• Tidak ada hasil yang ditemukan

Distribusi Freycinetia Spp. di Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Distribusi Freycinetia Spp. di Sumatera Utara"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

DISTRIBUSI

Freycinetia spp.

DI SUMATERA UTARA

T. Alief Aththorick,1* Etti Sartina Siregar,1 Elizabeth A. Widjaja2 1

Departemen Biologi FMIPA USU, 2

Puslitbang Biologi – LIPI, *

Alamat Korespondensi

Abstrak

Jenis-jenis Freycinetia di Sumatera Utara telah dieksplorasi dan diinventarisasi sejak bulan Maret 2006 sampai Oktober 2007 pada empat belas lokasi yang tersebar di Propinsi Sumatera Utara. Spesimen Freycinetia yang dikoleksi dilakukan studi morfologi, anatomi dan studi herbarium. Untuk melihat kekerabatan morfologi antar jenis Freycinetia dilakukan analisis phenogram dengan menggunakan software NTSYS versi 2.0. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa Sumatera Utara memiliki 6 jenis Freycinetia yaitu F. sumatrana, F. angustifolia, F. confusa, F. javanica dan F. imbricata. Dua lokasi memiliki jumlah jenis tertinggi yaitu Tangkahan 5 jenis dan Taman Nasional Batang Gadis 4 jenis. Berdasarkan distribusinya F. sumatrana merupakan jenis yang paling umum dan terdapat pada semua lokasi penelitian. Hasil penelitian juga menunjukkan terdapat kecenderungan sifat endemisme pada jenis F. kamiana. Jenis ini memiliki distribusi yang sangat terbatas karena hanya ditemukan pada daerah Tangkahan. Hasil analisis Phenogram memperlihatkan adanya dua kelompok kesamaaan taksonomi dan satu jenis pencilan pada Freycinetia Sumatera Utara. Kelompok I terdiri dari F. javanica, F. imbricata dan F. confusa sedangkan kelompok II terdiri dari F. angustifolia dan F. sumatrana. Jenis pencilan merupakan jenis yang tidak berkelompok dengan jenis lainnya tetapi berdiri sendiri, jenis ini adalah F. kamiana. Ciri yang membedakan jenis ini dengan jenis lainnya adalah ujung daunnya yang berbentuk aristate.

Kata kunci:Distribusi, Freycinetia, Sumatera Utara

PENDAHULUAN

Freycinetia atau pandan hutan telah lama dikenal dan digunakan bukan saja oleh masyarakat Indonesia tetapi juga masyarakat di dunia karena keistimewaannya baik sebagai tanaman hias maupun penghasil serat dan fungsi lainnya. F. banksii

merupakan salah satu contoh jenis yang banyak digunakan sebagai tanaman hias di New Zealand. Di kepulauan Maluku akar penunjang F. javanica dan

F. scandens yang sudah diolah digunakan sebagai bahan baku pembuat tali. Dalam keadaan darurat tongkol bunga majemuk (inflorescences) marga ini digunakan sebagai makanan di Pasifik Utara (Cox, 1981). Sementara itu warna merah bractea yang mencolok dari F. funicularis dijadikan bahan pewarna minuman beralkohol (sejenis arak) di China (Heyne, 1987).

Informasi yang berkaitan dengan

Freycinetia yang diketahui tumbuh cukup berlimpah di Indonesia terutama New Guinea, Kalimantan, Sulawesi, dan Sumatera seperti jumlah jenis, ekologi, pollinasi dan fenologi, dan etnobotaninya belum diketahui secara optimal. Laju kerusakan hutan yang sangat tinggi di Sumatera (±1.7 juta ha/tahun) dikhawatirkan akan dapat menjadi penyebab erosi sumber daya genetik Freycinetia

mengingat tumbuhan ini mempunyai habit sebagai pemanjat pada pohon-pohon besar di hutan. Untuk itu penggalian informasi plasma nutfah Freycinetia

perlu dilakukan secara intens di berbagai kawasan yang diyakini sebagai habitat dan pusat penyebarannya.

Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi di pulau Sumatera yang perlu segera mendapat perhatian yang serius dalam eksplorasi

(2)

TUJUAN DAN MANFAAT

Tujuan penelitian untuk mengetahui jenis-jenis dan pola distribusi Freycinetia di Sumatera Utara. Hasil penelitian diharapkan dapat menggambarkan tentang pola hubungan kekerabatan morfologi Freycinetia Sumatera Utara. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang berkepentingan untuk pelestarian, pemanfaatan, dan pengembangan serta untuk studi lebih lanjut Freycinetia di Sumatera Utara.

METODE PENELITIAN

Inventarisasi dan Koleksi Spesimen

Inventarisasi dan koleksi spesimen dilakukan di 7 kabupaten yang tersebar pada empat belas lokasi penelitian yaitu Kabupaten Dairi, Karo, Langkat, Deli Serdang, Labuhan Batu, Tapanuli Selatan dan Mandailing Natal. Kawasan hutan di Kabupaten Dairi yang di survei yaitu Hutan Lindung Sopokomil; Karo: Hutan Sibayak - Taman Hutan Raya (TAHURA), Cagar Alam Deleng Lancuk dan Hutan Gunung Sinabung; Langkat: Hutan Kawasan Wisata Tangkahan, Hutan Telaga Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL), dan Hutan Register Aras Napal (Plot Permanen LIPI); Kabupaten Deli Serdang: Hutan

Kawasan Wisata Sibolangit; Labuhan Batu: Hutan Lindung Holiday Resort; Tapanuli Selatan: Hutan Cagar Alam Sibual-buali, Hutan Register Batang Toru dan Hutan Taman Nasional Batang Gadis; Mandailing Natal: Hutan Register Panyabungan dan Hutan Register Batang Natal.

Spesimen Freycinetia yang dijumpai dari setiap lokasi tersebut dikoleksi dan diambil spesimen yang terbaik dengan ciri-ciri yang masih lengkap terutama ciri kuping pelepah daun yang mudah sekali sobek dan gugur. Di samping itu bila daun panjang, harus diukur panjang dan lebar daun dengan memperhatikan bentuk ujung daunnya. Untuk bunga perlu dicatat letak bunga muncul: di ketiak daun (axillaries) atau di ujung daun (terminalis), jumlah stigma pada bunga betina dan anther pada bunga jantan, bunga terpisah menjadi dua (dioecious) atau satu (monoecious), bentuk buah, jumlah bekas stigma, panjang peduncle dan ciri morfologi lainnya. Jenis-jenis yang telah dikoleksi dari lapangan pada mulanya dijadikan spesimen herbarium basah, yaitu dengan menaruhnya pada lipatan-lipatan kertas koran, dimasukkan ke dalam kantung plastik berukuran 60 x 40 cm, disiram dengan alkohol 70%, kemudian ditutup dengan isolasi setelah mengosongkan udara seminimal mungkin.

Tabel 1. Ciri Morfologi yang Diamati

No. Ciri Sifat Ciri

1. Panjang ruas batang (cm) Diukur 2. Diameter batang (cm) Diukur

3. Susunan daun tumpang tindih/berselang 4. Panjang daun (cm) Diukur

5. Lebar daun tengah (cm) Diukur

6. Auricle bertahan/luruh

7. Ujung auricle bebas/melekat

8. Tepi auricle rata/seluruh sisi bercilia/cilia hanya pada sisi dalam/cilia hanya pada sisi luar

9. Bentuk ujung auricle rata/datar/runcing/membulat/datar-membulat/datar-meruncing/runcing-membulat

10. Arah tumbuh ujung auricle lurus ke atas/ke samping berlekuk/rata 11. Panjang ujung auricle (cm) Diukur

12. Panjang total auricle (cm) Diukur 13. Lebar auricle (cm) Diukur

14. Ujung daun acute/acuminate/aristate 15. Tepi ujung daun serrate/minutely serrate/integer 16. Tepi tengah serrate/minutely serrate/integer 17. Tepi basal daun serrate/minutely serrate/integer 18. Spina pada basal daun rapat/jarang/integer

19. Tekstur helai daun kaku-tebal/lembut-tipis

(3)

Selanjutnya spesimen dibawa ke laboratorium untuk dikeringkan dalam oven. Spesimen yang sudah kering diletakkan di atas kertas mounting yang sudah diberi label, diatur sedemikian rupa kemudian dijahit dengan benang. Ciri-ciri morfologi dan anatomi yang harus diamati dapat dilihat pada Tabel 1 yang nantinya akan digunakan dalam membuat deskripsi morfologi jenis tersebut.

Spesimen Freycinetia yang dikoleksi dilakukan studi morfologi, anatomi, dan studi herbarium. Untuk melihat kekerabatan morfologi antar jenis Freycinetia dilakukan analisis phenogram dengan menggunakan software NTSYS versi 2.0.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keanekaragaman Freycinetia Sumatera Utara Pada tahun 1900, Warburg melaporkan bahwa jumlah jenis Freycinetia di Sumatera terbatas hanya dua yaitu F. tenuis dan F. sumatrana. Berdasarkan studi koleksi spesimen di berbagai herbarium seperti Bogor (BO), Leiden (L) dan

Firenze (FI), Stone (1970) melaporkan bahwa jumlah jenis Freycinetia di Sumatera adalah 10 jenis. Dari sepuluh jenis Freycinetia Sumatera tersebut, yang terdapat di Sumatera Utara ada 4 jenis yaitu F. sumatrana, F. angustifolia, F confusa, dan

F. javanica. Hasil survei pada 14 (empat belas) lokasi penelitian menemukan ada 6 jenis Freycinetia

di wilayah Sumatera Utara. Hasil ini menunjukkan bahwa lebih dari 50% jenis-jenis Freycinetia yang dilaporkan ada di Sumatera terdapat di Sumatera Utara. Ke-enam jenis Freycinetia tersebut adalah F. angustifolia, F. confusa, F. imbricata, F. javanica,

F. kamiana dan F. sumatrana seperti terlihat pada Tabel 2.

Dari Tabel 2 tampak muncul dua jenis yang sebelumnya tidak dilaporkan oleh Stone (1970) di Sumatera Utara yaitu F. imbricata dan F. kamiana. Jenis F. imbricata ditemukan di Dairi, Panyabungan, Deleng Lancuk, Sibolangit, Batang Gadis, Tangkahan dan Sibual-buali; sedangkan F. kamiana

ditemukan di hutan Tangkahan Kabupaten Langkat. Sebaliknya jenis F. confusa dan F. javanica tidak lagi dijumpai di Rantau Prapat pada survei terakhir.

Tabel 2. Jenis-Jenis Freycinetia di Sumatera dan Sumatera Utara

No. Jenis-jenis Freycinetia Sumatera

(Stone, 1970)

Jenis-jenis Freycinetia Sumatera Utara (Aththorick, et al 2007)

1. F. angustifolia Sibolga, Mentawai F. angustifolia Sibolangit, Sikundur, Telaga, Dairi, D. Lancuk 2 F. confusa Dumai, Palembang,

Banyuasin, R Prapat.

F. confusa Batang Toru, Batang Gadis

3 F.distigmata P. Siberut, Mentawai - -

4 F. imbricata Gunung Merapi F. imbricata Dairi, Panyabungan, D. Lancuk

Sibolangit, Batang Gadis Tangkahan, Sibual-buali, 5 F. javanica Palembang, Dumai,

Sibolangit, Pantai Timur, Rantau Prapat, P. Simalur

F. javanica Deleng lancuk, Telaga, G. Sinabung, Batang

8 F. sumatrana Bandar Baru, G. Sibayak, Sibolangit, Tanah Karo, Asahan, Deleng Pisopiso dan G. Singgalang.

F. sumatrana Sibolangit, Tahura, Dairi, Deleng Lancuk, Sikundur, G. Sinabung, Tangkahan, Telaga, L. Batu,Sibual-buali, Batang Toru, Panyabungan, Batang Gadis, Natal.

9 F. tenuis Sumatera - -

10 F. winkleriana Palembang, Banyuasin, Indragiri

(4)

Dari pengamatan lapangan diketahui bahwa hal ini disebabkan telah terjadinya konversi lahan yang sangat hebat di Labuhan Batu dari kawasan hutan menjadi lahan perkebunan.

Keanekaragaman Freycinetia di Sumatera Utara tergolong paling tinggi jika dibandingkan dengan Propinsi lainnya di Sumatera berdasarkan perkiraan sementara para ahli. Stone (1970) memperkirakan bahwa jumlah jenis Freycinetia di berbagai propinsi di Sumatera berkisar 1 sampai 5 jenis (gambar 1). Perkiraan tertinggi terdapat pada daerah Sumatera Utara dan Sumatera Barat diikuti oleh Aceh, Riau, Jambi, dan Sumatera Selatan. Jumlah yang sebenarnya dapat saja jauh lebih tinggi dari perkiraan mengingat belum banyak dilakukan penelitian Freycinetia di daerah-daerah ini.

Distribusi Freycinetia Sumatera Utara

Freycinetia memiliki daerah penyebaran yang luas di daerah tropis, mulai dari hutan dataran rendah, rawa, hutan dataran tinggi sampai hutan pegunungan. Wilayah Sumatera Utara memiliki semua keragaman habitat tersebut, oleh karena itu adalah wajar jika wilayah ini memiliki jumlah jenis

Freycinetia yang tinggi. Masing-masing lokasi penelitian memiliki jumlah jenis Freycinetia yang bervariasi, lokasi yang memiliki jumlah jenis tertinggi adalah Tangkahan sebanyak 5 jenis dan Batang Gadis 4 jenis sedangkan lokasi yang memiliki jumlah jenis terendah yaitu Labuhan Batu, Tahura dan Natal masing-masing 1 jenis (Tabel 3).

Perkiraan sementara jmlh jns

per lokasi pengambilan

spesimen di masing-masing

provinsi

4/2

3/5

4/3

3/5

0

KEPRI

4/1

1/1 4/3

2/1BANGKA

BELITUNG

0

(5)

Tabel 3. Distribusi Freycinetia di Sumatera Utara

No. Sibolangit Tahura D.Lancuk G. Sinabung Dairi Tangkahan Telaga

1. F.angustifolia F.sumatrana F.javanica F.javanica F.imbricata F.javanica F.javanica

2. F.imbricata F.sumatrana F.sumatrana F.sumatrana F.imbricata F.angustifolia

3. F.sumatrana F.sumatrana F.sumatrana

4. F. angustifolia

5. F.kamiana

No. Sikundur L. Batu Sibual-buali Panyabungan B. Toru B. Gadis Natal

1. F.angustifolia F.sumatrana F.imbricata F.imbricata F.confusa F.javanica F.sumatrana

2. F.sumatrana F.sumatrana F.sumatrana F.sumatrana F.imbricata

3. F.confusa

4. F.sumatrana

Pola penyebaran Freycinetia mengikuti pola pembagian kawasan Sumatera Utara berdasarkan pengaruh dua gugusan pegunungan api. Pusat penyebaran Freycinetia di kawasan pegunungan Sinabung dan Sibayak adalah daerah Tangkahan dengan jumlah jenis tertinggi 5 jenis, sedangkan pusat penyebaran Freycinetia di kawasan pegunungan Sorik Merapi dan Sibual-buali adalah daerah Batang Gadis dengan jumlah jenis tertinggi 4 jenis. Berdasarkan letak geomorfologinya, Asahan dan Labuhan Batu sebenarnya merupakan daerah transisi atau pertemuan kedua kawasan tersebut dan oleh karenanya diharapkan daerah ini memiliki keanekaragaman Freycinetia yang lebih tinggi, namun karena hampir semua kawasan hutan di daerah ini sudah dikonversi menjadi lahan perkebunan maka keberadaan Freycinetia sangat terancam bahkan menuju kepunahan. Di Asahan sudah tidak terdapat kawasan hutan lagi, sedangkan di Labuhan Batu hanya terdapat 1 jenis Freycinetia yaitu F. sumatrana.

Dari Tabel 3 tampak bahwa F. kamiana

memiliki penyebaran terbatas dan mungkin merupakan jenis endemik untuk Sumatera Utara karena tidak ditemukan di lokasi lainnya. Namun hal ini perlu diteliti lebih lanjut dengan melakukan survei menyeluruh di kawasan Sumatera Utara. Sebaliknya F. sumatrana memiliki penyebaran yang sangat luas dan ditemukan pada semua lokasi penelitian (Gambar 2). F. kamiana merupakan jenis yang tumbuh semi-tegak di tanah ketika tingginya baru mencapai kira-kira 2 m dan baru memanjat setelah lebih tinggi dari itu. Jenis ini sering menghuni tempat-tempat lembab di pinggir alur kecil dalam hutan. Menurut Stone (1970) F.

kamiana adalah jenis yang paling baru ditemukan dan memiliki penyebaran di Malaya dan Sumatera. Jenis F. sumatrana adalah jenis yang paling umum dan tersebar luas di kawasan Malesia. Jenis ini dicirikan oleh auriclenya yang memiliki lobed yang jelas dan dalam. Berdasarkan bentuk auriclenya, jenis ini memilik variasi yang besar di alam. Auriclenya ada yang berbentuk runcing – lurus - panjang; runcing – bengkok – pendek; runcing – gemuk – pendek; dan besar – membulat.

Jenis lainnya yang tergolong memiliki distribusi yang luas di Sumatera Utara adalah F. imbricata dan F. javanica. F. imbricate ditemukan di Dairi, Sibolangit, Tangkahan, Panyabungan, Sibual-buali dan Batang Gadis, sedangkan F. javanica ditemukan di Deleng lancuk, G. Sinabung, Tangkahan, Telaga dan Batang Gadis. Kedua jenis ini bersama-sama dengan F. sumatrana terdistribusi di kedua wilayah pengaruh gunung api Sumatera Utara. Hal yang menarik lainnya adalah F. angustifolia terbatas hanya terdapat di wilayah gugusan G. Sinabung – G. Sibayak yaitu di Sibolangit, Sikundur, Telaga, Deleng Lancuk dan Dairi, sebaliknya F. confusa hanya terdapat di wilayah gugusan G. Sorik Merapi – G. Sibual-buali yaitu Batang Toru dan Batang Gadis.

Kesamaan Taksonomi Freycinetia Sumatera Utara

(6)

Gambar 2. Distribusi Freycinetia di Sumatera Utara

Ciri morfologi yang dipakai terutama adalah bagian vegetatif, sedangkan bagian generatif seperti bunga dan buah tidak disertakan karena bunga dan buah sangat sedikit dijumpai di lapangan. Kemungkinan waktu koleksi tidak sama dengan masa pembungaan sehingga perlu dilakukan pengkoleksian kembali dengan waktu yang berbeda dengan sebelumnya. Selanjutnya dari data morfologi dibuat pengelompokan kesamaan taksonominya dalam bentuk phenogram dengan software NTSYS versi 2.0 (Gambar 3).

Phenogram pada Gambar 4 memperlihatkan adanya dua kelompok kesamaaan taksonomi dan satu jenis pencilan pada Freycinetia Sumatera Utara.

Kelompok I terdiri dari F. javanica, F. imbricata

dan F. confusa. Kelompok ini dicirikan oleh kesamaan arah tumbuh ujung auricle yang rata. Kelompok II adalah F. angustifolia dan F. sumatrana yang dicirikan oleh arah tumbuh ujung auricle lurus ke atas atau berlekuk ke samping. Dari phenogram di atas tampak bahwa F. sumatrana

Sikundur masuk pada kelompok F. javanicaF. imbricataF. confusa. Hal ini menunjukkan bahwa variasi morfologi F. sumatrana begitu besar sehingga ada yang sampai terpisah jauh dari kelompok induknya.

(7)

sendiri, jenis ini adalah F. kamiana. Ciri yang membedakan jenis ini dengan jenis lainnya adalah ujung daunnya yang berbentuk aristate. Jenis ini juga memiliki perawakan yang berbeda dengan jenis-jenis Freycinetia lainnya yaitu habitusnya yang semi-tegak dan tidak langsung memanjat ke pohon

inangnya. Keadaan ini terjadi sampai tingginya kira-kira 2 m atau sampai tubuhnya tidak mampu lagi menopangnya untuk tegak. Berdasarkan bukti-bukti ini dapat disimpulkan bahwa F. kamiana jauh berbeda dengan jenis-jenis Freycinetia lainnya baik dari ciri morfologi, habitus, maupun distribusinya.

Phenogram Freycinetia spp

Coefficient

0.22 0.56 0.89 1.22 1.55

Fjavatlg Fjavagsk Fjavatkhn Fimbripybg Fimbrida Fimbrisb Fsumskd Fconfusbt Fconfustnbg Fangussb Fangustlg Fangusskd Fsumlb Fsumgs Fsumbt Fsumtkhn Fsumsp Fsumpybg Fsumsb Fkamiana

Gambar 3. Phenogram Freycinetia Sumatera Utara

Keterangan:

(8)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Di kawasan Propinsi Sumatera Utara terdapat 6 jenis Freycinetia, yaitu F. sumatrana, F. javanica, F. imbricata, F. angustifolia, F. confusa dan F. kamiana.

2. Pusat penyebaran Freycinetia terdiri dari dua daerah penyebaran mengikuti pola pewilayahan dua gugusan pegunungan aktif yaitu gugusan pegunungan Sinabung – Sibayak di Utara dengan daerah pusat penyebaran Hutan Tangkahan; dan gugusan pegunungan Sorik Merapi – Sibual buali di Selatan dengan pusat penyebaran Hutan Batang Gadis.

3. F. sumatrana dijumpai di seluruh lokasi penelitian, sedangkan F. kamiana terbatas hanya terdapat di Hutan Tangkahan. F. angustifolia

hanya terdapat pada wilayah gugusan Gunung Sinabung – Sibayak, sebaliknya F. confusa

hanya terdapat pada gugusan Gunung Sorik Merapi – Sibual buali.

4. Terdapat dua kelompok kesamaan taksonomi Freycinetia di Sumatera Utara, kelompok I terdiri dari F. javanica, F. imbricata dan F. confusa, sedangkan kelompok II terdiri dari F. angustifolia dan F. sumatrana.

Saran

1. Perlu dilakukan kajian fenologi terhadap

Freycinetia untuk mengetahui siklus reproduksinya, juga terhadap hewan penyerbuk dan pemencarnya.

2. Perlu dilakukan kajian kekerabatan genetik Freycinetia mengingat jenis tertentu telah menunjukkan variasi morfologi yang cukup signifikan, contohnya F. sumatrana.

DAFTAR PUSTAKA

Callmander MW, P. Chassot, P Kupfer & PP Lowry. 2003. Recognition of Martellidendron, a new genus of Pandanaceae, and its Biogeographic implications. Taxon 52: 747-762.

Cox. P.A. 1981. Bisexuality in The Pandanaceae: New Finding in The Genus Freycinetia.

Biotropica 13 (3): 195 – 198.

Dahlgren, R.M.T., H. T. Clifford & P.F. Yeo. 1985.

The Families of The Monocotyledons. Structure, Evolution, and Taxonomy. Springer-Verlag. Berlin.

Fahn, A. 1982. Plant Anatomy. Third Edition. Pergamon Press Ltd. Hebrew.

Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Departemen Kehutanan. Jakarta. Huynh KL. 2000. The Genus Freycinetia

(Pandanaceae) in New Guinea (Part 3).

Candollea 55: 283-306.

Huynh KL. 2002. The Genus Freycinetia

(Pandanaceae) in New Guinea (Part 4).

Blumea 47:513-536.

Stone BC. 1967. Material for a Monograph of

Freycinetia (Pandanaceae) I. Gardens, Bulletin, Singapore-XXII: 29-152.

Stone BC. 1970. Malayan climbing pandans-the genus Freycinetia in Malaya. Malay. Nat. J.

23:44-91.

Stone BC. 1972a. Materials for A Monograph of

Freycinetia Gaud (Pandanaceae) XV. The Sumatran Species. Federation Museum Journal Vol XV:203-207.

Stone BC. 1972b. A. Reconsideration of the Evolutionary Status of the Family Pandanaceae and its Significance in Monocotyledon Phylogeny. The Quarterly Review of Biology. Vol 47 (1): 34-45.

Stone BC. 1974. Studies in Malesian Pandanaceae XIII. New and noteworthy Pandanaceae Papuasia. Contr. Herb. Australianse 4:7-40. Stone BC. 1975a. The Morphology and Systematics

of Pandanus Today (Pandanaceae). International Botanical Congress Leningrad. Stone BC. 1975b. On the biogeography of Pandanus

(Pandanaceae). Compt. Rend. Sommaire Seances Soc. Biogeogr. 457:67-90.

Stone BC 1983. A guide to collecting Pandanacaeae (Pandanus, Freycinetia, and Sararanga). Ann Missouri Bot. Garden 70: 137-145.

Gambar

Tabel 1. Ciri Morfologi yang Diamati
Gambar 1. Perkiraan Jumlah Jenis Freycinetia di Masing-Masing Propinsi di Sumatera
Gambar 2. Distribusi Freycinetia di Sumatera Utara
Gambar 3. Phenogram Freycinetia Sumatera Utara

Referensi

Dokumen terkait

APBD Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2007 disusun berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor : 13 tahun 2006 sebagaimana telah diatur dalam Peraturan Pemerintah

Penelitian Harahap FS.(2019) pemberian abu sekam padi dan jerami padi untuk pertumbuhan serta serapan tanaman jagung manis ( Zea mays l.) pada tanah ultisol di

Tujuan dari pembuatan skripsi ini adalah untuk mengidentifikasi prosedur billing sekolah pada umumnya, menganalisis kebutuhan sistem yang berkaitan dengan hasil identifikasi,

Standardized coefficients beta digunakan untuk persamaan regresi yang berfungsi untuk mengetahui pengaruh dan sumbangan efektif yang diberikan antara variabel

Kemudian dari masing-masing kuadran tersebut akan diketahui sejauh mana tingkat kinerja pelaksanaan pelayanan yang telah dijalankan oleh perusahaan atas atribut-atribut

Program pengabdian ini bertujuan mengolah kotoran ternak menjadi bahan bakar berupa bahan bakar alternatif yang bersifat ramah lingkungan sehingga masyarakat di desa

Makalah ilmiah adalah salah satu jenis karangan ilmiah yang ditulis secara sistematis dan logis. Karangan tersebut berisi informasi atau data yang bersifat faktual yang disampaikan

Berangkat dari asumsi di atas, peneliti tertarik meneliti lebih lanjut tentang peran orang tua dalam meningkatkan minat belajar anak, dan selanjutnya mengangkat dalam