• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perkembangan Emosi.pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Perkembangan Emosi.pdf"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

1

PERKEMBANGAN EMOSI

MATA KULIAH PERKEMBANGAN PESRTA DIDIK

PENYUSUN

SITI MAZAJIAH

Prodi : Matematika

DOSEN : SAPARI, S. Pd,. M.Pd,

STKIP BANTEN

2015/2016

(2)

2

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur ke Hadirat Allah SWT, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Shalawat berangkaikan salam teruntuk Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat dari zaman kebodohan hingga berilmu pengetahuan seperti saat ini. Dalam makalah ini penulis akan membahas mengenai peranan bakat dalam proses belajar mengajar.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu penulis mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian dalam memahami perkembangan emosi dan penerapannya dalam pembelajaran.

Tangerang, 5 Agustus 2016

(3)

3

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Perasaaan dan emosi adalah bagian dari keseluruhan aspek psikis manusia. Sebagai fungsi psikis perasaan dan emosi mempunyai pengaruh terhadap fungsi psikis yang lain seperti, pengamatan, tanggapan, pemikiran, dan kemauan. Emosi adalah perasaan intens yang ditujukan kepada seseorang atau sesuatu. Emosi adalah reaksi terhadap seseorang atau kejadian. Emosi dapat ditunjukkan ketika merasa senang mengenai sesuatu, marah kepada seseorang, ataupun takut terhadap sesuatu. Emosi dibagi menjadi dua yaitu, emosi negatif dan emosi positif. Emosi tersebut akan terlihat dari pengalaman, pengamatan, dan tanggapannya.

Emosi manusia mengalami perkembangan yang dimulai sejak lahir hingga dewasa. Dengan bertambahnya usia anak, reaksi emosinya pun akan semakin beragam. Tak sulit bagi orang tua untuk mengenali berbagai reaksi emosi anak ini. Tapi, yang paling penting adalah menyikapi emosi anak dengan tepat.

pada makalah ini akan dibahas mengenai pengertian emosi dan fase-fase emosi pada peserta didik mulai dari usia pra sekolah sampai pada usia remaja.

A. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah pengertian dari emosi dan klasifikasinya ?

2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi peserta didik ?

3. Bagaimana fase-fase perkembangan emosi peserta didik ?

B. Tujuan

1.

Mengetahui pengertian dari emosi dan klasifikasinya.

2.

Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi peserta didik.

(4)

4

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Emosi dan Klasifikasinya

Emosi adalah perasaan intens yang ditujukan kepada seseorang atau sesuatu. Emosi adalah reaksi terhadap seseorang atau kejadian. Emosi dapat ditunjukkan ketika merasa senang mengenai sesuatu, marah kepada seseorang, ataupun takut terhadap sesuatu. Kata "emosi" diturunkan dari kata bahasa Perancis,emotion,

dari emouvoir, 'kegembiraan' dari bahasa Latin emovere, dari e- (varian eks-)

'luar' dan movere'bergerak'. Kebanyakan ahli yakin bahwa emosi lebih cepat

berlalu daripada suasana hati. Sebagai contoh, bila seseorang bersikap kasar, manusia akan merasa marah. Perasaan intens kemarahan tersebut mungkin datang dan pergi dengan cukup cepat tetapi ketika sedang dalam suasana hati yang buruk, seseorang dapat merasa tidak enak untuk beberapa jam.

Terdapat aspek emosi yang fundamental yang harus dipertimbangkan, diantaranya:

a. Biologis emosi

Semua emosi berasal dari sistem limbik otak yang kira-kira berukuran sebesar sebuah kacang walnut dan terletak di batang otak. Orang-orang cenderung merasa bahagia ketika sistem limbik mereka secara relatif tidak aktif. Sistem limbik orang tidaklah sama. Sistem limbik yang lebih aktif terdapat pada orang-orang yang depresi, khususnya ketika mereka memperoleh informasi negatif.

b. Intensitas

Setiap orang memberikan respon yang berbeda-beda terhadap rangsangan pemicu emosi yang sama. Dalam sejumlah kasus, kepribadian menjadi penyebab perbedaan tersebut. Pada saat lain, perbedaan tersebut timbul sebagai hasil dari persyaratan-persyaratan pekerjaan.

(5)

5 Suksesnya pemenuhan tuntutan emosional seorang karyawan dari suatu pekerjaan tidak hanya bergantung pada emosi-emosi yang harus ditampilkan dan intensitasnya tetapi juga pada seberapa sering dan lamanya mereka berusaha menampilkannya.

d. Rasionalitas dan emosi

Emosi adalah penting terhadap pemikiran rasional karena emosi memberikan informasipenting mengenai pemahaman terhadap dunia sekitar. Dalam suatu organisasi, kunci pengambilan keputusan yang baik adalah menerapkan pemikiran dan perasaan dalam suatu keputusan.

e. Fungsi emosi

Dalam ”The Expression of the Emotions in Man and Animals”, Charles Darwinmenyatakan bahwa emosi berkembang seiring waktu untuk membantu manusia memecahkan masalah. Emosi sangat berguna karena ‘memotivasi’ orang untuk terlibat dalam tindakan penting agar data bertahan hidup –tindakan-tindakan seperti mengumpulkan makanan, mencari tempat berlindung, memilih pasangan, menjaga diri terhadap pemangsa, dan memprediksi perilaku. Emosi sangat berpengaruh terhadap tingkah laku manusia.

Salah satu cara mengklasifikasikan emosi adalah berdasarkan apakah emosi tersebut positif atau negatif. Emosi-emosi positif -seperti rasa gembira dan rasa syukur- mengekspresikan sebuah evaluasi atau perasaan menguntungkan, sedangkan emosi-emosi negatif -seperti rasa marah atau rasa bersalah- mengekspresikan sebaliknya. Emosi tidak dapat netral, karena menjadi netral berarti menjadi non emosional.

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi Peserta Didik

Sejumlah penelitian tentang emosi anak menunjukkan bahwa perkembangan emosi mereka bergantung kepada faktor kematangan dan faktor belajar (Hurlock, 2002: 154). Reaksi emosional yang tidak muncul pada awal kehidupan tidak berarti tidak ada, reaksi tersebut mungkin akan muncul

(6)

6 dikemudian hari, dengan berfungsinya sistem endokrin. Kematangan dan belajar terjalin erat satu sama lainnya dalam mempengaruhi perkembangan emosi.

Untuk mencapai kematangan emosi, remaja harus belajar memperoleh gambaran tentang situasi yang dapat menimbulkan reaksi emosional. Adapun caranya adalah dengan membicarakan pelbagai masalah pribadinya dengan orang lain. Keterbukaan, perasaan dan masalah pribadi dipengaruhi sebagian oleh rasa aman dalam hubungan sosial dan sebagian oleh tingkat kesukaannya pada “orang sasaran” (Hurlock, 2002:213).

Metode belajar yang menunjang perkembangan emosi antara lain : 1. Belajar dengan coba-coba.

2. Belajar dengan cara meniru.

3. Belajar dengan cara mempersamakan diri (learning by identification). 4. Belajar melalui pengkondisian.

5. Belajar dibawah bimbingan dan pengawasan, terbatas pada aspek reaksi (Sunarto, 2002)

Beberapa ahli psikologi menyebutkan adanya beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan kematangan emosi seseorang (Astuti, 2005), yaitu:

1. Pola Asuh Orangtua

Pola asuh orang tua terhadap anak bervariasi. Ada yang pola asuhnya menurut apa yang dianggap terbaik oleh dirinya sendiri saja, sehingga ada yang bersifat otoriter, memanjakan anak, acuh tak acuh, tetapi ada juga dengan penuh cinta kasih. Perbedaan pola asuh dari orang tua seperti ini dapat berpengaruh terhadap perbedaan perkembangan emosi peserta didik.

Keluarga merupakan lembaga pertama dan utama dalam kehidupan anak, tempat belajar dan menyatakan diri sebagai mahluk sosial, karena keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama tempat anak dapat berinteraksi. Dari pengalamannya berinteraksi di dalam keluarga ini akan menentukan pula pola perilaku anak tehadap orang lain dalam lingkungannya. Dalam pembentukan kepribadian seorang anak, keluarga mempunyai pengaruh yang besar. Banyak faktor dalam keluarga yang ikut berpengaruh dalam perkembangan kepribadian

(7)

7 seorang anak, salah satu faktor tersebut adalah pola asuh orangtua (Tarmudji, 2001).

Pengasuhan ini berarti orangtua mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan serta melindungi anak sesuai dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat (Tarmudji, 2001). Dimana suatu tugas tersebut berkaitan dengan mengarahkan anak menjadi mandiri di masa dewasanya baik secara fisik maupun psikologis (Andayani dan Koentjoro, 2004).

Menurut Goleman (2002) cara orang tua memperlakukan anak-anaknya akan memberikan akibat yang mendalam dan permanen pada kehidupan anak. Goleman (2002) juga menemukan bahwa pasangan yang secara emosional lebih terampil merupakan pasangan yang paling berhasil dalam membantu anak-anak mereka mengalami perubahan emosi. Pendidikan emosi ini dimulai pada saat-saat paling awal dalam rentang kehidupan manusia, yaitu pada masa bayi. Idealnya orangtua akan mengambil bagian dalam pendewasaan anak-anak karena dari kedua orangtua anak akan belajar mandiri melalui proses belajar sosial dengan modelling (Andayani dan Koentjoro, 2004).

2. Pengalaman Traumatik

Kejadian-kejadian traumatis masa lalu dapat mempengaruhi perkembangan emosi seseorang, dampaknya jejak rasa takut dan sikap terlalu waspada yang ditimbulkan dapat berlangsung seumur hidup. Kejadian-kejadian traumatis tersebut dapat bersumber dari lingkungan keluarga ataupun lingkungan di luar keluarga (Astuti, 2005).

3. Temperamen

Temperamen dapat didefinisikan sebagai suasana hati yang mencirikan kehidupan emosional kita. Hingga tahap tertentu masing- masing individu memiliki kisaran emosi sendiri-sendiri, temperamen merupakan bawaan sejak lahir, dan merupakan bagian dari genetik yang mempunyai kekuatan hebat dalam rentang kehidupan manusia (Astuti, 2005).

Rasa takut dan marah dapat menyebabkan seorang gemetar. Dalam ketakutan, mulut menjadi kering, cepatnya jantung berdetak, derasnya aliran darah, sistem pencernaan mungkin berubah selama permunculan emosi.

(8)

8 Keadaan emosi yang menyenangkan dan relaks berfungsi sebagai alat pembantu untuk mencerna, sedangkan perasaan tidak enak menghambat pencernaan. Gangguan emosi dapat menjadi penyebab kesulitan berbicara. Hambatan-hambatan dalam berbicara tertentu telah ditemukan bahwa tidak disebabkan oleh kelainan dalam organ berbicara. Ketegangan emosional yang cukup lama mungkin menyebabkan seseorang menjadi gagap.

Sikap takut, malu-malu merupakan akibat dari ketegangan emosi dan dapat muncul dengan hadirnya individu tertentu. Karena reaksi kita yang berbeda-beda terhadap setiap orang yang kita jumpai, maka jika kita merespon dengan cara yang sangat khusus terhadap hadirnya individu tertentu akan

merangsang timbulnya emosi tertentu.

Suasana emosional yang penuh tekanan di dalam keluarga berdampak negatif terhadap perkembangan remaja. Sebaliknya suasana penuh kasih sayang, ramah, dan bersahabat amat mendukung pertumbuhan remaja menjadi manusia yang bertanggung jawab terhadap keluarga. Dengan demikian dialog antara orang tua dengan remaja sering terjadi. Dalam dialog tersebut mereka akan mengungkapkan keresahan, tekanan batin, cita-cita, keinginan, dan sebagainya. Akhirnya jiwa remaja akan makin tenang. Jika demikian maka remaja akan mudah diajak untuk bekerja sama dalam rangka mengajukan dirinya dibidang pendidikan dan karir (Willis,2005).

4. Jenis Kelamin

Perbedaan jenis kelamin memiliki pengaruh yang berkaitan dengan adanya perbedaan hormonal antara laki- laki dan perempuan, peran jenis maupun tuntutan sosial yang berpengaruh pula terhadap adanya perbedaan karakteristik emosi diantara keduanya (Astuti, 2005).

5. Usia

Perkembangan kematangan emosi yang dimiliki seseorang sejalan dengan pertambahan usianya. Hal ini dikarenakan kematangan emosi dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan dan kematangan fisiologis seseorang. Ketika usia semakin tua, kadar hormonal dalam tubuh turut berkurang, sehingga mengakibatkan penurunan pengaruhnya terhadap kondisi emosi (Moloney,

(9)

9 dalam Puspitasari Nuryoto 2001). Namun demikian, dalam hal ini tidak menutup kemungkinan seseorang yang sudah tua, kondisi emosinya masih seperti orang muda yang cenderung meledak- ledak. Hal tersebut dapat diakibatkan karena adanya kelainan- kelainan di dalam tubuhnya, khususnya kelainan anggota fisik. Kelainan yang tersebut dapat terjadi akibat dari pengaruh makanan yang banyak merangsang terbentuknya kadar hormonal.

6. Perubahan jasmani

Perubahan jasmani ditunjukkan dengan adanya pertumbuhan yang sangat cepat dari anggota tubuh. Pada taraf permulaan petumbuhan ini hanya terbatas pada bagian-bagian tertentu saja yang mengakibatkan postur tubuh menjadi tidak seimbang. Ketidak seimbangan tubuh ini sering mempunyai akibat yang tidak terduga pada perkembangan emosi peserta didik. Tidak setiap peserta didik dapat menerima perubahan kondisi tubuh seperti ini, lebih-lebih perubahan tersebut menyangkut perubahan kulit yang menjadi kasar dan penuh jerawat. Hormone-hormon tertentu mulai berfungsi sejalan dengan perkembangan alat kelaminnya sehingga dapat menyebabkan rangsangan di dalam tubuh peserta didik dan seringkali menimbulkan masalah dalam perkembangan emosinya.

7. Perubahan Interaksi dengan Teman Sebaya

Peserta didik sering kali membangun interaksi sesame teman sebayanya secara khas dengan cara berkumpul untuk melakukan aktivitas bersama dengan membentuk emacam geng. Interaksi antar anggotanya dalam suatu kelompok geng biasanya sangat intens serta memiliki kohesivitas dan solidaritas yang sangat tinggi. Fakor yang sering menimbulkan masalah emosi pada masa ini adalah hubungan cinta dengan teman lawan jenis. Gejala ini sebenarnya sehat bagi peserta didik, tetapi tidak jarang menimbulkan konflik atau gangguan emosi pada mereka jika tidak diikuti dengan bimbingan dari orang tua atau orang yang lebih dewasa.

8. Perubahan Pandangan Luar

Ada sejumlah perubahan pandangan dunia luar yang dapat menyebabkan konflik-konflik emosional dalam diri peserta didik, yaitu:

(10)

10 b. Dunia luar atau masyarakat masih menerapkan nilai-nilai yang berbeda

untuk peserta didik laki-laki dan perempuan.

c. Seringkali kekosongan peserta didik dimamfaatkan oleh pihak luar yang tidak bertanggung jawab.

9. Perubahan Interaksi dengan Sekolah

Sekolah merupakan tempat pendidikan yang sangat diidealkan oleh pererta didik. Para guru merupakan tokoh yang sangat penting dalam kehidupan mereka karena selain tokoh intelektual, guru juga merupakan tokoh otoritas bagi para peserta didiknya. Oleh karena itu tidak jarang anak-anak lebih percaya, lebih patuh, bahkan lebih takut kepada guru daripada kepada orang tuanya. Posisi guru disini amat strategis apabila digunakan untuk pengembangan emosi anak melalui penyampaian materi-materi yang positif dan konstruktif..

C. Fase-Fase Perkembangan Emosi Peserta Didik

Fase-fase perkembangan emosi berjalan konstan, kecuali pada masa remaja awal (13-14 tahun) dan remaja tengah (15-16 tahun) pada masa remaja awal ditandai oleh rasa optimisme dan keceriaan dalam hidupnya, diselingi rasa bingung menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi dalam dirinya. Pada masa remaja tengah rasa senang datang silih berganti dengan rasa duka, kegembiraan berganti dengan kesedihan, rasa akrab bertukar dengan kerenggangan dan permusuhan. Gejolak ini berakhir pada masa remaja akhir

(18– 21tahun).

Pada masa remaja tengah anak terombang-ambing dalam sikap mendua (ambivalensi) maka pada masa remaja akhir anak telah memiliki pendirian, sikap yang relatif mapan. Mencapai kematangan emosial merupakan tugas yang sulit bagi remaja. Proses pencapaiannya sangat dipengaruhi oleh kondisi sosio-emosional lingkungannya, terutama lingkungan-lingkungan keluarga dan teman sebaya. Apabila lingkungan tersebut kondusif maka akan cenderung dapat mencapai kematangan emosional yang baik, seperti adolesensi emosi (cinta, kasih, simpati, senang menolong orang lain, hormat dan menghargai orang lain, ramah) mengendalikan emosi (tidak mudah tersinggung, tidak agresif, optimis dan dapat menghadapi situasi frustasi secara wajar). Tapi sebaliknya, jika

(11)

11 seorang remaja kurang perhatian dan kasih sayang dari orang tua atau pengakuan dari teman sebaya, maka cenderung mengalami perasaan tertekan atau ketidaknyamanan emosional, sehingga remaja bisa berealisi agresif (melawan, keras kepala, bertengkar, berkelahi, senang mengganggu) dan melarikan diri dari kenyataan (melamun, pendiam, senang menyendiri, meminum miras dan narkoba).

1. Perkembangan Emosi Peserta Didik Usia Pra sekolah

Perkembangan emosional anak usia pra sekolah dapat digambarkan bahwa seiring perkembangan fisik juga diikuti oleh perkembangan emosional dimana respon emosional makin banyak berkaitan dengan situasi sosial (orang dilingkungan) dan rangsangan yang simbolis atau abstrak. Pada masa ini anak kelihatan berperilaku agresif, memberontak, menentang keinginan orang lain, khususnya orang tua. Pada usia ini sikap menentang bisa berubah kembali bila orang tua, pendidik menunjukkkan sikap konsisten dalam memperlihatkan kewibawaan dan peraturan yang telah ditetapkan. Setelah berhasil secara tegas mempertahankan kewibawaan dengan berpegang teguh pada patokan perilaku tertentu, pada anak akan terjadi internalisasi nilai dengan tolak ukur orang tua dan selanjutnya bisa terjadi proses identifikasi. Pada anak akan terlihat ada kemiripan dengan orang tua dalam hal tertentu.

Peran jenis juga diperoleh melalui proses identifikasi. Proses identifikasi adalah proses mengambil sifat, sikap, pandangan orang laindan dijadikan sifat, sikap, padangan sendiri. Sifat mau menunjukkan kehendaknya dan diturutinya keinginannya bisa terpupuk sehingga pada akhirnya anak sulit dikendalikan. Dengan sikap konsisten orang tua menolak keinginan atau permintaan anak yang tidak baik untuk dipenuhi, melarang perbuatan-perbuatan yang tidak boleh dilakukan dan sebaliknya menunjukkan sikap menyenangi perilaku yang baik. Perilaku ngadat, ngambek, mogok, merupakan permulaan dari munculnya kesadaran diri masa balita. Masa balita perlu diperhatikan agar tidak menumbuhkan sikap emosi, marah maupun sikap masa bodoh pada orang tua.

(12)

12 Perilaku anak balita bisa menyebabkan sikap menolak terhadap anak pada orang tua hal mana bisa berakibat menghambat perkembangan kepribadian anak. Pada masa ini orang tua, pendidik harus tetap berusaha melihat tujuan pendidikan yakni mengembangkan kepribadian anak dan membentuk perilakuknya sesuai dengan gambaran yang dicita-citakannya. Pada masa ini, anak juga belajar menyatakan diri dan emosinya, mulai timbul rasa malu, takut, sedih, bermusuhan, bersalah bahkan iri dan cemburu. Bermacam-macam rasa takut terbentuk berkaitan dengan situasi, bunyi-bunyian, binatang, setan dan kemungkinan kehilangan rasa aman. Takut yang tidak wajar bisa diatasi dengan sikap orang tua dan pendidik yang memberi rasa aman dan terlindung.

Secara garis besar perilaku dan perkembangan emosional anak adalah sebagai berikut :

a. Takut

Usia Pra Sekolah (3-5 tahun) merupakan usia yang temperamental bagi anak. Rasa Takut muncul dari apa saja yang mengancam ataupun dari hal-hal yang tidak biasa. Dengan meningkatnya kesadaran diri seorang anak, anak mudah untuk takut. Rasa Takut muncul pada kebanyakan anak usia empat atau lima tahun dari cerita-cerita tentang hantu, tempat-tempat yang berbahaya dan seram, penculikan, kecelakaan dan kematian. Televisi juga memberi andil pada peningkatan rasa takut pada usia ini.

b. Marah

Marah seringkali terjadi pada usia kanak-kanak pertama. Setipa hal yang mengurangi rasa senang anak, konflik dan frustasi merupakan sumber rasa marah anak.

c. Emosi, Iri dan Cemburu

Emosi, iri dan cemburu juga sering muncul pada usia tiga-empat tahun. Hal ini timbul karena anak tidak memiliki hal-hal yang dimiliki oleh teman sebayanya. Bisa terjadi juga karena setiap anak menginginkan mendapat perhatian dan afeksi.

(13)

13 Rasa ingin tahu merupakan kondisi emosional yang baik dari anak. Ada dorongan pada anak untuk mengeksplorasi dan belajar hal-hal yang baru. Usia tiga tahun, anak mulai banyak bertanya dan mencapai puncaknya pada usia sekitar 6 tahun. Untuk itu, usia 3-6 tahun disebut pula sebagai Questioning Age.

2. Perkembangan Emosi Peserta Didik Usia Sekolah Dasar

Emosi memainkan peran yang sangat penting dalam kehidupan seseorang, oleh sebab itu, perlu kiranya untuk mengetahui bagaimana perkembangan dan dan pengaruh emosi terhadap penyesuaian pribadi dan sosial. Sulit untuk mempelajari emosi anak-anak, karena informasi tentang aspek emosi yang subjektif hanya dapat diperoleh dengan cara instropeksi, sedangkan anak-anak tidak dapat menggunakan cara tersebut dengan baik karena mereka masih berusia sangat muda.

Menuruthurlock (1998) pola-pola emosi yang belum terjadi pada masa anak-kanak adalah :

a. Takut

Sumber ketakutan pada masa kanak-kanak adalah bahaya yang fantastik. Pada anak yang lebih tua, ketakutan bersumber dari diri sendiri atau status, misalnya anak takut dicemooh atau dipandang rendah oleh orang lain.

b. Malu

Malu adalah bentuk ketakutan yang ditandai dengan penarikan diri dari hubungan dengan orang lain yang tidak dikenal atau jarang berjumpa. Perasaan ini timbul karena adanya keraguan tentang reaksi orang lain terhadap mereka., misalnya malu bila ditertawakan atau diejek. Situasi yang mungkin menimbulkan rasa malu misalnya, kedatangan tamu di rumah, sekolah baru, guru baru, dan sebagainya. Ekspresi malu pada anak usia sekolah misalnya, muka merah, gugup, menolehkan wajah ke arah lain, dan sebagainya.

(14)

14 Rasa canggung timbul karena perasaan ragu akan penilaian orang lain terhadap perilaku atau diri seseorang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa canggung timbul karena keadaan khawatir yang menyangkut kesadaran diri. Setelah anak mampu memahami tuntutan atau standar tingkah laku yang ditetapkan lingkungan, biasanya akan muncul rasa canggung apabila dirinya merasa tidak mampu memenuhi standar tersebut. Itulah sebabnya, rasa canggung muncul pada anak mulai usia 5-6 th, di mana anak sudah memiliki kemampuan menilai situasi sosial.

d. Khawatir

Rasa khawatir adalah bentuk ketakutan terhadap sesuatu yang tidak nyata, seperti khayalan ketakutan atau gelisah tanpa alasan. Perasaan ini muncul karena anak membayangkan kondisi buruk yang akan terjadi. Sumber kekhawatiran anak adalah rumah, seklah dan hubungan dengan teman sebayanya. Misalnya khawatir jika mendapat nilai jelek, dan sebagainya.

e. Marah

Banyak kejadian yangyang dapat mencetuskan perasaan marah. Ekspresi kemarahan ada 2, yaitu impulsif dan ditekan. Reaksi impulsif disebut juga agresi dapat berupa serangan fisik atau verbal. Sedangkan reaksi yang ditekan menunjukkan bahwa anak mengendalikan kemarahannya. Contoh hal yang menyebabkan kemarahan pada anak adalah dicemoohkan, dilalaikan, dan sebagainya.

f. Cemburu

Reaksi cemburu sangat beragam, bergantung pada situasi. Secara umum, ada 2 reaksi yaitu langsung dan tidak langsung. Reaksi langsung dapat berupa tindak agresi seperti menggigit, memukul mencela, dll. Sedangkan reaksi tidak langsung misalnya, sedih.

g. Duka cita

Duka cita adalah trauma psikis, suatu kesengsaraan emosionalyang disebabkan oleh hilangnya sesuatu yang dicintai.

(15)

15 Rasa ingin tahu ditandai dengan sikap positif terhadap hal-hal yang baru, kebutuhan untuk mengetahui diri sendiri dan lingkungan, suka mengamat, serta tekun memeriksa sesuatu.

i. Gembira

Gembira adalah emosi positif atau emosi yang menyenangkan.

j. Kasih sayang

Kasih sayang adalah reaksi emosional berupa perhatian hangat terhadap seseorang, binatang atau benda.

3. Perkembangan Emosi Peserta Didik Usia Remaja (SMP/SMA)

Masa remaja atau masa adolensia merupakan masa peralihan atau masa

transisi antara masa anak ke masa dewasa. Pada masa ini individu mengalami perkembangan yang pesat mencapai kematangan fisik, sosial, dan emosi. Pada masa ini dipercaya merupakan masa yang sulit, baik bagi remaja sendiri maupun bagi keluarga dan lingkungannya. Perubahan-perubahan fisik yang dialami remaja juga menyebabkan adanya perubahan psikologis. Hurlock (1973: 17) disebut sebagai periode heightened emotionality, yaitu suatu keadaan dimana

kondisi emosi tampak lebih tinggi atau tampak lebih intens dibandingkan dengan keadaan normal. Emosi yang tinggi dapat termanifestasikan dalam berbagai bentuk tingkah laku seperti bingung, emosi berkobar-kobar atau mudah meledak, bertengkar, tak bergairah, pemalas, membentuk mekanisme pertahanan diri. Emosi yang tinggi ini tidak berlangsung terus-menerus selama masa remaja. Dengan bertambahnya umur maka emosi yang tinggi akan mulai mereda atau menuju kondisi yang stabil.

Faktor-faktor yang mempengaruhi emosi pada usia remaja :

1. Perubahan Fisik/Jasmani

Perubahan atau pertumbuhan yang berlangsung cepat selama masa puber menyebabkan keadaan tubuh menjadi tidak seimbang. Ketidakseimbangan ini mempengaruhi kondisi prikis remaja. Tidak setiap remaja siap menerima perubahan yang dialami, karena tidak semuanya menguntungkan. Terutama

(16)

16 perubahan tersebut mempengaruhi penampilannya. Hal ini menyebabkan rangsangan didalam tubuh remaja yang sering kali menimbulkan masalah dalam perkembangan psikisnya, khususnya perkembangan emosinya.

2. Perubahan dalam Hubungan dengan Orang Tua

Orang tua yang mendidik anaknya yang sedang beranjak dewasa dengan cara apa yang dianggap baik oleh orang tua, misal cara yang otoriter, penerapan disiplin yang terlalu kaku, terlalu mengekang dapat menimbulkan ketegangan antara orang tua dan anak, yang akan mempengaruhi perkembangan emosinya. Kemudian jika penerapan hukuman dilakukan dengan cara yang tidak bijak dapat menyebabkan ketegangan yang lebih berat sehingga dapat menimbulkan pemberontakan pula, karena pada dasarnya ada kecenderungan remaja untuk melepas diri dari orang tua.

3. Perubahan Hubungan dengan Teman

Pada awal remaja biasanya mereka suka membentuk gang yang biasanya pula memiliki tujuan yang positif untuk memenuhi minat bersama mereka, namun jika diteruskan pada masa remaja tengah atau remaja akhir para anggota mungkin membutuhkannya untuk melawan otoritas atau untuk melakukan yang tidak baik. Yang paling sering mendatangkan masalah adalah hubungan percintaan antar lawan jenis dikalangan remaja. Percintaan dikalangan remaja juga terkadang manimbulkan konflik dengan orang tua, karena ada kekhawatiran dari pihak orang tua kalau terjadi hal-hal yang diluar batas sehingga mereka melarang anaknya pacaran.

4. Perubahan dengan Hubungan Sekolah

Menginjak remaja mungkin mereka mulai menyadari betapa pentingnya pendidikan untuk kehidupan dimasa mendatang. Hal ini sedikit banyak dapat menyebabkan kecemasan sendiri bagi remaja. Lebih lanjut berkaitan dengan apa yang akan mereka lakukan setelah lulus.

Selain hal-hal yang telah disebutkan diatas, kiranya masih banyak faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi remaja atau peserta didik. Namun dari yang telah diuraikan diatas rasanya telah cukup banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi remaja.

(17)

17

BAB III PENUTUP

A. Simpulan

Dari pembahasan isi makalah yang telah diuraikan, maka dapat diambil kesimpulan mengenai perkembangan emosi yang dominan terjadi pada peserta didik usia remaja. Faktor-faktor yang mempengaruhi hal demikian adalah karena faktor perubahan fisik, perubahan hubungan dengan orang tua, perubahan hubungan dengan teman, perubahan hubungan dengan sekolah, dan sebenarnya masih banyak perubahan lain yang mempengaruhi perkembangan emosi peserta didik. Namun, beberapa faktor yang sudah diuraikan rasanya telah cukup banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi remaja.

Pembahasan isi masalah makalah juga dapat menyimpulkan kesimpulan mengenai emosi. Kepribadian memberi kecenderungan kepada orang untuk mengalami suasana hati dan emosi tertentu, contohnya beberapa orang merasa bersalah dan merasakan kemarahan dengan lebih mudah dibandingkan orang lain, sedangkan orang lain mungkin merasa tenang dan rileks dalam situasi apa pun. Intinya, beberapa orang memiliki kecenderungan untuk memiliki emosi apa pun secara lebih intens atau memiliki intensitas afek (perbedaan individual dalam kekuatan di mana individu-individu mengalami emosi mereka) tinggi.

Referensi

Dokumen terkait

rebus air hingga mendidih, masukkan gula merah, gula pasir, garam, jahe, kencur yg sudah dicuci, asam jawa, daun pandan, masak hingga gula larut aduk aduk, matikan api.. pisahkan

Struktur ekonomi suatu daerah dapat terlihat dari distribusi sektoral masing-masing lapangan usaha. Kontribusi suatu sektor dalam menghasilkan Produk Domestik Regional Bruto

Hasil pengujian dengan metode implementasi Fuzzy ANFIS untuk mengetahui kebutuhan konsumsi bahan bakar pada setiap pelayaran kapal penangkap ikan di pesisir madura

Semua pihak berkaitan adalah diminta memastikan bahawa perkara-perkara (2.3) berikut dipatuhi:.. 2.3 Tugas Admin (SUP)

The PV hybrid systems has been installed in the University with the capacity of 1 kWp photovoltaic array, 24 kWh VRLA battery bank,10 kVA Hybrid Power Conditioner

Karena etika ialah suatu studi mengenai yang benar dan yang salah dan pilihan moral yang dilakukan seseorang.Keputusan etika ialah suatu hal yang benar mengenai

Misalnya promosi pada bulan April dengan menurunkan harga jual menjadi $39, mengakibatkan peningkatan penjualan 10% pada bulan April, dan forward buying sebesar 20% dari permintaan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMISKINAN MASYARAKAT NELAYAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu..