• Tidak ada hasil yang ditemukan

32 Tahun tanggal i3 Desetnber 2005, perlu clisempurnakan;

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "32 Tahun tanggal i3 Desetnber 2005, perlu clisempurnakan;"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

PERATURAN MENTERI

AGAMA

REPUBLIK

INDONESIA

NOMOR

36

TAHUN

2OO9

TENTANG

RENCANA STRATEGIS DEPARTEh,IEN

AGAMA

TAHUN

2005

-

2009

DENGAN

RAFIMAT

TUHAN

YANG

MAHA

ESA

MENTERI AGAN,IA REPUBLIK

IN

DONESIA,

Menimbang

a.

Mengingat

1.

c.

bahwa

dengan memperhatil<au perkembangan

masalah

dan

tantangan

dalam

pembangunan

bidang

agama

cian

keagamaan

dalam

3

tahun

':erakhir

irri,

maka

Rencaua

Strategis Departemen

Agama

sebagairnana

telah

ditetapkan

berdasarkan Pei'aturan

Menteri

Agama

Nomor

32

Tahun

2-005

tanggal

i3

Desetnber

2005,

perlu

clisempurnakan;

bahn'a

r,rntuk

tn.-'rr

j.tn,itt

(rBar

Perellcanatlll

StrateSiis

Departernen

ltgama

'fahun

2005

-

2009 berjalan efektif

dan

efisien,

maka

diperlukan

penvemPul'naan

rencana

strategis Departemen Agama.

bahlva

be rd.rsa

rkan

pertirrrl:an garn seba ga inr a

na

cl-i ma l'.s u d

pacla

huruf

a

c'lan

huruf

lr

perlu

ditetapkan

Peraturan

Menteri

Agama

tentang Rencana Strategis

Departemcn

Agarna Tahun

2005 - 2049;

Undang-Undang Notnor

17 T'ahun 2003

tentang Keuangan

Negara

(Lembaran

Negara

Republik

lrr<.]onesia

'fahun

2003

Nomor

47,-l'arnbahan Lemtraran Negara Republik

Indonesia

lJomor

4286);

Unclang-Untlang

Nomor 1 l'ahun

20[')4

tt'ntang

Perbcrrrlaharaan (l,embaran

i'.\legara

ltepublik

ln'jlrnesra

Tahun

2(104

Nomot'

5,

Ianrbarhan Lernbar';rn

Ncgara

Republik

lt tc.lonesi.r N

onror'1355);

Unrlang-Untlang

Nomor

25

Tahun

2004 tentarrl;

Sistem

Perettcanaan

Pembangunan i.lasional (Lembaran

Negara

I{epublik

tnilonesia

Tahun

2004

Nornor

104,

Tambahan

I-enrbaran

Ncg,ara

lRepublik Inclonesia

Nomor

4121);

2.

(2)

peraturan

Pemerintah

Nomor 20 Tahun

2004

tentang

Rencana

Kerja

Pemerintah (Lembaran Negara Republik

Indonesia

Tahun

2004

Nomor

74, Tambahan

Lembaran

Negara Republik Indonesia

Nomor

4405);

peraturan

Pemerintah

Nomor 27 Tahun

2004

tentang

Penyusunan

Rencana

Keria dan Anggaran

Kemente_rian

-Lembaga (Lembaran Negara

Republik

Indonesia Tahun

2004

Nomor

75, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor

4406);

Peraturan Pemerintah Nomor

39

Tahun

2006

tentang

Tata

Cara

Pengendalian

dan

Evaluasi

Pelaksanaan

Rencana

pembangunan (Lembaran

Negara Republik

Indonesia

Tahun

IOOO

Nomor 96,

Tambahan

Lembaran

Negara

Republik Indonesia

Nomor

4663);

peraturan

Presiden

Nomor

20

Tahun

2008

tentang

Perubahan Keempat

Atas

Peraturan Presiden

Nomor

9

Tahun

2005

tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,

Susunan

Organisasi, dan Ta[a Keria Kementerian Negara Republik

Indonesia;

peraturan

Presiden

Nomor

50

Tahun

2008

tentang

Perubahan

Ketiga Atas

Peraturan

Presiden

Nomor

10

Tahun

2005

tentang

Unit

organisasi

dan Tugas Eselon I

Kementerian

Negara

Republik

Indonesia;

g.

Peraturan

Menteri

Agama

Nomor 3

Tahun

2006

tentang

Susunan

Organisasi

dan Tata Keria Departemen

Agama'

MEMUTUSKAN:

Dengan mencabut Peraturan

Menteri

Agama

Nomor

32

Tahun

2005

:

PERATURAN MENTERI

AGAMA

REPUBLIK

NDONESIA

TENTANGRENCANASTRATEGISDEPARTEMEN

AGAMA

TAHUN

2OO5

-

2009.

:MenetapkanRencanaStrategisDepartemenAgama2005-2009

sebagaimana

dimaksud

dalam

lampiran peraturan

ini

dan

me.ipakan

bagian yang tidak terpisahkan dari peraturan ini;

4. 5. .7 8.

Menetapkan

KE,SATU

(3)

KEDUA

KETIGA

KEEMPAT

Rencana Strategis sebagaimana

dimaksud pada

diktum

KESATU

merupakan pedoman

bagi

para pejabat satuan organisasi

dan

atau

satuan kerja

di

lingkungan Departemen Agama;

Hal-hal yang belum diatur

dalam peraturan

ini

akan

diatur

dan ditetapkan kemudian melalui petunjuk pelaksanaan;

Peraturan tersebut mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan

di Jakarta

pada

tanggal 19 tr'ebrur:;ri

2009

MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA,

(4)

RENCANA STRATEGIS DEPARTBMEN AGAMA

TAHUN

2005

-

2009

BAB

I

PENDAHULUAN

Latar

belakang

Agama dalam kehidupan

bangsa Indonesia

mempunyai

kedudukan

yang

penting'

Falsafah

dan

dasar negara

Pancasila

menyerap

nilai-nilai

keagamaan

yang

berkembang dalam kehidupan berbangsa dan bernegara' Sila penama dari Pancasila' Ketuhanan Yang Maha Esa, secara tegas merefleksikan kepercayaan bangsa terhadap

Tuhan dan menjadi

landasan

pokok

dari

berbagai agama

yang

berkembang di kalangan

warga

masyarakat. Dengan

demikian

kehidupan beragama telah tumbuh

kembang

dan berakar dalam masyarakat'

Sejalan dengan realitas

kehidlpan

beragama yang telah berkembang

di

masyarakat'

maka peningkatan kualitas kehidupan beragama menjadi tema pokok dalam

BAB

31

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2004-2009 bidang agama'

Dalam kaitan

tersebut

ada dua

sasaran

utama yang

hendak

dicapai'

yakni

I )

peningkatan

kualitas

pelayanan dan pemahaman agama serta kehidupan beragama'

dan

2).peningkatan

kerukunan

intern

dan antar umat beragama' Pencapaian kedua

sasaran

itu

diharapkan

dapat

mengantar bangsa tersebut

pada

peningkatan

kesejahteraan

lahir

dan batin'

Upaya

mewujudkan

kesejahteraan

bagi

manusia pada dasarnya merupakan cita-cita agama. Kesejahteraan

tersebut

mencakup

dimensi

lahir

dan batin,

material

dan

spiritual. Lebih dari

itu,

agamamenghendaki agar pemeluknya merasakan kehidupan

yang

damai

di dunia

dan

di

akhirat

kelak'

Seialan

dengan

hal

itu"

maka

pembangunan

bidang

agama diharapkan

dapat memberi

kontribusi

nyata

dalam mewujudkan Indonesia yang aman,

damai,

dan sejahtera

lahir

dan batin.

Agama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara

memiliki

peran

penting'

Agama'

sebagaimana

diyakini

pemeluknya, mengajarkan kebaikan

dan memberi

dorongan

(5)

perlu

memperoleh

pelayanan

dalam

menjalankan

tuntunan

agamanya'

Selain itu'

upayapeningkatanpemahamanagamadikalanganpemeluknyajugaperlu

dikembangkan dengan sebaik-baiknya, sebab

hal

itu

akan mempengaruhi kualitas

pengamalan dan kehidupan beragama secara umum'

Pemahaman terhadap ajaran agama secara

mendalam.

luas dan mantap

di

kalangan

pemeluknya akan melahirkan ketaatan, sikap brjaksana, luwes, moderat, dan toleran'

Pemahaman

agama

yang

demikian diharapkan

dapat

membantu

terciptanya

kehidupan

beragama

yang maju dan

harmonis,

baik

intern

maupun

antar

umat

beragama.

Kondisi yang

aman, damai,

dan

harmonis amat diperlukan

untuk

mendukung kelancaran

pembangunan

sekaligus

menjadi

sasaran

yang

hendak dicapai.

Pencapaian sasaran pembangunan bidang agama

tidak

hanya

terkait

dengan faktor agama semara,

melainkan

berkaitan dengan berbagai

faktor

yang

lain'

Sebaliknya'

pembangunan

bidang

agama diharapkan

dapat

memberikan dukungan

terhadap

pembangunan bidang

lain.

Pembangunan agama yang terpadu dengan bidang-bidang

terkait

diharapkan mampu memriudkan

manusia

dan

masyarakat Indonesia yang

maju, demokratis

dan

sejahtera'

Arti

dan kegunaan

rencana strategis

(Renstra)

Departemen Agama 2005-2009

Renstra Departemen Agama Tahun 2005-2009 merupakan penjabaran

dari

Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional

(RPJMN)

2004

-

2009, dan dimaksudkan sebagai acuan

bagi

penyusunan

program

pada seluruh

unit kerja

dan

pelaksanaan program

di

lingkungan Departemen Agama untuk jangka waktu lima tahun'

Rencana

strategis

disusun

dengan

melibatkan

semua

unit

kerja yang ada

di

lingkungan Departemen Agama tingkat pusat. Masing-masing

unit

memberi masukan

dan

menjabarkan sasaran

dan program

pembangunan

bidang

agama

yang

terkait

tugas masing-masing. Selain

itu,

Renstra tersebut menjabarkan pembangunan bidang

agamadan bidang

terkait

yang menyangkut kepentingan berbagai pemeluk agama di Indonesia serta memperhatikan potensi dan

kondisi

umat beragama yang beragam di

berbagai daerah.

Prinsip

proporsionalitas

dan

keseimbangan

dijadikan

landasan dalam penjabaran program, pembiayaan' dan pelaksanaannya'

(6)

BAB

II

DASAR

KBBIJAKAN

PEMBANGUNAN BIDANG AGAMA

pembangunan

bidang

agama

dan

Rencana Strategis Departemen Agama disusun dengan mengacu pada aturan-aturan atau landasan hukum sebagai berikut:

A. Undang-Undang

Dasar

Tahun

1945

pembangunan bidang agama merupakan upaya

untuk

memenuhi salah satu hak dasar

bagi

rakyat.

Pembangunan

bidang

agama

memiliki

landasan

yang kokoh

dalam

Undang-Undang

Dasar

1945. Dalam Bab

X

tentang Agama, Pasal

29

menyatakan:

(1)

Negara berdasar atas

Ketuhanan

Yang Maha

Esa,

(2)

Negara

menjamin

kemerdekaan

tiap-tiap

penduduk

untuk

memeluk

agamanya

dan untuk

beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu'

Selain

itu, BAB

X A

yang mengatur tentang

Hak

Asasi Manusia

juga terkait

dengan

agama. Pasal

28

E menyatakan:

(1)

Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat

menurut

agaman)'a,

memilih

pendidikan dan pengajaran,

memilih

kewarganegaraan,

memilih

tempat tinggal

di

wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali,

(2)

Setiap

orang

berhak atas kebebasan

meyakini

kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya'

pasal 28 J menyatakan:

(l)

Setiap orang

wajib

menghormati hak asasi manusia orang

lain

dalam

tertib

kehidupan

bermasyarakat, berbangsa,

dan

bernegara,

(2)

Dalam menjalankan

hak

dan

kebebasannya, setiap

orang

wajib

tunduk

kepada pembatasan

yang

ditetapkan

undang-undang

dengan maksud

semata-mata

untuk

menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang

lain

dan untuk memenuhi

tuntunan

yang

adil

sesuai dengan pertimbangan

moral,

nilai-nilai

agam4 keamanan' dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis.

B.

Undang-Undang

RI Nomor

1

Tahun

1974 tentang

Perkarvinan

Dalarn

undang-undang tersebut

ditentukan prinsip-prinsip atau

asas-asas mengenai

perkawinan

dan

segala

sesuatu

yang

berhubungan

dengan perkawinan

yang

telah

disesuaikan dengan perkembangan dan

tuntutan

zaman. Asas-asas atau

prinsip

yang

(7)

L

Tujuan

perkawinan adalah

membentuk

keluarga

bahagia

dan kekal'

ljntuk

itu

suami

istri

perlu saling

membantu

dan

melengkapi agar

masing-masing dapat

mengembangkan

kepribadian,

membantu

dan

mencapai kesejahteraan

lahir

dan

batin.

2.

Suatu perkawinan adalah sah bilamana

dilakukan

menurut hukum masing-masing agamanya, dan disamping

itu

tiap-tiap perkawinan harus dicatat menurut peraturan perundang- undangan yang berlaku'

3.

Calon

suami

istri

harus

telah

matang

jiwa

raganya

untuk

dapat melangsungkan

perkawinan. agar dapat

diwujudkan

tujuan perkawinan secara

baik

tanpa berakhir pada perceraian

dan

mendapat keturunan

yang

baik

dan

sehat'

untuk itu

perlu

dilakukan

pembinaarVpendidikan

ke

arah

kesiapan

untuk

memasuki

jenjang

perkawinandanuntukmenjagakelestarianperkawinanperludilakukanlangkah-langkah pembinaan yang terprogram dan terarah'

C.Undang-UndangRINomor38TahunlgggtentangPengelo|aanZakat

zakatsebagai

rukun

Islam

merupakan

kewajiban

setiap

muslim

yang mampu untuk

membayarnya

dan

diperuntukkan

bagi

mereka

yang berhak

menerimanya' zakat

merupakan

sumber dana potensial yang dapat

dimanfaatkan

untuk

memajukan kesejahteraan umat.

Agar

zakal menjadi sumber dana yang dapat

dimanfaatkan

bagi

kesejahteraan

masyarakat

terutama

untuk

mengentaskan

masyarakat

dari

kemiskinan

dan

menghilangkan kesenjangan sosial,

perlu

pengelolaan zakat' secara

profesional

dan

bertanggungjawabyangdilakukanolehmasyarakatbersamapemerintah.

sesuai dengan ketentuan undang-undang tersebut bahwa pemerintah

tidak

mengelola

zakat. Pemerintah

berfungsi

sebagi regulator,

fasilitator' koordinator'

dan

pengawas'

Pengelola

zakatsesuai dengan undang-undang dilakukan oleh Badan

Amil

Zakat dan

Lembaga Amll

zakat

Badan

Amil

Zakat

adalah organisasi

pengelola zakat

yang

dibentukolehpemerintahterdiridariunsurmasyarakatdanpemerintahdengantugas

mengumpulkan,mendistribusikan,danmendayagunakanzakatsesuaidengan

ketentuan agama.

Adapun

Lembaga

Amil

Zakat

adalah

institusi

pengelolaan zakat

yang

sepenuhnya

dibentuk atas

prakarsa

masyarakat

dan

oleh

masyarakat

yang

(8)

D.

Undang-Undang

RI Nomor

13

Tahun

2008

tentang

Penyelenggaraan

Ibadah Haji

Undang- undang

RI Nomor

13 Tahun 2008 merupakan penyempurnaan

dari

Undang-undang

RI Nomor

l7

Tahun

1999 tentang Penyelenggataan Ibadah

Haji'

Diantaranya

adalah terbentuknya

Komisi

Pengawas

Haji

Indonesia

(KPHI)

yang

bertugas

melakukan pengawasan dan pemantauan penyelenggaraan ibadah

haji

secara indepenen dalam rangka meningkatkan pelayanan ibadah

haji.

Ibadah

haji

merupakan rukun Islam

kelima yang

wajib

dilaksanakan

oleh umat Islam

yang memenuhi

kriteria

istitha'ah'

antara

lain

mampu

secara

materi,

fisik,

dan

mental'

Bagi

bangsa

lndonesia' penyelenggaraan ibadah

haji

merupakan tugas nasional, karena disamping menyangkut kesejahteraan

lahir

batin jamaah haji, juga menyangkut nama baik dan martabat bangsa

lndonesia

di

luar negeri, khususnya

di

Arab

Saudi. Mengingat pelaksanaannya bersifat masal dan berlangsung dalam jangka waktu yang terbatas, penyelenggaraan ibadah haji

memerlukan manajemen yang baik agar tertib, aman' dan lancar'

Peningkatan pembinaan, pelayanan, dan perlindungan terhadap jamaah

haji

diupayakan

melalui

penyempurnaan

sistem

dan

manajemen penyelenggaraan

ibadah

haji'

Penyempurnaan

sistem dan

nranajemen

tersebut dimaksudkan

agar calon

jamaah haji/jamaah

haji lebih

siap dan

mandiri

dalam menunaikan ibadah

haji

sesuai dengan

tuntunan agama

sehingga

diperoleh

haji

mabrur.

Upaya

peningkatan

dan

penyempurnaan tersebut dilaksanakan dari tahun ke tahun agar

tidak

terulang kembali kesalahan darvatau kekurangan yang terjadi pada masa-masa sebelumnya'

Untuk

tercapainya

maksud tersebut,

diperlukan

suasana

yang

kondusif bagi

warga

negara yang melaksanakan ibadah

haji.

Sehubungan dengan

itu

penyelenggara ibadah

haji,

yang

dalam

Undang undang tersebut diamanatkan kepada

pemerintah'

berkewajiban

melaksanakan pembinaan, pelayanan,

dan

perlindungan

secara baik

dengan menyediakan

fasilitas

dan

kemudahan

yang

diperlukan calon

jamaah

haji/jamaah haji.

Mengingat

penyelengg araan ibadah

haji

merupakan tugas nasional

dan

menyangkut

martabat serta

nama

baik

bangsa, kegiatan

yang

berkaitan dengan penyelenggaraan

ibadah

haji

merupakan

tanggung

jawab

Pemerintah

di

ba*'ah koordinasi

Menteri

Agama.

Menteri-menteri

dan

lembaga

terkait

mendukung sesuai tugas

dan

kewenangan maslng-masing. Keikutsertaan masyarakat dalam penyelenggaraan ibadah

haji

merupakan bagian

tidak

terpisahkan

dari

sistem dan mana.iemen penyclenggaraan ibadah haii.

(9)

E.

undang-undang RI

Nomor

20

Tahun

2003

tentang sistem Pendidikan

Nasional

undang-Undang

Nomor

20

Tahun

2003

tentang Sistem Pendidikan

Nasional

memperlihatkan

kaitan

yang

jelas

antara pembangunan

bidang

pendidikan

dengan

bidang

agama.

Hal

tersebut dapat

dilihat

misalnya pada

pengertian

pendidikan'

pengertian pendidikan nasional, dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan nasional' Menurut

undang-undang

tersebut, pendidikan adalah usaha sadar

dan

terencana

untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta

didik

secara

aktif

mengembangkan

potensi

dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian

diri,

kepribadian,

kecerdasa.n,

akhlak

mulia'

serta keterampilan

yang

diperlukan

dirinya,

masyarakat, bangsa, dan negara'

Selanjutnya disebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi

mengembangkan

kemampuan

dan

membentuk

watak

serta peradaban bangsa

yang

bermartabat dalam

rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk pembangunan potensi peserta

didik

agar

menjadi

manusia beriman dan bertakwa kepada

Tuhan

Yang

Maha

Esa'

berakhlak

mulia, berilmu,

cakap,

kreatif, mandiri,

dan menjadi warga

negara yang demokrati s dan bertanggungi awab'

undang-undang tersebut menyebut Madrasah Ibtidaiyah

(MI)

sebagai

bentuk

pendidikan dasar yang sederajat dengan sekolah dasar

(SD)

dan madrasah tsanawiyah

(MTs)

sederajat dengan sekolah menengah pertama

(sMP);

madrasah

aliyah (MA)

sebagai

bentuk pendidikan

menengah yang sederajat dengan sekolah menengah atas

(SMA);

raudatul

athfal

(RA)

sebagai

bentuk pendidikan formal anak usia

dini

setingkat dengan taman

kanak-kanak

(TK);

diniyah.

pesantren, pasraman

dan

sejenisnya sebagai bentuk pendidikan keagamaan. Sejumlah lembaga pendidikan yang disebutkan

itu

berada

di

bawah binaan Departemen Agama'

Selain

itu,

undang-undang tersebut menyatakan bahwa

kurikulum

pendidikan dasar dan menengah

wajib

memuat

pendidikan

agama. Ketentuan yang sama diberlakukan pada

kurikulum

pendidikan

tinggi (lihat

Pasal

17,

18,28,30,

dan

37)'

Pendidikan agama

sebagai

implementasi

dari

rumusan

tujuan pendidikan nasional

perlu

mendapat

(10)

F.

Undang-Undang

Nomor

25

Tahun

2004 tentang Sistem

Perencanaan

Pembangunan Nasional

Undang-Undang Nom

or

25

Tahun 2004

tentang

Sistem

Perencanaan Pembangunan

Nasional

menjelaskan berbagai

hal

yang

terkait

dengan perencanaan pembangunan nasional, seperti asas dan tujuan, ruang

lingkup

perencanaan pembangunan nasional,

dan tahapan perencanaan pembangunan nasional.

Bab

III,

Pasal

6,

ayat

(l)

rnisalnya, menyatakan bahwa "Renstra-Kementerian/Lembaga memuat

visi, misi,

tujuan, strategi,

kebijakan,

program, dan

kegiatan

pembangunan

sesuai dengan

tugas dan

fungsi

Kementerian/Lembaga yang disusun dengan berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) yang bersifat

indikatif.

G.

Undang-Undang

RI

Nomor

41

Tahun

2004

tentang

wakaf

Undang-undang tentang

wakaf

mengamanatkan perlunya meningkatkan peran

wakaf

sebagai pranata keagamaan yang

tidak

hanya bertujuan menyediakan berbagai sarana

ibadah

dan sosial.

tetapijuga

memiliki

kekuatan ekonomi yang berpotensi antara lain

untuk memajukan kesejahteraan umum, sehingga perlu dikembangkan pemanfaatannya sesuai dengan PrinsiP sYariah.

peruntukan harta benda wakaf

tidak

semata-mata untuk kepentingan sarana ibadah dan

sosial tetapi

juga

diarahkan

untuk

memajukan

kesejahteraan

umum

dengan

cara mewujudkan potensi dan manfaat ekonomi harta benda

wakaf. Hal

itu

memungkinkan

pengelolaan harta benda

wakaf

dapat memasuki

wilayah

kegiatan ekonomi dalam arti

luas

sepanjang pengelolaan tersebut sesuai dengan

prinsip

manajemen dan ekonomi syariah.

untuk

mengamankan harta benda wakaf dari campur tangan pihak ketiga yang

merugikan kepentingan wakaf, perlu meningkatkan kemampuan profesional nadzit.

Undang-undang tersebut

juga

mengatur pembentukan Badan

Wakaf

Indonesia yang

dapat mempunyai perwakilan

di

daerah sesuai dengan

kebutuhan. Badan

tersebut

merupakan lembaga independen yang melaksanakan tugas

di

bidang perwakafan dan melakukan pembinaan

terhadap

nadzir, melakukan pengelolaan

dan

pengembangan harta benda

wakaf

berskala nasional dan internasional, memberikan persetujuan atas perubahan

peruntukan

dan

status

harta

benda

wakaf, dan

memberikan

saran serta pertimbangan kepada pemerintah dalam penyusunan kebijakan

di

bidang perwakafan'

(11)

H.

peraturan presiden

RI

Nomor

7

Tahun

2005

tentang

Rencana

Pembangunan

Jangka Menengah Nasional

2004

-2009

peraturan presiden

Nomor

7 Tahun 2005, Pasal 1 ayat

(1)

menyatakan bahwa Rencana

Pembangunan

Jangka

Menengah

Nasional

Tahun

2004-2009,

yang

selanjutnya disingkat dengan

RPJMN,

adalah dokumen perencanaan pembangunan nasional untuk

periode

5

(lima)

tahun terhitung sejak tahun 2004 sampai dengan tahun 2009. Pasal 2

ayat

(l)

menjelaskan bahwa

RPJMN

merupakan penjabaran

visi, misi,

dan program presiden

hasil pemilihan

umum yang dilaksanakan secara langsung pada tahun 2004'

Selanjutny

a,

ayat

(2)

menjelaskan bahwa

RPJMN

sebagaimana dimaksud pada ayat

(l)

menjadi

pedoman

bagi:

a.

KementeriarVlembaga

dalam

menyusun

Rencana

Strategis Kementerian/ Lembaga;

b.

Pemerintah Daerah

dalam

menyusun

RPJM

daerah;

dan

c.

Pemerintah

dalam

menyusun

Rencana

Kerja

Pemerintah' Pasal

3

peraturan presiden tersebut menyatakan bahwa Kementerian/Lembaga dan Pemerintah

Daerah

melaksanakan

program dalam RPJMN yang

dituangkan

dalam

Rencana

Strategis

Kementerian/Lembaga

dan RPJM Daerah'

Secara

umum RPJMN

berisi

uraian

secara

rinci

tentang

permasalahan, Sasaran,

arah kebijakan, dan

program pembangunan nasional dalam berbagai bidang beserta tujuannya untuk

jangka

waktu lima

tahun.

pembangunan bidan

g

agama, dijelaskan secara

rinci

pada Bab

3l

tentang Peningkatan

Kualitas

Kehidupan Beragama, sementara bidang pendidikan dimuat pada

Bab 27 tentang Peningkatan Akses Masyarakat terhadap Pendidikan Berkualitas'

I.

Keputusan

Menteri

Agama Nomor

3

Tahun

2006

tentang organisasi dan

Tata

Kerja

DePartemen Agama.

Keputusan

Menteri Agama

tersebut

mengatur tentang Kedudukan,

Tugas'

Fungsi'

Kewenangan, Susunan

organisasi,

dan Tata Kerja

Departemen

Agama'

Dalam

Keputusan

tersebut

antara

lain

disebutkan

misalnya, bahwa

Departemen

Agama

mempunyai tugas

membantu Presiden

dalam

menyelenggarakan

sebagian

tugas

pemerintahan

di

bidang

keagamaan. Fungsinya antara

lain

pelancaran pelaksanaan di bidang keagamaan, pelaksanaan penelitian dan pengembangan terapan serta pendidikan

dan

pelatihan

tertentu

dalam rangka mendukung kebijakan

di

bidang

keagamaan'

Adapun

kewenangannya

antara

lain

penetapan

kebijakan

di

bidangnya

untuk

mendukung

pembangunan secara

makro dan

penyusunan

rencana nasional

secara makro

di

bidangnYa.

(12)

BAB

III

KONDISI DAN PERMASALAHAN

Kondisi Lingkungan

Strategis

pelaksanaan pembangunan bidan

g

agama tidak terlepas dari

kondisi

lingkungan sekitar

baik

yang

bersifat

global,

nasional,

maupun

kondisi

di

lingkungan

internal

Departemen

Agama. Kondisi-kondisi

tersebut

di

satu

sisi

ikut

menciptakan suasana

yang mendorong kondusifnya kehidupan beragama. Tetapi pada sisi lain dapat menjadi

kendala

atau rintangan

bagi

tercapainya keberhasilan pembangunan

bidang

agama.

Secara ringkas

kondisi

tersebut adalah sebagai

berikut'

l.

Kondisi Global

Perkembangan arus globalisasi dan

informasi

yang

terus merambah

ke

berbagai

belahan

dunia telah

mempengaruhi seluruh aspek kehidupan termasuk kehidupan beragama

masyarakat. Hampir tidak

ada tempat yang

tidak

terjangkau oleh siaran

televisi, radio

maupun

jaringan telepon.

Sementara

itu,

penyebaran informasi

melalui

media

intemet

bukan

lagi

merupakan barang mewah.

Kondisi

tersebut menyebabkan

informasi demikian

cepat menyebar.

Jarak antar

negara

-vang

dipisahkan oleh pulau maupun lautan

tidak

lagi menjadi kendala

untuk

penyebaran

informasi.

'ferkait

dengan

peran

agama, idealnya agama dapat menjadi

filter

bagi penetrasi budaya

global

sehingga norrna-norma agama tetap menjadi acuan dalam

berpikir

maupun bertindak'

Globalisasi. selain memberikan dampak

positif

seperti kemajuan

di

berbagai bidang

kehidupan

dan

terpenuhinya

sebagian

tuntutan kebutuhan

manusia,

juga

dapat

memberikan pengaruh negatif. Hal tersebut tercermin dan memudarnya budaya dan

kearifan

lokal

yang sebelumnya

efektif

sebagai pemersatu masyarakat, menipisnya

sikap toleransi serta

memudarnya kebersamaan masyarakat

yang

didasari

rasa

kasih

sayang

dan tolong

menolong. Hubungan

sosial antar

masyarakat lebih

menekankan paham materialisme, hedonisme, pragmatisme maupun sekularisme'

Sementara

itu

sikap permisif

yang menjadi gaya

hidup

sebagian warga negara di

berbagai negara, menjadikan

nilai-nilai

agama

tidak lagi

berfungsi

sebagai

(13)

pedoman

hidup

manusia. Semua

kondisi

tersebut telah menciptakan kompleksitas

tersendiri bagi pembangunan bidang agama.

Perkembangan

arus globalisasi

dan

informasi

juga

menjadi

penyebab utama

masuknya

gerakan

keagamaan dari

berbagai

negara.

Sebagai sebuah gerakan

keagamaan

baru yang

membawa penafsiran terhadap

teks-teks

suci

dan

tradisi keagamaan

yang

mungkin

berbeda dengan

main.stream

di

Indonesia.

faham

keagamaan

baru

tersebut

terkadang

menimbulkan tanda tanya

dan

bahkan

keresahan

pada

tingk

at

grassroosl.

Hal

tersebut menimbulkan

tantangan bagi

pembangunan

bidang

agama

yaitu

bagaimana pembangunan bidang agama dapat

meningkatkan

pemahaman masyarakat

terhadap berbagai

pluralitas yang

telah

menjadi satu hukum alam

akibat

globalisasi dan penyebaran informasi'

Kesan

sebagian

dunia

barat

terhadap

Islam

sebagai

agama

yang

mengajarkan kekerasan

dan

menumbuhkan paham terorisme,

hal ini

tidak

sesuai dengan

nilai-nilai

yang terkandung dalam Islam dan kenyataan bahwa Islam sebagai agama yang

memberi rahmat

bagi

seluruh alam. Kesan tersebut

disebabkan ulah

sekelompok

kecil

orang

Islam

yang

mendapat

perlakuan

tidak adil dari

penguasa

di

lingkungannya

kemudian

melakukan perlawanan

dengan cara

kekerasan dan

menebarkan

isu teroris

internasional. Peristiwa tersebut selanjutn,v-a

dilansir

oleh

media barat dan

dikemas

untuk dijadikan isu teroris dan paham kekerasan lainnya dengan

tujuan

memojokkan seluruh umat Islam

di

dunia.

Apabila kondisi

tersebut

tidak

segera

dijernihkan,

maka

Indonesia sebagai negara berpenduduk muslim

terbesar

di

dunia akan terkena imbas dari isu yang tidak proporsional tersebut, yang pada

gilirannya

akan dapat merugikan Indonesia dalam

forum

internasional'

Kondisi

Nasional

Dalam skala nasional

ada

beberapa faktor

yang

ikut

mempengaruhi kehidupan

beragama, antara

lain faktor politik,

ekonomi,

ideologi'

budaya, pendidikan, dan

hukum. Dalam bidang

politik

terdapat tantangan terbesar

dalam

kehidupan berbangsa dan

bernegara yaitu

ancaman disintegrasi

di

wilayah

Negara Kesatuan

Republik

Indonesia

O{KRI).

Sementara

itu, terkait

dengan kehidupan beragama,

tantangan

disintegrasi terjadi

karena

berbagai

konflik

sosial

yang

menggunakan

simbol-simbol

agama.

Di

berbagai daerah,

konflik

tersebut berawal dari perlakuan

(14)

merasa tertindas.

Dalam

perkembangannya,

konflik

tersebut

kemudian

menggunakan identitas

etnis

sekaligus agama sebagai pembeda dengan kelompok

lawan. Misalnya

kasus kerusuhan

di

Sampit

Kalimantan

Tengah, Poso Sulawesi

Tengah,TasikmalayaJawaBarat'MaumereNusaTenggaraTimur'

Rengasdengklok

Jawa

Barat,

dan

Maluku. Bagi

kalangan awam,

konflik

sosial dengan menggunakan

simbol-simbol

agama

seringkali disimpulkan

bahwa agama

menjadi

penyebab

konflik.

Padahal agama apapun

sejatinya selalu

menebarkan

pesan perdamaian,

tidak

hanya kepada umat pemeluk agama tersebut tetapi juga

untuk umat

lainnya.

Fenomena tersebut merupakan tantangan

bagi

pemerintah

untuk terus meningkatkan pengetahuan dan pemahaman keagamaan masyarakat'

Masih terkait

dengan bidang

politik,

kebijakan

politik

Indonesia pasca reformasi

mengakibatkan

tumbuh

suburnya partai-partai

politik

termasuk

partai politik

bercirikan

agama. Sejauh keberadaan

partai

tersebut

tidak

mengganggu stabilitas

kehidupan

beragama,

tentu

harus dipandang

positif

dalam

rangka pendewasaan

proses demokrasi.

Namun

beberapa

fakta

politik

menunjukkan

bahi'va rvajah agama

dalam

politik justru

menjadi

faktor

potensial

konflik'

Atribr-rt

politik

yang

diaktifkan

oleh

partai-parlai

politik

berbasis

agama seringkali

menimbulkan ketersinggungan umat beragama tertentu'

Terkait

dengan

kebijakan

pemerintahan

di

daerah sebagaimana tertuang dalam

Undang-Undang

Nomor

22

Tahun

lggg

tentang

Pemerintah

Daerah

yang

disempurnakan dengan undang-Undang

Nomor

32

Tahun 2004,

di

satu

sisi

memberi dampak

positif

bagi

Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota

untuk

mengatur

dan

mengurus

sendiri

urusan

pemerintahan

menurut

asas

otonomi dan

tugas

pembantuan.

't'etapi pada

sisi lain,

pemberian

kewenangan

tersebut

dapat

mengakibatkan

ego

wilayah,

daerah, etnis, maupun agama'

Hal

tersebut terlihat

misalnya

dalam pola

pengisian

iabatan

di

pemerintahan

yang

mengedepankan

identitas

etnis

atau

agama dan meminggirkan asas

meritokrasi

dan profesionalitas

yang

melemahkan

kinerja

hingga rapuhnya

persatuan. Pemberlakuan

Undang-undang

tentang

Pemerintahan Daerah

juga

mempengaruhi

kebijakan

Pemda terhadap lembaga pendidikan madrasah dan pendidikan agama pada sekolah serta

pendidikan

keagamaan.

Jika hal

tersebut

berlanjut, maka kualitas

madrasah dan

(15)

keagamaan,

akan

jauh

lebih

rendah

dari

sekolah

dengan pembelajaran umum, karena dukungan dana dan fasilitas yang kurang memadai

dari

Pemerintah Daerah setempat.

Selain

itu

masalah

ekonomi

harus menfadi perhatian

tersendiri bagi

peningkatan

kehidupan

beragama masyarakat.

Kemiskinan dan

ketakberdayaan masyarakat

akibat kondisi ekonomi

nasional

yang belum

sepenuhny'a

pulih

n-renyebabkan

sebagian masyarakat

seringkali

mengambil

jalan

pintas

untuk

memenuhi sandang

dan

pangan

sebagai kebutuhan dasar.

Meningkatnya angka

kriminalitas

berupa pencurian, perampokan dan sejenisnya merupakan fenomena dari usaha jalan pintas

yang dilakukan

masyarakat karena kelangkaan lapangan pekerjaan

yang

mampu

menjamin

kehidupan. Kelangkaan

lapangan pekerjaan

juga

menjadi

penyebab utama

tingginya

pencari kerja ke luar negeri sebagai Tenaga Kerja Indonesia

(TKI).

Tentu

hal

itu

merupakan

jalan

keluar

yang

positif

seandainya

mampu

meningkatkan

taraf hidup

dan kesejahteraan mereka.

Dalam

kenyataan, para

TKI

seringkali

tidak

memiliki

posisi tawar (ada herguirzing posisi) 1'ang memadai ketika

mereka memperoleh

perlakr-ran

tidak

adil

dari majikan atall

pemerintah negara

tempat

mereka

bekerja.

Sementara

itu

pembanglrnan 1'ang dilaksanakan melalui

paradigma modernisasi menyebabkan polarisasi sosial ekonomi masyarakat, yaitu kesenjangan yang semakin lebar antara )'ang ka1'a dengan yang

miskin.

Fenomena

tersebut menunjukkan bahwa pembangunan

bidang

agama

belum

mampu

meningkatkan kesejahteraan masyarakat,

padahal

setiap aiatan

agama

menganjurkan

umatnya

untuk

peduli

terhadap

kaum yang

lemah

melalui

pembayaran

zakat,

infaq,

shadaqah, persembahan persepuluhan,

dana

punia,

maupun dana

paramita.

Di

kalangan

umat

Islam,

pemberdayaan ekonomi masyarakat dapat

dilakukan

melalui pengelolaan wakaf

produktif

dan wakaf tunai. Seperangkat peraturan perundangan telah dikeluarkan

untuk

mengatur hal tersebut antara

lain melalui

Undang-undang

Nomor

i8

Tahun

1999 tentang Pengelolaan

Zakat dan Undang-Undang

Nomor

4l

Tahun 2004 tentang

Wakaf

serta Peraturan Pemerintah

Nomor

42Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor

4l

Tahun 2004 tentang Wakaf.

Rendahnya

daya

beli

masyarakat

juga

berakibat pada

rendahnya

pencapaian

(16)

pendidikan

tidak

mampu

menyediakan sarana

yang

memadai

untuk

menunjang

kegiatan pembelajaran serta

tidak

mampu memberikan

kesejahteraan yang

memadai

bagi

guru.

Rendahnya

tingkat

pendidikan agama

dan

keagamaan menyebabkan rusaknya moral generasi muda, hilangnya

kontrol

dalam

diri

manusia

untuk

tidak

melakukan

hal

menyimpang.

Di

samping

itu

masih

terdapat kesenjangan

tingkat

pendidikan yang semakin lebar antara mereka yang ada

di

kota

dengan penduduk daerah pedesaan atau

terpencil,

antara penduduk

kaya

dengan yang

miskin,

antara pendidikan

di

sekolah

negeri

dan swasta. antara

laki-laki

dan perempuan.

Dibanding

laki-laki.

perempuan memperoleh

tingkat

pendidikan yang

jauh

lebih

rendah.

Akibatnya hanya sedikit

perempuan

yang

memiliki

peran

strategis

di

dunia

publik. Terkait

dengan kehidupan keagamaan, rendahnya tingkat

pendidikan

agama

dan

keagamaan

mengakibatkan rendahnya

pemahaman keagamaan masyarakat dan rendahnya ketaatan masyarakat terhadap ajaran agama'

Akibat

lebih

jauh

adalah

nilai-nilai

keagamaan

tidak lagi

mendasari setiap perilaku manusia.

Di

sisi lain,

pemahaman keagamaan

yang dangkal akan

membentuk kelornpok keagamaan yang

eksklusif

dan

mengklainl kelompoknl'a paling

benar. Kelompok tersebut kurang memahanri keberadaan realitas plr.rralis

lang

telah menjadi bagian

dari

kehidupan

masyarakat. Perbedaan pemahaman keagamaan

yang

kemudian

diwujudkan

dalam perbedaan

ritual

keagamaan menjadi salah satu potensi

konflik

ketika timbul justifikasi

bahwa

kelompok

itu

berada

pada

jalur

yang

'sesat''

Konflik

atau kekerasan sosial yang menggunakan

simbol

agama antara

lain

dipicu

oleh

kedangkalan pemahaman keagamaan masyarakat'

Konflik

sewaktu-waktu

dapat

muncul ketika tidak

terdapat

media yang

menyatukan

seluruh

komponen

masyarakat

untuk

saling

memahami

keberadaan

kelompok

lain'

Idealnya,

pendidikan dalam rangka

meningkatkan

pemahaman

keagamaan

hendaknya

mengutamakan

nilai-nilai

perdamaian, pandangan luas, serta pemahaman terhadap perbedaan realitas yang telah menladi karakter masyarakat Indonesia'

Rendahnya penghayatan terhadap

nilai-nilai

agama

dapat

mengakibatkan

meluasnya

sikap permisif

nlasyarakat terhadap

arus budaya

negatif

yang

pada

gilirannya

akan menimbulkan rendahnya

kontrol

masyarakat dalam mengantisapasi

(17)

rendahnya

tingkat

kesadaran masyarakat

dalam implementasi

nilai-nilai

agama' termasuk kesadaran menempatkan

akhlak

mulia

di

atas segalanya, budaya malu dalam berbuat dan bertindak yang

tidak baik, tingkat

kesadaran membayar zakat,

infaq

dan

shadaqah

(zIS)

yang masih rendah, sehingga peran

ZIS

sebagai upaya

pemberantasan

kemiskinan belum dapat diwujudkan

dengan

baik'

Mengingat

jumlah

umat Islam

di

Indonesia merupakan anggota masyarakat

terbesar,

maka apabila

ZIS

dapat

dikelola

dengan

baik

diharapkan dalam

waktu

yang

tidak

lama angka kemiskinan akan dapat segera diturunkan'

Demikian pula

harta

wakaf

yang

jumlahnya cukup

luas, yang diantaranya berupa

tanah

produktif

belum

tersentuh

sistem

pengelolaan

wakaf yang

profesional'

Bahkan

di

beberapa

tempat,

karena

profesionalitas

pengelola

wakaf

kurang' sebagian tanah

wakaf

jatuh

ke

tangan orang yang

tidak

berhak' Oleh

karena itu

pengamanan tanah

wakaf

dan pengelolaan harta

wakaf

secara profesional mutlak

diperlukan

agar

tanah

wakaf

memiliki

peran yang

signifikan

dalam peningkatan kesejahteraan umat.

Kesejahteraan Lrmat

dimulai

dari sejak pembentukan keluarga yang

diawali

dengan

pernikahan. Setiap tahun

tidak

kurang

tlari

dua

setengah

juta

pasangan calon

pengantin melaksanakan pernikahan. Tuf uannva antara lain adalah kebahagiaan dan

ketenangan

hidup. Tetapi

pernikahan tersebut pada umumnya

tidak

dipersiapkan

dengan sebaik-baiknya.

Akibat

dari

kekurangan persiapan

calon

pengantin' maka

pada

usia

pernikahan kurang

dari lima

tahun sekitar

30%

terjadi

perselisihan

perkawinan,

bahkan

15%

di

antaranya sampai

pada

perceraian'

Akibat

dari

perceraian tersebut

jumlah

keluarga

yang

terbengkalai semakin banyak sehingga

menimbulkan berbagai

penyakit

sosial

di

masyarakat

seperti

prostitusi'

penyalahgunaan

narkoba,

penularan

HIV/AIDS,

anak putus

sekolah, kenakalan remaja, tawuran antar pelajar dan remaja. pencurian. perampokan dan sebagainya'

Apabila hal

tersebut

tidak

segera

ditangani

dengan

baik

dikhawatirkan

kondisi tersebut akan semakin parah

di

kemudian hari'

Masjid

sebagai pusat kegiatan umat saat

ini

dibina oleh

beberapa organisasi yang

satu sama

lain

belum

terkoordinasi dengan

baik' Takmir

masjid yang

mengurus

masjid

berjalan sesuai dengan proglamnya

sendiri'

Demikian

pula

Badan

(18)

pemuda Remaja

Masjid

Indonesia

(BKPRMI)

juga

berjalan sendiri

sendiri.

Departemen Agama yang

memiliki

tugas dan kewenangan membina

masjid

perlu mengadakan

koordinasi

dengan Pemerintah Daerah setempat beserta organisasi

kemasjidan untuk

menata sistem

koordinasi yang

baik

sehingga

tujuan

masjid

sebagai pusat kegiatan umat dapat terwujud'

Di

antara kegiatan

masjid

adalah penyampaian problematika yang

terkait

dengan

syariah

dalam

beribadah maupun berbisnis. Berkembangnya pelaksanaan syariah

dalam

tata

pemerintahan

di

daerah.

perbankan, reksadana.

pasar

modal'

dan perekonomian nasional semakin pesat. FIal tersebut menunjukkan bahwa tata aturan

dan

pola bisnis

dengan menggunakan dasar syariah mendapat

porsi

yang

baik

di masyarakat Indonesia karena memperoleh jaminan keamanan

lahir

dan batin sesuai

keyakinannya. Departemen Agama sebagai lembaga pemerintahan yang

memiliki

unit

pembinaan syariah

perlu

segera menata perangkatnya

dalam

memberikan

pembinaan

dan bimbingan

syariah terhadap

masyarakat

Indonesia'

Pembinaan tersebut

juga meliputi

penatakelolaan hisab dan

rukyah dalam

penentuan tanggal dan

waktu

ibadah. Masyarakat perlu memperoleh ketentraman dan kepastian dalam melaksanakan ibadah. karena

itu

perlu perumusan dalam mencari

titik

temu antara

perhitungan hisab dan rukl'at.

Hal

yang

tak

kalah

pentingnl'a adalah

jaminan

bagi

masyarakat

untuk

mengkonsumsi procluk

halal.

Sistem

jaminan

produksi

halal

yang menjadi bagian

dari

kegiat

an

world

Tracle Centre telah dilaksanakan

oleh

berbagai produsen dan

konsumen

di

seluruh negara. Jaminan

produk

halal

tersebut dimaksudkan untuk memberikan

perlindungan dan

ketenteraman

bagi

para konsumen

muslim

dalam

memperoleh

kepastian

halal.

indonesia

sebagai negara berpenduduk

muslim terbesar

di

dunia diharapkan menempati posisi terdepan dalam menerapkan sistem

jaminan produk halal.

Hal

tersebut

terbukti

dengan

beberapa

kali

terpilihnya

Indonesia sebagai Presiclent

of

Halat

llorltt

council

dalam

beberapa pertemuan

halal

internasional.

Untuk

itulah

lndonesia

menerbitkan berbagai

macam

peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang jaminan produk halal, antara

Undang Undang

Nomor

23

Tahtrn

1992 tentang

Kesehatan: tjndang

Undang

Nomor 7 Tahun

1996 tentang Pangan; dan Undang Undang

Nomor

8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen'

(19)

Agar

ketentuan tersebut dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan, diperlukan

koordinasi

untuk

melaksanakan berbagai peraturan perundang-undangan tersebut

untuk memberi mandat secara penuh kepada lembaga yang

memiliki

otoritas penuh

di

bidang bimbingan

dan

pembinaan

umat

dalam

pengelolaan

jaminan

produk

halal.

Dengan

demikian

masyarakat

muslim

mendapat kepastian

hukum

untuk memperoleh jaminan produksi halal sesuai dengan apran agama.

Pada saat bersamaan

terjadi

pula

uforia

dalam menafsirkan ajaran agama. Tafsiran terhadap ajaran agama tersebut bahkan dilontarkan oleh orang yang hanya berbekal pengetahuan agama yang sangat rendah. Akibatnya bermunculan aliran-aliran sesat

yang

menerjemahkan

agama

sesuai

dengan

pikiran dan versi dirinya

sendiri.

Perilaku seperti

itu

antara

lain

karena dipengaruhi

oleh

maraknya

berbagai tayangan budaya asing

di

berbagai

media

seperti internet,

film,

televisi,

video

dan

media

cetak

yang

menampilkan

pomografi dan

pornoaksi. Departemen Agama

perlu

mervaspadai keadaan

tersebut dengan meningkatkan

bimbingan

kepada

masyarakat

untuk

menangkal

timbulnya aliran

sesat

guna

mencegah terjadinya gejolak, kekerasan dan perilaku

distruktif

di masyarakat.

Tradisi dan

budaya Indonesia

mendapat

gempuran

yang

hebat

dari

pengaruh

budal'a

luar

y'ang

tidak

sesuai dengan

jati diri

bangsa.

Jika hal

tersebut tidak

ditanggulangi.

hal

tersebut

akan

merusak sendi-sendi kehidupan

berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, sehingga pada saatnya bangsa Indonesia akan dapat kehilangan

jati

dirinya. Untuk

menanggulangi hal tersebut Departemen

Agama sebagai instansi yang mengawal akhlak mulia yang

meliputi

moral dan budi

pekerti

bangsa

perlu memiliki

filter

dan

mekanisme

untuk

mengontrol

dan

mengoreksi

kondisi

tersebut agar budaya asing dan ide-ide menyimpang dari dalam

yang merusak tersebut

tidak

dapat berkembnag

di

tanah

air. Kontrol

dan koreksi

antara

lain

melalui

program khusus

yang

dapat

menyuguhkan

contoh

kepada masyarakat tentang keluhuran dan kehalusan

budi

bangsa dengan mengedepankan

nilai-nilai

keimanan. ketakwaan. dan akhlak mulia.

Semarak kehidupan masyarakat Indonesia

dalam

melaksanakan

ajaran

agama antara

lain

tercermin

dari

munculnya berbagai organisasi

Islam,

ma.ielis taklim,

dan

taman pendidian

Al

Quran yang

tersebar

di

seluruh tanah

air.

Organisasi

tersebut

menjadi

kekuatan

besar

yang

dapat mendukung program

pembinaan

(20)

masyarakat

dan

bangsa Indonesia.

Namun

perhatian

kita

terhadap

organisasi

keagamaan

termasuk majelis

taklim

masih rendah. Karena

itu

perlu

terus

ditingkatkan

agar mereka dapat menjadi partner pemerintah dalam pembangunan

bangsa dan negara.

Dalam

kehidupan sosial budaya, banyak

dijumpai

fenomena

yang

menunjukkan bahwa peran agama dapat dipertanyakan. Sebagai contoh, kecenderungan rapuhnya

lembaga

keluarga.

Hal

itu

akibatnya

keluarga

tak

mampu membina

kehidupan

harmonis

yang

menyebabkan kenakalan

remaja (broken home).

Terkait

dengan

sosialisasi

nilai-nilai

agama

dalam keluarga, lembaga keluarga

yang

rapuh sekaligus telah menghilangkan fungsi keluarga sebagai lembaga pendidikan agama

bagi

seluruh anggota keluarga. Dalam skala nasional, masalah sosial budaya juga

terlihat dari terkikisnya

moral bangsa sehingga perilaku korupsi,

kolusi,

nepotisme

dan

tindakan

lain

yang

merugikan negara dianggap sebagai sebuah realitas yang

wajar untuk dilakukan. Publik,

khususnya

pelaku

birokrasi telah

menganggap

korupsi

sebagai salah satu solusi instansi terhadap rendahnya

gaji

yang disediakan pemerintah bagi pegawai negeri.

persepsi

semacam

ini

harus

segera

diubah

melalui

penegakan

hukum

,

karena

lemahnya penegakan

hukum

merupakan salah satu penyebab

terjadinya

berbagai

tindakan kejahatan seperti korupsi dan

kolusi.

Para elit

pemerintahan maupun

elit

politik

yang

seharusnya

menjadi

acuan

moral

masyarakat'

malah

melakukan

berbagai pelanggaran

hukum.

Sanksi

hukum yang

hanya diterapkan

kepada

golongan

kecil,

sementara

kejahatan yang

dilakukan kelompok

elit

tidak

diberi sanksi hukum setimpal, menjadi salah satu gejolak

yang

dapat menimbulkan protes

dari

rakyat

kecil.

Kondisi

tersebut

seringkali

menimbulkan

ketidakpercayaan

masyarakat

terhadap

aparal penegak

hukum dan

akibatnya mereka

melakukan tindakan main

hakim

sendiri'

Berbagai persoalan

di

atas

menjadi

tantangan

dalam

menjalankan pembangunan

bidang agama. Dengan demikian

Departemen

Agama

dituntut untuk

lebih

mengoptimalkan

fungsi

dan perannya agar setiap

kondisi

dan tantangan yang ada dapat

dijadikan

potensi pendukung pembangunan bidang agama'

(21)

Kondisi lnternal

Departemen Agama

Di

lingkungan internal

Departemen

Agama masih banyak

faktor

yang

harus

dibenahi

agar pembangunan

bidang

agama

dapat

mencapai sasaran

yang

sudah ditetapkan.

Di

bidang sumber daya manusia, sebagian pegawai Departemen Agama

belum

dapat

melaksanakan

tugas

dengan

baik.

Hal

tersebut

terjadi

antara lain

karena rekrutmen pegawai

(masa

lalu)

kurang

memperhatikan

kompetensi

dan

akhlak

serta analisis jabatan yang kurang cermat. Penempatan pegawai yang tidak

sesuai dengan

skill

yang

dimiliki

menyebabkan

pegawai

tidak

cakap

dalam menyelesaikan tugasnYa.

Selain kualitas

sumber

daya

manusia

Departemen

Agama yang masih

perlu ditingkatkan, dari segi kuantitas ternyata belum memenuhi kebutuhan' Tenaga guru

untuk Madrasah lbtidaiyah, Tsanawiyah maupun

Aliyah

sejauh

ini

dirasakan belum memadai. Demikian

juga

untuk guru-guru agama

di

sekolah masih

perlu

ditambah'

Kondisi

yang

sama

juga

dialami oleh dunia pendidikan Kristen,

Katolik'

Hindu

maupun

Buddha.

walaupun

setiap tahun pengangkatan tenaga

guru

diutamakan'

tetapi

belum signifikan jumlahnya dibandingkan

dengan kebutuhan'

Hal

tersebut akan berpengaruh terhadap mutu pendidikan anak serta mentalitas bangsa'

Dari

sisi

lain,

permasalahan

di

bidang pendidikan

terjadi

karena

distribusi

atau penyebaran

tenaga administrasi

kurang

merata.

Oleh

karena

itu,

selain perlu

peninjauan

penyebaran

tenaga

administrasi,

juga

perlu

usaha

untuk

peningkatan

tenaga

administrasi menjadi pegarvai fungsional selain guru'

Problem tenaga pengajar

tidak

hanya terdapat

di

sekolah-sekolah'

Tenaga

fungsional widyaiswara

yang bertugas memberikan

pendidikan dan

pelatihan

(diklat)

bagi

seluruh pegawai

Departemen

Agama masih

sangat

kurang'

baik

kuantitas maupun

kualitas.

Idealnya,

seorang

pegawai dapat

mengikuti

diklat

minimal

empat

tahun

sekali. Namun,

jumlah

tenaga

widyaiswara baru

mencapai

450orang,jumlahyangsangatkecildibandingdenganjumlahpegawai

Departemen Agama yang harus

didiklat.

Berbagai kebijakan telah dilakukan antara

lain

dengan peningkatan

jumlah

calon widyaiswara

melalui

rekrutmen

pegawai' Anggaran kediklatan sejak empat tahun terakhir telah bertambah secara signifikan sehingga

frekuensi

diklat

meningkat'

Tetapi

kebijakan

itu

belum

secara tuntas

meniawabpermasalahandiklatbagipegawaiDepartemenAgama.

(22)

Minimnya

jumlah

sumber daya manusia.iuga dapat

dilihat

pada tenaga penyuluh keagamaan. Padahal,

di

beberapa daerah terpencil dimana sarana pendidikan agama

dan keagamaan sangat terbatas, peran tenaga

penyuluh

sangat

diperlukan

dalam

memberikan bimbingan keagamaan.

Kebijakan

pembinaan kepegawaian terhadap

tenaga

penyuluh belum

dapat mendorong terbangunnya

etos kerja.

Hal

tersebut

anlara

lain

disebabkan sebagian tenaga

penyuluh

masih berstatus

honorer

yang penghasilannya sangat tidak mencukupi kebutuhan hidupnya'

Sementara

itu

jumlah umat

beragama

yang dilayani

terus

berkembang sejalan

dengan perkembangan

jumlah

penduduk

yang

terus bertambah. Jumlah pemeluk agama berdasarkan

sumber

statistik yang diterbitkan BPS

tahun

2005

sebagai

berikut

:

pemeluk

agama

Islam

179.747.998

(87.05%

),

pemeluk

agama Kristen

12.959.294

(6.28%), pemeluk

agama

Katolik

6.942.493

(3.36%), pemeluk

agama

Hindu

4.586.192 (2.22%), pemeluk

agama

Buddha 2.242.748 (1.09%).

Jumlah

pemeluk

agama seperti gambaran data tesebut,

dilihat

dari

satu sisi sebagai subjek

pembangunan adalah merupakan potensi

yang

dapat digerakkan

untuk

kemajuan pembangunan bangsa, namun dari sisi sebagai objek pembangunan, bahwa kondisi bangsa

kita

itu

sangat

plural

sehingga

memerlukan kearifan dalam

penetapan kebij akan-kebij akan (rekapitulasi

jumlah

pemeluk sebagaimana terlampir).

Terkait

dengan

bidang

kelitbangan, sampai saat

ini

hasil-hasil

penelitian

dan pengembangan agama baru sebagian yang dapat dijadikan dasar atau pedoman bagi

perumusan

kebijakan. Banyak

faktor

yang

mengkondisikan

hal itu,

antara lain

sumber

daya

peneliti

yang

belum

memadai

baik

dari

kuantitas maupun kualitas, tema penelitian yang kurang sesuai dengan kebutuhan stakeholder,

serta

dana dan sarana yang kurang mendukung.

Hal

lain

juga

berkenaan dengan belum terjalinnya

sinergi

antara

instansi kelitbangan

dengan

unit

operasional

dalam

menerapkan

kebijakan

berbasis riset.

Terkait

dengan tema penelitian, ke depan perlu dirancang

tema penelitian yang

dapat

merambah

berbagai

dimensi

kehidupan

beragama khususnya dalam rangka mengantisipasi dinamika perubahan yang terus bergulir. Selain masalah kuantitas dan kualitas sumber daya manusia

di

Departemen Agama,

sarana

dan

prasarana

kantor masih banyak

yang

memprihatinkan.

Sebagai

gambaran,

Kantor

Urusan Agama

khususnya

di

luar

Jawa, masih banyak

yang

(23)

Kecamatan merupakan

ujung

tombak pelayanan Departemen Agama

yang

langsung bersentuhan oleh masyarakat .

Lembaga

sosial

keagamaan

dan

lembaga

pendidikan

keagamaan seyogyanya

menjadi

mitra

pemerintah

untuk

melakukan pembinaan terhadap

umat

beragama.

Dengan

demikian,

sudah

sewajarnya

jika

kedua

lembaga

tersebut

memperoleh

support

pemerintah dalam

hal

pemberian bantuan dana

dan

sarana dalam rangka

memberi

kesempatan

kepada

organisasi

tersebut

untuk

mengembangkan

potensinya.

Dengan demikian

diharapkan

organisasi-organisasi

tersebut

dapat

menjaring peran

pemerintah sekaligus

mengkritisi

secara

konstruktif

berbagai

kebijakan pemerintah.

pelayanan terhadap jamaah

haji

sering

kali

dianggap sebagai barometer pelayanan

Departemen

Agama,

di

samping

itu

penyelenggaraan ibadah

haji

juga

membawa nama baik dan martabat bangsa. Namun setiap musim

haji

masih ada permasalahan

karena

keterbatasan Sarana

dan

prasarana, pembinaan

yang

masih

terbatas dan

pelayanan yang belum oPtimal.

Berbagai

kondisi yang

ada

di

lingkungan

internal

Departemen

Agama

seperti tergambar

di

atas menjadi satu tantangan agar pembangunan bidang agama mampu

meminimalisasi

kekurangan

dan

kelemahan

yang ada serta

mempertahankan potensi yang menjadi pendukung bagi kesuksesan pembangunan bidang agama'

Peran

Strategis

Pembangunan Agama

Melihat berbagai permasalahan yang dihadapi, baik

di

tingkat global, nasional, maupun

internal

Departemen

Agama,

maka

melalui

pembangunan

bidang

agama diharapkan

mampu

merespon

berbagai

permasalahan

yang ada.

Karena

pembangunan agama

memiliki

peran strategis dalam proses pembangunan'

pasal

l

g

Deklarasi

Universal Hak-hak Azasi Manusia

antara

lain

menyatakan bahwa setiap orang berhak atas kebebasan dalam

berpikir,

memperoleh ketenangan

lahir

dan

bathin, dan

kebebasan

untuk

menyatakan

agama

atau

kepercayaan

dengan

cara

mengajarkannya,

melakukannya, beribadat

dan

menepatinya,

baik

sendiri

maupun

bersama-sama dengan orang

lain,

baik di

tempat

umum

maupun secara

sendiri'

Bagi

negara

Indonesia,

memeluk

agama merupakan

salah satu

hak

dasar manusia yang

dijelaskan dalam

UUD

1945, Bab

XI

Pasal

29

(1)

dan

(2)

yang

menegaskan bahwa

(24)

kemerdekaan

tiap-tiap

penduduk

untuk memeluk

agamanya masing-masing dan beribadat

menurut

agama dan kepercayaannya

itu". Hal

tersebut kemudian dijelaskan

kembali dalam

RPJMN

2004

-

2009 Bab

3l

tentang Peningkatan

Kualitas

Kehidupan Beragama.

Ajaran-ajaran

universal agama berisi

ajakan agar manusia melakukan kebaikan dan

memberikan

manfaat

sebesar-besarnya

bagi

kepentingan

umat

manusia

sepe(i

tercermin

dalam

ajaran tentang

cinta

kasih, saling memaafkan, saling menolong, dan

saling

melindungi. Ajaran

universal tersebut menjadi salah satu pendorong agar setiap umat beragama menebarkan perdamaian

tidak

saja kepada sesama umatnya,

tetapijuga

kepada seluruh makhluk hidup di muka bumi'

Dalam

kehidupan manusia,

dari

masyarakat

yang masih tradisional

sampai modern,

agama

atau

keper cayaan terhadap

hal-hal yang gaib

selalu

ada'

Hal

tersebut bisa

dimengerti

sebab

agama

memiliki

beberapa

fungsi

antara

lain

fungsi

edukatif.

penyelamatan,

pengawasan

sosial (sosial

control), profetis

atau

kritis,

memupuk persaudaraan, pemecahan masalah serta fungsi transformatif. Dengan demikian. dalani masyarakat

yang

menempatkan

norma

agama sebagai pegangan

hidup-

maka agama akan

jadi filter

sebelum manusia melakukan sesuatu. Masyarakat berbasis ketahanan

agamamenjadi fondasi bagi terbentuknya masyarakat yang damai dan harmonis'

perkembangan

yang telah terjadi mulai dari

ribuan tahun

yang

lalu

sampai sekarang

telah menjadikan

agama sebagai

jati diri

bangsa Indonesia.

Oleh

karena

itu

Bangsa Indonesia sebagai Bangsa yang

religius

senantiasa mempertimbangkan

nilai

dan ajaran agama dalam setiap gerak dan langkah pembangunan yang akan ditempuh'

C.

Isu

Strategis

Pembangunan

Agama

Dengan

melihat

berbagai

permasalahan

yang

dihadapi

dalam

melaksanakan pembangunan bidang agama serta peran strategis pembangunan agama, maka terdapat beberapa issu strategis yang relevan untuk dilakukan yaitu:

1.

Penanggulangan

Dampak Negatif Globalisasi, Modernisasi, dan Reformasi

Arus globalisasi, modernisasi dan reformasi merupakan keniscayaan seiring dengan kemajuan

di

bidang

ilmu

pengetahuan dan teknologi. Fenomena tersebut

di

satu sisi

dapat memberikan dampak

positif, tetapi

pada

sisi lain

dapat

mengakibatkan

berbagai

dampak negatif seperti terkikisnya budaya

lokal

atau

memudarnya

Referensi

Dokumen terkait

[(c) Suatu cip TLD dengan ketebalan 0.5 mm digunakan untuk menentukan dos terserap dalam air akibat suatu sumber gamma Co-60.. (i) Bolehkan teorem rongga Bragg-Gray cavity

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kecepatan pembelahan sel-sel zooxanthellae yang bersimbiosis dengan anemon laut Stichodactyla gigantea (Forskal 1775) hasil

Analisis keragaman menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh media tanam terhadap pertambahan tinggi tanaman, pertambahan jumlah daun dan pertambahan diameter batang bibit

Teknik analisis yang digunakan adalah PLS untuk melihat pengaruh gaya kepemimpinan dan komitmen organisasi terhadap kinerja karyawan bagian penjualan (sales) pada

Contoh Kondisi Sistem Penyediaan Air Minum yang ada di Kabupaten Kutai Barat. No Uraian Satuan Sistem Non Perpipaan

Antara yang berikut, yang manakah usaha Pertubuhan Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) bagi mewujudkan kestabilan politik dan keselamatan di rantau ini?. I Mesyuarat ASEAN

Hasil pengujian komponen organik dengan GC-MS menun- jukkan bahwa kelompok senyawa volatil yang terkandung di dalam asap cair kasar dari tempurung kelapa hibrida yaitu 23

Melihat dari keempat subfokus yang dijelaskan diatas tentunya menjadi dasar dari fokus yang akan peneliti lakukan dalam pengembangan penelitian ini, adapun