Buletin Udayana Mengabdi, ISSN: 1412-0925
D A F T A R I S I
KOMPOS, PUPUK CAIR DAN BUDIDAYA TUMPANGSARI SEBAGAI SOLUSI PENANGANAN LIMBAH TERNAK AYAM 1-8 Komariyati and Y. S. K. Dewi TEKNIK GRAFTING DAN BUDIDAYA HORTIKULTURA PADA KELOMPOK TANI MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI DESA GETASAN- KABUPATEN BADUNG 9-15 I N. Suarsana, I. W. Suardana, I K.M. Budiasa, I P. Sudiarta, I G.Wijana SOSIALISASI POTENSI SUSU FERMENTASI BAGI MASYARAKAT DI DESA PEMPATAN KARANGASEM DAN UPAYA PENGEMBANGANNYA BERBASIS POTENSI LOKAL 16-20 IN. Suparta, S.A. Lindawati, IW. Sukanata, IN.S. Miwada dan M. Hartawan PENGEMBANGAN KREATIVITAS DAN KEMANDIRIAN SUBAK MELALUI SINERGITASNYA DENGAN BUMDES DALAM UPAYA MENGHADAPI “MEA” 21-25 I.N.T. Ariana, M. Hartawan, A.A. Oka dan I.N.S. Miwada PENGUATAN EKSISTENSI SAPI BALI MELALUI PENDEKATAN IPTEKS DAN BERORIENTASI WISATA PEDESAAN DI DESA SOBANGAN KECAMATAN MENGWI KAB. BADUNG 26-30 Sumiyati, IN.S. Miwada, dan N.L.N. Kebayantini MENTORING PEMBUATAN LAPORAN DANA KAMPANYE PILKADA SERENTAK 31-38Gayatri, N.L. Sari W., N.K. Lely A. dan M. Yeni L.
PENGEMBANGAN POTENSI WISATA ALAM, BUDAYA LOKAL SERTA KULINER KHAS DI DESA NONGAN KARANGASEM BALI 39-46 I.N. Budiarsa, N.P.G. Suardana, I.K. Suarsana BUDIDAYA IKAN BAWAL DI DESA PLOSO KUNING 47-53 A. Armadyah, T. Susanto, H. Palguna PEMBERIAN KEGIATAN MINDFULNESS PADA ANAK PANTI ASUHAN 54-57
Buletin Udayana Mengabdi, ISSN: 1412-0925 STUDI PENINGKATAN PENGETAHUAN GURU MENGENAI SITASI DALAM PENYUSUNAN KARYA TULIS ILMIAH UNTUK MEMINIMALKAN PLAGIARISM 114-119 K. Sari, D. P. E. Nilakusmawati, N. K. T. Tastrawati, L. G. Astuti, I. N. Widana MENINGKATKAN KOMPETENSI SISWA PAKET B DAN C DI PKBM MENTARI FAJAR MELALUI PELATIHANPERANGKAT LUNAK PERKANTORAN 120-125 W. Sumarjaya, M. Joni, N. N. Rupiasih, dan J. Sibarani SOSIALISASI PENYAKIT ZOONOSIS ESCHERICHIA COLI O157:H7 SERTA PELAYANAN KESEHATAN SAPI DI DUSUN LAMPU DESA CATUR KINTAMANI BANGLI 126-132 I W. Suardana, I.B.N. Swacita, I.N. Suartha, I G.N. Sudisma, M.D. Rudyanto, I.G.M. Krisna Erawan, I.N. Suarsana, I.W. Batan, P.A. Sisyawati Putriningsih, T. Sari Nindia, A.L.T. Rompis, I.N. Mantik Astawa, K. Karang Agustina, I.H. Utama, I.G.A. Suartini, I.M. Sukada, I.K. Suada, A.A.A. Mirah Adi PELATIHAN PENGOLAHAN PRODUK BUAH MANGROVE UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN NUSA LEMBONGAN SEBAGAI DESTINASI WISATA 133-137 I.W. Arthana, I.W. Restu, A.P. W. K. Dewi, M.A. Pratiwi, R. Ekawaty, Widiastuti, dan K.W. Negara INTENSIFIKASI LAHAN PERTANIAN MENGGUNAKAN AIR BAWAH TANAH (RENCANA PROYEK PERCONTOHAN DI SUBAK SAYEHAN JASRI KARANGASEM) 138-143 I N. Simpen, N. N. Ratini, I M. S. Wibawa, I. B. M. Suryatika PENERAPAN SISTEM INFORMASI DESA DAN KAWASAN DI KABUPATEN KLUNGKUNG 144-149 I. M. O. Widyantara, Linawati, I. P. A. Mertasana, dan W. Setiawan PENINGKATAN PRODUKTIVITAS KELOMPOK WANITA TANI BANJAR PILING DALAM PEMBUATAN KRIPIK TALAS MENGGUNAKAN MESIN PEMOTONG UMBI 150-156 I.M. Astika, I.W.B. Adnyana, I.P. Lokantara, I.G.K. Dwijana
PEMANFAATAN KOTORAN TERNAK SEBAGAI BAHAN BAKU BIOGAS PADA SIMANTRI 543 DI KECAMATAN RENDANG 157-161 I K. G. Wirawan, I K.G. Sugita, M. Suarda, I K. A. Atmika PEMBERDAYAAN UMKM JASA AKOMODASI WISATA DI UBUD SEBAGAI DAERAH WISATA DENGAN PENERAPAN E-COMMERCE MELALUI SITUS PORTAL PARIWISATA 162-167 I.G.A.G.A. Kadyanan, A. Muliantara, I.M. Widiartha, I.B.M. Mahendra
BULETIN UDAYANA MENGABDI VOLUME 16 NO. 2, MEI 2017
PENINGKATAN PRODUKTIVITAS KELOMPOK WANITA TANI
BANJAR PILING DALAM PEMBUATAN KRIPIK TALAS
MENGGUNAKAN MESIN PEMOTONG UMBI
I M Astika1, I W B Adnyana2, I P Lokantara3, I GK Dwijana4
ABSTRAK
Banjar Piling berada di Desa Mengesta, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan-Bali. Hampir sama dengan daerah lain yang ada di kabupaten Tabanan, Banjar Piling juga merupakan daerah pertanian. Produk utama dari hasil pertanian adalah padi sedangkan dari perkebunan adalah berbagai macam buah, sayuran dan umbi-umbian. Di Banjar Piling Kawan ada sekelompok ibu-ibu yang tergabung dalam Gapoktan dan KWT yang menekuni pembuatan kripik dengan bahan dasar singkong dan umbi talas. Hasil survey dan wawancara dengan kelompok pembuat kripik didapatkan bahwa pada proses pemotongan/pengirisan membutuhkan waktu yang relatif lama karena diperlukan ketelitian terutama pada proses pemotongan agar mendapatkan irisan yang tipis dan relatif sama. Peralatan yang dipakai untuk mengupas dan mengiris umbi masih menggunakan alat tradisional, sehingga hasil produksi masih rendah meskipun pangsa pasar masih sangat terbuka. Melalui program pengabdian ini dilakukan perbaikkan/pembuatan peralatan produksi yaitu alat pemotong/pengiris umbi sehingga diharapkan jumlah produksi akan meningkat dan pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Kata kunci : keripik singkong/talas, alat pemotong/pengiris, produksi, kesejahteraan ABSTRACT
Piling village is located in Tabanan Regency. Similar to the other areas in Tabanan regency, Piling village is also an agricultural area. The main products of agricultural are rice, fruits, vegetables and tubers. In Piling village there is a group of mothers who are members of Gapoktan and KWT who pursue the manufacture of chips from cassava. The survey and interviews result with the group, found that in the process of cutting / slicing requires a relatively long time because still using traditional tools, so that productivity is still low. Through this service program carried manufacture of production equipment are cutlery / slicer bulb so the productivity will increase and will be improve the welfare of society.
Keywords : cassava chips, cutlery / slicer, production, prosperity
1
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Udayana Kampus Bukit Jimbaran Badung Bali imdastika@yahoo.com
I M Astika, I W B Adnyana, I P Lokantara, I G K Dwijana
VOLUME 16 NO. 2, MEI 2017 |151
1. PENDAHULUAN
Kabupaten Tabanan berada di wilayah Bali bagian tengah. Letaknya sangat strategis dimana memiliki batas wilayah dengan Kabupaten Jembrana di sebelah barat, disebelah timur berbatasan dengan kabupaten Badung dan kabupaten Buleleng di sebelah utara. Tabanan merupakan daerah agraris, dimana sebagian besar wilayahnya adalah daerah peternakan dan pertanian. Sebagai daerah yang produktif khususnya dibidang peternakan dan pertanian, terlihat dari bermunculan dan berkembangnya kelompok usaha dibidang peternakan dan pertanian. Hal ini juga ditunjang oleh kebijakan pemerintah daerah yang mendorong terbentuknya industri kerakyatan di bidang peternakan dan pertanian dan berbagai kemudahan dan bantuan bagi kelompok usaha tani dan ternak. Produktivitas pertanian dan peternakan di kabupaten Tabanan belakangan ini semakin meningkat dan dengan mutu yang semakin baik. Hal ini disebabkan adanya berbagai promosi dari pengusaha yang bergerak dibidang peternakan dan pertanian, disamping tanah yang sangat subur dan iklim yang sangat mendukung untuk berbagai jenis tanaman.
Banjar Piling merupakan salah satu banjar yang berada di wilayah kabupaten Tabanan, tepatnya di kebendesaan Mengesta, dengan Penebel sebagai kecamatannya. Banjar Piling dibagi menjadi tiga banjar dinas yaitu Piling Kanginan, Piling Kawan dan banjar dinas Piling Tengah. Batas wilayah banjar Piling adalah: di sebelah selatan berbatasan dengan banjar Asah, di sebelah timur dengan banjar Mengesta, banjar Kesambi di sebelah utara dan di sebelah barat berbatasan dengan banjar Tengkudak. Luas wilayah banjar Piling kurang lebih 200 hektar dengan jumlah penduduk 400 KK, dan bidang peternakan dan pertanian menjadi sumber mata pencaharian sebagian besar penduduknya.
Hampir sama dengan daerah lain yang ada di kabupaten Tabanan, Banjar piling juga merupakan daerah pertanian. Produk utama dari hasil pertanian adalah padi sedangkan dari perkebunan adalah berbagai macam buah, sayuran dan umbi-umbian. Salah satu hasil sampingan dari perkebunan adalah umbi talas. Lain halnya dengan tanaman singkong yang sudah dibudidayakan, sampai saat ini talas belum dibudidayakan secara optimal, hanya dijadikan tanaman selingan dimana batang, pelepah dan daunnya digunakan sebagai makanan ternak (babi dan sapi). Umbinya biasanya dimanfaatka sebagai camilan (direbus).
Di Banjar Piling ada sekelompok ibu-ibu yang yang tergabung dalam Kelompok Wanita Tani (KWT) yang menekuni pembuatan kripik dengan bahan dasar umbi talas dan singkong. Pembuatan kripik ini merupakan proses yang tersusun dari beberapa tahapan, mulai dari persiapan bahan, pengupasan, pemotongan dan pencampuran dengan bumbu-bumbu penyedap rasa, penggorengan, penirisan, pembungkusan dan akhirnya bisa dinikmat/dijual. Proses pembuatan kripik dilakukan dalam beberapa tahap seperti ditampilkan pada gambar 1.
Dari survey dan wawancara dengan kelompok pembuat kripik didapatkan bahwa pada proses pemotongan/pengirisan membutuhkan waktu yang relatif lama karena diperlukan ketelitian terutama pada proses pemotongan agar mendapatkan irisan yang tipis dan relatif sama. Peralatan yang dipakai untuk mengupas dan mengiris umbi masih menggunakan alat tradisional yaitu pisau dengan tenaga manusia, sehingga hasil produksi masih rendah meskipun pangsa pasar masih sangat terbuka. Dengan penggunaan peralatan produksi khususnya pada saat pemotongan/pengirisan, maka jumlah dan kualitas kripik yang dihasilkan akan meningkat.
PENINGKATAN PRODUKTIVITAS KELOMPOK WANITA TANI BANJAR PILING DALAM PEMBUATAN KRIPIK TALAS MENGGUNAKAN MESIN PEMOTONG UMBI
Gambar 1. Proses Pembuatan Kripik
2. METODE PELAKSANAAN
Metode pelaksanaan kegiatan dalam pengabdian kepada masyarakat di Banjar Piling Kawan ini adalah:
1. Tatap muka/ceramah dengan kelompok masyarakat dimana materi yang disampaikan mengenai keselamatan kerja, pengendalian kualitas dan penggunaan alat bantu dalam proses produksi yaitu penggunaan mesin/alat pemotong/pengiris umbi talas/singkong. 2. Diskusi untuk memilih atau menentukan cara terbaik dalam pemecahan masalah yang
dihadapi oleh kelompok pembuat kripik
3. Praktek lapangan yaitu mengaplikasikan teknologi sesuai dengan hasil diskusi.
2. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tahapan pelaksanaan kegiatan pengabdian yang dilakukan adalah pertemuan dengan Kepala Dusun Piling Kawan selaku pimpinan wilayah dimana kelompok wanita tani ini berada. Dalam pertemuan tersebut tim pengabdian menyampaikan kegiatan yang akan dilaksanakan dan Bapak kepala dusun sangat mendukung kegiatan tersebut guna meningkatkan produktivitas dan pendapatan masyarakat.
I M Astika, I W B Adnyana, I P Lokantara, I G K Dwijana
VOLUME 16 NO. 2, MEI 2017 |153 Gambar 2. Pertemuan dengan Kepala Dusun
Pertemuan selanjutnya adalah menyampaikan maksud dan tujuan kegiatan pengabdian ini kepada kelompok wanita tani khususnya perbaikan alat produksi dalam pembuatan kripik talas/singkong yang akan membantu dalam meningkatkan produktivitas mereka. Kelompok wanita tani juga sangat mendukung kegiatan pengabdian ini terbukti dengan kesiapan mereka dalam menyediakan bahan baku dan peralatan lainnya.
Gambar 3. Pertemuan dengan Gapoktan dan KWT
Koordinasi antara tim pengabdian dan kelompok wanita tani berjalan dengan baik, kemudian dilakukan pembuatan alat pemotong/pengiris umbi talas/singkong yang dimulai dari pembelian bahan yang dilanjutkan dengan pembuatan alat.
PENINGKATAN PRODUKTIVITAS KELOMPOK WANITA TANI BANJAR PILING DALAM PEMBUATAN KRIPIK TALAS MENGGUNAKAN MESIN PEMOTONG UMBI
Mesin pemotong umbi yang digerakkan dengan motor listrik dengan tenaga 1 PK. Sistem transmisi menggunakan sabuk (belt) dan pulley. Pada poros pulley dipasang roda yang dilengkapi mata potong yang berfungsi sebagai pemotong umbi. Sistem pemotongannya menggunakan sistem putaran roda (rotasi), dengan kecepatan putar roda 60 rpm (60 kali putaran per menit). Satu gelontong umbi talas (10 cm = 100 mm) dipotong kecil-kecil per 2 mm sehingga per gelontong terdapat 100/2 =50 potong kripik talas mentah. Dengan menggunakan alat potong ini satu gelontong diselesaikan hanya dengan waktu 100/60 = 1,6 menit atau 1,6 x 60 detik = 99,99 detik dibulatkan 100 detik saja, maka untuk 50 gelontongan dapat diselesaikan dengan waktu lebih kurang 50 x 100 detik = 5000 detik = 5000/60 = 83 menit (belum ditambah waktu penyetingan). Bila ditambah dengan waktu penyetingan total waktu yang dibutuhkan sekitar 90 menit (satu setengah jam).
Gambar 5. Proses pemotongan/pengirisan umbi
Bila satu bungkus kripik berisi rata-rata 10 potong atau irisan seharga Rp.1000,- maka nilai jualnya Rp 100,-/potong. Tanpa alat bantu potong (dikerjakan 2 orang, per orang 2,5 jam) maka dalam 1 hari diperoleh nilai jual 2 x 2,5 jam x 10 gelontongan /jam x 50 irisan/gelontongan x Rp 100,-/potong = Rp. 25.000,- Dengan bantuan alat potong (dikejakan satu orang) maka kemampuan produksi menjadi 2,5 jam x 50 gelontongan/jam x 50 potong kripik x Rp 100,- /irisan = Rp. 62.500,- Selisih total penjualan antara adanya alat bantu dan dengan manual yang diperoleh adalah Rp. 62.500,- – Rp. 25.000,- = Rp 37.500,- /hari dengan asumsi produksi adalah 25 hari perbulan maka keuntungan kolompok usaha ini adalah Rp 37.500,- /hari x 25 hari/ bulan = Rp. 937.500/ bulan.
Sebelum menggunakan alat potong pada proses potong mempekerjakan dua anggota/karyawan setelah memakai alat potong cukup satu orang saja, praktis mengurangi biaya tenaga kerja. Bila per orang digaji (diberi insentif) sebesar Rp. 400.000/bulan maka 1 x Rp. 400.000 /bulan = Rp. 400.000,- dalam setahun bisa menghemat dana sebesar Rp.400.000 x 12 = Rp. 4.800.000.
I M Astika, I W B Adnyana, I P Lokantara, I G K Dwijana
VOLUME 16 NO. 2, MEI 2017 |155 Gambar 6. Kripik dengan kemasan kantong plastik
Dalam pengabdian ini juga dilakukan perbaikan kemasan untuk kripik talas/singkong yang dihasilkan. Sebelumnya, kemasannya hanya menggunakan kantong plastik ½ kilogram untuk membungkus kripik tersebut (gambar 6). Sekarang kemasannya mengunakan plastik klip/dengan perekat dan ada merek dagangnya (gambar 7). Dengan penampilan yang lebih baik maka minat pembeli akan semakin meningkat untuk mencoba/membeli produk kripik tersebut.
Gambar 7. Kemasan kripik dengan plastik klip
4. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan
1. Pelaksanaan pengabdian berjalan dengan lancar dan KWT banjar Piling sangat mendukung kegiatan pengabdian ini
2. Dengan menggunakan alat pemotong/pengiris, terjadi peningkatan produktivitas sebesar 60% dan efisiensi produksi sebesar 50%.
PENINGKATAN PRODUKTIVITAS KELOMPOK WANITA TANI BANJAR PILING DALAM PEMBUATAN KRIPIK TALAS MENGGUNAKAN MESIN PEMOTONG UMBI
4.2 Saran
1. Perlu dirancang komponen mesin untuk mendorong umbi sehingga tidak perlu operator yang menekannya.
2. Perlu diselenggarakan pelatihan mengenai alat-alat produksi dan keselamatan kerja bagi anggota KWT
UCAPAN TERIMAKASIH
Terima kasih kepada Universitas Udayana dan LPPM yang telah memberikan dana melalui skim Hibah Udayana Mengabdi ttahun 2016 dengan Surat Perjanjian Penugasan Dalam Rangka Pelaksanaan Hibah Pengabdian Kepada Masyarakat Udayana Mengabdi, Tahun Anggaran 2016 Nomor: 640-24/UN14.2/PKM 01.03/2016, tanggal 15 Juni 2016.
DAFTAR PUSTAKA
Budiono Bambang, (1992). Industri Kecil dalam Perspektif Budaya. Surabaya, Seminar Prospek Industri Kecil Dalam Perkembangan Perekonomian Indonesia.
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Udayana (2015), “Panduan
Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Edisi IV Tahun 2015”
Nyoto Wiyono, (1995). Penerapan Teknologi Pemeras Tepung Tapioka. Surabaya, Lembaga Pengabdian Masyarakat - UNESA.
Nyoto Wiyono, (1999). Penerapan Teknologi hidrolika untuk mesin pembuat krupuk spiral. Surabaya, Lembaga Pengabdian Masyarakat - UNESA.
Subanar Harimurti,(1992). Alternatif Pengembangan Industri Kecil/Kerajinan Surabaya, Seminar Prospek Industri Kecil Dalam Perkembangan Perekonomian Indonesia.