SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Batusangkar untuk Memenuhi Syarat guna Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan dalam Bidang
Pendidikan Fisika
oleh: ROVISA TFIS14107035
JURUSAN TADRIS FISIKA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
BATUSANGKAR 2019
MIA MAN 2 Tanah Datar”, Jurusan Tadris Fisika Fakultas Tarbiyah dan
Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar 2019. Pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher center) saat ini masih dilaksanakan di MAN 2 Tanah Datar. Akibatnya peserta didik menjadi tidak berperan aktif dalam proses pembelajaran di kelas. Hal ini terlihat dari model pembelajaran yang digunakan guru cenderung masih menggunakan model pembelajaran ekspositori. Selain itu, dalam penilaian guru hanya menfokuskan pada nilai ujian saja, hal ini terlihat dari rendahnya nilai keterampilan proses sains peserta didik pada materi elastisitas dan hukum hooke. Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti mencoba memberikan solusi untuk menyikapi permasalahan tersebut dengan menerapkan model pembelajaran PBL (Problem Based Learning) berbantuan LKPD yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan proses sains pada materi elastisitas dan hukum hooke peserta didik di kelas XI MIA MAN 2 Tanah Datar.
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu, dengan rancangan penelitian yaitu Posttest Only Control Group Design. Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas XI MIA MAN 2 Tanah Datar terdiri dari tiga kelas dengan jumlah populasi 104 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Random Sampling, sampel yang terpilih adalah kelas XI MIA 2 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI MIA 3 sebagai kelas kontrol. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan lembar observasi dan laporan proyek. Pengolahan data dilakukan dengan cara uji statistik yang terdiri dari uji normalitas sampel, uji homogenitas sampel, dan uji hipotesis dengan uji-t.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa, hasil kemampuan keterampilan proses sains peserta didik pada kelas eksperimen diperoleh nilai sebesar 79,18 sedangkan pada kelas kontrol diperoleh nilai sebesar 69,42. Uji hipotesis yang dilakukan dengan uji-t dari perhitungan diperoleh thitung sebesar 4,76 dan ttabelpada taraf nyata α adalah 0,05 sebesar 1.66792, karena thitung> ttabel maka hipotesis diterima. Jadi, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh pada keterampilan proses sains peserta didik yang menerapkan model pembelajaran PBL (Problem Based Learning) berbantuan LKPD namun tidak terdapat pengaruh pada keterampilan proses sains peserta didik yang menerapkan model pembelajaran ekspositori di kelas XI MIA MAN 2 Tanah Datar.
v
SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Pengaruh Model Pembelajaran PBL
(Problem Based Learning) Berbantuan LKPD terhadap Keterampilan Proses Sains Peserta Didik pada Materi Elastisitas dan Hukum Hooke di Kelas XI MIA MAN 2 Tanah Datar”. Selanjutnya shalawat beserta salam dimohonkan kepada Allah SWT semoga selalu tercurah pada junjungan umat, yaitu Nabi Muhammad SAW,Allahumma Shali ‘Ala Muhammad Wa’ala Ali Muhammad.
Skripsi ini ditulis untuk melengkapi syarat-syarat dan tugas untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada jurusan Tadris Fisika, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN)Batusangkar. Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis mendapatkan bantuan baik moril maupun materil dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ibu Sri Maiyena M.Sc selaku Pembimbing yang telah memberikan banyak
bantuan, bimbingan dan saran kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Dr. Marjoni Imamora M.Sc dan Ibu Novia Lizelwati, M.Pfis selaku Penguji I dan Penguji II yang telah memberi bimbingan dan saran kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
3. Ketua jurusan Tadris Fisika ibu Venny Haris M.Si, yang telah memberikan segala fasilitas kepada penulis dan yang telah membimbing dan memberikan saran kepada penulis selaku Penasehat Akademik sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Rektor IAIN Batusangkar Bapak Dr. Kasmuri, M.A, yang telah memberikan segala fasilitas kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
penelitian.
7. Tercinta kepada kedua orang tua penulis, kakak dan adik tersayang yang
selalu memberikan dukungan dan semangat kepada penulis, serta do’a beliau
yang membuat penulis bisa seperti sekarang ini, dan bisa menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik.
8. Rekan–rekan Mahasiswa-mahasiswi Jurusan Tadris Fisika IAIN Batusangkar yang telah memberikan berbagai bantuan.
9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga semua bantuan dan bimbingan yang telah diberikan menjadi amal di sisi Allah SWT. Aminn.
Semoga bantuan dan bimbingan Bapak/Ibu/rekan-rekan menjadi amal kebaikan dan mendapat balasan dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat mencapai kesempurnaan yang diharapkan. Amin ya
Rabbal’alamin.
Batusangkar, Oktober 2019 Penulis
Rovisa
vii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii
BIODATA PENULIS... iv
KATA PERSEMBAHAN ... v
ABSTRAK ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 9 C. Batasan Masalah... 9 D. Perumusan Masalah ... 9 E. Tujuan Penelitian ... 9 F. Manfaat Penelitian ... 10 G. Definisi Operasional... 10
BAB II: KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Toeri ... 13
1. Hakikat Pembelajaran ... 13
2. Hakikat Pembelajaran Fisika... 14
3. Model Pembelajaran Problem Based Learning ... 15
4. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)... 21
5. Materi Ajar Penelitian ... 22
6. Model Pembelajaran Ekspositori... 28
7. Keterampilan Proses Sains ... 30
A. Jenis Penelitian... 35
B. Rancangan Penelitian ... 35
C. Variabel dan Data... 36
D. Populasi dan Sampel ... 37
E. Prosedur Penelitian... 42
F. Instrumen Penelitian... 48
G. Teknik Analisis data... 51
BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 58 B. Analisis data ... 60 C. Pembahasan ... 62 BAB V: PENUTUP A. Kesimpulan... 69 B. Saran... 69 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
ix
Ajaran 208/2019 ... 5
Tabel 2.1 Sintaks atau Langkah-langkah PBL... 20
Tabel 2.2 Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi ... 23
Tabel 2.3 Modulus Elastis Berbagai Zat ... 25
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian... 35
Tabel 3.2 Jumlah Peserta Didik XI MIA ... 37
Tabel 3.3 Hasil Uji Normalitas Populasi Kelas XI MIA ... 39
Tabel 3.4 Daftar Analisis Variansi... 41
Tabel 3.5 Uji Kesamaan Rata-rata ... 42
Tabel 3.6 Jadwal Pelaksanaan Penelitian... 43
Tabel 3.7 Kegiatan Pembelajaran ... 44
Tabel 3.8 Lembar Observasi Keterampilan Proses Sains ... 49
Tabel 3.9 Lembar Penilaian Laporan Proyek... 50
Tabel 3.10 Kriteria Penilaian ... 52
Tabel 3.11 Hasil Uji Normalitas Kelas Sampel ... 54
Tabel 4.1. Hasil Keterampilan Proses Sains Peserta Didik... 59
Tabel 4.2. Data Uji Normalitas Kelas Sampel ... 60
Tabel 4.3. Data Uji Homogenitas Kelas Sampel... 61
1
Era global pada saat sekarang ini merupakan era penting yang melingkupi setiap aspek kehidupan yang menuntut peningkatan daya saing dan kompetensi yang terbuka. Hal ini telah menimbulkan orientasi baru dalam pendidikan, yaitu sangat perlunya diciptakan dan ditekankan adanya pendidikan yang bermakna. Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat essensial dan menjadi kebutuhan primer dewasa ini, dimana ilmu pengetahuan dan teknologi mampu menunjang serta memperlancar seluruh sendi kehidupan dan menduduki peranan penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia, baik dalam segi intelektual, sosial, dan spiritual.
Sebagai hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia, pendidikan diharapkan dapat mendorong peningkatan kualitas manusia dalam bentuk meningkatnya kompetensi dalam semua aspek. Pendidikan akan membawa perubahan yang lebih baik pada sikap dan perilaku pada individu, kelompok dan masyarakat. Melalui pendidikan akan tercipta manusia yang memiliki kompetensi dalam berbagai bidang kehidupan dan memiliki ide cemerlang sebagai bekal untuk memperoleh masa depan yang lebih baik.
Menurut Undang-undang Sisdiknas No 20 tahun 2003 bahwa:
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan
negara.”
Dari pengertian di atas dapat dimengerti bahwa pendidikan merupakan suatu usaha atau aktivitas untuk membentuk manusia-manusia cerdas dalam berbagai aspek, baik aspek intelektual spiritual keagamaan, sosial, emosional, terampil serta berkepribadian, berprilaku dengan dihiasi akhlak mulia dan berguna bagi bangsa dan negaranya. Di dalam dunia pendidikan banyak mata
pelajaran yang menuntut peserta didik untuk dapat memiliki berbagai aspek pengembangan diri, kepribadian dan keterampilan, salah satunya adalah mata pelajaran Fisika.
Fisika adalah salah satu cabang ilmu sains yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir analisis dan ilmiah, karena berbagai peristiwa alam dapat dijelaskan dan diselesaikan dengan menggunakan aplikasi konsep Fisika dengan menerapkan kerja ilmiah. Oleh karena itu, pengembangan kompetensi peserta didik dalam bidang Fisika merupakan salah satu kunci keberhasilan peningkatan kompetensi dalam menguasai ilmu pengetahuan dan perkembangan teknologi. Melihat begitu pentingnya mata pelajaran Fisika dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, telah banyak usaha yang dilakukan pemerintah, baik dari segi penyempurnaan kurikulum, pemerataan tenaga pendidik (guru), pengadaan pelatihan, menambah sarana dan prasarana seperti laboratorium, penyediaan alat-alat laboratorium dan sarana yang menunjang lainnya. Berbagai upaya tersebut diharapkan dapat meningkatkan mutu pembelajaran Fisika yang terlihat pula pada pencapaian kompetensi peserta didik yang lebih baik. Salah satu kompetensi yang akan dicapai peserta didik tersebut adalah keterampilan proses sains yang akan didapatkan melalui kerja ilmiah.
Proses pembelajaran pada satuan pendidikan sesuai arahan Permendikbud Nomor 22 tahun 2016 hendaknya diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik (Sari and Eurika, 2016). Melalui proses pembelajaran interaktif, inspiratif, dan menyenangkan, diharapkan peserta didik dapat memperoleh pembelajaran yang bermakna dalam rangka mengembangkan potensinya. Hal ini sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013 yang berlaku saat ini.
aktif mencari (diperkuat dengan model pembelajaran pendekatan sains) (Permendiknas No. 69 tahun 2013). Berdasarkan Permendiknas tersebut, dapat dipahami bahwa pola pembelajaran yang ditekankan sekarang ini menuntut peserta didik untuk aktif dalam pembelajaran. Dengan kata lain pembelajaran yang dilaksanakan berpusat pada peserta didik (student centered). Pola pembelajaran aktif ini harus diterapkan pada semua mata pelajaran, salah satunya Fisika. Salah satu aspek penting yang akan diperoleh oleh peserta didik dengan menerapkan pola pembelajaran aktif pada mata pelajaran Fisika adalah keterampilan proses sains.
Fakta yang ada menunjukkan bahwa belum semua proses pembelajaran berlangsung sesuai dengan arahan standar proses, tetapi lebih kepada bagaimana mentransfer pengetahuan saja, salah satunya adalah pembelajaran Fisika di sekolah menengah atas (SMA). Proses pembelajaran masih didominasi oleh guru (teacher centered), sehingga komunikasi hanya terjadi satu atau dua arah saja. Guru menyampaikan materi pembelajaran dan peserta didik mendengarkan penjelasan dari guru. Peserta didik hanya duduk sambil mendengarkan apa yang dijelaskan oleh guru dan jarang bertanya atau mengungkapkan pendapat mereka, akibatnya peserta didik tidak mengalami proses langsung pada dirinya dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dan tidak tercapainya tujuan pendidikan yang tercantum dalam Undang-Undang Sisdiknas pasal 20 ayat 3 Tahun 2003 yang bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab serta tercapainya tujuan pembelajaran Fisika dalam mengembangkan kemampuan berpikir analitis, induktif, deduktif dan ilmiah dengan menggunakan konsep dan prinsip Fisika.
Permasalahan di atas juga terjadi pada proses pembelajaran Fisika di MAN 2 Tanah Datar. Berdasarkan hasil observasi peneliti, di MAN 2 Tanah Datar kelas XI MIA sudah menerapkan pendekatan saintifik yang merupakan tuntutan kurikulum 2013. Pendekatan saintifik merupakan pendekatan yang
mengharapkan peserta didik dapat aktif dan kreatif dengan melibatkan keterampilan proses yaitu mengamati, menanya, mencoba, menalar dan mengkomunikasikan (student centered). Namun dalam pelaksanaannya di kelas cenderung kegiatan pembelajaran masih didominasi oleh guru (teacher centered) dan menggunakan metode ceramah yang mengakibatkan peserta didik bosan dan tidak dapat mengeksplorasi kemampuannya untuk melakukan proses ilmiah, selain itu guru belum ada menggunakan bahan ajar yang lebih kreatif dan inovatif sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013. Bahan ajar yang lebih kreatif dan inovatif seperti modul, LKPD, handout, dan lain-lain yang sesuai dengan karakteristik, kebutuhan maupun penerapan kurikulum 2013. Sehingga cita-cita dari kurikulum 2013 tersebut belum tercapai dengan maksimal. Akibatnya, hasil belajar peserta didik rendah dan tidak memenuhi KKM.
Rendahnya hasil belajar peserta didik tersebut mencerminkan bahwa pembelajaran yang dilakukan selama ini belum efektif dan optimal, hal ini disebabkan karena peserta didik masih kurang memiliki motivasi dalam belajar sehingga mereka merasa bosan dengan proses pembelajaran yang monoton. Peserta didik kurang berpartisipasi aktif dalam mengikuti pembelajaran, serta kurangnya tanggung jawab peserta didik mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru, hal inilah yang menyebabkan hasil belajar peserta didik rendah. Rendahnya hasil belajar peserta didik tersebut menjadi indikasi bahwa peserta didik memiliki keterampilan proses sains yang rendah pula. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Syafriansyah dkk (2014) yang menyatakan bahwa keterampilan proses sains berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar Fisika peserta didik kelas XI SMA Negeri 1 Punduh Pedada melalui metode eksperimen dengan pendekatan inkuiri terbimbing, dimana kontribusinya sebesar 36,7%. Selain itu, adanya pengaruh keterampilan proses sains terhadap hasil belajar peserta didik juga dibuktikan oleh Markawi (2011) dalam penelitiannya yang
menyatakan bahwa, “Keterampian proses sains, penalaran, dan pemecahan masalah berpengaruh positif yang mengakibatkan peningkatan hasil belajar
Fisika.” Hasil penelitian tersebut memberikan implikasi bahwa hasil belajar Fisika dapat ditingkatkan dengan melatih keterampilan proses sains, daya nalar, dan strategi pemecahan masalah Fisika.
Selain itu, berdasarkan hasil wawancara dengan guru Fisika kelas XI MIA MAN 2 Tanah Datar, bahwa dalam pembelajaran Fisika belum maksimal melaksanakan praktikum untuk materi-materi prosedural. Bahkan menurut guru tersebut, sangat jarang dilaksanakan praktikum. Hal ini disebabkan karena waktu yang tidak mencukupi untuk melaksanakan praktikum. Akibatnya, keterampilan proses sains peserta didik tidak dapat dilatihkan sehingga keterampilan proses sains peserta didik rendah.
Menurut hasil wawancara bersama guru Fisika kelas XI MIA di MAN 2 Tanah Datar, sebagian materi Fisika sulit untuk dipahami oleh peserta didik. Salah satunya adalah materi elastisitas dan Hukum Hooke. Hal ini terlihat dari hasil ulangan harian yang diberikan kepada peserta didik belum mencapai kriteria ketuntasan minimum seperti terlihat pada tabel 1.1.
Tabel 1.1 Persentase Ketuntasan Ulangan Harian Materi Elastisitas dan Hukum Hooke Kelas XI MIA MAN 2 Tanah Datar 2018/2019 NO Kelas Jumlah Siswa Tuntas Tidak Tuntas Pesentase Ketuntasan (%) Tuntas Tidak tuntas
1 XI MIA 1 34 19 15 55,88 44,12
2 XI MIA 2 34 14 20 41,18 58,82
3 XI MIA 3 34 15 19 44,12 55,88
(Sumber: Guru Bidang Studi Fisika MAN 2 Tanah Datar)
Selain nilai ketuntasan ulangan harian yang terbilang rendah, peneliti memilih materi elastisitas dan hukum hooke karena pertimbangan untuk mengukur keterampilan proses sains peserta didik, materi ini dominan bahasan prosedurnya dan cocok untuk dilaksanakan praktikum. Materi prosedural elastisitas dan hukum hooke terdapat pada Kompetensi Dasar (KD) 4.2 yaitu melakukan percobaan tentang sifat elastisitas suatu bahan
berikut presentasi hasil percobaan dan pemanfaatannya. Kegiatan praktikum ini harus dilaksanakan dalam pembelajaran, sehingga dapat melatihkan keterampilan proses sains peserta didik.
Pada aspek lain yang menjadi penyebab rendahnya hasil belajar Fisika peserta didik menurut observasi adalah kurang diadakannya bahan ajar yang variatif oleh guru. Guru hanya menggunakan satu bahan ajar yaitu buku cetak dari pustaka, dimana bahasa buku tersebut susah dipahami peserta didik, sehingga menyebabkan peserta didik kurang tertarik mempelajarinya. Selain itu, guru juga jarang menggunakan pendamping bahan ajar berupa Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) dalam pembelajaran di kelas.
Upaya mengatasi permasalahan tersebut merupakan tugas dan tanggung jawab semua tenaga kependidikan terutama guru, sebab gurulah yang langsung membimbing peserta didik di sekolah melalui proses belajar mengajar. Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007, proses pembelajaran harus dilaksanakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif sesuai dengan bakat dan minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik (Astuti, Wahyuningsih, & Murtini, 2012). Berdasarkan hal tersebut, diperlukan suatu upaya untuk meningkatkan kompotensi peserta didik pada mata pelajaran Fisika yang ditekankan pada adanya keterampilan proses sains yang dapat diperoleh. Dalam hal ini, penulis mencoba memberikan solusi pemecahan masalah tersebut dengan menawarkan untuk menerapkan salah satu model pembelajaran yang mampu membawa perubahan ke arah yang lebih baik dan menjadikan peserta didik itu aktif dalam proses pembelajaran sehingga pembelajaran akan bersifat student centered. Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual berupa pola prosedur sistematik yang dikembangkan berdasarkan teori dan digunakan dalam mengorganisasikan proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan belajar. Memilih model pembelajaran harus disesuaikan dengan tujuan pengajaran, kemampuan guru, kemampuan peserta didik dan fasilitas yang
pembelajaran yang tepat sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung baik, efektif dan efisien (Ridwan, 2014:89).
Model pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar Fisika peserta didik adalah model pembelajaran yang menjadikan peserta didik itu aktif, belajar mandiri, dapat menemukan sendiri konsep, fakta, prinsip yang terkait dalam materi Fisika yang dipelajari serta dapat memberikan pengalaman keterampilan proses sains pada peserta didik. Adapun model yang menjadikan peserta didik itu aktif, belajar mandiri, menemukan konsep secara mandiri, dan memperoleh keterampilan proses sains seperti model pembelajaran inkuiri, PBL (Problem Based Learning), Discovery Based Learning, PjBL (Project Based Learning), CTL (Contextual Teaching Learning) dan banyak model lainnya. Dalam penelitian ini, model pembelajaran yang penulis tawarkan adalah model pembelajaran (PBL) Problem Based Learning, karena dengan model pembelajaran PBL peserta didik akan menemukan konsep sendiri melalui suatu masalah yang akan dicari pemecahannya oleh peserta didik dan dibimbing oleh guru serta akan dapat memberikan pengalaman keterampilan proses sains kepada peserta didik melalui kerja ilmiahnya.
Penggunaan model pembelajaran PBL dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Hal ini telah dibuktikan oleh Ade Saputra dalam
penelitiannnya yang berjudul, “Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning terhadap Hasil Belajar Fisika Kelas VIII SMPN 3
Batusangkar”, dari hasil penelitiannya terlihat bahwa hasil belajar Fisika
peserta didik di kelas VIII SMPN 3 Batusangkar mengalami peningkatan dengan nilai rata-rata peserta didik 76,14 di kelas eksperimen dan hanya 68,13 di kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional. Selain
itu, penelitian yang dilakukan oleh Aan Hanafiah yang berjudul, “Pengaruh
Model Problem Based Learning (PBL) terhadap Keterampilan Proses Sains (KPS) Siswa pada Materi Laju Reaksi di MAN Mauk Kabupaten Tanggerang membuktikan bahwa terdapat pengaruh penerapan model PBL terhadap keterampilan proses sains peserta didik pada materi laju reaksi di MAN Mauk
Kabupaten tanggerang dengan uji hipotesis didapatkan thitungsebesar 7,32 dan ttabelpada taraf signifikan 0.05 sebesar 2,00.
Dalam aspek lain, model pembelajaran PBL juga berkontribusi terhadap kemampuan berpikir kreatif peserta didik, hal ini dibuktikan oleh Ayu Fajarotul dkk dalam penelitiannya yang menerapkan model pembelajaran PBL disertai media tiga dimensi. Dari hasil penelitian itu didapatkan hasil bahwa penerapan model pembelajaran PBL disertai media tiga dimensi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan berpikir kreatif peserta didik.
Selain menggunakan model pembelajaran PBL yang menekankan pada aktivitas peserta didik, guru juga dapat memberikan bantuan kepada peserta didik berupa bahan ajar yang dapat menunjang proses pembelajaran berlangsung. Adapun bahan ajar yang digunakan dalam penelitian ini berupa Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD). Depdiknas menyatakan bahwa LKPD adalah lembaran-lembaran berisi pernyataan-pernyataan atau soal-soal yang harus dikerjakan oleh peserta didik, yang di dalamnya disertai petunjuk dan langkah-langkah kerja untuk menyelesaikan soal-soal berupa teori maupun praktek. Penggunaan LKPD dalam pembelajaran berkontribusi dalam pencapaian kompetensi peserta didik yang lebih baik. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Vitri dalam hasil penelitiannya bahwasanya hasil belajar Fisika peserta didik di MAN 1 Padang Panjang mengalami peningkatan dengan diterapkannnya model pembelajaran PDEODE berbantuan LKPD pada materi gelombang bunyi dan cahaya. Nilai rata-rata peserta didik mencapai 71,56 di kelas eksperimen, sedangkan di kelas kontrol hanya 59,76 saja. Oleh karena itu, penggunaan LKPD dalam pembelajaran amat baik dilakukan.
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk
meneliti tentang “Pengaruh model pembelajaran PBL (Problem Based Learning) berbantuan LKPD pada materi elastisitas dan Hukum Hooke terhadap keterampilan proses sains peserta didik kelas XI MIA MAN 2 Tanah Datar”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka identifikasi masalah dalam peneletian ini adalah:
1. Rendahnya hasil belajar peserta didik yang menjadi indikasi tidak adanya keterampilan proses sains yang diperoleh peserta didik dalam pembelajaran Fisika.
2. Strategi belajar dalam pembelajaran masih bersifat teacher centered sehingga kurang melibatkan peserta didik aktif dalam pembelajaran.
3. Kurangnya aktivitas dan partisipasi peserta didik dalam pembelajaran seperti bertanya, menjawab, dan mengemukakan pendapat.
4. Kurangnya interaksi peserta didik dengan peserta didik. 5. Rendahnya motivasi belajar peserta didik.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, penelitian ini dibatasi pada melihat ada atau tidaknya pengaruh penerapan model pembelajaran Problem Based Learning berbantuan Lembar Kerja Peserta Didik pada materi elastisitas dan Hukum Hooke terhadap keterampilan proses sains peserta didik di kelas XI MIA MAN 2 Tanah Datar.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan latar belakang masalah di atas,
perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah terdapat pengaruh
dalam penerapan model pembelajaran Problem Based Learning berbantuan LKPD pada materi elastisitas dan Hukum Hooke dengan keterampilan proses sains peserta didik pada mata pelajaran Fisika di kelas XI MIA MAN 2 Tanah
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran Problem Based Learning berbantuan LKPD pada materi elastisitas dan Hukum Hooke terhadap keterampilan proses sains peserta didik pada mata pelajaran Fisika di kelas XI MIA MAN 2 Tanah Datar.
F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai sumbangan pemikiran dalam memperkaya wawasan dibidang pendidikan.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini secara praktis diharapkan dapat menyumbangkan pemikiran terhadap pemecahan masalah yang berkaitan dengan masalah kompetensi pengetahuan, sikap dan keterampilan peserta didik. Manfaat praktis dalam penelitian ini diantaranya:
a. Bagi Guru
1) Dapat dijadikan sebagai alternatif model pembelajaran di dalam kelas.
2) Membantu meningkatkan motivasi belajar dan kualitas proses pembelajaran peserta didik di dalam kelas.
b. Bagi Peserta didik
1) Peserta didik lebih berpartisipasi aktif untuk mengikuti proses pembelajaran dengan model pembelajaran yang berbeda dari biasanya.
2) Dengan adanya tindakan yang baru dilakukan oleh guru dapat memungkinkan hasil belajar yang lebih baik.
c. Bagi Penulis
1) Untuk menambah pengalaman dan pelatihan dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas sebagai calon pendidik profesional. 2) Untuk menambah pengetahuan bagaimana cara mengajar yang lebih
G. Defenisi Operasional
Agar pemahaman tentang persoalan yang diangkat dalam penelitian dapat dipahami oleh pembaca, maka pada bagian ini diuraikan beberapa defenisi operasional sebagai berikut:
1. Model pembelajaran
Model pembelajaran merupakan seluruh penyajian materi ajar yang meliputi segala aspek sebelum dan sesudah pembelajaran yang telah dilakukan seorang guru dan segala aktifitas yang terkait baik secara langsung maupun tidak secara langsung dalam proses belajar mengajar. 2. Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) adalah model pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran peserta didik pada masalah autentik sehingga peserta didik dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan keterampilan yang lebih tinggi dan inquiri, memandirikan peserta didik dan meningkatkan kepercayaan diri sendiri.
3. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) adalah lembar kerja yang berisi tentang pertanyaan, pernyataan, informasi, dan perintah yang diberikan oleh guru untuk dijadikan pedoman oleh peserta didik dalam melakukan penyelidikan atau kegiatan memecahkan masalah dalam bentuk kerja, praktek, percobaan yang di dalamnya terdapat semua aspek yang dikembangkan dalam pembelajaran.
4. Model pembelajaran ekspositori
Model pembelajaran ekspositori (Sanjaya, 2006:179) adalah model pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok peserta didik dengan maksud agar peserta didik dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. Itu artinya yang paling berberan dalam pembelajaran adalah guru tanpa melibatkan peserta didik secara langsung dan mandiri.
5. Keterampilan Proses Sains
Keterampilan proses sains (Trianto, 2010:144) adalah keseluruhan keterampilan ilmiah yang terarah yang dapat digunakan untuk menemukan suatu konsep atau prinsip atau teori, untuk mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya, ataupun untuk melakukan penyangkalan terhadap suatu penemuan. Adapun keterampilan proses yang diteliti ada tujuh indikator yaitu (observasi, prediksi, merencanakan, aplikasi, klasifkasi, interpretasi, dan komunikasi) (Syarifudin, 2010:119-121).
13 BAB II
KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori
1. Hakikat Pembelajaran
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok, ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami peserta didik. Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, dan mengokohkan kepribadian (Suyono and Hariyanto, 2012:9). Belajar merupakan proses mencari ilmu yang terjadi dalam diri seseorang melalui latihan, pembelajaran, dan lain-lain sehingga terjadi perubahan dalam diri. Perubahan tingkah laku meliputi perubahan sikap, dan minat menuju kebaikan.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap sistem pembelajaran (Sanjaya, 2010:52-57):
a. Faktor Guru
Guru adalah komponen yang sangat menentukan dalam suatu strategi pembelajaran. Tanpa guru, bagaimanapun bagus dan idealnya suatu strategi pembelajaran maka strategi itu tidak mungkin bisa diaplikasikan.
b. Faktor peserta didik
Sikap dan penampilan peserta didik di dalam kelas juga merupakan aspek lain yang bisa mempengaruhi proses pembelajaran. Adakalanya ditemukan peserta didik yang sangat aktif dan ada pula peserta didik yang pendiam, tidak sedikit juga ditemukan peserta didik yang memiliki motivasi yang rendah dalam belajar.
c. Faktor sarana dan prasarana
Sarana adalah segala sesuatu yang mendukung secara langsung terhadap kelancaran proses pembelajaran, misalnya media pembelajaran, alat-alat pelajaran, perlengkapan sekolah, dan lain sebagainya. Sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang secara tidak langsung dapat mendukung keberhasilan proses pembelajaran, misalnya jalan menuju sekolah, penerangan sekolah, kamar kecil, dan lain sebagainya.
d. Faktor lingkungan
1) Faktor organisasi kelas
Faktor organisasi kelas meliputi jumlah peserta didik dalam satu kelas merupakan aspek penting yang bisa mempengaruhi proses pembelajaran. Anggota kelompok yang terlalu banyak akan cenderung semakin banyaknya peserta didik yang enggan berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan kelompoknya.
2) Faktor iklim sosial-psikologis
Faktor iklim sosial-psikologis, maksudnya keharmonisan hubungan antara orang yang terlibat dalam proses pembelajaran. Iklim sosial-psikologis secara internal adalah hubungan antara orang yang terlibat dalam lingkungan sekolah, misalnya antara peserta didik dengan peserta didik, antara peserta didik dengan guru, bahkan antara guru dengan pimpinan sekolah.
2. Hakikat Pembelajaran Fisika
Fisika merupakan ilmu yang membahas tentang gejala dan fenomena fisis dari alam. Fisika merupakan cabang IPA yang mendasari perkembangan teknologi maju dan konsep hidup harmonis dengan alam (BNSP, 2006:159). Sebagai ilmu yang mempelajari fenomena alam, Fisika juga memberikan pelajaran yang baik bagi manusia untuk hidup selaras berdasarkan hukum alam.
Mata pelajaran Fisika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut (BNSP, 2006:160):
a. Membentuk sikap positif terhadap Fisika dengan menyadari keteraturan dan keindahan alam serta mengungkapkan kebesaran Allah SWT
b. Memupuk sikap ilmiah, yaitu jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis, menghargai karya orang lain, berani mempertahankan kebenaran, dan bekerja sama dengan orang lain.
c. Mengembangkan pengalaman untuk dapat merumuskan masalah, mengajukan, dan menguji hipotesis melalui percobaan, merancang dan merakit intrumen percobaan, mengumpulkan, mengolah, dan menafsikan data, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis kemudian menerapkanya dalam kehidupan sehari-hari.
d. Mengembangkan kemampuan bernalar dalam berfikir analisis induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip Fisika untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam dan menyelesaikan masalah baik secara kualitatif maupun kuantitatif. e. Menguasai konsep dan prinsip Fisika serta mempunyai
sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam pembelajaran Fisika peserta didik dituntut untuk bisa berpartisipasi aktif dalam setiap proses pembelajaran, tidak hanya pasif di dalam kelas dengan mendengarkan penyampaian dari guru tanpa ada umpan balik dari peserta didik dengan mengajukan petanyaan, berpendapat, dan lain-lain. Salah satu cara untuk mencapai hal tersebut adalah dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning.
3. Model Problem Based Learning (PBL)
a. Pengertian model Problem Based Learning (PBL)
Model Problem Based Learning merupakan pembelajaran yang penyampaiannya dilakukan dengan cara menyajikan suatu permasalahan, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, memfasilitasi penyelidikan dan membuka dialog (Ridwan, 2014:127).
Model problem based learning (PBL) adalah model pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran peserta didik pada masalah autentik sehingga peserta didik dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan keterampilan yang lebih tinggi dan inquiri, memandirikan peserta didik dan meningkatkan kepercayaan diri sendiri. Model ini bercirikan penggunaan masalah kehidupan nyata sebagai sesuatu yang harus dipelajari peserta didik untuk melatih dan meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan pemecahan masalah serta mendapat konsep-konsep penting, dimana tugas guru hanya menfokuskan diri untuk membantu peserta didik mencapai keterampilan mengarahkan diri (Hosnan, 2014:295).
PBL meliputi pengajuan pertanyaan atau masalah, memusatkan pada keterkaitan antar disiplin, penyelidikan autentik, kerjasama dan menghasilkan karya serta peragaan. Pembelajaran berbasis masalah bertujuan untuk membantu peserta didik mengembangkan keterampilan berpikir, keterampilan pemecahan masalah, dan keterampilan proses.
Menurut Arends, pertanyaan dan masalah yang diajukan haruslah memenuhi kriteria sebagai berikut (Hosnan, 2014:296):
1) Autentik, yaitu masalah harus lebih berakar pada kehidupan dunia nyata peserta didik daripada berakar pada prinsip-prinsip disiplin ilmu tertentu.
2) Jelas, yaitu masalah dirumuskan dengan jelas, dalam arti tidak menimbulkan masalah baru bagi peserta didik yang pada akhirnya menyulitkan penyelesaian peserta didik.
3) Mudah dipahami, yaitu masalah yang diberikan hendaknya mudah dipahami peserta didik. Selain itu, masalah disusun dan dibuat sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik.
4) Luas dan sesuai dengan tujuan pembelajaran, yaitu masalah yang disusun dan dirumuskan hendaknya bersifat luas, artinya masalah tersebut mencakup seluruh materi pelajaran yang diajarkan sesuai dengan waktu, ruang, dan sumber yang tersedia. Selain itu masalah yang telah disusun tersebut harus didasarkan pada tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
5) Bermanfaat, yaitu masalah yang telah disusun dan dirumuskan haruslah bermanfaat baik peserta didik sebagai pemecah masalah maupun guru sebagai pembuat masalah. Masalah yang bermanfaat adalah masalah yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir, memecahkan masalah, dan kemampuan proses peserta didik, serta membangkitkan motivasi belajar peserta didik.
PBL menuntut peserta didik menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata atau artefak dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan. Produk itu dapat berupa transkrip, debat, laporan, model fisik, video atau program komputer.
Menurut Lepinski, tahap-tahap pemecahan masalah sebagai berikut ini, yaitu (Hosnan, 2014:297):
1) Penyampaian ide (ideas)
Pada tahap ini dilakukan secara curah pendapat (brainstorming). Peserta didik merekam semua daftar masalah (gagasan,ide) yang akan dipecahkan. Mereka kemudian diajak untuk melakukan penelaahan terhadap ide-ide yang dikemukakan atau mengkaji pentingnya relevansi ide berkenaan dengan masalah yang akan dipecahkan (masalah aktual, atau masalah yang relevan dengan kurikulum), dan menentukan validitas masalah untuk melakukan proses kerja melalui masalah.
2) Penyajian fakta yang diketahui (known facts)
Pada tahap ini, peserta didik diajak mendata sejumlah fakta pendukung sesuai dengan masalah yang telah diajukan. Tahap ini membantu mengklarifikasi kesulitan yang diangkat dalam
telah dimiliki oleh peserta didik berkenaan dengan isu-isu khusus, misalnya pelanggaran kode etik, teknik pemecahan konflik, dan sebagainya.
3) Mempelajari masalah (learning issues)
Peserta didik diajak menjawab pertanyaan tentang, Apa yang perlu kita ketahui untuk memecahkan masalah yang kita hadapi? Setelah melakukan diskusi dan konsultasi, mereka melakukan penelaahan atau penelitian dan mengumpulkan informasi. Peserta didik melihat kembali ide-ide awal untuk menentukan mana yang masih dapat dipakai. Seringkali, pada saat para peserta didik menyampaikan masalah-masalah, mereka menemukan cara-cara baru untuk memecahkan masalah. Dengan demikian, hal ini dapat menjadi sebuah proses atau tindakan untuk mengeliminasi ide-ide yang tidak dapat dipecahkan atau sebaliknya ide-ide yang dapat dipakai untuk memecahkan masalah.
4) Menyusun rencana tindakan (action plan)
Pada tahap ini, peserta didik diajak mengembangkan sebuah rencana tindakan yang didasarkan atas hasil temuan mereka. Rencana tindakan ini berupa sesuatu (rencana) apa yang mereka akan lakukan atau berupa suatu rekomendasi saran-saran untuk memecahkan masalah.
5) Evaluasi (evaluation).
Tahap evaluasi ini terdiri atas tiga hal:
a) bagaimana peserta didik dan evaluator menilai produk (hasil akhir) proses
b) bagaimana mereka menerapkan tahapan PBM untuk bekerja melalui masalah
c) bagaimana pebelajar akan menyampaikan pengetahuan hasil pemecahaan masalah atau sebagai bentuk pertanggungjawaban mereka. Peserta didik menyampaikan hasil-hasil penilaian atau respon-respon mereka dalam berbagai bentuk yang beragam, misalnya : secara lisan atau verbal, laporan tertulis, atau sebagai suatu bentuk penyajian formal lainnya.
b. Tujuan Problem Based Learning (PBL)
Tujuan pembelajaran adalah membantu peserta didik agar memperoleh berbagai pengalaman dan mengubah tingkah laku peserta didik, baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Perubahan tingkah laku yang dimaksud meliputi pengetahuan, keterampilan, dan nilai atau norma yang berfungsi sebagai pengendali sikap dan prilaku peserta didik.
Tujuan utama PBL bukanlah penyampaian sejumlah besar pengetahuan kepada peserta didik, melainkan pada pengembangan kemampuan berpikir, kemampuan pemecahan masalah, keterampilan proses dan sekaligus mengembangkan kemampuan peserta didik untuk secara aktif membangun pengetahuan sendiri. PBL juga dimaksud untuk mengembangkan kemandirian belajar dan keterampilan sosial peserta didik. Kemandirian belajar dan keterampilan sosial itu dapat terbentuk ketika peserta didik berkolaborasi untuk mengidentifikasi informasi, strategi, dan sumber belajar yang relevan untuk menyelesaikan masalah.
Ciri-ciri Problem Based Learning (Hosnan, 2014:300): 1) Pengajuan masalah atau pertanyaan
Pengaturan pembelajaran berkisar pada masalah atau pertanyaan yang penting bagi peserta didik maupun masyarakat. Pertanyaan atau masalah yang diajukan itu haruslah memiliki kriteria autentik, jelas, mudah dipahami, luas, dan bermanfaat. 2) Keterkaitan dengan berbagai masalah disiplin ilmu
Masalah yang diajukan dalam pembelajaran berbasis masalah hendaknya mengaitkan atau melibatkan berbagai disiplin ilmu.
3) Penyelidikan yang autentik
4) Penyelidikan yang diperlukan dalam pembelajaran berbasis masalah bersifat autentik. Selain itu penyelidikan diperlukan untuk mencari penyelesaian masalah yang bersifat nyata. Peserta didik menganalisis dan merumuskan masalah, mengembangkan dan meramalkan hipotesis, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melaksanakan eksperimen menarik kesimpulan, dan menggambarkan hasil.
5) Menghasilkan dan memamerkan hasil/karya
Pada pembelajaran berbasis masalah, peserta didik bertugas menyusun hasil penelitiannya dalam bentuk karya dan memamerkan hasil karyanya. Artinya, hasil penyelesaian masalah peserta didik ditampilkan atau dibuatkan laporannya. 6) Kolaborasi
Pada pembelajaran masalah, tugas-tugas belajar berupa masalah harus diselesaikan bersama-sama antara peserta didik dengan peserta didik, baik dalam kelompok kecil maupun besar, dan bersama-sama antara peserta didik dengan guru.
c. Prinsip Problem Based Learning (PBL)
Prinsip utama PBL adalah penggunaan masalah nyata sebagai sarana bagi peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan dan sekaligus mengembangkan kemampuan berpikir, kemampuan pemecahan masalah dan keterampilan proses. Masalah nyata adalah masalah yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari dan bermanfaat langsung apabila diselesaikan.
Pemilihan atau penentuan masalah nyata ini dapat dilakukan oleh guru maupun peserta didik yang disesuaikan dengan kompetensi dasar tertentu. Masalah itu bersifat terbuka (open-ended problem), yaitu masalah yang memiliki banyak jawaban atau strategi penyelesaian yang mendorong keingintahuan peserta didik untuk mengidentifikasi strategi dan solusi tersebut. Masalah itu juga bersifat tidak terstrukur dengan baik (ill-structured) yang tidak dapat diselesaikan secara langsung dengan cara menerapkan formula atau strategi tertentu, melainkan perlu informasi lebih lanjut untuk memahami serta perlu mengkombinasikan beberapa strategi atau bahkan mengkreasi strategi sendiri untuk menyelesaikannya (Hosnan, 2014:301).
d. Langkah-langkah Problem Based Learning (PBL)
Penerapan model pembelajaran berbasis masalah terdiri atas lima langkah utama yang dimulai dengan guru memperkenalkan peserta didik dengan situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja peserta didik. Sintaks PBL terdiri-dari (Hosnan, 2014:303):
1) Orientasi peserta didik pada masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan, memotivasi peserta didik agar terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
2) Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar
Guru membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapat penjelasan dan pemecahan masalahnya.
4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Guru membantu peserta didik merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai, seperti laporan, video, dan model serta membantu berbagai tugas dengan temannya.
5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Guru membantu peserta didik melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan dan proses-proses yang mereka gunakan.
Kegiatan pembelajaran melalui PBL diawali dengan aktivitas peserta didik untuk menyelesaikan masalah nyata yang ditentukan atau disepakati. Proses tersebut dilakukan dalam tahapan-tahapan atau sintaks pembelajaran yang disajikan pada Tabel 2.1 berikut. Tabel 2.1 Sintaks atau Langkah-Langkah PBL
Tahap Aktivitas Guru dan Peserta Didik
Tahap 1
Mengorientasi peserta didik terhadap masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan sarana atau logistik yang dibutuhkan. Guru memotivasi peserta didik untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih atau ditentukan
Tahap 2
Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar
Guru membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah yang sudah diorientasikan pada tahap sebelumnya.
Tahap 3
Membimbing
penyelidikan individual dan kelompok
Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai dan melaksanakan eksperimen untuk mendapat kejelasan yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah.
Tahap 4
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Guru membantu peserta didik untuk berbagi tugas dan merencanakan dan menyiapkan hasil karya yang sesuai sebagai hasil pemecahan masalah dalam bentuk laporan, video, atau model.
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
terhadap penyelidikan dan proses pemecahan masalah yang dilakukan.
4. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) merupakan pendamping sumber belajar untuk membantu peserta didik memahami konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis. LKPD juga merupakan sarana pembelajaran yang dapat digunakan pendidik dalam meningkatkan keterlibatan dan aktivitas peserta didik dalam proses belajar mengajar. Menurut Trianto (dalam Pusfarini, 2016:18) LKDP memuat sekumpulan kegiatan mendasar yang harus dilakukan oleh peserta didik untuk memaksimalkan pemahaman dalam upaya pembentukan kemampuan dasar sesuai indikator pencapaian yang ditempuh. Sedangkan menurut Suyatno dan Sartinem (dalam Pusfarini, 2016:19), LKPD merupakan bahan ajar yang dikemas sedemikian rupa agar peserta didik dapat mempelajari materi tersebut secara mandiri.
Sejalan dngan pendapat di atas, Depdiknas juga menyatakan bahwa LKPD adalah lembaran-lembaran berisi pernyataan-pernyataan atau soal-soal yang harus dikerjakan oleh peserta didik, yang di dalamnya disertai petunjuk dan langkah-langkah kerja untuk menyelesaikan soal-soal berupa teori maupun praktek (Depdiknas, 2008:13). Selain itu, M. Yasir dkk (dalam Pusfarini, 2016:19) menjelaskan bahwa LKPD merupakan stimulus atau bimbingan guru dalam pembelajaran yang akan disajikan secara tertulis sehingga dalam penulisannya perlu memperhatikan kriteria media grafis sebagai media visual untuk menarik perhatian peserta didik. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, maka dapat diartikan bahwa LKPD merupakan lembar kerja yang berisi tentang pertanyaan, pernyataan, informasi, dan perintah yang diberikan oleh guru untuk dijadikan pedoman oleh peserta didik dalam melakukan penyelidikan atau kegiatan memecahkan masalah dalam bentuk kerja, praktek,
percobaan yang di dalamnya terdapat semua aspek yang dikembangkan dalam pembelajaran.
Manfaat yang dapat diperoleh dengan menggunakan LKPD menurut Abdurrahman (dalam Pusfarini, 2016:21) adalah:
a. Dapat membantu guru dalam mengarahkan peserta didik untuk dapat menemukan konsep-konsep melalui aktivitasnya sendiri atau dalam kelompok kerja.
b. Dapat digunakan untuk mengembangkan keterampilan proses, sikap ilmiah, serta membangkitkan minat peserta didik terhadap alam sekitarnya.
c. Dapat memudahkan guru untuk melihat keberhasilan peseta didik dalam mencapai tujuan belajar.
Berdasarkan uraian di atas maka yang dimaksud LKPD adalah pendamping sumber belajar berupa lembar kerja sebagai panduan bagi peserta didik yang digunakan untuk mengembangkan keterampilan proses, sikap ilmiah, serta minatnya terhadap alam sekitar sehingga memudahkan guru dalam mengelola proses pembelajaran dan memantau keberhasilan peserta didik untuk mencapai sasaran belajar.
5. Materi Ajar Penelitian
a. Kompetensi Dasar (KD) Dan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)
Pada penelitian ini, materi yang diteliti yaitu materi elastisitas dan Hukum Hooke. Materi elastisitas dan Hukum Hooke terdiri dari Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.2 di bawah ini:
Tabel 2.2: Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) Pada Materi elastisitas dan Hukum Hooke Kelas XI MIA MAN 2 Tanah Datar tahuan Ajaran 2019/2020
Kompetensi Dasar (KD)
Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)
3.2. Menganalisis sifat elastisitas bahan dalam kehidupan sehari hari
3.2.1. Menyebutkan benda-benda elastis 3.2.2. Menjelaskan pengertian elastisitas
regangan dan modulus Young
3.2.4.Menentukan pengaruh gaya terhadap perubahan panjang pegas
3.2.5. Menentukan/menghitung nilai tetapan gaya
3.2.6 Menganalisis tetapan gaya pada pegas yang disusun secara seri dan paralel
4.2 Melakukan
percobaan tentang sifat elastisitas suatu
bahan berikut
presentasi hasil
percobaan dan
pemanfaatannya
4.2.1. Melakukan percobaan Hukum Hooke secara berkelompok
4.2.2. Membuat laporan hasil percobaan berdasarkan grafik yang telah dibuat dan mempresentasikannya
b. Materi Elastisitas dan Hukum Hooke 1) Elastisitas Zat Padat
Sifat elastis atau elastisitas merupakan kemampuan suatu benda untuk kembali ke bentuk awalnya segera setelah gaya luar yang diberikan kepada benda itu dihilangkan. Salah satu contoh benda elastis adalah pegas dan karet. Beberapa benda seperti tanah liat, adonan tepung kue, dan lilin mainan (plastisin) tidak segera kembali ke bentuk awalnya setelah gaya luar dihilangkan. Benda-benda seperti itu disebut benda tak elastis atau benda plastis. Semua benda padat agak elastis, walaupun tampaknya tidak elastis.
Pemberian gaya tekan (pemampatan) dan gaya tarik (penarikan) bisa mengubah bentuk suatu benda tegar. Jika suatu benda tegar diubah bentuknya (dideformasi) sedikit, benda segera kembali ke bentuk awalnya ketika gaya tekan atau gaya tarik ditiadakan. Jika benda tegar diubah bentuknya melampaui batas elatisnya, benda tidak akan kembali ke bentuk awalnya ketika gaya ditiadakan, melainkan akan berubah bentuk secara
permanbatas elastien. Bahkan jika perubahan bentuknya jauh melebihi batas elastisnya, benda akan patah.
Besaran-besaran yang berkaitan dengan elastisitas zat padat.
a) Tegangan
Tegangan merupakan perbandingan antara gaya tarik yang bekerja pada benda terhadap luas penampang benda tersebut. Secara matematis dirumuskan sebagai berikut:
σ =
b) Regangan
Regangan merupakan hasil bagi antara pertambahan panjang dengan panjang awal. Secara matematis dirumuskan sebagai berikut: e =∆
c) Grafik tegangan terhadap regangan
Grafik tegangan terhadap regangan bisa dilihat pada Gambar 2.1. Grafik tersebut menunjukkan variasi tegangan terhadap regangan ketika seutas kawat logam (baja) diberi gaya tarik hingga kawat itu patah.
d) Modulus elastis
Modulus elastis juga disebut modulus Young. Modulus Young adalah perbandingan antara tegangan dan regangan yang dialami bahan. Secara matematis dirumuskan sebagai berikut: E =
Modulus elastis bergantung hanya pada jenis zat dan tidak pada ukuran atau bentuknya. Hal ini bisa dilihat pada Tabel 2.3 berikut:
Tabel 2.3 Modulus Elastis berbagai zat
Zat Modulus elastis E
(N/m2) Besi 100 x 109 Baja 200 x 109 Perunggu 100 x 109 Aluminium 70 x 109 Beton 20 x 109 Batu bara 14 x 109 Marmer 50 x 109 Granit 45 x 109 Kayu (pinus) 10 x 109 Nilon 5 x 109 Tulang muda 15 x 109 (Kanginan, 2013: 226-230) 2) Hukum Hooke
Pada hukum hooke benda elastis yang menjadi perhatian adalah benda spiral terbuat dari logam yang disebut logam. Pegas apabila diberikan gaya tarik, maka akan mengalami pertambahan panjang. Antara gaya tarik dan pertambahan panjang adalah sebanding sehingga di rumuskan: F = k . ∆ dengan k sebagai konstanta atau tetapan gaya pegas. Persamaan
tersebut dapat dinyatakan dengan kalimat, “Jika gaya tarik tidak melampaui batas elastis pegas, pertambahan panjang berbanding lurus (sebanding) dengan gaya tariknya.”
Pernyataan tersebut pertama kali dikemukaakn oleh Robert Hooke. Oleh karena itu, pernyataan di atas dikenal sebagai Hukum Hooke.
a) Tetapan Gaya Benda Elastis
Tetapan gaya k adalah tetapan umum yang berlaku untuk benda elastis jika diberi gaya yang tidak melampaui batas Hukum Hooke. Cara menentukan tetapan gaya k dari suatu benda elastis adalah dengan rumus umum tetapan gaya k yaitu: k = .
b) Hukum Hooke untuk Susunan Pegas
Beberapa buah pegas dapat disusun seri, paralel, atau gabungan keduanya. Susunan pegas ini dapat diganti dengan sebuah pegas pengganti.
(1) Susunan seri pegas
Prinsip susunan beberapa buah pegas seri adalah pada Gambar 2.2 berikut:
Gambar 2.2. Susunan Seri Pegas
Tetapan pegas pada susunan seri dapat ditentukan dengan rumus:
1
Untuk n buah pegas identik dengan tiap pegas memiliki tetapan k, tetapan pegas pengganti seri ksdapat dihitung dengan rumus: ks = , khusus untuk dua buah pegas dengan tetapan k1 dan k2 yang disusun seri, tetapan pegas pengganti seri ks dapat dihitung dengan rumus:
ks = =
(2) Susunan paralel pegas
Prinsip susunan beberapa buah pegas paralel adalah pada Gambar 2.3 berikut:
Gambar 2.3. Susunan Paralel Pegas
Tetapan pegas pada susunan paralel dapat ditentukan dengan rumus:
=
Untuk n buah pegas identik dengan tiap pegas memiliki tetapan k, tetapan pegas pengganti paralel kp dapat dihitung dengan rumus: kp = n . Jika dibandingkan antara susunan pegas dengan susunan resistor nampak bahwa rumus-rumus untuk pegas paralel mirip dengan rumus-rumus untuk resistor seri.
c) Manfaat Pegas sebagai Produk Perkembangan Teknologi dalam Keseharian
(1) Sistem suspensi kendaraan bermotor untuk meredam kejutan
(2) Pegas pada setir kemudi (Kanginan, 235-244) 6. Model Pembelajaran Ekspositori
Model pembelajaran ekspositori ini yang diterapkan di MAN 2 Tanah Datar. Model pembelajaran ini lebih menitikberatkan pada keaktifan guru dibandingkan keaktifan peserta didik. Berikut dijelaskan mengenai model pembelajaran ekspositori:
a. Pengertian Model Pembelajaran Ekspositori
Model pembelajaran ekspositori (Sanjaya, 2006:179) adalah model pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok peserta didik dengan maksud agar peserta didik dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. Itu artinya yang paling berberan dalam pembelajaran adalah guru tanpa melibatkan peserta didik secara langsung dan mandiri.
b. Karakteristik Model Pembelajaran Ekspositori
Terdapat beberapa karakteristik model pembelajaran ekspositori yaitu (Sanjaya, 2006:179):
1) Dilakukan dengan cara menyampaikan materi pelajaran secara verbal, artinya bertutur secara lisan merupakan alat utama dalam melakukan model ini.
2) Materi pelajaran yang disampaikan adalah materi pelajaran yang sudah jadi, seperti fakta atau data, dan konsep tertentu yang harus dihafal.
3) Tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi pelajaran itu sendiri.
c. Prosedur Pelaksanaan Model Pembelajaran Ekspositori Prosedur peaksanaan model pembelajaran ekspositori terdiri atas (Sanjaya, 2006:185-190):
1) Persiapan
Tahap persiapan berkaitan dengan mempersiapkan peserta didik untuk menerima pelajaran. Dalam model pembelajaran ini langkah persiapan merupakan langkah yang sangat penting. Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model ekspositori sangat tergantung pada persiapan. Tujuan yang
b) Mengajak peserta didik keluar dari kondisi mental yang pasif
c) Membangkitkan motivasi dan minat peserta didik untuk belajar
d) Merangsang dan menggugah rasa ingin tahu peserta didik e) Menciptakan suasana dan iklim pembelajaran yang terbuka 2) Penyajian (presentation)
Langkah penyajian adalah langkah penyampaian materi pelajaran sesuai dengan persiapan yang telah dilakukan. Hal yang harus dipikirkan oleh setiap guru dalam penyajian ini adalah bagaimana agar materi pelajaran dapat dengan mudah ditangkap dan dipahami oleh peserta didik.
3) Korelasi (corelation)
Langkah korelasi adalah langkah menghubungkan materi pelajaran dengan pengalaman peserta didik atau dengan hal-hal yang memungkinkan peserta didik dapat menangkap keterkaitannya dalam struktur pengetahuan yang telah dimilikinya.
4) Menyimpulkan (generalization)
Menyimpulkan adalah tahapan untuk memahami inti dari materi pelajaran yang telah disajikan. Langkah menyimpulkan merupakan langkah yang sangat penting dalam model pembelajaran ekspositori, sebab melalui langkah menyimpulkan peserta didik akan dapat mengambil inti sari dari proses penyajiannya.
5) Mengaplikasikan
Langkah aplikasi adalah langkah unjuk kemampuan peserta didik setelah mereka menyimak penjelasan guru. Langkah ini merupakan langkah yang sangat penting dalam proses pembelajaran ekspositori.
7. Keterampilan Proses Sains
Keterampilan berarti kemampuan menggunakan pikiran, nalar, dan perbuatan secara efisien dan efektif untuk mencapai suatu hasil tertentu, termasuk kreatifitas. Sedangkan proses dapat didefenisikan sebagai perangkat keterampilan kompleks yang digunakan ilmuwan dalam melakukan penelitian ilmiah. Proses juga merupakan konsep besar yang dapat diuraikan menjadi komponen-komponen yang harus dikuasai seseorang saat akan melakukan penelitian (Setyandari, 2015:21).
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu
“Science” sendiri berasal dari bahasa latin “Scienta” yang berarti saya
tahu. Secara istilah sains diartikan sebagai suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah (Trianto, 2010:144).
Keterampilan proses sains (Trianto, 2010:144) adalah keseluruhan keterampilan ilmiah yang terarah yang dapat digunakan untuk menemukan suatu konsep atau prinsip atau teori, untuk mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya, ataupun untuk melakukan penyangkalan terhadap suatu penemuan. Adapun jenis keterampilan proses sains menurut Funk (dalam Syarifudin dkk, 2010:119) dibagi menjadi dua tingkatan yaitu keterampilan proses tingkat dasar (basic skill) dan keterampilan proses terpadu (integrated skill). Keterampilan proses tingkat dasar meliputi observasi, klasifikasi, eksperimen, interpretasi, prediksi, dan mengkomunkasikan. Sedangkan keterampilan proses terpadu meliputi menentukan variabel, menyusun tabel data, menyusun grafik, memberi hubungan variabel, memproses data, menganalisis penyelidikan, menyusun hipotesis, menentukan variabel secara operasional, merencanakan penyelidikan dan melakukan eksperimen.
Dalam kegiatan proses belajar mengajar keterampilan proses yang umumnya digunakan adalah keterampilan proses tingkat dasar (basic science process skill) yang meliputi (Syarifudin, 2010:119-121):
a. Mengobservasi atau mengamati
Kegiatan ini merupakan keterampilan untuk mengumpulkan data atau informasi melalui hasil-hasil pengamatan panca indra. Kegiatan pengamatan meliputi: melihat, mendengarkan, meraba, membau, mencicipi, mengecap, menyimak, membaca, mencari hubungan ruang/waktu.
b. Meramalkan (memprediksi)
Kegiatan ini merupakan keterampilan mengantisipasi atau menyimpulkan suatu hal yang akan terjadi pada masa yang datang berdasarkan perkiraan atau kecenderungan, pola tertentu, saling hubungan atau informasi. Kegiatan meramalkan meliputi: mengantisipasi kecendrungan pola atau hubungan antara data dan
c. Merencanakan penelitian/eksperimen
Keterampilan untuk merancang dan merencanakan penelitian. Kegiatan ini meliputi: menentukan, merumuskan masalah atau objek yang akan diteliti, menentukan tujuan penelitian, menentukan ruang lingkup penelitian, menentukan sumber data atau informasi, menentukan cara analisis, menentukan langkah penelitian atau pengumpulan data, menentukan alat, bahan, dan sumber kepustakaan, menentukan langkah kerja.
d. Menerapkan (mengaplikasikan)
Kegiatan ini merupakan penggunaan hasil belajar baik berupa informasi, kesimpulan, konsep, hukum, teori, dan keterampilan dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan mengaplikasikan meliputi: menggunakan informasi, menarik kesimpulan, konsep, hukum, teori, sikap, nilai, keterampilan dalam situasi, menghitung, menentukan variabel, menghubungan konsep, merumuskan konsep pertanyaan penelitian.
e. Mengklasifikasikan (menggolongkan)
Kegiatan ini merupakan keterampilan menggolongkan benda, kenyataan, konsep, nilai atau kepentingan tertentu. Kegiatan mengklasifikasikan meliputi: mencari persamaan, menyamakan, mencari perbedaan, membedakan, membandingkan, mengkontraskan, mencari dasar penggolongan.
f. Menginterpretasi atau menafsirkan data
Kegiatan ini merupakan keterampilan menafsirkan sesuatu benda, kenyataan, peristiwa, konsep atau informasi yang telah dikumpulkan melalui kegiatan penyelidikan. Kegiatan menginterpretasikan meliputi: menaksir, memberi arti, mengartikan, mencari hubungan ruang dan waktu, menentukan pola, menarik kesimpulan dan mengeneralisir.
g. Mengkomunikasikan
Keterampilan menyampaikan perolehan atau hasil belajar kepada orang lain dalam bentuk tulisan, gambar, gerak, tindakan atau penampilan. Kegiatan ini meliputi: berdiskusi, mengarang, mendeklamasikan, mendramakan, bertanya, merenungkan, memeragakan, mengungkapkan, membuat laporan dalam bentuk lisan dan tulisan, gerak atau penampilan.
Dalam penelitian ini, indikator-indikator keterampilan proses sains peserta didik akan dinilai melalui instrumen non tes. Instrumen non tes yang digunakan yaitu lembaran observasi dan laporan proyek pada materi elastisitas dan Hukum Hooke.
B. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Dalam kajian pustaka ini terdiri dari penelitian yang terdahulu. Sebagai bahan perbandingan peneliti mengkaji beberapa penelitian terdahulu untuk menghindari kesamaan objek dalam penelitian ini.
1. Penelitian yang dilakukan oleh Ade Putra dengan judul, “Pengaruh
Model Pembelajaran Problem Based Learning terhadap Hasil Belajar
Fisika Kelas VIII SMPN 3 Batusangkar”, dimana berdasarkan hasil
penelitiannya, pengaruh hasil belajar peserta didik pada kelas eksperimen dengan penggunaan model PBL memperoleh nilai rata-rata 76,14 sedangkan pada kelas kontrol memperoleh nilai rata-rata 68,13, hasil uji hipotesis diketahui bahwa th 1,860 > 1,645 artinya nilai hasil belajar peserta didik pada kelas ekperimen dengan penggunaan model PBL lebih tinggi dari pada hasil belajar peserta didik pada kelas kontrol. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Vitri Ardila yang berjudul “Pengaruh
model pembelajaran PDEODE (predict, discuss, explain, observe, discuss II, explain II) berbantuan LKPD terhadap hasil belajar Fisika peserta didik pada materi gelombang bunyi dan cahaya di kelas XI IPA
MAN 1 Padang Panjang”, dimana berdasarkan penelitian yang dilakukan
nilai rata-rata peserta didik untuk ranah kognitif pada kelas eksperimen yaitu 71,56 sedangkan pada kelas kontrol yaitu 59,76. Selain itu untuk uji t didapatkan harga thitungyaitu 2,065 sedangkan untuk ttabel 1,677. Dapat dilihat thitung>ttabelsehingga H0ditolak dan H1diterima.
3. Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Mutia Ledi Septia, dengan
judul “ Penerapan Media Video dalam Problem Based Learning Pada Mata Pelajaran Fisika Kelas X di SMA Muhammadiyah Padang
Panjang”, dimana berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mutia, penerapan media video pada pembelajaran model PBL berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar peserta didik, hal ini dibuktikan dengan diperolehnya nilai rata-rata peserta didik di kelas eksperimen 75, sedangkan di kelas kontrol nilai rata-rata peserta didik adalah 69,6. Pada hasil uji hipotesis diketahui bahwa t 2,17 >
2.01 artinya nilai hasil belajar peserta didik pada kelas ekperimen dengan penggunaan media video pada model PBL lebih tinggi dari pada hasil belajar peserta didik pada kelas kontrol.
4. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Aan Hanafiah yang berjudul,
“Pengaruh ModelProblem Based Learning (PBL) terhadap Keterampilan
Proses Sains (KPS) Siswa pada Materi Laju Reaksi di MAN Mauk Kabupaten Tanggerang membuktikan bahwa terdapat pengaruh penerapan model PBL terhadap keterampilan proses sains peserta didik pada materi laju reaksi di MAN Mauk Kabupaten tanggerang dengan uji hipotesis didapatkan thitung sebesar 7,32 dan ttabel pada taraf signifikan 0.05 sebesar 2,00.
5. Penelitian yang dilakukan oleh Tari Rizda Utami dengan judul,
“Penerapan Model Pembelajaran Project Based Learning terhadap
Keterampilan Proses Sains Peserta didik dalam Pembelajaran Fisika di Kelas XI IPA SMA N 1 Lareh Sago Halaban”, dimana berdasarkan hasil
penelitiannya, keterampilan proses sains peserta didik pada kelas ekperimen dengan penggunaan model PjBL lebih baik dari pada keterampilan proses sains peserta didik pada kelas kontrol. Hal ini dibuktikan dengan melihat analisis hasil lembar observasi dan laporan proyek pada kelas kontrol dengan analisis hasil lembar observasi dan laporan proyek pada kelas ekpserimen. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan terdapat pengaruh model PjBL terhadap keterampilan proses sains peserta didik.
C. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir penelitian yang akan dilakukan adalah terdapat pada Gambar 2.4 berikut:
Gambar 2.4. Skema Kerangka Berpikir D. Hipotesis
Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berpikir, maka hipotesis penulis adalah terdapat pengaruh pada keterampilan proses sains peserta didik yang menerapkan model pembelajaran PBL berbantuan LKPD dan tidak terdapat pengaruh pada keterampilan proses sains peserta didik yang menerapkan model pembelajaran ekspositori di kelas XI MIA MAN 2 Tanah Datar. Kelas Kontrol Kelas Eksperimen Peserta didik Guru PBM Model pembelajaran ekspositori Proses pembelajaran PBL berbantukan LKPD Keterampilan Proses Keterampilan Proses Dibandingkan
35 BAB III
METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu. Penelitian eksperimen adalah suatu penelitian yang bertujuan untuk menilai pengaruh suatu perlakuan atau tindakan pendidikan terhadap tingkah laku peserta didik atau menguji hipotesis tentang ada tidaknya pengaruh tindakan itu bila dibandingkan dengan tindakan lain yang diberikan (Amali Putra, 2011:65). B. Rancangan Penelitian
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Posttest Only Control Group. Dalam design ini terdapat dua kelompok yang masing-masing dipilih secara random (R). Kelompok yang diberi perlakuan disebut kelompok eksperimen dan yang tidak diberi perlakuan disebut kelompok kontrol (Sugiyono, 2007:112). Perlakuan yang peneliti berikan pada kelas eksperimen adalah penerapan model PBL (Problem Based Learning) berbantuan LKPD, sedangkan pada kelas kontrol penerapan pembelajaran ekspositori. Rancangan penelitian yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 3.1 (Moh. Nazir, 2011:233).
Tabel 3.1 Rancangan Penelitan
Kelompok Perlakuan Test
kelompok eksperimen X T
kelompok kontrol - T
keterangan :
X : Perlakuan dengan model PBL (Problem Based Learning) berbantuan LKPD