• Tidak ada hasil yang ditemukan

SENSE OF PLACE ANAK PADA PEMUKIMAN KAMPUNG KREATIF STUDI KASUS : KAMPUNG KREATIF DAGO POJOK, KOTA BANDUNG, JAWA BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SENSE OF PLACE ANAK PADA PEMUKIMAN KAMPUNG KREATIF STUDI KASUS : KAMPUNG KREATIF DAGO POJOK, KOTA BANDUNG, JAWA BARAT"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

SENSE OF PLACE ANAK PADA PEMUKIMAN KAMPUNG KREATIF

STUDI KASUS : KAMPUNG KREATIF DAGO POJOK,

KOTA BANDUNG, JAWA BARAT

Salma Karima As Sa’diah

Mahasiswa S1 Program Studi Arsitektur Universitas Katolik Parahy angan Abstract

Creative Kampung is one of the solutions to increase the qualit y of village in building the environment and their culture. Creative Kampung was built with an awareness of communit y of tourism potential in the village along with their senses of belonging to their village. Children are the Creative Kampung’s next generation. Children’s sense of plac e is needed for children to k now their physical and social environment that affects the children’s development. This study aims to reveal the physical setting, the pattern of children’s activities, and the children’s perceptions to the sense of place to where they live. This research is further expected to help the consideration in the efforts of increasing the quality of children’s activity area, especially in the scale of environment of village settlement.

The study was conducted by analyzing the children’s activities as well as the Creative Kampung’s physical setting Dago Pojok RW 03 with 4 points of observation based on the area that mostly used by the children in their activities. Physical Setting observed based on the characteristics of children’s playing room, while the children’s activity patterns were observed based on their ages, gender and length of time of the activities. The selected samples were boys and girls with a ratio of 2-12 years of age. Since the research subjects involved children, this researc h conducted by observing children’s playing activities at 08.00-10.00, 10.00-14.00, and 14:00 - 18:00. Int erviews were conducted to obtain the children's perc eptions to the sense of place to where they live.

After doing this research, the res ult showed that the physical setting influenced the patterns of the children's playing activities. There are different patterns of playing activities in several points according to t heir physical conditions. Children prefer a spacious space and a space that has a natural and interesting atmosphere. Based on the children's perceptions, they have been able to k now their environment well.

Keywords : Sense of place, Children’s Activity, Creative Kampung, Physical Setting Abstrak

Kampung kreatif merupakan salah satu solusi untuk meningkatkan kualitas kampung dalam membangun lingkungan serta budayanya. Kampung kreatif dibangun dengan adanya kesadaran masyarakat akan potensi wisata di kampungnya serta adanya rasa memiliki terhadap kampungnya (sense of belonging). Anak-anak hadir sebagai generasi penerus kampung kreatif. Sense of place pada anak diperlukan agar mereka mampu mengenal lingk ungan fisik dan sosial yang mempengaruhi perk embangannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui s etting fisik, pola aktivitas anak, serta persepsi anak terhadap sense of place tempat tinggalnya. Diharapkan kedepannya, penelitian ini dapat membantu dalam pertimbangan usaha peningkatan kualitas ruang aktivitas anak terutama dalam skala lingkungan pemukiman kampung.

Penelitian dilakukan dengan meneliti aktivitas anak serta setting fisik lingkungan kampung kreatif Dago P ojok RW 03 dengan 4 titik pengamatan berdasarkan ruang y ang paling banyak digunakan oleh anak-anak untuk beraktivitas. Setting fisik diamati berdasarkan karakteristik ruang bermain anak sedangkan pola aktivitas anak diamati berdasarkan umur, gender serta waktu kegiatan berlangsung. Sampel yang dipilih adalah

MAKALAH SKRIPSI ARSITEKTUR 41

(2)

anak laki-laki dan perempuan dengan rasio umur 2-12 tahun. Penelitian dilakukan dengan obs ervasi aktivitas bermain anak pada pukul 08.00-10.00, 10.00-14.00 dan 14.00-18.00. Wawancara dilakukan untuk menget ahui persepsi anak-anak terhadap lingkungan tempat tinggalny a.

Setelah melakukan penelitian, didapatkan hasil bahwa setting fisik berpengaruh terhadap pola aktivitas bermain anak. Adanya perbedaan pola aktivitas bermain di beberapa titik sesuai dengan kondisi fisiknya. Anak-anak cenderung menyukai ruang luas dan memiliki suasana alami serta menarik. Berdasarkan persepsi anak-anak, mereka telah mampu mengenal lingkungannya secara baik.

Kata-kata kunci : Sense of Place, Aktivitas Anak, Kampung Kreatif, Setting Fisik

1. Pendahuluan

Kampung kreatif merupakan salah satu solusi untuk merubah sifat kampung kota sebagai perusak tata kota. Melalui program kampung kreatif diharapkan mampu meningkatkan kualitas kampung untuk membangun kota. Kampung kreatif dibangun dengan adanya kesadaran dari masyarakat akan potensi wisata di kampungnya serta adanya rasa memiliki terhadap kampungnya (sense of belonging). Sense of belonging akan memberikan pula rasa memiliki terhadap budayanya sehingga program kampung kreatif ini mampu menjadi salah satu wadah masyarakat untuk melestarikan budayanya serta membangun lingkungannya. Selain itu ekonomi kreatif masyarakat pun akan meningkat seiring dengan munculnya ide-ide untuk berkreativitas tinggi.

Kehadiran kampung kreatif ini mampu menimbulkan kesan ruang yang

berbeda bila disbanding dengan kampung biasa lainnya. Setting fisik memiliki

nilai-nilai seni dan dirancang menarik agar mampu mewadahi aktivitas sehari-hari maupun aktvitas kreatif. Selain itu kegiatan-kegiatan seni yang sering diadakan mampu menjadi nilai berbeda yang dimiliki kampung ini. Dari aspek fisik, aspek aktivitas serta citra ruangnya, kampung kreatif ini mampu memberikan kesan ruang yang berbeda, unik serta menarik. Kampung Dago Pojok sebagai kampung kreatif pertama di Bandung mampu menghadirkan suasana kampung kreatif pada kampungnya.

Kesan ruang atau sense of place mampu dirasakan setiap individu yang

merupakan hasil dari interaksi manusia dengan suatu tempat. Kesan ruang ini bisa merujuk pada aspek persepsi dan psikologis melalui masa lalu, pengalaman, kenangan, kepribadian budaya, latar belakang, gender, usia, sikap

dan hal lain yang ditimbulkan dari tempat tersebut. Sense of place ini mulai

dirasakan seseorang saat usia anak-anak untuk mengenali tempat tinggalnya.

Anak-anak mampu merasakan makna sense of place dari lingkungannya secara

spesifik. Selain itu sebagai generasi penerus, anak-anak memerlukan kemampuan spasial untuk mengenali lingkungannya sehingga mampu mengembangkan lingkungannya kelak.

Kelekatan seorang anak dengan tempat (children’s place attachment)

mampu dikembangkan dengan adanya sense of place yang dirasakan anak

tersebut. Hal ini akan mempengaruhi integrasi sosial, wellbeing anak, identitas

personal, sehingga pada akhirnya akan mempengaruhi pertumbuhan jiwa dan

fisik anak. Tanpa adanya sense of place maka akan menimbulkan rasa asing

anak terhadap tempat tertentu, rasa tidak memiliki lingkungan serta rasa tidak peduli terhadap lingkungan. Selain itu mampu mengakibatkan terbatasnya akses

mandiri anak di lingkungan tertentu sehingga mampu menghilangkan sense of

place pada lingkungan tersebut. Penelitian yang akan dibahas disini adalah

2 SENSE OF PLACE ANAK PADA PEMUKIMAN KAMPUNG KREATIF SALMA KARIMA AS SA’DIAH

(3)

faktor-faktor pembentuk sense of place serta pemaknaannya oleh anak-anak pada pemukiman kampung kreatif Dago Pojok.

2.

Anak dan Lingkungan a. Aktivitas Bermain

Bermain adalah kegiatan dimana seorang anak dapat melakukan apa yang dia inginkan, kapan dan dimana dia melakukanya. Bermain merupakan seluruh aktivitas anak termasuk bekerja dan merupakan cara tersendiri bagi anak untuk mengenal dunianya. Bermain tidak hanya untuk sekedar mengisi waktu tetapi juga dapat merangsang perkembangan sensorimotorik, perkembangan sosial, perkembangan kreativitas, perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral dan bermain sebagai terapi.

b. Ruang Bermain

Berdasarkan tingkat usianya, anak membutuhkan ruang aktivitas bermain yang berbeda sesuai dengan kebutuhan perkembangan dirinya. Ruang bermain akan mempengaruhi setiap anak secara berbeda sesuai umurnya. Ruang bermain ini akan mempengaruhi perkembangan setiap anak, seperti daya social, konsep pikir, konsep fantasi, konsep keindahan, dsb.

c. Pengelompokkan Teman Bermain

Terdapat hal-hal yang mempengaruhi terbentuknya kelompok

bermain, yang didasarkan pada pengelompokan menurut Altman (1980)i

yaitu:

1. Umur dan Jenis Kelamin

Salah satu kemungkinan terjadinya pengelompokkan kelompok bermain karena dipengaruhi oleh ruang personal, dalam kaitannya disini yaitu jenis kelamin dan umur yang lebih disebabkan oleh perbedaan dalam sosialisasi antara pria dan wanita karena perbedaan biologis. Selain itu

seiring bertambahnya umur seseorang maka personal space yang

dibutuhkan juga akan semakin luas. 2. Organisasi

Organisasi adalah sekelompok orang yang secara formal mempunyai suatu keterkaitan dipersatukan dalam suatu kerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kedekatan antar orang tua anak dalam struktur organisasi bias mendekatkan hubungan anak-anaknya.

3. Struktur kelompok

Kecocokan lingkungan akan tercapai bila adanya sekelompok orang. Suatu desain tidak akan sempurna bila tidak memahami struktur kelompok yang ada. Semakin besar kelompok bermain seorang anak maka semakin luas pula wilayah bermainnya. Ruang bermain yang lahir secara alami menunjukkan adanya struktur kelompok antara keluarga anak- anak, sehingga anak membentuk kelompok yang dianggap memiliki kesamaan dan bermain bersama di tempat yang disenangi. 4. Hubungan Sosial

Hubungan sosial adalah hubungan yang terjalin antar invidu sebagai mahluk sosial. Manusia saling berinteraksi, mengadakan

MAKALAH SKRIPSI ARSITEKTUR 41

(4)

kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu berdasarkan adat tata kelakuan maupun budaya. Salah satu kemungkinan yang menghasilkan perbedaan dalam bermain lebih karena perbedaan sosialisasi antara permpuan dan laki-laki karena faktor biologisnya.

5. Tingkatan Hidup

Tingkatan hidup sangat mempengaruhi kualitas ruang yang diperlukan seseorang. Hal ini akan mempengaruhi kualitas dan kenyamanan ruang yang lebih tinggi lagi.

6. Gaya Hidup

Gaya hidup sesorang dapat mempengaruhi karakter fisik arsitektur tempat-tempat yang diketahui dan dikunjungi. Dalam suatu pemukiman mungkin saja terjadi perbedaan kalangan menengah atas, menengah maupun menengah bawah. Gaya hidup tersebut berpengaruh kepada aktivitas permainan yang dipilih oleh anak-anaknya.

7. Aktivitas Dasar

Aktivitas dasar merupakan aktivitas utama yang sering dilakukan. Suatu setting ruang yang ideal terwujud bila aktivitas dasar ini terpenuhi.

3.

Karateristik Ruang Bermain Anak

Menurut Mitsuru Senda (1993)ii, aspek-aspek pembentuk ruang bermain

anak dibagi menjadi berikut : a. Tempat Bermain

Tempat bermain merupakan ruang yang digunakan oleh individu atau kelompok untuk melakukan aktivitas bermain. Mitsuru Senda dalam bukunya mengklasifikasikan tempat untuk bermain menjadi 6 tipe, yaitu :

1. Ruang Alami.

Merupakan ruang yang melibatkan banyak makhluk hidup seperti orang, hewan dan tumbuhan. Hal tepenting yang akan dipelajari ketika bermain disini yaitu emosi dan fakta-fakta dari hidup.

2. Ruang Terbuka

Merupakan suatu ruangan yang besar dan kosong serta membebaskan anak untuk menghabiskan energinya.

3. Ruang Jalan

Merupakan tempat dimana anak akan bertemu dengan individu atau kelompok lain ketika ia membuat suatu gerakan.

4. Ruang Anarki

Merupakan ruang yang tidak terdesain, ruang dengan banyak

barang-barang rongsokan, ruang disekitar pabrik. Ruang-ruang tersebut dapat merangsang kreativitas anak-anak.

5. Ruang Tersembunyi

Merupakan ruang dimana anak dapat bersembunyi. Ruang ini dapat

memacu adrenalin dan merupakan ruang yang paling disenangi oleh anak-anak.

b. Waktu Bermain

Anak-anak akan bermain dimana saja dan kapan saja yang mereka inginkan. Contohnya saja ketika seorang anak sedang menunggu ibunya

4 SENSE OF PLACE ANAK PADA PEMUKIMAN KAMPUNG KREATIF SALMA KARIMA AS SA’DIAH

(5)

menyediakan makanan, anak akan memainkan garpu dan sendoknya lalu mulai mengetuk-ngetukannya ke meja, sehingga menghasilkan nada yang ada di pikiran mereka. Hal ini menunjukan bahwa bagi anak belajar dan bekerja merupakan waktu untuk mereka bermain.

c. Teman Bermain

Teman bermain merupakan subyek yang menemani anak dalam melakukan aktivitas bermain. Anak dapat bermain seorang diri, bermain dengan teman dekatnya saja, atau bermain dengan sekelompok anak lainnya. Hal ini bergantung kepada jenis permainan yang akan dimainkan. d. Jenis Permainan

1. Kegiatan Bermain Aktif 2. Kegiatan Bermain Pasif e. Alat Permainan

Permainan untuk anak haruslah permainan yang mendidik/edukatif, yang berguna untuk mengembangkan aspek motorik, bahasa, kecerdasan dan sosialisasi anak.

4. Sense of Place

Konsep sense of place menyatakan bahwa pengalaman manusia bisa

melebihi aspek fisik dan penginderaan, tetapi juga bisa menciptakan keterikatan

dengan semangat yang ditimbulkan oleh lingkungan tersebut (spirit of place)iii.

Menurut Widya (2013), interaksi yang terjadi antara manusia dengan lingkungannya melibatkan indera penglihatan, pendengaran, penciuman dan peraba. Persepsi melibatkan dan mengumpulkan seluruh informasi dan

penginderaan ini menjadi pemahaan ruang. Berbeda dengan sensing yang

hanya melibatkan 4 kemampuan panca indera, persepsi juga melibatkan perasaan, emosi dan interpretasi. Sensasi tersebut akan menimbulkan suatu persepsi dan memberi kesan terhadap ruang tersebut. Hal ini akan menjadi

memori dan ciri khas tersendiri terhadap ruangan tersebut. Sense of place sering

dikaitkan dengan suatu makna dimana manusia mampu beradaptasi dengan lingkungannya.

Steele (1981)iv menyatakan bahwa “Setiap tempat mempunyai ‘roh’ serta

memiliki kecenderungan untuk memberi pengaruh yang sama bagi orang yang berbeda, dengan ‘roh’ ini dapat memciptakan keunikan, karakteristik yang khas

serta memberikannya kepribadian sebagai suatu tempat atau place tertentu.”

Karakteristik yang berbeda dari suatu tempat pun akan memberi kesan ruang khususnya bagi masyarakat yang tinggal di daerah tersebut. Ada kesan ruang tersendiri yang membedakan dari tempat lain sehingga memberikan rasa aman, nyaman dan betah untuk hidup dan tinggal disana.

5. Faktor yang Mempengaruhi Sense of Place

Fritz Steele membagi setting menjadi dua yaitu physical setting yang

merupakan setting yang dipengaruhi oleh atribut fisik dan social setting yang

merupakan setting yang dipengaruhi oleh atribut sosial (Steele, 1981, p.12)v.

a. Setting Sosial

Sense of place ditingkatkan karena individu memahami masyarakat sebuah lingkungan sosial. Semakin sering individu terlibat dalam kegiatan

MAKALAH SKRIPSI ARSITEKTUR 41

(6)

sosial dalam lingkungannya sehingga dapat menimbulkan rasa betah dan nyaman secara sosial.

b. Setting Fisik

Elemen fisik dari sebuah tempat mampu memberi pengaruh terhadap sense of place yang dimunculkan, seperti adanya bangunan bersejarah,

kelengkapan fasilitas fisik juga dapat mempengaruhi sense of place.”

Karakteristik dari fisik suatu tempat memberi pengaruh untuk makna

simbolik tersebut dan berpengaruh terhadap sense of place.

6. Karakteristik Sense of Place

Menurut Fritz Steele (hlm. 204)v i, “Terdapat beberapa karakteristik utama

sense of place yang dapat ditemui pada suatu tempat (setting) antara lain :

a.

Identity,

setiap bangunan dan tempat memiliki identitas tersendiri

b.

History,

bangunan lama ataupun tempat tertentu yang dilestarikan

karena memiliki nilai sejarah

c.

Fantasy,

tempat tertentu memacu imajinasi orang yang melihatnya

d.

Mystery

, ada beberapa tempat yang berkesan misteri karena masa

lalu yang menyeramkan, berupa tempat keramat atau tempat yang

menyimpan banyak peristiwa yang tidak terjelaskan (penuh misteri)

e.

Joy,

ada juga tempat yang dapat menimbulkan keceriaan dan rasa

bahagia bagi pengunjungnya seperti taman bermain

f.

Surprise,

tempat tertentu juga mengejutkan dan memberi kesan

mengagumkan karena memiliki hal yang lebih dari apa yang

dibayangkan pengunjungnya

g.

Security

, keberadaan tempat ini menimbulkan perasaan aman

h.

Vitality

, mengunjungi tempat yang dimaksud akan memberikan

pengunjungnya perasaan segar bugar dari yang tadinya lesu

i.

Memory

, tempat yang memberika ingatan dan kenangan akan

peristiwa penting dalam hidup seseorang

7. Kualitas Sense of Place

Menurut Steele (hlm.202)v ii, “Pada umumnya pengalaman kita di suatu

tempat akan lebih berkesan pada saat:

a.

Senang berada di tempat itu

b.

Menyukai aktivitas di tempat itu

c.

Terangsang untuk memikirkan dirinya atau

setting

tersebut dengan

berbagai cara dan kemungkinan yang baru

d.

Terangsang pada pemandangan yang penuh dengan imajinasi,

fantasi, kenangan ataupun perasaan

e.

Dapat melakukan sesuatu yang ingin dilakukan dan melakukannya

dengan baik di tempat tersebut

f.

Dapat berhubungan baik dengan orang lain di tempat tersebut

g.

Tidak merasa dilemahkan atau dirusak oleh proses keberadaan

disana dan tidak merusaknya untuk hal lain

h.

Merasa berada di suatu tempat tertentu yang memiliki identitas dan

citra

(image)

serta tidak merasa seperti di tempat asing

6 SENSE OF PLACE ANAK PADA PEMUKIMAN KAMPUNG KREATIF SALMA KARIMA AS SA’DIAH

(7)

Fokus penelitian akan berpusat pemaknaan sense of place anak pada lingkungan tempat tinggalnya. Isu tersebut terlahir dari fenomena dimana anak-anak di kampung kreatif merupakan generasi penerus konsep kampung kreatif.

Maka diperlukan sense of place pada anak-anak supaya mereka mampu

mengenal lingkungan fisik dan sosialnya dengan baik. Selain itu pengenalan lingkungan ini berpengaruh pada perkembangan anak. Dengan menggunakan

teori-teori mengenai sense of place, aktivitas anak, diharapkan dapat diketahui

adanya faktor-faktor pembentuk sense of place serta pemaknaanya oleh

anak-anak di kampung kreatif Dago Pojok.

8. Relasi Setting Fisik Dengan Aktivitas Anak pada Pemukiman Kampung Kreatif

a. Karakteristik Ruang Bermain Anak a. Lokasi 1 : Galeri Gang RT 02&03

Lokasi 1 ini termasuk ke dalam ruang jalan dan ruang alami. Ruang jalan merupakan tempat jalanan dimana akan berjumpa dengan individu lain ketika membuat sebuah gerakan permainan. Di area gang ini merupakan sirkulasi jalan yang sering dimanfaatkan sebagai area bersosialisasi anak dengan anak lainnya dengan bermain bersama.

Figur 1 Elemen Dekoratif Pada Sepanjang Area Gang

Ruang alami merupakan ruang yang baik dan penting untuk aktivitas bermain anak karena ruang tersebut melibatkan banyak mahluk hidup seperti orang, tumbuhan dan hewan. Ruang alami juga mampu merangsang emosi anak. Terdapat pepohonan, tanaman-tanaman pada pot, tanah serta

elemen air yang merupakan unsur alami.

Didukung pula dengan adanya

warung dan area duduk yang dibanyak digunakan masyarakat untuk

berinteraksi. Anak-anak merasa aman dan nyaman bermain disana

karena lokasi yang aman jauh dari kendaran, dekat dengan rumah

dan tidak terlalu sepi.

MAKALAH SKRIPSI ARSITEKTUR 41

(8)

Figur 2. Bermain Sepeda di Area Gang Figur 3. Akti vitas Bermain di Teras Rumah

Jenis permainan yang disukai adalah permainan aktif. Area ini didominasi oleh anak perempuan, karena jumlah anak perempuan lebih banyak pada area ini dan anak laki-laki lebih memilih bermain di area lain yang lebih luas seperti lapangan RT 07, lapangan RT 09 dan area sawah. Selain itu beberapa anak ini masih dalam pengawasan orang tuanya sehingga ia hanya bermain di area sekitar tempat tinggalnya serta merasa lebih aman dan nyaman jika bermain di area sekitar tempat tinggalnya.

Hampir seluruh anak-anak di RW 03 sering sekali menyempatkan waktunya untuk bermain. Contohnya pada pagi hari sebelum berangkat sekolah TK atau PAUD karena masuk lebih siang daripada anak SD yaitu pukul 08.00. Kemudian siang hari setelah pulang dari sekolah dan sebelum pergi mengaji, mereka menyempatkan untuk bermain dengan teman-temannya. Setelah mengaji di masjid, mereka biasa menyempatkan bermain di area masjid maupun area gang. Mereka biasa bermain hingga sore hingga pukul 17.00.

b. Lokasi 2 : Lapangan RT 07

Lapangan berukuran besar ini dikelilingi oleh unsur dekoratif khusunya mural pada dinding. Ruang dengan warna menarik dan cerah mampu meningkatkan pengembangan pola pikir serta konsep keindahan pada anak usia 2-8 tahun. Selain itu area lapangan yang cukup besar mampu mengembangkan konsep bermain pada anak usia 9-14tahun.

Figur 4. Area Lapangan RT 07

Lokasi 2 ini termasuk ke dalam ruang terbuka dan ruang alami. Ruang terbuka yaitu ruang yang besar dan kosong yang membebaskan anak untuk menghabiskan energinya disana. Lapangan ini bisa digunakan oleh seluruh kalangan, mulai dari dewasa hingga anak. Namun

anak-8 SENSE OF PLACE ANAK PADA PEMUKIMAN KAMPUNG KREATIF SALMA KARIMA AS SA’DIAH

(9)

anak lebih mendominasi kegiatan di lapangan ini. Mereka sering menghabiskan waktu untuk bermain di lapangan ini. Selain itu lapangan ini merupakan satu-satunya ruang terbuka di area RT 07 dan memiliki fasilitas playground pada bagian belakang lapangan.

Sedangkan ruang alami merupakan ruang yang melibatkan banyak mahluk hidup seperti, hewan, manusia dan tumbuhan. Area lapangan ini terdapat pepohonan, tanaman-tanaman pada pot, serta sungai yang merupakan unsur alami. Selain itu sering terdengar kicauan burung karena kebiasaan warga memelihara burung. Pohon menjadi elemen peneduh dan memberi suasana sejuk pada lapangan.

Adanya sungai di sebelah lapangan dimanfaatkan anak-anak untuk area bermain memancing maupun berenang. Anak-anak banyak yang senang bermain dengan kucing yang berjumlah cukup banyak di daerah ini. Selain kucing, binatang ayam juga memiliki jumlah yang banyak. Hal ini dikarenakan banyak warga yang memelihara ayam pada area sekitar rumah. Menurut Dewiyanti, ruang alam mampu mengembangkan konsep keindahan pada anak dengan usia 12-14tahun serta mengembangkan konsep fantasi bagi anak umur 2-8 tahun.

Anak-anak juga memanfaatkan area teras rumah untuk bermain. Biasanya di area teras ini mereka melakukan kegiatan bermain yang tidak perlu area besar seperti guru-guruan, dokter-dokteran, masak-masakan, bermain boneka, dsb. Sedangkan permainan bermain aktif seperti bermain sepeda, kejar-kejaran, lompat tali, petak jongkok, bola, kasti, dsb dilakukan pada area lapangan yang lebih luas. Anak-anak disini masih menyukai jenis kegiatan bermain aktif dikarenakan rata-rata usia anak-anak disini 3-14 tahun.

Figur 5. Akti vitas Berenang di Sungai Figur 6. Akti vitas Bermain di Depan Rumah

Lokasi ini juga sering dijadikan area kegiatan sosial berbagai kalangan masyarakat. Hal ini dikarenakan area sungai di dekat lapangan dimanfaatkan sebagai area pemancingan umum. Selain itu didukung pula dengan adanya warung dan area duduk yang dibanyak digunakan masyarakat untuk berinteraksi. Anak-anak merasa aman dan nyaman bermain disana karena lokasi yang aman jauh dari kendaran, dekat dengan rumah dan tidak terlalu sepi.

Anak laki-laki maupun perempuan di area ini rata-rata berjumlah sama. Beberapa anak ini lebih memilih bermain secara berkelompok. Biasanya kelompok ini senang menjelajahi area di luar RT 07, seperti area Cikalapa, area Cikalapa 2, perumahan Capitol Dago Valley, dsb. Namun lapangan ini masih tetap dipenuhi oleh anak-anak, khususnya anak perempuan. Anak perempuan juga merasa lebih aman dan nyaman jika

MAKALAH SKRIPSI ARSITEKTUR 41

(10)

bermain di area sekitar tempat tinggalnya serta masih dalam pengawasan orang tuanya.

c. Lokasi 3 : Lapangan Cikalapa 1 RT 09

Area Cikalapa 1 berada di area dekat RT 07, sehingga warga sering menggunakan area ini untuk beraktivitas. Selain itu anak-anak RT 09 maupun RT 07 juga sering bermain ke area ini. Karena areanya yang besar dan luas, mereka dapat bebas melakukan permainan aktif seperti lompat tali, kejar-kejaran, bermain voli atau bola, dsb. Selain itu area ini juga telah dilengkapi net untuk bermain voli. Anak-anak pun merasa aman dan nyaman bermain disana karena lokasi yang aman jauh dari kendaran, dekat dengan rumah dan ramai pengunjung.

Figur 7. Gapura Masuk Area Cikalapa 1

Beberapa anak ini lebih memilih bermain secara berkelompok sesuai dengan jenis kelaminnya. Area ini didominasi oleh kelompok laki-laki karena dominan aktivitas bermain untuk anak laki-laki seperti main voli maupun bola. Kadang-kadang pun anak perempuan melakukan aktivitas bermain di area ini, seperti bermain lompat tali, sondah, tak jongkok dsb.

Lokasi 3 ini termasuk ke dalam ruang terbuka dan ruang alami. Ruang terbuka yaitu ruang yang besar dan kosong yang membebaskan anak untuk menghabiskan energinya disana. Lapangan ini bisa digunakan oleh seluruh kalangan, mulai dari dewasa hingga anak-anak. Mereka sering menghabiskan waktu untuk bermain di lapangan ini untuk berkegiatan sosial, bermain maupun olahraga. Terdapat pepohonan dan tanaman-tanaman sebagai unsur alami. Tanaman ini membatasi langsung dengan area curam di sebelah lapangan. Selain itu banyaknya pepohonan menambah suasana area ini semakin sejuk.

Figur 8. Akti vitas Bermain di Lapangan Cikalapa 1

10 SENSE OF PLACE ANAK PADA PEMUKIMAN KAMPUNG KREATIF SALMA KARIMA AS SA’DIAH

(11)

d. Lokasi 4 : Area Cikalapa 2 RT 09

Karakter ruang gang memiliki unsur dekoratif mural pada dinding jalur gang. Ruang dengan warna menarik dan cerah mampu meningkatkan pengembangan pola pikir serta konsep keindahan pada anak usia 2-8 tahun. Lokasi 1 ini termasuk ke dalam ruang jalan dan ruang alami. Ruang jalan merupakan tempat jalanan dimana akan berjumpa dengan individu lain ketika membuat sebuah gerakan permainan. Karena area gang ini juga dapat menjadi area bersosialisasi anak dengan anak lainnya dengan bermain bersama.

Figur 9. Mural Sepanjang Area Gang RT 09

Area Cikalapa 2 didominasi oleh area terbuka hijau dan sawah karena kondisi konturnya yang curam dan masih jarang adanya bangunan. Terdapat banyak pepohonan, tanaman-tanaman pada pot, tanah, elemen air serta suara binatang-binatang kecil yang merupakan unsur alami. Sehingga anak-anak merasa betah untuk bermain disini karena banyaknya area terbuka hijau, suasana sangat alami dan udara yang sejuk. Unsur alami ini mampu mengembangkan konsep fantasi mereka.

Figur 10. Akti vitaas Bermain Sepeda di Gang RT 09

Figur 11. Tanaman Pot di Area Gang

Selain karena suasana nya yang sepi dan asri, anak-anak merasa aman dan nyaman bermain disana karena lokasi yang aman jauh dari kendaran. Sehingga anak-anak bebas menjelajahi lingkungannya. Area Cikalapa 2 ini biasa digunakan sebagai area bermain permainan tradisional pada salah satu acara dari kampung kreatif karena areanya yang luas dan masih asri.

MAKALAH SKRIPSI ARSITEKTUR 41

(12)

Jenis permainan yang meraka sukai adalah kegiatan bermain aktif, dikarenakan rata-rata usia anak-anak disini 3-12 tahun yang masih menyukainya. Seperti bermain sepeda, bola, layangan kejar-kejaran, lompat tali, petak jongkok, dokter-dokteran, masak-masakan, dsb. Pada area pesawahan merupakan area favorit untuk bermain layangan dan mengejar layangan oleh anak-anak RW 09.

Area ini menjadi area favorit anak laki-laki di RW 03 untuk bermain karena banyaknya ruang bermain seperti area sawah, lapangan hijau, dan area Sekolah Alam Bandung. Ruang alami ini diminati anak laki-laki untuk dijelajahi. Ruang alami ini mampu mengembangkan konsep pikir, konsep keindahan serta konsep bermain anak usia 9-14 tahun.

Figur 12. Area Terbuka Hijau di RT 09 Figur 13. Akti vitas Bermain Bola di

Lapangan Sekolah Alam Bandung

b. Pola Aktivitas Anak

Ruang aktivitas bermain anak terbentuk secara alami mengikuti kondisi fisik yang telah ada dan ruang tersebut digunakan oleh kelompok anak-anak. Anak-anak biasanya menciptakan suatu kelompok bermain yang menurutnya paling nyaman untuk mengembangkan pola aktivitas bermain. Pola aktivitas serta pengelompokkan teman bermain ini berdasarkan umur, jenis kelamin dan waktu bermainnya.

a. Umur

Berdasarkan pengamatan anak-anak RW 03 beberapa anak memilih kelompok bermain menurut umurnya. Anak-anak cenderung terbagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok usia 4-14 tahun dan kelompok 15-18 tahun. Anak-anak kelompok usia 4-14 tahun cenderung lebih sering bermain bersama dan berkelompok. Walaupun jarak mereka cukup jauh mereka masih bisa melakukan aktivitas bermain bersama. Kelompok usia 15-18 tahun lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah atau di tempat luar. Hal ini juga disebabkan karena kesibukan mereka sekolah atau berkegiatan di tempat lain. Pilihan permainannya pun akan lebih memilih permainan yang menantang dibandingkan permainan anak-anak yang umurnya dibawah mereka. Misalnya mereka melakukan aktivitas bermain futsal di lapangan futsal yang letaknya berada di luar kampung

b. Jenis Kelamin

12 SENSE OF PLACE ANAK PADA PEMUKIMAN KAMPUNG KREATIF SALMA KARIMA AS SA’DIAH

(13)

Jenis kelamin menentukan pula jenis kegiatan bermainnya. Seperti contoh anak laki-laki cenderung lebih menyukai permainan fisik seperti bermain bola, sepeda, berenang di sungai serta mengeksplor

ruang alam. Jangkauan home range akan meningkat mengikuti jenis

kelamin. Jangkauan seorang laki-laki akan lebih jauh dari perempuan di usia yang sama. Anak perempuan di RW 03 cenderung memilih area bermain di sekitar tempat tinggalnya. Sedangkan anak laki-laki lebih jauh mengeksplor ruang bermainnya. Berdasarkan pengamatan, anak laki-laki di RW03 cenderung lebih menyukai area bermain di Cikalapa 2 berupa lapangan terbuka dan sawah yang luas. Permainan yang dilakukan di ruang terbuka bisa lebih banyak, seperti bermain bola, layangan, mencari binatang serangga, dsb.

c. Waktu

Berdasarkan pengamatan tersebut, aktivitas bermain paling sering dilakukan oleh seluruh kelompok anak-anak warga adalah pada periode waktu sore hari atau sekitar pukul 14.00-18.00 karena berbagai faktor yang mempengaruhi baik faktor psikologis maupun faktor fisik

lingkungan. Sistem aktivitas anak menunjukkan adanya pola peril

aku

yang terbentuk dengan dilata

r belakangi oleh

f

aktor yang berpengaruh baik faktor psikologis maupun faktor fisik lingkungan.

Faktor psikologis yang mempengaruhinya antara lain seperti sudah berakhirnya aktivitas sekolah mayoritas anak-anak warga sehingga mempengaruhi jumlah teman yang dapat bermain di waktu tersebut. Faktor fisik lingkungan yang mempengaruhi antara lain seperti kondisi cuaca di waktu tersebut yang mempengaruhi jenis permainan dan tempat bermainnya serta kedekatan anak-anak sebagai perlaku permainan dengan tempat bermainnya. Pada waktu sore hari cuaca

yang tidak terlalu panas membuat anak-an

ak merasa nyaman untuk

bermain.

c. Karakter dan Kualitas Sense of Place Berdasarkan Persepsi Anak

a.

Identity

Kampung Kreatif Dago merupakan sebuah kampung dengan konsep seni kreatif. Banyak terdapat beberapa elemen fisik dan elemen dekoratif, seperti patung, mural pada dinding, pot tanaman, lampion, tempat duduk, dsb. Selain itu beberapa acara kreatif sering diadakan dan melibatkan masyarakat kampung Dago Pojok termasuk anak-anak.

Adanya kegiatan kreatif dan setting fisik yang kreatif, unik dan menarik

inilah yang membuat mereka memahami bahwa kampung mereka merupakan kampung kreatif dan memiliki nilai seni yang baik.

Berdasarkan pengamatan, anak-anak disini sudah cukup mampu mengenal identitas kawasannya. Mereka mampu menggambarkan kampung Dago Pojok khususnya lingkungan rumah dan area bermainnya. Misalnya pada titik amatan 2 (lapangan RT 07), Tata (11tahun) dan Nunun (8 tahun) menyebutkan bahwa ciri khas dari RT 07 adalah sungai, area pemancingan, mural dan budaya sunda. Mereka mengetahui bahwa ciri khas kesenian di RT 07 adalah alat musik dari bambu dan ada tokoh kesenian yang terkenal di RT 07 yaitu Abah Akim.

MAKALAH SKRIPSI ARSITEKTUR 41

(14)

Selain itu hampir seluruh anak-anak di kampung Dago Pojok ini mampu menggambarkan bahwa kampungnya merupakan kampung seni.

Figur 14. Anak-anak Menggambarkan Aktivitas Pencak Silat (sumber: Komunitas Taboo)

Seluruh lokasi pengamatan merupakan bagian dari kampung kreatif Dago Pojok. Sehingga seluruh warga termasuk anak-anak dapat berpartisipasi dalam setiap kegiatan kreatif yang diadakan. Berdasarkan wawancara dengan beberapa anak, banyak dari mereka yang tidak memahami konsep kampung kreatif namun mereka tahu bahwa kampung

mereka ini memiliki nilai seni yang baik. Yaitu dengan adanya setting fisik

yang menarik serta beberapa acara kreatif yang sering diadakan.

Figur 15. Anak-anak Menggambarkan Aktivitas Di Lapangan (sumber: Komunitas Taboo)

b.

History

Anak-anak pun mampu menggambarkan area tempat tinggalnya masing-masing sesuai dengan persepsi masing-masing. Misalnya anak-anak di RT 09 bercerita bahwa pada area Cikalapa 2 memiliki ciri khas nya adalah sawah, mural dan pohon kelapa. Adit (12 tahun) mengetahui

14 SENSE OF PLACE ANAK PADA PEMUKIMAN KAMPUNG KREATIF SALMA KARIMA AS SA’DIAH

(15)

bahwa alasan area tersebut dinamakan Cikalapa karena banyaknya pohon kelapa pada daerah tersebut. Dia pun menceritakan bahwa kakeknya sebagai orang yang turut menanam pohon kelapa di area tersebut serta menunjukkan dimana letak pohon tersebut. Hal tersebut menunjukkan bahwa mereka memahami dan mengenal lingkungannya dengan baik.

Figur 16. Anak-anak Menuliskan Pengalaman Kegiatan Kreatif (sumber: Komunitas Taboo)

Selain itu anak-anak di RT 02 juga mampu menceritakan bahwa kampung mereka mengalami perubahan menjadi kampung seni. Anak-anak menyebutkan bahwa sejak beberapa tahun terakhir mereka sering diajak untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan seni, seperti menggambar, membuat mural, mengecat kendi, latihan menari, dsb. Sejak adanya kegiatan kreatif tersebut mereka merasa senang karena kampungnya berubah menjadi lebih baik. Mereka menceritakan bagaimana keadaan dulu sebelum dan sesudah adanya kegiatan-kegiatan kreatif ini. Anak-anak juga keal dekat dengan Bapak Rahmat Jabaril sebagai pencetus kegiatan-kegiatan kreatif.

c.

Fantasy

Secara visual setting fisik kampung ini memiliki ciri khas dari

tatanan ruang, unsur dekoratif khususnya mural. Hal ini mampu memberi citra kawasan yang menarik, menyenangkan, unik, kreatif serta atraktif. Ruang pada kampung ini memiliki karakteristik fantasi yang mampu imajinasi orang yang melihatnya. Karena hiasan dekoratif dan warna-warna cerah pada gambar mural mampu mengembangkan konsep fantasi, khususnya seorang anak. Anak-anak juga menyukai gambar-gambar mural pada dinding maupun lukisan. Mereka bisa berimajinasi tentang apa yang ada di gambar tersebut ataupun memberi inspirasi untuk imajinasi mereka dalam menggambar.

MAKALAH SKRIPSI ARSITEKTUR 41

(16)

FIgur 17. Seorang Anak Menggambar Di Baju Orang Dewasa

(sumber: Komunitas Taboo)

Figur 18. Anak-anak Melukis Mural Pada Dinding (sumber: Komunitas Taboo)

Kegiatan-kegiatan kreatif yang sering diadakan di kampung kreatif juga mampu mengembangkan konsep fantasi pada anak. Beberapa acara seperti membuat patung, menggambar, melukis mural, membuat hiasan, dsb mampu mengembangkan fantjasi, menambah kemampuan berimajinasi serta kreativitas. Anak-anak dibebaskan untuk berekspresi ide-ide serta kreativitas mereka.

Bermain merupakan salah satu cara untuk mengembangkan daya imajinasi dan kreativitas anak. Dengan bermain anak mampu melakukan suatu hal baru dan mempelajari sesuatu dengan cara yang menyenangkan. Penciptaan jenis permainan dan penciptaan ruang bermain mampu mengembangkan daya imajinasi mereka melalui permainan.

d.

Joy

Anak-anak di kampung Dago Pojok ini sangat menyukai kegiatan bermain. Setiap hari anak-anak selalu menyempatkan waktunya untuk bermain di luar rumah bersama teman-temannya. Bermain merupakan seluruh aktivitas anak termasuk bekerja dan merupakan cara tersendiri bagi anak untuk mengenal dunianya. Anak-anak mampu menjelajahi lingkungannya untuk menemukan dan mempelajari sesuatu yang baru. Seperti mengenal lingkungan alami dengan bermain di sawah, berenang di sungai, memanjat pohon, dsb. Fase anak-anak merupakan fase ketika ia belajar bersosialisasi dengan lingkungannya.

16 SENSE OF PLACE ANAK PADA PEMUKIMAN KAMPUNG KREATIF SALMA KARIMA AS SA’DIAH

(17)

Figur 19. Menggambarkan Area Bermain (sumber: Komunitas Taboo)

Selain aktivitas bermain, anak-anak disini cukup antusias mengenai kegiatan-kegiatan yang sering diadakan di kampungnya, seperti kegiatan kreatif, kegiatan 17 agustus, dsb. Khususnya kegiatan kreatif antusiasme anak-anak cukup tinggi. Beberapa dari mereka bahkan turut terlibat seperti tari jaipong, permainan tradisional, acara melukis, dsb. Anak-anak juga bisa mengikuti kegiatan kreatif yang tidak hanya diselenggarakan di area RT mereka sendiri. Tata (11 tahun) bercerita bahwa dirinya dan beberapa temannya yang tinggal di RT 07 pernah mengikuti latihan tari jaipong di RT 09. Biasanya antusiasme anak pada kegiatan kreatif menurun saat mereka sudah tumbuh besar dan sibuk dengan kegiatannya sendiri.

Figur 20. Anak-anak Ikut Serta Dalam Kegiatan Kreatif

(sumber: Komunitas Taboo)

Figur 21. Gambar Lingkungan Sekitar Rumah Dengan Manusia (sumber: Komunitas Taboo)

e.

Security

Di seluruh titik pengamatan, anak-anak selalu merasa aman

dan nyaman saat bermain di area bermainnya. Mereka mampu

mengenali beberapa area di kampung Dago Pojok dan sekitarnya,

sehingga mereka merasa aman untuk bermain dengan jarak lebih

jauh selama itu masih berada di area kampung Dago Pojok.

MAKALAH SKRIPSI ARSITEKTUR 41

(18)

Mereka tidak merasa takut untuk berpetualang menjelajahi

lingkungannya dan tidak merasa sulit untuk menemukan jalan

pulang kembali. Selain itu juga karena masyarakat di kampung

Dago memiliki kepribadian yang baik dan ramah.

Sense of belonging anak terhadap suatu tempat bukan terletak dari lokasinya namun pada hubungannya dengan teman-teman. Anak-anak di Kampung Dago Pojok ini memiliki hubungan yang baik dengan masyarakat khususnya teman-temannya. Mereka mampu bersosialisasi dengan teman-teman sepermainannya. Banyak dari mereka yang berkelompok dan bermain bersama. Sehingga mereka merasa nyaman dan betah untuk sering bermain bersama di luar rumah. Biasanya kelompok teman bermain masih dalam satu lingkungan tetangga dekat.

f.

Memory

Anak-anak juga menunjukkan rasa senang terhadap tempat tinggal dan ruang bermainnya. Anak-anak selalu memperkuat ikatan pada tempat yang membuatnya nyaman dan aman. Kemampuan mengenal tempat ini mampu membuat perasaan dan kenangan tersendiri bagi anak-anak. Penelitian menunjukkan bahwa masa kecil seseorang dibangun oleh kenyamanan di tempat tinggalnya serta adanya kesempatannya bermain dan mengeksplor lingkungannya. Banyak orang yang memiliki memori mengenai rumah dan tetangganya dimana ia tumbuh dan tempat bermain rahasianya seperti tempat tersembunyi, benteng dan rumah pohon.

Figur 22. Tulisan Mengenai Pengalaman Di Kampung Dago (Sumber: Komunitas Taboo)

Selain kegiatan kreatif, kegiatan bermain di masa kecil juga akan menjadi memori yang paling diingat dari lingkungan tempat tinggalnya. Karena aktivitas tersebut merupakan kegiatan paling disukai anak dan dilakukan sangat sering saat mereka masih kecil. Biasanya suatu tempat akan menimbulkan memori tentang apa saja yang dia lakukan, dengan siapa dia ke tempat itu dan kejadian apa saja yang terjadi. Bila memori tersebut baik maka anak akan senang untuk kembali ke tempat tersebut dan menjadi kenangan yang indah.

18 SENSE OF PLACE ANAK PADA PEMUKIMAN KAMPUNG KREATIF SALMA KARIMA AS SA’DIAH

(19)

9. Kesimpulan

Elemen dekoratif pada kampung kreatif membuat kampung memiliki identitas dan karakteristik tertentu yang unik serta mampu mengembangkan konsep pola pikir, imajinasi serta kreativitas anak. Keterbatasan fasilitas dan ruang bermain membuat anak menjadi semakin kreatif untuk membuat ruang bermainnya sendiri. Selain itu masih banyaknya unsur alam, seperti sungai, ruang terbuka, sawah mampu mengembangkan konsep fantasi dan konsep fantasi anak. Membuat anak berkeinginan untuk bereksplorasi lingkungan. Anak

akan lebih mengenal dan menyukai lingkungannya hingga muncul sense of

belonging pada lingkungannya.

Pola aktivitas bermain di Kampung Dago dipengaruhi oleh faktor umur, jenis kelamin serta waktu. Pola tersebut dibentuk oleh kelompok pelaku aktivitas bermain anak yang terdiri dari kelompok pelaku berdasarkan beberapa kelompok usia anak. Pola aktivitas juga terpengaruh dengan ruang personal anak. Ditemukan bahwa bertambahnya usia seorang anak ia akan semakin

membutuhkan ruang personal yang lebih luas. Jangkauan home range akan

meningkat mengikuti usia. Jangkauan home range akan meningkat mengikuti

jenis kelamin. Jangkauan seorang laki-laki akan lebih jauh dari perempuan di usia yang sama. Berdasarkan pengamatan periode waktu, aktivitas bermain paling sering dilakukan oleh seluruh kelompok anak-anak warga adalah pada periode waktu sore hari karena berbagai faktor psikologis dan lingkungan yang mempengaruhi.

Berdasarkan pengamatan, ditemukan bahwa anak-anak disini sudah cukup mampu mengenal citra kawasannya. Mereka mampu menggambarkan kampung Dago Pojok khususnya lingkungan rumah dan area bermainnya serta mampu menggambarkan bahwa kampungnya merupakan kampung seni. Anak-anak pun mampu menggambarkan area tempat tinggalnya masing-masing sesuai dengan persepsi masing-masing. Dari hal tersebut terlihat bahwa mereka memahami dan mengenal lingkungannya dengan baik.

Lingkungan kampung kreatif merupakan salah satu lingkungan yang mampu mengembangkan imanjinasi, kreativitas dan fantasi pada anak. Karena anak mampu memanfaatkan ruang-ruang terbatas menjadi sebuah ruang yang bisa digunakan untuk beraktivitas khususnya bermain. Elemen fisik yang memberi karakter pada kampung serta masih banyaknya unsur alam mampu membuat anak berkeinginan untuk mengeksplor dan mengenal lingkungannya.

Semakin mengenal lingkungannya maka akan semakin memiliki sense of place

pada seseorang. Sense of place yang dirasakan anak-anak ini akan menjadi

memori, kesan, pengalaman anak hingga nanti ia dewasa. Diharapkan sense of

place ini mampu menumbuhkan rasa kepedulian terhadap lingkungan dan keberlanjutan kampung kreatif tersebut.

Acuan

i

Altman, Irwin. (1980) Culture and Environment. Cambridge: The Press

Syndicate of University of Cambridge ii

Senda, Mitsuru. (1998). Play Space for Children. Jepang: Ichigaya Publications

iii

Carmona, M., Health., Oc, T., Tiesdell, S. (2003) Public Places-Urban Spaces:

The Dimension of Urban Design. Oxford: Architectural Press iv

Steele, F (1981) The Sense of Place. USA: CBI Publishing Company, Inc.

v idem v i

idem

MAKALAH SKRIPSI ARSITEKTUR 41

SEMESTER GASAL 2016-2017 19

(20)

v ii idem

20 SENSE OF PLACE ANAK PADA PEMUKIMAN KAMPUNG KREATIF SALMA KARIMA AS SA’DIAH

Gambar

Figur 1 Elemen Dekoratif Pada Sepanjang Area Gang
Figur 2. Bermain Sepeda di Area Gang  Figur 3. Akti vitas Bermain di Teras Rumah
Figur 5. Akti vitas Berenang di Sungai  Figur 6. Akti vitas Bermain di Depan Rumah
Figur 8. Akti vitas Bermain di Lapangan Cikalapa 1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penyajian dan analisa data pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa Implementasi Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 33 Tahun 2002 Tentang Retribusi

Karena saat ini, realitas dan fakta menunjukkan bahwa kondisi umat Islam sangatlah tidak beruntung karena tertinggal dalam segi ilmu pengetahuan (sains) dan teknologi yang

Adapun masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini ialah tentang kedudukan otoritas jasa keuangan sebagai pengawas kegiatan perbankan di Indonesia, kedudukan badan kredit desa

PENGARUH TINGKAT PERTUMBUHAN PENJUALAN TERHADAP STRUKTUR MODAL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Kecenderungan untuk latah meniru program acara/ yang konon terbukti menarik perhatian penonton/ menjadi jurus jitu/ bagi stasiun televisi/ untuk meraih keuntungan

Badan Kredit Desa merupakan salah satu bagian dari perbankan, hal ini karena Badan Kredit Desa memiliki kegiatan yang sama dengan perbankan yakni simpan pinjam.Keberadaan

akar peringatan hari ibu bermula pada kongres perempuan indonesia pada 22-23 des 09/ di Gedung Mandala Bhakti Wanitatama// Dihadiri organisasi-organisasi perempuan/

Pada kutipan novel diatas nilai moral yang diambil yaitu tania yang baik dan santai baginya semua masalah bisa di tanggapi dengan santai itu mengajarkan bagi kita