.

Lihatlah dunia kita sedang carut marut oleh berbagai masalah; mulai dari amukan alam, kecelakaan, penyakit sampai masalah-masalah sosial. Lihat masyarakat kita

(57)

61

yang hidupnya dihantui kecemasan, yang hidup dalam ketakutan dan ketidak tenangan. Ambisi dan keinginan tak terkendali adalah sumber masalah yang dengan senang hati memperburuk kehidupan manusia.

Lalu apa? Lalu dari semua hal yang membuat kita sesak dan mengerutkan kening itu, kita berucap “Tuhan, tolong berikan hamba keajaiban-Mu, dan akhiri semua ini” atau “tolonglah saya mengakhiri semua ini, saya benar-benar sudah tidak mampu”, “tolong saya, saya tidak ingin sendiri”. Kita menggantungkan diri pada harapan-harapan macam itu. Kita memiliki semacam system kepercayaan yang membuat kita secara yakin memiliki keyakinan bahwa penyelesaian atas masalah kita dan pertolongan ada di luar diri kita.

Tidakah anda ingin keluar dari siklus keluhan ini, dan memjadikan diri anda wakil Tuhan dalam menjawab doa-doa orang-orang itu? Tidak kah anda tergerak untuk menjadikan diri anda terang di tengah kegelapan itu? Tidak kah anda ingin menjadi permata bagi mereka? Apakah anda tidak ingin menjadikan diri anda tangan-tangan Tuhan yang dengan sadar dan senang hati menebar senyuman, tawa dan kesegaran di hati orang-orang yang sedang berduka? Jika tidak, maka sebaiknya anda memiliki keinginan untuk itu.

Sesekali berhentilah berdoa untuk memohon keajaiban. Berdolah semoga anda menjadi keajaiban itu. Berdoalah

(58)

62

pada Tuhan agar anda dipilih sebagai wakilnya dalam menebar kebahagiaan.

Salah satu orang yang menjadikan dirinya keajaiban adalah Santo Fransiskus dari Asisi, doanya yang terkenal yaitu…

“Tuhan, jadikanlah aku pembawa damai-Mu.

Bila terjadi kebencian, jadikanlah aku pembawa cinta kasih

Bila terjadi luka, jadikanlah aku pembawa kesembuhan, Bila terjadi kebimbangan, jadikanlah aku pembawa kepastian,

Bila terjadi keputusasaan, jadikanlah aku pembawa harapan,

Bila terjadi kegelapan, jadikanlah aku pembawa terang, Bila terjadi kesedihan, jadikanlah aku sumber kebahagiaan,

Tuhan, semoga aku lebih ingin menghibur dari pada dihibur,

Memahami dari pada dipahami, Mencintai dari pada dicintai,

(59)

63

Sebab dengan memberi kami menerima, Dengan mengampuni kami diampuni,

Dengan mati suci kami bangkit lagi dalam keabadian”

Seperti itulah orang yang hidupnya menjadi keajaiban untuk orang lain. Orang yang menjadikan dirinya keberuntungan dan cinta kasih universal. Mungkin sebelum sempat mencoba anda sudah berkata bahwa semua itu sangat sulit. Jika pun itu memang sulit, anda tidak harus berhenti sebelum melakukan sebisa anda, kan?.

Mungkin sulit membuat orang tertawa, namun setidaknya berusahalah membuat orang tersenyum. Jika pun orang itu belum tersenyum, jangan berputus asa, mungkin ia hanya tidak menunjukanya, namun hatinya telah terhibur. Lagi pula anda tidak melakukan ini dengan tujuan tertentu, anda melakukan ini sebagai wakil Tuhan, sebagai wujud pengabdian anda pada Tuhan dan Kemanusiaan.

Lihatlah kerabat anda, kenalan anda, keluarga atau teman-teman anda, apakah diantara mereka ada yang sedang murung atau bersedih. Jadilah malaikat keajaiban yang mengukir senyum di bibir mereka. Sebuah cara sederhana untuk membuat diri anda

(60)

64

sendiri lebih bahagia. Lihatlah siapa yang sedang membutuhkan teman untuk berbagi segala duka cita? Jadikan diri ada keajaiban dengan menjadi teman bagi mereka. Jadilah orang yang bersedia diajak berbagi

dalam kebimbangan, dan jika memungkinkan

berikanlah solusi.

Apa gunanya untuk anda manjadikan diri sebagi keajaiaban bagi orang lain? Anda ibarat sedang menanam sebuah benih. Dimana-mana anda menanam benih itu di kebun anda; maka suatu saat anda akan memetik hasilnya. Mungkin anda tidak dapat menikmati hasilnya secara instan, namun cepat atau lambat anda pasti memetik hasilnya. Jadikanlah diri anda keajaiban bagi orang lain selama satu bulan penuh, maka anda akan menyaksikan sendiri betapa hal itu adalah keajaiban untuk anda.

dan pada akhirnya anda akan mengerti, bahwa dengan menjadi keajaiban anda menerima begitu banyak keajaiban.

(61)

65

Manusia Adalah Mahkluk yang Diciptakan Dengan Akar dan Sayap

Akar dan sayap adalah dua hal yang berbeda. Yang satunya membuat sebatang pohon menjadi kuat berdiri, yang satunya membuat burung terbang tinggi. Dua mahluk yang berbeda, dengan anugerah yang berbeda. Namun kenapa manusia dikatakan tercipta dengan akar dan sayap, sekaligus?

Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, mari kita renungkan keadaan manusia kebanyakan (manusia yang tidak menyadari akar dan sayapnya).

Ada manusia yang sangat rapuh, rentan dan sangat lemah dalam menjalani kehidupanya. Dia tidak memiliki pandangan yang benar tentang dirinya, tidak memiliki

image yang positif untuk dirinya, self-concept dan citra

dirinya sangat merendahkan dan melemahkan dirinya sendiri. Dia menganggap diri sebagai orang yang lemah, tidak berdaya dan memiliki keyakinan yang sangat teguh bahwa dia tidak akan pernah berhasil melakukan apa pun.

”Segalanya akan menjadi buruk dan penuh kegagalan, karena memang itu yang pantas saya dapatkan”, demikian katanya. Dia bukan hanya sama sekali tidak mempercayai dirinya, namun juga tidak mempercayai

(62)

66

keagungan yang kita sebut Tuhan. Hidupnya rapuh, tanpa keyakinan pada apa pun.

Di sisi lain, ada manusia yang sedang bertarung mati-matian dengan kenyataan yang tengah dihadapinya dalam hidup. ”ini tidak boleh terjadi!!!”, ”ini tidak adil!!!”, ”aku tidak akan pernah membiarkan semua ini terjadi!!” demikian kata-kata orang di tipe ke dua ini. Dia bukanya optimis, namun tidak bisa menghadapi realita yang tidak sesuai dengan keinginannya. Ia demikian percaya dengan kekuatan dalam dirinya untuk melakukan apa pun yang ingin ia lakukan, meski tenaganya telah mulai habis. Keyakinannya pada diri begitu membabi buta sehingga mengabaikan fakta bahwa dalam dibalik keyakinan harus ada kepasrahan terhadap hasil.

Tebak kemudian apa yang terjadi pada kedua orang ini? Orang yang selalu merendahkan dirinya akan menjadi orang gagal yang menyedihkan. Sementara orang yang selalu melawan realita kehidupan akan menjadi seorang yang mati kelelahan dalam perjuangan kosongnya. Keduanya sangat jauh dari kebahagiaan.

Tulisan ini saya buat untuk mereka yang tidak ingin memiliki takdir seperti kedua karakter tersebut (dan saya salah satu orang yang tidak ingin bernasib seperti itu). Dan jika anda termasuk dalam salah satu orang

Referensi

Dokumen terkait

Adi Sulistiyono, S.H.,M.H., selaku Co Promotor sekaligus sebagai Dosen Program Doktor Ilmu Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang selalu memberikan support,

b) Melakukan montoring target di bawah ini sesuai dengan Lampiran I: setidaknya 95% hewan dipingsankan dengan efektif pada kali pertama proses pemingsanan. • Lakukan

Didukung oleh penelitian yang dilakukan Correia dan Kozak (2016) menyatakan bahwa pengaruh persepsi nilai terhadap kepuasan tidak signifikan, karena produk imitasi

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Upaya Meningkatkan Komunikasi Antarpribadi Melalui Layanan Penguasaan Konten dengan Metode Kegiatan Kelompok dan Diskusi

Kemiskinan bisa terjadi karena adanya ketidak adilan di masyarakat yang dapat mengganggu rasa kebersamaan, atau karena perlakuan yang tidak adil dalam perlakuan/pemerataan,

Populasi penelitian ini adalah ibu yang mempunyai riwayat menyusui yang mem- punyai bayi 6-12 bulan berjumlah 150 orang yang terdiri dari 58 orang ibu yang mem- punyai riwayat

HTML adalah singkatan dari Hypertext Markup Language. 678) HTML adalah bahasa pemrograman dengan format khusus yang dapat programmer gunakan untuk membuat format

Hal ini karena metode Ummi berbeda dengan metode belajar al- Qur’an yang lain yang sekedar di ajarkan bagaimana cara baca al-Quran. yang baik dan benar, di