• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS) PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR SKALA LINGKUNGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS) PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR SKALA LINGKUNGAN"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR

SKALA LINGKUNGAN

(2)
(3)

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR SKALA LINGKUNGAN

(4)
(5)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI | i

DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN | ii A. MAKSUD DAN TUJUAN | 3 B. SASARAN | 3

C. RUANG LINGKUP | 3

D. KETENTUAN KEGIATAN INFRASTRUKTUR | 3 E. JENIS-JENIS KEGIATAN INFRASTRUKTUR | 6 F. PERAN PELAKU | 8

G. TAHAP PERENCANAAN TEKNIS | 11

1. Tahap Persiapan Perencanaan Teknis | 12 2. Tahap Pelaksanaan Perencanaan Teknis | 14 H. TAHAP PELAKSANAAN FISIK | 36

1. Tahap Persiapan Pelaksanaan Konstruksi | 37 2. Tahap Pelaksanaan Konstruksi | 44

I. TAHAP KEBERLANJUTAN | 59 J. LAMPIRAN OUTLINE PROPOSAL | 65

(6)
(7)

DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN

APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

BDI : Bantuan Dana Investasi, dulu disebut dengan Bantuan Langsung Masyarakat BKM : Badan Keswadayaan Masyarakat

BOP : Biaya Operasional Pelaksanaan DED : Detailed Engineering Design

FHO : Final Hand Over/ Penyerahan Akhir Pekerjaan, setelah masa pemeliharaan Berakhir

KK : Kepala Keluarga

KME : Konsultan Manajemen Evaluasi KMP : Konsultan Manajemen Pusat KMW : Konsultan Manajemen Wilayah KPP : Kelompok Pemanfaat dan Pemelihara KSM : Kelompok Swadaya Masyarakat KOTAKU : Kota Tanpa Kumuh

LKM : Lembaga Keswadayaan Masyarakat LPJ : Laporan Pertanggungjawaban LSM : Lembaga Keswadayaan Masyarakat M&E : Monitoring and Evaluation

O&P : Operasional dan Pemeliharaan OJT : On Job Training

PHO : Provisional Hand Over / Serah Terima Pertama Pekerjaan PJM : Perencanaan Jangka Menengah

PKP : Perumahan dan Kawasan Permukiman

PKP2B : Pengembangan Kawasan Permukiman dan Penataan Bangunan PLPBK : Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas

Pokja PKP : Kelompok Kerja Perumahan dan Kawasan Permukiman PPK : Pejabat Pembuat Komitmen

PS : Pemetaan Swadaya PT : Perguruan Tinggi

(8)

vi Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU

RAB : Rencana Anggaran Biaya RDTR : Rencana Detail Tata Ruang

RDTRK : Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan

RKP-KP : Rencana Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan RKTL : Rencana Kerja dan Tindak Lanjut

RP2KP-KP :Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan RPD : Rencana Penggunaan Dana

RPKPP : Rencana Pembangunan Kawasan prioritas Permukiman RPLP : Rencana Penataan Lingkungan Permukiman

RPK : Refleksi Perkara Kritis

RT/RW : Rukun Tetangga/Rukun Warga RTH : Ruang Terbuka Hijau

RTPLP : Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman RTRW : Rencana Tata Ruang Wilayah

Satker : Satuan kerja

SIM : Sistem Informasi Manajemen SK : Surat Keputusan

SP3 : Surat Pernyataan Penyelesaian Pekerjaan SPK : Surat Perintah Kerja

SPMK : Surat Perintah Mulai Kerja

SPPB : Surat Perjanjian Pemberian Bantuan

SPPDL : Surat Perjanjian Pemanfaatan Dana Lingkungan STBM : Sanitasi Total Berbasis Masyarakat

TIPP : Tim Inti Perencanaan Partisipatif ToT : Training of Trainer

TAPP : Tenaga Ahli Perencanaan Partisipatif TPA : Tempat Pembuangan Akhir (Sampah) TIPP : Tim Inti Perencanaan Partisipatif

TPPI : Tim Perencana dan Pelaksana Infrastruktur TPS : Tempat Penampungan Sementara (Sampah) ULP : Unit Layanan Pengadaan

UP : Unit Pengelola

UPK : Unit Pengelola Keuangan UPL : Unit Pengelola Lingkungan UPP : Urban Poverty Program

(9)
(10)
(11)

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)

(12)
(13)

A. MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dari buku ini adalah untuk dijadikan pegangan dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pembangunan sarana prasarana dan utilitas umum dikawasan permukiman guna memenuhi persyaratan pelaksanaan kegiatan infrastruktur skala lingkungan.

Tujuannya adalah untuk memberikan petunjuk dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pembangunan sarana prasarana dan utilitas umum dikawasan permukiman guna memenuhi ketentuan teknis dan administrasi kegiatan sesuai dengan persyaratan kegiatan infrastruktur skala lingkungan yang telah ditetapkan program.

B. SASARAN

Sasaran disusunnya panduan penyelenggaraan infrastruktur lingkungan ini, antara lain :

1.

Tersedianya landasan konsepsi penyelenggaraan infrastrukrur lingkungan

2.

Tersedianya acuan teknis bagi penyelenggaraan infrastruktur lingkungan

3.

Tercapainya standar baku mutu dari produk penyelenggaraan infrastruktur lingkungan yang dihasilkan

C.

RUANG LINGKUP

Buku ini mencakup maksud, tujuan, ruang lingkup, ketentuan-ketentuan kegiatan infrastruktur, tahapan perencanaan teknis kegiatan infrastruktur, tahapan pelaksanaan konstruksi/fisik dan pengendalian pelaksanaan kegiatan infrastruktur sebagai upaya pencegahan maupun peningkatan kualitas kawasan permukiman kumuh skala lingkungan.

D.

KETENTUAN KEGIATAN INFRASTRUKTUR 1. Umum

a) Kegiatan pembangunan infrastruktur KOTAKU secara substansi bermakna sebagai media pembelajaran untuk menumbuh kembangkan kemampuan serta proses bekerja dan belajar masyarakat dalam pembangunan kawasan permukiman yang lebih baik, khususnya dalam pelaksanaan dan pengelolaan kegiatan sarana prasarana dan utilitas umum (fisik). Sehingga hasil dari pembangunan ini akan mewujudkan lingkungan perumahan dan permukiman yang sehat, aman, serasi, teratur, selaras dan lestari yang menjunjung nilai-nilai budaya lokal;

b) Setiap kegiatan infrastruktur yang direncanakan dan dibangun harus benar-benar menjadi prioritas utama bagi penataan kawasan permukiman yang langsung dirasakan manfaatnya oleh masyarakat setempat;

(14)

4 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU

c) Implementasi pembangunan infrastruktur skala lingkungan harus difokuskan pada lokasi kawasan kumuh prioritas sehingga penanganan pada lokasi tersebut dapat tuntas;

d) Setiap kegiatan infrastruktur harus direncanakan dan dilaksanakan dengan umur konstruksi sekurang-kurangnya selama 5 tahun;

e) Untuk kegiatan infrastruktur yang berskala Kelompok, maka calon pemanfaat dapat mengorganisasi diri dalam KSM/Panitia dan bertindak sebagai pelaksana kegiatan fisik. Untuk kegiatan infrastruktur yang berskala publik/umum, maka BKM/LKM dapat membentuk satu atau lebih Panitia selaku pelaksana kegiatan yang bertanggungjawab langsung kepada BKM/LKM dan dalam melaksanakan lingkup kerjanya, KSM/Panitia akan dikelola oleh unit pengelola kegiatan lingkungan (UPL); f) Setiap kegiatan sarana dan prasarana yang direncanakan dan dibangun harus

memenuhi persyaratan kelayakan/standar teknis bangunan, peraturan yang berlaku, memberikan manfaat bagi semua (universal accsess) dan merupakan prioritas hasil perencanaan masyarakat/pemda yang tertuang dalam dokumen Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-KP) dan atau Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) Kelurahan/Desa;

g) Setiap kegiatan infrastruktur yang akan direncanakan dan dibangun harus memenuhi penyaringan kelayakan lingkungan. Untuk usulan kegiatan infrastruktur yang memerlukan UKL/UPL maka hanya dapat dibangun setelah dokumen UKL/UPL selesai dan telah mendapat persetujuan pihak-pihak terkait sesuai peraturan yang berlaku. Penyusunan UKL/UPL merupakan tanggungjawab pemerintah kab/kota. Untuk kegiatan yang tidak memerlukan UKL/UPL maka wajib memenuhi kriteria seleksi yang ditetapkan dalam ketentuan pengamanan dampak lingkungan dan sosial yang ditetapkan dalam Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Dampak Lingkungan dan Sosial program KOTAKU dalam bentuk SPPL/SOP;

2. Kriteria Umum Prioritas Pemilihan Kegiatan Infrastruktur

a) Masyarakat/warga pemanfaat bersedia memelihara sarana dan prasarana yang dibangun;

b) Jenis kegiatan infrastruktur yang direncanakan dan dibangun adalah infrastruktur yang secara langsung berkontribusi mewujudkan kawasan permukiman yang layak huni, utamanya terkait penyelesaiaan permasalahan indikator kumuh;

c) Untuk jenis infrastruktur yang terintegrasi dengan infrastruktur skala kota seperti jaringan Jalan, Drainase, Sanitasi/Air Limbah, Persampahan, Air Bersih Perpipaan maka harus direncanakan dan dibangun dengan memperhatikan keterpaduan fungsi dan pelayanan bangunan sesuai dengan rencana infrastruktur skala kota;

(15)

d) Komponen infrastruktur yang akan dibangun harus benar-benar menjadi prioritas utama bagi penataan kawasan permukiman, memberikan dampak nyata terhadap perbaikan lingkungan permukiman yang ditata dan langsung dirasakan manfaatnya oleh masyarakat setempat;

e) Penyediaan tanah untuk lokasi pembangunan infrastruktur telah disediakan oleh masyarakat atau pemerintah kab/kota;

f) Tidak bertentangan dengan kegiatan yang dilarang oleh program, tidak menimbulkan Dampak Negatif (merusak) terhadap Lingkungan dan Sosial;

g) Tidak mempunyai masalah teknis yang berat dan dapat dilaksanakan oleh masyarakat dalam kurun waktu ditetetapkan sesuai ketentuan program;

h) Tidak tumpang tindih dengan yang dibangun oleh pemerintah, pemerintah daerah, swasta atau program lain;

i) Untuk menjamin keterpaduan pembangunan kegiatan infrastruktur, maka bagi kegiatan yang memerlukan dukungan (prasarana/sarana atau tenaga bantuan teknis) dari pemda/pihak ketiga lainnya agar dapat berfungsi atau dioperasikan maka hanya dapat disetujui setelah ada bukti komitmen yang pasti antara masyarakat (BKM/LKM) dengan pihak yang akan memberikan dukungan tersebut; j) Secara khusus, kriteria infrastruktur skala kelurahan sebagaimana tabel berikut:

Tabel D.2.J : Kriteria Infrastruktur Skala Kelurahan

No Kriteria SKALA LINGKUNGAN

1 Otoritas Kota Tidak termasuk dalam inventarisasi SKPD/Kota

2 Sistem Jaringan Jaringan tersier atau non jaringan 3 Cakupan Lokasi Dalam kawasan

4 Status Lahan Jelas & Sesuai Peruntukan RTRW

Ya

5 Teknologi Pelaksanaan Sederhana 6 Nilai Investasi Kecil 7 Dapat Dikerjakan Dalam 1 Tahun

Anggaran

Ya

8 Efektivitas Pengurangan Luasan Kumuh Besar 9 Dampak Lingkungan & Sosial Ditangani

(16)

6 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU

3. Kriteria Umum Pemilihan Teknologi Kegiatan Infrastruktur

a) Memberikan prioritas pada pembangunan infrastruktur yang menggunakan teknologi sederhana, sehingga pembangunan dan pemeliharaannya dapat dilakukan sendiri oleh masyarakat tanpa mendatangkan keahlian atau peralatan dari luar wilayah setempat;

b) Memberikan prioritas sebanyak-banyaknya penggunaan tenaga kerja setempat sesuai kualifikasi yang diperlukan;

c) Memberikan prioritas pemanfaatan bahan/material lokal yang memenuhi standar teknis/spesifikasi teknis;

d) Dalam pemilihan bahan bangunan, teknologi konstruksi dan pelayanan prasarana harus menerapkan kriteria keberlanjutan dari aspek sosial, ekonomi dan lingkungan serta harus mempertimbangkan kemungkinan bencana alam (tanggap bencana); e) Dapat dibangun dengan harga yang seimbang (tidak terlampau mahal atau dibawah

perkiraan biaya wajar);

f) Memenuhi standar teknis bangunan yang ditetapkan oleh pemerintah/instansi teknis terkait, seperti Pekerjaan Umum sehingga bangunan dapat menjamin Keselamatan (Kekuatan, Keamanan) dan Kesehatan warga pengguna, dapat berfungsi optimal serta tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan dan masyarakat (sosial);

g) Dalam penyelenggaraan infrastruktur skala lingkungan diperlukan inovasi dan kreatifitas yang dapat memberikan nilai tambah estetika sesuai dengan kondisi lokasi/lingkungan prasarana dan budaya setempat;

E. JENIS KEGIATAN INFRASTRUKTUR

Jenis kegiatan infrastruktur yang dibangun melalui Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) adalah infrastruktur yang secara langsung berkontribusi mewujudkan kawasan permukiman yang layak huni, utamanya terkait penyelesaiaan permasalahan 7+1 indikator kumuh. Implementasi penyelenggaraan infrastruktur sakala lingkungan harus terintegrasi dengan infrastruktur skala kota/jaringan infra kota dan difokuskan pada lokasi permukiman kumuh prioritas, sehingga penanganan pada lokasi tersebut dapat tuntas.

Sebagai wujud tanggungjawab bersama, pemerintah pusat melalui program KOTAKU mengalokasi sebagian kecil dari kebutuhan dana investasi upaya pencegahan maupun peningkatan kualitas permukiman kumuh. Untuk memenuhi keseluruhan kebutuhan dana investasi diharapkan dapat disediakan oleh pemerintah daerah, dunia usaha, masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya.

Pembangunan infrastruktur skala lingkungan umunya memerlukan perencanaan yang lebih sederhana, biaya yang tidak terlalu besar, teknologi sederhana, resiko kecil dan biaya

(17)

pemeliharaan yang kecil sehingga memungkinkan untuk laksanakan secara partisipatif dan swakelola oleh masyarakat dengan difasilitasi oleh Fasilitator kelurahan/desa. Pembangunan/rehabilitasi infrastruktur skala lingkungan perlu memperhatikan pembangunan infrastruktur skala kota, sehingga terjadi koneksitas antara kegiatan skala lingkungan dengan sistem kotanya.

Tabel E.1.: Jenis Sarana Prasarana

NO INDIKATOR JENIS SARANA PRASARANA

1 Kondisi Bangunan Hunian Rehab Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) *)

2 Jalan Lingkungan  Jalan Aspal/Hotmix (min.lebar perkerasan 1,5m)  Jalan Paving Blok (min.lebar perkerasan 1,5m)  Jalan Beton (min.lebar perkerasan 1,5m)  Jembatan (min.lebar perkerasan 1,5m)  Pedestrian

 Bangunan Pelengkap jalan seperti Gorong-gorong, Penahan Longsor, sal. samping jalan, dll

3 Saluran Air Hujan (Drainase Lingkungan)

 Saluran terbuka  Saluran tertutup  Sumur Resapan/Biopori

 Pompa Air/Pintu Air/Pengendali Banjir  Normalisasi Saluran

4 Pembuangan Air Limbah  Jamban Komunal  MCK  Septictank Komunal

 Saluran Pembuangan Air Limbah R.Tangga

 System Pengolahan Air Limbah Setempat/Terpusat 5 Penyediaan Air Minum  Sumur Gali/Pompa/Bor  Hidran/Kran Umum

 Penampung Air Hujan  Jaringan Air Bersih Perpipaan  Penangkap Mata Air

 Instalasi Pengolahan Air Sederhana

6 Pengelolaan Persampahan  Bangunan Pengelolaan Daur Ulang Sampah (Bank Sampah)

 Tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) pada skala lingkungan

 Tempat Penampungan Sampah (TPS) 3R  Gerobak/Motor Sampah

7 Pengamanan Bahaya Kebakaran

 Penyediaan Pasokan Air (Bak/Kolam penampungan air, Sumur Dalam/Hidran)

 Motor pemadam kebakaran  Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

8 Ruang Terbuka Publik  Ruang Terbuka Hijau (RTH)  Ruang Terbuka Non Hijau (RTNH) seperti prasarana olahraga, sarana bermain, dll

(18)

8 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU

Seluruh usulan kegiatan harus merupakan kegiatan prioritas berdasarkan hasil perencanaan masyarakat yang tertuang dalam dokumen Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) Kelurahan/Desa.

F.

PERAN PELAKU

Pelaksanaan pembangunan sarana dan prasarana lingkungan permukiman perlu didukung oleh berbagai pihak seperti BKM, UPL, serta masyarakat penerima manfaat langsung yaitu warga MBR dan warga sekitar. Sedangkan KSM/Panitia sebagai pelaksana pembangunanpun akan didukung peran sertanya oleh Fasilitator Kelurahan. Berikut ini penjelasan peran-peran pelaku pembangunan;

1. Peran BKM

a). Menandatangani Surat Perjanjian Kerjasama (SPK) pelaksanaan kegiatan dengan PPK;

b). Melakukan seleksi guna menyediakan Tenaga Ahli Penyunanan DED;

c). Membentuk TIPP yang akan mendukung tugas-tugas UPL dalam kegiatan perencanaan;

d). Membentuk/menetapkan KSM/Panitia Pelaksana Kegiatan Infrastruktur;

e). Membuat Surat Perjanjian Pemanfaatan Dana Lingkungan (SPPD-L) dengan KSM/Panitia pelaksana kegiatan Lingkungan;

f). Melaksanakan pencairan dana kepada Tenaga Ahli Penyusunan DED dan KSM/Panitia Pelaksana Fisik;

g). Melakukan serahterima hasil pekerjaan baik produk perencanaan teknis maupun fisik hasil kegiatan BKM kepada PPK;

h). Memfasilitasi Serahterima Pengelolaan Pemanfaatan dan Pemeliharaan Infrastruktur yang telah dibangunnya dari Pemda/Pemerintah Desa/Kel kepada KPP dan

i). Memfasilitasi penyelesaian permasalahan yang mungkin muncul ditingkat kelurahan, termasuk memberikan sanksi/peringatan kepada KSM/Panitia atas pelanggaran pemanfaatan dana dan atau pelanggaran atas ketentuan-ketentuan dalam SPPD-L. 2. Peran UPL

a). Mengkoordinir TIPP dalam proses penyusunan perencanaan teknis;

b). Memastikan seluruh produk perencanaan teknis sesuai persyaratan yang ditetapkan dan selesai tepat waktu;

c). Memfasilitasi pembentukan Kelompok Pemanfaat dan Pemelihara (KPP), termasuk Rencana Kerjanya;

d). Menyelenggarakan Musyawarah Persiapan Pelaksanaan Konstruksi (MP2K) bagi semua KSM/Panitia;

e). Bersama Faskel/Askot Infra memfasilitasi kegiatan Coaching atau On The Job

(19)

f). Memfasilitasi dan memverifikasi administrasi pencairan dana kepada KSM/Panitia pelaksana fisik (RPD, LPD, BA Pembayaran);

g). Merekomendasi dan memfasilitasi pencairan dana kepada KSM/Panitia;

h). Memfasilitasi, mengawasi dan mengkoordinir seluruh pelaksanaan kegiatan KSM/Panitia termasuk memberikan penguatan teknik konstruksi maupun administrasi kegiatan;

i). Menyelenggarakan rapat-rapat evaluasi rutin bersama KSM/Panitia untuk mengevaluasi kemajuan kegiatan infrastruktur dan mendorong upaya-upaya percepatan penyelesaiaan kegiatan lapangan;

j). Bersama Faskel Teknik dan KSM/Panitia melakukan Opname pekerjaan dilapangan; k). Memfasilitasi penyusunan dan memverifikasi laporan-laporan Kegiatan KSM/Panitia

(Harian, Mingguan, Bulanan, LPJ, termasuk photo2 dokumentasi);

l). Memfasilitasi dan merekomendasikan perubahan (amandemen) SPPD-L akibat adanya perubahan pekerjaan dilapangan (bila ada)

m). Membuat dan menyampaikan laporan perkembangan kemajuan pekerjaan Infrastruktur kepada BKM;

n). Memastikan semua infrastruktur memenuhi persyaratan teknis (tepat mutu), dapat diselesaikan tepat waktu, tepat biaya dan tertib administrasi;

o). Bersama Fasilitator Teknik/Askot Infrastruktur melakukan Verifikasi Kelayakan proposal KSM/Panitia (termasuk membuat Berita Acara Verifikasi);

p). Bersama Fasilitator Teknik/Askot Infrastruktur, pihak proyek (Tim PPK) dan pihak KSM/Panitia melakukan Sertifikasi Kegiatan (termasuk membuat BAP2-nya);

q). Memfasilitasi terealisasinya swadaya masyarakat dan

r). Memfasilitasi penyelesaian permasalahan yang mungkin muncul ditingkat kelurahan, termasuk merekomendasikan sanksi/peringatan atas pelanggaran pemanfaatan dana dan atau pelanggaran atas ketentuan-ketentuan dalam SPPDL. 3. Peran TIPP

Peran utama TIPP adalah membantu UPL dalam pelaksanaan perencanaan teknis, sehingga tugas-tugas TIPP adalah tugas yang juga dijalankan UPL meliputi:

a). Bersama UPL Memfasilitasi penyusunan prioritas investasi infrastruktur kelurahan sesuai dengan kriteria prioritas yang telah ditetapkan;

b). Memfasilitasi penyediaan lahan lokasi proyek infrastruktur dan perijinan-perijinan pembangunan yang diperlukan;

c). Menyusun perencanaan teknis kegiatan infrastruktur dan melakukan konsultasi untuk verifikasi kelayakannya pada Pokaj/SKPD/Dinas teknis terkait diwilayah setempat;

d). Memfasilitasi koordinasi untuk keterpaduan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan dengan berbagai pihak terkait;

e). Memfasilitasi pembentukan Organisasi Pengelola O dan P (termasuk penyusunan Rencana Kerja dan Kesepakatan Pembiayaannya);

(20)

10 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU

f). Memfasilitasi pembentukan/pengembangan KSM/Panitia pelaksana pembangunan infrastruktur;

g). Memfasilitasi Coaching penyusunan proposal dan pengorganisasian pelaksanaannya bagi KSM/Panitia dan

h). Memverifikasi kelayakan usulan proposal kegiatan KSM/Panitia. 4. Peran KSM/PANITIA

a). Mengelola kegiatan infrastruktur yang menjadi tanggunjawabnya secara transparan dan dapat dipertanggung jawabkan;

b). Mengikuti coaching/OJT yang dilaksanakan UPL/faskel baik terkait teknis infrastruktur, administrasi maupun pembukuan keuangan KSM/Panitia;

c). Menyusun Proposal Kegiatan sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh BKM;

d). Menyampaikan Jadwal Kerja, Rencana Pengadaan Bahan/Alat, Rencana Tenaga Kerja, Tim Pelaksana Kegiatan yang lebih rinci kepada UPL sebelum dilaksanakan MP2K;

e). Membuat Papan Nama/Informasi Proyek sehingga dapat diketahui oleh masyarakat umum;

f). Membangun prasarana dengan kualitas baik, tepat waktu, tepat biaya dan tertib administrasi sesuai ketentuan dalam dokumen SPPDL;

g). Menyediakan Tenaga Pelaksana Lapangan yang memahami pekerjaan fisik (minimal kualifikasi Mandor) dilokasi pekerjaan selama proses pembangunan;

h). Membuat seluruh administrasi proyek yang dipersyaratkan, termasuk photo-photo, laporan kemajuan dan laporan pertanggungjawaban kegiatan dan mengarsipkannya;

i). Menyediakan tenaga kerja, bahan, alat sesuai kualitas yang dipersyaratkan, melakukan penggantian atau perbaikan bagian prasarana yang diperintahkan oleh konsultan/UPL;

j). Memenuhi seluruh swadaya yang diusulakan dalam proposal kegiatan dengan tetap menjamin kualitas sesuai persyaratan yang ditetapkan;

k). Mendorong pelibatan masyarakat sebanyak-banyaknya dalam pelaksanaan kegiatan dan

l). Aktif melakukan penyelesaian permasalahan yang mungkin muncul akibat pelaksanaan kegiatannya.

5. Peran KPP

Pengelola O&P/KPP bertindak selaku penggerak utama kegiatan atau penanggungjawab O&P. Secara umum perannya adalah :

a). Terlibat aktif dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan fisik infrastruktur melalui KSM/Panitia atau bersama Kader Teknis membantu UPL dalam Pengendalian Pelaksanaan konstruksi yang dilakukan oleh KSM/Panitia;

b). Membangun peningkatan kesadaran dan kontribusi warga untuk melakukan pemeliharaan prasarana secara bersama sama;

(21)

c). Menyusun rencana pemanfaatan prasarana

d). Menyusun rencana pemeliharaan, perbaikan, dan peningkatan pembangunan prasarana;

e). Mengorganisasikan kegiatan pemanfaatan, pemeliharaan, perbaikan dan peningkatan pembangunan prasarana;

f). Melaksanakan Rencana Kerja O dan P;

g). Membuat laporan pertanggungjawaban kerja Pengelolaan Sarana dan Prasarana yang menjadi tanggungjawabnya dan

h). Melakukan kerjasama kemitraan dengan pemerintah desa/kelurahan, Dinas/Instansi terkait dan pihak swasta atau lainnya guna meningkatkan peroleh pembiayaan pemeliharaan atau pengembangan layanan prasarana.

6. Peran Relawan/Kader Teknis

Kader Teknis adalah relawan yang mempunyai pemahaman dan keterampilan teknis terkait pelaksanaan infrastruktur, seperti mandor/tukang bangunan, STM Bangunan, dll. Peran utama Kader Teknis adalah membantu UPL dalam pelaksanaan pengelolaan pelaksanaan fisik yang dibangun oleh KSM/Panitia, sehingga tugas-tugas Kader Teknis adalah tugas yang juga dijalankan UPL meliputi:

a). Memfasilitasi penyusunan prioritas investasi infrastruktur kelurahan sesuai dengan kriteria prioritas yang telah ditetapkan;

b). Memfasilitasi penyediaan lahan lokasi proyek infrastruktur dan perijinan-perijinan pembangunan yang diperlukan;

c). Memfasilitasi koordinasi untuk keterpaduan pelaksanaan kegiatan dengan berbagai pihak terkait;

d). Memfasilitasi pembentukan Organisasi Pengelola O dan P/KPP (termasuk penyusunan Rencana Kerja dan Kesepakatan Bersama);

e). Memfasilitasi pembentukan/pengembangan KSM/Panitia pelaksana pembangunan infrastruktur;

f). Membantu UPL memfasilitasi penyusunan proposal dan pengorganisasian pelaksanaannya bagi KSM/Panitia dan

g). Membantu UPL dalam pengawasan/pengendalian kualitas, waktu, biaya, kemajuan dan tertib administrasi pelaksanaan kegiatan KSM/Panitia.

G. TAHAP PERENCANAAN TEKNIS

Kegiatan perencanaan teknis secara substansi bermakna sebagai media pembelajaran untuk menumbuh kembangkan kemampuan serta proses bekerja dan belajar masyarakat dalam merencanakan pembangunan lingkungan permukiman diwilayahnya, khususnya dalam pengelolaan kegiatan perencanaan kawasan permukiman. Sehingga hasil dari pembangunan ini akan mewujudkan lingkungan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan yang menjunjung nilai-nilai budaya lokal.

(22)

12 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU

Pelaksanaan perencanaan teknis dalam mekanisme kegiatan skala lingkungan KOTAKU merupakan kegiatan lanjutan dari tahapan perecanaan penyusunan Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP). Perencanaan Teknis adalah penyusunan DED dari prioritas rencana tahunan RPLP itu sendiri.

Secara umum mekanisme perencanaan teknis mencakup dua tahapan yaitu Persiapan Perencanaan Teknis dan Pelaksanaan Perencanaan

Tahapan pelaksanaan kegiatan-kegiatan perencanaan teknis tersebut dijelaskan seperti pada gambar gambar 1. Diagram alir Perencanaan Teknis kegiatan Infrastruktur. Secara rinci pelaksanaan setiap kegiatan dapat diuraikan sebagai berikut:

1.

Tahap Persiapan Perencanaan Teknis

Sebagai dasar pelaksanaan DED adalah adanya Surat Perjanjian Kerjasama (SPK) antara BKM dengaan PPK, dan tersusunnya dokumen RPLP, khususnya Program Prioritas Tahunan. Dari Program Prioritas Tahunan tersebut diperoleh data/informasi kegiatan infrastruktur yang akan disusun DEDnya.

a) Seleksi Tenaga Ahli Perencana (Penyusun DED)

BKM dengan difasilitasi oleh konsultan pendamping melakukan seleksi penyediaan tenaga ahli untuk membantu pelaksanaan kegiatan perencanaan teknis. Jumlah personil dan kualifikasi serta-tugas-tugasnya sebagaimana ditetapkan dalam dokumen seleksi. Hasil seleksi ini kemuadian BKM membuat perjanjian kerjasama dengan tenaga ahli terpilih.

b) Coaching/Penguatan TIPP

UPL bersama Tenaga ahli perencanaan teknis dan fasilitator memfasilitasi dan menyelenggarakan coaching/penguatan bagi anggota TIPP, terutama terkait pengorganisasian dan peningkatan pemahaman/keterampilan dalam melaksanakan tugas-tugas perencanaan teknis yang menjadi tanggungjawabnya.

(23)
(24)

14 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU

2.

Tahap Pelaksanaan Perencanaan Teknis

a)

Penyediaan Lahan

Untuk mewujudkan bangunan infrastruktur, tentunya diperlukan ketersediaan lahan/tanah (termasuk bangunan/tanaman produktif/aset berharga lainnya yang terkena) sebagai lokasi pembangunannya. Sementara disisi lain, tanah memiliki sifat yang terbatas dan keberadaannya dilindungi oleh hukum. Tidak ada pihak manapun yang diperkenankan membangun tanpa seijin pemilik tanah karena bukti kepemilikan diakui secara sah dalam hukum. Dan jika terjadi pelanggaran (membangun diatas tanah tanpa seijin pemiliknya) maka pihak yang melakukan pelanggaran akan dikenai sanksi sesuai ketentuan hukum yang berlaku.

Oleh karena itu, program KOTAKU menempatkan kegiatan penyediaan lahan untuk lokasi pembangunan infrastruktur sebagai bagian penting yang tak terpisahkan dari proses pembangunan infrastruktur tersebut. Kegiatan ini dilakukan oleh masyarakat sejak awal penyiapan kegiatan pembangunan infrastruktur.

Keluaran Kegiatan yang diharapkan, antara lain adalah :

(1) Tersedia lahan yang sesuai kebutuhan bangunan yang diinginkan (dan mendukung tercapainya mutu/manfaat bangunan);

(2) Pemilik/warga yang terkena dampak pembangunan termasuk penduduk asli disekitarnya, terlibat dalam proses pengambilan keputusan dan memahami sepenuhnya konsekuensi/akibat-akibat penyediaan lahan tersebut bagi dirinya;

(3) Kepuasan pemilik/warga yang terkena dampak atas terselesaikannya persyaratan-persyaratan atau tuntutan yang diinginkan, seperti kompensasi/ganti rugilainnya (bila ada);

(4) Adanya bukti-bukti administratif yang benar dan lengkap, mencakup 1). proses musyawarah (Daftar Hadir, Notulen, BA) dan 2). Hasil Kesepakatan persetujuan lahan dari pemilik. sesuai cara penyediaan lahannya, seperti Surat Pernyataan Kontribusi lahan (Hibah/Ijin Pakai/Dilalui/Gantirugi), Surat Permohonan Pelepasan Hak Milik, Bukti/Kuitansi Ganti rugi (bila ada),

Beberapa prinsip dalam proses penyediaan lahan adalah :

(1) Menghindarkan atau meminimalkan adanya dampak sosial bagi masyarakat, termasuk bagi penduduk asli setempat;

(2) Transparan, semua pihak (termasuk yang terkena dampak/pemiliknya) dapat mengetahui dan memahami semua informasi yang ada termasuk konsekuensi atau akibat-akibatnya,

(3) Partisipatif, melibatkan semua pihak (termasuk yang terkena dampak/pemiliknya) dalam proses/forum pengambilan keputusannya;

(25)

(4) Akuntabel/dapat dipertanggungjawabkan, bahwa semua proses dilakukan secara benar sesuai ketentuan yang berlaku, proses didokumentasikan dan hasil-hasil kesepakatan/keputusan dibuat secara tertulis dan dihadapan saksi-saksi.

Cara kontribusi Lahan, dapat dilakukan melalui :

(1) Hibah, kontribusi secara sukarela yang disertai dengan pelepasan hak milik dari pemiliknya kepada pihak lain tanpa ada batas waktu tertentu (selamanya);

(2) Ijin pakai, kontribusi secara sukarela tanpa disertai pelepasan hak milik dari pemiliknya kepada pihak lain dan hanya dalam kurun waktu tertentu;

(3) Ijin dilalui, pada prinsipnya sama dengan ijin pakai, hanya disini bahwa pemilik masih tetap diperbolehkan memanfaatkan tanah tersebut sepanjang tidak merusak kepentingan pihak yang diberi ijin. Contoh sederhana adalah ijin pemasangan pipa air bawah tanah yang melewati pekarangan rumah warga, dimana pemilik masih diperbolehkan memanfaatkan tanah tersebut (bagian atas/permukaannya) sebagai tempat lalulintas orang atau ternaknya, dll.

Dalam penyediaan lahan ini, bentuk kontribusi warga dapat berupa tanah, tanaman produktif atau aset lain didalamnya dan tidak harus melalui satu cara yang digunakan, tetapi dapat merupakan kombinasi dari kesemua cara dan pola tersebut diatas. Khusus untuk proyek yang bersifat rehabilitasi/peningkatan bangunan lama dimana tidak memerlukan lahan baru atau diatas tanah desa/kelurahan maka Surat Kontribusi Tanah cukup dibuat Surat Pernyataan Penggunaan Lahan dari Pemerintah Kelurahan/Desa setempat;

Proses pelaksanaan kegiatan ini dilakukan secara partisipatif. Khusus untuk penyediaan lahan yang melibatkan proses pengurusan Surat Pemisahan Hak dari Pejabat Pembuat Akta Tanah/Instansi lain yang berwenang setempat yang memerlukan waktu yang cukup panjang maka administrasi ini boleh tidak tidak menjadi persyaratan memulai pelaksanaan pembangunan fisik tetapi tetap harus disediakan dan diharapkan dapat rampung sebelum pemanfaatan prasarana.

Contoh bentuk Pernyataan penyediaan Lahan mengacu pada Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan dampak Sosial KOTAKU (lampiran 6,7 dan 8).

b)

Survey dan Investigasi (1) Survey Teknis

Sebelum dilakukan penyusunan desain bangunan maka terlebih dahulu harus dilakukan Survey teknis. Sasaran survey teknis ini adalah untuk mendapatkan data-data/informasi kondisi/situasi awal lokasi pembangunan infrastruktur yang sebenarnya. Jenis data/informasi yang diperlukan tergantung pada jenis infrastruktur yang akan dibangun, seperti : kondisi fisik lokasi (luasan, batas-batas, topografi), kondisi tanah (keras/lunak), keadaan air tanah, peruntukan lahan, rincian penggunaan lahan, perkerasan, penghijauan, dll.

(26)

16 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU

Data-data/informasi tersebut selanjutnya akan dipergunakan dalam menentukan desain/rancangan dan gambar rencana bangunan yang akan dibangun.

Pelaksanaan Survey ini dilakukan secara partisipatif dengan melibatkan warga. Oleh karena itu, sebelum melakukan survey, relawan/masyarakat yang akan terlibat perlu dibekali dengan pemahaman teknik dan diorganisasi, terutama mencakup :

(a).

Jadwal, Urutan kegiatan, cara pelaksanaan dan hasil Survey yang akan diperoleh;

(b). Cara penggunaan formulir survey dan cara penggunaan alat survey yang akan

digunakan;

(c).

Kebutuhan dan penyediaan peralatan dan instrument yang dibutuhkan, seperti : patok-patok, meteran, formulir suirvey, peta desa, dll;

Apabila jenis kegiatan yang akan disurvey cukup banyak maka sebaiknya TIPP/relawan dibagi atas beberapa tim kerja sehingga proses survey dapat berlangsung lebih efektif. Perlu menjadi perhatian juga sebelum melakukan survai untuk perencanaan, harus dilakukan konsultasi awal dengan pemerintah setempat (Lurah/Kepala Desa). Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan suatu koordinasi yang sebaik-baiknya dengan pihak Institusi, sehingga pekerjaan perencanaan ini tidak akan mendapatkan rintangan. Selain itu beberapa hal yang harus disurvey adalah:

(2) Lokasi Titik Awal dan Akhir

Pada kegiatan survey teknis ini, selain memastikan lokasi kegiatan juga menentukan titik awal kegiatan dan titik akhir kegiatan, sekaligus membuat dokumentasi/photo awal (0%) pada lokasi yang akan dibangun Infrastruktur. Jumlah titik lokasi yang didokumentasikan/dipotret disesuaikan dengan kondisi lapangan dan jenis infrastruktur yang akan dibangun, misalnya untuk jalan/drainase/saluran irigasi/air bersih perpipaan dapat diambil pada beberapa titik lokasi (awal, tengah dan ujung akhir atau tempat lain yang dianggap penting), sedangkan untuk bangunan seperti MCK, jembatan, air bersih non perpipaan, rehab perumahan/pendidikan/kesehatan, dll, cukup diambil dari sisi yang berbeda yaitu sisi depan, samping atau belakang. Penting untuk diperhatikan bahwa titik lokasi dan arah pengambilan gambar kondisi 0% ini, nantinya akan menjadi dasar pengambilan gambar pada saat pelaksanaan konstruksi kondisi 50% dan 100%.

(3) Kondisi Lahan (Struktur Tanah)

Struktur tanah adalah susunan atau agregasi partikel-parikel primer tanah (pasir, debu, liat) secara alami menjadi berbagai kelompok partikel yang satu sama lain berbeda dalam ukuran dan bentuknya, Jenis tanah dan kondisi tanah yang terdapat pada suatu wilayah memengaruhi perencanaan infrastruktur. Setiap wilayah memiliki jenis dan kondisi tanah yang berbeda. Perbedaan ini turut memengaruhi pergerakan serta Perlu menjadi perhatian agar pemilihan lokasi kegiatan harus memberikan kemudahan akses dalam pemanfaatan infrastruktur bagi semua pengguna (Difabel, Lansia, Anak-anak, ibu-ibu hamil, dll).

(27)

stabilitas tanah. Sebab, semakin padat tanah, maka semakin tahan pula bangunan diatasnya. Sebaliknya bila jenis tanahnya memiliki sifat rapuh, maka tanah akan mudah bergerak.

Dengan mengetahui kondisi struktur lahan yang ada, maka perencanaan infrastruktur akan menyesuaikan kondisi struktur lahan yang ada.

(4) Kondisi eksisting Infrastruktur yang ada

Dalam melaksanakan survey teknis ini, juga dilakukan survey kondisi infrastruktur yang ada, apakah kondisi rusak ringan, rusak sedang atau rusak berat, bisa juga dari fungsinya, apakah masih berfungsi dengan baik, kurang berfungsi atau bahkan sudah tidak berfungsi, atau bahkan kondisi yang ada masih alami, seperti jalan tanah, sehingga akan mempengaruhi perencanaan yang dibuat.

Selain survey teknis prasarana juga perlu dilakukan survey ketersediaan tenaga kerja/bahan/alat. Hal ini untuk membantu dalam pemilihan teknologi konstruksi yang akan dipergunakan dimana sedapat mungkin menggunakan konstruksi/bahan lokal yang berkualitas dan konstruksi yang mudah dilaksanakan oleh masyarakat/tenaga kerja setempat.

(5) Harga Satuan Upah/Bahan/Alat

Untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pemanfaatan dana kegiatan maka harga-harga satuan upah/bahan/alat yang akan dipergunakan harus merupakan hasil survey sekurang-kurangnya dari 3 toko/pemasok setempat/terdekat. Hasil survey tersebut selanjutnya dipilih harga terendah dan disepakati bersama melalui rembug warga.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan sehubungan dengan penggunaan dari hasil survey Harga satuan Bahan/Alat, antara lain :

(a).

Ukuran satuan, Harga Bahan dari pemasok harus dinyatakan sesuai dengan satuan pengukuran bahan/alat untuk RAB. Apabila dijumpai bahan yang harganya belum sesuai maka perlu dilakukan penyesuaian. Misalnya pasir, yang dijual oleh pemasok per mobil angkutannya maka diperhitungkan dengan cara : Harga 1 m3 pasir sama dengan harga 1 mobil tersebut dibagi dengan volume/isi bak mobil (panjang (m) x lebar (m) x tinggi (m)). Ukuran bak mobil penuh (sesuai harga pemasok) harus ditanyakan/dicek langsung pada toko pemasok tersebut. Perlu diperhatikan bahwa setiap toko/pemasok menggunakan mobil yang ukuran baknya berbeda-beda dan harganya juga mungkin berbeda.

(b). Harga satuan bahan/alat harus merupakan harga sampai dilokasi proyek, apabila

dijumpai harga yang dinyatakan oleh toko tidak termasuk transport sampai dilokasi proyek maka harga satuan tersebut harus disesuaikan. Hal ini dapat dihitung dengan menjumlahkan harga satuan (yang dinyatakan oleh toko tanpa diantar)

(28)

18 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU

ditambah biaya/ongkos tarnsportasi material tersebut sampai dilokasi pekerjaan. Secara sederhana perhitungannya dapat menggunakan rumus berikut:

Adapun data/informasi yang perlu ditanyakan pada saat survey harga adalah harga satuan dasar, biaya transportasi sampai dilokasi proyek. Selain itu perlu juga diketahui jumlah stok material yang ada, tatacara pembayaran, termasuk nama yang ditemui. Seluruh informasi tersebut dicatat pada formulir survey harga. Khusus upah, selain informasi dari calon tenaga kerja setempat juga dapat menggunakan sumber informasi yang ditetapkan oleh instansi pemerintah terkait atau Upah Minimum Regional (UMR)/setempat. Seluruh informasi hasil kegiatan tersebut dicatat sekaligus untuk dilaporkan/disampaikan pada rembug kesepakatan harga nantinya.

(6) Rembug ”Kesepakatan Harga” Hasil Survey

Hasil Survey Harga Satuan Upah/Bahan/Alat yang telah dilaksanakan sebelumnya, harus disepakati bersama oleh warga melalui Rembug atau Musyawarah warga.

Sasaran kegiatan adalah untuk menyepakati besarnya nilai harga satuan tiap jenis tenaga kerja, bahan/alat yang dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan. Adapun Indikator keluarannya adalah Kesepakatan harga upah/bahan/alat dibuat dalam Berita Acara Kesepakatan dan ada Daftar Hadir Peserta Rembug;

Beberapa Ketentuan Penetapan Harga Satuan yang harus diperhatikan :

(a).

Harga Upah Tenaga Kerja, paling tinggi sama dengan upah standar yang ditetapkan oleh Instansi Pemerintah Setempat atau UMR yang berlaku untuk wilayah bersangkutan.

(b).

Bahan/Alat, pada prinsipnya dipilih bahan yang berkualitas baik sesuai spesifikasi teknis, dengan harga yang termurah/terendah diantara minimal 3 Toko/Pemasok setempat yang di Survey;

(c).

Harga Satuan Dasar Bahan/Alat yang dipilih harus sudah merupakan harga sampai dilokasi proyek (termasuk ongkos angkut bila ada);

(d).

Sebagai pembanding Harga Satuan hasil survey, maka digunakan Harga satuan Kabupaten/Kota yang dikeluarkan oleh Instansi pemerintah setempat. Apabila terdapat Harga Satuan Bahan/Alat Terpilih lebih besar dari Harga Satuan Kabupaten/Kota maka Harga Satuan Terpilih tersebut harus di Justifikasi/ada perincian alasannya yang realistis.

(e).

Apabila dalam 1 (satu) kelurahan/desa terdapat lebih dari 1 (satu) kegiatan/prasarana maka harga satuan dasar (bahan/upah/alat) yang digunakan

HARGA SATUAN BAHAN/ALAT (Rp) = Biaya Satuan Transportasi Bahan/Alat sampai dilokasi Harga Satuan Bahan/Alat yang

dinyatakan oleh Toko/pemasok tanpa diantar (Harga Satuan Dasar) +

(29)

haruslah satu/tidak berbeda-beda. Dalam hal berbeda karena tingkat kesulitan akses kelokasi kegiatan maka harus dibuat justifikasi yang disepakati bersama.

c)

Pembuatan Desain, Gambar-Gambar Dan Spesifikasi Teknis

Persyaratan utama suatu infrastruktur yang dibangun adalah terpenuhinya mutu/manfaat bangunan tersebut sebagaimana yang dikehendaki. Oleh karena itu siapapun yang menginginkan suatu bangunan, perlu menentukan syarat penggunaan seperti apa yang diinginkannya dari bangunan tersebut.

Membuat Desain, Spesifikasi dan Gambar-gambar perencanaan teknik, secara sederhana dapat dikatakan sebagai upaya untuk menentukan persyaratan bangunan yang diinginkan agar bangunan dapat berfungsi baik, menjamin keselamatan (keamanan/kekuatan termasuk kenyamanan) dan kesehatan masyarakat penggunanya.

Dalam praktek pengelolaan proyek infrastruktur, lazimnya pernyataan-pernyataan tentang mutu bangunan dituangkan secara tertulis dan dalam proses penyusunannya diawali dari proses Desain/perancangan, Gambar-gambar dan Spesifikasi Teknis, kemudian diuraikan juga secara terbatas dalam Daftar Kuantitas (jenis pekerjaan dan volumenya), RAB (jenis pekerjaan dan volume yang diperhitungkan/dibiayai) dan Surat Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan seperti SPPD-L. Kemudian pada tahap pelaksanaan pembangunannya, semua dokumen tersebut menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan sebagai pedoman mewujudkan mutu bangunan.

Selain itu, mengingat bahwa wujud bangunan sebagai tujuan bersama masih merupakan sesuatu yang akan datang atau masih bersifat belum nyata maka dokumen-dokumen tersebut sangatlah penting keberadaanya sejak awal hingga akhir proyek, sebagai media komunikasi yang sangat penting bagi semua orang yang berkepentingan, khususnya bagi semua orang yang membutuhkan bangunan tersebut dan yang akan melaksanakan pembangunanannya sehingga memperoleh pemahaman yang sama tentang wujud tujuan itu (tidak hanya ada dalam bayangan sang perencana/orang-perorangan yang mengusulkan saja).

Sasaran kegiatan ini adalah untuk menentukan persyaratan mutu sesuai kriteria dan persyaratan teknis bangunan. Adapun indikator keluarannya, adalah :

(1). Diketahuinya tingkat pelayanan prasarana (siapa/apa dan berapa banyak yang menggunakan) sesuai kebutuhan, termasuk mengetahui apakah ada keterkaitan kesatuan fungsi pelayanan dengan infrastruktur lainnya);

(2). Diketahuinya kelengkapan system/komponen bangunan sesuai standar teknis bangunan tersebut;

(3). Adanya perhitungan dimensi konstruksi sesuai tingkat pelayanan (bila perlu), termasuk bila kondisi tanah dasar jelek;

(4). Diketahuinya tataletak (termasuk keadaan sekitar) dimana bangunan akan dibuat sesuai kebutuhan;

(30)

20 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU

(5). Diketahuinya ukuran-ukuran bagian bangunan/konstruksi secara detail, seperti tebal plesteran; ukuran daun pintu, ukuran balok/kolom, ukuran papan lantai jembatan, tebal plat beton jembatan/gorong-gorong, Dinding pasangan ½ bata/Batako, dll, sesuai persyaratan teknis bangunan;

(6). Diketahuinya ukuran-ukuran pokok bangunan (panjang, tinggi/kedalaman, lebar/diameter), termasuk bangunan pelengkap sesuai persyaratan teknis bangunan (bila ada);

(7). Diketahuinya bidang-bidang mana yang terletak dimuka, sampaing kiri/kanan dan belakang bangunan sesuai persyaratan teknis bangunan;

(8). Diketahuinya perbandingan campuran yang digunakan, misalnya plesteran campuran 1 semen : 4 pasir; pondasi pasangan batu kali camp. 1: 4, beton campuran 1 semen : 2 pasir : 3 kerili, pasangan bata/Batako camp 1sm : 5psr dll, sesuai persyaratan teknis bangunan;

(9). Diketahuinya jenis bahan yang digunakan, misalnya Kuda-kuda/gelagar/lantai kayu kelas II, atap seng/genteng beton, dll.

(a).

Desain, berdasarkan hasil Survey kondisi lapangan dimana bangunan akan dibuat dan persyaratan/kriteria desain bangunan yang telah ditetapkan maka dipilih alternatif-alternatif desain/rancangan bangunan yang sesuai. Dalam pemilihan desain ini juga harus telah mempertimbangkan kemungkinan dampak lingkungan yang muncul akibat dari pelaksanaan pekerjaan nanti. Bila bangunan yang dikehendaki cukup kompleks atau kondisi tanah jelek maka seringkali dibuat perhitungan konstruksi untuk memperoleh ukuran/komposisi suatu konstruksi guna menjamin keamanan bangunan. Hasil Desain ini kemudian dituangkan dalam Gambar-Gambar teknik/gambar perencanaan.

Kriteria desain untuk setiap jenis infrastruktur yang direncanakan harus mengacu pada kriteria desain standar yang dikeluarkan oleh Departemnen Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat atau instansi teknis terkait lainnya.

Perlu menjadi perhatian agar pemilihan rancangan konstruksi:

 Harus memastikan terpenuhinya seluruh persyaratan kelengkapan komponen bangunan untuk menjamin keselamatan (keamanan/kekuatan termasuk kenyamanan) dan kesehatan masyarakat penggunanya, termasuk akses jalan keluar/masuk bangunan. Khusus konstruksi Jalan Beton minimal menggunakan campuran 1sm :2ps :3kr atau diupayakan menggunakan paving blok/sejenisnya dengan kualitas memenuhi persyaratan teknis.

 Harus memberikan kemudahan akses dalam pemanfaatannya bagi semua pengguna (Difabel, Lansia, Anak-anak, ibu-ibu hamil, dll).

(31)

(b).

Spesifikasi Teknis, dibuat untuk memberikan informasi lebih lengkap mengenai persyaratan-persyaratan teknis dan ketentuan-ketentuan pelaksanaan pekerjaan/bangunan yang ingin diwujudkan tersebut. Spesifikasi Teknis merupakan dokumen persyaratan teknis/standar bangunan yang secara garis besarnya berisi : uraian penjelasan dari tiap jenis pekerjaan (lingkup kegiatan), komposisi campuran, persyaratan material/peralatan, ketentuan/peraturan terkait yang harus diikuti, Metode Pelaksanaan, Cara pengukuran pekerjaan, dll).

(c).

Gambar-gambar, berdasarkan desain/sketsa hasil perhitungan dan spesifikasi teknis ini, lalu dibuat gambar-gambar teknis bangunan dimana sering gambar-gambar tersebut dicantumkan juga hal-hal penting yang berkenaan dengan mutu prasarana tersebut.

Terdapat beberapa macam gambar rencana yang dibuat pada tahap ini, yaitu:  Gambar Peta Lokasi, kita dapat mengetahui lokasi dimana bangunan akan

dibangun;

 Gambar Site Plan, kita dapat mengetahui tataletak termasuk mana awal dan akhir pekerjaan dan menjelaskan keadaan sekitar dimana bangunan akan dibuat.  Gambar Denah, kita dapat mengetahui (membaca) ukuran-ukuran pokok

(panjang dan lebar) bangunan termasuk bangunan pelengkap (bila ada).

 Gambar Pandangan/Tampak, kita dapat mengetahui bidang-bidang mana yang terletak dimuka, sampaing kiri/kanan dan belakang bangunan.

 Gambar Penampang/Potongan, biasanya gambar ini dibuat dalam 2 arah (memanjang dan melintang). Dari gambar ini kita dapat mengetahui ukuran tinggi, lebar bangunan/bagian bangunan. Selain itu, pada gambar ini juga dicantumkan spesifikasi teknis tiap konstruksi seperti perbandingan campuran yang digunakan, jenis bahan yang digunakan (misalnya kayu kelas II, atap genteng beton), dll. Untuk lebih memahami hubungan bagian-bagian struktur yang dianggap sangat penting maka perlu dibuat gambar lebih detail dari gambar potongan, seperti Detail Sambungan Kuda-kuda, detail sambungan balok/kolom, detail Pondasi, detail Kusen Pintu/Jendela, dll.

 Khusus untuk bangunan yang mempunyai bentuk sama seluruhnya atau sebahagian dapat menggunakan gambar typikal/prototype.

Semua Desain/Gambar-Gambar Teknik dan spesifikasi teknis yang dibuat harus diverifikasi kelayakannya oleh Konsultan Pendamping (bidang Teknik) dan Disetujui oleh Tim Teknis dari SKPD terkait dan PPK. Hasil Verifikasi ini sekurang-kurangnya harus memberikan jaminan bahwa rencana bangunan dapat bermanfaat bagi warga untuk meningkatkan kualitas kawasan permukiman terkait 7+1 indikator kumuh, rencana teknis bangunan sesuai standar teknis (bangunan dapat berfungsi optimal, menjamin keselamatan (kekuatan dan keamanan) dan kesehatan warga pengguna, tidak menimbulkan dampak negatif atas lingkungan dan sosial-budaya setempat serta mudah dan aman diakses oleh warga pengguna bangunan).

(32)

22 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU

(d).

Penyusunan Panduan Operasi dan Pemeliharaan (O dan P), Penyusunan panduan teknis Operasi dan Pemeliharaan prasarana dimaksudkan untuk memberikan panduan atau pegangan bagi masyarakat atau Pengelola O dan P/KPP yang dibentuk untuk melaksanakan pemanfaatan dan pemeliharaan prasarana yang dibangun. Panduan ini sekurang-kurangnya berisi tatacara pemanfaatan/penggunaan prasarana secara benar dan tatacara pemeliharaan prasarana.

Untuk penyusunan tatacara pemanfaatan/penggunaan dan tatacara pemeliharaan setiap jenis prasarana dapat mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI) dan pedoman teknis lainnya sebagaimana diuraikan diatas.

d)

Rencana Pengamanan Dampak Lingkungan Dan Sosial (Safeguard)

Selain ketentuan terkait dengan penyediaan tanah/lahan, ketentuan/peraturan lain yang menjadi persyaratan pelaksanaan pembangunan infrastruktur adalah adanya perlindungan/pelestarian terhadap lingkungan.

Sebagai acuan penyusunan rencana teknis rinci dapat mengacu kepada standar teknis yang digunakan yaitu Standar Nasional Indonesia (SNI) dan pedoman teknis lainnya, yang antara lain meliputi:

 Rencana Induk Kawasan, standar teknis bidang ini antara lain: SNI 02-2406-1991 dan Pt T-15-2002-C untuk kawasan yang pertumbuhannya normal dan satuan luas daerah tidak terlampau luas (<200 ha).

 Studi Kelayakan Kawasan, Standar teknis bidang ini antara lain: sesuai AB-K/RESK/TC/001/98

 Standar teknis penanganan jalan kawasan, SNI 03-2853-1995, SNI 03-2446-1991, SNI 03.6967-2003, Pedoman Sederhana Pembangunan Prasarana Jalan dan Jembatan, Puslitbang PU Tahun 1996, SK SNI T-04-1990-F;

 Standar teknis penyediaan prasarana drainase, SNI 06-2409-2002 dan SNI 03-24532002.

 Standar teknis bidang sarana air minum: AB-K/RE-RT/TC/026/98 dan ABK/OP/ST/004/98, SNI.03-3981-1992

 Standar teknis bidang pengelolaan Air Limbah, SNI 03-2398-2002, SNI 03-2399-1991, SNI. 03-3982-1992, PTT-19-2000-C dan PTS -09-2000-C

 Standar teknis bidang Pengelolaan sampah kawasan, SNI 19-3964-1994 dan SNI 033242-1994 dan SNI 19-3983-1995 sesuai PTS 06-2000-C dan PTS 07-2000-C  Standar teknis bidang RTH, 009/T/BT/1995

 Pedoman Teknis Sederhana Bangunan Pengairan Puslitbang PU Tahun 1995  Permen PU No.11/MRTP/M/2013 tentang Pedoman Analisa Harga Satuan

Pekerjaan (AHSP) bidang Pekerjaan Umum.

 Permen PU No.14/PRT/M/2013 tentang perubahan Permen PU No. 7/PRT/M/2011 tentang Standard dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultansi untuk penyusunan RKS/Spesifikasi Teknis.

(33)

Prinsip-prinsip dasar dalam penilaian kelayakan lingkungan adalah :

(1)

Usulan yang diajukan sedapat mungkin menghindari atau mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Usulan tersebut harus telah mengkaji alternatif desain lainnya yang tepat untuk memperkecil dampak negatifnya;

(2)

Usulan tersebut harus mengacu pada Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) dan Rencana Detail Tata Ruang (RTDR), serta menghindari kawasan lindung yang telah ditetapkan oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup, kecuali jika usulan kegiatan tersebut untuk mengembangkan kawasan lindung; dan

(3)

Usulan yang membawa dampak negatif terhadap lingkungan, harus dilengkapi dengan suatu perencanaan pengelolaan dampak lingkungan untuk mengurangi dampak negatifnya.

Setiap proposal kegiatan infrastruktur akan diperiksa dengan prosedur/kriteria pemeriksaan lingkungan Pemerintah untuk memastikan tidak ada kegiatan yang membutuhkan pemeriksaan lingkungan secara penuh. Pada pemeriksaan awal, tipe proyek, skala, lokasi, sensitifitas dan potensi dampak terhadap alam dan lingkungan hidup akan diidentifikasi untuk menentukan kegiatan tersebut layak atau tidak, sesuai kriteria pemeriksaan berikut : (1) Usulan kegiatan yang membutuhkan UKL (Upaya Pengelolaan Lingkungan) dan UPL

(Upaya Pemantauan Lingkungan) berdasarkan kajian yang terbatas dan spesifik lokasi kegiatan hanya akan didanai bilamana telah disetujui hasil study UKL/UPLnya sesuai kriteria yang ditetapkan Menteri PU dan Menneg LH. Diharapkan tidak ada proposal yang masuk kategori ini.

(2) Usulan-usulan yang cukup ditangani dengan prosedur operasi standar (standard operation procedure), dimana praktek yg baik (good practice) cukup menyelamatkan lingkungan. Diharapkan sebagian proposal akan masuk kategori ini.

Pendekatan penanganan pengamaman dampak (safeguards) kegiatan yang tidak memerlukan study UKL/UPL, akan dilakukan melalui :

(1) Desain perencanaan teknis bangunan yang mengacu pada kriteria desain/standar teknis pembangunan infrastruktur yang telah ditetapkan instansi teknis seperti Departemen Pekerjaan Umum; dan

(2) Pemeriksaan terhadap dampak lingkungan kegiatan skala kecil/sederhana melalui prosedur khusus atau prosedur operasi standar/POS untuk setiap kegiatan infrastruktur yang diusulkan, yaitu Daftar Periksa/Uji Identifikasi Dampak Lingkungan dan Daftar Periksa Kegiatan Terlarang.

(a). Daftar Periksa Kegiatan Terlarang (Negatif List) : Formulir ini telah menyediakan identifikasi semua masalah/kegiatan yang dilarang untuk dibiayai melalui dana bantuan (APBN) Program. Pengerjaannya dengan melakukan pemeriksaan kegiatannya terhadap butir-butir kegiatan yang dilarang, apakah ada yang sama atau termasuk dalam salah satu kegiatan yang dilarang sebagaimana telah tercantum

(34)

24 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU

dalam formulir tersebut. Caranya dengan mengisi ceklist pada kolom yang disediakan.

Apabila terdapat kegiatan yang dilarang maka usulan kegiatan ditolak atau tidak dapat didanai.

(b). Daftar Periksa/Uji Identifikasi Dampak Lingkungan : Formulir ini merupakan daftar identifikasi awal berupa, Potensi sumber dampak, usulan alternatif tindakan penanganannya dan rencana pemantauannya. Pengerjaannya dengan melakukan pemeriksaan desain/usulan kegiatan dengan mengidentifikasi potensi sumber dampak lalu membuat jenis tindakan pengamanan/mitigasinya yang sesuai. Hasil identifikasi potensi dan tindakan pengamanan selanjutnya dituangkan dalam formulir tersebut.

Untuk memudahkan kegiatan ini maka telah disedikan referensi Daftar Periksa Dampak Lingkungan sebagai panduan. Sesuai dengan jenis infrastruktur yang akan dibangun, pemeriksaan potensi sumber dampak lingkungan mengacu pada potensi sumber dampak lingkungan seperti butir-butir potensi yang telah dicantumkan dalam Daftar (tersedia pada kolom potensi sumber dampak). Apabila Ada, maka pilih tindakan penanganannya/mitigasi yang sesuai (tersedia pada kolom alternatif penanganan dampak).

Bersama dengan Desain/Gambar-Gambar Teknik dan spesifikasi teknis yang telah dibuat, Rencana Pengamanan Dampak Lingkungan dan Sosial ini juga harus diverifikasi kelayakannya oleh Konsultan Pendamping (bidang Teknik) dan Disetujui oleh Tim Teknis dari SKPD/Dinas PU setempat.

Secara lebih detail penjelasan terkait hal ini dapat dilihat pada penjelasan Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Dampak Lingkungan dan Sosial program KOTAKU dalam bentuk SPPL/SOP.

e)

Menentukan Lingkup Pekerjaan Konstruksi

Lingkup pekerjaan konstruksi/proyek adalah keseluruhan pekerjaan/kegiatan konstruksi yang harus dilakukan untuk menghasilkan bangunan yang memenuhi persyaratan mutu sesuai standar teknis bangunan yang telah ditetapkan. Kemudian dari setiap pekerjaan tersebut perlu diketahui Kuantitas/Volumenya, Metode Pelaksanaan dan Urutan pelaksanaannya.

(1)

Menentukan/Mengidentifikasi jenis-jenis pekerjaan konstruksi

Untuk menentukan jenis-jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan dalam pembangunan infrastruktur maka secara teknis harus ada gambar perencanaan infrastruktur, minimal gambar denah dan potongan dari infrastruktur yang akan dibangun tersebut, termasuk spesifikasi teknisnya. Sebab dari gambar-gambar tersebut dapat diketahui kegiatan-kegiatan apa saja yang harus dilakukan untuk membangun infrastruktur tersebut sampai selesai.

(35)

Pada tahap ini juga termasuk mengetahui lingkup aktivitas dari setiap jenis-jenis pekerjaan, satuan pengukurannya, batasan/syarat teknis kekuatannya seperti komposisi campurannya, dimensi, persyaratan material/peralatan, ketentuan/peraturan terkait yang harus diikuti dalam pelaksanaannya.

Hasil identifikasi ini selanjutnya dapat dibuat dalam bentuk Tabel seperti contoh untuk Pekerjaan Pembangunan Jalan Sirtu, berikut :

No Item Pekerjaan Satuan

1. Pekerjaan Penyiapan Tanah Dasar/Badan Jalan M2

2. Penimbunan Badan Jalan M3

3. Lapis Pondasi Bawah Kelas C (Sirtu) M3

4. Galian Tanah Parit M3

5. Pekerjaan Beton M2

6. Pekerjaan Ps. Batu Kali M3

Catatan :

(a). Oleh karena hasil identifikasi jenis-jenis pekerjaan tersebut akan menjadi dasar dalam penyusunan biaya kegiatan maka perlu dipahami/diketahui cakupan lingkup aktivitas didalam setiap jenis pekerjaan tersebut, sehingga tidak terjadi pengulangan kegiatan/tumpang tindih pembiayaan. Misalnya Pekerjaan Galian Tanah, Pekerjaan Galian tanah ini mencakup aktivitas/biaya : membersihkan lokasi pekerjaan, memasang patok/bouwplank, mendatangkan tenaga kerja/peralatan kerja, melaksanakan penggalian tanah sesuai ukuran yang ditetapkan pada gambar, membuang tanah bekas galian dan pengamanan pekerjaan. Dari contoh tersebut maka dalam daftar Hasil Identifikasi Pekerjaan seharusnya tidak ada item pekerjaan tersendiri untuk pembuangan tanah bekas galian tetapi kegiatan tersebut telah diperhitungkan pada pembiayaan pekerjaan Galian Tanah (tidak akan terjadi tumpang tindih pembiayaan). (b). Dari pengalaman pekerjaan yang dilaksanakan masyarakat dalam KOTAKU, banyak

dijumpai tidak dilakukan dan tidak ada pekerjaan pembersihan lapangan dalam daftar kuantitas pekerjaan pada hal kondisi lapangan diperlukan, oleh karena itu pada tahap identifikasi ini perlu menjadi perhatian agar identifikasi pekerjaan dilakukan secara lengkap agar dapat diketahui dan dilaksanakan oleh masyarakat. Terkait dengan pembiayaannya nanti, masyarakat diharapkan dapat berkontribusi melalui gotong-royong.

(c). Untuk beberapa pekerjaan persiapan yang lazim ada dalam pekerjaan kontraktor proyek, disini perlu dipertimbangkan secara matang karena pendekatan pelaksanaan pekerjaan akan dilakukan oleh warga setempat. Misalnya pengadaan kantor/direksi keet, gudang, barak tenaga kerja, dll. Hal seperti ini mungkin tidak diperlukan secara khusus atau dapat disediakan melalui swadaya masyarakat (mengoptimalkan sumberdaya dimasyarakat setempat).

(36)

26 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU

(2)

Menentukan Kuantitas/Volume Jenis-jenis pekerjaan

Kuantitas/Volume pekerjaan yang dimaksudkan disini adalah banyaknya pekerjaan yang harus dibuat (rencana) menurut satuan pengukuran pekerjaannya. Data yang diperlukan adalah Daftar Pekerjaan yang telah diidentifikasi dan Gambar rencana (untuk mengetahui dimensi/ukuran pekerjaan).

Ketentuan perhitungan volume tiap item pekerjaan adalah :

(a).

Volume harus sesuai dengan satuan pengukuran pekerjaannya atau dengan kata lain bahwa setiap item pekerjaan yang satuan pengukurannya berbeda mempunyai cara perhitungan volume pekerjaan yang berbeda pula. Misalnya:

 Volume pekerjaan penyiapan badan jalan yang diukur dalam satuan meterpersegi (m2) = panjang tanah dasar yang akan disiapkan x lebar yang harus disiapkan; Berbeda dengan

 Volume Penimbunan Badan Jalan yang diukur dalam satuan meterkubik (m3

) = panjang timbunan x lebar x tinggi (atau tebal) timbunan.

(b). Sedangkan ukuran (panjang, lebar, tinggi/tebal) harus sesuai dengan yang direncanakan

(sesuai ukuran pada gambar).

Berdasarkan jenis pekerjaan yang telah diidentifikasi sebelumnya maka selanjutnta dapat dilakukan perhitungan volume setiap pekerjaan, sebagai berikut :

(a). Siapkan Daftar Pekerjaan dan Gambar-gambar Rencana untuk mengetahui ukuran-ukuran dari pekerjaan (panjang, lebar, tinggi/tebal);

(b). Agar diperoleh ketelitian dan memudahkan perhitungan volume pekerjaan maka sebaiknya perhitungan dilakukan per item pekerjaan sesuai urutan item pekerjaan pada daftar pekerjaan yang telah dibuat sebelumnya. Cara melakukan perhitungan dapat dibuat Tabel seperti Contoh perhitungan berikut:

Karena Perhitungan Volume Pekerjaan tersebut akan menjadi acuan pada perhitungan biaya dan pelaksanaan pembangunan prasarana maka perhitungan volumenya harus cukup teliti, sederhana dan jelas sehingga mudah dipahami.

No Uraian Pekerjaan Satuan Sketsa dan Perhitungan Volume 1. Lapis Pondasi Bawah

Kelas C (Sirtu) M3 Vol. = P x L x T = 200 x 2,5 x 0,2 = 100 100 Dst. L= 2,5m T= 20cm P (panjang)= 200m

(37)

(3)

Buat Rekapitulasi Daftar Kuantitas/Volume seluruh pekerjaan.

Setelah seluruh jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan selesai dihitung volumenya (langkah 2 diatas), buuatlah Daftar Rekapitulasi Kuantitas berupa tabel yang menggambarkan/memuat volume dan satuan tiap jenis pekerjaan secara keseluruhan kegiatan (proyek). Contoh bentuk Daftar Kuantitas Pekerjaan dapat dibuat seperti tabel /

formulir berikut.

Cara Pengerjaan Formulir :

 No. Urut : Isi nomor urut jenis pekerjaan;  Uraian Pekerjaan : Diisi nama jenis pekerjaan  Satuan : Diisi dengan satuan pengukuran pekerjaan  Volume/Kuantitas Diisi dengan nilai volume pekerjaan

(4)

Menentukan Metode/Cara Pelaksanaan Pekerjaan

Secara sederhana yang dimaksudkan dengan metode kerja disini adalah cara bagaimana setiap kegiatan/pekerjaan akan dilaksanakan atau lebih terkait dengan teknologi apa yang akan dipergunakan, Apakah setiap pekerjaan akan dilakukan dengan menggunakan tenaga kerja (manual) atau dengan peralatan (mekanis) atau kombinasi dari keduanya. Hasil kegiatan ini dapat diketahui metode kerja dari setiap jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan.

Untuk menentukan metode kerja ini, diperlukan data dari hasil survey tentang ketersediaan tenaga kerja atau peralatan yang ada (dapat disediakan) dan kondisi lokasi pekerjaan, seperti apakah memungkinkan untuk melakukan pekerjaan dengan cara manual atau mekanis, termasuk apakah kondisi jalan kerja dan ketersediaannya dari dan kelokasi pekerjaan memungkinkan bila akan menggunakan peralatan berat/besar. Selain itu juga harus dipertimbangkan seberapa besar rencana volume pekerjaan yang harus dibuat dengan metode yang dipilih, dikaitkan dengan waktu yang tersedia sehingga pemilihan metode kerja ini betul-betul dapat mendorong upaya pencapaian kualitas yang baik dan kegiatan dapat diselesaikan dalam waktu yang tersedia.

Penentuan metode kerja dalam uraian ini, lebih difokuskan pada bagaimana masyarakat memperoleh dasar untuk memahami cara menghitung biaya pekerjaan, karena didalam penentuan metode kerja ini akan secara jelas diketahui apa yang dibutuhkan untuk melaksanakan setiap pekerjaan, apakah tenaga kerja atau peralatan. Sehingga hal ini

(38)

28 Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan| Program KOTAKU

diharapkan akan membantu masyarakat dalam menghitung volume kebutuhan tiap pekerjaan (khususnya tenaga kerja/alat) karena dengan telah dipilihnya metode kerja tiap pekerjaan maka tentunya akan memudahkan dalam menentukan jenis analisa harga satuan setiap pekerjaan (sebagai referensi ”koefisien” perhitungan volume kebutuhan tiap pekerjaan). Misalnya bila harus menggunakan peralatan berat (seperti mesin gilas) maka harus mengacu pada analisa untuk pekerjaan Jalan/Jembatan (analisa K/E) tapi bila menggunakan tenaga kerja maka cukup dengan analisa pekerjaan yang biasa dipergunakan untuk pekerjaan bangunan seperti SNI atau BOW.

Sesuai dengan azas pemilihan teknologi dalam pelaksanaan program ini maka diprioritaskan pemilihan metode kerja manual (dengan menggunakan tenaga kerja masyarakat sesuai kualifikasi pekerjaan) dengan tetap memprioritaskan pencapaian kualitas pekerjaan yang baik. Namun demikian, kadang-kadang tidak dapat dihindari untuk pekerjaan-pekerjaan tertentu yang memerlukan peralatan atau beresiko yang meskipun dapat dilakukan secara manual tetapi hasilnya tidak dapat menjamin kualitas yang baik maka pekerjaan tersebut harus menggunakan peralatan atau tenaga terampil/khusus, misalnya pekerjaan pemadatan perkerasan jalan, pengelasan gelagar besi jembatan, dll.

(5)

Menentukan Urutan Pekerjaan Konstruksi

Kegiatan pelaksanaan pembangunan infrastruktur adalah kegiatan yang dilaksanakan secara sistematis (berurut-urutan) untuk menghasikan bangunan/infrastruktur. Urutan atau susunan kegiatan pelaksanaan pembangunan infrastruktur tersebut dibuat berdasarkan urut-urutan (logika) pelaksanaan kegiatan dilapangan. Acuannya adalah selain pada urutan logika konstruksi bangunan juga mempertimbangkan metode kerja yang dipergunakan (khususnya bila ada penggunaan peralatan berat). Sebagai alat bantu sederhana untuk mengecek urut-urutan kegiatan pembangunan infrastruktur, maka terhadap setiap kegiatan dapat dibuat pertanyaan :

 Apakah Kegiatan ini didahului oleh kegiatan sebelumnya ?

 Apakah kegiatan ini diikuti oleh kegiatan berikutnya ?

Berikut diberikan contoh lingkup kegiatan yang disusun tidak terurut (salah) dan terurut (benar) pada Pembuatan Saluran Drainase berikut :

Kegiatan Tidak Terurut Kegiatan Terurut

1) Pembersihan Lapangan 1) Pembersihan Lapangan 2) Pemasangan Bouwplank 2) Pemasangan Bouwplank 3) Urugan Pasir dasar saluran 3) Galian Tanah

4) Galian Tanah 4) Urugan Pasir dasar saluran 5) Urugan kembali bekas galian 5) Pasangan Batu Kali

6) Pasangan Batu Kali 6) Urugan kembali bekas galian 7) Meratakan dan pemadatan urugan 7) Meratakan dan pemadatan urugan 8) Plesteran dan acian 8) Plesteran dan acian

(39)

Contoh: Dari Tabel diatas (Kolom Kegiatan Terurut), dapat dilihat bahwa Kegiatan Pasangan Batu Kali dilaksanakan setelah selesai “Kegiatan Memasang Pasir Urug didasar saluran” dan selanjutnya diikuti oleh “Kegiatan Urugan/Timbunan kembali tanah bekas galian”, dst.

f)

Pembuatan Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan

Secara sederhana Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan adalah formulir yang menggambarkan rencana waktu pelaksanaan dari semua jenis kegiatan yang akan dilaksanakan dalam pembangunan suatu prasarana. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan pada dasarnya memberikan gambaran tentang rencana waktu dan urut-urutan pelaksanaan dari semua jenis kegiatan yang akan dilaksanakan dalam pembangunan infrastruktur.

Rencana jadwal pelaksanaan ini perlu dibuat, karena :

(1) Waktu pemanfaatan atau pencairan dana telah ditetapkan batas waktunya;

(2) Agar dapat diatur penggunaan (waktu dan jumlah) sumberdaya yang akan digunakan dalam pelaksanaan pembangunan prasarana seperti dana, tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan;

(3) Agar semua jenis kegiatan yang akan dilaksanakan dalam pembangunan prasarana dapat berjalan secara teratur dan terarah menuju terwujudnya bangunan/prasarana yang akan dibuat;

(4) Untuk memenuhi persyaratan pelaksanaan pembangunan prasarana yang diajukan dalam proposal pelaksanaan kegiatan;

Adapun Rencana Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan ini berisi :

(1)

Jenis-jenis kegiatan yang akan dilaksanakan;

(2)

Volume dari setiap jenis kegiatan yang harus dibuat;

(3)

Waktu pelaksanaan dari setiap jenis kegiatan (Durasi);

(4)

Bobot Kegiatan, yaitu suatu ukuran untuk mengetahui besarnya nilai suatu jenis kegiatan terhadap keseluruhan kegiatan (proyek), yang dinyatakan dalam satuan prosen (%). Secara sederhana bobot ini bisa diartikan, makin besar bobot suatu kegiatan maka makin besar pula nilai pekerjaan tersebut. Nilai pekerjaan ini bisa berupa nilai biaya atau waktunya;

Bentuk Jadwal pelaksanaan kegiatan dapat digunakan bentuk jadwal yang sangat sederhana dan paling umum dipakai, yaitu berbentuk bagan balok (barchart). Prinsipnya kegiatan yang akan dilakukan digambarkan dalam bentuk balok pada skala waktu.

Adapun langkah-langkah pembuatannya adalah sebagai berikut :

(1)

Tentukan/Identifikasi semua jenis-jenis kegiatan yang akan dilaksanakan;

(2)

Buat urut-urutan pelaksanaan semua jenis kegiatan tersebut.

(3)

Tentukan Volume tiap jenis kegiatan (termasuk satuannya);

(4)

Tentukan/perkirakan ”lamanya waktu setiap jenis kegiatan (biasa disebut juga durasi)”. Satuan durasi ini dapat dinyatakan dalam hari, minggu, dst;

Gambar

Tabel D.2.J : Kriteria Infrastruktur Skala Kelurahan
Tabel E.1.: Jenis Sarana Prasarana
Tabel I.5.b : Contoh Perhitungan Volume Pekerjaan
Tabel I.6.f : Contoh  Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
+4

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan produksi tertinggi dari salah satu konsentrasi campuran antara pupuk kimia NPK dan biokompos cair, sehingga dapat

Di dalam kasus ini, Jepang secara langsung telah melakukan perjanjian internasional dengan suatu organisasi internasional yaitu International Whaling commission (IWC) sehingga

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif korelasi. Rancangan penelitian melibatkan tiga variable yaitu pengetahuan tentang penyakit TB

Where inconsistencies and duplications are identified, they are resolved where possible by reference to third party databases of mills and their locations... Agrícola Tornabe

Hal ini dikarenakan oleh tingkat pendidikan yang dimiliki tidak sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan, sehingga jika mereka tidak memiliki pengetahuan terhadap tugas yang

Untuk mencapai tumbuh kembang optimal, di dalam Global Strategy for Infant and Young Child Feeding, WHO/UNICEF merekomendasikan empat hal penting yang harus dilakukan yaitu;

Berdasarkan hasil pemodelan dapat disimpulkan bahwa pertama, adanya pelebaran pulsa gelombang pada pemodelan gelombang soliter internal dimana; pelebaran pulsa

Berdasarkan pemaparan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan kajian mengenai hal tersebut, untuk dijadikan sebuah kajian dalam skripsi dengan judul: Tinjauan Hukum