• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Jendela Okulasi Dan Umur Mata Entres Terhadap Keberhasilan Okulasi Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Jendela Okulasi Dan Umur Mata Entres Terhadap Keberhasilan Okulasi Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg."

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh Jendela Okulasi Dan Umur Mata Entres Terhadap Keberhasilan

Okulasi Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) Klon Pb 260

The Effects Of Grafting Window And Age Of Buds To Success Of Grafting

Rubber Plant (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) Clones Pb 260

Akuan efendi1*), Agus Waliman2, Stiper Sriiwigama Palembang *)

Corresponding author: akuanefendisiamin@gmail.com

ABSTRACT

This experiment aims to determine the effect of grafting and Window Eyes Age Entres to Success Rate Grafting Plant Breeding Rubber (Hevea brasiliensis Muell.Arg.) Clones PB 260, which is held in the village of the District Rejodadi Sembawa Banyuasin. This study uses a randomized block design arranged in a factorial, consisting of 2 factors and repeated 3 times.The treatment factors are as follows: The first factor is the window Grafting comprising three levels consisting of J¬1 = window grafting open, J2 = window Grafting closed, J3 = windows open side grafting.While the second factor is the entres treatment consisting of E1 = Wearing buds were still leaves and leaf stalks removed from the rod entres (direct grafting) ¬E¬¬2 = Wear eye entres were still leaves and leaf stalks discarded leaves 5 cm of the rod entres then left for 2 weeks just used.E3 = Wearing brown entres and each experimental unit consisted of 5 buds, then the number of plants examined in this experiment as much as 135 rods.Results of experiments on the observed variables showed that grafting windows significantly affect the speed mentis buds and shoots.While treatment entres significant effect on the success of grafting seedlings rubber plant. While the interaction did not significantly affect all of the observed variables. Based on the test results HSD 0.05% ie J1E3 best treatment interaction (grafting windows open and use entres brown) give the best results on the growth of seedling grafting rubber plant

Key words: Hevea brasiliensis Muell. Arg., Grafting, Klon PB 260

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Jendela Okulasi dan Umur Mata Entres terhadap Tingkat Keberhasilan Okulasi Pembibitan Tanaman Karet (Hevea Brasiliensis Muell.Arg.) Klon PB 260 di Pembibitan., yang dilaksanakan di Desa Rejodadi Kecamatan Sembawa Kabupaten Banyuasin. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok yang disusun secara faktorial, terdiri dari 2 faktor perlakuan dan diulang 3 kali. Adapun faktor perlakuannya adalah sebagai berikut : Faktor pertama adalah Jendela Okulasi yang terdiri 3 level yang terdiri dari J¬1 = Jendela Okulasi dibuka, J2 = Jendela Okulasi ditutup, J3 = Jendela Okulasi buka samping. Sedangkan factor yang kedua adalah perlakuan entres yang terdiri dari E1 = Memakai mata entres yang masih ada daunnya dan tangkai daunnya dibuang dari batang entres (langsung okulasi) ¬E¬¬2 = Memakai mata entres yang masih ada daunnya dan tangkai daunnya dibuang disisakan 5 cm dari batang entres lalu dibiarkan selama 2 minggu baru dipakai. E3 = Memakai entres cokelat dan masing-masing satuan percobaan

(2)

terdiri dari 5 mata entres, maka jumlah tanaman yang diteliti dalam percobaan ini sebanyak 135 batang. Hasil percobaan terhadap peubah yang diamati menunjukan bahwa jendela okulasi berpengaruh nyata terhadap kecepatan tunas mentis dan tinggi tunas. Sedangkan perlakuan entres berpengaruh nyata terhadap keberhasilan okulasi bibit tanaaman karet. Sementara interaksi tidak berpengaruh nyata terhadap semua peubah yang diamati. Berdasarkan hasil uji BNJ 0,05 % perlakuan interaksi terbaik yaitu J1E3 (jendela okulasi dibuka dan pemakaian entres cokelat) memberikan hasil terbaik terhadap pertumbuhan bibit okulasi tanaman karet

Kata kunci: Hevea brasiliensis Muell. Arg., Okulasi, Klon PB 260

PENDAHULUAN

Karet merupakan salah satu komoditi pertanian yang penting, baik untuk lingkup Internasional dan teristimewa bagi Indonesia, karena karet merupakan hasil pertanian yang banyak menunjang perekonomian negara (Nazarudin dan Paimin, 1992). Ditinjau dari segi produktivitas dan keuntungan yang dihasilkan oleh karet alam Indonesia sampai saat ini masih cukup memprihatinkan. Dari hasil survey pada 62 perkebunan di Jawa dan di Sumatera ternyata sekitar 60% kebun dikategorikan kebun kurang sehat dan tidak sehat yaitu kebun yang produksinya rendah dibawah 700 kg karet kering per hektar per tahun. Kebun yang dikategorikan baik seperti produksi karet yang dihasilkan oleh Negara Thailand dan Malaysia yang mampu memproduksi antara 1700 - 2000 kg karet kering per hektar per tahun (Boerhendhy dan Karyudi, 2003).

Amypalupy (1992), menyatakan bahwa salah satu usaha untuk meningkatkan produktivitas karet rakyat Indonesia adalah melalui peremajaan dan perluasan dengan menggunanakan bibit okulasi klon anjuran. Bentuk bibit okulasi yang dapat digunakan berupa setum mata tidur, setum mini, setum tinggi dan bibit okulasi dalam kantong polybag. Selanjutnya untuk menyediakan bibit karet okulasi dari klon unggul dalam jumlah yang cukup dan tepat waktu biasanya sering mengalami hambatan. Salah satu hambatan tersebut disebabkan tidak cukup tersedianya bibit batang bawah yang siap okulasi dan juga tidak mengoptimalkan persediaan entres yang ada. Usaha untuk mengatasi permasalahan ini telah dilakukan oleh Soeharyanto (1981), mengenai okulasi hijau dan cokelat pada berbagai stadium (mentis, pupus, pupus tua dan tidur).

Okulasi pada tanaman karet dikenal sejak tahun 1916. Metode yang dikembangkan pertama kali disebut sebagai okulasi konvensional atau okulasi cokelat. Batang bawah berumur 10-18 bulan dan kayu entres telah berwarna cokelat. Kemudian dikenal pula metode okulasi hijau, teknik tersebut disempurnakan oleh Tinley pada tahun 1963. Menurut Santosa dan Lubis, dalam Hadi (1986) metode okulasi dini yaitu okulasi pada batang bawah berumur 7-8 minggu. Sedangkan Hananto dan Setiono dalam Hadi (1986) memperkenalkan okulasi bertangkai daun seperti telah banyak dipraktekkan para petani karet. Hasil pengamatan yang didapat dari perkebunan maupun dari penangkar dan petani bibit karet, okulasi dapat dilakukan dengan tiga cara yang berbeda dan menggunakan tiga entres yang berbeda pula yaitu yang pertama okulasi dengan jendela ditutup, kedua okulasi dengan jendela dibuka dan ketiga okulasi jendela buka samping dan menggunakan entres cokelat, menggunakan entres bertangkai dan menggunakan entres yang masih ada daunnya tetapi daunnya dipotong lalu dibiarkan selama dua minggu baru dipakai. Dari ketiga cara tersebut dan memakai entres ketiga itu pula terdapat perbedaan dalam keberhasilan okulasi.

(3)

.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini dilaksanakan di Rejodadi Kecamatan Sembawa Kabupaten Banyuasin, dengan ketinggian tempat 10 m diatas permukaan laut. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret 2014. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi bibit karet umur 8 bulan sebanyak 135 batang, kayu entres klon PB 260, tali rapiah, plastik okulasi. Sedangkan alat yang digunakan gergaji entres, pisau okulasi dan meteran.

Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok yang disusun secara faktorial, terdiri dari 2 faktor perlakuan dan diulang 3 kali. Adapun faktor perlakuannya adalah sebagai berikut : Faktor pertama adalah Jendela Okulasi yang terdiri 3 level yang terdiri dari J¬1 = Jendela Okulasi dibuka, J2 = Jendela Okulasi ditutup, J3 = Jendela Okulasi buka samping. Sedangkan factor yang kedua adalah perlakuan entres yang terdiri dari E1 = Memakai mata entres yang masih ada daunnya dan tangkai daunnya dibuang dari batang entres (langsung okulasi) ¬E¬¬2 = Memakai mata entres yang masih ada daunnya dan tangkai daunnya dibuang disisakan 5 cm dari batang entres lalu dibiarkan selama 2 minggu baru dipakai. E3 = Memakai entres cokelat dan masing-masing satuan percobaan terdiri dari 5 mata entres, maka jumlah tanaman yang gunakan dalam percobaan ini sebanyak 135 batang tanaman.

HASIL

Bendasarkan hasil analisa keragaman dan hasil pengamatan pengaruh jendela okulasi dan perlakuan entres terhadap berbagai peubah yang diamati dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Pengaruh jendela okulasi dan perlakuan entres terhadap keberhasilan okulasi pada tanaman karet

Peubah yang diamati

F hitung

KK (%) Jendela Okulasi Perlakuan

Entres Interaksi

Keberhasilan okulasi (%) 0,40tn 5,89n 0,40tn 22,41

Kecepatan tunas mentis (hari) 6,62n 2,11tn 2,17tn 6,45

Tinggi tunas (cm) 3,85n 1,54tn 0,41tn 4,03

Diameter tunas (cm) 1,35 tn 0,17tn 0,21tn 9,11

F tabel 0,05 3,00 3,00 4.05

KK) Koefisien Keragaman ; tn) Berpengaruh tidak nyata ; n ) Berpengaruh nyata

Hasil analisis keragaman terhadap peubah yang diamati menunjukan bahwa jendela okulasi berpengaruh nyata terhadap kecepatan tunas mentis dan tinggi tunas, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap keberhasilan okulasi dan diameter tunas tanaman karet. Sedangkan perlakuan entres berpengaruh nyata terhadap keberhasilan okulasi tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap kecepatan tunas mentis, tinggi tunas dan diameter tunas bibit tanaaman karet. Sementara interaksi tidak berpengaruh nyata terhadap semua peubah yang diamati.

(4)

1. Keberhasilan Okulasi (%)

Dari hasil analisis keragaman didapatkan bahwa perlakuan jendela okulasi dan interaksi tidak berpengaruh nyata terhadap keberhasilan okulasi, perlakuan entres berpengaruh nyata terhadap keberhasilan okulasi. Berdasarkan hasil Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) seperti pada Tabel 2. menunjukkan bahwa semua perlakuan jendela okulasi tidak berbeda nyata. Perlakuan jendela okulasi J1 mempunyai persentase keberhasilan okulasi tertinggi yaitu 75,56 %. Perlakuan entres E3 mempunyai keberhasilan okulasi tertinggi yaitu 86,67 % yang berbeda nyata dengan perlakuan E2 dan E1. Sedangkan pengaruh interaksi jendela okulasi dan perlakuan entres semua tidak berbeda nyata. Perlakuan J1E3 mempunyai keberhasilan okulasi tertinggi yaitu 93,33 %.

Tabel 2 Pengaruh perlakuan jendela okulasi, perlakuan entres dan interaksinya terhadap keberhasilan okulasi.

Jendela Okulasi (J) Perlakuan Entres (E) Rerata

E1 E2 E3 J1 73,33 a 60,00 a 93,33 a 75,56 a J2 66,67 a 66,67 a 80,00 a 71,11 a J3 60,00 a 60,00 a 86,67 a 68,89 a Rerata 66,67 a 62,22 a 86,67 b BNJ 0,05 J = 19,6 E = 19,6 JxE= 46,78

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada masing-masing perlakuan berarti berbeda tidak nyata

2. Kecepatan Tunas Mentis (hari)

Dari hasil analisis keragaman didapatkan bahwa perlakuan jendela okulasi berpengaruh nyata terhadap kecepatan tunas mentis. Sementara perlakuan entres berpengaruh tidak nyata terhadap kecepatan tunas mentis. Berdasarkan hasil Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) seperti pada Tabel 3 menunjukkan bahwa semua perlakuan jendela okulasi J1 mempunyai kecepatan tunas tercepat yaitu 11,18 hari yang berbeda nyata dengan perlakuan J2 dan J3. Perlakuan entres semua tidak berbeda nyata, perlakaun E3 memiliki kecepatan mentis tercepat yaitu 11,55 hari. Sedangkan pengaruh interaksi jendela okulasi dan perlakuan entres perlakuan J1E3 memiliki kecepatan tunas mentis tercepat yaitu 10,68 hari yang berbeda nyata dengan perlakuan J3E1 dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.

Tabel 3 Pengaruh perlakuan jendela okulasi, perlakuan entres dan interaksinya terhadap snsjsjzzzsskecepatan tunas mentis.

Jendela Okulasi (J) Perlakuan Entres (E) Rerata

E1 E2 E3 J1 11,57 ab 11, 28 ab 10,68 a 11,18 a J2 11,88 ab 12,53 ab 12,43 ab 12,28 b J3 13,45 b 12,11ab 11,57 ab 12,36 b Rerata 12,30 a 11,97 a 11,55 a BNJ 0,05 J = 0,94 E = 0,94 J*E= 2,16

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada masing-masing perlakuan berarti berbeda tidak nyata.

(5)

3. Tinggi Tunas (cm)

Dari hasil analisis keragaman didapatkan bahwa perlakuan jendela okulasi berpengaruh nyata terhadap tinggi tunas. Sementara perlakuan entres dan interaksi berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tunas. Berdasarkan hasil Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) seperti pada Tabel 4. menunjukkan bahwa perlakuan jendela okulasi J1memiliki tinggi tunas paling tinggi yaitu 51,86 cm yang berbeda nyata dengan perlakuan J2 ttapi berbeda tidak nyata dengan perlakuan J3. Perlakuan entres semua tidak berbeda nyata. Perlakuan entres E2 memiliki tinggi tunas tertinggi yaitu 51,30 cm. Sedangkan pengaruh interaksi jendela okulasi dan perlakuan entres semua tidak berbeda nyata. Perlakuan J1E2 memiliki tinggi tunas paling tinggi yaitu 53,10 cm.

Tabel 4 Pengaruh perlakuan jendela okulasi, perlakuan entres dan interaksinya terhadap tinggi tunas.

Jendela Okulasi (J) Perlakuan Entres (E) Rerata

E1 E2 E3 J1 52,17 a 53,10 a 50,30 a 51, 86 b J2 48,53 a 50,13 a 49,43 a 49,37 a J3 49,27 a 50,67 a 49,47 a 49,80ab Rerata 49,99 a 51,30 a 49,73 BNJ 0,05 J = 2,48 E = 2,48 J*E =5,89

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada masing-masing perlakuan berarti berbeda tidak nyata.

4. Diameter Tunas (mm)

Data hasil pengamatan tunas dan pengelompokkanya serta hasil analisis keragaman dapat dilihat pada Lampiran B. Dari hasil analisis keragaman didapatkan bahwa perlakuan jendela okulasi, entres dan interaksi semua tidak berpengaruh nyata terhadap keberhasilan okulasi. Berdasarkan hasil Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) seperti pada Tabel 5. menunjukkan bahwa semua perlakuan jendela okulasi tidak berbeda nyata. Perlakuan jendela okulasi J1 mempunyai diameter tunas terbesar yaitu 5,13 mm. Perlakuan entres semua tidak berbeda nyata, perlakuan entres E2 mempunyai diameter tunas terbesar yaitu 4,99 mm.Semua interaksi juga tidak berbeda nyata interaksi J3E2 mempunyai diameter tuns terbesar yaitu 5,16 mm. Tabel 5. Pengaruh perlakuan jendela okulasi, perlakuan entres dan interaksinya terhadap diameter tunas.

Jendela Okulasi (J) Perlakuan Entres (E) Rerata

E1 E2 E3

J1 4,77 a 4,99 a 4,65 a 4,80 a

J2 4,98 a 4,83 a 4,82 a 4,88 a

J3 5,09 a 5,16 a 5,14 a 5,13 a

(6)

BNJ 0,05 J = 0,55 E = 0, 55 J*E= 1,31

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada masing-masing perlakuan berarti berbeda tidak nyata.

PEMBAHASAN

Hasil analisis keragaman terhadap peubah yang diamati menunjukan bahwa jendela okulasi berpengaruh nyata terhadap kecepatan tunas mentis dan tinggi tunas, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap keberhasilan okulasi dan diameter tunas tanaman karet. Sedangkan perlakuan entres berpengaruh nyata terhadap keberhasilan okulasi tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap kecepatan tunas mentis, tinggi tunas dan diameter tunas bibit tanaaman karet. Berdasarkan hasil Uji BNJ 0,05 % interaksi berpengaruh nyata terhadap kecepatan tunas mentis. Perlakuan jendela okulasi J1 (jendela okulasi dibuka) memberikan hasil yang terbaik terhadap beberapa peubah yaitu peubah keberhasilan okulasi, kecepatan tunas mentis dan pertambahan tinggi tumas. Hal ini diduga karena teknik okulasi dengan jendela dibuka membuat sinar matahari lebih banyak masuk sehingga kelembapan lebih terjaga menyebabakan proses penggabungan antara batang atas dan batang bawah lebih sempurna yang diawali dengan pembentukan kalus. Hartman et al., (2002) menyatakan bahwa keberhasilan okulasi ditentukan oleh adanya pertautan antara batang atas dan batang bawah. Pertautan okulasi yang baik diawali dengan pembelahan sel kemudian diikuti dengan proses pembentukan kalus menjadi jaringan vaskuler (xylem dan floem).

Sedangkan untuk perlakuan entres, entres cokelat memberikan pengaruh terbaik terhadap peubah keberhasilan okulasi dan kecepatan tunas mentis. Hal ini diduga karena entres cokelat merupakan entres yang telah lepas tangkai dan daunya dengan sendiri. Dengan demikian entres cokelat memiliki kesiapan pertumbuhan mata tunas baru lebih cepat dan lebih kuat serta memiliki kesesuaian dengan batang bawah, dibandingkan dengan entres yang baru dibuang tangkai daunnya,dimana kemungkinan entres masih sangat lemah. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukan bahwa pola pita protein klon Perang Besar (PB) 260 serta struktur anatomi batang daerah pertautan okulasi dipengaruhi oleh jenis batang bawah yang digunakan. Kesamaan ganetika antar tanaman batang bawah dan batang atas juga merupakan pengaruh terhadap daya gabung tanaman karet yang diokulasi (Kuswanhadi, 2000).

Penentuan cabang sebagai entres merupakan syarat pengambilan mata tempel pada tanaman yang memiliki sifat yang unggul. Mata tempel yang terletak diketiak daun yang mempunyai daun besar lebih baik dari pada yang berasal dari ketiak daun yang daunnya berukuran lebih kecil. Mata tempel yang berasal dari ranting yang terlalu muda akan memerlukan waktu yang relatif lama untuk tumbuh. Mata tempel yang baik digunakan sebagai okulasi adalah yang terletak di bagian tengah dan sedikit pangkal sedangkan bagian yang terletak di ujung tidak dapat dipakai karena masih berbentuk sudut sehingga kulit sukar dikupas (Anindiawati, 2011). Selain itu Suryana (2000), menambahkan perawatan atau pemeliharaan dalam keberhasilan okulasi juga dipengaruhi oleh keserasian batang atas dan bawah, umur, kemampuan mata tempel untuk pecah dan tumbuh, iklim, dan keterampilan teknis okulator itu sendiri.

Selain itu waktu juga sangat menentukan, waktu yang paling baik untuk melaksanakan okulasi pada jam 07.00 sampai 10.00 pagi, dan sore hari pada jam 16.00 sampai 18.00, dan pohon tidak dalam kondisi basah serta air hujan tidak masuk kedalam okulasi. Apabila perisai mata entres bergoyang dan air hujan masuk maka okulasi akan gagal (Kuswanhadi, 1993).

(7)

Cuaca juga mempengaruhi terhadap keberhasilan okulasi, kalau cuaca tidak stabil atau terlalu panas akan menyebabkan transpirasi menjadi tinngi, hal dapat menyebabkan tanaman menjadi kering dan mati. Penguapan air ini diduga kuat mempengaruhi proses daya gabung batang atas dan batang bawah yang bisa menyebabkan kegagalan okulasi. Interaksi terbaik adalah pada perlakuan J1E3 (jendela okulasi dibuka dan pemakaian entres cokelat ). Hal ini dikarenakan dengan teknik okulasi dibuka dan pemakaian entres cokelat merupakan kombinasi perlakuan terbaik untuk okulasi di lapangan.

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain sebagai berikut : Jendela okulasi dibuka memberikan hasil terbaik terhadap pertumbuhan bibit okulasi di lapangan. Pemakaian entres cokelat memberikan hasil terbaik terhadap pertumbuhan bibit okulasi. Interaksi perlakuan jendela okulasi dibuka dan pemakaian entres cokelat memberikan hasil terbaik terhadap kecepatan tunas mentis dan pertambahan tinggi tunas (Jl E3)

DAFTAR PUSTAKA

Amypalupy, K. 1996. Teknik dan Perbedaan okulasi. Sapta Bina Usaha Karet Rakyat. Balai Penelitian Perkebunan Sembawa, Palembang. Hal 26.

Amypalupy, K. 2003. Produksi Bahan Tanam Karet dalam Pengolahan Bahan Tanam Karet. Balai Penelitian Sembawa.

Anindiawati, Y. 2011. Skripsi. Pengaruh Perlakuan Masa Penyi,panan dan Bahan Pembungkus Entres Terhadap Pertumbuhan Bibit Jeruk (Citrus. Sp) Secara Okulasi. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Benson, L. 1957. Plant Classification. D.C. Healt and Company. Boston.

Boerhendhy, I dan Karyudi. 2003. Pengolahan Benih untuk Batang Bawah dalam Pengolahan Benih Tanaman Karet. Balai Penelitian Sembawa.

Cahyono, B. 2010. Cara Sukses Berkebun Karet. Pustaka Mina. Anggota IKAPI Jakarta. Direktur Jenderal Perkebunan.

Djikman, MJ. 1951. Tiga Puluh Tahun Tanaman Karet untuk Penelitian dalam Seminar di Universitas Miami.

Hartman, Heddy dan Susanto. 2002. Penanganan Pasca Panen Karet. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Kuswanhadi. 2000. Pendugaan Kompabilitas Batang Bawah dan Batang Atas dengan Analisis Daya Gabung. Balai Penelitian Sembawa.

Nazarudin dan F. B. Paimin. 1992 Budidaya dan Pengolahan Karet. Penebar Swadaya. Jakarta.

Nazarudin dan F. B. Paimin. 2005. Karet. Budidaya dan Pengolahan Strategi Pemasaran. Penebar Swadaya. Jakarta.

Setiawan D dan A. Andoko. 2005. Petunjuk Lengkap Budidaya Karet. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Soeharyanto. 1981. Percobaan Orientasi okulasi hijau dengan sistem pengaturan pucuk tunas. Reseach Center Getas. Salatiga. Hal 3.

(8)

Suprapto, M. 1982. Program Pembuatan Pembibitan. Bahan Pelajaran Kursus Manajemen Pembibitan Karet. Kerjasama Balai Penelitian Sembawa dengan Proyek Rehabilitasi dan Perluasan Tanaman Ekspor. 1-8.

Suryana. 2000. Perbanyakan Tanaman Secara Okulasi. www.//teknikbertani.com.id. Diakses 5 Juni 2015.

Steenis, C.G.G.J. Van. 1988. Flora. Pradnya Paramitha. Jakarta.

Woelan, S, I. Sohendry, A. Daslin dan R. Azwar. 1999. Karakteristik Klon Anjuran

1999-2001. Warta Pusat Penelitian Karet. Asosiasi Penelitian Perkebunan Indonesia Vol 18

Gambar

Tabel 1  Pengaruh jendela okulasi dan perlakuan entres  terhadap keberhasilan okulasi pada                tanaman karet
Tabel 4  Pengaruh perlakuan jendela okulasi, perlakuan entres dan interaksinya terhadap tinggi     tunas

Referensi

Dokumen terkait

lighting adalah suatu sumber cahaya yang dipasang pada samping atau ruas jalan yang dinyalakan pada setiap malam, penyalaannya dapat dilakukan secara otomatis dengan

Aplikasi Bradyrhizobium japonicum BJ 11 dan Aeromonas salmonicida PP sebagai inokulan campuran cenderung dapat meningkatkan laju pertumbuhan tanaman kedelai

- Yield Strength (Sy) = 180 MPa - Ultimate Strength (Su) = 300 MPa.. Penjabaran desain frame yang rinci sudah tertulis dengan rapi di 2016 Formula SAE Rule bagian T3. Rule ini

Pembelajaran ini menggunakan media autentik, gambar, video, dan online untuk memudahkan peserta mengidentifikasi komponen otomotif dalam bahasa Inggris.. Selain itu,

Konteks Diagram diatas dapat dilihat bahwa proses yang terjadi dalam aplikasi Sistem Informasi Kerja Praktek dan Tugas Akhir melibatkan lima sumber atau tujuan data yaitu

1) Wajib Pajak yang memperoleh hak atas tanah melalui pembelian dari hasil ganti rugi pemerintah yang nilai ganti ruginya di bawah Nilai Jual Objek Pajak

2 Dalam undang-undang tersebut hanya disebutkan secara enumeratif kegiatan-kegiatan pembangunan untuk kepentingan umum, tanpa memberikan batasan yang jelas, sehingga

Pengaruh Kombinasi Basis Carbopol dan HPMC dalam Gel Ekstrak Daging Lidah Buaya (Aloe chinensis Barker.) Terhadap Sifat Fisik dan Aktivitas Antibakteri Propionobacterium