• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEKNOLOGI PEMUPUKAN SPESIFIK LOKASI DAN KONSERVASI TANAH DESA TUTUR KECAMATAN TUTUR KABUPATEN PASURUAN BALAI PENELITIAN TANAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TEKNOLOGI PEMUPUKAN SPESIFIK LOKASI DAN KONSERVASI TANAH DESA TUTUR KECAMATAN TUTUR KABUPATEN PASURUAN BALAI PENELITIAN TANAH"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

DESA TUTUR KECAMATAN TUTUR

KABUPATEN PASURUAN

BALAI PENELITIAN TANAH

BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

SUMBERDAYA LAHAN PERTANIAN 2007

(2)

Penyusun : Deddy Erfandi

Djoko Santoso

Achmad Rachman

Penyunting : Didi Ardi Suriadikarta Rahmah Dewi Yustika Farida Manalu

Design Cover : Sukmara

Setting/Layout : Didi Supardi

Rahmah D. Yustika

Penerbit : Balai Penelitian Tanah

Jl. Ir. H. Juanda No. 98. Bogor 16123, Telp. (0251) 336757, Fax. (0251) 321608, 322933, E-mail: soil-ri@indo.net.id

ISBN 978-979-9474-77-3

Penulisan dan pencetakan buku ini dibiayai dari dana DIPA Tahun Anggaran 2007, Balai Penelitian Tanah, Bogor http://balittanah.litbang.deptan.go.id

(3)

KATA PENGANTAR

Dalam rangka mendukung pelaksanaan Prima Tani, Balai Penelitian Tanah telah menyusun Booklet Formulasi Teknologi Pemupukan Spesifik Lokasi dan Konservasi Tanah dan Air sebagai acuan bagi pelaksana Prima Tani dalam menerapkan rekomendasi teknologi pemupukan spesifik lokasi dan konservasi tanah dan air mendukung kegiatan Prima Tani.

Booklet disusun berdasarkan hasil survei tanah di lokasi-lokasi Prima Tani dimana Balai Penelitian Tanah menjadi penanggung jawab survei. Booklet ini merupakan suatu kebutuhan yang mendesak dalam mengimplementasikan teknologi pemupukan dan konservasi tanah dan air. Sesuai dengan judulnya, booklet ini menyajikan formulasi teknologi pemupukan spesifik lokasi dan teknik konservasi tanah dan air.

Sasaran dari penyusunan booklet formulasi pemupukan spesifik lokasi dan konservasi tanah dan air adalah para pelaksana dan pengguna teknologi yang terkait langsung dengan kegiatan Prima Tani, yaitu Pemandu Teknologi, Manajer Laboratorium Agribisnis, Penyuluh Pertanian Lapangan, Dinas Pertanian Provinsi dan Kabupaten/Kota, Kelompok Tani peserta Prima Tani.

Semoga booklet ini bermanfaat, khususnya dalam mensukseskan Prima Tani sebagai salah satu upaya mendukung program pemerintah mensejahterakan masyarakat di pedesaan. Bogor, November 2007

Kepala Balai, Dr. Achmad Rachman

(4)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... iv

I. PENDAHULUAN ... 1

II. KEADAAN FISIK DAERAH ... 3

2.1. Lokasi dan Perhubungan ... 3

2.2. Penggunaan Lahan dan Pertanian ... 3

2.3. Iklim dan Hidrologi ... 4

2.4. Kesesuaian Lahan ... 4

III. TEKNOLOGI PEMUPUKAN ... 6

3.1. Status Hara dan Kemasaman Tanah ... 6

3.2. Pemupukan Kopi (Coffea spp.) ... 7

3.3. Pemupukan Apel (Malus pumila Mill.) ... 17

3.4. Pemupukan Bunga Krisan (Chrysanthemum sp.) .. 18

IV. TEKNOLOGI KONSERVASI TANAH DAN AIR... 21

4.1. Teknik Konservasi Tanah Saat Ini ... 21

4.2. Rekomendasi Teknik Konservasi Tanah ... 23

(5)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Penggunaan lahan di Desa Tutur, Kecamatan

Tutur, Pasuruan ... 4 Tabel 2. Status hara P, K, C-organik dan pH tanah lapisan

atas (0-20 cm) di Desa Tutur, Kecamatan Tutur,

Kabupaten Pasuruan ... 6 Tabel 3. Kandungan unsur-unsur hara makro dan mikro

dalam 1 t biji kopi ... 8 Tabel 4. Kandungan unsur-unsur hara mikro dalam 1 t biji

kopi ... 8 Tabel 5. Kandungan unsur hara makro dalam daun, kulit

buah dan hasil pangkasan pohon kopi*) ... 9 Tabel 6. Kandungan unsur hara mikro dalam daun, kulit

buah dan hasil pangkasan pohon kopi ... 9 Tabel 7. Batas kritis unsur hara makro dalam daun kopi di

beberapa negara*) ... 10 Tabel 8. Batas kritis unsur hara mikro dalam daun kopi di

beberapa negara*) ... 11 Tabel 9. Anjuran pemupukan tanaman kopi di Desa Tutur

Kecamatan Tutur Kabupaten Pasuruan ... 13 Tabel 10. Rekomendasi umum pemupukan untuk tanaman

apel di Desa Tutur, Kecamatan Tutur, Kabupaten

Pasuruan ... 18 Tabel 11. Anjuran pemupukan bunga krisan di Desa Tutur,

(6)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Ubi kayu ditanam di atas guludan ... 21

Gambar 2. Teras bangku tanpa penguat teras ... 22

Gambar 3. Teras bangku dengan penguat teras rumput gajah ... 22

Gambar 4. Mukuna (Mucuna sp.) sebagai tanaman penutup tanah ... 23

Gambar 5. Mukuna ditanam di bawah tegakan tanaman keras ... 24

Gambar 6. Tanaman kudzu (Pueraria javanica) sebagai tanaman penutup tanah ... 24

Gambar 7. Sketsa guludan dengan penguat teras ... 25

Gambar 8. Sketsa empat tipe teras bangku ... 27

Gambar 9. Saluran pembuangan air ... 28

Gambar 10. Rorak/slot mulsa pada tanaman tahunan ... 29

DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Rekomendasi teknik konservasi tanah dan air pada lokasi Prima Tani Desa Tutur, Kecamatan Tutur, Kabupaten Pasuruan, Provinsi Jatim ... 32

(7)

I. PENDAHULUAN

Informasi potensi sumber daya lahan dan arahan pengembangan komoditas merupakan informasi dasar yang diperlukan untuk perencanaan pembangunan pertanian di suatu wilayah. Data dan informasi ini perlu dilengkapi dengan formulasi teknologi pengelolaan sumber daya lahan yang lebih spesifik, antara lain dalam penerapan teknik konservasi tanah, pengelolaan kesuburan tanah khususnya pemupukan spesifik lokasi, dan pengelolaan bahan organik.

Teknologi pemupukan spesifik lokasi dengan menerapkan pemupukan berimbang adalah pemupukan untuk mencapai status semua hara dalam tanah optimum untuk pertumbuhan dan hasil suatu tanaman. Untuk hara yang telah berada dalam status tinggi, pupuk hanya diberikan dengan takaran yang setara dengan hara yang terangkut panen, sebagai takaran pemeliharaan. Pemberian takaran pupuk yang berlebihan justru akan menyebabkan rendahnya efisiensi pemupukan dan masalah pencemaran lingkungan. Kondisi atau status optimum hara dalam tanah tidak sama untuk semua tanaman pada suatu tanah. Demikian juga status optimum untuk suatu tanaman, berbeda untuk tanah yang berlainan. Agar pupuk yang diberikan lebih tepat, efektif dan efisien, maka rekomendasi pemupukan harus mempertimbangkan faktor kemampuan tanah menyediakan hara dan kebutuhan hara tanaman. Rekomendasi pemupukan yang berimbang disusun berdasarkan status hara di dalam tanah yang diketahui melalui teknik uji tanah.

(8)

Penerapan teknik konservasi tanah dan air merupakan kunci keberlanjutan usaha tani dalam upaya mengoptimalkan pemanfaatan lahan kering. Teknologi konservasi tanah dan air dimaksudkan untuk melestarikan sumber daya alam dan menyelamatkannya dari kerusakan. Target minimal dari aplikasi teknik konservasi adalah menekan erosi yang terjadi di setiap bidang tanah hingga di bawah batas yang diperbolehkan. Secara umum, teknik konservasi tanah dan air dibagi dalam tiga golongan yaitu: (1) teknik konservasi vegetatif; (2) teknik konservasi mekanik atau teknik konservasi sipil teknis; dan (3) teknik konservasi kimia. Dalam aplikasi di lapangan teknik konservasi tersebut tidak berdiri sendiri, namun dapat merupakan kombinasi dari dua atau tiga teknik konservasi. Pemilihan teknik konservasi yang tepat harus bersifat spesifik lokasi dan sesuai pengguna artinya harus mempertimbang-kan kondisi biofisik dan sosial ekonomi petani setempat. Oleh sebab itu rekomendasi teknik konservasi yang dianjurkan di setiap lokasi disusun dengan mempertimbangkan tipe penggunaan lahan, kemiringan, vegetasi, dan teknik konservasi yang ada di lapangan (existing) di masing-masing lokasi.

(9)

II. KEADAAN FISIK DAERAH

2.1.

Lokasi dan Perhubungan

Berdasarkan studi yang telah dilakukan oleh Syukur et al.,

(2007) untuk menyiapkan lokasi Prima Tani di Kabupaten Pasuruan, keadaan biofisik Desa Tutur adalah sebagai berikut. Lokasi Prima Tani untuk Kabupaten Pasuruan terletak di Desa Tutur, Kecamatan Tutur, seluas 572 ha. Secara geografis, Desa Tutur terletak pada koordinat antara 112o47’38”- 112o4’08” Bujur Timur dan 7o51’33” - 7o53’04” Lintang Selatan, dengan batas administrasi:

sebelah utara : Desa Kalipulang, sebelah barat : Desa Tlogosari, sebelah timur : Desa Pungging, dan sebelah selatan : Desa Wonosari

Desa Tutur dapat dicapai dari ibukota Kabupaten Pasuruan dengan kendaraan roda empat dalam waktu + 30 menit. Jarak ibukota Kecamatan Tutur sekitar 5 km. Sebagian besar jalan desa sudah diaspal, akan tetapi sempit sehingga hanya dapat dilalui oleh satu kendaraan beroda empat.

2.2.

Penggunaan Lahan dan Pertanian

Penggunaan lahan saat ini (present landuse) di Desa Tutur terdiri atas tiga satuan penggunaan lahan, yaitu: tegalan (Tg), kebun campuran (Kc), dan pemukiman (P) (Tabel 1). Komoditas pertanian yang banyak diusahakan adalah jagung, ubi kayu, sapi, kambing, kopi, apel, mangga, durian, dan bunga krisan. Komoditas

(10)

kopi, apel, dan bunga krisan merupakan komoditas unggulan dalam Prima Tani di Desa Tutur.

Tabel 1. Penggunaan lahan di Desa Tutur, Kecamatan Tutur, Pasuruan

Simbol Penggunaan lahan Luas

ha %

Tg Tegalan 255 44,6

Kc Kebun campuran 249 43,5

P Pemukiman 68 11,9

J u m l a h 572 100,0

2.3.

Iklim dan Hidrologi

Desa Tutur berketinggian 900-1.200 m diatas permukaan laut (dpl), termasuk zona agroekosistem lahan kering dataran tinggi iklim kering (LKDTIK), memiliki jumlah bulan hujan sebanyak 5 bulan yaitu dari November hingga Maret (BPTP Jatim, 2006).

Desa Tutur tidak memiliki pengairan irigasi dan semua lahan pertanian tergantung dari curah hujan, padahal desa ini dilalui oleh dua sungai. Oleh karena itu, ketersediaan air merupakan kendala utama untuk mengembangkan pertanian di desa ini. Air yang diperoleh sangat tergantung pada hujan dan sumur air dalam.

2.4.

Kesesuaian Lahan

Sebagai tindak lanjut kegiatan pemahaman pedesaan secara partisipatif participatory rural appraisal (PRA), evaluasi kesesuaian lahan telah dilakukan untuk 11 komoditas unggulan dan potensial di Desa Tutur, yaitu: jagung, ubi kayu, rumput gajah, pisang, bunga

(11)

krisan, apel, durian, salak, kopi, lengkeng, dan cengkih. Evaluasi dilakukan berdasarkan sifat-sifat biofisik, yaitu kualitas lahan (karakteristik tanah dan lingkungan) yang dicocokkan (matching) dengan persyaratan tumbuh ke-11 tanaman tersebut.

Evaluasi kesesuaian lahan untuk 11 komoditas yang dinilai menunjukkan bahwa tidak ada lahan yang sesuai (kelas S1) untuk mengembangkan komoditas-komoditas tersebut. Sebaliknya sebagian besar lahan di Desa Tutur hanya sesuai marjinal (S3) untuk sebagian besar komoditas yang dinilai; bahkan beberapa satuan lahan (SL) tidak sesuai (kelas N) untuk mengembangkan tanaman jagung, ubi kayu, bunga krisan, dan cengkih. Hanya beberapa SL yang sesuai (kelas S2) untuk mengembangkan rumput gajah, apel, durian, kopi robusta, dan lengkeng.

Walaupun demikian perlu dicatat bahwa faktor pembatas atau penghambat bagi pertumbuhan tanaman yang menyebabkan kurang atau tidak sesuainya lahan di Desa Tutur untuk tanaman yang dinilai adalah suhu (tc) dan retensi hara (nr). Penghambat suhu adalah rendahnya suhu di Desa Tutur. Hal ini karena letak Desa Tutur dari permukaan laut cukup tinggi. Sedangkan pembatas retensi hara (nr) pada hampir semua lahan untuk semua tanaman karena seluruh tanah di Desa Tutur termasuk ordo Andisols (Marsoedi et al. 1997). Secara alami tanah dari ordo ini memang mempunyai retensi (daya erap) yang tinggi untuk hara fosfat. Tetapi kenyataan di lapangan yang menunjukkan bahwa berbagai tanaman yang dievaluasi banyak diusahakan oleh petani menyarankan bahwa batasan suhu dan retensi hara yang dipakai perlu ditinjau lagi. Dengan teknik budi daya yang dilakukan oleh petani ternyata faktor-faktor pembatas tersebut dapat diatasi.

(12)

III. TEKNOLOGI PEMUPUKAN

3.1. Status Hara dan Kemasaman Tanah

Desa Tutur menempati landform dataran tektonik dan seluruh tanahnya termasuk ordo tanah Andisol yang terbentuk dari abu volkan intermedier dari batuan andesite. Tanahnya telah mengalami perkembangan struktur, dimana pelapukan bahan induk dan proses pencucian atau alterasinya telah berlangsung lanjut. Kesuburannya tergantung pada tanah lapisan atas yang mengandung bahan organik.

Status hara P, K dan pH tanah lapisan atas (0-20 cm) yang ditetapkan dengan perangkat uji tanah kering (PUTK) di Desa Tutur menunjukkan bahwa status hara P hampir seluruh satuan lahan (SL) rendah, kecuali SL 3 dan SL 8 yang berstatus P sedang (Tabel 2). Status hara K sedang, kecuali SL 1, SL 4 dan SL 6 yang berstatus K rendah. C-organik seluruh SL rendah, sedangkan reaksi tanah (pH) sangat masam (< 4) sampai masam (4 – 5).

Tabel 2. Status hara P, K, C-organik dan pH tanah lapisan atas (0-20 cm) di Desa Tutur, Kecamatan Tutur, Kabupaten Pasuruan Nomor

SL

Status hara

C-organik pH P K

1 Rendah Rendah Rendah 4 – 5

2 Rendah Sedang Rendah 4 – 5

3 Sedang Sedang Rendah 4 – 5

4 Rendah Rendah Rendah < 4

5 Rendah Sedang Rendah 4 – 5

6 Rendah Rendah Rendah < 4

7 Rendah Sedang Rendah 4 – 5

8 Sedang Sedang Rendah < 4

9 Rendah Sedang Rendah 4 – 5

10 Pemukiman *) Sumber: Syukur et al. (2007)

(13)

3.2. Pemupukan Kopi (Coffea spp.)

Kopi (Coffea spp.) adalah tanaman tahunan kecil. Kopi menyenangi tanah yang dalam (1-3 m), berdrainase baik, tekstur lempung dengan reaksi tanah agak masam dan kaya humus serta kation basa dapat ditukar, terutama kalium. Tanah abu gunung adalah tanah yang paling cocok, meskipun kopi juga ditanam pada berbagai jenis tanah.

Kopi arabika (Coffea arabika L.) menguasai 80% pasar kopi dunia, dan kopi robusta (Coffea canephora Pierre ex Froehner)

memenuhi sebagian besar dari 20% sisa pasar kopi dunia. Kopi

liberika (Coffea liberika Bull ex Hiern.) dan kopi excelsa (Coffea excelsa Chev.) bersama-sama keduanya hanya mengisi <1% pasar kopi dunia.

Kopi arabika tumbuh terbaik pada daerah beriklim subtropis yang bebas dari embun es (frost) dan tidak ada angin yang kuat; suhu yang ideal berkisar antara 15°-24 °C; curah hujan 1.500 – 2.500 mm tahun-1 dan terbagi merata tetapi dengan periode yang cukup kering selama 6 – 12 minggu. Di beberapa daerah (misalnya di Kenya) curah hujan dibantu dengan pemberian air irigasi. Di daerah tropis kopi umumnya ditanam pada ketinggian tempat 600 – 2.000 m, meskipun pada garis lintang yang lebih jauh dari khatulistiwa, misalnya di Brasilia, kopi arabika juga ditanam pada ketinggian < 600 m. Kopi robusta, liberika dan excelsa lebih tahan panas dan tumbuh dengan baik di daerah tropis mulai dari permukaan laut sampai 1.100 m dpl.

(14)

Serapan unsur-unsur hara

Unsur-unsur hara penting yang dibutuhkan tanaman kopi adalah N, P dan K. Hara N diperlukan untuk pembentukan cabang baru, daun muda, dan kuncup bunga. Hara P untuk perangsang akar, mempercepat masaknya buah, menyusun buah yang sehat. Hara K untuk membentuk kayu dan mencegah gugur/rontok buah. Selain hara N, P dan K, sifat tanah lainnya yang penting adalah pH tanah. Tanah yang masam (pH <5) di Desa Tutur (Tabel 3) merupakan kendala bagi tanaman kopi, karena pertumbuhan kopi yang optimal pada pH tanah 6 – 7. Jumlah unsur-unsur hara makro dan mikro yang terangkut keluar dari lahan pertanian dalam setiap ton kopi yang dipanen disajikan dalam Tabel 3 dan 4.

Tabel 3. Kandungan unsur-unsur hara makro dan mikro dalam 1 t biji kopi

Jenis kopi Negara Kandungan hara makro

N P2O5 K2O MgO CaO S

kg hara t biji kopi segar-1

Arabika Brasilia 17,0 2,5 18,7 2,6 3,9 1.3

Arabika Papua New Guinea 22,0 4,6 20,4 3,3 2,1 - Robusta Papua New Guinea 25,4 4,6 24,0 4,0 3,6 -

Liberika Equ. Afrika 28,0 6,4 45,0 - - -

Excelsa Equ. Afrika 26,0 6,2 31,0 - - -

Tabel 4. Kandungan unsur-unsur hara mikro dalam 1 t biji kopi

Jenis

kopi Negara

Kandungan hara mikro

Fe Mn Zn Cu B Mo g hara t biji kopi segar-1

(15)

Daur ulang unsur hara

Unsur-unsur hara yang dapat didaur ulang (dikembalikan ke lahan pertanian) dapat cukup banyak jumlahnya jika serasah (daun yang berguguran), hasil pemangkasan dan kulit biji kopi serta hasil pangkasan tanaman naungan dikembalikan ke lahan pertanian (Tabel 5 dan 6). Oleh karena itu bahan organik sisa panen, pangkasan dan lain-lainnya perlu dikembalikan ke kebun kopi agar kesuburan tanahnya dapat dipertahankan.

Tabel 5. Kandungan unsur hara makro dalam daun, kulit buah dan hasil pangkasan pohon kopi*)

Bagian tanaman Negara Unsur hara makro

N P2O5 K2O MgO CaO S

kg ha-1 tahun-1

Arabika - daun Brasilia 37,5 6,0 46,4 29,0 43,7 3,1 Arabika - kulit buah Brasilia 17,8 3,2 45,8 2,0 6,0 1,6 Arabika - pangkasan Brasilia 322 41 341 50 207 11 Arabika - pangkasan + daun Kenya 97,5 12,0 90,0 17,9 60,9 - Robusta - daun Pantai Gading 28,7 4,8 21,8 6,6 18,8 - Erythrina - serasah + pangkasan Costa Rica 182 48 187 45 183 - Arabika + Erythrina serasah +

pangkasan

Costa Rica 366 69 317 80 340 -

*) Sumber: Harding (2007)

Tabel 6. Kandungan unsur hara mikro dalam daun, kulit buah dan hasil pangkasan pohon kopi

Bagian tanaman Negara Unsur hara mikro

Fe Mn Zn Cu B Mo

g ha-1 tahun-1

Arabika - daun Brasilia 751 79 60 00 98 - Arabika - kulit buah Brasilia 51 30 71 18 35 - Arabika - pangkasan Brasilia 2.805 438 54 32 51 -

(16)

Analisis daun

Data analisis daun dapat digunakan untuk mengidentifikasi defisiensi unsur-unsur hara. Untuk analisis daun, diambil paling sedikit 40 lembar daun ketiga dan keempat dari pucuk cabang yang berbuah dan letaknya di tengah pohon dari 10 atau lebih pohon yang representatif (mewakili). Batas kritis kandungan hara bervariasi antara satu negara dengan negara yang lainnya. Sebagai contoh dalam Tabel 7 dan 8 disajikan batas kritis unsur hara makro dan mikro di beberapa negara. Perbedaan batas kritis tersebut antara lain diakibatkan oleh perbedaan varietas dan karateristik tanah. Dengan demikian batas kritis dari negara lain tidak dapat dipakai dan sebaiknya dikembangkan sendiri untuk masing-masing sentra kebun kopi di Indonesia.

Tabel 7. Batas kritis unsur hara makro dalam daun kopi di beberapa negara*)

Sumber Tingkat Kandungan hara makro (% bahan kering 60

0 C) N P K Mg Ca S Malavolta, 1990 Brazil (Arabika) Defisien <2.2 <0.10 <1,4 <0,26 <0,5 <0,10 Rendah 2,2-2,6 0,10-0,14 1,4-1,8 0,26-0,30 0,5-0,9 0,10-0,14 Cukup 2,7-3,2 0,15-0,20 1,9-2,4 0,31-0,36 1,0-1,4 0,15-0,20 Tinggi 3,3-3,5 0,21-0,23 2,5-2,7 0,37-0,39 1,5-1,7 0,21-0,25 Berlebihan >3,5 >0,23 >2,7 >0,39 >1,7 >0,25 Krishnamurthy Rao, 1990 India (Arabika) Rendah <2,5 <0,10 <1,5 <0,30 <0,69 - Sedang 2,5-3,5 0,10-0,15 1,5-3,5 0,30-0,40 0,69-1,11 0,10-0,18 Tinggi >3,5 >0,15 >3,5 >0,40 >2,0 >0,18 Willson, 1985, Compilation (Robusta) Defisien <1,8 <0,10 <1,2 <0,20 <0,4 <0,12 Rendah 1,8-2,7 0,10-0,13 1,2-1,8 0,20-0,30 0,4-0,8 0,12-0,18 Cukup 2,7-3,3 0,13-0,15 1,8-2,2 0,30-0,36 0,8-1,5 0,18-0,26 Tinggi >3,3 >0,15 >2,2 >0,36 >1,5 >0,26 Colonna, 1964 Central Africa Rep. (Excelsa) Rendah <1,59 <0,09 <0,73 <0,23 <1,92 - Sedang 1,59-1,70 0,09 0,73-1,60 0,23-0,39 1,92-2,28 - Tinggi >1,70 >0,09 >1,60 >0,39 >2,28 - *) Sumber: Harding (2007)

(17)

Kandungan N, P atau K yang berlebihan atau defisiensi Fe dapat menyebabkan rendahnya kualitas kopi. Kandungan N yang tinggi juga mengakibatkan pembentukan daun secara berlebihan sehingga pembentukan bunga dan buah kopi berkurang. Sebaliknya kekurangan N atau K dapat menimbulkan kematian pucuk (dieback) atau bahkan dalam kondisi yang lanjut dapat menyebabkan kematian seluruh pohon kopi. Kekurangan kalium (K) juga dapat menyebabkan porsi biji kopi yang mengambang (floaters) atau hampa bertambah.

Tabel 8. Batas kritis unsur hara mikro dalam daun kopi di beberapa negara*)

Sumber Tingkat Kandungan hara mikro (ppm bahan kering, 60° C) Fe Mn Cu Zn B Mo Malavolta, 1990 Brazil (Arabika) Defisien < 50 < 40 < 5 < 4 < 20 < 0,10 Rendah 50- 89 40-119 5- 7 4- 7 20-58 0,10-0,14 Cukup 90-180 120-210 8-16 8-16 59-80 0,15-0,20 Tinggi 181-220 211-300 17-25 17-30 81-90 0,21-0,30 Berlebihan >220 >300 >25 >30 >90 >0,30 Krishnamurthy Rao, 1990, India (Arabika) Low - - - <8 - - Medium 100-300 80-200 10-15 10-15 40-45 0,10-0,15 High - - - >15 - - Willson (1985) Compilation (Robusta) Deficient <40 <20 <13 <10 <20 <0,30 Low 40- 70 20-35 13-20 10-15 20-35 0,30-0,50 Adequate 70-200 35-70 20-40 15-30 35-90 >0,50 High >200 >70 >40 >30 >90 - Loué, 1957 Côte D’Ivoire (Robusta) Very Low <75 <35 <3 <7 <25 - Low 75- 80 35-40 3-14 7-10 25- 40 - Medium 80-100 40-60 14-27 >10 40-150 - High >100 >60 >27 - >150 - *) Sumber: Harding (2007)

(18)

Pengapuran dan pemberian mulsa

Sebelum dilakukan pemupukan, tindakan yang penting adalah lebih dahulu memperbaiki pH atau kemasaman tanah. Meskipun kopi tahan terhadap kemasaman tanah, tetapi produksinya kurang optimal, karena pertumbuhan kopi yang optimal dicapai pada pH tanah 6 – 7. Tanah di Desa Tutur yang masam dengan pH 4 – 5 merupakan kendala bagi tanaman kopi. Oleh karena itu dianjurkan agar pada waktu pengolahan tanah untuk tanaman kopi diberikan kapur.

Kemasaman tanah di Desa Tutur bervariasi, berkisar antara sangat masam hingga masam (Tabel 4). Oleh karena itu takaran kapur untuk tanah di desa ini perlu dibedakan. Untuk tanah yang sangat masam dengan pH < 4 yaitu SL 4, SL 6 dan SL 8 diberikan 2 t kapur ha-1; sedangkan untuk tanah yang agak masam dengan pH 4 – 5 yaitu SL 1, SL 2, SL 3, SL 5, SL 7 dan SL 9 cukup diberikan 1,5 t kapur ha-1. Kapur pertanian (kaptan) diberikan 10 – 15 hari sebelum tanam dengan cara disebar merata di permukaan tanah.

Mulsa perlu diberikan, terutama untuk pohon yang baru ditanam. Daun-daun kopi yang gugur dan hasil pangkasan dari pohon kopi atau tanaman pelindung dapat digunakan sebagai mulsa. Pupuk kandang diberikan pada lubang tanam.

Rekomendasi Pemupukan

Berdasarkan uraian-uraian di atas jelas bahwa untuk menyusun program pemupukan yang rasional untuk pertanaman kopi di Desa Tutur diperlukan data dan informasi yang cukup, meliputi berbagai aspek mengenai hara tanaman kopi, antara lain mengenai serapan unsur-unsur hara dan batas kritisnya dalam daun

(19)

serta status hara dalam daun kopi di Desa Tutur pada saat ini. Tanpa data tersebut maka program pemupukan yang rasional tidak mungkin untuk dibuat.

Berkenaan dengan kegiatan Prima Tani, dimana diharapkan untuk setiap komoditas unggulan di masing-masing lokasi Prima Tani dapat diberikan rekomendasi pemupukannya, maka upaya maksimum yang dapat dilakukan saat ini adalah dengan memberikan anjuran pemupukan umum agar dapat dipakai sebagai panduan awal (Tabel 9). Diharapkan di masa mendatang, jika data yang diperlukan sudah tersedia, maka diharapkan rekomendasi tersebut dapat diperbaiki agar pemupukan dapat dilakukan secara spesifik lokasi sehingga lebih efektif dan efisien. Berikut disampaikan beberapa anjuran teknik budi daya yang berkaitan dengan pemupukan.

Tabel 9. Anjuran pemupukan tanaman kopi di Desa Tutur Kecamatan Tutur Kabupaten Pasuruan

Umur tanaman Takaran pupuk Kapur pertanian

Pupuk kandang Urea SP-36 KCl

g pohon tahun-1 t ha-1 kg pohon-1

Pengolahan tanah - - - 1,5 – 2,0 - Sebelum tanam - - - - 5 – 10 1 tahun 25 20 20 - - 2 tahun 50 40 40 - - 3 tahun 75 60 40 - - 4 tahun 100 80 40 - - 5 – 10 tahun 150 120 60 - - > 10 tahun 200 160 80 - -

*) Sumber: Najiyati dan Danarti (2004); Harding (2007)

(20)

¾ Pembibitan

Tanah bedengan yang disiapkan dengan baik atau campuran tanah untuk pot, yang terdiri atas campuran tanah lapisan atas, pasir dan bahan organik serta pupuk P, akan menyediakan unsur hara yang cukup untuk 6-12 bulan-bulan pertama dari bibit kopi di pembibitan. Bersamaan dengan pertumbuhan bibit dan tergantung kondisi tanah yang digunakan, beberapa unsur hara (pupuk) lain mungkin perlu ditambahkan dengan makin besarnya bibit. Pupuk cair yang disemprotkan ke daun dapat lebih efektif.

¾ Persiapan lubang tanam

Lubang tanam disiapkan dengan diisi campuran tanah lapisan atas, bahan organik (pupuk kandang) dan pupuk P. Karena tanah di Desa Tutur masam, kapur juga perlu ditambahkan dalam lubang tanam bersamaan dengan pemberian pupuk dasar sebelum tanam. Unsur hara (pupuk) yang lain juga dapat ditambahkan ke lubang tanam.

¾ Pemupukan tanaman belum menghasilkan (TBM)

Dalam 2 – 3 tahun pertama, sebaiknya tanaman kopi di lapangan diberi sedikit tetapi sering pupuk-pupuk yang menyediakan unsur-unsur hara N, P and K. Takarannya diperhitungkan berdasar takaran per pohon, dan takaran ditingkatkan sesuai dengan perkembangan tanaman. Terutama dalam tahun pertama pupuk cair yang disemprotkan ke daun dapat melengkapi pupuk yang diberikan ke tanah, khususnya untuk menyediakan unsur-unsur hara mikro terutama B dan Zn.

(21)

Pupuk yang diberikan ke tanah harus dibagi merata ke dalam tanah di sekeliling batang pohon kopi dengan jarak sekitar 7-10 cm dari pangkal batang atau sedikit dalam pinggir luar dari lingkaran proyeksi tajuk. Yang sangat penting untuk diperhatikan adalah bahwa pupuk tersebut tidak hanya disebar di atas permukaan tanah, tetapi harus dibenamkan di dalam lingkaran tersebut.

¾ Pemupukan tanaman menghasilkan (TM)

Jika tanaman telah menghasilkan, maka takaran pupuk dihitung berdasarkan hasil analisis tanah dan daun, tingkat hasil yang ditargetkan, stadia produktif tanaman, dan kondisi tanaman. Pada umumnya tanaman memerlukan sekitar 150-300 kg ha tahun-1 hara N dan K

2O dan 0-150 kg ha tahun-1 hara P2O5; masing-masing pupuk diberikan (split) dalam tiga atau empat kali pemberian. Pupuk K terutama diperlukan pada periode pembesaran dan pemasakan buah. Pupuk Mg dan S.

juga diperlukan dan umumnya dimasukkan sebagai komponen atau bagian dari pupuk hara makro yang lain.

Unsur-unsur hara mikro dapat diberikan dalam bentuk pupuk cair, dan lebih baik diberikan pada musim kering. Tetapi jika ada defisiensi unsur mikro yang serius perlu segera diatasi dengan penyemprotan daun dengan pupuk cair digabungkan dengan pemupukan melalui tanah.

Bentuk-bentuk pupuk yang dapat digunakan

Dengan makin banyaknya pupuk majemuk NPK akhir-akhir ini, sebagian dari pupuk yang diperlukan dapat diberikan dalam bentuk pupuk majemuk. Satu atau dua kali pemupukan yang dapat memenuhi kebutuhan hara P, dan mungkin juga Mg dan S, dapat

(22)

diberikan dalam bentuk pupuk majemuk. Selanjutnya kekurangan unsur N dan K-nya dapat diberikan dalam bentuk pupuk N dan K tunggal.

Pupuk N yang dapat digunakan termasuk urea, amonium sulfat (ZA), amonium sulfat nitrat, amonium nitrat, dan kalsium amonium nitrat. Jika digunakan urea maka pupuk ini harus dimasukkan ke dalam tanah atau diaduk dengan tanah, terutama jika kondisi lahannya kering, untuk mengurangi kehilangan pupuk karena penguapan.

Pupuk K diberikan dalam bentuk KCl atau K2SO4. Jika sudah terdapat cukup banyak S dalam pupuk lain yang diberikan, maka lebih baik digunakan KCl. Sebaliknya jika pupuk yang lain tidak mengandung cukup banyak S maka penggunaan K2SO4 perlu dipertimbangkan.

Pupuk P yang dapat digunakan adalah pupuk tunggal berbentuk TSP atau SP-36. selain itu dapat juga digunakan diamonium fosfat (DAP) dan fosfat alam, karena Desa Tutur tanahnya masam. Jika digunakan diamonium fosfat, maka pupuk ini juga menyediakan sebagian dari keperluan pupuk N.

Jika diperlukan Mg maka dapat digunakan kiserit atau magnesium nitrat. Seringkali Mg dan Ca juga diperlukan sehingga dalam hal ini lebih baik digunakan dolomit. B dan Zn merupakan dua unsur mikro yang seringkali defisien. Untuk itu dapat digunakan Solubor atau borax (baik melalu daun maupun melalui tanah), dan seng sulfat, seng sulfat monohidrat, atau seng oksida (melalui tanah atau daun) atau seng kelat (melalui daun).

(23)

3.3. Pemupukan Apel (Malus pumila Mill.)

Apel (Malus pumila Mill.) merupakan tanaman tahunan, dengan masa istirahat pada musim dingin pada daerah yang mempunyai empat musim. Bagian tanaman yang dipanen adalah buahnya. Bunga apel menjadi buah yang masak dan siap untuk dipanen dalam 60 - 200 hari setelah berbunga, tergantung varietasnya. Apel ditanam dengan kerapatan 250-700 (tradisional) sampai 1.200-3.000 (intensif) pohon ha-1. Pohon apel menghendaki tanah bertekstur ringan sampai sedang dengan pH 6,5-7,5.

Rekomendasi pemupukan

Penyusunan rekomendasi pemupukan untuk tanaman apel di Desa Tutur juga perlu didasarkan pada status hara atau tingkat kesuburan tanah dan kebutuhan hara oleh tanaman. Mengingat data tersebut belum tersedia, maka untuk saat ini rekomendasi pemupukan yang diberikan baru merupakan rekomendasi umum (Tabel 10). Jika tingkat hasil yang ingin dicapai, keadaan pertumbuhan (status unsur hara dalam contoh daun) apel di Desa Tutur telah diketahui maka rekomendasi pemupukannya untuk masa mendatang diharapkan dapat diperbaiki lagi.

Bentuk pupuk

Pupuk tunggal maupun pupuk majemuk N, P dan K dapat digunakan untuk pemupukan tanaman apel. Yang penting adalah agar semuua pupuk yang diberikan dimasukkan ke dalam lubang pupuk dan kemudian ditutup kembali dengan tanah agar terhindar dari kehilangan pupuk melalui penguapan dan aliran air permukaan (runoff).

(24)

Tabel 10. Rekomendasi umum pemupukan untuk tanaman apel di Desa Tutur, Kecamatan Tutur, Kabupaten Pasuruan

Umur tanaman Kapur Pupuk kandang Takaran pupuk Urea SP-36 KCl t ha-1 kg ha-1 kg ha tahun-1 Pengolahan tanah 1,5 - 2 2 – 3 - - - Sebelum tanam - - 100 100 100 1 tahun - 2 – 3 100 100 100 2 tahun - 150 150 150 3 tahun - 2 – 3 200 150 150 4 tahun - - 250 200 200 5 – 10 tahun - 2 – 3 250 200 200 > 10 tahun - - 250 250 250

3.4. Pemupukan Bunga Krisan(Chrysanthemum sp.)

Bunga krisan atau seruni (Chrysanthemum sp.) di daerah beriklim dingin (4 musim) terdiri atas banyak varietas (cultivars)

dengan bermacam-macam warna bunga mulai dari putih, kuning, merah jambu, perak, merah dan sebagainya. Dengan ratusan varietas yang ada, pilihan tanaman yang dapat diusahakan tidak terbatas (URI, 2007).

Di Desa Tutur bunga krisan cukup dikenal dan banyak diusahakan oleh petani. Tanaman ini diusahakan sebagai bunga potong tanaman semusim. Krisan yang banyak diusahakan secara komersial di Desa Tutur adalah Chrysanthemum morifolium dan hasil introduksi.

Krisan dapat tumbuh dengan baik dengan pH tanah 5,5 – 6. Karena tanah di Desa Tutur bereaksi sangat masam sampai masam

(25)

dengan pH 4 – 5 (Syukur et al., 2007), maka untuk pertumbuhan bunga krisan yang baik diperlukan pemberian kapur. Lokasi penanamannya harus berdrainase baik dan menerima banyak sinar matahari. Jarak tanam harus diatur agar tanaman dapat tumbuh maksimum.

Pemupukan

Pemupukan bunga krisan secara baik akan memberikan pertumbuhan yang cepat dan menghasilkan bunga secara optimal. Setelah pemberian pupuk tanaman perlu segera disiram. Pemupukan dapat dihentikan setelah tanaman mulai membentuk kuncup bunga.

Rumput atau gulma, seperti pada tanaman yang lain, dapat menjadi masalah dalam pembudidayaan bunga krisan. Gulma tersebut dapat dibersihkan secara manual dengan tangan atau untuk mengurangi gulma tanahnya dapat ditutup dengan mulsa organik seperti serbuk gergaji, sekam padi, kulit kacang dan sebagainya. Selain mengurangi gulma, mulsa juga dapat membantu mengawetkan air tanah. Tetapi pemberian mulsa tersebut memerlukan pemberian pupuk N tambahan untuk mengkompensasi kehilangan nitrogen.

Krisan memerlukan unsur N untuk merangsang pertumbuhan bagian tanaman dan memberikan warna hijau pada daun. Unsur N juga dapat mempercepat umur primordia bunga dan panen serta meningkatkan diameter bunga. Unsur P diperlukan untuk memperbesar diameter bunga dan unsur K sedikit mempercepat umur primordia bunga dan panen dan sangat diperlukan untuk memperkokoh tanaman. Anjuran pemupukan untuk penanaman bunga krisan di Desa Tutur disajikan dalam Tabel 11.

(26)

Tabel 11. Anjuran pemupukan bunga krisan di Desa Tutur, Keamatan Tutur, Kabupaten Pasuruan

Umur tanaman Kapur pertanian Pupuk kandang Takaran pupuk Urea SP-36 KCl t ha-1 kg ha-1 Sebelum tanam 1,5 – 2 5 – 10 - - - Tanam - - 50 200 200 1 minggu - - 100 - - 1 bulan - - 100 - - Primordia bunga - - 100 - -

Catatan: Pupuk kandang dan kapur diberikan 7 – 14 hari sebelum tanam (inkubasi) urea diberikan 3 kali (waktu tanaman berumur 1 minggu, 1 bulan dan saat primordia bunga SP-36 dan KCl masing-masing diberikan pada saat tanam.

Bentuk pupuk

Tanaman krisan dapat dipupuk dengan pupuk tunggal yang larut dalam air maupun pupuk majemuk. Pemberian pupuk melalui atau bersamaan dengan pengairan juga dilakukan dan cukup efektif untuk mengatur kesuburan tanah. Tetapi jika petani mempunyai banyak tanaman dan tenaga kerja terbatas, penyiraman bersamaan dengan pemberian pupuk tersebut dinilai kurang praktis. Pemberian pupuk dengan cara ini selain tidak efisien juga dapat mencemari lingkungan. Jika digunakan pupuk lepas terkendali (slow release fertilizers) harus ditempatkan secara merata di sekeliling dan dengan jarak yang cukup jauh dari tanaman agar tidak merusak tanaman (Smith, 2007).

(27)

Gambar 1. Ubi kayu ditanam di atas guludan IV. TEKNOLOGI KONSERVASI TANAH DAN AIR

4.1. Teknik Konservasi Tanah Saat Ini

Desa Tutur termasuk Agroekosistem lahan kering dataran rendah iklim kering (LKDTIK). Desa ini termasuk pintu gerbang Kawasan Wisata Agropolitan Gunung Bromo. Dalam pengembangan wilayah, desa ini mempunyai komoditas yang diunggulkan yaitu apel, bunga krisan, kopi, dan sapi perah. Namun tanaman-tanaman tersebut masih perlu ditingkatkan baik kualitas dan produksinya. Selain varietas unggul yang perlu dibenahi juga masalah kesuburan dan teknik konservasi tanah.

Teknik konservasi tanah sudah banyak diterapkan pada Desa Tutur yaitu dalam bentuk guludan dan teras bangku. Namun masih banyak belum memenuhi syarat, seperti tanpa penguat gulud atau teras dan bahkan banyak guludan yang tidak permanen. Selain itu masih kurangnya sisa panen yang dikembalikan pada lahan. Keadaan ini dapat berdampak negatif pada keseimbangan hara tanah dan produksi tanaman. Beberapa teknik konservasi tanah yang ada pada Desa Tutur diuraikan di bawah ini. Rekomendasi teknik konservasi tanah disajikan pada Lampiran.

Guludan

Teknik konservasi tanah guludan umumnya banyak diterapkan pada lereng 0-3%. Guludan yang dibuat petani kebanyakan tidak

(28)

Gambar 2. Teras bangku tanpa penguat teras

Gambar 3. Teras bangku dengan penguat teras rumput gajah

permanen. Maksudnya guludan itu akan dibongkar atau diratakan pada saat pengolahan tanah dan dibuat saat akan tanam. Selain itu guludan yang dibuat tanpa penguat teras dan masih banyak guludan pada bidang atasnya ditanami ubi kayu. Guludan yang ditanami ubi kayu akan mempunyai risiko erosi apabila ubi kayu dipanen.

Teras bangku

Umumnya penerapan teknologi konservasi tanah ini sudah dilakukan bertahun-tahun. Hal ini terlihat dari bentuk dan stabilnya teras bangku tersebut. Kondisi teras bangku masih sederhana, karena hampir semuanya

belum menanam tanaman penguat teras, baik pada bibir teras atau pada tampingan. Ada petani menerapkan teras bangku dengan menanam ubi kayu pada bibir teras. Hal ini sangat mengganggu kestabilan teras gulud itu sendiri, karena pada saat ubi kayu

dipanen, bibir teras akan hancur dan akan mengakibat-kan erosi pada saat hujan. Pada beberapa tempat, teras bangku sudah ada yang menggunakan rumput gajah sebagai penguat teras. Memang penerapan ini banyak dilakukan pada petani yang memiliki ternak sapi

(29)

Gambar 4. Mukuna (Mucuna sp. ) sebagai tanaman penutup tanah

perah. Dalam teras bangku pada tanaman kopi petani juga membuat teras individu, namun setelah diamati, mereka membuat rorak diseputar tanaman tersebut. Rorak ini digunakan untuk pemupukan, menampung air, dan menyimpan daun yang rontok. Hal ini juga banyak diterapkan pada tanaman apel di daerah Dusun Tutur Wetan.

4.2. Rekomendasi Teknik Konservasi Tanah

Perbaikan teknik konservasi tanah sangat diperlukan untuk peningkatan produktivitas tanah dan sekaligus menuju pertanian yang lestari. Rekomendasi teknik konservasi tanah dan formulasinya disajikan pada Lampiran 1 dan 2.

Penanaman tanaman penutup tanah Teknik konservasi ini

dimaksudkan selain untuk menambah bahan organik tanah, juga sebagai peng-hambat benturan langsung terhadap curah hujan (Proyek Pengelolaan Konservasi DAS Nasional, 1999; Sekertariat Tim

Pengendalian Bantuan Penghijauan dan Reboisasi Pusat 1997). Dengan demikian erosi tanah pada lahan tegalan dan kebun campuran dapat dihambat. Tanaman penutup tanah dianjurkan menggunakan jenis legume, karena bahan organik yang dihasilkan cukup baik untuk keseimbangan hara tanah. Jenis tanaman penutup

(30)

Gambar 6. Tanaman kudzu (Pueraria javanica) sebagai tanaman penutup tanah Gambar 5. Mukuna ditanam di

bawah tegakan tanaman keras

tanah yang dapat diterapkan adalah Centrosema sp., Puraria javanica, Mucuna sp., dan Arachis pintoi. Penanaman tanaman penutup tanah dapat dilakukan pada tegakan apel dan kopi.

Tanaman penutup tanah adalah tanaman yang ditanam tersendiri (pada saat lahan tidak ditanamai tanaman pokok) atau ditanam bersama-sama dengan tanaman pokok. Fungsi tanaman penutup adalah untuk menutupi tanah dari terpaan langsung air hujan, menjaga kesuburan tanah, menyediakan bahan organik. Tanaman ini dipanen berupa hijauan (daun) pada saat umur tanaman 3-4 bulan. Hal ini karena pada umur tersebut hijauan tanaman tumbuh maksimal, sehingga menghasilkan hijauan yang tinggi. Tanaman dipangkas/dibabat dan disebarkan sebagai mulsa. Tanaman penutup tanah ini dapat ditanam di bawah tegakan jati dan cengkih.

Guludan

Perbaikan guludan dilakukan agar guludan menjadi stabil dan permanen. Untuk itu guludan perlu diperkokoh dengan tanaman penguat teras. Jenis tanaman yang dapat dijadikan tanaman penguat teras dan banyak tumbuh pada Desa Tutur adalah rumput

(31)

Tanaman penguat Tanaman penguat

Gambar 7. Sketsa guludan dengan penguat teras

gajah (Pennisetum purpureum). Rumput gajah banyak ditanam, karena Desa Tutur merupakan unggulan sapi perah. Tanaman pakan ternak yang dapat dijadikan penguat guludan salah satunya adalah

Setaria sp.Penanaman tanaman penguat guludan ini ditanam secara zigzag dengan jarak 25 cm. Selain itu setiap guludan, 25 m perlu dibuat saluran pembuangan (SPA).

Guludan merupakan salah satu upaya untuk memperpendek lereng agar produktivitas tanah tidak menurun. Guludan dapat diperkuat dengan tanaman pakan ternak seperti setaria dan rumput gajah. Guludan ini apabila terpelihara akan membentuk teras kredit dengan penguat teras yang stabil.

Teras bangku

Teras bangku yang dibangun umumnya cukup stabil, hanya diperlukan perbaikan pada bibir dan tampingan teras. Beberapa petani masih menanam ubi kayu pada bibir teras. Agar teras bangku lebih stabil dan kuat menahan longsor dan erosi, perlu ditanam penguat teras seperti tanaman pakan ternak sebagai pengganti tanaman ubi kayu yang ditanam pada bibir teras. Rumput pakan ternak yang tersedia secara insitu adalah rumput gajah. Selain itu

(32)

perlu dibuat terjunan air setiap 25 m dan SPA. Selain rumput gajah yang ditanam pada bibir dan tampingan teras juga dapat ditanam rumput lokal (Departemen Pertanian, 2006).

Teras bangku atau teras tangga dibuat dengan cara memotong panjang lereng dan meratakan tanah di bagian bawahnya, sehingga terjadi deretan bangunan yang berbentuk seperti tangga. Pada usaha tani lahan kering, fungsi utama teras bangku adalah: (1) memperlambat aliran permukaan; (2) menampung dan menyalurkan aliran permukaan dengan kekuatan yang tidak sampai merusak; (3) meningkatkan laju infiltrasi; dan (4) mempermudah pengolahan tanah.

Teras bangku dapat dibuat datar (bidang olah datar, membentuk sudut 0o dengan bidang horizontal), miring ke dalam/goler

kampak (bidang olah miring beberapa derajat ke arah yang berlawanan dengan lereng asli), dan miring keluar (bidang olah miring ke arah lereng asli). Teras biasanya dibangun di ekosistem lahan sawah tadah hujan, lahan tegalan, dan berbagai sistem wanatani. Tipe teras bangku dapat dilihat dalam Gambar (Departemen Pertanian, 2006).

Teras bangku miring ke dalam (goler kampak) dibangun pada tanah yang permeabilitasnya rendah, dengan tujuan agar air yang tidak segera terinfiltrasi menggenangi bidang olah dan tidak mengalir keluar melalui talud di bibir teras. Teras bangku miring keluar diterapkan di areal di mana aliran permukaan dan infiltrasi dikendalikan secara bersamaan, misalnya di areal rawan longsor. Teras bangku goler kampak memerlukan biaya relatif lebih mahal dibandingkan dengan teras bangku datar atau teras bangku miring keluar, karena memerlukan lebih banyak penggalian bidang olah.

(33)

Gambar 8. Sketsa empat tipe teras bangku

Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dalam pembuatan teras bangku adalah:

(1) Dapat diterapkan pada lahan dengan kemiringan 10-40%, tidak dianjurkan pada lahan dengan kemiringan >40% karena bidang olah akan menjadi terlalu sempit.

(2) Tidak cocok pada tanah dangkal (<40 cm)

(3) Tidak cocok pada lahan usaha pertanian yang menggunakan mesin pertanian.

(4) Tidak dianjurkan pada tanah dengan kandungan aluminium dan besi tinggi.

(34)

Saluran pembuangan air (SPA)

Saluran pembuangan air ini dibuat searah lereng atau sesuai dengan cekungan alami. Saluran pembuangan air berfungsi untuk mengalirkan air dari saluran pengelak dan atau saluran teras ke sungai atau tempat penampungan/pembuangan air lainnya tanpa menyebab-kan erosi pada SPA.

Saluran pembuangan air biasanya berukuran 30 - 50 cm lebar dan 50 - 70 cm dalam. Untuk mengendalikan erosi pada dasar dan dinding SPA, maka dapat dilakukan penanaman rumput atau susunan batuan. Rumput dapat ditanami di seluruh dasar dan dinding SPA atau sekurang-kurangnya pada jarak 2-5 m menyerupai strip di dalam SPA. Jenis rumput yang cocok adalah rumput yang mudah beradaptasi dan tidak disukai ternak, misalnya rumput vetiver. Pada lahan yang kemiringannya > 8%, SPA perlu dilengkapi dengan beberapa terjunan air untuk mengurangi kecepatan aliran air. Pada lahan yang terjal (> 30%) jika batu tersedia, dianjurkan menggunakan susunan batu pada dasar saluran, terutama pada bagian dasar terjunan.

(35)

Rorak

Rorak merupakan lubang penampung atau resapan air, dibuat dibidang olah atau di antara tanaman tahunan. Pembuatan rorak bertujuan untuk memperbesar peresapan air ke dalam tanah dan menampung tanah yang tererosi. Pada lahan kering beriklim kering, rorak berfungsi sebagai tempat pemanen air hujan dan aliran permukaan. Lubang rorak dibuat sejajar lereng dengan ukuran panjang 2 m, lebar 1 m, dan dalam 1 m. Jarak kesamping antara rorak 1,50-2,00 m. Pada periode tertentu, rorak akan terisi oleh tanah atau serasah tanaman. Bahan yang masuk ke dalam rorak diangkat keluar dan diberikan atau disebar pada tanaman tahunan.

Rorak/slot mulsa Rorak/slot mulsa

(36)

V. DAFTAR PUSTAKA

BPTP Jawa Timur, 2006. Laporan Kegiatan, Participatory Rural Appraisal Primatani, Desa Tratur, Kec. Tutur, Kab. Pasuruan. Departemen Pertanian. 2006. Pedoman Umum Budidaya Pertanian

pada Lahan Pegunungan. Peraturan Menteri Pertanian: No. 46/Permentan/OT.140/10/2006.

Harding, P. 2007. World Fertilizer Use Manual. Coffee. Tersedia on line di: http://www. fertilizer.org/ifa/publicat/html/pubman/ coffee.htm#World Fertilizer Use Manual. Tanggal akses 20 September 2007.

Masoedi, DS, Widagdo, J. Dai, N. Suharta, Darus SWP, S. Hardjowigeno, Jisop and E.R. Jorden, 1997. Pedoman Klasifikasi Landform, LT 5 versi 3.0 Proyek LREP II. CSAR, Bogor.

Najiyati, S. dan Danarti. 2004. Kopi Budidaya dan Penanganan Pascapanen. Penerbar Swadaya, Jakarta. Hal 85-90.

Proyek Pengelola dan Konservasi DAS Nasional. 1999. Teknik Konservasi Tanah dan Air. Tim Pengendalian Bantuan Penghijauan dan Reboisasi Pusat.

Sekretariat Tim Pengendali Bantuan Penghijauan dan Reboisasi Pusat. 1997. Petunjuk Teknis Konservasi Tanah dan air. Desember 1997.

Smith, T. M. 2007. Garden Mums. University of Massachusetts Amherst, Massachusetts, Tersedia on-line di: http://www.umass.edu/umext/floriculture/index.html. Tanggal akses: Oktober 2007.

Syukur E. Kosasih, Deddy Erfandi dan Jojon Suryono. 2007. Identifikasi Dan Evaluasi Potensi Lahan untuk Mendukung Prima Tani di Desa Tutur, Kec. Tutur, Kab. Pasuruan - Provinsi Jawa Timur. Balai Penelitian Tanah. 26 halaman.

(37)

URI. 2007. GreenShare Factsheets. Chrysanthemum Culture. Tersedia on line di: http://www.cutflower/chrysanthemum.htm. URI University of Road Island Landscape Horticulture Program. Tanggal akses 1 Oktober 2007.

(38)

Lampiran 1. Rekomendasi teknik konservasi tanah dan air pada lokasi Prima Tani Desa Tutur, Kecamatan Tutur, Kabupaten Pasuruan, Provinsi Jatim

SL Lereng Penggunaan lahan Konservasi tanah existing

Rekomendasi teknik konservasi tanah

Maksimum proporsi Teknik konservasi Keterangan

tanaman semusim tanah

% %

1 2 3 4 5 6 7

0 - 3 Kebun campuran _ 0 Penanaman tanaman penutup tanah -

2,4

0 - 3 Tegalan Guludan dengan ubi kaju Guludan dengan rumput setaria -

1,3 pada bidang atas 100 sebagai penguat gulud

3 - 8 Tegalan/ Teras bangku 75 Perbaikan teras bangku dg _

5,6 kebun campuran tampingan diperkuat dg

rumput gajah

8 - 15 Tegalan/ Teras bangku dengan Perbaikan teras bangku dengan

7,8 kebun campuran tampingan diperkuat dg 50 tampingan diperkuat dg Apel

rumput gajah dan rorak rumput gajah dan SPA serta rorak dominan

15 - 30 Kebun campuran Teras bangku 0 Teras bangku dengan rumput Apel, kopi

9,10 Apel dengan model lokal pada tampingan dan pada dominan

surjan tegakan ditanam legum cover crop

dan pembuatan SPA

> 30 Kebun campuran Teras bangku 0 Teras bangku dengan rumput Apel, kopi

11 Apel dengan model lokal pada tampingan dan pada dominan

surjan tegakan ditanam legum cover crop

Gambar

Tabel 1.  Penggunaan lahan di Desa Tutur, Kecamatan Tutur,  Pasuruan
Tabel 2.  Status hara P, K, C-organik dan pH tanah lapisan atas (0-20  cm) di Desa Tutur, Kecamatan Tutur, Kabupaten Pasuruan  Nomor
Tabel 3. Kandungan unsur-unsur hara makro dan mikro dalam 1 t  biji kopi
Tabel 5. Kandungan unsur hara makro dalam daun, kulit buah dan  hasil pangkasan pohon kopi *)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Seperti yang telah dikemukakan di atas bahwa ada beberapa alasan yang menyebabkan suatu putusan arbitrase tidak dapat diakui atau dilaksanakan yang salah satunya

Pada proses bisnis dengan intermediary agent , agent merupakan tangan kanan dan per- antara langsung PT.AAB Cabang Bandung den- gan customer nya.. Agent berfungsi sebgai mar- keting

• PENDIDIKAN LEBIH MENEKANKAN PADA ASPEK PERILAKU, KARAKTER ATAU.. BUDI PEKERTI , SEDANGKAN PENGAJARAN LEBIH MENEKANKAN PADA ASPEK PENGETAHUAN

Dalam tabel tersebut diatas dapat dilihat bahwa rata rata kendaraan yang begerak di jalur poros Barru dari arah utara yaitu dari arah Kota Pare Pare ke arah selatan

Program Kelompok Masyarakat, Berdaya Saing, Dan Inovatif Sebagai Model Pembangunan Berbasis Partisipasi (RUKUN TETANGGA 004 RUKUN WARGA 004 KELURAHAN SETIARATU

Dari semua masalah di atas, tidak ada satupun yang bisa diprediksikan untuk selesai dalam jangka waktu tertentu sehingga sering kali sebuah temuan berlarut larut tanpa

SMA Katolik Santa Agnes Surabaya sudah berusaha untuk meningkatkan profesionalitas guru dan karyawannya, hal ini ditunjukkan dengan banyaknya kegiatan yang

Melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan, penyiapan bahan koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan, penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur