9 1. Karakteristik Bolavoli
Permainan Bolavoli merupakan permainan beregu di atas lapangan berukuran panjang 18 m dan lebar 9 m, dibatasi oleh garis selebar 5 cm. Di tengah lapangan ada garis sepanjang 9 m yang membelah lapangan menjadi 2 sama besar. Lurus di atasnya terdapat net, dengan tinggi untuk putra 2,43 m dan untuk putri 2,24 m. Terdapat dua regu yang saling berhadapan dan setiap regu terdapat 6 pemain, 3 pemain sebagai penyerang dan 3 lainnya sebagai bertahan. (Viera, dkk. 2000:3-4). Permainan bolavoli adalah permainan dilakukan bersama-sama karena merupakan olahraga beregu. Dalam melakukan permainannya harus berada pada suatu bidang lapangan yang dibagi dua dengan luas permukaan yang sama.
Ada beberapa teknik dasar dalam bolavoli yang digunakan dalam sebuah pertandingan diantaranya passing, serve, smash, dan block. Teknik-teknik dasar ini yang harus dikuasai oleh seorang pemain bolavoli. Karena keempat teknik dasar tersebut akan digunakan untuk menciptakan suatu permainan di dalam bolavoli dan keseluruhannya merupakan satu rangkaian pada saat tim memainkan bolavoli. Menurut Durrwachter (1982:1-2) permainan bolavoli mempunyai segi positif : (1) Lapangan permainan relatif kecil, perlengkapan yang dibutuhkan sederhana, (2) sifat permainan tidak berubah apabila lapangan dipersempit atau jumlah pemain dikurangi, (3) gagasan permainan sederhana, (4) kekuatan regu sangat tergantung dari semangat bermain serta kemampuan semua pemain, (5) kecepatan reaksi kelincahan kewaspadaan serta kemampuan konsentrasi dan daya loncat sangat dilatih, (6) resiko cedera sangat kecil.
Agar tercapainya suatu tujuan tertentu yang hendak dicapai, yang berarti perlunya suatu proses terlebih dahulu yang menuju kearah tersebut, maka perlu adanya suatu prinsip yang melatar belakangi permainan bolavoli. Prinsip-prinsip bermain dalam bolavoli pada hakekatnya tidak berbeda dengan permainan yang
mengutamakan kerja sama antar individu dalam suatu regu. Menurut Roesdiyanto (1989:7) ada beberapa prinsip dalam bermain bolavoli: (a) Prinsip teknis adalah untuk memvoli bola di udara hilir mudik di atas net, mempergunakan bagian tubuh pinggang ke atas, dengan syarat pantulan bersih dan setiap pemain berusaha secepatnya menjatuhkan di lapangan lawan untuk mencari kemenangan dalam permainan. (b) Prinsip psikologis, merupakan suatu prinsip kerja sama antar individu. Dengan demikian prinsip bermain bolavoli secara psikologis adalah harus berpegang pada kekompakan antar individu dalam satu regu, jadi dengan demikian gotong royong dalam regu setiap sikap senang dan gembira di dalam melakukan permainan bolavoli.
Permainan bolavoli adalah permainan beregu yang dimainkan di atas lapangan berukuran 18x9 m, dimainkan oleh dua regu dan setiap regunya terdiri dari 6 pemain. Setiap regu dapat memainkan bola di daerah permainanya sendiri yang dipisahkan oleh pembatas yaitu net. Teknik dasar bolavoli merupakan unsur yang sangat penting dalam permainan bolavoli, tanpa penguasaan teknik dasar yang baik, maka permainan tidak dapat dimainkan dengan sempurna. Teknik dasar dalam permainan bolavoli antara lain servis, passing bawah, passing atas, smash, dan block.
Dalam permainan bolavoli ada beberapa unsur yang terkandung dalam permainan tersebut seperti passing, serve, block, dan smash. Keempat unsur tersebut sangat berpengaruh dalam suatu pertandingan bolavoli karena merupakan teknik dasar permainan bolavoli. Menurut Roesdiyanto (1992:24) ”teknik dasar permainan bolavoli adalah suatu proses dasar tubuh untuk melakukan keaktifan jasmani dan penguasaan keterampilan praktek sebaik-baiknya dalam permainan bolavoli dan dapat menyelesaikan permainan dengan baik”.
Jadi secara umum dapat digambarkan bahwa pengertian permainan bolavoli adalah permainan yang terdiri dari dua regu setiap regunya terdiri dari 6 pemain. Bermain pada suatu bidang lapangan yang dibagi menjadi dua bagian berukuran 18x9 m. Dua bagian permainannya dipisakan oleh pembatas yaitu berupa jarring yang yang dibentangkan atau disebut juga dengan net.
2. Profil Permainan Bolavoli
Permainan bolavoli pada dasarnya merupakan permainan yang menyenangkan dan biasa dijadikan rekreasi di waktu jenuh setelah melakukan aktivitas. Perkembangan permainan bolavoli sangat cepat seiring dengan perkembangan olahraga, sehingga permainan bolavoli tidak hanya untuk rekreasi dan untuk mengisi waktu luang tetapi berkembang sebagai suatu profesi dan menuntut prestasi tinggi, bahkan sudah menjadi sebuah industri olahraga yang menjanjikan.
Permainan bolavoli merupakan suatu cabang olahraga berbentuk memvoli bola di udara bolak-balik diatas jaring atau net, dengan maksud menjatuhkan bola di dalam petak lapangan lawan untuk mencari kemenangan. Memvoli dan memantulkan bola ke udara dapat menggunakan bagian tubuh mana saja, asalkan perkenaannya harus sempurna (tidak ganda). Permainan bolavoli dimainkan oleh dua regu, yang masing-masing regu terdiri dari enam orang pemain,permainan bolavoli merupakan suatu alat untuk meningkatkan kesegaran jasmani, kesehatan statis, dinamis, dan prestasi bagi para pemain. Dengan bermain bolavoli akan berkembang unsur-unsur daya fikir, kemampuan, dan perasaan. Disamping itu, kepribadian berkembang dengan baik termasuk kontrol diri, disiplin, rasa kerja sama, dan rasa tanggung jawab terhadap apa yang diperbuatnya.
Permainan Bolavoli merupakan permainan beregu di atas lapangan berukuran panjang 18 m dan lebar 9 m, dibatasi oleh garis selebar 5 cm. Tengah lapangan terdapat garis sepanjang 9 m yang membelah lapangan menjadi dua sama besar. Lurus di atasnya terdapat net, dengan tinggi untuk putra 2,43 m dan untuk putri 2,24 m. Terdapat dua regu yang saling berhadapan dan setiap regu terdapat 6 pemain, 3 pemain sebagai penyerang dan 3 lainnya sebagai bertahan, Viera dan Fergusson (1992 : 97). Permainan bolavoli adalah permainan dilakukan bersama-sama karena merupakan olahraga beregu. Permainan bolavoli harus berada pada suatu bidang lapangan yang dibagi dua dengan luas permukaan yang sama.
Menurut Sugiono, (1996 : 26 ) permainan bolavoli merupakan cabang olahraga beregu yang dimainkan oleh enam orang setiap tim. Permainan ini akan berjalan dengan baik apabila setiap pemain minimal telah menguasai teknik dasar bermain bolavoli. PBVSI, (2005 : 27) bolavoli adalah olahraga yang dimainkan oleh dua tim dalam satu lapangan yang dipisahkan oleh sebuah net. Terdapat versi yang berbeda tentang jumlah pemain, jenis atau ukuran lapangan, angka kemenangan yang digunakan, untuk keperluan tertentu, namun pada hakikatnya permainan bolavoli bermaksud menyebarluaskan kemahiran bermain serta manfaat kepada setiap orang yang meminatinya. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa permainan bolavoli adalah permainan yang dimainkan oleh enam orang tiap tim dan dilakukan di lapangan yang bentuknya persegi panjang, ditengahnya dibatasi net yang fungsinya untuk memisahkan pemain antar tim. Teknik dasar sangat besar pengaruhnya terhadap permainan ini, baik dan jeleknya permainan tergantung penguasaan teknik dasar pemain dan penegakan peraturan permainan oleh wasit.
Gerakan dalam permainan bolavoli cukup kompleks yang terbentuk menjadi keterampilan dasar bolavoli atau yang biasa dikenal teknik dasar. Suharno (1992 : 22) menyatakan “Pengertian teknik ialah suatu proses pelaksanaan kegiatan fisik secara efektif dan rasional yang memungkinkan tercapainya hasil terbaik dalam pertandingan. Menurut Roesdiyanto (1992 : 15) ”teknik dasar permainan bolavoli adalah suatu proses dasar tubuh untuk melakukan keaktifan jasmani dan penguasaan keterampilan praktik sebaik-baiknya dalam permainan bolavoli dan dapat menyelesaikan permainan dengan baik”.
Menurut Roesdiyanto, (1992 : 15) bolavoli mempunyai teknik dasar yaitu, servis, pasing bawah, pasing atas, blok, dan semes. Teknik dasar seperti pasing, servis, blok dan semes sangat berpengaruh dalam suatu pertandingan bolavoli karena merupakan teknik dasar permainan bolavoli. Teknik dasar dalam bolavoli akan dijabarkan secara singkat sebagai berikut.
Servis merupakan teknik dasar yang digunakan untuk memulai suatu set atau pertandingan, pada awalnya digunakan untuk melayani lawan untuk melakukan penyerangan tetapi seiring dengan berkembangnya olahraga bolavoli, servis digunakan untuk menyerang lawan, servis yang baik dapat mengacaukan
pertahanan lawan dan menyulitkan lawan untuk melakukan serangan. Servis merupakan teknik dasar yang paling penting dalam bolavoli, kemampuan servis yang baik dapat digunakan untuk memperoleh poin dan mengacaukan posisi bertahan lawan, hal ini sesuai dengan pendapat Beutelstahl (2005 : 13 ) bahwa servis dapat bertujuan untuk langsung meraih angka kemenangan dan menghalang-halangi formasi penyerangan lawan.
Pasing merupakan teknik dasar dalam permainan bolavoli yang digunakan untuk menerima bola hasil servis dari lawan atau semes dari lawan, pasing bertujuan untuk mengoper bola ke pengumpan (tosser) untuk diumpan ke pemain yang akan melakukan semes, pasing yang baik dapat memudahkan tim untuk menyerang lawan dan dapat digunakan untuk bertahan. Teknik pasing ada dua dalam permainan bolavoli yaitu pasing bawah dan pasing atas, jenis pasing ini mempunyai susunan gerakan dan penggunaan yang berbeda. Pasing bawah digunakan apabila datangya bola dari lawan tingginya dibawah pinggang dan datangnya bola keras dan menukik. Pasing atas digunakan apabila datangnya bola dari lawan tingginya di atas pinggang dan datangnya bola tidak terlalu keras.
Blok merupakan teknik dasar dalam permainan yang dilakukan untuk merintangi atau menghalangi lawan ketika lawan melakukan semes, menghalanginya dengan cara mengangkat lengan setinggi-tingginya di atas net dengan kedua tangan dibuka ke arah yang diduga datangnya arah bola. Menurut Roesdiyanto (1989 :20 ) pembagian teknik dasar blok menurut definisinya : 1) Bloking tunggal adalah sarana bendungan yang dilakukan oleh satu orang regu untuk menahan serangan dari pihak lawan. Untuk dapat melakukan teknik bloking tunggal dengan baik perlu diperhatikan tahapan-tahapan untuk melakukannya yaitu mengadakan langkah ke kiri atau ke kanan, meloncat ke atas dengan tumpuan dua kaki, mendarat dengan dua lengan untuk menguasai bola, mendarat dengan dua kaki untuk menguasai bola. 2) Bloking berkawan prakteknya seperti kalau melakukan bloking tunggal, hanya di sini yang melakukan bloking dua orang secara bersamaan. Pada blok berkawan ini yang paling penting adalah bahwa setiap pemain harus menyesuaikan diri terhadap arah bola dan usahakan tolakan keatas bersama-sama sehingga tangan keseluruhan
betul-betul merupakan satu bidang yang luas. Kerja sama yang rapi dan kemauan yang keras dibutuhkan dalam hal ini.
Semes merupakan teknik dasar dalam bolavoli yang paling dominan untuk melakukan serangan kepada lawan, dengan karakteristik bola hasil semes menukik, tajam dan cepat. Semes dilakukan dengan memukul dengan keras ketika bola berada di atas net untuk dimasukkan ke daerah lawan yang tidak dijaga. Menurut Lestari ( 2007 : 14) Semes atau serangan adalah keahlian utama yang digunakan untuk memainkan bola diatas jaring. Bola dapat dipukul dalam beberapa cara yang berbeda tergantung pada kecepatan dan tinggi umpan, posisi pemain bloking dan pemain bertahan lawan, serta situasi pertandingan.
Semes cepat (quick smash), Menurut Sugiono (1996 : 22) Teknik smash quick digunakan untuk mengembangkan permainan cepat dalam melakukan variasi-variasi serangan ke daerah lawan. Roesdiyanto (1992 :15) mengungkapkan teknik smash quick digunakan untuk bermain cepat dan untuk variasi-variasi serangan. Bila regu telah menguasai teknik smash quick ini dapat menerapkan di dalam pertandingan seni gerak dan mutu permainan kelihatan lebih enak untuk dilihat. Apabila teknik quick smash telah dikuasai oleh suatu regu dan diterapkan dalam suatu pertandingan, maka gerakan gerakan yang dilakukan dalam permainan lebih variatif dan menarik.
Semes semi (semi smash), Menurut Roesdiyanto (1992 : 15) Teknik ini dilakukan seperti pada saat melakukan semes normal. Perbedaan terletak pada perkenaan bola dan ketinggian bola, teknik dilakukan dengan pemain yang akan melakukan penyemes lebih dahulu bergerak sebelum bola sampai pada pengumpan. pengumpan memberikan bola tidak lebih dari 2 meter di atas net. Menuru Sugiono (1996 : 22) mengatakan,”Pengambilan sikap persiapan, sikap menolak (tumpuan), sikap perkenaan bola, dan sikap pendaratan sama dengan smash open. Perbedaannya terletak pada saat pengambilan awalan oleh penyemes dan penyajian bola dari pengumpan.”
Semes buka (open smash), Menurut Roesdianto (1992 : 15 ) “Open Smash dilakukan dengan melakukan pukulan dengan melambungkan bola cukup tinggi yaitu lebih dari 3 meter dan bolanya dalam keadaan tenang”.
Menurut Durrwachter (1990 : 1-2 ) permainan bolavoli mempunyai segi positif, yaitu: (1) Lapangan permainan relatif kecil, perlengkapan yang dibutuhkan sederhana, (2) sifat permainan tidak berubah apabila lapangan dipersempit atau jumlah pemain dikurangi, (3) gagasan permainan sederhana, (4) kekuatan regu sangat tergantung dari semangat bermain serta kemampuan semua pemain, (5) kecepatan reaksi kelincahan kewaspadaan serta kemampuan konsentrasi dan daya loncat sangat dilatih, (6) resiko cedera sangat kecil. Agar tercapainya suatu tujuan tertentu yang hendak dicapai, yang berarti perlunya suatu proses terlebih dahulu yang menuju kearah tersebut, maka perlu adanya suatu prinsip yang melatar belakangi permainan bolavoli. Prinsip-prinsip bermain dalam bolavoli pada hakekatnya tidak berbeda dengan permainan yang mengutamakan kerja sama antar individu dalam suatu regu.
3. Taktik Bertahan Bolavoli
Dalam permainan bolavoli, banyak orang beranggapan bahwa semes adalah bagian yang paling menarik, tetapi pertahanan juga dapat membangkitkan daya tarik bagi para penggemar. Pertandingan yang seimbang antara tim yang mempunyai pertahan yang bagus terhadap serangan dari lawan akan menciptakan permainan panjang yang sangat menarik untuk ditonton.
Menurut Viera dan Ferguson (1992:97) pertahanan adalah membaca serangan lawan sehingga dapat mengetahui arah datangnya suatu semes. Sebuah semes yang keras memiliki kecepatan yang sangat tinggi, sehingga hanya membutuhkan waktu setengah detik untuk jatuh ke lantai.
Menurut Roesdiyanto (1992:26) “taktik pertahanan merupakan suatu siasat yang dilakukan oleh perorangan, kelompok maupun tim terhadap lawan dengan maksud menahan serangan lawan agar tidak mengalami kekalahan dalam pertandingan”.
Dari pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pertahanan dalam permainan bolavoli adalah suatu siasat yang dilakukan oleh perorangan, kelompok maupun tim untuk menahan dan membaca serangan dari lawan agar bola
melambung di udara (tidak jatuh ke lantai) dan mudah diterima oleh teman satu regunya sendiri dengan tujuan dapat memenangkan pertandingan.
Menurut FIVB (1989:16) macam-macam formasi pertahanan adalah sebagai berikut:
1) Tugas pemain dalam formasi bertahan dari penerimaan semes.
Dalam menerima semes, semua pemain dalam tim bertahan harus bekerja menjadi: (a) blok, (b) penerima bola tipu, dan (c) penerima semes jarak jauh di belakang blok
Tim yang kurang baik biasanya mempunyai beberapa pemain yang bebas yang tidak bekerja secara efesien untuk tim. Semua pemain harus mengantisipasi arah dan waktu (ketepatan bola) dari bidikan spiker dan menjaga posisi yang efektif sebelum serangan lawan. Antisipasi dan reaksi yang cepat pada bola adalah syarat dari bolavoli modern.
2) Sistem bertahan dengan satu blok
Salah satu pemain yang ada di depan melakukan blok,dua pemain mengantisipasi bola tipuan dari lawan,tiga pemain mengantisipasi spike keras dari lawan.
3) Sistem bertahan dengan dua blok
Dua pemain yang ada di depan melakukan blok,dua pemain melakukan antisipasi bola tipuan dari lawan sedangkan dua pemain yang ada di belakang mengantisipasi datangnya smes keras dari lawan .
4) Sistem bertahan dengan tiga blok
Ketiga pemain yang ada di depan melakukan blok,dua pemain agak maju kedepan mengantisipasi tipuan dari lawan,sedangkan satu pemain yg di belakang bertugas mengantisipasi smes keras dari lawan
5) Sisitem tanpa blok disebut juga dengan devence servise
Lima pemain bersiap menerima jumping servise dari lawan,sedangkan satu pemain sebagai toser.
4. Tinjauan Belajar Gerak
Teori tentang belajar gerak akan sangat dibutuhkan dalam pembinaan prestasi cabang olahraga. “Konsep belajar gerak adalah bagaimana individu belajar tentang ketrampilan gerak dan factor-faktor yang mempengaruhi penampilan fisik, yang dapat memberikan informasi penting terhadap guru pendidikan jasmani, pelatih, dan perancang kurikulum, (Drowatzky 1981:1).” Seperti yang telah disebutkan bahwa diharapkan kepada para pelaku olahraga hendaknya memahami tentang konsep belajar gerak ini. Dalam pelaksanaan latihan seorang pelatih harus menyesuaikan dengan subyek yang dilatih, seorang guru pendidikan jasmani juga harus menyesuaikan dengan yang di ajar pada saat menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran. Oleh karena itu sangat penting menjadikan teori belajar gerak sebagai landasan utama dalam penerapan kegiatan yang berhubungan dengan aktifitas fisik.
Pembinaan prestasi bolavoli akan juga dipengaruhi oleh teori belajar gerak. Dalam olahraga bolavoli memerlukan aktifitas fisik yang cukup kompleks sehingga teori penguasaan gerak membutuhkan perhatian yang cukup serius. Belajar gerak merupakan langkah awal dalam pengusaan keterampilan yang berhubungan dengan gerak tubuh. “Belajar gerak merupakan proses adaptasi dalam bentuk gerak dan respon muscular yang dikembangkan, (Drowatzky 1981:16).” Jadi dapat disimpulkan bahwa adaptasi bentuk gerak dan respon muscular terhadap karakteristik olahraga bolavoli akan sangat mendukung dalam pencapaian penguasaan berbagai keterampilan dalam olahraga bolavoli.
a. Komponen dalam Mempelajari Gerak
Pada tahap awal penguasaan keterampilan bermain bolavoli maka tentu secara tidak langsung dan disesuaikan dengan teori belajar gerak akan berdasar pada beberapa hal sebagai berikut:
1) Respon gerak
Drowatzky (1981:16) menyimpulkan: Tanggapan/respon gerak dapat ditempatkan ke dalam tiga kategori: (1) pergerakan postural, untuk mengatur
posisi badan berkenaan dengan gravitasi, (2) lokomotor atau gerak perpindahan memungkinkan seseorang untuk memindah/menggerakkan tubuh/badan atau bagian-bagiannya melalui ruang dan (3) manipulasi, memungkinkan seseorang untuk belajar dan mengendalikan object. Pola kontak (manipulasi dari objek yang diam) telah dibedakan dari penerimaan dan dorongan (manipulasi dari objek yang bergerak).
Dalam permainan bolavoli tentu akan memanfaatkan 3 jenis respon gerak yang masing-masing memiliki karakteristik tersendiri seperti tersebut di atas. Keterampilan gerak dalam bolavoli tentu akan mengakomodasi dari tiga bentuk respon gerak tersebut. Aktifitas fisik yang terdapat dalam bolavoli sudah menuntut ke arah respon gerak yang lebih kompleks.
2) Pola gerak
Pola gerak adalah tanggapan umum dengan jenis dan penerapan pada bidang aktivitas berbeda, yang digunakan untuk tujuan yang luas di dalam gerak tubuh. ”Ketrampilan gerak adalah tanggapan gerak spesifik, yang terbatas dalam variabilitas dan applicabilitas, yang mana dikembangkan untuk menghasilkan pergerakan spesifik di dalam aktivitas tertentu, (Drowatzky 1981:16).” Jadi dapat disimpulkan bahwa pola gerak dari masing-masing individu akan sangat mempengaruhi dalam penguasaan keterampilan bolavoli karena penerapan pola tersendiri harus dapat diterapkan pada aktifitas yang berbeda yang nantinya akan menghasilkan keterampilan gerak yang dalam hal ini keterampilan bermain bolavoli.
3) Keterampilan gerak
Terdapat dua macam keterampilan gerak yaitu: Ketrampilan gerak kasar (Gross Motor Skills)
”Gerak yang memerlukan interaksi dari banyak otot dengan aktivitas badan/tubuh pada umumnya, seperti lari, menangkap, melemparkan dan ketrampilan menggunakan raket, (Drowatzky 1981:16).” Unsur-unsur keterampilan gerak kasar yang juga terdapat dalam olahraga bolavoli yang terdapat dalam teknik-teknik dasar permainan bolavoli seperti pasing, serve, semes, dan blok.
Keterampilan gerak halus (Fine Motor Skills)
”Ketrampilan gerak yang baik melibatkan otot yang kecil baik lengan maupun kaki dan digunakan di dalam latihan terbatas, (Drowatzky 1981:16).” Keterampilan gerak halus ini lebih cenderung melibatkan anggota ekstremitas gerak pada tubuh. Dalam olahraga bolavoli, peranan ekstremitas anggota gerak tubuh sangat dominan sehingga membutuhkan keterampilan gerak halus dalam penunjang keterampilan geraknya.
4) Rangsangan dan tanggapan
Rangsangan dan tanggapan dapat digolongkan menjadi diskrit, serial, atau berlanjut, menurut pola temporalnya. Drowatzky (1981:16) menyimpulkan: Gerak diskrit adalah peristiwa tunggal dengan suatu permulaan dan akhir yang digambarkan secara jelas. Gerak serial mempunyai suatu permulaan dan akhir yang terbatas tetapi berkombinasi dengan beberapa gerakan individu yang mengikuti satu sama lain dalam urutan yg cepat. Gerak dengan peristiwa stimulus berlanjut (seperti menggiring bola) dan perulangan, mendekati respon serupa yang berlanjut.
Dalam olahraga bolavoli aspek rangsangan dan tanggapan menjadi salah satu faktor penting. Hal ini disebabkan karena pelaksanaan permainan bolavoli memerlukan mekanisme rangasangan dari luar berupa gerakan bola, dan tanggapan berupa perlakuan terhadap bola dengan pengaplikasian pada teknik-teknik dasar yang terdapat dalam permainan bolavoli.
5) Respon fisik
”Suatu respon fisik mempunyai dua tahap, yaitu tahap persiapan/awalan dan tahap penyelesaian, (Drowatzky 1981:16).” Tahap-tahap dalam respon fisik dapat dijelaskan sebagai berikut:
Tahap persiapan/awalan
Seorang atlet akan mempersiapkan dirinya (posisi tubuhnya) apabila akan melaksanakan suatu gerakan. Dalam hal ini adalah tahapan awalan dari suatu pelaksanaan keterampilan. Dapat dicontohkan secara nyata dalam bolavoli yaitu
pada saat pemain bolavoli akan melakukan blok. Sikap ataupun gerakan awalan dari gerakan tersebut merupakan tahap persiapan dari respon fisik.
Tahap penyelesaian
Dapat dikategorikan masuk ke dalam tahap ini apabila seluruh rangkaian gerakan dari suatu keterampilan olahraga telah dilakukan. Dalam olahraga bolavoli dapat dicontohkan, yaitu pada saat pemain setelah melakukan awalan loncatan untuk melakukan blok lawan dan setelah itu melakukan gerakan pendaratan. Sikap ataupun gerakan pelaksanaan dan akhir dari gerakan tersebut merupakan tahap penyelesaian dari respon fisik.
Berdasarkan beberapa teori dasar belajar gerak yang dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa pembinaan serta pemberian latihan untuk pengusaan keterampilan bermain bolavoli harus berlandaskan pada teori tersebut. Hal ini dikarenakan bahwa setiap individu akan melalui tahapan-tahapan belajar motorik dalam jenjang kehidupannya. Tahapan ini akan dilewati untuk menuju pada pembentukan gerakan yang akan semakin lebih baik pada masing-masing individu disetiap urutan jenjang hidup. Oleh karena itu penerapannya sangat dibutuhkan untuk pembelajaran maupun pembinaan khususnya pada usia dini.
Selanjutnya aplikasi dari teori untuk mengetahui pengusaan beberapa komponen belajar gerak tersebut dalam pembinaan, baik pembinaan prestasi maupun pengusaan keterampilan, pada tahap awal dapat dilakukan dengan identifikasi keberbakatan (talent scouting). Hal ini sangat penting dilakukan karena dapat digunakan untuk pengelompokan individu berdasarkan keberbakatan yang dimiliki dalam dunia olahraga. Demikian pula manfaatnya terhadap pembinaan prestasi olahraga bolavoli. Apabila seorang individu telah diketahui bahwa memiliki tingkat dominansi keberbakatan dalam bolavoli maka akan sangat memudahkan dalam upaya pembinaan prestasi.
b. Identifikasi Keberbakatan sebagai Aplikasi Pengamatan
Tahapan awal di dalam melakukan pembinaan olahraga untuk mencapai prestasi puncak yang maksimal harus dimulai dengan tahapan penelusuran bibit unggul atau talent scouting. Talent scouting sangat dibutuhkan sekali dalam upaya
untuk pencarian bibit unggul dalam kecabangan olahraga. Kebutuhan akan komponen biomotor, kesesuaian somatotype tubuh satu cabang olahraga dengan cabang olahraga yang lainnya berbeda-beda. Program latihan yang berkualitas akan mempengaruhi hasil latihan yang lebih maksimal. Keberhasilan latihan dapat dilihat dengan cara melakukan evaluasi. Evaluasi dilakukan dengan cara melakukan tes dan pengukuran.
Setiap anak pasti dibekali dengan bakat atau talent sebagai potensi yang dibawa sejak lahir, merupakan pembawaan yang diperoleh secara genetik dari faktor keturunan. Bompa (1986: 330) mengidentifikasi sifat anak cenderung mewarisi orang tuanya baik secara psikologis maupun biologis. Namun indicator tersebut belumlah cukup, oleh karena tuntutan untuk dapat melakukan berbagai cabang olahraga sangat beragam. Maka kriteria untuk mengidentifikasi calon olahragawan berbakat setiap cabang olahraga juga beragam atau multiindikator. Indikasi keberbakatan olahragawan harus dilakukan dengan pengukuran yang obyektif, terhadap beberapa indikator yang diyakini sebagai modal utama yang harus dimiliki calon olahragawan sesuai cabang olahraganya.
Dalam pembinaan prestasi olahraga bolavoli perlu dilakukan pengenalan terhadap keterampilan dan kemudian dilanjutkan dengan pembinaan kondisi fisik yang disesuaikan dengan pola perkembangan gerak dari masing-masing individu. Keterampilan adalah kemampuan umtuk menggunakan satu atau beberapa teknik secara tepat, baik dari segi waktu maupun situasi (Lutan, 1988:96). Ketrampilan juga didefinisikan sebagai gerak otot atau gerak tubuh untuk mensukseskan pelaksanaan aktifitas yang diinginkan (Singer, 1992:32). Kemudian Schmidt (1991:5) memberikan batasan keterampilan sebagai kemampuan individu untuk mencapai tujuan dalam jangka waktu yang minimum. Dikemukakan bahwa ada tiga unsur penting dalam keterampilan yaitu ; (1) memahami cirri-ciri lingkungan yang relevan, (2) memutuskan apa, dimana dan kapan dilakukan, (3) menghasilkan kegiatan otot yang terorganisir untuk membangkitkan gerakan. Jadi dapat disimpulkan bahwa keterampilan adalah kemampuan individu dalam menggunakan gerakan otot atau gerakan tubuh untuk mensukseskan pelaksanaan beberapa teknik secara tepat guna untuk mencapai tujuan dalam jangka waktu
singkat. Dalam hal ini pelaksanaan keterampilan tersebut adalah keterampilan bermain bolavoli.
Identifikasi bakat anak untuk pembinaan prestasi bolavoli sangat diperlukan karena untuk mengarahkan anak sesuai dengan bakat yang dimilkinya. Apabila seorang anak telah diketahui bakatnya dalam olahraga bolavoli maka pembinaan prestasi akan dapat secara efektif dilakukan. Pembinaan prestasi hendaknya dilakukan sejak usia dini karena sangat penting untuk memperhatikan aktifitas fisik pada usia dini. Dengan pemeriksaan bakat awal ini dapat ditentukan langkah pembinaan yang selanjutnya.
5. Latihan
Latihan merupakan suatu kegiatan olahraga yang sistematis dalam waktu yang panjang, ditingkatkan secara bertahap dan perorangan, bertujuan membentuk manusia yang berfungsi fisiologis dan psikologisnya untuk memenuhi tuntutan tugas Bompa, (dalam Budiwanto 2004:12). Kemudian definisi yang lain menyebutkan bahwa latihan adalah suatu program latihan fisik untuk mengembangkan seorang atlit dalam menghadapi pertandingan penting (Fox, Bowers & Foss, 1993:693)
Teknik adalah proses gerakan dan pembuktian dalam praktek dengan sebaik mungkin untuk menyelesaikan tugas yang pasti dalam cabang olahraga (Suharno, 1975 : 22). Keterampilan teknik merupakan bagian penting dalam pencapaian prestasi. Dengan keterampilan teknik yang baik maka seorang atlet memungkinkan mampu menampilkan permainan atau gaya yang baik dalam suatu cabang olahraga. Teknik dalam setiap cabang olahraga selalu berkembang sesuai dengan tujuan dan peraturan permainan yang semakin tinggi tuntutannya, yaitu prestasi maksimal. Oleh karena itu latihan keterampilan teknik harus secara proporsional mendapat prioritas utama dalam susunan program latihan.
Dalam suatu latihan kita perlu memperhatikan prinsip-prinsip latihan yang ada agar tercapai tujuan yang diinginkan dan tidak membahayakan bagi kebugran dan kesehatan serta keselamatan tubuh.
Latihan olahraga merupakan suatu latihan dalam upaya untuk meningkatkan fungsi sistem organ tubuh agar mampu memenuhi kebutuhan tubuh secara optimal ketika berolahraga. Agar latihan olahraga mencapai hasil yang maksimal.
Adapun prinsip-prinsip latihan yang secara umum diperhatikan adalah sebagai berikut:
a. Prinsip Kekhususan (Specificty)
Untuk mencapai hasil sesuai dengan yang diharapkan latihan harus bersifat khusus, yaitu khusus mengembangkan kemampuan tubuh sesuai dengan tuntutan dalam cabang olahraga yang akan dikembangkan. Kekhususan dalam hal ini adalah spesifik terhadap sistem energi utama, spesifik terhadap kelompok otot yang dilatih, pola gerakan, sudut sendi dan jenis kontraksi otot.
Menurut Bompa (1990:34) bahwa ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam prinsip kekhususan yaitu: (1) melakukan latihan-latihan khusus sesuai dengan karakteristik cabang olahraga, (2) melakukan latihan untuk mengembangkan kemampuan biomotorik khusus dalam olahraga. Soekarman (1987:60) mengemukakan bahwa latihan itu harus khusus untuk meningkatkan kekuatan atau sistem energi yang digunakan dalam cabang olahraga yang bersangkutan. Menurut Pyke, Robert, Woodman, Telford & Jarver (1991:119) latihan harus ditujukan khusus terhadap sistem energi atau serabut otot yang digunakan, juga dikaitkan dengan peningkatan ketrampilan motorik khusus. Program latihan yang dilakukan harus bersifat khusus, disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dalam cabang olahraga.
b. Prinsip Beban Lebih (The Overload Priciples)
Prinsip beban lebih adalah prinsip latihan yang menekankan pada pembebanan latihan yang lebih berat daripada yang mampu dilakukan oleh atlet (Yusuf Hadisasmita & Aip Syarifuddin, 1996:131) Atlet harus selalu berusaha berlatih dengan beban yang lebih berat daripada yang mampu dilakukan saat itu, artinya berlatih dengan beban yang berada diatas ambang rangsang. Kalau beban latihan terlalu ringan (dibawah ambang rangsang), walaupun latihan sampai lelah,
berulang-ulang dan dengan waktu yang lama, peningkatan prestasi tidak mungkin tercapai.
Meskipun beban latihan harus berat, beban tersebut harus masih berada dalam batas-batas kemampuan atlet untuk mengatasinya. Kalau bebannya terlalu berat, maka perkembangan pun tidak akan mungkin karena tubuh tidak akan dapat memberikan reaksi terhadap beban latihan yang terlalu berat tersebut. Hal ini juga bisa mengakibatkan cedera (overtraining).
Pemberian beban dimaksud agar tubuh beradaptasi dengan beban yang diberikan tersebut, jika itu sudah terjadi maka beban harus terus ditambah sedikit demi sedikit untuk meningkatkan kemungkinan perkembangan kemampuan tubuh. Penggunaan beban secara overload akan merangsang penyesuaian fisiologis dalam tubuh, sehingga peningkatan prestasi terus-menerus hanya dapat dicapai dengan peningkatan beban latihan (Bompa, 1990:44). Untuk mendapatkan efek latihan yang baik organ tubuh harus diberi beban melebihi beban dari aktivitas sehari-hari. Beban yang diberikan mendekati maksimal hingga maksimal (Brook & Fahey, 1984:84).
c. Prinsip Beban Bertambah (The Prinsiples of Progresive)
Beban latihan adalah sejumlah intensitas, volume, durasi dan frekuensi dari suatu aktivitas yang harus dijalani oleh atlet dalam jangka waktu tertentu untuk meningkatkan kemampuan fungsional dari sistem organ tubuhnya agar mampu beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi sesuai dengan tujuan latihan (Nala,1998:34).
Peningkatan pemberian beban hendaknya dilakukan secara progresif dan bertahap. Progresif artinya beban latihan selalu meningkat, dari awal sampai akhir latihan. Peningkatan berat beban dilakukan tidak sekaligus, tetapi bertahap. Diawali dengan beban rendah dan dilanjutkan ke beban yang semakin tinggi, bukan sebaliknya pada awal latihan diberikan beban berat, kemudian makin lama beban latihanya semakin ringan. Menurut Nala (1998:34) bahwa yang dimaksudkan dengan beban latihan tidaklah selalu pengertiannya kuantitatif, tetapi mencakup kuantitatif dan kualitatif. Beban latihan yang bersifat kuantitatif
ini, beban latihannya dapat berupa berat beban yang harus diangkat, banyaknya repetisi, set, lama istirahat per set, kecepatan, frekuensi perminggu dan sebagainya. Bagi atlet cabang olahraga yang lain tentu beban latihannya akan berbeda, sebab tujuan latihannya berbeda. Atlet pelari cepat 100 meter berlatih agar dapat berlari secepat-cepatnya. Atlet pelompat tinggi tujuan latihanya adalah agar mampu melompat setinggi-tingginya. Sedangkan atlet pelempar lembing berlatih dengan harapan agar mampu melempar lembing sejauh mungkin, dengan demikian dapatlah dimengerti mengapa atlet pelari cepat 100 meter beban latihan utamanya tidak berupa mengangkat beban (halter) seberat-beratnya, tetapi berupa kecepatan, jarak tempuh atau lamanya berlatih lari dalam sehari. Beban latihan yang bersifat kualitatif dapat berupa presentase intensitas latihan, berapa persen beban latihan diambil pada awal latihan dan berapa persen peningkatanya.
d. Prinsip Individualitas (The Prinsiples of Individuality)
Pada prinsipnya masing-masing individu berbeda satu dengan yang lain. Dalam latihan setiap individu juga berbeda kemampuannya, manfaat latihan akan lebih berarti jika program latihan tersebut direncanakan dan dilaksanakan berdasarkan karakteristik dan kondisi individu atlet. Oleh karena itu faktor-faktor karakteristik individu atlet harus dipertimbangkan untuk menyusun program latihan. Berkaitan dengan hal ini Harsono (1988:112-113) mengemukakan bahwa: faktor-faktor seperti umur, jenis kelamin, bentuk tubuh, kedewasaan, latar belakang pendidikan, lamanya berlatih, tingkat kesegaran jasmaninya, ciri-ciri psikologisnya, semua itu harus ikut dipertimbangkan dalam menyusun program latihan.
Latihan yang dilakukan harus direncanakan dan dilaksanakan berdasarkan karakteristik dan kondisi individu atlet. Program latihan yang disusun dan pembebanan yang diberikan dalam latihan harus sesuai dengan kondisi tiap-tiap individu.
e. Prinsip Reversibelitas (The Prinsiples of Reversibility)
Kemampuan fisik yang dimiliki seseorang tidak menetap, tetapi dapat berubah sesuai dengan aktivitas yang dilakukan. Keaktifan seseorang melakukan latihan atau kegiatan fisik dapat meningkatkan kemampuan fisik, sebaliknya ketidakaktifan atau tanpa latihan akan menimbulkan kemunduran kemampuan fisik. Menurut Soekarman (1987:23) bahwa, setiap hasil latihan kalau tidak dipelihara akan kembali keadaan semula. Berdasarkan prinsip ini, latihan fisik harus secara teratur dan kontinyu.
Prinsip ini harus dipegang oleh pelatih maupun atlet. Latihan yang teratur dan kontinyu akan membawa tubuh untuk dapat segera menyesuaikan diri pada situasi latihan. Adaptasi tubuh terhadap situasi latihan ini, maka kemampuan tubuh dapat meningkat sesuai dengan rangsangan yang diberikan.
Prinsip-prinsip latihan yang tersebut di atas harus dilaksanakan sebagai mana mestinya karena dapat mempengaruhi kondisi atlet serta kesiapan mental pada saat menghadapi suatu pertandingan. Dan apabila untuk menjaga kebugaran maka dengan memenuhi semua prinsip latihan yang telah ditentukan akan memperolaeh tingkat kebugaran yang proporsional. Latihan juga harus meliputi aspek psikologis yang di dalamnya termasuk memperhatikan karakteristik khusus otot di dalam tubuh manusia diantara sifat-sifat otot manusia pada umumnya. (Fox 1983:3). Adapun tujuan latihan teknik adalah:
Untuk mempertinggi keterampilan gerakan teknik dan otomatisasi gerakan teknik dalam suatu cabang olahraga
Otomatisasi gerakan ditandai dengan hasil gerakan yang ajeg dan konsisten, sedikit atau jarang melakukan kesalahan, dalam situasi yang berbeda-beda selalu dapat melakukan gerakan dengan konsisten.
Bompa (dalam Budiwanto, 2004:30) menyatakan, "faktor dasar latihan meliputi latihan fisik, teknik, taktik, dan mental". Jadi latihan itu harus dilakukan secara menyeluruh agar proporsinya tepat dan menimbulkan efek yang baik bagi tubuh.
Bompa (dalam Budiwanto, 2004:6) menyatakan bahwa" Untuk memoles dan menyempurnakan teknik olahraga yang dipilih melalui suatu upaya teknis,
seseorang harus mengembangkan kapasitas penampilan lebih lanjut dengan teknik yang tepat secara keseluruhan."
Menurut Suharno (1992:46) "teknik adalah suatu proses gerakan dan pembuktian dalam praktik dengan sebaik mungkin untuk menyelesaikan tugas yang pasti dalam cabang olahraga". Budiwanto (2004:46) menyatakan bahwa" keterampilan teknik merupakan bagian terpenting dalam pencapaian prestasi olahraga. Tanpa keterampilan teknik yang baik maka seorang atlet tidak mungkin akan mampu menampilkan permainan atau gaya yang baik dalam suatu cabang olahraga". Budiwanto (2004:46) menyimpulkan: Teknik dasar ada tiga kategori, yaitu teknik dasar, teknik menengah dan teknik tinggi". Teknik dasar adalah suatu teknik dimana proses melakukan gerakan merupakan fondamen dasar, gerakan dilakukan dalam kondisi sederhana dan mudah. Teknik menengah adalah suatu teknik dimana dalam melakukan gerakan menuntut penggunaan kecepatan, kekuatan, kelincahan dan koordinasi yang lebih tinggi daripada teknik dasar. Teknik tinggi adalah suatu teknik dimana dalam melakukan gerakan menuntut tempo yang tinggi, koordinasi, keseimbangan, ketepatan yang tinggi serta gerakan tersebut sulit, simultan dalam kondisi yang berat.
Dalam kegiatan kepelatihan, pelatih diharapkan mampu memberikan tahap-tahap latihan, dari yang mudah ke yang sukar, dari beban yang ringan ke yang berat, dari teknik yang rendah, menengah, lalu ke teknik yang lebih tinggi, agar peserta mampu beradaptasi secara perlahan-lahan. Suharno (1975:60) menyatakan langkah-langkah melatih teknik: (a) Melatih gerak teknik secara keseluruhan dan kasar, (b) melatih gerak-gerak badan dengan teliti dan benar, (c) melatih gerak keseluruan secara cermat dengan jalan menitik beratkan kunci-kunci gerak yang dapat menjamin kebenaran gerak keseluruhan, (d) mengotomatisasikan gerak yang benar secara keseluruhan dengan jalan melakukan sebanyak mungkin frekuensinya, (e) dicobakan/dipraktekkan dalam permainan dengan pengontrolan secara cermat gerakan teknik tersebut, (f) penyempurnaan kesalahan-kesalahan yang terdapat saat bermain/bertanding, kemudian dilatih secara intensif untuk pemantapan otomatisme gerak, (g) dinilai/dievaluasi hasil gerak keterampilan yang menjadi tujuan latihan.
Latihan penguasaan taktik juga harus dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan prinsip-prinsip latihan. Hal ini bertujuan untuk lebih memudahkan dalam penguasaan tekniknya sehingga dapat memperoleh hasil yang maksimal. latihan dari tahap yang paling sederhana menuju kepada tingkatan yang lebih kompleks akan sangat efektif dilakukan karena penguasaan ketrampilan geraknya dapat tersusun dengan sistematis, pada dasarnya taktik bertahan dalam bolavoli dapat dilakukan secara individu ataupun kelompok, keduanya bertujuan untuk memperoleh nilai tertinggi dengan cepat sehingga dapat menjadi pemenang. Taktik individu dapat dilakukan seorang pemain dalam menerima bola dari serangan lawan, baik berupa serangan semes maupun serangan bola biasa, sedangkan taktik kelompok merupakan pertahanan yang benar-benar menuntut kebersamaan.pertahanan ini dilakukan pada saat mengantisipasi serangan semes dari lawan dari arah bola di dekat net,dengan cara dua atau tiga pemain untuk membendung serangan dari lawan,dengan cara melakukan dua blok ataupun tiga blok.
B. Kerangka Berfikir
Kerangka berpikir merupakan argumentasi teoritik terhadap hipotesis yang diajukan, dalam penelitian pengembangan kerangka berpikir memberikan arahan tentang langkah-langkah metodologis yang akan diambil, penelitian ini menggunakan metode pengembangan research and development. Pengembangan atau yang sering disebut sebagai penelitian pengembangan dilakukan dengan maksud menjembatani jurang yang terbentang cukup lebar antara penelitian dan praktek pendidikan. Penelitian dan pengembangan adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat dipertanggung jawabkan. Dapat disebutkan lagi bahwa teori-teori, model, serta konsep ilmiah yang telah ditemukan atau dikemukakan sebelumnya dapat dikaji kembali untuk kemudian dilakukan suatu pengembangan yang menghasilkan sesuatu yang baru dari hal
tersebut sehingga akan menjadi sempurna baik substansi maupun tujuan yang dihadirkan.
Model merupakan suatu tiruan dari yang aslinya, mengatur bagian khusus suatu fenomena yang diamati atau diselidiki. Tujuan suatu model ini untuk memperoleh suatu yang ideal, dan meskipun keadaan abstrak ideal diatas adalah kenyataan yang kongkrit, itu juga menggambarkan sesuatu yang diusahakan untuk dicapai, suatu peristiwa yang akan dapat diperoleh. Suatu model mempunyai kekhususan untuk setiap perorangan atau tim. Suatu model latihan akan memperhatikan beberapa faktor lain, potensi dan fisiologis atlet, fasilitas, dan lingkungan sosial.
Pemilihan metode pengembangan ini karena dianggap sesuai dengan permasalahan yang akan diangkat menjadi topik penelitian dan dapat menjadi solusi dari permasalahan yang ada. Secara garis besar metode pengembangan ada tiga tahap, yang pertama pendahuluan, kedua tahap uji produk, dan tahap uji efektivitas produk. Tahap 1, pendahuluan terdiri analisis kebutuhan, kajian teoritik dan pengembangan produk awal. Analisis kebutuhan dilakukan untuk mengetahui proses latihan dan kesejangan antara harapan dan kenyataan di klub bolavoli Kota Surakarta setelah menemukan masalah yang akan diangkat menjadi masalah penelitian, kemudian dilanjutkan kajian teoritik yang relevan dengan topik masalah penelitian yang diangkat. Langkah selanjutnya pengembangan produk awal yaitu mengembangkan model latihan taktik bertahan dalam bolavoli. Model latihan taktik bertahan bolavoli dikembangkan berdasarkan karakteristik atlet putra tingkat intermediet dan disesuaikan dengan kajian teori tentang bolavoli, analisis kondisi fisik, prinsip latihan dan tentang belajar gerak.
Tahap 2, uji coba produk ada dua yaitu uji coba ahli dan uji coba lapangan bertujuan untuk mendapatkan penilaian dari ahli bolavoli dan atlet bolavoli putra tingkat intermediet di Kota Surakarta. Hasil evaluasi dijadikan acuan dan masukan untuk perbaikan model latihan taktik bertahan yang dikembangkan oleh peneliti. Hasil penelitian juga sebagai acuan, apakah produk bisa dilanjutkan atau tidak.
Tahap 3, uji efektivitas produk menggunakan rancangan eksperimen semu, eksperimen semu membandingkan 2 kelompok antara kelompok coba yang menggunakan model latihan taktik bertahan dalam bolavoli yang dikembangkan peneliti dan kelompok kontrol yang menggunakan model latihan taktik bertahan dalam bolavoli yang konvensional. Uji efektivitas ada tiga tahapan yaitu: tes awal, perlakuan, tes akhir. Tes awal menggunakan insstrumen skala penilaian taktik bertahan dalam bolavoli bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal keterampilan taktik bertahan bolavoli atlet putra tingkat intermediet kelompok coba dan kelompok kontrol di Kota Surakarta. Perlakuan kelompok coba dan kelompok kontrol selama 24 kali pertemuan, 3 kali seminggu, banyaknya pertemuan disesuaikan dengan prinsip latihan. Tes akhir menggunakan instrumen skala penilaian taktik bertahan bolavoli bertujuan untuk mengetahui kemampuan taktik bertahan atlet putra tingkat intermediet di Surakarta setelah diberi perlakuan.
C. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dibutuhkan untuk mendukung kajian teoritis yang dikemukakan. Sampai saat ini belum banyak dilakukan penelitian dalam peningkatan kemampuan taktik bertahan dalam bolavoli, secara metodologis telah banyak penelitian ilmiah yang dilakukan khususnya yang terkait dengan pengembangan model latihan taktik bertahan dalam bolavoli untuk meningkatkan kemampuan bolavoli.
D. Spesifikasi Produk
Dalam kegiatan pengembangan ini, peneliti akan mengembangkan model latihan taktik bertahan bolavoli dengan memperhatikan tahapan pelaksanaan latihan, yang dilakukan dari yang mudah ke yang sukar, dari yang sederhana ke yang kompleks, dari jarak dekat ke yang jauh, dan dari tingkat kesulitan yang rendah ke yang tinggi (Depdiknas, 2005:9). Kemudian akan menjelaskan yaitu pertama tentang macam-macam taktik bertahan dalam bolavoli. Kedua akan
smenjelaskan tentang macam-macam variasi taktik bertahan dalam bolavoli. Produk yang dihasilkan berisi tentang model-model latihan taktik bertahan dalam bolavoli yang selalu digunakan dalam setiap pertandingan bolavoli, sehingga ini dapat meningkatkan keterampilan taktik bertahan.
Tabel 2.1 Ruang Lingkup Pemgembangan Produk Konsep Variabel Sub variabel Indikator Bolavoli Model latihan taktik pertahanan bolavoli Latihan fisik khusus untuk taktik bertahan bolavoli
Latihan Fleksibilitas Peregangan Statis
Latihan Fleksibilitas Peregangan dinamis Latihan Kekuatan Latihan Kelincahan Latihan taktik bertahan dari servis
Posisi set upper di posisi 1 normal Posisi set upper di posisi 1 variasi Posisi set upper di posisi 2 normal Posisi set upper di posisi 2 variasi Posisi set upper di posisi 3 normal Posisi set upper di posisi 3 variasi Posisi set upper di posisi 4 normal Posisi set upper di posisi 4 variasi Posisi set upper di posisi 5 normal Posisi set upper di posisi 5 variasi Posisi set upper di posisi 6 normal Posisi set upper di posisi 6 variasi Latihan bertahan
menghadapi serangan lawan
Bertahan untuk serangan dari posisi 4 Bertahan untuk serangan dari posisi 3 Bertahan untuk serangan dari posisi 2