• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERAGAAN DAN DAYA HASIL GALUR-GALUR KACANG TANAH TAHAN PENYAKIT BERCAK DAN KARAT DAUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KERAGAAN DAN DAYA HASIL GALUR-GALUR KACANG TANAH TAHAN PENYAKIT BERCAK DAN KARAT DAUN"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

KERAGAAN DAN DAYA HASIL GALUR-GALUR KACANG

TANAH TAHAN PENYAKIT BERCAK DAN KARAT DAUN

Joko Purnomo

Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Malang

Jalan Raya Kendalpayak KM 8 KP 66 P.O.Box. 66 Malang (65101) Telp. (0341) 801468, e-mail: blitkabi@litbang.de[tan.go.id

ABSTRAK

Perakitan varietas kacang tanah mengacu kepada ragam agroekosistem, ketahanan terhadap hama penyakit utama, dan potensi hasil tinggi. Sebanyak 30 galur harapan dengan karakteristik sangat tahan penyakit bercak daun, karat daun, dan berdaya hasil tinggi dikaji di KP Muneng dan KP Genteng pada MK 2010, berdasar rancangan acak kelompok, dengan tiga ulangan. Jarak tanam 40 cm x 10 cm, pada petak berukuran 2,4 m x 5 m, satu benih pada setiap lubang tanam. Tanaman dipupuk 50 kg Urea + 100 kg SP-36 + 100 kg KCl/ha, seluruh pupuk diberikan pada saat tanam. Pemeliharaan secara optimal, pengamatan dilakukan terhadap parameter agronomi (hasil dan komponen hasil), dan intensitas penularan penyakit bercak dan karat daun. Tinggi tanaman rata-rata 78 cm, rata-rata jumlah polong 32 per tanaman, dan umur masak rata-rata 112 hari. Ketahanan tanaman terhadap penyakit bercak dan karat daun sangat baik, hingga umur 60 hst skor infeksi penyakit bercak dan karat daun sekitar 1,0 pada umur 80 hst skor infeksi 2,0 dan menjelang panen (umur 100 hari) 3−4. Produktivitas polong segar galur rata-rata 5,69 t/ha dengan kisaran 4,7−6,9 t/ha. Hasil tersebut setara dengan rata-rata 3.29 t/ha polong kering dari kisaran 2.6−4.2 t/ha. Galur 04C-127-213, 04C-67-158, 04C-169-140, 04C-29-118, dan Mc/GH7-04C-29-17 mampu berproduksi 3,7–4,2 t/ha polong kering, setara dengan Singa, dan nyata lebih tinggi dari Bison sebagai pembanding.

Kata kunci: Kacang tanah, daya hasil, tahan penyakit bercak dan karat daun ABSTRACT

The performance and yield potential of groundnut genotypes resistant to rust and leafspot deseases. The development of groundnut variety always considerate the

agroecological system, the resistance to major diseases, and high yielding potency. A number of 30 promissing lines that highly resistant to rust and leafspot as well as high yield potential were tested at Muneng and Genteng Experimental Farms in dry season of 2010. A randomized complete block design with 3 replicates was applied. Each line was grown in 2.4m x 5 m plot size, with 40 cm between rows and 10 cm intra row spacing, 1 seed per hole. The basal fertilizers of 50 kg Urea + 100 kg SP36 + 100 kg KCl ha-1 were applied at planting time. Pest and disease control were intensively undertaken. The crops were free from drought stress. The result showed that the average of plant height was 78 cm, number of pods was 32 per plant, and days 80% pod maturity was 112 days. The resistance to rust and leafspot deseases infection of all genotypes were very good. The score of those deseases were 1, 2, and 3-4 at 60, 80 and 100 DAS, respectively. The fresh pod yield ranged from 4.7 -6.9 t/ha-1 (equivalent to 2.6-4.2 t ha-1 dry pods), with 5.7 t ha-1 in average (equaivalent to 3.3 t ha-1 dry pods). The promising lines Mc/GH7-04C-127-213, Mc/GH7-04C-67-158, Mc/GH7-04C-169-140, Mc/GH7-04C-29-118, Mc/GH7-04C-29-17 produced 3.7–4.2 t ha-1 dry pods that was equal to the pod yield of Singa varietyand significantly higher than that of Bison variety.

(2)

PENDAHULUAN

Sampai saat ini penggunaan kacang tanah masih terbatas sebagai bahan baku berbagai produk pangan. Kacang tanah dengan kadar lemak 35−45% berpeluang sebagai sumber minyak nabati. Meskipun demikian produksinya belum mampu menutup kebutuhan dengan laju rata-rata 4,4% setiap tahun. Penyakit bercak daun awal

(Cerco-spora arachidicola Hori), penyakit bercak daun akhir (Phaeoisariopsis personata Berk &

Curt.), dan penyakit karat daun (Puccinia arachidis Speg) adalah kendala utama usahatani kacang tanah (Arachis hypogaea L.). Kehilangan hasil yang ditimbulkan oleh kedua penyakit tersebut secara bersamaan dapat mencapai 70% (Subrahmanyam et al. 1995). Kedua penyakit pada dasarnya dapat dikendalikan dengan fungisida tertentu (Sumartini 2000, Kasno et al. 2004) tetapi tidak efektif karena kepemilikan lahan sebagian besar petani kacang tanah rata-rata sempit. Ketersediaan varietas tahan dan berdaya hasil tinggi adalah cara yang efisien (Kasno et al. 2002, Kasno 1994).

Pada ekosistem lahan sawah maupun lahan kering, kacang tanah merupakan komoditas andalan bagi petani. Di Jawa Timur (Kab Tuban, Lamongan, Gresik, Tuban, Blitar dan Malang), Jawa tengah (Demak, Pati, Karanganyar, Wonogiri), DIY (Wonosari Gunung Kidul), dan bahkan di Bali dan NTB, kacang tanah memiliki prospek sebagai penopang ekonomi petani, karena pangsa pasarnya terjamin (Kasno et al. 1995, Nugrahaeni dan Kasno 1995, Nugrahaeni et al. 1997).

Dampak perubahan iklim antara lain adalah rendahnya curah hujan yang berakibat timbulnya kekeringan. Dalam hal ini diperlukan varietas dengan daya hasil tinggi, stabil, tahan terhadap aneka penyakit tanaman, dan toleran kekeringan. Varietas demikian dapat diperoleh dengan penggabungan dua atau lebih gen (rekombinasi), diikuti oleh seleksi dan uji daya hasil. Ketahanan tanaman dapat bersifat khusus (vertical), umum (horizontal), dan toleran terhadap kondisi tertentu (Sparrow 1979).

Mekanisme pewarisan ketahanan terhadap penyakit karat dan bercak daun diduga karena faktor sitoplasmik dan efek genetik aditif (Coffelt dan Porter 1986), atau karena gen-gen resesif yang dikendalikan gen modifier (Walls dan Wynne 1985). Seleksi dapat dimulai sejak generasi F1 hingga F2 (Sumarno 1991), dengan penilaian mengikuti Subrahmanyam (1995) menggunakan skala 1–9. Dalam uji daya hasil pendahuluan maupun uji daya hasil lanjutan perlu memperhatikan interaksi varietas dengan lingkungan agar tidak sampai terjadi kehilangan genotipe unggul (Baihaki 1976). Uji stabilitas dan adaptabilitas galur dilakukan melalui uji multilokasi dengan teknik analisis regresi (Eberhart dan Russell 1966), Dengan koefisien regresi akan memandu pengklasifikasian galur pada lingkungan produktif dan marginal.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji potensi (daya hasil) 30 galur terpilih hasil silang tunggal antara varietas Macan dengan galur introduksi ICGV 99029.

BAHAN DAN METODE

Percobaan dilakukan di KP Muneng Probolinggo dan KP Genteng Banyuwangi, pada MK 2010. Sebanyak 30 galur termasuk pembanding peka varietas Bison dan pembanding tahan varietas Singa dikaji dalam rancangan acak kelompok dengan tiga ulangan. Petak percobaan berukuran 3,5 m x 4,5 m (10 baris), jarak tanam 35 cm x 10 cm, satu biji/lubang. Tanaman dipupuk setara dengan 50 kg Urea + 100 kg SP-36 + 100 kg KCl/ha, seluruhnya diberikan bersamaan pada saat tanam. Pengendalian hama dilakukan secara intensif, menggunakan insektisida sesuai anjuran dengan mempertimbangkan jenis

(3)

hama serta kerusakan yang terjadi. Dalam pengujian ini tidak digunakan penyemprotan fungisida untuk pengendalian penyakit daun. Tanaman diupayakan terhindar dari cekaman kekeringan sehingga dilakukan pengairan pada waktu-waktu tertentu apabila tidak terjadi hujan. Pengendalian gulma dilakukan sedikitnya dua kali dan tanaman diusahakan terhindar dari gangguan gulma.

Pengamatan dilakukan terhadap jumlah tanaman tumbuh dan jumlah tanaman dipanen, komponen pertumbuhan dan komponen hasil dari lima tanaman contoh (tinggi tanaman, jumlah polong isi/hampa, bobot polong segar/kering, bobot brangkasan segar, jumlah cabang produktif, bobot 100 biji), skor penyakit karat dan bercak daun pada 60, 80 dan 100 hst, jumlah tanaman layu, dan bobot polong segar/kering per plot. Penilaian ketahanan tanaman terhadap penyakit bercak/karat daun mengacu pada metode Subrahmanyam (1992) (Tabel 1).

Tabel 1. Skala ketahanan terhadap penyakit karat dan bercak daun pada tanaman kacang tanah menurut Subrahmanyam et al., (1995)

Nilai

skala Respon tanaman Gejala serangan penyakit karat Gejala serangan penyakit daun 1 Tahan Tidak ada serangan Tidak ada serangan

2 Tahan Terdapat beberapa titik atau benjolan

kecil pada daun tua Terdapat beberapa bulatan kering kecil pada daun tua 3 Tahan Benjolan tersebut masak dan nampak

ada sporanya

Bulatan kering di atas makin jelas dan ada spora

4 Agak tahan Benjolan kecil dan besar terdapat

pada daun bawah dan tengah Bulatan kering pada daun bawah dan tengah bertambah banyak 5 Agak tahan Benjolan semakin jelas dan besar

menguning, daun bawah mengering Bulatan kering pada daun semakin luas dan jelas, daun bawah menguning dan mulai ada yang gugur

6 Agak tahan Seperti pada skala 5 tetapi

pembentukan spora amat banyak Seperti pada skala 5 tetapi pembentukan spora amat banyak 7 Rentan Titik sakit terjadi hamper pada seluruh

daun, daun bawah dan tengah menjadi kering

Daun yang sakit mongering dan mudah dilihat dari jarak jauh, hamper semua daun terserang, daun bawah dan tengah berguguran

8 Rentan Seperti pada skala 7 tetapi dau yang

kering lebih banyak Seperti pada skala 7 tetapi daun yang kering dan gugur lebih banyak 9 Rentan Serangan sudah berat sekali,

50-100% daun sudah mengering Serangan sudah berat sekali, 50-100% daun sudah gugur

Ketahanan terhadap penyakit karat dan bercak daun; Tahan = skala 1-3; Agak tahan = skala 4-6, Rentan =skala 7-9.

HASIL DAN PEMBAHASAN Keragaan Variabel Agronomi Galur

Analisis sidik ragam terhadap keragaan variabel-variabel agronomi menunjukkan bahwa keragaman galur nyata pada sebagian besar variabel, keadaan ini menunjukkan sebagian besar galur saling berbeda, kecuali pada jumlah polong per tanaman, umur masak, rendemen polong kering, dan indeks panen.

Umur masak/panen galur berkisar antara 105−117 hari setelah tanam (hst) dengan rata-rata 113 hst, tidak terjadi perbedaan antargalur. Sampai umur masak tersebut, jumlah polong hampa rata-rata 14,3%, dengan demikian, sampai waktu panen (110 hari)

(4)

kemasakan polong telah mencapai 85,7%. Rendemen polong kering galur terjadi pada kisaran 49,6–66,1%, dengan rata-rata 57,2%. Berarti untuk mencapai polong kering dengan kadar air biji 10% akan terjadi penyusutan sebesar 42,8%; setara dengan kebanyakan kacang tanah tipe Spanish. Nilai indeks panen rata-rata agak rendah, 32,7% menunjukkan bahwa pertumbuhan biomass galur cukup subur, atau hasil polong di bawah optimum, walau ada sebagian galur yang mencapai nilai indeks panen 58,5% (Tabel 2).

Tabel 2. Variabel agronomi galur, kisaran, serta nilai rata-rata dari dua lokasi.

Variabel Agronomi galur Kisaran Rata-rata Nilai Kuadrat tengah galur Tinggi tanaman (cm) 60,2 − 88,1 78,3 241,4 ** Jumlah polong isi/tanaman 13,4 − 33,1 28,84 20,73 ** Jumlah polong hampa/tanaman 3,2 − 5,9 4,84 2,6 tn

Jumlah polong total 16,6 − 38,4 32,6 31,1 **

Keserempakan masak (%) 76,8 − 85,6 79,97 18,7 tn Umur masak/panen (hst) 104,9 − 117,2 112,65 37,8 tn Jumlah tanaman tumbuh 243,7 – 397 342,67 7099,0 ** Jumlah tanaman panen 231,3 – 387 332,36 6292,4 **

Skor bercak daun 60 hst 1 – 2 1,18 0,402 **

Skor karat daun 60 hst 0,7 − 2,2 0,96 0,62 **

Skor bercak daun 80 hst 2 – 4,3 2,56 1,84 **

Skor karat daun 80 hst 1,5 − 3,5 1,94 1,26 ** Skor bercak daun 100 hst 3,8 − 6,5 4,56 1,41 ** Skor karat daun 100 hst 2,8 − 5,5 3,51 1,41 ** Produksi polong segar (t/ha) 4,7 − 6,9 5,69 1,91 ** Produksi polong kering (t/ha) 2,6 − 4,2 3,29 1,91 ** Rendemen polong kering (%) 49,6 − 66,1 57,22 110,3 tn

Indek panen (%) 26,3 − 58,5 32,71 210,1 tn

Keragaman variabel setiap galur akan terpengaruh oleh lingkungan tumbuhnya. Tinggi tanaman berkisar antara 60,2–88,1 cm, terpendek pada galur Mc/GH7-04C-60-108 (60,2 cm) tetapi tidak berbeda nyata dengan galur yang memiliki tinggi tanaman 75,1 cm. Tinggi tanaman varietas pembanding Bison dan Singa berturut-turut 77 cm dan 87 cm, tidak berbeda nyata dengan kebanyakan galur. Jumlah polong isi dan polong hampa berbeda cukup nyata. Galur Mc/GH7-04C-29-118 memiliki jumlah polong tertinggi (38,4 polong/ tanaman) dan galur Mc/GH7-04C-135-111 terendah (16,6 polong/tanaman).

Umur masak merupakan bagian yang sering menjadi pertimbangan dalam adopsi varietas oleh petani. Umur masak galur dalam uji daya hasil lanjut ini berkisar antara 104– 117 hari setelah tanam, tergenjah pada galur Mc/GH7-04C-60-108, Mc/GH7-04C-29-17, Mc/GH7-04C-20-101, dan Mc/GH7-04C-179-241, dengan umur masak 104-109 hari. Galur dengan umur terpanjang adalah Mc/GH7-04C-17-145 (117 hari), tidak berbeda nyata dengan Singa (115 hari) (Tabel 3).

(5)

Tabel 3. Nilai rata-rata beberapa karakter agronomi galur kacang tanah No Genotipe Tinggi tanaman

(cm) Keserempakan polong masak (%) Jm.plg total/tanaman Umur masak <80% 1 Mc/GH7-04C-29-118 72,5 abc 81,1 abc 38,4 a 111,1 ab 2 Mc/GH7-04C-17-145 82,7 ab 76,8 c 25,6 bc 117,2 a 2 Mc/GH7-04C-140-166 80,5 ab 78,2 bc 21,4 bc 115,1 ab 3 Mc/GH7-04C-140-69 68,2 bc 77,9 bc 25,0 bc 115,5 ab 4 Mc/GH7-04C-30-229 73,2 abc 79,3 bc 23,0 bc 113,8 ab 5 Mc/GH7-04C-20-101 77,0 ab 82,3 abc 24,2 bc 109,0 ab 6 Mc/GH7-04C-67-158 74,0 abc 79,0 bc 26,5 b 114,2 ab 7 Mc/GH7-04C-143-283 74,4 abc 80,9 abc 24,4 bc 111,3 ab 8 Mc/GH7-04C-17-13 78,1 ab 80,0 abc 21,5 bc 113,1 ab 9 Mc/GH7-04C-66-231 74,2 abc 79,5 bc 20,7 cd 113,3 ab 10 Mc/GH7-04C-19-182 78,3 ab 80,4 abc 24,6 bc 111,7 ab 11 Mc/GH7-04C-95-171 77,1 ab 79,3 bc 23,4 bc 113,3 ab 13 Mc/GH7-04C-66-59 84,1 ab 78,5 bc 22,7 bc 114,9 ab 14 Mc/GH7-04C-41-57rp 88,1 a 79,8 abc 22,4 bc 113,4 ab 15 Singa 87,0 a 78,1 bc 21,6 bc 115,0 ab 16 Mc/GH7-04C-116-38rp 72,1 abc 79,6 bc 27,0 b 113,1 ab 17 Mc/GH7-04C-131-217 82,5 ab 81,3 abc 21,7 bc 111,1 ab 18 Mc/GH7-04C-23-23 83,3 ab 80,8 abc 25,2 bc 111,2 ab 19 Mc/GH7-04C-169-140 84,6 a 80,2 abc 24,7 bc 112,9 ab 20 Mc/GH7-04C-41-48 84,6 a 78,1 bc 22,6 bc 115,2 ab 21 Mc/GH7-04C-29-17 86,0 a 83,2 ab 23,4 bc 107,9 ab 22 Mc/GH7-04C-135-111 75,1 abc 80,9 abc 16,6 d 111,2 ab 23 Mc/GH7-04C-67-158 74,0 abc 78,7 bc 24,3 bc 114,3 ab 24 Mc/GH7-04C-140-69 72,7 abc 80,1 abc 25,8 bc 112,1 ab 25 Mc/GH7-04C-66-57 87,2 a 79,4 bc 25,6 bc 113,2 ab 26 Mc/GH7-04C-127-213 79,1 ab 79,8 abc 22,6 bc 112,7 ab 27 Mc/GH7-04C-179-241 78,6 ab 82,0 abc 22,3 bc 109,7 ab 28 Mc/GH7-04C-17-145 83,7 ab 78,1 bc 25,9 bc 115,3 ab 29 Mc/GH7-04C-60-108 60,2 c 85,6 a 23,0 bc 104,9 b 30 Bison 77,3 ab 80,2 abc 24,5 bc 112,8 ab

Uji F: Efek lokasi (L) ** ** ** **

Genotipe (G) ** * ** tn

Interaksi (LxG) * ** ** tn

Angka selajur yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 0.05 uji DMRT

Ketahanan Galur

Hasil analisis sidik ragam (Tabel 4) menunjukkan bahwa lokasi berpengaruh nyata dari umur 60 hari sampai 100 hari, artinya kondisi lingkungan (diduga keragaman kelembaban dan suhu) berpengaruh nyata terhadap tingkat infeksi penyakit bercak dan karat daun. Respon galur terhadap penyakit utama kacang tanah ini sangat nyata (Tabel 5).

(6)

Tabel 4. Analisis sidik ragam ketahanan galur kacang tanah terhadap penyakit bercak dan karat daun.

Nilai kuadrat tengah Sumber ragam DB Bck60 Krt60 BC80 KR80 BC100 KR100 Lokasi 1 172,0** 105,8** 293,8** 73,4** 194,2** 0,939tn Galat 4 0,106 4,66 0,189 0,45 0,889 0,578 Genotipe 29 0,402** 0,62** 1,84** 1,26** 1,41** 1,31** LxG 29 0,411** 0,70** 1,92** 1,51** 1,59** 1,53** Galat 116 0,226 0,247 0,45 0,57 0,56 0,492 Total 179 CV 14,39 11,43 6,34 13,18 9,43 9,94

Infeksi penyakit bercak dan karat daun mulai terjadi pada umur 60 hari. Tanggap galur terhadap penyakit utama ini cukup beragam berdasar klasifikasi Tabel 1. Klasifikasi ketahanan galur yang hanya berdasarkan salah satu penyakit cukup sulit karena penyakit bercak dan karat daun pada umumnya terjadi secara bersamaan, tingkat dominasi relatif mudah dibedakan. Oleh karena itu perlu diperhatikan tingkat ketahanan galur pada setiap fase pengamatan. Secara umum penyakit bercak daun lebih dominan dibandingkan dengan penyakit karat daun (Tabel 5). Kisaran terendah – tertinggi infeksi penyakit bercak pada umur 60 hst adalah 1−2; umur 80 hst: 2−4.3; umur 100 hst 3,8–6,5, tingkat infeksi penyakit karat daun lebih rendah dari angka tersebut. Atas dasar rata-rata umum infeksi penyakit karat maka peringkat ketahanan terbaik terjadi pada galur Mc/GH7-04C-17-145, Mc/GH7-04C-140-69, Mc/GH7-04C-116-38rp (Tabel 5) dengan rata-rata skor infeksi 1,8– 1,9.

Produktivitas

Produktivitas galur kacang tanah pada uji daya hasil lanjut ini sangat nyata dipengaruhi oleh lokasi (Tabel 6), dan interaksi genotipe terhadap lokasi adalah wujud dari keragaman respon antargalur terhadap lokasi. Rendemen polong kering antargalur tidak berbeda nyata.

(7)

Tabel 5. Taraf infeksi penyakit bercak dan karat daun umur 60, 80 dan 100 hst Umur 60 hst Umur 80 hst Umur 100 hst Genotipe Bck Krt Bck Krt Bck Krt Rata2 bercak 1 Mc/GH7-04C-29-118 1 0,7 2,3 1,7 4,7 3,5 2,67 2 Mc/GH7-04C-17-145 1,2 0,8 2,5 1,7 4,7 3,3 2,8 3 Mc/GH7-04C-140-69 1 0,8 2,2 1,7 4,2 3 2,47 4 Mc/GH7-04C-30-229 1 0,8 2,5 2 4,5 3,3 2,67 5 Mc/GH7-04C-20-101 1,2 1 2,7 2 4 2,8 2,63 6 Mc/GH7-04C-67-158 1,2 0,7 2,3 1,5 4,7 3,3 2,73 7 Mc/GH7-04C-143-283 1,2 1 2,2 1,7 4,5 3,7 2,63 8 Mc/GH7-04C-17-13 1,5 1,5 3,2 2,7 4,7 3,7 3,13 9 Mc/GH7-04C-66-231 1,2 0,7 2,7 2 4,7 3,7 2,87 10 Mc/GH7-04C-19-182 1 0,8 2,5 1,8 4,8 3,7 2,77 11 Mc/GH7-04C-95-171 1,2 1 2,5 2 4,3 3,3 2,67 12 Mc/GH7-04C-140-166 1,2 1 2,3 1,7 4,2 3 2,57 13 Mc/GH7-04C-66-59 1 0,8 2,5 2 4,7 3,5 2,73 14 Mc/GH7-04C-41-57rp 1,2 1 2,2 1,7 4 3,7 2,47 15 Singa 1,2 1 2,5 1,8 3,8 3,3 2,5 16 Mc/GH7-04C-116-38rp 1 0,8 2 1,5 4,3 3,3 2,43 17 Mc/GH7-04C-131-217 1 0,8 2,3 1,7 4,5 3,3 2,6 18 Mc/GH7-04C-23-23 1 0,8 2,5 1,7 4,7 3,5 2,73 19 Mc/GH7-04C-169-140 1 0,8 2,5 1,8 4,7 3,5 2,73 20 Mc/GH7-04C-41-48 1,2 1 2,2 1,7 4,5 3,5 2,63 21 Mc/GH7-04C-29-17 1,7 1,3 2,8 1,8 5 3,8 3,17 22 Mc/GH7-04C-135-111 1,8 1,5 4,2 2,7 5,3 4,2 3,77 23 Mc/GH7-04C-67-158 1,3 1 3,2 2,7 4,7 3,7 3,07 24 Mc/GH7-04C-140-69 1 0,8 2 1,7 4,3 3,2 2,43 25 Mc/GH7-04C-66-57 1 0,8 2,2 1,7 4,3 3,3 2,5 26 Mc/GH7-04C-127-213 1 0,7 2,2 1,5 4,3 3,5 2,5 27 Mc/GH7-04C-179-241 1 0,7 2 1,8 4,5 3,5 2,5 28 Mc/GH7-04C-17-145 1 0,7 2,3 1,7 4 3 2,43 29 Mc/GH7-04C-60-108 2 2,2 4,3 3,5 6,5 5,5 4,27 30 Bison 1,3 1,3 5 5,7 6,8 6,9 4,37 Terendah 1 0,7 2 1,5 3,8 2,8 2,40 Tertinggi 2 2,2 5,0 5,7 6,8 6,9 4,37 Rata-rata 1,18 0,96 2,62 2,04 4,63 3,61 2,81 BNT 0,05 0,543 0,543 0,769 0,863 0,856 0,802

Tabel 6. Sidik ragam gabung hasil polong, indeks panen, jumlah polong isi, dan hampa galur kacang tanah

Nilai Kuadrat Tengah

DB Plg sgr PK t/ha Rend % IP % PI PH Lokasi (L) 1 105,9** 15,39** 2852,0** 29624,4** 724,8** 294,4** Galat1 4 1,759 0,408 78,81 220,2 26,0 6,48 Genotipe (G) 29 1,91** 1,019** 110,3tn 210,1tn 20,73** 2,6tn L x G 29 1,92** 1,099** 161,2** 186,6tn 34,8** 3,1** Galat2 116 0,92 0,467 74,61 180,8 10,78 1,75 CV 11,9 9,75 15,09 14,11 12,4 12,3

(8)

Produktivitas tertinggi adalah 6,9 t/ha polong segar, rata-rata 5,69 t/ha, setara dengan 4,2 t/ha polong kering dengan rata-rata 3,29 t/ha. Terhadap penyakit bercak dan karat daun, galur-galur ini menunjukkan sifat yang sangat tahan – tahan. Sampai umur 80 hst, skor tertinggi terjadi 4,3 dengan rata-rata 1−2,5 sehingga sangat tahan. Pada umur 100 hst, skor bercak tertinggi 6,5 dengan rata-rata 4,5.

Tabel 7. Rata-rata hasil polong segar dan kering, rendemen, dan indeks panen. Genotipe Brt plg sgr (t/ha) Brt plg krg

(t/ha) Rendemen % Indeks panen % 1 Mc/GH7-04C-29-118 6,1 abcde 3,6 abcde 60,2 abc 37,7 b 2 Mc/GH7-04C-17-145 4,7 f 2,6 ef 61,4 abc 31,6 b 3 Mc/GH7-04C-140-69 5,0 cdef 2,8 cdef 52,5 bc 29,8 b 4 Mc/GH7-04C-30-229 5,6 abcdef 3,5 abcdef 63,6 ab 58,5 a 5 Mc/GH7-04C-20-101 5,5 bcdef 3,3 abcdef 61,2 abc 30,6 b 6 Mc/GH7-04C-67-158 6,9 a 3,9 ab 63,6 ab 37,0 b 7 Mc/GH7-04C-143-283 6,3 ab 3,6 abcd 58,1 abc 28,2 b 8 Mc/GH7-04C-17-13 5,8 abcdef 3,6 abcde 52,7 bc 33,2 b 9 Mc/GH7-04C-66-231 5,5 bcdef 3,4 abcdef 56,2 abc 34,3 b 10 Mc/GH7-04C-19-182 5,1 bcdef 3,2 bcdef 61,4 abc 32,2 b 11 Mc/GH7-04C-95-171 5,9 abcdef 3,3 abcdef 54,0 abc 32,8 b 12 Mc/GH7-04C-140-166 6,0 abcdef 3,6 abcde 60,5 abc 29,0 b 13 Mc/GH7-04C-66-59 6,3 abc 3,3 abcdef 51,8 bc 32,3 b 14 Mc/GH7-04C-41-57rp 5,2 bcdef 3,0 bcdef 54,0 abc 28,0 b 15 Singa 5,8 abcdef 3,5 abcdef 57,3 abc 26,7 b 16 Mc/GH7-04C-116-38rp 5,1 bcdef 2,8 cdef 53,8 abc 30,0 b 17 Mc/GH7-04C-131-217 4,8 ef 2,8 cdef 59,9 abc 30,0 b 18 Mc/GH7-04C-23-23 6,3 abc 3,6 abcd 56,4 abc 37,4 b 19 Mc/GH7-04C-169-140 5,9 abcdef 3,7 abcd 59,7 abc 39,3 b 20 Mc/GH7-04C-41-48 5,3 bcdef 2,7 def 54,4 abc 29,9 b 21 Mc/GH7-04C-29-17 6,2 abcd 3,7 abc 52,8 bc 29,5 b 22 Mc/GH7-04C-135-111 5,3 bcdef 2,9 cdef 50,7 c 36,6 b 23 Mc/GH7-04C-67-158 6,3 abc 3,6 abcde 49,6 c 33,0 b 24 Mc/GH7-04C-140-69 6,3 ab 3,7 abc 58,5 abc 29,3 b 25 Mc/GH7-04C-66-57 5,5 abcdef 3,2 abcdef 57,4 abc 26,3 b 26 Mc/GH7-04C-127-213 6,4 ab 4,2 a 63,5 ab 32,7 b 27 Mc/GH7-04C-179-241 5,1 bcdef 3,4 acbdef 66,1 a 32,4 b 28 Mc/GH7-04C-17-145 5,8 abcdef 2,9 cdef 54,0 abc 27,4 b 29 Mc/GH7-04C-60-108 5,9 abcdef 2,9 cdef 55,0 abc 34,3 b

30 Bison 4,9 def 2,6 f 56,5 abc 31,5 b

Angka selajur yang bernotasi huruf sama tidak berbeda nyata dalam uji DMRT0,05

Capaian hasil (Tabel 7) masih jauh dari potensi genetic, meski demikian dengan kendala yang berlaku umum maka beberapa galur diperkirakan menunjukkan keunggulan dibanding galur yang lain, seperti 04C-127-213, 04C-67-158, Mc/GH7-04C-140-69, Mc/GH7-04C-29-17, atau Mc/GH7-04C-169-140. Hasil yang kurang bagus tersebut terkait dengan tingkat keragaman masak polong, dan masih cukup tinggi jumlah polong yang muda. Ketersediaan air yang berlebihan telah menyebabkan masa pembu-ngaan terjadi dalam waktu yang panjang.

(9)

KESIMPULAN

1. Tinggi tanaman rata 78 cm pada saat panen, jumlah polong per tanaman rata-rata 32 polong, dan umur panen rata-rata-rata-rata 112 hari untuk mencapai kemasakan polong i >80%.

2. Ketahanan galur terhadap penyakit bercak dan karat daun sangat baik. Sampai umur 60 hst tingkat infeksi penyakit bercak dan karat daun rata-rata 1,0 pada umur 80 hst skor 2,0, dan pada umur 100 hst (menjelang panen), mencapai 3−4.

3. Daya hasil polong segar galur rata-rata 5,69 t/ha dengan kisaran 4,7−6,9 t/ha, setara dengan 3,29 t/ha polong kering, dengan kisaran 2,6−4,2 t/ha. Galur Mc/GH7-04C-127-213, Mc/GH7-04C-67-158, Mc/GH7-04C-169-140, Mc/GH7-04C-29-118, dan Mc/GH7-04C-29-17 mampu berproduksi 3,7 – 4,2 t/ha polong kering, setara dengan hasil varietas Singa dan lebih tinggi dari varietas Bison.

DAFTAR PUSTAKA

Baihaki, A. and Lambert. 1976. Association of genotype x environment interaction with performance level of soybean lines in preliminary yield test. Crop Sci. 16: 718−721.

Coffelt, T.A. and D.M. Porter. 1986. Field screening of reciprocal Chico x Florigiant peanut population resistance to leaf spot in Virginia. Peanut Sci. 13: 57−60.

Eberhart, S.A., and Russell. 1966. Stability parameters for comparing varieties. Crop Sci. 6: 36−40. Kasno, A. 1994. Toleransi galur-galur harapan kacang tanah terhadap penyakit daun p.141−147

Dalam Suharsono, B. S. Radjit., Y. A. Bety, A. Kasno, dan A. Winarto (Peny.). Risalah Hasil

Penelitian Tanaman Pangan tahun 1993, 17−19 Februari 1993. Balittan Malang.

Kasno, A., N. Nugrahaeni and Trustinah. 1995. Screening for chlorotic symptoms tolerance of groundnut genotypes on calcareous soils. p.77−80 In. On-Farm Research for Groundnut and Pigeonpea Production Technique In Indonesia. MARIF.1995.

Kasno, A. Trustinah, J. Purnomo dan Moedjiono. 2002. Seleksi galur kacang tanah toleran kekeringan, tahan penyakit daun dan Aspergillus flavus. Laporan Teknik Balitkabi tahun 2002. Kasno.A, Trustinah, J. Purnomo, Moedjiono, N. Nugrahaeni dan Sumartini. 2004. Seleksi kacang

tanah di musim hujan dan musim kemarau dan implikainya pada pencegahan infeksi

Aspergilus flavus. 11h

Nugrahaeni. N. dan A. Kasno. 1995. Screening of groundnut genotypes for chlorosis in Tuban. Paper presented at the CRIFC-CLAN Review Meeting. Bogor, 20−21 Feb 1995. 13p.

Nugrahaeni. N. J. Purnomo, and A. Kasno. 1997. Performance of selected groundnut genotypes tolerance to chlorotic, p 30−47. In M.J. Mejaya, N. Nugrahaeni, A. Taufik, T. Adisarwanto, and Suyamto (Eds.). Yiled Improvement of Legumes and cereal. Rilet Special Edition.

Porter, D.M. T.A Coffelt, F.S. 1992. Resistance to Sclerotia blight and early leaf spot in Chinese peanut germplasm. Peanut Sci. 18:1−2.

Sparow, D.H.B. 1979. Breeding for disease resistance. P. 125−159. Plant Breeding Australian ViceChoncellor’s Commite.

Subrahmanyam, P., D. McDonald, F. Waliyar, L.J.Reddy, S.N.Nigam, R.W. Gibbons, V.Ramanatha Rao, A.K.Singh, S. Pande, P.M.Reddy, and P.V. Subba Rao. 1995. Screening Methods and Sources of Resistance to Rust and Late Leaf Spot of

Sumarno. 1991. Pemanfaatn teknologi genetica untuk peningkatan produksi kedelai. Puslitbangtan, Bogor.

Sumartini. 2000. Evaluasi ketahanan varietas kacang tanah terhadap cendawan Aspergilus flavus. Laporan Teknis Balitkabi tahun 2000. 7 hlm.

Walls, S.B., J.C. Wynne. 1985. Resistance to late leafspot of peanut progenies selected for resistance to early leafspot. Peanut Sci. 12: 17−22.

Gambar

Tabel 1.   Skala ketahanan terhadap penyakit karat dan bercak daun pada tanaman kacang tanah  menurut  Subrahmanyam et al., (1995)
Tabel 2. Variabel agronomi galur, kisaran, serta nilai rata-rata dari dua lokasi.
Tabel 3. Nilai rata-rata beberapa karakter agronomi galur kacang tanah  No Genotipe  Tinggi  tanaman
Tabel 4.   Analisis sidik ragam ketahanan galur kacang tanah terhadap penyakit bercak dan karat  daun
+3

Referensi

Dokumen terkait

1) Dilaksanakan pengkajian dan analisis data pada Ny”A” akseptor KB IUD dengan spotting dan erosi portio di Puskesmas Pallangga. 2) Dilaksanakan diagnosa/masalah aktual pada

Nasionalisme merupakan nilai luhur Pancasila yang perlu dimiliki peserta didik sebagai generasi penerus bangsa untuk mengisi kemerdekaan dan mampu memberikan

membuat jadwal piket sesuai dengan periode piket dari admin , (4) Maker dapat membuat realisasi piket sesuai dengan periode piket dari admin , (5) Maker dapat melihat

Pada kecepatan angin 80 km/jam di dapatkan grafik tekanan yang dihasilkan pada analisis, pada bagian ini terdapat tekanan angin yang lebih rendah dari gambar grafik

Seperti dijelaskan pada kajian teori diatas bahwa untuk menjelaskan tentang model pengangkatan tenaga honorer menjadi CPNS berdasarkan PP Nomor 56 Tahun 2012, khususnya

Dari hasil deteksi tepi dapat diketahui 4 titik acuan pada objek kaki, yang menjadi dasar untuk proses deteksi marker dan menghitung jarak antar marker sehingga panjang dan

- Meningkatkan kegiatan deteksi dini dan menyebarluaskan informasi dari hasil deteksi dini berupa hotspot (titik panas) ke Kabupaten agar dapat di ambil tindakan yang cepat

[r]