• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. akan sampai ke tempat tujuan dalam keadaan baik seperti saat diangkut.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. akan sampai ke tempat tujuan dalam keadaan baik seperti saat diangkut."

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Sistem transportasi adalah suatu sistem yang berfungsi memindahkan orang ataupun barang dari suatu tempat ke tempat lain sebagai upaya mengatasi hambatan jarak geografis maupun topografis. Selain berfungsi memindahkan orang atau barang dari suatu tempat ke tempat lain, transportasi memiliki dimensi - dimensi kompleks yang menyangkut kebutuhan lainnya, seperti kebutuhan ekonomi, sosial dan politik. (Morlok, 1978: 452). Kebutuhan akan transportasi disebut juga kebutuhan turunan (derived demand).

Pada dasarnya ada lima unsur pokok transportasi yaitu 1) manusia, sebagai pengguna dan yang memerlukan transportasi. 2) barang, yang diperlukan manusia. 3) kendaraan, sebagai alat transportasi. 4) jalan, sebagai prasarana transportasi. dan 5) organisasi, sebagai pengelolah transportasi. Kelima unsur tersebut saling terkait untuk terlaksananya transportasi, yaitu terjaminnya penumpang atau barang yang diangkut akan sampai ke tempat tujuan dalam keadaan baik seperti saat diangkut.

Becak bermotor merupakan salah - satu moda angkutan umum yang berkembang secara luas dikawasan asia, khususnya India, Malaysia, Indonesia, Laos, Cambodia, Thailand dan berbagai negara lainnya yang merupakan bagian dari paratransit yang dikenal juga dengan nama rickshaw. Becak biasanya dibangun dari

(2)

dasar sepeda motor yang dimodifikasi menjadi kendaraan bermotor roda tiga dan untuk meningkatkan stabilitas ada yang menggunakan roda empat.

Di Indonesia tidak diketahui secara jelas kapan awal mulanya becak dikenal. Lea Jellanik dalam “Seperti Roda Berputar” menulis becak di datangkan ke Batavia dari Singapura dan Hongkong pada tahun 1930-an. Jawa Shimbun terbitan 20 Januari 1943, menyebut becak di perkenalkan dari Makassar ke Batavia akhir 1930-an. Ini diperkuat dengan catatan perjalanan wartawan jepang ke berbagai daerah di Indonesia, termasuk Makassar. Dalam catatan berjudul “Pen to Kamera” terbitan 1937 itu disebutkan, becak ditemukan orang jepang di Makassar bernama Seiko-san yang memiliki toko sepeda. Karena penjualan seret, pemiliknya memutar otak agar tumpukan sepeda yang tidak terjual bisa dikurangi. Dia membuat kendaraan roda tiga,

dan terciptalah becak. (http://id.wikibooks.org/wiki/Profil_Becak_di_Indonesia/Sejar ah_perkembangan_becak_di_Indonesia). Seiring dengan kemajuan zaman, becak pun mengalami perkembangan, dari becak yang dikayuh dengan menggunakan tenaga manusia menjadi becak yang ditarik dengan menggunakan motor sebagai penggeraknya. Sebagai alat transportasi yang terbilang cukup modern, becak bermotor banyak digunakan pada berbagai daerah di Indonesia. Sama halnya seperti becak motor Vespa di Sidempuan dan becak motor jenis bebek di daerah Gorontalo dan Sulawesi.

Berbeda dengan daerah lain, di Sumatera Utara tepatnya Kota Pematang Siantar, becak ditarik menggunakan sepeda motor bekas peninggalan tentara sekutu semasa perang dunia ke II di Indonesia. Setelah Indonesia merdeka, kendaraan tentara

(3)

sekutu di tinggalkan begitu saja, tidak hanya di Kota Pematang Siantar tetapi tersebar di seluruh tanah air. Melihat kondisi kendaraan tersebut terlantar begitu saja, masyarakat Siantar kemudian memanfaatkanya sebagai motor penggerak becak. Meskipun becak motor ada dibeberapa kota lain, becak motor Siantar tetap memiliki keunggulan. Becak Motor Siantar lebih unggul karena ditarik oleh Birmingham Small Arm (BSA) tua, yaitu sepeda motor pabrikan Inggris yang awalnya diciptakan untuk kendaraan berperang.

Sebagai alat transportasi umum yang membantu mobilitas masyarakat, becak BSA sudah merupakan ikon bagi kota Pematang Siantar. Awalnya, becak bermesin di Pematang Siantar menggunakan sepeda motor lama yang ditinggalkan tentara sekutu maupun pengusaha perkebunan dari Eropa, seperti jenis Northon, Triumph, BMW, hingga Harley Davidson. Namun, pengemudi becak di Kota Pematang Siantar hampir semuanya menggunakan BSA. Alasan utama pemilihan jenis motor ini, dikarenakan lebih efesien serta lebih mudah meniru suku cadangnya apabila dibandingkan dengan motor Eropa lainnya

Penemuan becak BSA (Birmingham Small Arms) merupakan suatu inovasi baru sebagai alat transportasi alternatif yang beroperasi melayani mobilitas dalam kota. Koentjaraningrat (2002) menyatakan bahwa inovasi adalah suatu proses pembaruan dari penggunaan sumber - sumber alam, energi, dan modal, pengaturan baru dari tenaga kerja dan penggunaan teknologi baru yang semua akan menyebabkan adanya sistem produksi, dan dibuatnya produk - produk yang baru. Dengan demikian inovasi itu mengenai pembaruan kebudayaan yang khusus mengenai unsur teknologi

(4)

dan ekonomi. Suatu penemuan biasanya merupakan suatu proses yang panjang melalui tahap khusus, yaitu discovery dan invention. Discovery baru menjadi invention apabila masyarakat sudah mengakui, menerima, dan menerapkan penemuan baru itu.

Bertambahnya para penarik becak memunculkan organisasi - organisasi paguyuban tukang becak seperti CV Cinta Maju, Firma Gabe Mas (Gabungan Becak Motor Siantar), CV Karbevsi (Karyawan Becak Veteran Siantar Simalungun), CV Gabe Mas, CV BPM (Badan Persatuan Becak Mesin), PRIBUMI, dan GASKORO. Biasanya tukang becak akan meletakkan nama organisasi yang mewadahi di selembar plat besi dan digantung dibawah bak penumpang. Organisasi - organisasi ini menjadi media interaksi sosial sesama penarik becak.

Becak Siantar menggunakan sepeda motor merek BSA dengan masa pembuatan rata - rata tahun 1941 hingga 1956. Ada dua tipe sepeda motor BSA yang digunakan sebagai mesin penarik becak. Pertama, tipe M20 berkapasitas 500 cc buatan tahun 1941 hingga 1948. Kedua, tipe ZB31 berkapasitas mesin 350 cc buatan tahun 1950 hingga 1956. Selain pada kapasitas mesin, perbedaan yang mencolok di kedua tipe BSA ini adalah penggunaan shockbreaker dan jenis klep / katup mesin (sebuah komponen yang berperan penting dalam mengatur keluar masuknya BBM maupun gas sisa pembakaran dalam jenis motor 4 tak). Kedua tipe kendaraan ini sama - sama menganut sistem 2 katup udara atau OHV (over head Valve) yaitu posisi penempatan klep tepat berada diatas piston. Roda belakang juga tak menggunakan shockbreaker. Untuk menahan guncangan, dibawah bantalan tempat duduk

(5)

pengemudi diletakkan dua buah per, mirip seperti tempat duduk skuter. Sedangkan BSA tipe ZB31 memiliki shockbreaker layaknya sepeda motor sekarang. ZB31 lebih tahan guncangan ketimbang M20, sehingga para penarik becak siantar memodifikasi tipe M20 dengan menambahkan shockbreaker seperti pada tipe ZB31. Umumnya sepeda motor BSA yang digunakan adalah tipe M 20 buatan tahun 1941 hingga 1948 berkapasitas mesin 500 cc, dan tipe ZB 31 buatan tahun 1950 hingga 1956 berkapasitas mesin 350 cc.

Rata - rata usia motor BSA sudah mencapai 60 tahunan. Menurut UU Nomor 5 Tahun 1992, benda cagar budaya adalah benda buatan manusia, bergerak atau tidak bergerak yang berupa kesatuan atau kelompok, atau bagian bagian atau sisa -sisanya, yang berumur sekurang - kurangnya 50 (lima Puluh) tahun, atau mewakili

(6)

masa gaya yang khas dan mewakili masa gaya sekurang - kurangnya 50 (lima Puluh) tahun, serta dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Sesuai dengan penjelasan UU diatas Becak Motor Siantar merupakan salah - satu Cagar Budaya yang harus dilestarikan dan dimanfaatkan untuk kemajuan kebudayaan Nasional Indonesia.

Setelah perusahaan BSA ditutup, maka otomatis motor BSA sudah tidak ada lagi tersebar dipasaran. Ironisnya, jumlah angkot yang beroperasi di Kota Pematang Siantar malah semakin pesat pertumbuhannya. Angkot (Angkutan Kota) adalah alat transportasi perkotaan alternatif yang merujuk pada kendaraan umum dengan rute yang sudah ditentukan. Namun, istilah angkot lebih akrab disebut sebagai mopen (mobil pendek) oleh masyarakat Kota Pematang Siantar. Jenis mopen yang beroperasi di Kota Pematang Siantar antara lain seperti CV. Koperasi Beringin, CV. Sinar Siantar, GMMS (Gabungan Mobil Penumpang Siantar) dan lain - lain.

Tarif ongkos yang relatif lebih murah menyebabkan mopen menjadi alat transportasi alternatif yang cukup diminati oleh masyarakat Kota Pematang Siantar. Hal ini pada akhirnya menimbulkan “gesekan” antara supir mopen dan tukang becak. Serta tidak jarang juga terjadi baku hantam diantara keduanya. Namun “gesekan” ini akhirnya mereda karena adanya kesepakatan yang menetapkan mopen hanya beroperasi hingga pukul 18.00 WIB, selajutnya di malam hari merupakan waktu operasional becak saja.

(7)

Keberhasilan Masyarakat Kota Pematang Siantar melestarikan sepeda motor lama peninggalan perang ini, justru menciptakan ketertarikan banyak orang untuk mengoleksi jenis motor ini. Para kolektor tidak hanya berasal dari luar kota Pematang Siantar saja tetapi juga berasal dari luar negeri, seperti Malaysia, Singapura, dan Australia berdatangan mendapatkannya. Wawancara dengan ketua BOM’S (BSA Owner Motocycles Siantar) yakni Bapak Kusma Erizal Ginting menyatakan bahwa, pada tahun 1990-an ada sekitar 2000 unit BSA namun sekarang yang tersisa di Kota Pematang Siantar hanya berkisar 800-an unit. Sekitar 600 unit diantaranya digunakan sebagai becak mesin dan sisanya digunakan sebagai kendaraan bermotor. Harga yang ditawarkan oleh kolektor sangat bervariasi mulai dari Rp.1 juta - Rp.50 juta, bahkan kadang kala berkisar Rp.25 juta - Rp.100 juta.

Terancam hilangnya becak motor bermesin BSA di Kota Pematang Siantar, disinyalir karena menyerbu masuknya kendaraan mini bus sebagai moda angkutan umum alternatif. Hal ini merupakan faktor penyebab menurunnya tingkat pendapatan para penarik becak BSA di Kota Pematang Siantar. Selain itu keunikan serta nilai historis motor tua ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para kolektor, sehingga kerap sekali mereka menawarkan harga yang cukup tinggi. Karena alasan ekonomi, saat ini beberapa penarik becak BSA sudah menjual motor BSA nya dan menggantikannya dengan motor pabrikan Jepang ataupun Cina. Padahal awalnya semua penarik becak di Siantar menggunakan motor BSA dan kendaraan tersebut juga sudah merupakan Ikon di Pematang Siantar. Hal ini menjadi perhatian tersendiri bagi peneliti. Becak Siantar (BSA) sudah merupakan cagar budaya yang harus dilestarikan apabila tidak,

(8)

maka peredaran becak ini akan terancam punah keberadaannya. Karena itu peneliti ingin mengetahui bagaimana strategi adaptasi penarik becak itu sendiri dalam mempertahankan profesinya sebagai penarik becak BSA.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah peneliti paparkan sebelumnya, maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah strategi adaptasi penarik becak (BSA) di Kecamatan Siantar Utara ?

1.3.Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi adaptasi penarik becak dalam mempertahankan profesinya sebagai penarik becak BSA di Kecamatan Siantar Utara.

1.4. Manfaat Penelitian

Setelah mengadakan penelitian ini, diharapkan manfaat penelitian ini berupa:

a. Manfaat Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman, serta sumbangan bagi mahasiswa khususnya mahasiswa sosiologi maupun masyarakat luas guna meningkatkan wawasan serta cakrawala berfikir mereka dan untuk mengembangkan kemampuan dalam penulisan karya ilmiah, juga nantinya diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan

(9)

dibidang sosiologi khususnya mengenai benda cagar budaya becak BSA (Birmingham Small Arm) di Pematang Siantar.

b. Manfaat Praktis

Meningkatkan kemampuan maupun pengetahuan penulis dalam membuat karya tulis ilmiah melalui penelitian ini. Hasil penelitian ini nantinya juga diharapkan dapat menjadikan sumbangan pemikiran bagi pemerintah untuk berkontribusi dalam mempertahankan benda cagar budaya becak BSA yang merupakan ikon bagi Kota Pematang Siantar.

1.5. Defenisi Konsep

1. strategi adaptasi (adaptive strategy) adalah rencana tindakan yang dilakukan manusia baik secara sadar maupun tidak sadar, secara eksplisit maupun implisit dalam merespon berbagai kondisi internal atau eksternal. Strategi adaptasi dalam penelitian ini adalah tindakan yang dilakukan oleh para penarik becak dalam mempertahankan profesinya sebagai penarik becak BSA. Dalam mempertahankan keberadaan becak BSA di Kota Pematang Siantar, para penarik becak mempunyai beberapa hambatan, yaitu keberadaan spare partyang sudah tidak diproduksi lagi, menurunnya tingkat pendapatan akibat tingginya pertumbuhan alat transportasi angkot (angkutan kota), dan banyaknya kolektor yang meminati jenis motor ini. Jadi, para kolektor kerap sekali menawarkan yang cukup tinggi agar para penarik mau menjual BSA miliknya. Menurut UU Nomor 5 Tahun 1992, becak motor

(10)

BSA merupakan salah satu benda cagar budaya yang harus dilestarikan dan dimanfaatkan untuk kemajuan kebudayaan nasional Indonesia.

2. Becak adalah alat untuk mengangkut orang atau barang dalam jumlah kecil, menggunakan dasar sepeda yang dimodifikasi menjadi kendaraan beroda tiga yang dilengkapi dengan kabin penumpang. Becak kemudian dipermodernisasi dengan diperlengkapi motor sebagai penggerak, menjadi becak bermotor. Di Kota Pematang Siantar becak bermotor awalnya menggunakan sepeda motor lama yang ditinggalkan sekutu maupun pengusaha perkebunan dari Eropa seperti Northon, Triumph, BMW, hingga Harley Davidson. Namun semua pengemudi becak Siantar lebih memilih menggunakan motor BSA karena lebih efesien serta mudah perawatannya. Jenis motor BSA yang digunakan rata rata produksi tahun 1941 -1956.

3. Penarik becak merupakan istilah yang diberikan kepada seseorang yang berprofesi sebagai tukang becak, atau dengan kata lain penarik becak adalah orang yang bertugas mengemudikan suatu alat untuk mengangkut orang atau barang dalam jumlah kecil.

4. BSA (Birmingham Small Arms) adalah perusahaan manufaktur yang berdiri pada tahun 1863 yang bertujuan untuk memproduksi peralatan perang Inggris tepatnya di Kota Birmingham. Pada awal berdirinya pabrik ini hanya memproduksi senjata seperti senapan dan pistol. Namun seiring perkembangan waktu, pabrik ini tidak hanya memproduksi senjata, tetapi juga memproduksi alat - alat transportasi yang dapat menunjang operasional prajurit di medan perang seperti sepeda dan sepeda motor. Sebagai perusahan industri yang bergerak di bidang indusri alat perang,

(11)

BSA mensuplai alat - alat perang terutama untuk angkatan perang Inggris Raya. Pada masa perang dunia I dan II, perusahaan BSA banyak mengikat kontrak dengan negara - negara sekutu seperti Inggris, Belanda, Denmark, Prancis, dan Australia. Untuk sepeda motor, tipe yang banyak digunakan angkatan perang berjenis M20 500 cc produksi tahun 1939 - 1941. Namun pada umumnya sepeda motor BSA yang digunakan adalah tipe M 20 buatan tahun 1941 hingga 1948 berkapasitas mesin 500 cc, dan tipe ZB 31 buatan tahun 1950 hingga 1956 berkapasitas mesin 350 cc.

Gambar

Gambar 1.1 Tampilan Motor BSA Tipe M20 dan Motor BSA Tipe ZB31

Referensi

Dokumen terkait

berbasis web. Penggunaan sistem E-Voting mempermudah mahasiswa dalam proses pemilihan karena tidak perlu datang ke kampus, di sisi lain menghemat biaya pelaksanaan

Nawawi dan Marthini (1995:57) mengatakan bahwa keterampilan konseptual adalah kemampuan seorang kepala sekolah dengan melihat sekolah sebagai secara keseluruhan seperti

Daripada mengakses menu Buku telepon dan menggeser melintasi daftar, Anda dapat menautkan kartu nama yang bersangkutan ke tombol cepat, jadi tekanan panjang pada tombol yang

Penanganan terhadap penderita retardasi mental bukan hanya tertuju pada penderita saja, melainkan juga pada orang tuanya. Mengapa demikian? Siapapun orangnya

Dari pembahasan tentang hakikat manusia dan alam di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Ada empat aliran pemikiran yang berkaitan tentang masalah rohani dan

Communication Objective Dari riset penyelenggara pasca event yang dilakukan melalui 60 responden yang mengetahui Klub sepatu roda kota Semarang, sebanyak 43, yang berminat gabung

Pada purnawirawan yang tidak mempersiapkan diri dengan baik dalam menghadapi pensiun, khususnya dalam hal keuangan, maka individu tersebut kerap kali merasakan

Laba operasional tumbuh 22% menjadi Rp 2,9 triliun, ditopang oleh pertumbuhan pada portofolio kredit pada segmen UKM tumbuh 9% menjadi Rp 26,7 triliun, dan portofolio