• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBERIAN PREMIK PER-ORAL TERHADAP PERFORMANS ANAK BABI MENYUSU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PEMBERIAN PREMIK PER-ORAL TERHADAP PERFORMANS ANAK BABI MENYUSU"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Kata kunci : Babi, premik

SeminarNasional Peternakan dan Veteriner 1999

PENGARUH PEMBERIAN PREMIK PER-ORAL

TERHADAP PERFORMANS ANAK BABI MENYUSU

M. SILALAm'dan D.AmoNANG2

' Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Natar 2 Balai PenelwanTernak Omit P.O Box 221, Bogor 16002

ABSTRAK

Suatu percobaan telah dilakukan di PT. Dolog Galunggung, Talun Kemas Medan, untuk melihat pengaruh pemberian premik per-oral pada performans anak babi asuhan induk. Sebanyak 42 ekor induk babi ras (Landrace, Yorkshire, dan Persilangan) digunakan dalam rancangan acak kelompok lengkap. Hasil percobaan mengungkapkan bahwa produktivitas babi percobaan menurun dan pemberian premik merugikan. Proporsi anak yang disapih, mortalitas lebili tinggi, berat sapih, laju pertumbuhan serta daya asuh induk lebih kecil dibandingkan dengan tanpa pemberian premik.

PENDAHULUAN

Salah satu fase paling rawan dalam pemeliharaan induk babi adalah pada periode melahirkan hingga anak disapih, khususnya pada usaha petern<akan babi ras. Teknik nurseri(BERESKIN et al.,

1973 ;BREND et al., 1975) perlu dijalankan secara intensif untuk menjaga kenyamanan induk dan

anak yang dilahirkan terutama selama seminggu pertama kelahiran dan pada sistem penyapihan dini(ARITONANG, 1993 ;COLEclan FoxcoFr, 1982).

Teknik nurseri mencakup kebersihan induk melahirkan, penanganan kelahiran, penyeragaman anak mendapat air susu induk terutama colostrum. Khususnya bagi induk beranak banyak dan produksi susu kurang, maka diberikan susu tambahan serta bahan stimulator kesegeran, kesehatan dan pencernaan(BERESKINet al., 1973 ; BRENDet al., 1975;CUNHA, 1979).

Anak babi yang baru lahir hingga minggu pertama kelahiran, cadangan nutrisi tubuhnya sangat terbatas, dan sangat tergantung dari jumlah dan mutu air susu. Penurunan kesegaran berupa defesiensi, gangguan pencernaan, napsu menyusui menurun, disusul napsu makan menurun atau terhenti yang selanjutnya terjadi ketinggalan pertumbuhan (kerdil) atau mati dan tingkat kematian dapat mencapai 70%(ARITONANG, 1988a).

Suplemen berupa energi, protein, vitamin dan mineral tertentu diperlukan dan umumnya dilakukan per-oral (ARITONANG, 1988b; ARITONANG, 1993). Daya gunanya tergantung intensitas

pemberian (ARITONANG, 1993) sedangkan suntikan nutrisi tunggal besi dilaporkan dapat

menjamin kebutuhan hingga beberapa minggu (CUNHA, 1979;JENSEN, 1972;NRC, 1979).

Peranan mineral Fe, Zn, Cu, dxn vitamin A, B2, B3, dxn E sangat besar dalam tubuh, sebagai struktur enzim maupun pengatur metabolisme (ARITONANG, 1988b; BRENDet al., 1975; CUNHA,

1979;NRC, 1979) . Mekanisme campuran suplemen per-oral dalam tubuh anak babi asuhan induk

(2)

SeminarNasional Peternakan dan Veteriner 1999

MATERI DAN METODE

Penelitian dilakukan pada perusahaan babi PT. Dolog Galunggung di Desa Talun Kemas Kee. Patumbak Kab. Deli Serdang Sumatra Utara. Dari April - September 1989 menggunakan anak dari 42 induk babi kelahiran bangsa Landrace, Yorkshire dan Persilangan.

Induk babi tersebut sejak umur dewasa kelamin dipelihara dalam petak kandang sekat besi individual dan dikawinkan secara alami. Selanjutnya 10 hari menjelang melahirkan hingga anak disapih ditempatkan dalam kandang beranak.

Babi dimandikan 2 x sehari serta diberi makanan terbatas setiap pagi clan sore hari. Induk beranak tidak dimandikan hingga anaknya berumur 10 hari . Susunan pakan dan komposisi nutrisi ransum yang diberikan (Tabel 1) bagi induk babi sejak beranak hingga disapih diberi makanan sebanyak 3% berat badan ditambah setengah kebutuhan anak (100-250 gr) menurut jumlah anak dan umurnya (creepfeed atau prastarterfeed). Berat badan induk (Y) diduga dengan persainaan Y = 29,7 + 0,92 x (dimana x adalah lingkar dada yang diukur setelah melahirkan).

Dalam rancangan acak kelompok lengkap untuk dua perlakuan, tanpa clan dengan premik, premik diberikan dalam bentuk larutan per-oral pada setengah jumlah anak tiap induk pada umur 2 dan 3 hari. Premik disusun memenuhi kebutuhan anak babi menurut standar gizi NRC (NRc, 1979) dengan bobot badan 1 - 5 kg dengan taksiran kebutuhan adalah Fe = 30 mg dari Fe sulfur, Zn =20 mg dari Zine sulfur, Cu = 1,2mg dari Cu sulfur, Vitamin A = 446 IU, B2 = 0,6 IU, D3 =44 IU clan Vitamin E = 22 IU yang dilakukan dalam aquades dengan dosis pemberian 2 ml perekor dengan drencer.

Parameter uji mencakup jumlah clan berat anak disapih, laju pertumbuhan, mortalitas clan indek daya asuh induk yang dihitung dengan rumus : IDAI = Berat total anak sapih (BTAS) -(jumlah anak umur sapih (JAUS) x rataan berat lahir hidup (RBLH)).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Produktivitas induk babi sangat baik dengan rataanjumlah anak lahir per induk 9,1 dan yang disapih pada umur 42 hari mencapai 8,2. Berat lahir 1,48 kg, berat sapih 7,18 kg dengan laju pertumbuhan 0,136 kg per hari dan mortalitas anak selama asulian induknya hanya 9,2%, dari seluruh induk babi. Delapan tidak menyusui jumlah anak >10 ekor dan satu diantaranya beranak 19 ekor lahir (16 ekor dapat disapih) .

Dibandingkan dengan kebutuhan (Tabel 1) komposisi nutrisi ransum menunjukan keterbatasan energi, demikian juga asam amino (metionin dan fenilalanin), mineral dan vitamin (niasin dan cholin).

Dari ke-42 induk babi lahir sebanyak 391 ekor anak (setelah umur 2 hari menjadi 381 ekor) clan dapat disapih hingga umur 42 hari adalah sebanyak 349 ekor (Tabel 2).

Proporsi anak yang dapat disapih (daya hidup anak) dari asuhan induk yang mendapat premik (86,3%) lebih rendah (P<0,05) dibandingkan dengan atanpa premik (96,0%) 18,7% lebih rendah. Tambahan premik memperlihatkan mortalitas 13,6% dibandingkan tanpa premik ykni 3,97%. Mortalitas tanpa premik terjadi minggu pertama hingga ketiga, sedang dengan premik penyebaran tersebut dimulai sejak minggu kedua hingga minggu terakhir clan tertinggi pada

minggu ketiga. 348

(3)

SeminarNasionalPeternakan dan Veteriner 1999

a) Perhitungan menumtARUONAN(3(1988b), fdak temiasuk tepung mmput.' Definisi

Tabel 1. Susunan pakan dan komposisi nutrisi ransom babi percobaan di PT. DOLOG GALUNGUNG Bahan\nutrisi Harga Rp Per kg Jenis Ransum Induk Kebutuhan Induk

Bunting Laktasi Bunting Laktasi 1. Pakan (%) Jagung giling 190 48,19 47,39 Dedak padi 130 25,68 24,38 Tepung rumput 225 3,96 3,99 Bungkil kelapa 230 13,82 13,97 Bungkil kedelai 610 4,20 4,09 Tepung ikan 400 2,47 4,99 Trikalsum 370 0,49 0,30 Tepung tulang 260 0,49 0,30

Tepung batu kapur 40 0,40 0,30

Grobig pig 9.985 0,20 0,20

Trobonox premix 15.940 0,10 0,10

Tota1 100 100

Harga ransom, Rp/kg 243 246

2. Komposisi nutrisi

Gros energi, kkal/kg 3241 3031 3100 3400

Dig. energi 2855 * 2829' 3100 3300 Met. energi 86,29 85,70 12 15 Bahan kering % 14,03 15,17 5 5 Protein kasar % 6,83 6,77 8 7 Lemak kasar % 5,84 5,57 4 4 Serat kasar % 4,59 4,55 A b u % 55,00 53,38 Beta-n 3. Asam amina Argin 0,90 0,99 0,18 0,40 Histidin 0,30 0,34 0,15 0,25 Isoleusin 0,59 0,65 0,37 0,39 Leusin 1,17 1,25 0,42 0,70 Metionin 0,32 0,35' 0,23 0,36 Fenilalanin 0,60 0,55 s 0,52 0,85 Treotun 0,53 0,59 0,34 0,43 Triptopan 0,15 0,16 0,09 0,12 Valin 0,71 0,76 0,46 0,55 Lisin 0,60 0,69 0,43 0,58 4. Mineral Kalsium (Ca) % 5,67 5,64 0,75 0,75 Pospor (P) % 0,93 0,89 0,60 0,50 Tembaga (Cu) ppm 20,05 20,01 5,0 5,0 Silenimn(Se)ppm 0.,1 0,17 0,10 0,15 Besi (Fe) ppm 103,90 109,90 " 80 150 Seng (Zn) ppin 52,10 54,30 50 50 5. Vitamin Riboflavin ppm 2,37 3,42 3,0 3,0 Niasin ppm 98,50' 94,00 * 100 150 Cholin ppm 924 * 972 ' 1250 1300

(4)

SeminarNasional Peternakan dan Peteriner 1999

0 - 7 0,61

-7 -14 1,78 1,96

14-21 1,38 6,13

Indeks daya asuh induk 27,34 (3,14) A 23,83 (2,86)

() =standar deviasi, a = nyata pada P ' 0,05 dan A = sangat nyata pada P -'0,01

Gambaran tersebut menunjukkan balnva premik tersebut tidak berntanfaat balikan menlgikan, yang perannya perlu ditelusuri lebih lanjut.

350

Pemberian premik pada anak babi asuhan indttk cendcrung nlenlperlambat kenaikan bobot badan, dan diperoleh bobot sapih 5,7% lebih rendah (6,98 vs 7,38 kg). Peruba11an bobot badan anak babi yang diberi premik sejak minggti pertama hingga disapih selalu dibawah bobot anak babi tanpa premik, kecuali minggu keempat.

42

Rataan bobot badan per ekor (kg) pada umur hari ke : 0 96,0 (5,3) 1,47 (0,16) 86,3 (22,3) 1,49 (0,20) 7 2,59 (0,28) 2,51 (0,28) 14 3,73 (0,44) 3,50 (0,52) 21 4,77 (0,65) 4,44 (0,81) 28 5,65 (0,72) 5,26 (0,83) 35 6,49 (0,82) 6,09 (0,80) 42 7,38 (0,95) 6,98 (0,85)

Pertambahan bobot badan (gr) pada selang umur hari ke

0 - 7 160(37) 145(35) 7-14 164(30) 142(45) 14-21 148(33) 134(46) 21-28 t26 (28) 117(33) 28-35 121(29) 118(24) 35-42 127(50) 120(28) 0-42 142(35) 129(35) 21-28 28-35 35-42 0-42 -0,20 3,97 1,90 2,08 1,58 13,65 Daya hidup anak (%) hingga Umur, hari

7 99,4 (2,0) 100,0 (0,0)

14 97,6 (5,2) 98,0 (5,1)

21 96,2 (5,2) 91,8 (15,2)

28 96,2 (5,2) 89,8 (15,0)

35 96,2 (5,2 87,8 (21,4)

Tabel 2. Perfonnans anak babi asuhan Perforrnans

induk selama percobaatt

Perlakuan Tanpa premik

anak babi

Dengan premik Jumlaah anak yang diamati per induk:

lahir, ekor 4,75 (0,69) 4,31 (0,70)

Disapik ekor 4,54 (0,60)' 3,69 (0,99)

(5)

Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1999

Laju pertumbuhan menunjukkan anak babi yang diberi premik tunlbuh lebill iambat .10,1% dibandingkan dengan anak babi tanpa premik (129 vs 142 gr) dari minggu pertanla selama priode asuhan induk.

Potensi anak babi dalam asuhan induk merupakan gambaran kernampuan daya asuh induk atau mothering ability ternyata anak babi yang memperoleh premik tnenampilkan indek (14,7%) lebih kecil (P<0,01) dibandingkan dengan anak babi tanpa premik (23,83 vs 27,34). Anak babi yang memperoleh premik menampilkan laju pertumbuhan lebih rendah, dan berat sapih lebih rendah serta mortalitas lebih tinggi dibandingkan dengan anak babi tanpa premik.

Disimpulkan bahwa pemberian premik merugikan dan pengaruh merugikan ini sulit diterangkan. Komponen nutrisi premik yang digunakan masih dalam batas kebutuhan, dan mungkin system pemberian dengan menangkap dan memegang babi tersebut dalam kondisi meronta sampai dua kali menimbulkan sires.

DAFTAR PUSTAKA

ARITONANG, D. 1988a. Potensi dan prospek produksi babi bibit di Balai Pembibitan Ternak Babi Sumatra Utara. Balai Penelitian Ternak Bogor.

ARITONANG, D. 1988b. Panduan Kebutuhan Nutrisi untuk Babi. Balai Penelitian Ternak. Bogor. ARITONANG, D. 1993. Babi. Perencanaan dan Pengelolaan Usaha. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.

BERESKIN, B., C.F. SHELBY, and D.F. Cox. 1973. Some factors effecting pig survival. J. Anim. Sci. 36 (2) 821 .

BREND, C ., D. HOWELL, R.F. RITGEON, and A.W. SMITH. 1975. Early Weaning of Pigs. Fanning Press Limited . Ipswich. Suffolk.

COLE, D.J.A. and G.R. Foxcol:r. 1982. Control of pig reproduction . Butterworth Scientific. London. CuNHA, T.J. 1979. Swine Feeding andNutrition. Academic Press. Inc. New York.

JENSEN, A.H. 1972. Biological implication of intensive swine rearing system. J. Anim. Sci. 32. NRc. 1979. NutrientRequirement

of

Swine. No. 2. NAS. Washington DC.

Gambar

Tabel 1. Susunan pakan dan komposisi nutrisi ransom babi percobaan di PT. DOLOG GALUNGUNG Bahan\nutrisi Harga Rp Per kg Jenis Ransum Induk Kebutuhan Induk
Tabel 2. Perfonnans anak babi asuhan

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian tentang perubahan ang- garan di Indonesia juga sudah mulai ban- yak diantaranya Abdullah dan Rona (2014) meneliti pengaruh sisa anggaran, pendapa- tan sendiri

Calon peserta lulusan SMA/MA/SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat tahun 2010 dan 2011 yang akan mendaftar SNMPTN jalur Ujian Tertulis/Keterampilan dan melamar

aus 11 Hot Press (Tahap Soft Core/Ven eer) 3 Mesin berfungsi dengan baik Tergantung ketersediaan bahan baku gelondongan kayu/log - Mesin berukuran besar

Terdapat hubungan yang signifikan antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) serta kebiasaan jajan dengan kejadian diare pada siswa di SD Neegeri 1 Kemiri,

Ikan arwana irian (S. jardinii) memiliki 4 parameter yang menonjol untuk dapat mencirikan jenis kelaminnya, pada jantan panjang standarnya hampir 2,5 kali dari pada panjang

Glavne varstveno-razvojne usmeritve so Trampuš, 2009: v na prvem mestu je zagotavljanje varstva naravnih vrednot in ohranjanje biotske raznovrstnosti pri vsakem načrtovanju obsega

 Dry eye eye syndrome syndrome (sindroma mata kering) adalah penyakit multifaktorial (sindroma mata kering) adalah penyakit multifaktorial dengan gejala berkurangnya

Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui peran dukungan teman sebaya dalam regulasi belajar pada siswa SMA yang berasrama, dalam