• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

II-1

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Perancangan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, perancangan adalah proses, cara, perbuatan merencanakan (merancangkan). Sementara menurut Krismiaji dalam bukunya Sistem Informasi Akuntansi menyebutkan bahwa perancangan terdiri dari dua kategori. Pertama adalah perancangan logis, dimana proses ini menerjemahkan kebutuhan atau syarat dari user ke dalam skema konseptual. Kedua adalah perancangan fisik, dimana proses yang dilakukan adalah mengubah perancangan konseptual ke struktur yang secara fisik tersimpan[9].

Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pada proses perancangan, yang pertama kali dilakukan adalah menerjemahkan kebutuhan apa saja yang harus ada, kemudian baru selanjutnya digambarkan kebutuhan itu harus seperti apa.

2.2. Sistem Informasi Berbasis Komputer

Perancangan arsitektur tidak terlepas dari perkembangan teknologi berupa sebauah sistem informasi berbasis komputer. Sebagaimana dijelaskan oleh Muhammad Rozahi Istambul dalam jurnalnya ‘Pandangan Pengembangan Arsitektur Sistem Informasi dan Audit Teknologi Informasi’ sebagai berikut : “Dengan berkembangnya suatu daerah sebagai pusat aktivitas masyarakat, menyebebkan perdagangan dan industri terus berlangsung yang terdiri dari institusi budaya dan politik. Hal tersebut membentuk suatu kehidupan dan membangun estetika. Keberadaan sistem informasi berbasis komputer (CBIS) sangat membantu proses transaksi dalam kehidupan seperti yang telah dijelaskan di awal.”[16]

Dari penjelasan di atas, maka perancangan arsitektur ini adalah berkaitan dengan perancangan sistem informasi berbasir komputer, dengan metode khusus yang diadopsi dari sebuah framework bernama TOGAF.

Adapun yang termasuk ke dalam komponen sistem informasi menurut R. Ait Novatiani dan Trigunanto H.Y mencakup hal-hal sebagai berikut[19] :

1. Orang-orang (brainware)

2. Prosedur-prosedur 3. Data

(2)

4. Software

5. Infrastruktur teknologi informasi

2.3. Enterprise Architecture

Sejarah pengenalan arsitektur enterprise dimulai tahun 1987, saat J.A. Zachman melalui IBM Systems Journal mempublikasikan tulisannya yang berjudul

“A Framework for Information System Architecture”. Dalam artikel tersebut, Zachman menyebutkan bahwa challenge dan vision dari enterprise architecture

akan menjadi bagian penting dari berbagai elemen dalam 20 tahun ke depan. Menurut Zachman, nilai bisnis dan kecerdasan dapat direalisasian dengan pendekatan secara keseluruhan ke arsitektur sistem yang secara eksplisit mencakup berbagai issue dari berbagai perspektif.

Zachman memiliki pengaruh yang besar atas terciptanya the Technical Architecture Framework for Information Management atau TAFIM pada tahun 1994 yang merupakan konsep arsitektur enterprise pertama yang digagas oleh departemen pertahanan Amerika Serikat. Selanjutnya, konsep arsitektur enterprise terus berkembang dengan munculnya FEAF pada tahun 1999 dan TOGAF versi 8.1 pada tahun 2003.

Secara garis besar, gambaran perkembangan arsitektur enterprise dapat dilihat sebagai berikut :

Gambar 2.1 Perkembangan Arsitektur Enterprise

Selanjutnya menurut The Open Group, enterprise architecture adalah

blueprint dari suatu organisasi yang menggambarkan bisnis, informasi dan teknologi yang digunakan demi tercapainya misi dari suatu organisasi[1].

(3)

Penerapan enterprise architecture penting dikarenakan untuk mengefektifkan proses penerjemahan visi misi bisnis dan juga strategi dari suatu organisasi dengan menciptakan, mengintegrasikan dan meningkatkan prinsip-prinsip serta model yang menggambarkan keadaan perusahaan pada saat ini, di masa mendatang, dan memungkinkan evolusi organisasi melalui penggunaan sistem informasi.

Adapun mengapa menerapkan enterprise architect yang baik bisa menjadi sebuah keuntungan, berikut penjelasan dari The Open Group[1] :

a. Dalam ranah bisnis, enterprise architect mengacu pada seni dan ilmu dalam merancang suatu organisasi atau perusahaan sehingga memungkinkan bagaimana menghasilkan organisasi yang berkualitas, biaya operasional yang rendah, sumber daya manusia yang fleksibel serta meningkatkan produktivitas bisnis.

b. Dalam ranah teknologi informasi, operasional teknologi informasi akan lebih maksimal, meliputi pengembangan perangkat lunak, biaya maintenance yang rendah, portabilitas aplikasi meningkat, manajemen sistem dan jaringan mudah,

problem solving yang mumpuni menyangkut keamanan dan upgrade serta pertukaran antarkomponen sistem yang lebih mudah.

c. Berkurangnya risiko secara keseluruhan dalam investasi dan biaya kepemilikan teknologi informasi.

d. Tersedianya suatu mekanisme komunikasi antarelemen organisasi melalui teknologi informasi sehingga fungsi enterprise terpenuhi.

e. Dihasilkannya informasi yang terpusat dan stabil sehingga meningkatkan konsistensi, ketelitian, ketepatan waktu, integritas, kualitas, ketersediaan serta akses dan pembagian informasi.

f. Mengurangi redundansi informasi yang dimiliki oleh organisasi atau perusahaan.

g. Mempercepat proses intergasi sistem lama dan migrasi ke sistem yang baru. h. Terfokusnya strategi penggunaan teknologi untuk pengelolaan data organisasi

atau perusahaan sebagai suatu aset penting.

2.4. Kerangka Kerja Enterprise Architecture

Dalam perancangan suatu enterprise architect, akan lebih mudah jika digunakan suatu acuan atau kerangka kerja. Sebuah kerangka kerja merupakan

(4)

abstrak, struktur logis atau konsep yang berisi prosedur atau langkah-langkah acuan tertentu yang dapat dijadikan pedoman penelitian yang memungkinkan peneliti mendapatkan penemuan baru.

Adapun dalam dunia arsitektur enterprise, dikenal istilah architectural framework. Dikutip dari pendapat Roger Sessions dalam artikelnya yang berjudul “A Comparison of the Top Four Enterprise-Architecture Methodologies” pengertian dari kerangka kerja enterprise architecture adalah “A skeletal structure that defines suggested architectural artifacts, describes how those artifacts are related to each other, and provides generic definitions for what those artifacts might look like.”[5]

Dari pengertian di atas didapatkan beberapa poin penting mengenai kerangka kerja arsitektur enterprise, bahwa kerangka kerja merupakan pola terstruktur yang menentukan artefak apa saja yang dibutuhkan, menjelaskan bagaimana antara artekaf yang satu berhubungan dengan yang lain, serta menjelaskan bagaimana seharusnya artefak tersebut dibuat.

Tujuan utama dari digunakan suatu kerangka kerja acuan adalah untuk menghasilkan suatu blueprint. Suatu blueprint merupakan alat bantu yang digunakan dalam menerapkan suatu teknologi ke dalam organisasi atau perusahaan. Di dalamnya terdapat rincian proses bisnis, informasi dan teknologi yang sebaiknya digunakan sebagai usulan atau masukan bagi organisasi atau perusahaan tersebut.

Selain itu, dengan adanya blueprint, akan membantu pihak-pihak terkait untuk lebih memahami jika ada perubahan yang dilakukan pada salah satu unsur yang disebutkan di atas—proses bisnis, informasi dan teknologi.

Seiring dengan berkembangnya istilah enterprise architecture dalam kurun 20 tahun terakhir, selama itu itu pula berbagai framework yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan arsitektur enterprise bermunculan. Pada bagian ini penulis akan membandingkan dua kerangka kerja yang paling umum digunakan oleh pihak organisasi atau perusahaan. Pertama adalah The Zachman Framerok for Enterprise Architecture, kedua adalah The Open Group Architecture Framework(TOGAF).

2.4.1. Zachman Framework

Kerangka kerja Zachman pertama dikenalkan oleh John Zachman pada 1987 melalui tulisannya yang berjudul “A Framework for Information Systems

(5)

Architecture” di IBM Systems Journal. The Zachman Framework merupakan sebuah skema yang menggabungkan dua unsur yang sudah lama digunakan dalam berbagai literatur. Pertama, adalah dasar-dasar komunikasi yang terangkum dalam singkatan 5W + 1H, yaitu What, When, Where, Who, Why dan How. Kedua, adalah sebuah transformasi ide abstrak menjadi intansiasi yang awalnya didalilkan oleh filsuf Yunani Kuno dan kemudian diadaptasi dalam Zachman Framework yaitu : identifikasi, definisi, representasi, spesifikasi, konfigurasi dan instansiasi[5].

Jika ditelaah lebih jauh, Zachman Framework lebih mendekati sebuah taksonomi dibanding sebuah kerangka kerja. Taksonomi lebih menekankan kepada klasifikasi artefak organisasi yang mencakup artefak arsitektural—dokumen, design, spesifikasi dan model—maupun artefak target—pemilik bisnis dan builder.

Adapun penggambaran kerangka kerja Zachman adalah seperti pada gambar berikut :

Gambar 2.2 Zachman Framework

Zachman Framework merupakan dasar dari arsitektur enterprise. Sebuah alat bantu berpikir bagi para arsitek atau manajer dalam memetakan permasalahan ataupun kebutuhan dalam suatu organisasi untuk mendapatkan sebuah gambaran dalam membuat struktur enterprise serta mengurusi apa saja yang perlu dikerjakan

(6)

namun bukan suatu metodologi untuk menggambarkan arsitektur enterprise, karena tidak ada cara standar untuk mengimplementasikannya.

2.4.2. The Open Group Architecture Framework(TOGAF)

TOGAF adalah sebuah kerangka kerja untuk enterprise architect yang menyediakan metode yang komprehensif untuk merancang, merencanakan, implementasi serta mengontrol sebuah arsitektur informasi suatu organisasi atau perusahaan. TOGAF merupakan sebuah merek terdaftar atas nama The Open Group.

TOGAF merupakan sebuah pendekatan dengan level yang tinggi dan menyeluruh, yang memodelkan arsitektur ke dalam 4 domain arsitektur mencakup bisnis, aplikasi, data dan teknologi. Prinsip TOGAF didasarkan pada proses berulang(iterative) yang didukung oleh best practices serta penggunaan kembali asset-aset yang sudah ada. Keempat domain arsitektur tersebut digambarkan seperti gambar berikut :

Gambar 2.3 Level Arsitektur TOGAF

Berdasarkan gambar di atas, berikut adalah penjelasan keempat domain atau level arsitektur yang digunakan oleh TOGAF :

1. Business Architecture : menekankan pada proses bisnis yang digunakan untuk mencapai tujuan organisasi.

2. Application Architecture : menekankan kepada bagaimana aplikasi-aplikasi dirancang secara spesifik dan bagaimana mereka berinteraksi satu sama lain. 3. Data Architecture : menekankan kepada bagaimana data suatu organisasi

(7)

4. Technical Architecture : menekankan pada penggunaan hardware dan juga

software yang digunakan untuk mendukung aplikasi-aplikasi beserta interaksinya.

TOGAF memperkenalkan diri sebagai suatu kerangka kerja, namun bagian terpenting dari TOGAF adalah Architecture Development Method atau yang lebih dikenal dengan TOGAF ADM. ADM merupakan sebuah resep mengenai bagaimana membuat suatu arsitektur. Resep ini terdiri dari langkah-langkah. Langkah-langkah inilah yang digunakan secara luas oleh para arsitek sistem dalam merancang bagaimana suatu arsitektur enterprise dirancang.

2.4.3. Perbandingan Framework

Berdasarkan uraian sebelumnya mengenai dua jenis framework yang sudah umum dikenal dan digunakan, penulis memutuskan untuk menggunakan TOGAF dalam studi kasus tugas akhir ini.

Walaupun Zachman lebih spesifik secara pengelompokan konten arsitektur, tetapi TOGAF yang memiliki Architecture Development Methods menyediakan prosedur yang terstruktur mengenai bagaimana merangcang suatu arsitektur secara menyeluruh. TOGAF memperbolehkan suatu fase tidak dilengkapi, dilewat, dikombinasikan, diurutkan kembali, atau dibuat ulang untuk bisa memenuhi kebutuhan sesuai dengan situasi yang ada. TOGAF bersifat lebih fleksibel mengenai bagaimana menyusun arsitektur yang aktual.

2.5. TOGAF ADM (Architecture Development Method)

Menurut The Open Group dalam “The Open Group Standard : TOGAF version 9.1” (2011), TOGAF ADM merupakan hasil kontribusi terus menerus dari sejumlah besar praktisi arsitektur. TOGAF ADM menggambarkan metode untuk mengembangkan dan mengelola siklus hidup arsitektur suatu perusahaan. Metode ini sendiri merupakan inti dari TOGAF. Metode ini mengintegrasikan unsur-unsur TOGAF dijelaskan sebelumnya serta aset arsitektur lain yang tersedia, guna memenuhi bisnis dan juga teknologi informasi sebuah organisasi[1].

Pengembangan arsitektur merupakan sebuah proses yang berkesinambungan, berupa suatu siklus yang dalam pelaksanaannya, TOGAF ADM dapat dilakukan berulang kali dari waktu ke waktu. Arsitek akan secara bertahap menambahkan

(8)

lebih banyak konten ke arsitektur organisasi. Perlu diketahui, bahwa tahapan yang dilakukan dalam implementasi TOGAF ADM adalah tergantung dari kematangan disiplin arsitektur yang ada di dalam perusahaan itu sendiri. Atau dapat juga tergantung pada prinsip bisnis yang dimiliki oleh organisasi itu sendiri, sehingga setelah fase B : Business Architecture dapat saja diikuti oleh fase C : Information Architecture atau oleh fase D : Technology Architecture.

TOGAF ADM merupakan elemen kunci dari framework yang memberikan gambaran spesifik mengenai proses pengembangan arsitektur enterprise. ADM menyediakan 8 fase sekuensial dan 1 fase awal seperti gambar berikut.

Gambar 2.4 TOGAF Architecture Development Method

Bagian penting selanjutnya dari pengembangan TOGAF ADM adalah artefak. Artefak di sini adalah sekumpulan output yang dihasilkan selama proses pengembangan arsitektur enterprise dilakukan fase per fase. Yang perlu jadi catatan di sini adalah, artefak-artefak tersebut sifatnya “not restricted” sebagaimana dijelaskan oleh The Open Group. Artinya, output yang dihasilkan disesuaikan dengan kebutuhan pengembangan arsitektur. Kebutuhan yang dimaksud adalah

(9)

sesuai dengan yang diinginkan oleh para pemangku kepentingan. Dan untuk di KPRI Wiyata Karya sendiri, pemangku kepentingan di sini adalah seluruh komponen koperasi mulai dari pengurus, pihak pengawas dan juga seluruh anggota aktif koperasi.

Secara keseluruhan, artefak-artefak yang dihasilkan dari seluruh rangkaian proses pembangunan arsitektur dengan TOGAF ADM digambarkan dalam ilustrasi sebagai berikut[10].

Gambar 2.5 Artefak TOGAF ADM

Artefak TOGAF ADM dibagi ke dalam 3 kelompok utama, yaitu :

a. Catalogs, merupakan list dari komponen utama pembangun arsitektur (Building blocks).

b. Matrices, menggambarkan hubungan antara building blocks dengan spesifikasi tipenya.

(10)

c. Diagrams, menggambarkan relasi serta interkoneksi antar building blocks

melalui suatu grafik yang dapat mendukung komunikasi stakeholder secara efektif.

(11)

Keseluruhan fase pada ADM digambarkan secara seragam mencakup hal-hal berikut : a. Objective : mendefinisikan hasil yang diharapkan.

b. Approach : menyedikan guide dan strategi rekomendasi.

c. Input & Output : menentukan apa yang diperlukan dalam setiap fase dan bagaimana modifikasinya.

d. Steps : menyediakan langkah-langkah kunci yang disarankan oleh The Open Group dalam mengembangkan arsitektur enterprise dengan TOGAF.

Berikut rincian dari setiap fase, mulai dari fase A sampai dengan fase F dalam TOGAF ADM. Tabel 2.1 Rincian Fase TOGAF ADM

Fase Input Objectives Steps Output

Preliminary Phase

Prinsip dan tujuan aktivitas

1. Mendefinisikan dan membuat prinsip-prinsip arsitektur 2. Menentukan ruang lingkup unit

yang terlibat dalam perancangan arsitektur enterprise

3. Menganalisis kondisi sistem saat ini dan merumuskan kekurangannya

a. Identifikasi ruang lingkup organisasi b. Konfirmasi framework yang digunakan c. Menentukan tim atau penanggung jawab

penyusunan arsitektur d. Identifikasi prinsip arsitektur

e. Mengkolaborasikan TOGAF dengan

framework lain, jika ada

f. Penentuan tools pembangun arsitektur

1. Principle catalog

2. Hasil identifikasi 5W + 1H 3. Identifikasi kekurangan

berdasarkan analisis

flowchart sistem berjalan

Phase A : Architecture Vision

Prinsip aktivitas

1. Mengembangkan visi arsitektur beserta dengan nilai bisnis 2. Menyediakan sebuah Statement

of Architecture Work yang mendefinisikan sederet pekerjaan terkait pengembangan arsitektur sesuai dengan visi yang dikembangkan

a. Menetapkan konteks pengembangan arsitektur enterprise

b. Identifikasi kebutuhan stakeholder

c. Mengkonfirmasi objektif bisnis, faktor penentu sukses dan berbagai permasalahan terkait

d. Evaluasi kemampuan bisnis yang dimiliki organisasi

e. Menilai kesiapan transformasi bisnis

1. Analisis value chain

2. Stakeholder map matrix

(12)

Fase Input Objectives Steps Output

f. Menetapkan scope pengembangan arsitektur

g. Mengkonfirmasi prinsip-prinsip bisnis yang digunakan

h. Menyusun visi arsitektur organisasi i. Mendefinisikan manfaat dengan

dirancangnya arsitektur target

j. Identifikasi resiko yang muncul dalam proses migrasi

k. Mengembangkan pernyataan pekerjaan arsitektur Phase B : Business Architecture Aktivitas di current system 1. Mengembangkan arsitektur bisnis target yang menjelaskan bagaimana sebagainya suatu organisasi beroperasi untuk mencapai tujuannya

2. Mengidentifikasi komponen gap antara arsitektur saat ini dengan arsitektur target

a. Memilih model referensi, sudut pandang dan tools

b. Mengembangkan deskripsi dasar arsitektur bisnis

c. Membuat model arsitektur

d. Menentukan komponen kandidat dalam

roadmap

e. Review dengan stakeholder

f. Menyelesaikan arsitketur bisnis g. Analisis gap serta membuat laporan

1. Goal/Objective/Service

Diagram

2. Organization

decomposition diagram

3. Process flow diagram

Phase C : Information System Architecture A. Data Architecture Data principles, berupa prinsip-prinsip data yang mendukung terselanggaranya proses bisnis suatu organisasi

B. Application Architecture

A. Data Architecture

1. Mengembangkan arsitektur data target sesuai dengan visi arsitektur serta arsitektur bisnis yang sudah ditentukan sebelumnya

2. Mengidentifikasi komponen gap antara arsitektur saat ini dengan arsitektur target

B. Application Architecture

a. Memilih model referensi, sudut pandang dan tools

b. Mengembangkan deskripsi dasar arsitektur data/aplikasi

c. Membuat model arsitektur

d. Menentukan komponen kandidat dalam

roadmap

e. Review dengan stakeholder

f. Menyelesaikan arsitketur data/aplikasi g. Analisis gap serta membuat laporan

A. Data Architecture 1. Data dissemination diagram 2. Class diagram B. Application Architecture 1. Application portfolio catalog

(13)

Fase Input Objectives Steps Output Application principles,

berupa prinsip aplikasi yang digunakan pada organisasi

1. Mengembangkan arsitektur aplikasi target sesuai dengan visi arsitektur serta arsitektur bisnis yang sudah ditentukan sebelumnya

2. Mengidentifikasi komponen gap antara arsitektur saat ini dengan arsitektur target Phase D : Technology Architecture Technology principles, berupa prinsip teknologi yang digunakan pada organisasi 1. Mengembangkan arsitektur teknologi target baik komponen

logical atau physical

2. Mengidentifikasi komponen gap antara arsitektur saat ini dengan arsitektur target

a. Memilih model referensi, sudut pandang dan tools

b. Mengembangkan deskripsi dasar arsitektur teknologi

c. Membuat model arsitektur

d. Menentukan komponen kandidat dalam

roadmap

e. Review dengan stakeholder

f. Menyelesaikan arsitketur teknologi g. Analisis gap serta membuat laporan

1. Platform decomposition

diagram

2. Network computing hardware

diagram

3. Technology portfolio catalog

Phase E : Opportunities and Solution

Hasil analisis gap arsitektur bisnis, data, aplikasi dan teknologi

1. Mengenerate versi lengkap dari arsitektur berdasarkan gabungan hasil analisis gap dari fase B sampai D

2. Merumuskan apakah proses

incremental diperlukan dalam

membangun arsitektur, jika iya maka apa yang harus dideliver di tahap selanjutnya

a. Mengkonfirmasi atribut kunci perubahan

b. Menentukan kendala yang akan dihadapai dalam masa transisi

c. Review dan konsolidasi analisis gap gabungan (fase B, C dan D)

d. Mengkaji kebutuhan kolektif seluruh fungsi bisnis di organisasi

e. Konsolidasi kebutuhan antarsistem (jika ada)

f. Merevisi dan validasi ketergantungan antarsistem

1. Gabungan analisis gap arsitektur

(14)

Fase Input Objectives Steps Output

g. Mengkonfirmasi kesiapan organisasi dalam menghadapi transformasi h. Memformulasikan strategi migrasi dan

implementasi

i. Mengidentifikasi entitas keluaran dalam proses migrasi

j. Mengidentifikasi arstektur pada tahap transisi

k. Membuat rencana implementasi

Phase F : Migration Planning

Rencana untuk menjadwalkan migrasi data dan impelentasi aplikasi

1. Finalisasi roadmap arsitektur

serta perencanaan migrasi 2. Memastikan bahwa perencanaan

migrasi sudah dikoordinasikan dengan organisasi terkait 3. Memastikan bahwa rincian

proses bisnis yang baru dan transisi arsitektur dipahami oleh pihak stakeholder

a. Mengkonfirmasi kerangka yang diacu pada tahap implementasi dan migrasi b. Menetapkan manfaat bisnis dari

masing-masing entitas keluaran migrasi

c. Memperkirakan kebutuhan sumber daya yang dibutuhkan dan cara pengadaannya d. Mengkonfirmasi roadmap arsitektur e. Finalisasi rencana impelementasi dan

migrasi

1. Architecture Roadmap

(15)

Detil pekerjaan yang dilakukan di fase pembangunan arsitektur bisnis, data, aplikasi serta teknologi akan bergantung pada ruang lingkup serta tujuan dari organisasi itu sendiri. Di masing-masing fase ini ada langkah untuk review dengan pihak stakeholder. Di sinilah pihak stakeholder akan mengkonfirmasi apa saja yang mereka butuhkan. Adapun untuk fase A, E dan F serta preliminary, dari literatur The Open Group yang dijadikan acuan, disarankan langkah-langkah seperti yang sudah disajikan di tabel. Namun, tidak menutup kemungkinan untuk mengkombinasikan dengan framework lain jika memang ada dan digunakan.

2.6. Tools Perancangan Arsitektur

Perancangan arsitektur tidak terlepas dari tools yang digunakan untuk menggambarkan seperti apa arsitektur yang dirancang. Dalam TOGAF ADM, sudah ada standar penggambaran arsitektur untuk setiap fasenya sebagaimana yang sudah dikelompokan dalam tabel di subab sebelumnya. Tentunya, setiap diagram yang akan digambarkan memiliki fungsi yang berbeda.

2.5.1. Unified Modeling Language

UML (Unified Modeling Language) adalah sebuah bahasa yang berdasarkan grafik/gambar untuk memvisualisasi, menspesifikasikan, membangun, dan pendokumentasian dari sebuah sistem pengembangan software berbasis OO (Object-Oriented)[13]. UML sendiri juga memberikan standar penulisan sebuah sistem blue print, yang meliputi konsep bisnis proses, penulisan kelas-kelas dalam bahasa program yang spesifik, skema database, dan komponen-komponen yang diperlukan dalam sistem software. Unified Model Language (UML) adalah bahasa universal untuk :

a. Memvisualisasikan grafis model yang tepat.

b. Menetapkan model yang tepat, lengkap, dan tidak ambigu untuk mengampil semua keputusan penting dalam analisis, desain dan implementasi.

c. Membangun model yang dapat dihubungkan langsung dengan bahasa pemrograman.

d. Mendokumentasikan semua informasi yang dikumpulkan oleh tim sehingga memungkinkan untuk berbagi informasi.

(16)

Di dalam TOGAF ADM, ada dua jenis diagram UML yang digunakan. Pertama adalah use case diagram dan kedua adalah class diagram.

1. Use Case Diagram

Use case diagram merupakan salah satu jenis behavioral diagram yang digunakan untuk menggambarkan serangkaian aksi(use case) yang harus atau dapat sistem lakukan saat adanya interaksi dengan satu atau lebih user(actor). Setiap use case harus menggambarkan suatu proses yang hasilnya terlihat nyata dan memiliki nilai.

Use case diperkenalkan di dalam Rational Unified Process(RUP) untuk menggambarkan fungsi bisnis, proses, atau aktivitas yang dilakukan dalam suatu model bisnis. Adapun aktor merepresentasikan sebuah peran yang dilakukan oleh orang atau sistem eksternal terhadap sebuah sistem, serta berinteraksi dengan sistem tersebut. Secara detail, berikut adalah fungsi dari use case diagram dalam sebuah perancangan sistem :

a. Penentuan kebutuhan atau requirements, dengan use case diagram akan memudahkan proses analisis dalam menangkap apa yang harus ada dalam sistem b. Dari segi fungsionalitas, menjelaskan apa yang sistem dapat lakukan ketika ada

aksi dari aktor

c. Mendefinisikan bagaimana lingkungan sistem seharusnya berinteraksi, sehingga sistem mampu melakukan fungsinya dengan benar.

(17)

2. Class Diagram

Class diagram adalah salah satu jenis diagram struktural yang menggambarkan struktur dari sebuah sistem pada level class dan interface, memperlihatkan fitur, batasan serta relasi di dalamnya. Relasi-relasi yang dimaksud di dalam class diagram adalah association, generalization, dependencies, dan lainnya.

Di TOGAF, class diagram digunakan untuk menggambarkan model konseptual data berupa entitas, atribut berikut dengan relasinya. Melalui class diagram akan diperlihatkan hubungan antarkelas dalam suatu sistem yang bertujuan untuk mendefinisikan kebutuhan entitas, namun tidak berhubungan dengan perancangan database.

Gambar 2.7 Contoh Class Diagram

2.5.2. Principle Catalog

Principle catalog merupakan salah satu tool yang digunakan dalam perancangan arsitektur untuk menangkap prinsip-prinsip baik bisnis maupun arsitektur yang akan menggambarkan seperti apa solusi arsitektur yang seharusnya dirancang. Penggunaan prinsip-prinsip adalah sebagai acuan untuk proses evaluasi dan disetujui atau tidaknya hasil keputusan arsitektur[2].

(18)

Principle catalog berbentuk suatu tabel yang berisi prinsip bisnis atau arsitektur beserta dengan tujuan kenapa menggunakan prinsip tersebut.

2.5.3. Flowchart

Menurut IBM, sebuah flowchart merupakan representasi visual dari aliran data. Hal ini dapat digunakan untuk menguraikan suatu proses atau solusi untuk suatu masalah, apakah terlihat sederhana atau kompleks. Bagi progammer, sangat penting untuk memahami flowchart untuk memahami logika dasar di balik program. Sebuah flowchart dapat dikodekan ke dalam bahasa pemrograman apapun[11].

Flowchart memiliki sebuah aturan bahwa dalam penggambarannya haruslah satu input satu output, yang berarti bahwa untuk setiap struktur (urut, keputusan, atau loop), hanya ada satu cara dalam struktur dan salah satu jalan keluar dari struktur . Berikut ini adalah contoh dari flowchart.

Gambar 2.8 Contoh Flowchart Diagram

2.5.4. Value Chain

Teori mengenai value chain atau rantai nilaidikemukakan oleh Porter(1985) untuk menggambarkan serangkaian aktivitas utama dan pendukung dari suatu organisasi atau proses bisnis[4].

(19)

Diagram rantai nilai menggambarkan orientasi aktivitas dari suatu perusahaan dan bagaimana interaksinya dengan dunia luar. Dalam perancangan arsitektur, tujuan dari penggambaran diagram ini adalah untuk kecepatan pemahaman dan penyelarasan dari stakeholder atau pemangku kepentingan untuk inisiatif perubahan tertentu, sehingga semua pihak yang terlibat memahami konteks fungsional dan organisasi keterlibatan arsitektur.

Gambar 2.9 Contoh Value Chain Diagram

2.5.5. Stakeholder Map Matrix

Stakeholder map matrix merupakan suatu matriks yang menggambarkan identifikasi stakeholder dalam suatu organisasi beserta dengan keterlibatannya baik dalam aktivitas utama ataupun aktivitas pendukung. Matriks ini masih ada kaitannya dengan value chain diagram yang sudah dijelaskan sebelumnya[15].

(20)

2.5.6. Solution Concept Diagram

Solution concept diagram merupakan sebuah pemodelan high-level untuk solusi yang diajukan atau dirumuskan. Di diagram ini, akan diperlihatkan gambaran umum solusi arsitektur yang diajukan untuk mengatasi permasalahan yang sudah diidentifikasi di bagian analisis. Berikut ini adalah contoh dari solution concept diagram [4]

Gambar 2.11 Contoh Solution Concept Diagram

2.5.7. Goal/Objective/Service Diagram

Fungsi dari Goal/Objective/Service Diagram adalah untuk mendefinisikan manfaat apa saja yang diberikan masing-masing jenis service yang dirancang, berkaitan dengan visi atau strategi bisnis yang dimiliki oleh suatu organisasi[10].

Service yang dirancang berkairan erat dengan faktor penentu sukses, tujuan, dan sudut pandang organisasi. Diagram ini juga menyajikan gambaran mengenai bagaimana kinerja service dalam mendukung performa bisnis suatu organisasi.

(21)

Gambar 2.12 Contoh Goal/Objective/Service Diagram

2.5.8. Organization Decomposition Diagram

Organization decomposition diagram menggambarkan hubungan antara aktor, peran serta lokasi dalam sebuah organisasi. Diagram ini menyediakan rantai komando dari owners dan para pengambil keputusan dalam organisasi. Meskipun bukan fokus organization decomposition diagram untuk menghubungkan tujuan ke organisasi, sebisa mungkin secara intuitif menghubungkan tujuan stakeholder[10].

Diagram ini juga dapat menggambarkan definisi aktor beserta peran mereka. Misi dan tanggung jawab dalam sebuah organisasi dapat juga disorot, dengan menyajikan aliran informasi yang beredar antara pelaku utama dari suatu organisasi. Hal ini menunjukkan dimana informasi diterima, diproses atau dikeluarkan oleh siapa dalam organisasi, sehingga menggambarkan tanggung jawab elemen organisasi secara keseluruhan.

Selain itu, diagram ini juga digunakan untuk menentukan peran yang diasumsikan secara berbeda oleh pelaku.

(22)

Gambar 2.13 Contoh Organizational Decomposition Diagram

2.5.9. Process Flow Diagram

Secara umum, process flow diagram tidak jauh berbeda dengan flowchart, yaitu untuk menggambarkan model proses dan yang ada dalam suatu organisasi.

Namun, secara detail diagram ini menunjukkan aliran kontrol antara aktivitas dan dapat memanfaatkan teknik swim-lane yang mewakili aktor atau kepemilikan dan realisasi langkah proses.

Selain menampilkan urutan aktivitas, diagram ini juga dapat digunakan untuk detail kontrol proses, peristiwa yang memicu atau hasil dari penyelesaian proses, dan juga produk-produk yang dihasilkan dari proses yang dieksekusi. Selain itu, juga berguna dalam menguraikan arsitektur dengan spesialisasi subjek, karena menggambarkan "bagaimana pekerjaan dilakukan" untuk setiap fungsinya[11].

(23)

Gambar 2.14 Contoh Process Flow Diagram

2.5.10. Data Dissemination Diagram

Untuk menunjukan hubungan antara entitas data, pelayanan bisnis serta komponen aplikasi, maka dibuatlah perancangan Data dissemination diagram. Menurut The Open Group, diagram ini menunjukan bagaimana entitas bisnis yang logis diwujudkan secara fisik dengan komponen aplikasi. Diagram ini juga menggambarkan replikasi data dan bagaimana sistem utama untuk data yang digunakan[10].

Gambar 2.15 Contoh Data Dissemination Diagram

2.5.11. Application Portfolio Catalog

Menurut The Open Group, application portfolio catalog berfungsi untuk mengidentifikasi seluruh daftar aplikasi yang digunakan di suatu organisasi. Daftar ini akan membantu menentukan ruang lingkup jika dilakukan perubahan yang dapat mempengaruhi aplikasi baik secara internal maupun eksternal[4].

(24)

Hasil identifikasi aplikasi yang digunakan dalam as-is system akan diidentifikasi dan dituangkan dalam suatu tabel katalog. Katalog ini menjelaskan dan memuat daftar aplikasi yang digunakan organisasi beserta fungsinya.

Gambar 2.16 Application Portfolio Catalog

2.5.12. Platform Decomposition Diagram

Platform decomposition diagram menggambarkan platform teknologi yang mendukung operasi dari arsitektur sistem informasi. Diagram mencakup semua aspek dari platform infrastruktur dan memberikan gambaran tentang platform teknologi yang akan digunakan oleh organisasi. Diagram dapat diperluas dengan memetakan platform teknologi ke komponen aplikasi yang sesuai dalam area fungsional atau proses tertentu. Diagram ini menunjukkan rincian spesifikasi, seperti versi produk, jumlah CPU, dan komponen perangkat keras lain atau hanya gambaran dari lingkungan teknisnya saja[12].

(25)

Gambar 2.17 Contoh Platform Decomposition Diagram

2.5.13. Network Computing Hardware Diagram

Dimulai dengan transformasi ke sistem client-server dari mainframe dan kemudian munculnya e-Bisnis dan J2EE, perusahaan besar mulai bergerak dalam lingkungan komputasi jaringan terdistribusi yang berbasis jaringan, dengan firewall

dan zona demiliterisasi. Saat ini, sebagian besar aplikasi memiliki web front-end, dan melihat arsitektur penyebaran aplikasi saat ini, sangat umum untuk menemukan tiga lapisan yang berbeda dalam lanskap jaringan: lapisan web presentasi, logika bisnis atau aplikasi lapisan, dan back-end sebagai lapisan untuk menyimpan data. Dan penggunaan ketiga lapisan ini sudah sangat umum. Oleh karena itu, menjadi sangat penting untuk mendokumentasikan pemetaan antara aplikasi logis dan komponen teknologi (misalnya, server) yang mendukung. Tujuan dari network computing hardware diagram adalah menggambarkan secara logis dari komponen aplikasi dalam lingkungan komputasi jaringan terdistribusi[10].

(26)

Gambar 2.18 Contoh Network Computing Hardware Diagram

2.5.14. Technology Portfolio Catalog

Katalog ini dibuat untuk identifikasi daftar semua teknologi yang akan digunakan oleh organisasi, berupa hardware, infrastruktur software beserta aplikasinya. Sebuah portfolio mendukung siklus hidup produk teknologi beserta versinya, dan juga menjadi dasar dari definisi standar teknologi di sebuah organisasi/perusahaan[1].

Technology portfolio catalog digambarkan melalui sebuah tabel yang berisi rincian informasi daftar teknologi yang akan digunakan organisasi.

2.5.15. Matrix Gap Analysis

Matrix gap analysis menggambarkan ruang lingkup dari keseluruhan pekerjaan yang harus diimplementasikan setelah melalui serangkaian proses analisis dan perancangan arsitektur. Dengan matriks ini terlihat perbedaan atau gap

yang ada pada arsitektur saat ini dengan penggambaran arsitektur target. Berikut adalah contoh dari analisis gap yang dicontohkan oleh The Open Group[2].

(27)

Gambar 2.19 Contoh Matrix Gap Analysis

2.5.16. Architecture Roadmap

Roadmap arsitektur adalah sebuah panduan atau arahan bagi pihak organisasi yang akan mengembangkan arsitektur yang bersifat strategis, berskala besar serta disertai durasi tertentu. Esensinya adalah tersedianya jalur-jalur pengembangan arsitektur untuk diikuti. Roadmap ini disusun setelah melalui proses perancangan arsitektur yang menyeluruh. Berikut contoh dari sebuah roadmap.

(28)

2.7. SMS Gateway

SMS gateway merupakan suatu teknologi layanan yang menawarkan SMS transit, dengan mentransmisikan pesan ke jaringan mobile dari media lain atau sebaliknya. Teknologi ini memungkinkan transmisi atau penerimaan SMS dengan atau tanpa perangkat mobile seperti handphone[13].

Salah satu contoh implementasinya adalah fitur SMS banking yang saat ini sudah umum digunakan oleh bank baik pemerintah maupun swasta. Fitur ini akan memudahkan nasabah atau user dalam mengetahui pertransaksi yang terjadi di rekeningnya secara real time.

Berikut ini adalah contoh penggambaran struktur SMS gateway yang terintegrasi dengan sistem berbasis web.

Gambar 2.21 Arsitektur SMS Gateway

2.8. Strategi Bisnis

Strategi adalah tujuan jangka panjang suatu perusahaan dan pendayagunaan alokasi semua sumber daya yang penting untuk mencapai tujuan tersebut. Salah satu cara penentuan strategi bisnis adalah dengan menggunakan analisis SWOT.

Analisis SWOT digunakan untuk menghasilkan strategi yang efektif terhadap bisnis suatu perusahaan [17]. Dalam hal ini perusahaan yang dimaksud berupa organisasi koperasi yang fokus utama kegiatannya adalah simpan pinjam.

Koperasi merupakan suatu kegiatan ekonomi yang bergerak di bidang jasa, khususnya jasa simpan pinjam uang dengan bserbagai keunggulan. Walaupun tidak termasuk ke dalam ekonomi kreatif [18], namun dengan faktor membuka lapangan kerja bagi masyarakat sekitar, keberadaan koperasi patut diperhitungkan.

Gambar

Gambar 2.1 Perkembangan Arsitektur Enterprise
Gambar 2.2 Zachman Framework
Gambar 2.3 Level Arsitektur TOGAF
Gambar 2.4 TOGAF Architecture Development Method
+7

Referensi

Dokumen terkait

42 Lianganggang Cemerlang Kalimantan Selatan IUP_BB042_LIANGANGGANG 43 Makmur Bersama Kalimantan Selatan IUP_BB043_MAKMURBERSAMA 44 Mitra Bumi Sejahtera Kalimantan Selatan

- All Traffic Sources: menampilkan grafik dan data pada Visit, Page/Visit, Average Time on Site, dan Bounce Rate secara harian, mingguan, dan bulanan mengenai seluruh

• Diketahuinya jenis bahan yang digunakan, misalnya Kuda-kuda/gelagar/lantai kayu kelas II, atap seng/genteng beton, dll. a) Desain, berdasarkan hasil Survey kondisi lapangan

Rasio ini disebut juga sebagai ratio rentabilitas yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba atau keuntungan,

Pelaku usaha yang menolak dan/atau tidak memberi tanggapan dan/atau tidak memenuhi ganti rugi atas tuntutan konsumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1), ayat (2),

Secara teknis bambu cukup efektif untuk digunakan sebagai perkuatan tanah karena bambu mampu mencegah kelongsoran terutama pada awal-awal timbunan pada daerah reklamasi

merupakan salah satu sistem informasi strategis yang dapat meningkatkan daya saing (competitive advantages) bagi institusi pendidikan tinggi dan dapat dibangun

Pada bab ini akan dijabarkan data yang terkumpul selama penelitian seperti sejarah perusahaan, struktur organisasi, visi, misi, dan strategi perusahaan, visi, misi, dan