ANALISIS PROYEK
Krisdinar SumadjaBUKU REFERENSI
• A. Choliq dan Ofan, 1991, Evaluasi Proyek, Linda Karya,
Bandung
• J. Price Gittinger, 1982, Economic Analiis Of agricultural
Project, The John Hopkin University Press, Washington DC
• Kadariah, Lien Karlina, Clive Gray, 1979, Pengantar Evaluasi
Proyek, Lembaga Penerbit FE UI, Jakarta
• Mulyadi Pudjosumarto, 1988, Evaluasi Proyek, Liberty,
Yogyakarta.
• Zulkarnain Djamin, 1984, Perencaaan dan Analisis Proyek ,
Lembaga Penerbit FE UI, Jakarta
PERENCANAAN
Perencanaan merupakan :
• Kegiatan mempersiapkan keputusan -keputusan
yang harus diambil untuk masa mendatang
sepanjang umur proyek
• Usaha untuk mempengaruhi, mengarahkan,
bahkan mengendalikan perubahan dalam
KEPENTINGAN PERENCANAAN
• Memperhitungkan prakiraan (fore casting) menganai potensi dan prospek
pengembangan manfaat proyek
• Memberikan metode yang tepat dan sistematik untuk menghadapi
masalah yang spesifik, dan implikasi yang tersembunyi
• Mengetuahui secara lebih pasti kebutuhan sumberdaya dan keuangan
sepanjang umur proyek
• Memberikankesempatan untuk memilih yang terbaik dari berbagai
alternatif atau mengkombinasikan sumberdaya yang tersedia
DEFINISI PROYEK
Proyek adalah
Kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam
bentuk kesatuan dengan mempergunakan sumber-sumber
daya untuk mendapatkan benefit.
Contoh: investasi baru spt pabrik, jalan raya, kereta api,
bendungan, dll
Proyek merupakan
Rangkaian kegiatan yang direncanakanyang didalamnya
menggunakan masukan (input), untuk mendapatkan
DEFINISI PROYEK
Proyek adalah
• Kegiatan/aktivitas yang menggunakan
sumberdaya dan diharapkan memperoleh
manfaat di masa akan datang dalam periode
tertentu
• Kegiatan/aktivitas dengan mengeluarkan
biaya dengan harapan akan memperoleh
hasil (return) dimasa yang akan datang dalam
periode tertentu
CIRI-CIRI PROYEK
1. Direncanakan
2. Rangkaian kegiatan/aktivitas
3. Menggunakan sumberdaya/biaya
4. Mendapatkan benefit/manfaat di masa akan
datang
5. Terdapat awal (starting point) dan akhir
(ending point)
EVALUASI PROYEK
Evaluasi proyek adalah :
• Suatu sistem analisis yang membandingkan biaya
dengan manfaat untuk menentukan apakah suatu
proyek yang diusulkan akan mencapai tujuan
dengan alat ukur yang wajar
• Sebuah metode penilaian alternatif-alternatif
dengan cara mudah dan dapat dipahami
• Menaksir biaya dan benefit yang mungkin timbul
pada suatu proyek dengan tolok ukur yang
KEGUNAAN EVALUASI PROYEK
• Digunakan dalam studi kelayakan
• Sebagai alat/prasarana untuk mengajukan
kredit kepada bank atau investor
TAHAP SIKLUS PROYEK
IDENTIFIKASII
IMPLEMENTASIFormulasi
(persiapan)
II
Analisis
(Appraisal)
III
Evaluasi
VI
Operasional
V
Dimulai denganIDENTIFIKASI/GAGASAN
• Siklus proyek dimulai dari munculnya
gagasan pengusulan proyek.
• Sumber gagasan bersumber dari:
– Pemimpin mayarakat
– Tenaga teknis
– Perintis pembangunan
METODE GAGASAN
• Metode Permintaan :
Adanya permintaan/prospek pasar yang baik pada suatu produk
barang/jasa tertentu
• Metode Sumberdaya :
Terdapat potensi sumberdaya yang belum termanfaatkan secara optimal
• Metode Teknologi :
Terdapat teknologi tepat guna yang lebih efisien dalam membuat
sebuah produk barang dan jasa
• Metode Sasaran Pokok :
Memudahkan pencapaian suatu sasaran pokok baik nasional maupun
regional
ANALISIS
• Yaitu mengadakan penilaian atau evaluasi
(appraisal) terhadap laporan studi kelayakan
yang ada.
• Dilakukan untuk memilih yang terbaik diantara
beberapa alternatif proyek berdasar ukuran
IMPLEMENTASI
• Merupakan tahap pelaksanaan proyek
• Pada tahap ini, tanggung jawab para
perencana serta penilai proyek adalah
mengadakan pengawasan terhadap
pelaksanaan pembangunan fisik proyek agar
sesuai dengan final designnya
OPERASI
• Tahap ini dipertimbangkan penggunaan
metode-metode pembuatan laporan atas
pelaksanaan operasinya.
• Laporan tersebut diperlukan untuk
EVALUASI HASIL
• Tahap ini membandingkan antara yang
direncanakan dengan hasil yang dicapai.
• Hasil penilaian selanjutnya digunakan untuk
perbaikan bagi proyek berikutnya dan
mengembangkan gagasan baru dalam memilih
proyek-proyek baru
ASPEK-ASPEK KRITIS DALAM
FORMULASI PROYEK
1. ASPEK TEKNIS
,
Penyediaan dan ketersediaan sumber daya proyek, meliputi
analisis tentang input dan output yang diperlukan dan dihasilkan
oleh proyek
2. ASPEK INSTITUSI DAN ORGANISASI
,
menyangkut masalah-masalah organisasi hubungannya dengan
pemerintah dan masyarakat. Antara lain mencakup:
hubungan administrasi proyek dengan administasi di luar proyek,
ASPEK-ASPEK KRITIS DALAM
FORMULASI PROYEK
3.
ASPEK MANAJERIAL DAN ADMINISTRATIF
,
Kemampuan staf untuk menjalankan administrasi
kegiatan dalam ukuran besar
4.
ASPEK KOMERSIAL
,
Perbandingan antara permintaan dan penawaran
produk yang dihasilkan selama proyek berlangsung
5. ASPEK SOSIAL,
menggambarkan tujuan-tujuan proyek yang sifatnya
khusus bersifat sosial, misalnya dampak proyek thd
penyediaan kesempatan kerja, efek thd pemerataan
UNSUR-UNSUR KRITIS DALAM
FORMULASI PROYEK
6. ASPEK FINANSIAL,
Rasio antara pengeluaran dan penerimaan
proyek (cost dan revenue earnings)
7. ASPEK EKONOMI,
Konstribusi/peranan proyek terhadap
pembangunan wilayah secara makro
UNSUR-UNSUR KRITIS DALAM
FORMULASI PROYEK
8. ASPEK EKSTERNALITAS
Dampak keberadaan proyek (+/-). Analisis ini
sulit dikuantitatifkan namun tetap harus
KENYATAAN DALAM
KEGIATAN EKONOMI
Sumber daya bersifat terbatas dan langka
Kegiatan yang berbeda atau kegiatan yang
sama dalam lingkungan berbeda akan
mengasilkan sesuatu yang berbeda
dari berbagai peluang investasi yang terbuka
dengan tingkat keuntungan dan manfaat yang
berbeda-beda, baik oleh pemeritah atau
swasta akan dipilih proyek yang menghasilkan
keuntungan atau kemanfaatan dari sudut
TUJUAN ANALISA PROYEK
1. Mengetahui tingkat keuntungan yang dapat
dicapai melalui investasi dalam suatu proyek;
2. Menghindari pemborosan sumber daya, yaitu
dengan menghindari pelaksanaan proyek yang
tidak menguntungkan;
3. Mengadakan penilaian terhadap peluang
investasi yang ada sehingga kita dapat memilih
alternatif proyek yang paling menguntungkan;
dan
JENIS JENIS PROYEK
• Proyek Fisik dan Proyek Non-fisik
• Proyek pemeintah dan Swasta
• Proyek sosial/Ekonomi dan
proyek Finansial
ANALISIS FINANSIAL VS EKONOMI
Analisis Finansial :
Analisis yang lebih menitikberatkan pada
kepentingan keuntungan
individu/perusahaan. Manfaatnya disebut
private return
Analisis Ekonomi :
Analisis yanglebih menitikberatkan pada
kepentingan ekonomi secara keseluruhan
PERBEDAAN ANALISIS
FINANSIAL DAN EKONOMIS
finansial
• Harga :
Harga pasar berlaku setempat (market
price)
• Subsidi :
Subsidi tidak diperhitungkan • Pajak :
Pajak diperhitungkan
• Upah :
Upah yang berlaku setempat
ekonomis
• Harga :
Harga bayangan (shadow price)
• Subsidi :
Subsidi diperhitungkan • Pajak :
Pajak tidak diperhitungkan karena pajak adalah transfer payment
• Upah :
PERBEDAAN ANALISIS
FINANSIAL DAN EKONOMIS
finansial
• Bunga Modal :
1. Bunga modal yang dibayarkan
kreditor dianggap biaya
2. Bunga atas modal proyek tidak
dianggap biaya
EKONOMIS
• Bunga Modal :
Tidak dianggap biaya kecuali :
1.
Jika investasi itu dibebankan
pada saat dikeluarkan tidak
dianggap biaya
2.
Jika Investasi itu merupakan
arus pelunasan di masa akan
datan maka dianggap biaya
BENEFIT/MANFAAT PROYEK
BENEFIT Tangible Benefit Direct Benefit Indirect Benefit Perbaikan Lingkungan Meningkatkan Nilai Produk Menurunkan biaya Multiplier effect Economic of scale Dinamic secondary effectBENEFIT/MANFAAT
• Benefit :
Suatu manfaat yang diperoleh dari suatu proyek baik yang
dapat dihitung dengan uang ataupun yang tidak dapat
dihitung dengan uang
• Tangible benefit :
Manfaat yang diperoleh dari kegiatan proyek yang dapat
dihitung atau dinilai dengan uang
• Intangible benefit :
Manfaat yang diperoleh dari kegiatan proyek yang tidak dapat/
sulit dihitung atau dinilai dengan uang
BENEFIT PROYEK
• Direct benefit :
Manfaat yang diterima dari kegiatan proyek
secara langsung
Kenaikan nilai hasil produksi dapat disebabkan karena meningkatnya jumlah produk dan kualitas dari produk sebagai akibat adanya proyek. Misalnya
– Kenaikan produksi padi karena adanya irigasi,
– Turunnya biaya pengangkutan karena perbaikan jalan,
– Membaiknya job description diantara tenaga kerja karena perbaikan cara kerja.
• Indirect benefit :
Manfaat yang diperoleh dari kegiatan proyek
secara tidak langsung yang berkenaan dengan
BIAYA PROYEK
1
.
Biaya Investasi :
Seluruh biaya yang dikeluarkan dari mulai
proyek tersebut dilaksanakan
misalnya :
a. Pendirian bangunan pabrik
b. Pembelian mesin dan peralatannya
c. Instalasi listrik, dan lain-lain
BIAYA PROYEK
2
.
Biaya Operasional :
Seluruh biaya yang dikeluarkan selama proses
produksi itu berlangsung secara rutin
misalnya :
a. Pembelian bahan baku
b. Tenaga Kerja
BIAYA PROYEK
3. Sunk Cost :
Seluruh biaya yang dikeluarkan pada masa lalu
sebelum kegiatan proyek dilaksankanan. Dalam
evaluasi proyek tidak diperhitungkan
4. Depresiasi (penyusutan)
Pengalokasian biaya investasi suatu proyek
setiap tahun sepanjang umur proyek untuk
BIAYA PROYEK
5. Bunga modal :
Bunga yang tidak riil (opportunity cost)
dikeluarkan tidak diperhitungkan dalam
evaluasi proyek . Sedangkan bunga pinjaman
diperhitungkan
6. Contingency (biaya tak terduga)
Biaya yang dikeluarkan akibat
kesalahan-kesalahan mengestimasi pengeluaran suatu
BIAYA PROYEK
Biaya proyek dapat juga dikelompokkan
1. Biaya Langsung :
Biaya yang berhubungan langsung dengan kepentingan proyek, seperti biaya
investasi (biaya pembangunan konstruksi, biaya peralatan), biaya operasi,
dan biaya pemeliharaan proyek (biaya penyusutan, bunga bank, tanah,
modal kerja, biaya lain).
2.
Biaya Tidak Langsung :
Biaya yang perlu diperhitungkan dalam menganalisis proyek (biaya polusi
udara, biaya penanganan pencemaran, bising, dll).
Keputusan Hasil Evaluasi Proyek:
Keputusan hasil evaluasi proyek:
a. Menolak atau menerima proyek, didasarkan
pada hasil perhitungan kriteria investasi.
b. Memilih satu atau beberapa proyek yang
layak sesuai dana yang tersedia
c. Membuat skala prioritas dari beberapa
proyek yang layak.
Contoh
Dari 7 proyek yang dinilai ada 5 proyek yang layak untuk dikembangkan
dengan jumlah dana masing-masing proyek terlihat pada tabel berikut:
No
Nama Proyek
Jumlah Dana (Rp)
1
Pembangunan Irigasi
350.000.000
2
Perbaikan Jalan Kabupaten
150.000.000
3
Pembuatan Jalan Baru
450.000.000
4
Pembuatan Jalan Desa
200.000.000
5
Peningkatan Jalan Desa
120.000.000
KEPUTUSAN ANALISIS PROYEK
Dari tabel terlihat bahwa jumlah dana proyek Rp. 1.270.000.000,- sedangkan
dana yang tersedia sebesar Rp. 550.000.000,-. Berdasarkan keterbatasan itu,
keputusan yang dapat diambil adalah
– Mengerjakan proyek no 1 dan 2 dengan jumlah dana Rp.
500.000.000,-– Mengerjakan proyek no 1 dan 4 dengan jumlah dana sebesar Rp.
550.000.000,-– Mengerjakan proyek no 3 dengan jumlah dana sebesar Rp.
450.000.000,-atau
– Mengerjakan proyek 4 dan 5 dengan alasan proyek lainnya meskipun bisa
dikembangkan, kelayakannya masih dalam batas minimum.
KEPUTUSAN ANALISIS PROYEK
Dari tabel terlihat bahwa jumlah dana proyek Rp. 1.270.000.000,- sedangkan
dana yang tersedia sebesar Rp. 550.000.000,-. Berdasarkan keterbatasan itu,
keputusan yang dapat diambil adalah
– Mengerjakan proyek no 1 dan 2 dengan jumlah dana Rp.
500.000.000,-– Mengerjakan proyek no 1 dan 4 dengan jumlah dana sebesar Rp.
550.000.000,-– Mengerjakan proyek no 3 dengan jumlah dana sebesar Rp.
450.000.000,-atau
– Mengerjakan proyek 4 dan 5 dengan alasan proyek lainnya meskipun bisa
dikembangkan, kelayakannya masih dalam batas minimum.
Aspek
DANA INVESTASI
Menentukan jumlah dana investasi secara keseluruhan
disesuaikan dengan aspek teknis produksi:
a.
Tanah
b.
Gedung
c.
Mesin
d.
Peralatan
e.
Biaya pemasangan mesin
f.
Biaya lain (studi kelayakan, survei, impor mesin/peralatan,
biaya lain yang berhubungan dengan pembangunan
proyek).
BIAYA MODAL KERJA
Terdiri dari biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable
cost).
• Biaya tetap adalah biaya yang tidak dipengaruhi oleh
naik-turunnya produksi yang dihasilkan, mslnya biaya tenaga kerja tak
langsung, penyusutan, bunga bank, asuransi, dsb.
•Biaya tidak tetap adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli
bahan mentah/bahan pembantu, upah tenaga kerja langsung,
biaya transportasi, biaya pemasaran, dll.
SUMBER PEMBIAYAAN
Sumber dari dalam perusahaan: modal yang berasal dari para
investor sendiri atau modal yang dihimpun atas penjualan
saham.
Sumber dari luar perusahaan: modal yang berasal dari bank,
produsen mesin/peralatan, dan lembaga keuangan lain.
Komposisi sumber modal sendiri dan modal dari luar
perusahaan: semakin besar modal yang berasal dari luar
perusahaan semakin besar bunga sebagai biaya modal
dalam pelaksanaan proyek.
PROSES PERPUTARAN KEUANGAN
Proses perputaran keuangan perlu direncanakan karena akan
mempengaruhi kemampuan usaha/proyek dalam menutupi
segala kewajiban-kewajibannya.
ASAS PEMBELANJAAN
-
Likuiditas
-
Solvabilitas
-
Rentabilitas.
Aspek Ekonomi dan Keuangan
TITIK PULANG POKOK
- Perlu dihitung kapan terjadinya titik pulang pokok (BEP)
- Semakin lama waktu pencapaian TR=TC semakin lama
usaha/proyek mencapai keuntungan dan semakin besar pula
saldo kerugian yang merupakan beban terhadap biaya operasi
dan pemeliharaan.
- Pay back period (PBP) atau jangka waktu pengembalian biaya
investasi: semakin cepat pengembalian biaya investasi dari
usaha/proyek yang direncanakan, semakin baik proyek
tersebut karena dana investasi dapat digunakan sebagai
penanaman investasi baru.
Aspek Ekonomi dan Keuangan
PERHITUNGAN PROFIT
- Semakin besar keuntungan yang diterima, semakin layak
usaha/proyek yang dikembangkan.
PERHITUNGAN BUNGA
•
Bunga merupakan biaya modal
•
Besar kecilnya jumlah bunga yang merupakan beban
terhadap peminjam (debitor) sangat tergantung pada
waktu, jumlah pinjaman, dan tingkat bunga yang berlaku
•
Terdapat 3 bentuk sistem perhitungan bunga:
1.
Simple interest (bunga biasa)
2.
Compound interest (bunga majemuk)
3.
Annuity (anuitas).
SIMPLE INTEREST (BUNGA BIASA)
Besar kecilnya jumlah bunga yang diterima kreditor tergantung
pada besar kecilnya principal (modal), interest rate (tingkat
bunga), dan jangka waktu:
B = f (P.i.n), di mana:
B= Bunga
P= Principal (modal)
i = interest rate (tingkat bunga)
n = jangka waktu.
Contoh soal 1:
Apabila jumlah pinjaman sebesar Rp. 5.000.000,00 dengan tingkat
bunga 18% per tahun. Berapa jumlah bunga selama 3 tahun?
2 bulan? 40 hari?
Untuk menghitung besarnya principal, interest rate, dan jangka waktu dapat diselesaikan dengan: P = B/i.n i = B/p.n n = B/P.i S = P + B atau S = P + (P.i.n) Di mana S = jumlah penerimaan. Contoh soal 2:
Hitunglah nilai-nilai yang tidak diketahui dalam tabel berikut:
No Principal (Modal) Interest Rate (Tingkat Bunga) Time (Waktu) Interest (Bunga) Amount (Jml Penerimaan) 1 6.000.000 18% 2 tahun ? ?
COMPOUND INTEREST (BUNGA MAJEMUK)
Bunga majemuk biasanya dilakukan dalam waktu yang relatif panjang
dan dalam perhitungan bunga dilakukan lebih dari satu periode.
Bunga majemuk adalah bunga yang terus menjadi modal bila tidak
diambil pada waktunya.
Perhitungan bunga majemuk dilakukan secara reguler dengan interval
tertentu, setiap bulan, setiap kuartal, setiap 6 bulan, atau setiap
tahun.
Contoh soal 3:
A meminjamkan uang sebesar Rp. 100.000,00 dengan tingkat bunga 12% per tahun dan dimajemukkan setiap 6 bulan selama 2 tahun. Berapa jumlah pengembalian setelah 2 tahun?
Jawab:
Diketahui: P = Rp. 100.000,00, i = 12%/2= 6% , dan n = 2.2 = 4
Rumus perhitungan bunga majemuk:
S = P (1+i)
nP = S (1+i)
-natau P =
n =
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang
)
1
log(
log
log
i
P
S
ni
S
)
1
(
%
100
1
i
/ 1
nP
S
Di mana: S = Jumlah penerimaan P = Present Value
Nilai (1+i)
ndisebut compounding factor, yaitu suatu bilangan
yang digunakan untuk menilai uang pada masa yang akan
datang (future value).
Nilai (1+i)
-ndisebut discount factor, yaitu suatu bilangan untuk
menilai nilai uang dalam bentuk present value (nilai sekarang).
Contoh 4:
Seorang investor meminjam uang sebesar Rp 5.000.000,00 selama 8 tahun
dengan tingkat bunga 18% per tahun dan dimajemukkan setiap 6 bulan.
Berapa jumlah pengembalian setelah 8 tahun?
Catatan: nilai (1+i)n dapat dilihat dalam Lampiran I pada n = 16 dan I = 9%.
Contoh 5:
Apabila Bank A menerima tingkat bunga deposito sebesar 18%
per tahun dan dimajemukkan setiap bulan. Bank B juga
menerima tingkat bunga deposito sebesar 18% per tahun dan
dimajemukkan setiap 6 bulan. Berapa tingkat bunga efektif
(effective rate) pada masing-masing bank tersebut?
Rumus: F = (1+j/m)
mdi mana F = effective rate
m = frekuensi bunga
majemuk dalam satu
ANNUITY (Anuitas)
Anuitas adalah suatu rangkaian pembayaran dengan jumlah yang
sama besar pada setiap interval pembayaran.
Besar kecilnya jumlah pembayaran pada setiap interval
tergantung pada jumlah pinjaman, jangka waktu, dan
tingkat bunga.
Anuitas dapat dibagi atas dua bagian:
1.
Anuitas Biasa (Simple Annuity)
2.
Anitas Kompleks (Complex Annuity).
ANUITAS BIASA
Anuitas biasa adalah sebuah anuitas yang mempunyai interval
yang sama antara waktu pembayaran dengan waktu
dibungamajemukkan.
Berdasarkan tanggal pembayarannya, anuitas biasa dapat dibagi
3 bagian, yaitu:
1. Ordinary annuity
2. Annuity due
3. Deferred annuity.
Ordinary annuity
Ordinary annuity adalah sebuah anuitas yang diperhitungkan
pada setiap akhir interval seperti akhir bulan, akhir kuartal,
akhir setiap 6 bulan, maupun pada setiap akhir tahun.
An = R
R = An
Sn = R
R = Sn
Di mana: An = Present value R = Annuity
Sn = Future value i = Tingkat bunga/interval
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang
i
i
)
n1
(
1
i
i
)
n1
}
1
{(
}
)
1
(
1
{
i
ni
)
1
1
{(
i
ni
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang
a. Present Value
Present value adalah nilai sekarang dari sebuah anuitas dan
identik dengan nilai awal dari penanaman modal.
Contoh 6: Sebuah perusahaan mencicil pinjaman sebesar Rp 50.000,- pada
setiap akhir bulan selama 6 bulan dengan suku bunga diperhitungkan
sebesar 18% per tahun. Berapakah besarnya present value?
Diketahui: R = Rp. 50.000,-, i= 18%/12 = 0,015, n=6
Rumus : An = R
b. Anuitas dari present value
Anuitas dari sebuah present value sama dengan jumlah angsuran pada setiap
interval. Jumlah angsuran pada setiap interval dari sejumlah pinjaman
tergantung pada besar kecilnya tingkat bunga dan jangka waktu yang
digunakan.
Contoh 7: Seorang investor merencanakan membangun proyek perumahan murah untuk dijual secara cicilan kepada nasabah. Biaya pembangunan diperhitungkan Rp. 12.000.000,-. Berapa besar nilai cicilan yang dibebankan kepada nasabah, bila tingkat bunga setahun diperhitungkan sebesar 15% dan dimajemukkan setiap bulan selama 3 tahun?
Diketahui: i = 15%/12 = 0,0125 dan n = 3x12 = 36 Rumus :
c. Jumlah penerimaan (Future amount)
Jumlah penerimaan dari serangkaian pembayaran
diperhitungkan bunga secara bunga majemuk (compound
interest) dari sejumlah uang yang dicicil.
Jumlah pembayaran pada interval pertama, diperhitungkan
bunga pada akhir interval kedua, sehingga jumlah
penerimaan pada akhir interval kedua adalah sebesar 2
kali setoran ditambah dengan bunga pada setoran
pertama.
d. Tingkat Bunga
Bila present value diketahui:
R
An
i
i
n
}
)
1
(
1
{
Contoh 8: Apabila diketahui jumlah present value sebesar Rp 969.482,- dengan anuitas Rp 150.000,- pada setiap akhir kuartal selama 2 tahun. Berapa besarnya tingkat bunga pada setiap kuartal? Berapa pada setiap tahunnya? Diketahui: An = Rp 969.482,- n = 2x4 = 8 R = Rp
150.000,-Catatan: Nilai discount factor untuk {1-(1+i)-n/i} dapat dilihat pada Lampiran 3 pada n=8 di mana nilainya 6,463212760.
Apabila nilai i tidak tersedia dalam lampiran, nilai i dapat dihitung dengan menggunakan sistem interpolasi.
Contoh 9: Seorang pengusaha menyetor uang pada bank sebesar Rp 445.000,- dan diambil kembali secara cicilan setiap akhir 6 bulan sebesar Rp 50.000,- dalam waktu 5 tahun. Berapa besarnya interest rate dan nominal rate?
Diketahui: An = Rp 445.000,- R= Rp 50.000,- n= 2x5 = 10 (tiap 6 bulan)
e. Menentukan Jangka Waktu
Untuk menentukan jangka waktu dari sebuah anuitas, sama halnya dengan
cara menentukan tingkat bunga.
Contoh 10: Seorang pegawai negeri menerima uang dari bank sebesar Rp
1.653.298,- dari hasil setoran sebesar Rp 50.000,- pada setiap akhir
kuartal dengan tingkat bunga 20% setahun. Berapa lama pegawai
tersebut telah melakukan setoran untuk mendapatkan sejumlah uang
tersebut?
Diketahui: Sn = Rp 1.653.298,- i= 20/4 = 5% dan
R= Rp 50.000,-
n= ?
2. Annuity Due
Annuity due adalah anuitas yang pembayarannya dilakukan pada setiap awal
interval. Awal interval pertama merupakan perhitungan bunga yang
pertama dan awal interval kedua merupakan perhitungan bunga kedua
dan seterusnya.
Pada formula annuity due ditambahkan satu compounding factor (1+i), baik
untuk present value maupun future value.
Penambahan satu compounding factor pada annuity due adalah sebagai
akibat pembayaran yang dilakukan pada setiap awal interval.
Nilai uang yang dihitung dengan annuity due selalu lebih besar bila
dibandingkan dengan ordinary annuity.
a. Perhitungan present value
Rumus:
An(ad) = R
Atau
An(ad) = R
Atau
An(ad) = R
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang
) 1 ( } ) 1 ( 1 { i i i n
1
)
1
(
1
{
( 1)i
i
n R u i n ( 1) ) 1 ( 1 {Contoh 11: Sebuah perusahaan Ingin memperoleh uang secara kontinyu sebesar Rp 1.500.000,-dari bank setiap awal kuartal
selama satu tahun. Berapa jumlah dana yang harus disetor pada bank apabila tingkat bunga diperhitungkan sebesar 18% per tahun?
Diketahui: R=Rp 1.500.000,-i= 18%/4= 4,5% dan n=4
b. Jumlah Pembayaran (Future
amount)
Jumlah pembayaran dalam annuity due
dilakukan dengan rumus sebagai berikut:
Sn(ad) =
atau
Sn(ad) =
Atau
Sn(Ad) =
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang
R
i
i
R
i
i
R
i
i
i
R
n n n
}
1
)
1
{(
1
}
1
)
1
{(
)
1
(
}
1
)
1
{(
) 1 ( 1Contoh 12: Suatu BPD memberikan Fasilitas penjualan kendaraan beroda Dua secara kredit pada guru-guru SD. Tingkat bunga diperhitungkan sebesar 12% per tahun dan cicilan dilakukan Setiap awal bulan sebesar Rp 70.000,-Selama 3 tahun. Berapakah besarnya Jumlah pembayaran?
Diketahui: R = Rp 70.000,-I = 12%/12 = 1% dan n = 12x3 = 36
c. Hubungan antara Present Value dengan Future amount
Hubungan antara present value dengan future value sebuah annuity due sama dengan hubungan yang terdapat pada perhitungan bunga majemuk.
Present value merupakan modal dasar dan future value merupakan penjabaran dari bunga majemuk.
An (ad) = Sn (ad) (1+i)-n Sn (ad) = An (ad) (1+i)n
Apabila diketahui nilai present value dari annuity due, jumlah penerimaan pada akhir interval dapat diketahui tanpa menghitung besarnya anuitas pada setiap interval. Hubungan ini tidak dapat diterapkan pada ordinary annuity maupun bentuk annuity
d. Anuitas, jangka waktu, dan
tingkat bunga
Penentuan anuitas dalam sebuah
annuity due dapat dilakukan
apabila nilai present value atau
future value (jumlah
penerimaan) dari transaksi,
tingkat bunga dan lamanya
pinjaman diketahui.
Anuitas adalah cicilan yang harus
dikembalikan oleh debitur, setiap
bulan, kuartal, maupun setiap
tahun tergantung perjanjian.
1
)
1
(
}
)
1
(
1
{
i
i
i
An
R
nPerhitungan Bunga dan Nilai Uang
1
)
1
(
1
)
1
{(
i
i
i
Sn
R
nc. Hubungan antara Present Value dengan Future amount
Hubungan antara present value dengan future value sebuah annuity due sama
dengan hubungan yang terdapat pada perhitungan bunga majemuk.
Present value merupakan modal dasar dan future value merupakan penjabaran
dari bunga majemuk.
An (ad) = Sn (ad) (1+i)
-nSn (ad) = An (ad) (1+i)
nApabila diketahui nilai present value dari annuity due, jumlah penerimaan pada
akhir interval dapat diketahui tanpa menghitung besarnya anuitas pada
setiap interval. Hubungan ini tidak dapat diterapkan pada ordinary annuity
maupun bentuk annuity lainnya, misalnya deferred annuity.
d. Anuitas, jangka waktu, dan tingkat bunga
Penentuan anuitas dalam sebuah annuity due dapat diketahui apabila nilai
present value atau future value (jumlah penerimaan) dari transaksi
diketahui, di samping tingkat bunga dan lamanya pinjaman.
Contoh 13. Seorang pimpinan perusahaan telah melakukan
penyetoran pinjaman secara cicilan pada bank sebesar Rp
500.000,-pada setiap awal bulan. Tingkat bunga pinjaman diperhitungkan
sebesar 18% per tahun. Berapa bulan harus diadakan penyetoran
untuk menutupi pinjaman sebesar Rp 10.000.000,-?
Diketahui: R = 500.000,- i= 18%/12 = 1,5% An =
10.000.000,-Ditanya: n = ?
Jawab:
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang
R
i
R
ad
An
n
{
1
(
1
)
}
)
(
) 1 (Perhitungan Bunga dan Nilai Uang
19 500000 500000 10000000 015 , 0 } ) 015 , 0 1 ( 1 { 500000 015 , 0 } ) 015 , 0 1 ( 1 { 500000 100000000 ) 1 ( ) 1 ( n nPada lampiran 3 pada i=1,5%, nilai 19 tidak tersedia. Nilai yang mendekati 19 pada i=1,5% adalah pada n=22 dengan nilai 18,62082437 dan pada n=23 dengan nilai 19,33086145. Dengan demikian untuk mengembalikan kredit Sebesar Rp 10 juta membutuhkan waktu 22 bulan lebih:
22 bulan < n < 23 bulan
Gunakan metode interpolasi untuk mengetahui waktu pengembalin secara pasti.
3. Deferred Annuity
Deferred annuity adalah suatu seri (anuitas) yang pembayarannya dilakukan
pada akhir setiap interval. Perbedaan dengan ordinary annuity adalah
dalam hal penanaman modal di mana pada deferred annuity ada masa
tengang waktu (grace period) yang tidak diperhitungkan bunga.
Contoh 14: Seorang petani yang membuka usaha dalam bidang peternakan
meminjam uang ke Bank dengan tingkat bunga 12% per tahun dan dimajemukkan setiap kuartal. Pinjaman tersebut harus dikembalikan secara cicilan mulai pada
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang
i
i
R
da
Sn
i
i
i
R
da
An
n t n1
)
1
{(
)
(
)
1
(
}
)
1
(
1
{
)
(
t = tenggang waktu yang tidak dihitung bunga
Anuitas Kompleks (Complex Annuity)
Anuitas kompleks adalah sebuah rentetan pembayaran dari suatu pinjaman
dengan jumlah yang sama pada setiap interval. Berbeda dengan
anuitas biasa, pada anuitas kompleks interval pembayaran dan
interval bunga majemuk mempunyai interval yang berbeda.
Apabila interval pembayaran dilakukan pada setiap bulan, mungkin
dibungamajemukkan pada setiap kuartal atau sebaliknya apabila
interval pembayaran dilakukan pada setiap kuartal, perhitungan
bunga majemuk dilakukan pada setiap bulan.
Jika dilihat dari tanggal pembayaran, anuitas kompleks dibagi 3:
1.
Complex ordinary annuity
2.
Complex due annuity
3.
Complex deferred annuity.
1. Complex Ordinary Annuity
Pembayaran anuitas dalam complex ordinary annuity dilakukan pada
akhir setiap interval. Besar kecilnya anuitas tergantung pada
besar kecilnya pinjaman, tingkat bunga, jangka waktu, dan
frekuensi bunga majemuk dalam satu tahun.
a.
Present Value
Rumus:
c = perbandingan antara frekuensi bunga majemuk dalam satu tahun
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang
}
1
)
1
1
{(
}
)
1
(
1
{
)
(
c nci
i
i
R
Oa
Anc
Contoh 15: Seorang petani merencanakan meminjam uang ke bank untuk
perluasan usaha sektor perikanan. Berdasarkan pada perkiraan dan
perhitungan benefit, ia mampu mengembalikan pinjaman sebesar Rp
76.015 pada setiap akhir kuartal selama 2 tahun dengan tingkat bunga
pinjaman sebesar 18% per tahun dan dimajemukkan pada setiap
bulan. Berapa besar jumlah kredit yang bisa ia pinjam?
Diketahui: R=Rp 76.015 n = 2x4 = 8 (per kuartal)
c = 12/4 = 3 nc = 3x8 = 24 i = 18%/12 = 1,5% Ditanya: Anc(Oa) = ?
Jawab :
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang
015 , 0 } ) 015 , 0 1 ( 1 { 015 . 76 ) ( } 1 ) 1 {( } ) 1 ( 1 { ) ( 24 oa Anc i i i i R oa Anc c nc
b. Jumlah Penerimaan
Rumus:
Untuk mengubah nilai Anc dan Snc dalam complex ordinary annuity
digunakan rumus berikut:
c. Anuitas, jangka waktu, dan tingkat bunga
1
)
1
{(
1
)
1
(
)
(
c nci
i
i
i
R
oa
Snc
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang
r
r
R
An
r
i
R
Sn
n n}
)
1
(
1
{
}
1
)
1
{(
r = tingkat bunga pada setiappembayaran dalam simple ordinary annuity
i = tingkat bunga dalam complex ordinary annuity
2. Complex Annuity Due
Complex annuity due adalah pembayaran yang dilakukan pada setiap awal
interval. Berbeda dengan simple annuity due, pada complex annuity
due frekuensi bunga majemuk tidak sama dengan frekuensi
pembayaran dalam satu tahun.
Sebagai kompensasi dalam perhitungan harus dikalikan dengan discount
factor [i/{1-(1+i)
c}]
Untuk menghitung tingkat bunga, jangka waktu, dan anuitas sama dengan
cara menghitung pada complex ordinary annuity.
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang
c c n c c n i i i i r R ad Snc i i i i i R ad Anc ) 1 ( 1 ) 1 ( } 1 ) 1 {( ) ( ) 1 ( 1 ) 1 ( } ) 1 ( 1 { ) (
3. Complex Deferred Annuity
Pembayaran dilakukan pada setiap akhir interval. Perbedaan dengan
complex annuity yang lain adalah pada tenggang waktu yang tidak
diperhitungkan bunga.
Contoh 16: Seorang mahasiswa meminjam uang pada bank sebesar Rp 800.000,-untuk membayar biaya kuliah. Ia akan mengembalikan pinjaman secara cicilan selama 5 tahun dan pengembalian pinjaman dilakukan setelah 3 tahun meminjam. Bunga diperhitungkan 12% per tahun dan dimajemukkan setiap 6 bulan. Berapa besarnya pembayaran yang harus dilakukan setiap akhir tahun?
Diketahui: Anc= Rp 800.000,- n=5
c= 2 (dibungamajemukkan 2 kali setahun dan pembayaran setiap tahun
t= 2 i= 12%/2= 6%
Jawab: Rumus Anc dan Snc adalah sebagai berikut:
Rumus untuk menghitung jumlah pembayaran setiap tahun:
1 ) 1 ( 1 ) 1 ( ) ( ) 1 ( 1 ) 1 ( } ) 1 ( 1 { ) ( c n c ct c n c i i i r R da Snc i i i i i R da Anc
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang
) 262477 , 1 )( 06 , 2 )( 13586795 , 0 ( 000 . 800 ) 06 , 0 1 ( 06 , 0 } 1 ) 06 , 0 1 {( ) 06 , 0 1 ( 1 { 06 , 0 000 . 800 ) 1 ( 1 ) 1 {( ) 1 ( 1 { ) ( 2 . 2 2 10 R R i i i i i da Anc R ct c nc
Analisis Kriteria Investasi
PENDAHULUAN
•
Hasil perhitungan kriteria investasi merupakan indikator dari modal yang
diinvestasikan, yaitu perbandingan antara total benefit yang diterima
dengan total biaya yang dikeluarkan dalam bentuk present value selama
umur ekonomis.
•
Perkiraan benefit (cash in flows) dan perkiraan cost (Cash out flows)
merupakan alat kontrol dalam pengendalian biaya untuk memudahkan
dalam mencapai tujuan usaha/proyek.
•
Hasil perhitungan kriteria investasi dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam mengambil keputusan penanaman modal.
•
Kriteria investasi yang dapat digunakan: NPV, IRR, Net B/C, Gross B/C, PR
•
Keputusan yang timbul dari hasil analisis: menerima atau menolak,
memilih satu atau beberapa proyek, atau menetapkan skala prioritas
dari proyek yang layak.
Analisis Kriteria Investasi
PERHITUNGAN KRITERIA INVESTASI
1.
Net Present Value (NPV)
NPV merupakan net benefit yang telah didiskon dengan menggunakan social opportunity cost of capital sebagai diskon faktor.
Rumus:
n i n i n n i i atau i NB NPV atau i NB NPV 1 1 ) 1 ( ) 1 ( Dimana:NB = Net benefit = Benefit – Cost C = Biaya investasi + Biaya operasi
= Benefit yang telah didiskon = Cost yang telah didiskon i = diskon faktor
B C
Analisis Kriteria Investasi
Kriteria:
NPV > 0 (nol) → usaha/proyek layak (feasible) untuk dilaksanakan
NPV < 0 (nol) → usaha/proyek tidak layak (feasible) untuk dilaksanakan NPV = 0 (nol) → usaha/proyek berada dalam keadaan BEP dimana
TR=TC dalam bentuk present value.
Untuk menghitung NPV diperlukan data tentang perkiraan biaya investasi, biaya operasi, dan pemeliharaan serta perkiraan benefit dari proyek yang direncanakan.
Analisis Kriteria Investasi
Contoh 1:
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan untuk membangun industri pengolahan hasil pertanian, diketahui:
Dana investasi: Rp. 35.000.000,- dialokasikan selama 2 tahun, yaitu tahun persiapan Rp. 20.000.000,- dan tahun pertama Rp. 15.000.000,-. Kegiatan pabrik dimulai
setelah tahun ke-2 dari pengembangan kontruksi.
Jumlah biaya operasi dan pemeliharaan berdasarkan rekapitulasi dari berbagai biaya pada tahun kedua sebesar Rp 5.000.000,- per tahun dan untuk tahun-tahun
berikutnya seperti pada tabel 1.
Benefit dari kegiatan industri ini adalah jumlah produksi dari pengolahan hasil-hasil pertanian. Kegiatan produksi dimulai pada tahun kedua dengan jumlah penghasilan Rp 10.000.000,- sedang tahun-tahun berikutnya seperti terlihat pada tabel 1.
Analisis Kriteria Investasi
Tabel 1: Persiapan Perhitungan NPV (dalam Rp.000,-)
Thn Investasi Biaya Operasi
Total Cost Benefit Net Benefit D.F. 18% Present Value 0 20.000 - 20.000 - -20.000 1,0000 -20.000 1 15.000 - 15.000 - -15.000 0,8475 -12,713 2 - 5.000 5.000 10.000 5.000 0,7182 3,591 3 - 6.000 6.000 12.000 6.000 0,6086 3,652 4 - 6.000 6.000 14.000 8.000 0,5158 4,126 5 - 7.000 7.000 17.000 10.000 0,4371 4,371 6 - 7.000 7.000 21.000 14.000 0,3704 5,186 7 - 8.000 8.000 25.000 17.000 0,3139 5,336 8 - 9.000 9.000 30.000 21.000 0,2660 5,586 9 - 10.000 10.000 36.000 26.000 0,2255 5,863
Analisis Kriteria Investasi
Dari keterangan dan tabel yang diberikan maka:
Hasil menunjukkan bahwa NPV > 0, ini berarti gagasan usaha (proyek) layak
diusahakan.
Catatan:
•
Perkiraan cash in flow dan cash out flow yang menyangkut proyeksi
harus mendapat perhatian
•
Perkiraan benefit harus diperhitungkan dengan menggunakan berbagai
variabel (perkembangan trend, potensi pasar, perkembangan proyek
000
.
115
.
11
)
1
(
1
NPV
i
NB
NPV
n n i iAnalisis Kriteria Investasi
Tabel 2: Persiapan Perhitungan NPV (dalam Rp.000,-) Thn Investasi Biaya Operasi Total Cost Benefit Net Benefit D.F. 18% B C 0 20.000 - 20.000 - -20.000 1,0000 - 20.000 1 15.000 - 15.000 - -15.000 0,8475 - 12.713 2 - 5.000 5.000 10.000 5.000 0,7182 7.182 3.591 3 - 6.000 6.000 12.000 6.000 0,6086 7.304 3.652 4 - 6.000 6.000 14.000 8.000 0,5158 7.221 3.095 5 - 7.000 7.000 17.000 10.000 0,4371 7.431 3.060 6 - 7.000 7.000 21.000 14.000 0,3704 7.778 2.593 7 - 8.000 8.000 25.000 17.000 0,3139 7.848 2.511 8 - 9.000 9.000 30.000 21.000 0,2660 7.980 2.394 9 - 10.000 10.000 36.000 26.000 0,2255 8.118 2.255
Analisis Kriteria Investasi
Dengan menggunakan rumus yang lain, NPV dapat juga dihitung dengan
bantuan Tabel 2 berikut. Pada tabel tersebut cost dan benefit langsung
dikalikan dengan DF:
Hasil menunjukkan bahwa NPV > 0, ini berarti gagasan usaha (proyek)
layak diusahakan.
, 000 . 114 . 11 114 . 11 966 . 57 080 . 69 1 Rp NPV NPV C B NPV i n i iAnalisis Kriteria Investasi
Contoh 2:
Pimpinan perusahaan akan mengganti mesin lama dengan mesin baru
karena mesin lama tidak ekonomis lagi, baik secara teknis maupun
ekonomis. Untuk mengganti mesin lama dibutuhkan dana investasi sebesar
Rp 75.000.000,-. Mesin baru mempunyai umur ekonomis selama 5 tahun
dengan salvage value berdasarkan pengalaman pada akhir tahun kelima
sebesar Rp. 15.000.000,-. Berdasarkan pengalaman pengusaha, cash in
flows setiap tahun diperkirakan sebesar Rp 20.000.000,- dengan biaya
modal 18% per tahun. Apakah penggantian mesin ini layak untuk dilakukan
apabila dilihat dari PV dan NPV?
Analisis Kriteria Investasi n n i m i r Sv r CF PV ) 1 ( ) 1 ( 1
Di mana: PV = Present value CF = Cash flow
n = periode waktu tahun ke n m = periode waktu r = tingkat bunga Sv = salvage value 059 . 100 . 69 638 . 556 . 6 184 . 742 . 8 778 . 315 . 10 617 . 172 . 12 689 . 363 . 14 153 . 949 . 16 ) 18 , 0 1 ( 000 . 000 . 15 ) 18 , 0 1 ( 000 . 000 . 20 ... ) 18 , 0 1 ( 000 . 000 . 20 ) 18 , 0 1 ( 000 . 000 . 20 ) 18 , 0 1 ( 000 . 000 . 20 5 5 3 2 PV PV PV
Berdasarkan pada hasil perhitungan di atas, pembelian mesin baru dengan harga Rp 75.000.000,- ternyata tidak feasible karena PV lebih kecil dari original outlays atau original cost (harga beli).
Analisis Kriteria Investasi
2. Internal Rate of Return (IRR)
IRR adalah suatu tingkat discount rate yang menghasilkan NPV = 0 (nol). Jika IRR > SOCC maka proyek dikatakan layak
IRR = SOCC berarti proyek pada BEP
IRR < SOCC dikatakan bahwa proyek tidak layak.
Untuk menentukan besarnya nilai IRR harus dihitung dulu NPV1 dan NPV2 dengan cara coba-coba. Jika NPV1 bernilai positif maka discount factor kedua harus lebih besar dari SOCC, dan sebaliknya.
Dari percobaan tersebut maka IRR berada antara nilai NPV positif dan NPV negatif yaitu pada NPV = 0.
Rumus:
dimana: i = tingkat discount rate yang menghasilkan NPV
2 1
2 1 1 1)
(
NPV
NPV
i
i
NPV
i
IRR
Analisis Kriteria Investasi
Dari Contoh 1 dibuat Tabel 3 berikut:
Tabel 3: Persiapan Perhitungan IRR (dalam Rp.000,-)
Thn Net Benefit D.F. 18% Present Value D.F. 24% Present Value 0 -20.000 1,0000 -20.000 1,0000 -20.000 1 -15.000 0,8475 -12,713 0,8065 -12,713 2 5.000 0,7182 3,591 0,6504 3,591 3 6.000 0,6086 3,652 0,5245 3,652 4 8.000 0,5158 4,126 0,4230 4,126 5 10.000 0,4371 4,371 0,3411 4,371 6 14.000 0,3704 5,186 0,2751 5,186 7 17.000 0,3139 5,336 0,2218 5,336
Analisis Kriteria Investasi
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa IRR 23,97% lebih besar dari
SOCC sebesar 18%, berarti proyek tersebut layak untuk dikerjakan.
% 97 , 23 23974 , 0 ) 18 , 0 24 , 0 ( ) 48 114 . 11 ( 114 . 11 18 , 0 ) ( 1 2 2 1 1 1 IRR IRR i i NPV NPV NPV i IRRAnalisis Kriteria Investasi 149 . 452 . 76 530 . 790 . 7 373 . 387 . 10 606 . 841 . 11 430 . 499 . 13 351 . 389 . 15 860 . 543 . 17 ) 15 , 0 1 ( 000 . 000 . 15 ) 14 , 0 1 ( 000 . 000 . 20 ... ) 14 , 0 1 ( 000 . 000 . 20 ) 14 , 0 1 ( 000 . 000 . 20 ) 14 , 0 1 ( 000 . 000 . 20 5 5 3 2 PV PV PV
Dari Contoh 2, IRR merupakan tingkat bunga yang menyamakan antara harga beli aset (Original outlays) dengan present value. Jadi untuk mendapatkan nilai PV=OO harus dicari dengan menggunakan dua tingkat bunga. Tingkat bunga I menghasilkan PV < OO dan tingkat bunga II menghasilkan PV > OO.
PV I dengan DF=18% menghasilkan Rp.69.100.059,- dan PV II dengan DF=14% adalah:
Berdasarkan pada hasil perhitungan di atas, maka:
) 14 18 )( 000 . 000 . 75 149 . 452 . 76 ( 14 ) ( 1 2 1 2 1 1 IRR PV PV i i OO PV i IRR
Analisis Kriteria Investasi
3. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
Net B/C adalah perbandingan antara net benefit yang telah didiskon
positif (+) dengan net benefit yang telah didiskon negatif.
Rumus:
Jika: Net B/C > 1 (satu) berarti proyek (usaha) layak dikerjakan
Net B/C < 1 (satu) berarti proyek tidak layak dikerjakan
Net
B/C = 1 (satu) berarti cash in flows = cash out flows
(BEP) atau TR=TC
n i i i n i B N B N C NetB 1 1 ) ( ) ( /Analisis Kriteria Investasi
Dari Contoh 1 dibuat Tabel 4 berikut:
Tabel 4: Jumlah benefit dan persiapan Perhitungan Net B/C Proyek Thn Net Benefit D.F. 18% Present Value 0 -20.000.000 1,0000 -20.000.000 1 -15.000.000 0,847458 -12,713.870 2 5.000.000 0,718218 3,590.920 3 6.000.000 0,608631 3,651.785 4 8.000.000 0,515789 4,126.312 5 10.000.000 0,437109 4,371.090 6 14.000.000 0,370432 5,186.048 7 17.000.000 0,313925 5,336.725
Analisis Kriteria Investasi
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa Net B/C > 1, berarti proyek
tersebut layak untuk dikerjakan.
37 , 1 3703 , 1 870 . 711 . 32 582 . 825 . 44 / ) ( ) ( / 1 1
C NetB B N B N C NetB n i i n i iAnalisis Kriteria Investasi
4. Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C)
Gross
B/C adalah perbandingan antara benefit kotor yang telah didiskon dengan cost secara keseluruhan yang telah didiskon.Rumus:
Jika: Gross B/C > 1 (satu) berarti proyek (usaha) layak dikerjakan
Gross B/C < 1 (satu) berarti proyek tidak layak dikerjakan Gross B/C = 1 (satu) berarti proyek dalam keadaan BEP.
Dari contoh 1 (tabel 2), Gross B/C dapat dihitung sbb:
n i n i n i n r C r B C GrossB 1 1 ) 1 ( ) 1 ( /839
.
077
.
69
Analisis Kriteria Investasi
5. Profitability Ratio (PR)
PR
adalah rasio perbandingan antara selisih benefit dengan biaya operasi dan pemeliharaan dengan jumlah investasi. Nilai dari masng-masing variabel dalam bentuk present value (telah didiskon dengan DF dari SOCC)Rumus:
Jika: PR > 1 (satu) berarti proyek (usaha) layak dikerjakan PR < 1 (satu) berarti proyek tidak layak dikerjakan PR = 1 (satu) berarti proyek dalam keadaan BEP.
n i i n i n i iI
M
O
B
PR
1 1 1Analisis Kriteria Investasi
Tabel 5: Jumlah Investasi, Biaya Operasi, dan Biaya Pemeliharaan dalam Harga Berlaku dan dalam Present Value (dalam Rp.000,-)
Thn Investasi Biaya Operasi Benefit Net 18% ī OM B 0 20.000 - - 1,0000 -20.000 - -1 15.000 - - 0,8475 -12.712 - -2 - 5.000 10.000 0,7182 - 3.591 7.182 3 - 6.000 12.000 0,6086 - 3.651 7.303 4 - 6.000 14.000 0,5158 - 3.095 7.221 5 - 7.000 17.000 0,4371 - 3.060 7.431 6 - 7.000 21.000 0,3704 - 2.593 7.778 7 - 8.000 25.000 0,3139 - 2.511 7.848 8 - 9.000 30.000 0,2660 - 2.394 7.980
Analisis Kriteria Investasi
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa PR > 1, berarti proyek tersebut
layak untuk dikerjakan.
34 , 1 3397 , 1 712 . 32 253 . 25 078 . 69 1 1 1
PR I M O B PR n i i n i n i i iAnalisis Kriteria Investasi
ANALISIS PAY BACK PERIOD DAN BEP
1.
Pay Back Period (PBP)
PBP adalah jangka waktu tertentu yang menunjukkan terjadinya arus
penerimaan (cash in flows) yang secara kumulatif sama dengan jumlah investasi dalam bentuk present value.
PBP digunakan untuk mengetahui berapa lama proyek dapat mengembalikan investasi. Rumus: p n i icp n i i p B B I T PBP
1 1 1 1 Dimana:PBP = Pay Back Period
Tp-1 = Tahun sebelum terdapat PBP Ii = Jumlah investasi telah didiskon B = Jumlah benefit yang telah didiskon
Analisis Kriteria Investasi
Dari Tabel 5, PBP dapat dihitung sbb:
PBP = 5 tahun 5 bulan 15 hari.
Untuk nilai Tp-1 dihitung secara kumulatif dari nilai benefit yang telah didiskon (7.182+7.303+7.221+7.431=29.137) karena pada tahun kelima terdapat
kumulatif benefit di bawah jumlah investasi yang telah didiskon.
Nilai Bp yaitu jumlah benefit pada PBP adalah sebesar 7.778, berarti pada tahun keenam terdapat jumlah kumlatif benefit sama dengan jumlah investasi.
4596
,
0
5
778
.
7
137
.
29
712
.
32
5
PBP
PBP
Analisis Kriteria Investasi
2. Break Even Point (BEP)
BEP adalah titik pulang pokok dimana TR=TC.
Terjadinya BEP tergantung pada lama arus penerimaan sebuah proyek dapat menutupi segala biaya operasi dan pemeliharaan serta biaya modal lainnya. Selama perusahaan masih berada di bawah BEP, selama itu perusahaan masih menderita kerugian. Semakin lama perusahaan mencapai BEP, semakin besar saldo rugi. Rumus: n i icp n i i p B B TC T BEP
1 1 1 1 Dimana:BEP = Break Even Point
Tp-1 = Tahun sebelum terdapat BEP
Analisis Kriteria Investasi
Dari Tabel 2 dan Tabel 5, BEP dapat dihitung sbb:
BEP = 8 tahun 7 bulan 22 hari.
Dilihat dari jumlah produksi:
TR = p x q dan TC = a + bq
pada keadaaan BEP: TR = TC → p.q = a + bq
p.q – bq = a → q (p-b) = a
q = a/(p-b)
BEP
(Q)= a/(p-b)
BEP
(RP)= a/(1 – b/p) → BEP dalam rupiah adalah dengan
6431
,
0
8
118
.
8
745
.
52
966
.
57
8
BEP
BEP
Dimana: a=fixed costb= biaya var per unit p=harga per unit q=jumlah produksi
Analisis Kriteria Investasi 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Tahun I TC TR BEP PBP 32.712 57.965 PV,I,C,B Grafik 1. BEP
Pada grafik tsb terlihat keuntungan didapat setelah perusahaan mencapai BEP. Di bawah BEP kegiatan mengalami kerugian karena keuntungan yang diperoleh
Analisis Kriteria Investasi
CONTOH KASUS
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan thd sebuah gagasan usaha pembangunan perusahaan batu bata diperoleh data sbb:
1.a. Kebutuhan investasi
- Bangunan utk tempat kerja ukuran
10x20 m x Rp 7.500,- Rp. 1.400.000,-- Bangunan kantor 5x4 m x Rp 10.000,1.400.000,-- Rp.
200.000,-- Peralatan kantor Rp. 100.000,-- Bangunan/dapur pembakar
8x6 m x Rp 12.000,- Rp. 576.000,-- Peralatan pencetak dari kayu Rp. 20.000,-- Tanah lokasi usaha 500m2
dengan harga @ Rp 7.000,- Rp. 3.500.000,-b. Kebutuhan modal kerja Rp.
8.296.000,-Analisis Kriteria Investasi
2. Sumber dana direncanakan melalui kredit bank sebesar Rp 6.000.000,- dengan suku bunga 18% per tahun dan dimajemukkan setiap tahun selama 5 tahun. Sisa modal sebesar Rp 2.296.000,- merupakan modal sendiri.
3. Kapasitas produksi (full capacity) per tahun sebesar 100.000 unit yang dilakukan dalam 4 kali pembakaran dan setiap 1 kali pembakaran sebanyak 25.000 unit. Rencana produksi pada tahun pertama dan kedua sebesar 75% dan tahun ketiga sampai
dengan tahun kelima sebesar 100%. 4. Biaya operasi dan pemeliharaan
a. Biaya tidak tetap
- Biaya bahan baku per unit produksi diterima di tempat usaha diperhitungkan sebesar Rp.
3,-Analisis Kriteria Investasi
b. Biaya tetap
- Gaji karyawan tetap 1 orang per bulan Rp 75.000,-- Biaya umum rata75.000,--rata per tahun Rp 30.000,75.000,--
30.000,-- Biaya penyusutan rata30.000,--rata per tahun diperhitungkan Rp 459.200,30.000,-- 459.200,-- Nilai scrap value asset pada akhir tahun kelima Rp 4.500.000,459.200,-- 4.500.000,-- Biaya perawatan per tahun rata4.500.000,--rata Rp 75.000,4.500.000,--
75.000,-5. Harga jual hasil produksi sesuai dengan harga pasar Rp 65,- per unit dan pajak diperhitungkan sebesar 15% dari hasil net benefit.
Berdasarkan pada kasus di atas, apakah gagasan usaha ini layak untuk dikembangkan bila dilihat dari NPV, IRR, dan Net B/C?
Analisis Kriteria Investasi
Penyelesaian:
• Cicilan pengembalian pokok pinjaman dan bunga bank dari jumlah pinjaman
sebesar Rp
6.000.000,-• Jadwal pelunasan kredit terlihat pada tabel K.1, rekapitulas biaya operasi dan
pemeliharaan pada tabel K.2, perhitungan NPV dapat dilihat pada tabel K.3,
perhitungan IRR dan Net B/C terlihat pada tabel K.4.
670
.
918
.
1
}
)
18
,
0
1
(
1
{
18
,
0
000
.
000
.
6
5Rp
R
Analisis Kriteria Investasi
Tabel K.1 Jadwal pengembalian Kredit Perusahaan Batu Bata (Rp Ribuan)
Akhir Kwt Cicilan/Tahun Bunga (18%) P.Pokok Pinjaman
Jumlah PPP Sisa Kredit
0 - - - - 6.000,00 1 1.918,67 1.080,00 838,67 838,67 5.161,33 2 1.918,67 929,04 989,63 1.828,30 4.171,70 3 1.918,67 750,91 1.167,76 2.996,06 3.003,94 4 1.918,67 540,71 1.377,96 4.374,03 1.625,97 5 1.918,67 292,68 1.625,99 6.000,02 0,00
Analisis Kriteria Investasi
Tabel K.2 Rekapitulasi Biaya Operasi dan Biaya Pemeliharaan Perusahaan Batu Bata (Rp Ribuan)
Jenis Biaya Tahun
1 2 3 4 5
A. Biaya Tdk Tetap 1.290,00 1.290,00 1.720,00 1.720,00 1.720,00
1. Bahan baku 375,00 375,00 500,00 500,00 500,00
2. Bahan Pembantu 225,00 225,00 300,00 300,00 300,00 3. Upah Tenega Kerja 450,00 450,00 600,00 600,00 600,00 4. Bahan Bakar Kayu 240,00 240,00 320,00 320,00 320,00 B. Biaya Tetap 1.464,20 1.464,20 1.464,20 1.464,20 1.464,20
5. Biaya gaji 900,00 900,00 900,00 900,00 900,00