• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEADILAN DALAM HUKUM KARMA (KARMAPHALA) PADA AGAMA HINDU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEADILAN DALAM HUKUM KARMA (KARMAPHALA) PADA AGAMA HINDU"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

i

LAPORAN PENELITIAN

KEADILAN DALAM HUKUM KARMA (KARMAPHALA)

PADA AGAMA HINDU

Peneliti :

A.A. Gede Agung Dharmakusuma, SH., MH

Penelitian Mandiri

BAGIAN HUKUM KEPERDATAAN

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

(2)
(3)

ii

HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul Penelitian : Keadilan Dalam Hukum Karma (Karmaphala) Pada Agama Hindu

2. Bidang Ilmu : Hukum Bisnis 3. Peneliti

a. Nama Lengkap : Anak Agung Gede Agung Dharmakusuma, SH.,MH b. NIP / NIDN : 19561115 198602 1 001 / 0011025607

c. Pangkat/Gol./NIP : Pembina Tk.I/IV.a / 19561115 198602 1 001 d. Jabatan Fungsional/ : Lektor Kepala

Struktural

e. Pengalaman : (Terlampir dalam CV) Penelitian

f. Program studi / Jurusan : g. Fakultas : Hukum

h. Alamat rumah/Hp. : Perumahan Dalung Permai Blok MM2 No.53 Dalung, Kuta Utara, Badung.

082 237 794 507

i. E-mail :

4. Jumlah Peneliti : 1 orang 5. Lokasi Penelitian :

6. Jangka waktu penelitian : 3 (enam) bulan

7. Biaya yang diperlukan : Rp. 5.000.000,- (Lima juta rupiah)

Mengetahui, Denpasar, 21 Juni 2016

Ketua Bagian Peneliti,

Hukum Keperdataan

(Dr. I Wayan Wiryawan, SH.MH) (A.A.G.A. Dharmakusuma, SH.,MH)

NIP. 19550306 1984031003 NIP. 19561115 198602 1 001

Mengetahui Dekan Fakultas Hukum

Universitas Udayana

(Prof. Dr. I Made Arya Utama,SH.,M.Hum) NIP. 19650221 1990031005

(4)

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, maka saya dapat menyelesaikan Laporan Hasil Penelitian ini sesuai dengan jadwal penelitian yang sudah ditetapkan. Meskipun laporan hasil penelitian ini masih jauh dari sempurna, namun saya tetap bersyukur bahwa saya dapat menyelesaikannya mengingat tanggung jawab dan tuntutan keilmuan.

Berkat bantuan dari berbagai pihak, maka penelitian ini dapat diselesaikan, dan untuk itu tidak lupa saya ucapkan banyak terima kasih, terutama para responden dan informan yang telah banyak memberikan informasi dan keterangan yang menyangkut substansi penelitian.

Menyadari hasil penelitian ini masih jauh dari sempurna, namun saya tetap berharap semoga hasil penelitian yang sangat sederhana ini ada manfaatnya bagi perkembangan ilmu hukum di masa mendatang.

Denpasar, 21 Juni 2016 Peneliti,

(5)

iv

A B S T R A K

Penelitian ini berjudul Nilai Keadilan Dalam Hukum Karma (Karmaphala) Pada Agama Hindu. Adapun masalah yang diteliti; 1). Mengenai Hubungan antara Hukum dan Keadilan, 2) Nilai-nilai Keadilan Dalam Hukum Karma (Karmaphala) pada Agama Hindu.

Penelitian yang diselenggarakan ini termasuk jenis penelitian Hukum Normatif, yang sepenuhnya didasarkan pada penelitian kepustakaan. Bahan hukum yang digunakan adalah bahan hukum sekunder. Pendekatan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan konsep/ conceptual

approach).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hukum tidak bisa dilepaskan dari keadilan, karena keadilan merupakan tujuan dari hukum. Dalam hukum Agama (Agama Hindu), nilai-nilai keadilan itu ada dalam Hukum Karma (Karmaphala). Keadilan dalam Hukum Karma adalah keadilan yang ditetapkan oleh Tuhan.

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK ... iv

DAFTAR ISI ... v

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 4

1.3. Ruang Lingkup ... 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

BAB III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ... 10

BAB IV. METODE PENELITIAN ... 11

4.1. Jenis Penelitian ... 11

4.2. Jenis Pendekatan ... 11

4.3. Sumber Bahan Hukum ... 12

4.4. Tehnik Pengumpulan Bahan Hukum ... 12

4.5. Tehnik Analisis Bahan Hukum ... 13

BAB V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 14

5.1. Relevansi Antara Keadilan Dengan Hukum ... 14

5.2. Nilai Keadilan Dalam Hukum Karma (Karmaphala) ... 17

(7)

vi

BAB V. PENUTUP ... 26 1. Kesimpulan ... 26 2. Saran ... 27 DAFTAR BACAAN

(8)

CURRICULUM VITAE

IDENTITAS DIRI

N a m a : Anak Agung Gede Agung Dharmakusuma, SH.,MH Nomor Peserta :

NIP. / NIK : 19561115 198602 1 001 Tempat/Tgl. Lahir : Denpasar, 15 Nopember 1956 Jenis kelamin : Laki-laki

Status Perkawinan : Kawin A g a m a : Hindu

Golongan/Pangkat : Pembina Tk. I / IV/a Jabatan Akademik : Lektor Kepala Perguruan Tinggi : Universitas Udayana Alamat : Bukit Jimbaran

Telp. / Faks. : (0361) 701812, 701954

Alamat Rumah : Perum Dalung Permai Blok MM 2 No.53 Kuta Utara – Badung

Telp. / Faks. : Alamat e-mail :

RIWAYAT PENDIDIKAN PERGURUAN TINGGI Tahun

Lulus

Program Pendidikan (Diploma, Sarjana, Magister,

Spesialis, dan Doktor)

Perguruan Tinggi

Jurusan/ Program Studi

1985 S1 UGM Ilmu Hukum / Hukum

Keperdataan

2009 S2 UNUD Ilmu Hukum / Hukum

Bisnis

PENGALAMAN MENGAJAR

Mata Kuliah Program

Pendidikan Perguruan Tinggi Tahun Akademik / Semester

Hukum Kepailitan S1 Reguler FH UNUD 2015/2016

(Genap)

Hukum Perdata S1 Reguler FH UNUD 2015/2016

(Genap) Hukum Perancangan

Kontrak S1 Reguler FH UNUD

2015/2016 (Genap) Hukum Kepailitan S1 Non Reguler FH UNUD 2015/2016

(9)

Hukum Perdata S1 Non Reguler FH UNUD 2015/2016 (Genap) Hukum Perancangan

Kontrak S1 Non Reguler FH UNUD

2015/2016 (Genap)

RIWAYAT PENELITIAN

Tahun Judul Penelitian Ketua /

Anggota Tim Sumber Dana

2004 Efektivitas Pelaksanaan UU No.3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja Pada Perusahaan Kontraktor di Denpasar

Anggota Dana DIK UNUD

2015 Pengaturan akses Permodalan Dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 Dalam Rangka Pengembangan Kewirausahaan Pemuda

Ketua Dana Mandiri

2015 Pendirian dan Pembubaran Bentuk Usaha Dagang (UD)

(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Berbicara tentang keadilan tidak bisa lepas kaitannya dengan hukum, atau dengan kata lain hukum dan keadilan dapat diibaratkan sebagai dua sisi mata uang yaitu pada sisi depan bergambar hukum dan pada sisi belakang bergambar keadilan. Akan tetapi meskipun setiap lembar mata uang itu terdiri dari dua sisi, namun nilainya tetap satu kesatuan atau bernilai tunggal yang tidak dapat dipisah-pisahkan.1

Demikian pula mengenai keberadaan hukum dan keadilan meskipun pengertian hukum dan keadilan itu berbeda, namun dalam putusan hakim hukum dan keadilan itu tidak boleh tidak harus menyatu atau manunggal menjadi satu, yaitu putusan berdasarkan hukum yang didalamnya mengandung substansi keadilan. Jadi para hakim dalam proses mengadili dan menjatuhkan putusan wajib memadukan /menggabungkan kepentingan hukum dan sekaligus kepentingan keadilan, dalam arti putusan hukum itu didalamnya harus

1 HMA, Kuffal, 2012, Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang

Maha Esa, Hakim : Antara Gaji, Keadilan, Kejujuran dan Ketaqwaan , UMM

(11)

2

mengandung substansi keadilan atau putusan hukum yang berintikan keadilan.2

Mengenai hukum dan keadilan ini Cicero menyatakan bahwa manusia itu dilahirkan bagi keadilan dan bahwa keadilan tidak dilakukan oleh pendapat manusia, tetapi oleh alam. Adil menurut hukum diartikan sebagai apa yang secara tegas diharuskan oleh pembentuk undang-undang. Dengan begitu undang-undang dibut dengan tujuan kebaikan, keamanan, perdamaian, dan keadilan.3

Dalam konteks ini kiranya tepat apa yang dikemukakan oleh Tasrif, bahwa hukum itu adalah merupakan akal budi yang baik, yang merupakan kaedah sejati dri semua perintah dan larangan. Siapapun yang mengabaikan hukum, apakah hukum itu tertulis atau tidak, dengan sendirinya jahat dan tidak adil.4

Kembali kepada undang-undang yang telah disebutkan di atas, bahwa undang-undang sebagai hukum tertulis dibuat dengan tujuan kebaikan masyarakat, keamanan rakyat, perdamaian, dan keadilan. Sudah barang tentu demi tercapainya apa yang tersebut di atas para pembuat undang-undang harus merumuskan dan menuliskannya sesuai dengan moral dan kebahagiaan umum sehingga rakyat

2 Ibid.

3

M. Shodiq Dahlan, Hukum Alam dan Keadilan, dalam Filsafat Hukum

Mazhab dan Refleksinya, 1994, Penyunting Lili Rasjidi dan B. Arief Sidharta,

Rosdakarya, Bandung, h. 28.

4

(12)

menerimanya dan mentaatinya, yang didalamnya tercakup seluruh hakekat dan seluruh daya keadilan.

Bila dicermati, keadilan itu sebetulnya meruapkan sesuatu yang harus diwujudkan oleh hukum. Seperti dikemukakan oleh Hobbes bahwa keadilan hanya bisa dipahami jika ia diposisikan sebagai keadaan yang hendak diwujudkan oleh hukum. Upaya untuk mewujudkannya merupakan proses dinamis yang memakan waktu. Upaya ini didominasi oleh kekuatan-kekuatan yang bertarung dalam kerangka umum tatanan politik untuk mengaktualisasikannya.5

Melihat kembali ke belakang, Aristoteles dalam buku kelima Etika Nikomaken, menjelaskan yang sesuai dengan undang-undang dan yang sama itu adalah “adil”.6

Kepatuhan terhadap undang-undang bisa jadi dianggap adil, sebuah tindakan akan disebut adil atau tidak adil melihat dari berlaku atau tidaknya undang-undang tersebut. Atau dengan kata lain, kaum positivism hukum melihat makna keadilan adalah keadilan yang diberlakukan.7

Tidak berbeda dengan kejujuran, sampai sekarang ini belum ada peraturan perundangan yang mengatur tentang sifat adil/keadilan. Bahkan di berbagai Fakultas Hukum yang ada di Indonesia dalam

5 Carl Joachim Friedrich, 2010, Filsafat Hukum Perspektif Historis, Nusa

Media, Bandung, h. 239.

6 Anthon F. Susanto, 2010, Ilmu Hukum Non Sistematik Fondasi Filsafat

Pengembangan Ilmu Hukum Indonesia, Genta Publishing, Yogyakarta, h. 284.

7

(13)

4

kurikulumnya belum ada matakuliah yang mengajarkan ilmu keadilan. Namun demikian menurut pengertian di kalangan masyarakat pada umumnya yang dimaksud dengan adil/keadilan adalah sifat tindakan atau perlakuan yang tidak memihak kepada salah satu pihak, tidak berat sebelah, memberikan sesuatu kepada setiap orang sesuai dengan hak yang harus diperolehnya, selalu berpihak kepada yang benar dan tidak berbuat sewenang-wenang.

Keadilan adalah unsur pokok/signifikan dalam penerapan dan penegakkan hukum. Setiap orang yang terkait dengan masalah hukum berhak menikmati keadilan. Perbedaan tingkat dan kedudukan sosial, perbedaan derajat dan keturunan, tidak boleh dijadikan alasan untuk membedakan orang dihadapan hukum, baik hukum dari Tuhan Yang Maha Esa, maupun hukum yang dibuat oleh manusia. Keadilan bukan hanya sangat didambakan oleh manusia, melainkan juga diperintahkan oleh Tuhan Yang Maha Esa melalui ajaran agama. Dalam konteks tulisan ini akan ditelusuri tentang nilai-nilai keadilan dalam hukum agama Hindu, khususnya dalam Hukum Karma (Karmaphala).

1.2. Rmusan Masalah

Bertitik tolak dari latar belakang masalah sebagaimana disampaikan di atas, maka dapat dirumuskan 2 (dua) masalah penelitian sebagai berikut :

(14)

1. Dimana letak relevansi antara hukum dan keadilan ?

2. Bagaimana nilai-nilai keadilan dalam Hukum Karma (Karmaphala) pada Agama Hindu ?

1.3. Ruang Lingkup

Pada penelitian ini masalah yang diteliti dibatasi ruang lingkupnya, hanya diseputar hubungan hukum dengan keadilan. Selain itu secara lebih spesifik penelitian ini difokuskan pada penelusuran nilai-nilai keadilan dalam Hukum Karma (Karmaphala) pada Agama Hindu.

(15)

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Keadilan berasal dari kata “adil” dengan mendapat imbuhan “ke-an”, menjadi keadilan. Keadilan berarti dapat menempatkan sesuatu secara proporsional dan persamaan hak sesuai dengan kapasitas dan kemampuan seseorang dalam melakukan sesuatu masalah.8

Di dalam literatur Inggris istilah keadilan disebut dengan “justice”, kata dasarnya “jus”. Perkataan “jus” berarti hukum atau hak. Dengan demikian salah satu pengertian dari justice adalah hukum. Dalam makna keadilan sebagai hukum, kemudian berkembang arti dari kata justice sebagai “lawfulness” yaitu keabsahan menurut hukum.9

Menurut bahasa (etimologi) keadilan ialah seimbang antara berat dan muatan,10 sesuai dengan hak dan kewajiban, sesuai antara pekerjaan dan hasil yang diperoleh, sesuai dengan ilmu, sesuai dengan pendapata n dan kebutuhan.

WJS. Poerwadaminta memberikan pengertian adil sebagai berikut: 1. Adil berarti tidak berat sebelah (tidak memihak), pertimbangan yang

adil, putusan yang dianggap adil;

8Yatimin Abdullah, 2006, Pengantar Studi Etika, PT. Raja Grafindo

Persada, Jakarta, h. 537.

9

Bahder Johan Nasution, 2004, Hukum Ketenagakerjaan Kebebasan

Berserikat Bagi Pekerja, Mandar Maju, Bandung, h. 48.

10Ibnu Miskawaih, 1995, Menuju Kesempurnaan Ahlak, Mizan, Bandung,

(16)

2. Adil berarti patut, sepatutnya, tidak sewenang-wenang. Misalnya, dalam mengemukakan tuntutan yang adil, masyarakat adil, masyarakat yang sekalian anggotanya mendapat perlakuan yang sama adil.11

Apa yang dikemukakan WJS. Poerwadarminta tentang adil, hampir sama dengan pengertian adil/keadilan menurut pengertian kalangan masyarakat pada umumnya yaitu merupakan sifat tindakan atau perlakuan yang tidak memihak kepada salah satu pihak, tidak berat sebelah, memberikan sesuatu kepada setiap orang sesuai dengan hak yang harus diperolehnya, selalu berpihak kepada yang benar dan tidak berbuat sewenang-wenang.12

Mengenai pengertian keadilan memiliki sejarah pemikiran yang panjang. Tema keadilan merupakan tema utama dalam hukum semenjak masa Yunani kuno,13 karena salah satu tujuan hukum adalah keadilan.

Perbincangan tentang keadilan berkembang dengan pendekatan dan sudut pandang yang berbeda-beda, sehingga karenanya berkembang pula teori-teori keadilan dari para sarjana yang intinya mengemukakan teorinya dari sudut pandangannya masing-masing.

11WJS. Poerwadarminta, 1986, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai

Pustaka, Jakarta, h. 16.

12

HMA. Kuffal, 2012, Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang

Maha Esa, Universitas Muhammadiyah, Malang, h. 48.

13E. Fernando M. Manullang, 2007, Menggapai Hukum Berkeadilan, PT.

(17)

8

Berdasarkan sila-sila dari Pancasila, maka dalam sila kelima terkandung nilai-nilai keadilan yang harus terwujud dalam kehidupan bersama (kehidupan sosial). Adapun keadilan tersebut didasari dan dijiwai oleh hakekat keadilan kemanusiaan yaitu keadilan dalam hubungannya manusia dengan dirinya sendiri, manusia dengan manusia lainnya, manusia dengan masyarakat, bangsa dan negara, serta hubungan manusia dengan Tuhannya.14

Menurut I Ketut Rindjin, sesungguhnya keadilan sosial yang berlaku dalam masyarakat meliputi segala bidang kehidupan, tidak hanya meli puti aspek materiil saja, tetapi juga aspek spiritual, yaitu yang menyangkut adil dibidang hukum, politik, sosial, budaya, maupun ekonomi.15 Makna keadilan sosial mencakup pula pengertian adil dan makmur yang merupakan tujuan dari negara Indonesia.16

Sementara itu konsep karmaphala diartikan sebagai buah atau hasil perbuatan. Bila perbuatannya baik, maka hasilnyapun baik, bila perbuatannya jahat, maka hasilnyapun buruk atau tidak baik.17

Buah pikiran, perkataan dan perbuatan yang dilakukan oleh manusia merupakan suatu karma. Perbuatan yang baik (subha karma) akan memberi

14Kaelan, 2007, Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi,

Paradigma, Yogyakarta, h. 36.

15Ketut Rindjin, 2012, Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi,

PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, h. 178.

16Kaelan, Op. Cit, h. 37

17Jendra I Wayan, 2004, Karmaphala, Deva, Denpasar, h.1.

(18)

phala yang baik, perbuatan yang buruk (ashubakarma) akan menghasilkan buah yang tidak baik.18

Adalah adil apa yang diperbuat oleh seseorang akan mendapatkan hasil dari pebuatannya itu. Adil disini artinya sesuai, seimbangan dengan perbuatannya. Hukum Karma (karmaphala) adalah hukum yang adil dan tidak dapat diganggu gugat sebagai kebenaran yang obyektif dari Tuhan berdasarkan ajaran Hindu.

Dalam Hukum Karma ada hukum sebab akibat, Hukum Karma tidak memandang derajat, pangkat, gelar, suku maupun kekayaan seseorang dan karenanya berlaku bagi semua orang dan berjalan sesuai dengan hukum alam, hukum sebab akibat. Dari sisi ini hukum karma dikatakan adil dan obyektif.

18Komang Suhardana, 2010, Karmaphala Menciptakan Karma Baik

Menurut Kitab Suci Hindu, Paramita, Jakarta, h. 1.

(19)

10

BAB III

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

3.1. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memahami keadilan dalam kaitannya dengan hukum serta nilai keadilan itu sendiri dalam Hukum Karma (Karmaphala) pada Ajaran Agama Hindu.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui dan memahami tentang keadilan dalam hubungannya dengan hukum.

b. Untuk mengetahui dan memahami tentang nilai-nilai keadilan dalam Hukum Karma (Karmaphala) pada Agama Hindu.

3.2. Manfaat Penelitian

Penelitian yang diselenggarakan ini diharapkan dapat member manfaat teoritis maupun praktis didalam memahami konsep hukum dan keadilan, khususnya konsep dan nilai-nilai keadilan dalam Hukum Karma (Karmaphala) pada Ajaran Agama Hindu.

(20)

BAB IV

METODE PENELITIAN.

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian yang diselenggarakan ini termasuk penelitian hukum normatif, yaitu penelitian hukum yang didasarkan pada data sekunder.19 Penelitian hukum normatif ada juga yang menyebutnya sebagai penelitian yang memfokuskan analisa pada norma hukum dan meletakkan norma hukum sebagai obyek penelitian. 20

4.2. Jenis Pendekatan

Berkaitan dengan penelitian ini dipergunakan beberapa jenis pendekatan sehingga diperoleh suatu pembahasan permasalahan penelitian yang komprehensif. Pendekatan yang dipergunakan adalah pendekatan perundang-undangan (the statue approach), pendekatan analisia konsep hukum (analytical and conceptual approach), dan pendekatan historis (historical approach). Permasalahan penelitian dikaji dengan mempergunakan interprestasi hukum dengan uraian yang argumentatif berdasarkan teori, azas, dan konsep hukum yang relevan.

19 Ibid.

20 Hans Kelsen, 2008, Pengantar Teori Hukum, Nusa Media, Bandung,

(21)

12

4.3. Sumber Bahan Hukum

Bahan hukum yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat autoritatif, artinya mempunyai otoritas seperti perundang-undangan, catatan resmi atau risalah dalam pembuatan perundang-undangan, dan putusan hakim.21

Sementara bahan hukum sekunder (secondary sources), yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan dari bahan hukum primer, seperti pendapat dari para ahli, yang dapat berupa semua publikasi tentang hukum, buku teks, jurnal hukum, komentar atas putusan hakim.22

4.4. Tehnik Pengumpulan Bahan Hukum

Pengumpulan bahan hukum dilakukan melalui studi dokumen. Bahan hukum yang berhasil diinventarisir kemudian diidentifikasi dan diklasifikasikan serta dilakukan pencatatan secara sistematis sesuai dengan tujuan dan kebutuhan penelitian. Tujuan dari tehnik dokumentasi ini adalah untuk mencari konsepsi-konsepsi, teori-teori, pendapat-pendapat, penemuan-penemuan yang berhubungan dengan permasalahan penelitian.23

21

Peter Mahmud Marzuki, 2005, Penelitian Hukum, Pranada Media, Jakarta, hal. 142.

22 Ibid.

23 Ronny Hanitidjo Soemitro, 1988, Metodologi Penelitian Hukum dan

(22)

4.5. Tehnik Analisis Bahan Hukum.

Bahan hukum yang berhasil diinventarisir, baik bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder dianalisis secara kualitatif dan komprehensif. Kualitatif, artinya menguraikan bahan-bahan hukum yang mempunyai kualitas dengan bentuk kalimat yang teratur, runut, logis, dan efektif, sehingga memudahkan menginterprestasikannya. Sementara komprehensif, artinya analisa dilakukan secara mendalam yang meliputi berbagai aspek sesuai dengan luas lingkup penelitian. Setelah dianalisa selanjutnya bahan-bahan hukum tersebut disajikan secara deskriptif analisis.

(23)

14

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Relevansi Antara Keadilan Dengan Hukum

Konsep keadilan memiliki sejarah yang panjang. Tema keadilan merupakan tema utama dalam hukum sejak jaman Yunani Kuno,24 karena salah satu tujuan hukum adalah keadilan. Begitu juga tidak salah kika ada yang mengatakan salah satu dharma dari hukum adalah keadilan.

Berbicara keadilan, maka erat kaitannya dengan tujuan dan fungsi hukum dalam masyarakat. Ada beberapa pandangan dari para sarjana, terkait dengan pendapatnya tentang tujuan hukum, seperti; L.J. Van Apeldoorn menyatakan bahwa tujuan hukum adalah mengatur tata tertib dalam masyarakat secara damai dan adil.

Guna mencapai kedamaian hukum harus menciptakan masyarakat yang adil dengan mengadakan perimbangan antara kepentingan yang bertentangan satu sama lain, dan setiap orang harus memperoleh (sedapat mungkin) apa yang menjadi haknya.25

Berkenaan dengan fungsi hukum dalam konteks pembangunan diungkapkan oleh SUnaryati Hartono sebagai : (1) pemelihara ketertiban dan keamanan, (2) sarana pembangunan, (3) sarana

24Ruffal HMA, Loc Cit.

25 R. Soeroso, 2011, Pengantar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, h.

(24)

penegak keadilan, (4) sarana pendidikan masyarakat.26 Sedangkan Syahran Basah menghapus fungsi hukum dengan lebih tertuju pada (di) Indonesia, sebagai berikut,27 (1) direktif, sebagai pengarah dalam pembangunan untuk membentuk masyarakat yang hendak dicapai sesuai dengan tujuan kehidupan bernegara, (2) integrative sebagai pembinaan kesatuan bangsa, (3) stabilitatif, sebagai pemelihara (termasuk ke dalamnya hasil-hasil pembangunan) dan penjaga keselarasan, keserasian, dan keseimbangan dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat, (4) perfektif, sebagai penyempurna terhadap tindakan administrasi negara, maupun sikap tindak warga dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat, (5) korektif, baik terhadap warga negara maupun administrasi negara dalam mendapat keadilan.

Begitu juga menurut Bachsan Mustafa, bahwa hukum sebagai kaedah norma mempunyai fungsi utama sebagai berikut :

1. Hukum yang menjamin kepastian hukum 2. Hukum yang menjamin keadilan social 3. Hukum berfungsi pengayoman.28

26Sunaryati Hartono, Hukum Ekonomi Pembangunan Indonesia,

Binacipta, Bandung, 1982, h. 10-30.

27Syahran Basah, Fungsi Hukum dalam Kehidupan Masyarakat”, dalam

Tiga Tulisan tentang Hukum, Amrico, 1986, h. 24-25.

28

(25)

16

Salah satu fungsi hukum adalah menjamin keadilan social Mr. Kuntjoro Purbopranoto dalam karya tulisnya Hak-hak Dasar Manusia dan Pancasila negara Republik Indonesia dengan mengambil teori dari Asmara Hadi yang menyatakan, keadilan sosial itu adalah keadilan yang berlaku dalam hubungan antar manusia dalam masyarakat.

Selanjutnya Prof. Darji Darmodiharjo, SH dan Sidarta, SH.M.Hum., dalam karya tulisnya Penjabaran Nilai-nilai Pancasila memberikan teori keadilan sosial, bahwa :

“Sila kelima mengandung nilai-nilai keadilan sosial”, antara lain : 1. Perlakukan yang adil di segala bidang kehidupan, terutama di

bidang politik, ekonomi dan sosial budaya.

2. Perwujudan keadilan sosial itu meliputi seluruh rakyat Indonesia. 3. Keseimbangan antara hak dan kewajiban.

4. Menghormati hak milik orang lain.

5. Cita-cita masyarakat yang adil dan makmur yang merata material dan spiritual bagi seluruh rakyat Indonesia.

6. Cinta akan kemajuan dan pembangunan.

Tujuan hukum tidak bisa dilepaskan dari tujuan akhir dari hidup bernegara dan bermasyarakat yang tidak dapat dilepaskan dari nilai-nilai dan falsafah hidup masyarakat itu sendiri, yakni keadilan (rechsvaardigheid atau justice). Dengan demikian keberadaan hukum merupakan sarana untuk mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan hidup lahir batin dalam kehidupan bersama.

(26)

Menurut teori Pengayoman, implementasi dalam tatanan hukum nasional harus bercirikan responsife terhadap perkembangan dan aspiratif terhadap pengharapan masyarakat. Atau dengan kata lain, hukum ditujukan untuk menciptakan kondisi kemasyarakatan yan manusiawi, sehingga memungkinkan proses-proses kemasyarakatan berlangsung secara wajar dan patut. Dengan demikian, secara adil setiap manusia memperoleh kesempatan yang luas untuk mengembangkan seluruh potensi (lahiriah dan batiniah) kemanusiannya secara utuh. Adapun usaha mewujudkan pengayoman ini akan mencakup : (1) ketertiban dan keteraturan yang memunculkan prediktabilitas, (2) kedamaian yang berketenteraman, (3) keadilan yang meliputi: keadilan ditributif, (4) kesejahteraan dan keadilan sosial, (5) pembinaan akhlak luhur berdasarkan Ketuhanan YME. Jadi tepatlah kiranya kata adil dan keadilan disebut dua kali dalam Pancasila dan lima kali dalam Pembukaan UUD 1945 yang merup akan

staatfundamenteelnorm, sehingga memastikan bahwa keadilan adalah

saripati dalam kehidupan manusia Indonesia yang beradab.29

5.2. Nilai Keadilan Dalam Hukum Karma (Karmaphala)

Menurut Kamus Bahasa Jawa Kuno - Indonesia oleh P.J. Zoetmulder kata "karmaphala" sebagai bahasa Sanskerta berarti

29Asep Warlan Yusuf, 2008, Memuliakan Hukum Yang Berkeadilan

Dalam Alam Demokrasi Yang Berkeadilan Dalam Butir-butir Pemikiran Dalam Hukum, Refika Aditama, Bandung, h. 221.

(27)

18

"buah akibat perbuatan. "Disamping itu kata "karma" diartikan sebagai tindakan pekerjaan, sebarang pekerjaan baik atau buruk yang mengakibatkan hasil yang tak dapat dielakkan pada masa yang akan datang. Sedangkan "phala" juga sebagai bahasa Sanskerta diartikan sebagai buah, hasil, akibat, balas jasa, ganti rugi. 30 Sementara itu, Jendra menyatakan bahwa kata karmaphala jika ditelusuri berasal dari kata "karma" dengan urat kata "kr" yang berarti perbuatan atau k erja dan "phala" yang berarti buah.31 Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Karmaphala bisa diartikan sebagai buah atau hasil perbuatan. Bila perbuatannya baik, maka hasilnya pun baik, bila perbuatannya jahat, maka hasilnya pun buruk.32

Manusia itu mempunyai Tri Pramana. Karena itu karma atau perbuatan manusia itu akan dilakukan berdasarkan Tri Pramana tersebut. Dalam hal ini kata karma diartikan sebagi berbuat, bekerja, berusaha dalam arti yang lebih luas, termasuk pula akibat dari semua tingkah laku yang dilakukan oleh manusia. Dengan adanya Tri Pramana itu, maka karma atau perbuatan itu dapat dilakukan dengan tiga cara,. pertama dengan "manah" atau dengan pikiran yang disebut

Manah Karma, kedua dengan "waca" atau dengan berbicara yang

30 P.J. Zoetmulder, 1997, Kamus Jawa Kuno – Indonesia, Gramedia,

Jakarta, h. 465.

31 Jendra I Wayan, 2004, Karmaphala, Deva, Denpasar, h. 1.

32 Komang Suhardana, 2010, Karmaphala Menciptakan Karma Baik

(28)

dinamakan Waca Karma dan ketiga dengan "kaya" atau berupa perbuatan yang diiakukan secara fisik dan disebut Kaya Karma.33 Jadi disini buah pikiran, perkataan dan perbuatan yang dilakukan oleh manusia merupakan suatu karma.; Perbuatan yang baik (subhakarma) akan memberikan pahala yang baik, perbuatan yang buruk

(asubhakarma) akan menghasilkan buah yang tidak baik.34

Jenis-jenis Karmaphala yang didasarkan kepada waktu karma dibuat dan waktu karma itu diterima merupakan jenis karma yang sangat luas dikenal oleh masyarakat. Cudamani dalam buku berjudul "Karmaphala dan Reinkarnasi" menjelaskan bahwa jenis karmaphala ini ada tiga macam, yaitu;

a. Prarabda Karma adalah perbuatan yang dilakukan pada waktu hidup sekarang dan diterima dalam waktu hidup sekarang juga. b. Kriyamana Karma adalah perbuatan yang dibuat sekarang di

dunia ini tetapi hasilnya akan diterima setelah mati di alam baka.

c. Sancita Karma adalah perbuatan yang dilakukan sekarang di

dunia ini yang hasilnya akan diterima pada kelahiran yang akan datang.35

33 Nala I Gusti ngurai dan Adia Wiratmadja, I GK, Murdha Agama

Hindu, Upada Sastra, Denpasar, 1991, h. 102.

34 Komang Suhardana, Loc.Cit.

35 Cudamani, 1999, Karmaphala dan Reinkarnasi, Paramita, Surabaya,

(29)

20

Konsep dunia Timur tentang karma dilandasi oleh prinsip sebab akibat. Setiap tindakan pasti ada reaksi yang sama dan berlawanan. Karmaphala menyatakan bahwa kita sebenarnya adalah tuan bagi nasib kita sendiri, artinya bahwa kita sendirilah yang sebenarnya membentuk nasib itu. Demikianlah menurut Nevill Drury dalam bukunya "Creating Good Karma. "Dia menulis pula pendapat swami Vivekananda yang menyatakan bahwa "Karma adalah

tuntunan abadi dari kebebasan manusia. Pikiran, ucapan dan perbuatan kita merupakan jalinan tali dari jaring yang kita lilitkan ke sekeliling diri kita sendiri. " Dijelaskan pula bahwa karma bukanlah

sekedar hukum spiritual, tetapi juga suatu prinsip yang pada dasarnya menuntut tujuan baik dan perbuatan berdasarkan etika. Filosofi karma mengajarkan agar kita tidak sekedar memperhatikan tindakan, tetapi juga pikiran dan emosi kita. Setiap manusia harus menyadari hubungan sebab akibat itu dan bagaimana cara memurusnya. Kita hanya dapat mencapai suatu kondisi sejati dari keharmonisan di dalam dan di luar diri dengan usaha pribadi secara sungguh-sungguh yang ditujukan kepada transformasi diri secara spiritual.36

Menurut Cudamani dan Anadas Ra, Karmaphala atau Hukum Karma itu mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:

a. Bersifat abadi, artinya sudah ada sejak penciptaan alam semesta ini dan tetap berlaku sampai kiamat. Jadi hukum ini dimulai pada

36

(30)

saat alam semesta ini berfungsi dan akan berakhir ketika alam semesta ini musnah.

b. Bersifat universal, artinya bukan saja berlaku untuk manusia, tetapi juga untuk semua makhluk lain dan semua isi alam semesta. Dengan kata lain hukum ini berlaku bagi siapa saja dan apa saja, baik besar maupun kecil, yang tampak maupun tidak.

c. Berlaku sepanjang masa, sejak zaman pertama penciptaan, zaman sekarang dan zaman yang akan datang, apakah zaman Sathya Yuga, Treta Yuga, Dwapara Yuga maupun Kali Yuga.

d. Sangat sempurna, adil dan tidak ada yang dapat menghindarinya. Hukum ini tidak dapat diganggu gugat, tidak dapat dihalangi atau diubah, karena sifatnya yang tetap atau konstan.

e. Tidak ada pengecualian, artinya berlaku terhadap siapapun. Dengan kata lain tidak seorangpun dapat lolos atau bebas dari Hukum Karma itu. Semua makhluk, bahkan alam semesta inipun tidak dapat lolos dari hukum termaksud.37

Hukum Karma (Karmaphala) itu adalah merupakan hukum yang ditetapkan oleh Tuhan, yang kebenarannya hanya Tuhan yang mengetahui. Tuhan sebagai yang maha tahu, tentu akan memberikan hukuman pada manusia yang seadil-adilnya sesuai dengan perbuatanya. Dalam konteks karmaphala manusia akan meneri ma

37 Komang Suhardana, Op.cit, h. 26. Lihat juga Cudamani, Op.Cit, h. 21,

dan Anadas Ra, 2007, Hukum Karmaphala dan Cara Menghadapinya, Paramita, Surabaya, h. 49-50.

(31)

22

hasil perbuatannya secara adil yang ditetapkan oleh kebenaran dari Tuhan.

Hukum Karma adalah hukum sebab akibat, hukum aksi reaksi, hukum usaha dan hasil atau nasib. Hukum itu berlaku untuk seluruh alam semesta, binatang, tumbuh-tumbuhan dan manusia. Jika ditimpakan pada manusia, hukum itu dinamakan Hukum Karma. Jika hukum itu ditujukan untuk alam semesta, maka hukum itu disebut Rta. Gunadha, menyatakan bahwa hukum tertinggi adalah Kemahakuasaan Tuhan yang mengatur alam dengan segala isinya, yang juga disebut “Rta”. Rta adalah hukum dari Tuhan.

Seperti telah disampaikan pada uraian sebelumnya, Sancita Karma adalah perbuatan yang dilakukan sekarang di dunia ini yang hasilnya akan diterima pada kelahiran yang akan datang. Dalam konteks ini seringkali manusia menyesali dan bertanya-tanya dalam dirinya dimasa sekarang atas suatu fakta seperti ada “ketidak adilan dari Tuhan”. Fakta menunjukkan ada orang-orang yang tidak pernah berbuat jahat selama hidupnya, ternyata mengalami nasib sial, hidup sengsara dan ditimpa bermacam-macam kesusahan, sementara banyak orang-orang yang nyata-nyata hidup berdosa, malahan hidup nyaman dan senang. Inilah yang merupakan masalah “ketidakadilan” yang disebut “problem of evil” yang sering dirasakan oleh orang-orang atau manusia yang hidup di dunia ini.

(32)

Apabila manusia memahami tentang konsep hukum Karma (Karmaphala), tentu tidak akan mempunyai pikiran bahwa nasib yang diterimanya sekarang di dunia ini adalah sesuatu ketidakadilan dari Tuhan. Hal itu justru terbalik bahwasanya apa yang diterimanya sebagai kenyataan hidup di masa sekarang adalah merupakan hasil perbuatan dimasa lampau atau di kehidupan terdahulu sebagai sesuatu yang adil menurut pandangan Tuhan sebagai yang Maha Tahu dan Maha Adil. Tindakan Tuhan yang Maha Arif, Maha Bijaksana, Maha Benar dan Maha Adil adalah sudah tepat, sebab bagaimanapun juga Tuhan Yang Maha Bijak, Maha Benar dan Maha Adil, tidak mungkin membuat hidup seseorang sengsara tanpa sebab dan alasan yang jelas.

Dalam kehidupan sehari-hari secara material atau fisik Nampak jelas bahwa orang dihukum dan menderita karena ada sebab dan alasannya. Begitu pula, secara spiritual atau metafisik, seseorang lahir cacat atau abnormal, hidup dalam kemiskinan dan menderita, pasti ada sebab-musababnya dan tidak mungkin terjadi secara kebetulan. Dan Tuhan tidak mungkin menetapkan kehidupan seseorang sengsara atau bahagia secara sewenang-wenang tanpa sebab dan alasan yang pasti dan benar.

Hukum Karma adalah hukum yang adil dan tidak dapat diganggu gugat sebagai kebenaran yang obyektif dari Tuhan. Hukum Karma bersifat adil, obyektif, dan akumulatif, yang artinya ;

(33)

24

Hukum Karma itu tidak memandang derajat, pangkat, gelar, suku bangsa, agama ataupun kekayaan seseorang. Hukum Karma itu berlaku bagi semua orang dan berjalan sesuai dengan hukum alam, hukum sebab akibat. Dari segi ini Hukum Karma dapat dikatakan adil dan obyektif. Disamping itu Hukum Karma bersifat akumulatif, artinya pikiran, perkataan dan perbuatan yang telah dilakukan itu dihimpun menjadi satu kesatuan untuk dapat menerima pahala yang baik atau buruk tergantung dari pikiran, perkataan dan tindakan kita. Pikiran, perkataan dan tindakan yang baik akan menerima pahala yang baik, sedangkan pikiran, perkataan dan perbuatan yang buruk akan memperoleh pahala yang buruk pula.

Bila dicermati dalam Hukum Karma, baik dalam kaitannya dengan Prarabda Karma, Kriyamana Karma, maupun Sancita Karma nampak nilai-nilai keadilan yang ditetapkan oleh Tuhan dari perbuatan manusia. Hukum Karmaphala tidaklah sesederhana seperti yang didengar. Sebab setiap orang melaukan beraneka-macam perbuatan (karma) setiap hari yang menimbulkan akibat (phala) yang juga bermacam-macam. Dan oleh karena setiap orang melakukan jutaan karma dengan jutaan phala yang berlain-lain, maka timbullah jutaan kondisi kehidupan yang berbeda-beda dalam masyarakat manusia. Phala yang ditimbulkan oleh jutaan karma berbeda-beda yang dilakukan oleh seseorang da menentukan kondisi kehidupan dirinya sebagai sang Jiva individual dalam penjelmaan

(34)

berikutnya, hanya bisa diputuskan secara benar, adil dan bijaksana oleh Tuhan Yang Maha Esa Sri Krishna dalam aspekNya sebagai Paramatma (Bg.13.23 dan 18.61).

(35)

26

BAB VI PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Dari uraian pembahasan sebagaimana dipaparkan diatas, maka dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai berikut :

1. Keadilan merupakan tema utama dalam hukum sejak jaman Yunani Kuno hingga sekarang ini, karena salah satu tujuan hukum adalah keadilan. Keadilan demikian relevan dengan hukum, karena tujuan hukum tidak bisa dilepaskan dari tujuan akhir dari nilai-nilai dan fasilitas hidup masyarakat itu sendiri, yakni keadilan. Dengan demikian, keberadaan hukum merupakan sarana untuk mewujudkan keadilan.

2. Hukum Karma (Karmaphala) adalah merupakan hukum yang ditetapkan oleh Tuhan sebagai sesuatu yang paling adil. Sesuai dengan konsep hukum karma, setiap manusia akan menerima sesuatu dari hasil perbuatannya. Kalau perbuatannya buruk, maka buruk akan diterimanya, dan begitu sebaliknya. Dari segi ini hukum karma dapat dikatakan adil, dan obyektif. Menerima hasil dari perbuatan adalah merupakan keadilan yang berasal dari Tuhan melalui Hukum Karma (Karmphala).

(36)

5.2. Saran-saran

1. Dalam memahami konsep keadilan dan hukum, maka perlu dipahami tujuan dan fungsi hukum dalam masyarakat. Memahami hubungan hukum dan keadilan, maka penting memaknai secara lebih dalam tentang 3 (tiga) ide dasar hukum, yaitu; kepastian hukum, kemanfaatan, dan keadilan.

2. Memahami nilai keadilan dalam Hukum Karma (Karmaphala), tidak bisa dilepaskan kaitannya dengan pemahaman tentang Hukum Karma (Karmaphala) dalam ajaran agama Hindu, karena konsep keadilan dalam Hukum Karma adalah merupakan keadilan yang berasal atau diberikan oleh Tuhan sebagai penguasa alam semesta.

(37)

28

DAFTAR PUSTAKA

Anadas Ra, 2007, Hukum Karmaphala dan Cara Menghadapinya, Paramita, Surabaya.

Anthon F. Susanto, 2010, Ilmu Hukum Non Sistematik Fondasi Filsafat

Pengembangan Ilmu Hukum Indonesia, Genta Publishing,

Yogyakarta.

Carl Joachim Friedrich, 2010, Filsafat Hukum Perspektif Historis, Nusa Media, Bandung.

Cudamani, 1999, Karmaphala dan Reinkarnasi, Paramita, Surabaya. Hans Kelsen, 2008, Pengantar Teori Hukum, Nusa Media, Bandung

HMA, Kuffal, 2012, Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha

Esa, Hakim : Antara Gaji, Keadilan, Kejujuran dan Ketaqwaan,

UMM Press, Malang.

Jendra, I Wayan, 2004, Karmaphala, Deva, Denpasar.

Komang Suhardana, 2010, Karmaphala Menciptakan Karma Baik

Meurut Kitab Suci Hindu, Paramita, Jakarta.

M. Shodiq Dahlan, Hukum Alam dan Keadilan, dalam Filsafat Hukum

Mazhab dan Refleksinya, 1994, Penyunting Lili Rasjidi dan B.

Arief Sidharta, Rosdakarya, Bandung.

Nala I Gusti Ngurah dan Adia Wiratmadja, I GK, Murdha Agama Hindu, Upada Sastra, Denpasar, 1991.

P.J. Zoetmulder, 1997, Kamus Jawa Kuno – Indonesia, Gramedia, Jakarta.

Peter Mahmud Marzuki, 2005, Penelitian Hukum, Pranada Media, Jakarta. Ronny Hanitidjo Soemitro, 1988, Metodologi Penelitian Hukum dan

Yurimetri, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian ini berupa sistem informasi yang membantu smk / sma yapim taruna marelan dalam melakukan penerimaan siswa baru, Oleh karena itu, pendidikan perlu

Maka implementasi strategi yang diperlukan yaitu (1) Memperbanyak kredit usaha untuk industry/usaha mikro; (2) Biaya pada simpanan nasabah seperti biaya

Pengujian ini dimaksudkan untuk membuktikan hipotesis kedua dan ketiga yang diajukan, Uji t dilakukan untuk mengetahui signifikansi pengaruh yang dari variabel bebas terhadap

Karena begitu luas lingkup dari permasalahan dan waktu keterbatasan dalam penelitian yang dilakukan, maka penelitian ini hanya dalam perbedaan sebatas Pengaruh

Pada sistem penilaian berbasis penalti, siswa akan lebih berhati-hati dalam menjawab butir soal yang dianggap sukar, bahkan cenderung tidak menjawab butir soal

Pertama, Bapak Iberamsyah menjelaskan beliau sering memberikan penjelasan kepada masyarakat ataupun orang tua murid tentang keadaan madrasah yang sebenarnya dan

Oleh karena itu perubahan RPJMD Kota Bekasi Tahun 2013-2018 disusun sebagai pedoman dalam penyusunan Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD) yang

Guru menerapkan model pembelajaran “ular tangga PAI ( SKI dan Fiqih )” untuk memahami konsep materi sistem yang akan diberikan dengan tahapan sebagai berikut :. • Permainan ini