• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. METODE PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "III. METODE PENELITIAN"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di kawasan PT. Kencana Sawit Indonesia (KSI), Kabupaten Solok Selatan, Sumatra Barat sebagai lokasi pengamatan dan pengambilan data. Pengolahan dan analisis data penelitian dilakukan di Laboratorium Analisis Lingkungan dan Pemodelan Spasial, Departemen Konservasi Sumber Daya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Pengambilan data di lapangan dilakukan dari tanggal 13 April - 19 September 2011. Kegiatan pengamatan dan pengambilan data dilaksanakan pada 6 bulan pertama, selanjutnya digunakan untuk pengolahan dan analisis data. Lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Lokasi Penelitian di Kawasan PT. Kencana Sawit Indonesia.

3.2. Alat dan Bahan

Alat dan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini dikelompokkan berdasarkan kegunaan seperti yang tertera pada Tabel 1.

(2)

Tabel 1 Daftar Alat dan Bahan

No. Kegunaan Alat dan Bahan

1. Pembuatan Jalur dan plot pengamatan

Meteran (50 m), GPS (Global Positioning System), tali raffia

2. Pengambilan data satwa GPS, headlamp, senter, flagging tape, baterai, jam tangan, kantong specimen, spidol permanen, field guide (buku panduan lapangan amphibia), kaliper, timbangan pegas, kaca pembesar.

3. Pengambilan data habitat Termometer, pH meter, dry wet 4. Dokumentasi Kamera digital, alat tulis, tally sheet

5. Analis data Komputer dengan perangkat lunak ArcGis 9.3, Minitab 14 dan Microsoft Office 2007, Peta rupa Bumi, peta tutupan lahan.

3.3. Jenis Data

Jenis data yang dikumpulkan antara lain: Pertama, data primer, dikumpulkan dari hasil pengukuran dan pengkoleksian di lapangan, antara lain:

1. Data satwa: Nama jenis, jumlah individu jenis, waktu ditemukan, posisi (vertikal dan horizontal), koordinat, substrat, aktivitas, ukuran panjang dan massa tubuh.

2. Data habitat: Tanggal dan waktu pengambilan data, nama lokasi, substrat lingkungan, komposisi vegetasi, suhu udara, kelembaban udara, penutupan tajuk dan data fisik lainnya.

3. Data peta: Foto udara kawasan perkebunan PT. Kencana Sawit Indonesia. Dan Kedua, Data Sekunder, berupa data kondisi lokasi penelitian.

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data primer

Penelitian dilaksanakan pada potongan-potongan hutan yang terfragmentasi daerah riparian yang terdegradasi dan area perkebunan di dalam kawasan perkebunan sawit.

(3)

3.4.1.1. Data satwa

Metode yang digunakan dalam pengambilan data satwa yaitu Visual Encounter Survei (VES) dengan desain transek metode ini adalah salah satu metode yang paling efektif digunakan di kawasan hutan hujan tropis (Doan 2003).

Pengambilan data dilakukan pada 18 jalur VES desain transek di setiap elemen lanskap dengan rincian seperti pada Tabel 2.

Tabel 2. Daftar Jalur VES

No. Elemen Lanskap Jumlah Panjang (m)

1. Area Inti

Bukit Tengah Pulau 5 500

Bukit Salo 3 500

2. Matriks 500

Matriks Bukit Tengah Pulau 4 500

Matriks Bukit salo 2 500

3. Koridor

Sungai Suir 4 500

Sungai Jujuan 4 500

Tahapan pengambilan datanya yaitu:

1. Survei pendahuluan

Survei pendahuluan dilakukan sebelum pengambilan data. Survei dilakukan dengan cara mendeliniasi kawasan sehingga jelas perbedaan antar elemen lanskap, kemudian menentukan titik penempatan jalur pengambilan data satwa. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui kondisi dan karakteristik habitat di setiap site pengambilan data sehingga jalur yang dibuat diharapkan jalur yang dibuat efektif dalam sebagai plot pengambilan data satwa.

2. Pembuatan Jalur a. Area inti

Delapan jalur transek dibuat pada dua area inti yaitu Bukit Tengah Pulau dan Bukit Salo, pada setiap area inti empat jalur dibuat pada ke empat penjuru mata (utara, timur, selatan dan barat) dengan arah transek dari tepi menuju pusat. Jalur pengamatan dibuat sepanjang 500 meter. Setiap jalur ditandai dengan menggunakan GPS dan flagging tape pada setiap 10 m. Jalur ditempatkan pada trek yang diduga memiliki tingkat pertemuan yang tinggi dengan amphibia

(4)

(diamati melalui survei pendahuluan), pada setiap jalur dilakukan 2 kali ulangan.

Gambar 2 Peta dan ilustrasi jalur pengamatan amphibia lanskap Bukit Tengah Pulau.

b. Koridor

Koridor yang digunakan adalah pada daerah riparia Sungai Suir dan Jujuan, pada masing sungai dibuat dua jalur dengan arah berlawanan menuju hilir dan hulu dari sungai masing-masing dua transek, jalur pengamatan dibuat sepanjang 500 meter. Setiap jalur ditandai dengan menggunakan GPS dan flagging tape pada setiap 10 meter, pada setiap jalur dilakukan 2 kali ulangan.

c. Matriks

Jalur pada matriks dibuat sebanyak 6 jalur, 3 jalur dibuat pada masing-masing pada arah utara, timur, barat ditambah diantara bukit tengah pulau dengan Bukit Salo dengan titik awal pada bagian tepi Bukit Tengah Pulau menjauhi area inti, transek yang berada diantara kedua bukit dibuat secara melintang. Jalur dibuat sepanjang 500 meter. Setiap jalur ditandai dengan menggunakan GPS dan flagging tape pada setiap 10 meter, pada setiap jalur dilakukan 2 kali ulangan. Jalur ditempatkan dengan memilih lintasan yang melewati area yang kemungkinan sesuai dengan mikro habitat yang dapat menunjung dispersal pada amphibia (diamati melalui survei pendahuluan).

(5)

Gambar 3 Peta dan ilustrasi jalur pengamatan amphibia lanskap Bukit Salo.

3. Pengumpulan data satwa

Penangkapan dan pengumpulan sampel dilakukan dengan mendatangi jalur pengamatan pada malam hari dengan dua kali ulangan untuk setiap jalur. pengamatan malam hari dilakukan pada pukul ±19.00-23.00 WIB. Pengamatan dimulai pada titik nol pada jalur dan difokuskan pada tempat-tempat yang diperkirakan menjadi sarang atau tempat persembunyian amphibia, seperti ranting pohon, di bawah kayu lapuk, diantara akar-akar pohon, di celah-celah batu, di lubang dalam tanah, di bawah tumpukan serasah, atau di tepi sungai.

Setiap individu yang tertangkap pada jalur pengamatan dimasukkan ke dalam kantong dan dicatat datanya. Data yang dicatat meliputi jenis, koordinat, waktu ditemukan, aktivitas, posisi horizontal dan vertikal, subtrat. Amphibia yang berhasil dikumpulkan,dibawa untuk diukur panjang dan massa tubuhnya lalu diidentifikasi. Identifikasi satwa dilakukan dengan menggunakan Panduan Lapangan Amfibi Kawasan Ekosistem Leuser (Mistar 2003), Amfibi Jawa dan Bali (Iskandar 1998).

3.4.1.2. Data Habitat

Komponen habitat yang diamati meliputi suhu udara, substrat, komposisi vegetasi dan penutupan tajuk. Suhu udara dicatat sebelum dan sesudah

(6)

pengamatan pada jalur dan plot pengamatan, sedangkan substrat, komposisi vegetasi dan penutupan tajuk dilakukan pada siang hari.

3.4.2 Data sekunder

Data sekunder mengenai kondisi umum lokasi penelitian diperoleh dengan cara studi pustaka dan wawancara dengan pengelola dan masyarakat di sekitar kawasan.

3.5. Analisis Data

3.5.1. Analisis data satwa 1. Uji statistik

a. Regresi linear digunakan untuk membuktikan adanya korelasi keanekaragaman spesies (Dependent) terhadap jarak dengan area inti (Independent). Semua Keanekaragaman spesies yang digunakan dalam penelitian ini akan ditentukan dengan menggunakan Indeks Keanekaragaman Jenis Shannon-Wiener (Magurran, 2004).

Dengan hipothesis:

Ho = Pertambahan jarak tidak berpengaruh terhadap keanekaragaman jenis

H1 = Pertambahan jarak berpengaruh terhadap keanekaragaman jenis

Perhitungan menggunakan Software Minitab 14.

b. Cluster anaysis dengan menggunakan euclidean distance metode ward, digunakan untuk melihat kesamaan keanekaragaman spesies pada koridor, matriks dan area inti. Perhitungan dengan menggunakan software minitab 14.

c. Uji t digunakan untuk mengetahui; Pertama, perbedaan keanekaragaman jenis pada pada koridor yang terpapar dan tidak terpapar dengan area inti, Kedua, perbedaan keanekaragaman jenis pada pada transek arah hulu dan hilir koridor, pada tingkat kepercayaan 95% dengan menggunakan hipotesa:

Ho = Tidak ada perbedaan keanekaragaman jenis amphibia pada koridor terpapar dan tidak terpapar/koridor hulu dan Hilir

(7)

H1 = Ada perbedaan keanekaragaman jenis amphibia pada koridor terpapar dan tidak terpapar/koridor hulu dan hilir. Perhitungan dengan menggunakan Software Minitab 14.

2. Kekayaan jenis

Untuk menduga besarnya kekayaan jenis total pada seluruh habitat di lokasi penelitian digunakan Indeks Kekayaan Jenis Jackknife (Krebs, 1985). Persamaan indeks ini yaitu:

Keterangan :

S = Indeks kekayaan jenis jackknife s = Total jumlah jenis yang teramati n = Banyaknya unit contoh

k = Jumlah jenis yang unik (jenis yang hanya ditemukan pada hanya salah satu unit contoh)

Adapun keragaman dari nilai dugaan (S) tersebut dihitung dengan formula berikut:

Keterangan:

Var(S) = keragaman dugaan jackknife untuk kekayaan jenis

fj = jumlah unit contoh dimana ditemukan j jenis unik (j=1,2,3,..,s) k = jumlah spesies unik

n = jumlah total unit contoh

Penduga selang bagi indeks kekayaan jenis jackknife adalah sebagai berikut :

Dimana tα diperoleh dari tabel t-student dengan nilai derajat bebas = n-1

 

k

n

n

s

S

1

             

n k fj j n n S 2 2 1 ) var( ) (

var

S

t

S

(8)

3. Kelimpahan Jenis

Kelimpahan jenis diukur dengan mengikuti pengelompokan Burden (2000) yaitu:

1. Umum (paling sedikit 30 temuan/hari pada habitat yang sesuai dengan kondisi cuaca optimal).

2. Cukup umum (10-30 temuan/hari).

3. Tidak umum (5-10 temuan/hari, umumnya pada kebanyakan hari dilakukan survei).

4. Jarang (hingga 5 temuan/hari, namun kemungkinan tidak ditemukan lebih dari setengah hari pelaksanaan survei)

5. Langka (dibawah 5 temuan pada kebanyakan hari survei).

4. Kemerataan Jenis

Kemerataan jenis akan di tentukan dengan menggunakan Indeks Kemerataan Jenis Shannon-wienner (Krebs, 1985).

Keterangan:

J’ = Nilai Evenness (antara 0 – 1) H’ = Indeks Diversitas Shannon-Wienner Dmax = Nilai Maksimum Indeks Diversitas

5. Pemilihan Habitat

Jenis yang ditemukan akan ditentukan habitat yang lebih disukai dengan menggunakan Indeks Indeks Neu et al. (Krebs, 1985):

Keterangan:

wi = Indeks pemilihan habitat ke-i atau tipe habitat ke-i

ui = Proporsi jumlah individu ditemukan pada tipe habitat ke-i terhadap

total individu ditemukan pada seluruh habitat diamati ni = Jumlah individu ditemukan pada tipe habitat ke-i

  i i i i i i i a a n n p u w max

'

'

D

H

J 

(9)

ai = Luas tiap habitat ke-i

pi = Proporsi luas tipe habitat ke-i terhadap luas total tipe habitat yang

diamati

Distandarkan dengan menggunakan persamaan:

6. Pola Sebaran Spasial

Jenis yang ditemukan akan ditentukan pola sebaran spasialnya dengan menggunakan Indeks Rasio Ragam (Krebs, 1985):

x

=

=

=

( ) x

Keterangan:

x = nilai tengah atau rata-rata (jumlah individu/total plot) S2 = varians/keragaman

xi = jumlah individu

fi = frekuensi banyaknya jumlah individu ditemukan n = jumlah total individu

N = jumlah Plot

Kesimpulan yang diambil yaitu :

 Apabila S2 = x , maka sebarannya acak.  Apabila S2 < x , maka sebarannya homogen.

 Apabila S2 >x , maka sebarannya berkelompok/agregat.

3.5.2 Analisis Data Habitat

Data habitat yang telah dikumpulkan dianalisis secara deskriptif berdasarkan kondisi lokasi sampel amphibia yang ditemukan di lapangan.

i i i w w B

Gambar

Tabel 1 Daftar Alat dan Bahan
Tabel 2. Daftar Jalur VES
Gambar 2 Peta dan  ilustrasi jalur pengamatan amphibia lanskap Bukit Tengah                     Pulau

Referensi

Dokumen terkait

Adapun tujuan dari pelaksanaan Abdimas ini adalah memberikan pendampingan dalam merumuskan program kerja tahunan dan multi tahunan di lingkungan manajemen UPTD BLKD

verbal (menggunakan tuverbal) dalam segala bentuk publikasii alasannya adalah kita harus tahu berapa ukuran tuverbal yang akan kita gunakani efek dan bentuk yang akan

Undang-Undang Nomor n Tahun 20 1 2 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak (se lanjutnya disebut UU SPPA) menggantikan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang

dikaji secara linguistik dan pragmatik ini adalah wujud clan makna pragmatik kefatisan berbahasa apa sajakah yang terdapat dalam tindak berbahasa masyarakat Indonesia

Berdasarkan kepentingan kajian yang telah dinyatakan, dapatan kajian ini diharapkan dapat memberi lebih maklumat tentang binaan dan jenis frasa kerja kepada pihak yang berkaitan

Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan keberhasilan berhenti merokok pada mahasiswa Fakultas Ilmu Kese- hatan

Judul Skripsi : HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 MALANG Menyatakan bahwa skripsi tersebut adalah karya

Berdasarkan hasil inventarisasi jaringan distribusi pipa PDAM Kabupaten Situbondo dengan metode SIG dapat digunakan untuk melakukan evaluasi dan pengembangan terhadap