BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Dukungan Ibu dalam Pemberian Makan
2.1.1.Pengertian Dukungan Ibu dalam Pemberian Makan
Domain perilaku yaitu praktik (practice) yang artinya seseorang yang telah mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui,proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan/ mempraktikkan apa yang diketahui atau disikapinya (dinilai baik). Serta membutuhkan faktor dukungan (support) (Notoatmodjo, 2007).
Perilaku adalah segala bentuk tanggapan dari individu terhadap lingkungannya dan merupakan suatu perwujudan dari adanya kebutuhan. Mewujudkan sikap dalam pemberian makanan bergizi menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu yang memungkinkan antara lain adalah fasilitas. Tingkatan praktik adalah mulai dari persepsi, respon terpimpin, mekanisme dan adaptasi. Dalam perilaku pemberian makanan bergizi ini dapat terlihat dari ibu bisa memilih makanan yang bergizi bagi keluarganya terutama balita, serta ibu dapat pula memilih bahan makanan yang bergizi tinggi berdasarkan bahan yang murah dan sederhana (Notoatmodjo, 2002).
2.1.2. Faktor –faktor yang mempengaruhi dalam pemberian makan Menurut Sulistyoningsih (2011), faktor-faktor yang mempengaruhi yaitu meliputi :
1. Faktor Ekonomi
Variabel ekonomi yang cukup dominan dalam mempengaruhi konsumsi pangan adalah pendapatan keluarga dan harga. Meningkatnya pendapatan akan meningkatkan peluang untuk membeli pangan dengan kualitas dan kuantitas yang lebih baik.
2.Faktor Sosial Budaya
Pantangan dalam mengkonsumsi jenis makanan tertentu dapat dipengaruhi oleh faktor budaya/kepercayaan.Pantangan yang didasari oleh kepercayaan pada umumnya mengandung perlambang atau nasihat yang dianggap baik ataupun tidak baik yang lambat laun menjadi kebiasaan/adat. Budaya mempengaruhi seseorang dalam menentukan apa yang akan dimakan,bagaimana pengolahan, persiapan, dan penyajiannya serta untuk siapa dan dalam kondisi bagaimana pangan tersebut dikonsumsi.
3.Pendidikan
Menurut Notoadmodjo dalam penelitian Ernawati (2014) pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk mengembangkan atau meningkatkan kemampuan tertentu sehingga sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri. Tingkat pendidikan turu pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap pengetahuan yang mereka peroleh.Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi pengetahuan dan perilaku seseorang, hal ini dikarenakan tingkat
pendidikan yang terlalu rendah akan sulit memahami pesan atau informasi yang disampaikam. Pendidikan bagi seorang ibu sangat penting dan tepat terutama dalam merawat anak.
4.Lingkungan
Faktor lingkungan cukup besar pengaruhnya terhadap pembentukan perilaku makan. Kebiasaan makan pada keluarga sangat berpengaruh besar terhadap pola makan seseorang, kesukaan seseorang terhadap makanan terbentuk dari kebiasaan makan yang terdapat dalam keluarga.
5) Usia ibu
Menurut Notoadmodjo dalam penelitian Ernawati (2014), umur berpengaruh dalam proses belajar menyesuaikan diri, seiring dengan bertambahnya umur seseorang maka semakin banyak pengalaman yang akan didapat dari lingkungan dalam membentuk perilakunya. Semakin bertambah umur, ibu akan mempunyai pengalaman yang lebih banyak dari lingkungannya dalam pola asuh anak khususnya dalam perilaku pemberian makan bagi anaknya.
2.2.Status Gizi
2.2.1.Pengertian Status Gizi
Menurut Santoso (1999), Status gizi anak adalah keadaan kesehatan anak akibat interaksi antara makanan dalam tubuh dengan lingkungan sekitarnya. Nilai keadaan gizi anak sebagai refleksi kecukupan gizi, merupakan salah satu parameter yang penting untuk nilai tumbuh kembang fisik dan nilai kesehatan anak tersebut.
Gizi adalah suatu proses mengunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti,absopsi,transportasi,menyimpan metabolisme dan mengeluarkan zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan pertumbuhan dan fungsi normal organ-organ yang mengasilkan energi.
Keadaan gizi adalah keadaan akibat dari keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan gizi tersebut atau keaadan fisologi akibat dan kesediaannya zat gizi dalam sel tubuh (Supariasa,2002).
Status gizi merupakan faktor yang terdapat dalam level individu (level yang paling makro).Faktor yang mempengaruhi secara langsung adalah asupan makanan dan infeksi pengaruh tidak langsung dari status gizi adalah ada tiga faktor yaitu ketahanan pangan sekeluarga,pola pengasuhan anak dan lingkungan tempat tinggal,termasuk akses terhadap pelayanan kesehatan.( Riyadi 2001 ).
Status gizi adalah ekspresi dari keseimbagan zat gizi dengan kebutuhan tubuh yang diwujudkan dalam bentuk ketidakseimbangan antara zat gizi dengan kebutuhan tubuh akan menyebabkan kelainan patologi bagi tubuh manusia kelaianan patologi yang terjadi disebut malnutrisi atau kelainan gizi (Gibson 2005).
2.2.2.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi Anak
Menurut UNICEF (1988),faktor-faktor yang mempengaruhi satus gizi anak balita dan penyebab kurang gizi pada balita dan masyarakat yaitu penyebab langsung dan tidak langsung makanan dan penyakit dapat secara langsug menyebabkan gizi kurang sedangkan penyebab tidak langsung ada tiga yaitu :
1).Ketahanan Pangan 2).Pola Pengasuhan Anak
3).Pelayanan kesehatan dan lingkungan
Pola pengasuhan anak berupa sikap dan perilaku ibu atau pengasuh lain dalam hal kedekatan nya dengan anak,cara memberikan makanan maupun pengetahuan tentang jenis makanan yang harus diberikan sesuai umur dan kebutuhan memberi kasih sayang dan sebagainya ( Supairasa et al,2002 ).
Pola asuh gizi merupakan perubahan sikap dan perilaku ibu atau pengasuh lain dalam hal memberi makan ,kebersihan,memberikan kasih sayang dan sebagainya dan semuanya berhubungan dengan keadaan-keadaan ibu dalam hal kesehatan fisik dan mental pola asuh yang baik dari ibu akan memberikan kontribusi yang basar pada pertumbuhan dan perkembangan balita sehingga akan menurunkan angka kesediaan ganguan gizi (Soekirman 2002).
2.3.Anak Usia Prasekolah
2.3.1.Pegertian Anak Usia Prasekolah
Anak pra sekolah adalah anak usia 3-6 tahun yang belum menempuh sekolah dasar (Depkes RI, 2007). Usia prasekolah adalah usia anak pada masa prasekolah dengan rentang tiga hingga enam tahun (Potter dan Perry, 2009). Pengertian yang sama juga dikemukakan oleh Hockenberry dan Wilson (2009) bahwa usia prasekolah merupakan usia perkembangan anak antara usia tiga hingga lima tahun. Pada usia ini terjadi perubahan yang signifikan untuk mempersiapkan gaya hidup yaitu masuk sekolah dengan mengkombinasikan antara perkembangan biologi, psikososial, kognitif, spiritual dan prestasi sosial. Anak pada masa
prasekolah memiliki kesadaran tentang dirinya sebagai laki-laki atau perempuan, dapat mengatur diri dalam toilet training dan mengenal beberapa hal yang berbahaya dan mencelakai dirinya (Mansur, 2011).
2.3.2. Pertumbuhan dan Perkembangan Pada Usia Pra Sekolah
Dalam tahap pencapaian pertumbuhan dan perkembangan, anak dapat dikelompokkan dalam dua kelompok besar yakni kelompok usia 0-6 tahun yang terbagi dalam tahap pranatal yang terdiri dari masa embrio (mulai konsepsi-8 minggu) dan masa fetus (9 minggu sampai lahir), tahap post natal yang terdiri dari masa neonatus (0-28 hari) dan masa bayi (29 hari-1 tahun), tahap pra sekolah (3-6 tahun). Dan kelompok usia 6 tahun keatas yang terbagi dalam masa pra remaja (6-10 tahun) dan masa remaja ((6-10-18/20 tahun) (Hidayat, Aziz Alimul, 2005).
1. Fase pertumbuhan anak usia pra sekolah
Pada pertumbuhan masa pra sekolah pada anak pertumbuhan fisik khususnya berat badan mengalami kenaikan rata-rata pertahun nya adalah 2 kg, kelihatan kurus akan tetapi aktivitas motorik tinggi, di mana sistem tubuh sudah mencapai kematangan seperti berjalan, melompat, dan lain-lain. Pada pertumbuhan khususnya ukuran tinggi badan anak akan bertambah rata-rata 6,75-7,5 centi meter setiap tahunnya (Hidayat Aziz Alimul, 2005).
2.Fase perkembangan anak usia pra sekolah
Menurut Hidayat Aziz Alimul (2005), fase perkembangan anak dibagi menjadi :
1.Perkembangan motorik kasar, diawali dengan kemampuan untuk berdiri dengan satu kaki selama 1-5 detik, melompat dengan satu kaki, berjalan dengan tumit kejari kaki, menjelajah, membuat posisi merangkak, dan berjalan denganbantuan.
2.Perkembangan motorik halus mulai memiliki kemampuan menggoyangkan jari-jari kaki, menggambar dua atau tiga bagian, memilih garis yang lebih panjang. 3.Pada perkembangan bahasa diawali mampu menyebutkan hingga empat
gambar, menyebutkan satu hingga dua warna, menyebutkan kegunaan benda, menghitung, mengartikan dua kata, memahami arti larangan, merespon terhadap panggilan dan orang-orang anggota keluarga terdekat.
4.Perkembangan adaptasi sosial dapat bermain dengan permainan sederhana, menangis jika dimarahi, membuat permintaan sederhana dengan gaya tubuh, mengenali anggota keluarga.
2.4.Balita
2.4.1.Pengertian Balita
Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun atau lebih popular dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun (Muaris.H, 2006). Menurut Sutomo. B. dan Anggraeni. DY, (2010), Balita adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-5 tahun). Saat usia batita, anak masih tergantung penuh kepada orang tua untuk melakukan kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan makan. Perkembangan berbicara dan berjalan sudah bertambah baik. Namun kemampuan lain masih terbatas.
Masa balita merupakan periode penting dalam proses tumbuh kembang manusia. Perkembangan dan pertumbuhan di masa itu menjadi penentu keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini merupakan masa yang berlangsung cepat dan tidak akan pernah terulang, karena itu sering disebut golden age atau masa keemasan. 2.5.Peran perawat
1.Hubungan Terapeutik
Pembentukan hubungan terapeutik merupakan dasar untuk memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas tinggi .Perawat dan keluarga diberdayakan dan memelihara komunikasi terbuka.
2. Advokasi dan Perawatan Keluarga
Sebagai advokat, perawat membantu anak dan keluarga dalam membuat pilihan informasi dan bertindak dalam kepentingan terbaik anak. Advokasi memastikan bahwa keluarga menyadari semua pelayanan kesehatan yang tersedia, diinformasikan perawatan dan prosedur, yang terlibat dalam perawatan anak, dan didorong untuk mengubah atau mendukung praktek perawatan kesehatan yang ada.
3. Pencegahan penyakit dan promosi kesehatan
Setiap perawat yang terlibat dalam merawat anak-anak harus memahami pentingnya pencegahan penyakit dan promosi kesehatan. Rencana asuhan keperawatan harus mencakup evaluasi menyeluruh terhadap semua aspek pertumbuhan dan perkembangan anak, termasuk gizi, imunisasi, keselamatan, perawatan gigi, sosialisasi, disiplin, dan pendidikan.
4.Pendidik Kesehatan
Pendidik kesehatan merupakan salah satu di mana perawat sering perlu persiapan dan latihan dengan model peran yang kompeten, karena melibatkan transmisi informasi di anak dan keluarga tingkat pemahaman dan keinginan untuk informasi. Sebagai efektif pendidik, perawat berfokus pada penyediaan pendidikan kesehatan yang sesuai dengan umpan balik yang murah hati dan evaluasi untuk mempromosikan pembelajaran.
5. Pencegahan luka
Perawat mempunyai, peran penting dalam mencegah cedera dengan menggunakan perkembangan suatu pendekatan konseling keselamatan bagi orang tua dari anak-anak dari segala usia. Menyadari bahwa masalah keamanan untuk bayi muda benar-benar berbeda dari risiko cedera remaja, perawat membahas kiat pencegahan cedera yang tepat untuk orang tua dan anak-anak sebagai bagian dari perawatan pasien rutin.
6. Dukungan dan Konseling
Memperhatikan kebutuhan emosional memerlukan dukungan dan, kadang-kadang konseling. Peran advokat anak atau guru kesehatan adalah mendukung berdasarkan pendekatan individual. Perawat dapat menawarkan dukungan dengan mendengarkan, menyentuh, dan secara fisik menyajikan. Kehadiran menyentuh dan fisik yang paling membantu dengan anak-anak karena mereka memfasilitasi komunikasi nonverbal. Konseling melibatkan saling pertukaran ide dan opini yang menyediakan dasar untuk pemecahan masalah bersama. Ini melibatkan dukungan,
mengajar, teknik untuk mendorong ekspresi perasaan atau pikiran, dan pendekatan untuk membantu keluarga mengatasi stres.
7. Koordinasi dan Kolaborasi
Perawat, sebagai anggota tim kesehatan, bekerja sama dan berkoordinasi perawatan dengan kegiatan perawatan lainnya profesional.
2.2.Kerangka Teori Dukungan Ibu dalam
Pemberin Makan Status Gizi
Status Gizi Tidak Baik