• Tidak ada hasil yang ditemukan

Standar Kompetensi SpJP Indonesia 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Standar Kompetensi SpJP Indonesia 2016"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN PROFESI

DOKTER SPESIALIS PENYAKIT JANTUNG

DAN

PEMBULUH DARAH

KOLEGIUM

ILMU PENYAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH 2016

(2)

Kolegium Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah

... + ... hal ... cm x ... cm ISBN No...

Hak cipta dipegang oleh para penulis dan dilindungi oleh undang-undang. Dilarang memperbanyak, mencetak, dan menerbitkan sebagian atau seluruh isi buku ini dengan cara dan dalam bentuk apapun juga tanpa seijin dari penulis dan penerbit.

© 2016 Kolegium Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah

Edisi Pertama Tahun Edisi Kedua Tahun 2016 Penerbit:

(3)

KATA SAMBUTAN

KETUA KOLEGIUM ILMU PENYAKIT JANTUNG & PEMBULUH DARAH MASA BAKTI 2016-2018

Seiring dengan kemajuan yang di capai oleh Program Studi Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah , yang telah memiliki 12 Pusat-pusat Pendidikan Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah yang telah mandiri dan yang tersebar di daerah-daerah, maka telah diselesaikan Buku Standar Nasional Pendidikan Kedokteran khususnya untuk Profesi Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah.

Buku ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi seluruh peserta pendidikan Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah terutama yang berada di Pusat-pusat pendidikan yang telah mandiri untuk menghasilkan Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah dengan profesional, kompetensi, dan dedikasi yang tinggi.

Sesuai dengan Undang-undang No.12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi dalam pasal 24 memuat ketentuan tentang Standar Nasional Pendidikan untuk Pendidikan Akademik dan Pendidikan Profesi. Standar Nasional Pendidikan Kedokteran (SNPK) mengacu kepada Standar Nasional Pendidikan Tinggi yang ditetapkan oleh Menristekdikti ; Standar Pendidikan Profesi Dokter, Standar Pendidikan Dokter Spesialis yang disahkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia

SNPK sendiri terdiri dari pokok-pokok yang disahkan oleh KKI ditambah dengan standar khusus yang ada pada Standar Nasional Pendidikan Tinggi yaitu standar pengabdian rakyat, standar penelitian dan standar biaya pendidikan. Standar Kompetensi lulusan pada SNPK adalah standar kompetensi yang disahkan oleh KKI.

Bidang Kardiologi dan Kedokteran Vaskular sangat luas yaitu meliputi pengetahuan, ketrampilan dan perilaku yang merupakan inti dari kurikulum standar pendidikan ilmu penyakit jantung dan pembuluh darah dalam upaya mencapai tingkat kompetensi klinik sebagai dokter spesialis penyakit jantung dan pembuluh darah (

cardiologist ), dimana setiap dokter yang telah menyelesaikan pendidikan Spesialis Jantung

dan Pembuluh Darah harus memiliki berbagai kompetensi seperti yang diuraikan dalam buku ini.

Kami sangat mengharapakan buku ini dapat menjadi standarisasi untuk pengembangan standar umum pendidikan dokter SpJP.

Akhir kata, kami mohon maaf apabila masih terdapat banyak kekurangan dalam buku ini .

Jakarta, Maret 2017 Kolegium

Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah

DR. Dr. Anwar Santoso, SpJP(K), FIHA Ketua

(4)

Kata Sambutan Ketua Pengurus Pusat

Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia

Masa Bakti 2016 – 2018

Assalamualaikum Wr. Wb,

Pertama-tama kami panjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, yang dengan rahmat-Nya maka buku “Standar Nasional Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah” ini dapat diselesaikan.

Buku Standar Nasional Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah ini akan menjadi acuan bagi seluruh pusat-pusat Pendidikan Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah di Indonesia. Selain itu buku standar ini dapat digunakan sebagai penjaga mutu serta menilai perbaikan kualitas proses Pendidikan Dokter SpJP (PPDS) oleh Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah.

Hendaknya buku standar ini terus dievaluasi, dan direvisi bilamana perlu sesuai dengan kemajuan dan perkembangan ilmu dan teknologi. Semoga buku standar ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Pengurus Pusat

Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia

DR. Dr. Ismoyo Sunu, SpJP(K), FIHA Ketua

(5)

Daftar Isi

Kata Pengantar

Kata Sambutan Ketua Kolegium Kata Sambutan Ketua PP PERKI

Bab I Pendahuluan

Bab II Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah

1. Standar Kompetensi Lulusan 2. Standar Isi

3. Standar Proses 4. Standar Penilaian

5. Standar Penerimaan Mahasiswa Baru 6. Standar Dosen dan Tenaga Kependidikan 7. Standar Sarana dan Prasarana

8. Standar Pengelolaan 9. Standar Pembiayaan

10. Standar Rumah Sakit Pendidikan 11. Standar Wahana Pendidikan Bab III Standar Penelitian

Bab IV Standar Pengabdian Masyarakat Bab V Standar Penilaian/Evaluasi Program

Bab VI Standar Kontrak Kerja Sama Fakultas Kedokteran, Rumah Sakit Pendidikan Utama, dan Rumah Sakit Jejaring Pendidikan Program Studi Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah

Bab VII Standar Pemantauan dan Pelaporan Pencapaian Program Pendidikan Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah

Bab VIII Standar Pola Pemberian Insentif untuk Peserta Didik Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah

(6)

BAB I

Pendahuluan

1. Sejarah

Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah di Indonesia sejak tahun 1980 telah menduduki peringkat pertama sebagai penyebab kesakitan maupun kematian. Data yang diperoleh Federasi Jantung Dunia (World Heart Federation) menyatakanbahwa persentase kematian penyakit kardiovaskular di negara berkembang meningkat dari 16,0% pada tahun 1985 menjadi 17,0% pada tahun 1990 dan 24,0% pada tahun 1997. Demikian juga di Indonesia seperti yang dilaporkan Badan Litbang Departemen Kesehatan RI, persentase kematian meningkat dari 5,9% (1975) menjadi 9,1% (1981), 16,0% (1986), 19,0% (2000) dan 24,3% (2002),sedangkan di negara maju (developed country) menurundari 51,0% pada tahun 1985 menjadi 48,0% pada tahun 1990 dan 46,0% pada tahun 1997. Dua pertiga beban penyakit kardiovaskular justru berada di negara berkembang termasuk kawasan Asia Pasifik dan Asia Tenggara.

Pelayanan Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah di Indonesia mulai berkembang dengan berdirinya Perkumpulan Kardiologi Indonesia (Indonesia Heart

Association) pada tanggal 16 November 1957 dengan pemikiran visioner dari Ketua PERKI pertamabahwa lahan kardiologi ini sebegitu luasnya, hingga bagi para internis

umum tidak mungkin lagi dapat tetap mengikuti dan menguasai kemajuan-kemajuan dalam lapangan ini. Oleh karena fakta-fakta tersebut, maka seharusnyalah Ilmu Kardiologi terpisah dari Ilmu Penyakit Dalam, dan mendapatkan tempat sendiri di samping Ilmu Penyakit Dalam, dan tentulah dengan kerja sama yang seerat-eratnya. Saat ini konsep tersebut telah mendasari pendidikan Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah (SpJP) atau Cardiologist di dunia terutama di negara-negara Eropa, Amerika dan Asia.

PERKI adalah satu-satunya Perhimpunan Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah (Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular) yang diakui IDI sejak tahun 1957 di Indonesia, tahun 1980 di negara ASEAN (AFC – Asean Federation of Cardiology), di Asia Pasifik (APSC - Asia Pacific Society of Cardiology)

(7)

maupun di dunia (World Heart Federation). Demikian juga Kolegium Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah adalah satu-satunya Kolegium yang bertanggungjawab dalam bidang Kardiovaskular di Indonesia dan telah disahkan oleh KKI dengan SK No.072/S.Kep/MKKI/IX/2006.

Memahami situasi nasional dan kecenderungan globalisasi maka sangat rasional Pendidikan Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah secara langsung dari dokter umum yang telah dimulai sejak tahun 1968 dengan berdirinya Lembaga Kardiologi Nasional (LAKARNAS) terus dikembangkan. Pendidikan dokter spesialis tidak dapat dipisahkan dengan pendirian institusi pendidikan. Oleh karena itu LAKARNAS kemudian menjadi Bagian Kardiologi FKUI. Keputusan pendirian Bagian Kardiologi secara saah dikukuhkan dengan SK Rektor UI No.064/SK/R/UI/76 tanggal 10 November 1976.

Di Surabaya pendidikan dokter Spesialis Jantung dan pembuluh Darah mengikuti pola yang sama termasuk berdirinya Bagian Kardiologi FKUNAIR dan sampai saat ini tidak ada lagi Sub Bagian Kardiologi Penyakit Dalam.

SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 076/U/1980 bertanggal 10 Maret 1980 menyatakan Program Studi Ilmu Penyakit Jantung adalah salah satu dari 14 program studi (Sp1), antara lain Pulmonologi dan Ilmu Penyakit Dalam serta lainnya, diakui sejajar sebagai program studi dokter spesialis lainnya di Indonesia. Untuk program Sp1 Penyakit jantung berada di Universitas Indonesia di Jakarta dan Universitas Airlangga di Surabaya.

Program Studi Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah saat ini telah berlangsung secara penuh di 12 Pusat Pendidikan yang telah mandiri yaitu: FK Universitas Indonesia Jakarta, FK Universitas Airlangga Surabaya, FK Universitas Sumatera Utara Medan, FK Universitas Padjajaran Bandung, FK Universitas Gajah Mada Yogyakarta, FK Universitas Udayana Bali, FK Universitas Diponegoro Semarang, FK Universitas Andalas Padang, FK Universitas Hasanuddin Makassar, FK Universitas Brawijaya Malang, FK Universitas Sam Ratulangi Manado, dan FK Universitas Sebelas Maret Solo.

(8)

2. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum perlu dijabarkan secara baik. Kesehatan adalah hak asasi manusia dan dijamin dalam Undang-Undang Dasar sebagai cita-cita luhur dari para pendiri Republik Indonesia. Penjabaran yang konkrit dalam bentuk pemberian berbagai upaya kesehatan kepada seluruh masyarakat.

Bidang kardiologi klinik bertujuan memberikan pelayanan dan pengobatan sesuai dengan tingkat kompetensi bagi pasien dengan penyakit/kelainan jantung, pembuluh darah arteri dan vena.

Pada umumnya patologi kardiovaskuler adalah proses aterosklerosis yang berefek kepada sistem arteri koroner dan sistem arteri seluruh tubuh.

Pemahaman mengenai faktor risiko dan modifikasinya (prevensi primer dan sekunder) untuk meminimalisir efek buruk jangka panjang dari proses aterosklerosis adalah komponen utama bidang kardiologi.

Penyakit miokardium, perikardium, katup jantung, dan penyakit jantung rematik menampilkan perbedaan patologis yang memerlukan modalitas pencitraan (imaging) dan pengobatan yang berbeda dibanding penyakit aterosklerosis. Gangguan irama jantung sering didapatkan dan bervariasi dari yang jinak sampai yang bersifat fatal.

Pengetahuan yang bersifat komprehensif dan analitik terhadap berbagai kelainan di atas serta pengobatan yang semakin berkembang merupakan hal yang sangat penting dalam penyusunan kurikulum inti.

Penyakit pembuluh darah termasuk hipertensi sistemik, hipertensi pulmonal dan penyakit pembuluh aorta, arteri perifer dan vena, serta kelainan jantung bawaan merupakan hal yang sangat penting untuk dipelajari termasuk modalitas pengobatannya.

Pencitraan jantung dan pembuluh darah merupakan komponen penting dalam bidang ilmu general cardiology modern.

Bidang kardiologi demikian luasnya meliputi pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang merupakan inti dari kurikulum standar pendidikan ilmu penyakit jantung

(9)

dan pembuluh darah dalam upaya mencapai tingkat kompetensi klinik sebagai dokter spesialis penyakit jantung dan pembuluh darah (cardiologist).

Dokter SpJP sebagai salah satu komponen utama pemberi pelayanan kesehatan jantung dan pembuluh darah di masyarakat mempunyai peran yang sangat penting dan terkait secara langsung dengan proses pelayanan kesehatan dan mutu pelayanan yang diberikan berlandaskan penguasaan ilmu pengetahuan kardiovaskular, keterampilan, sikap dan perilaku sebagai kompetensi yang didapat selama pendidikan. Kompetensi yang dimiliki merupakan landasan utama bagi dokter SpJP untuk dapat melakukan profesinya. Pendidikan kedokteran pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan mutu kesehatan bagi seluruh masyarakat. World Federation of Medical Education (WFME) mempromosikan suatu standar keilmuan dan etika yang tinggi yang juga harus diterapkan di Indonesia termasuk dalam menerapkan metode pembelajaran dan sarana instruksional baru, serta manajemen yang inovatif pada pendidikan kedokteran.

Pendidikan dokter demikian juga pendidikan dokter SpJP berbasis akademik dan profesi. Pendidikan Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah adalah jenjang pendidikan lanjut dari pendidikan dokter. Sesuai dengan visi awal, serta perkembangan di dunia maka untuk menempuh pendidikan Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah tidak perlu menyelesaikan pendidikan Dokter Spesialis Penyakit Dalam (internis) dahulu, sehingga setiap dokter yang telah mempunyai latar belakanggeneral internal medicine sudah dapat mengikuti pendidikan SpJP, namun demikian terbuka lebar bagi seorang internisuntuk mengikuti pendidikan dan memperoleh kompetensi sebagai seorang SpJP pada akhir pendidikan, demikian juga bagi seorang Dokter Spesialis Anak berlaku ketentuan yang sama. Sampai tahun 2010 telah dihasilkan 508 dokter SpJP. Di antaranya 67 berasal dari Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan 11 dari Dokter Spesialis Penyakit Anak.

3. Landasan Hukum

Dalam ketentuan umum Undang Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, disebutkan bahwa standar nasional pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan yang berlaku di wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Agar lulusan pendidikan dokter spesialis di Seluruh Indonesia mempunyai mutu yang

(10)

setara maka perlu ditetapkan standar nasional pendidikan profesi dokter spesialis. Dalam penjelasan pasal 7 ayat 2 Undang Undang Praktik Kedokteran, No.20 Tahun 2004 disebutkan bahwa standar umum pendidikan profesi dokter dan dokter gigi adalah standar yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan sistem pendidikan nasional. Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Dengan demikian, apabila setiap komponen pendidikan yang terkait dengan pendidikan dokter spesialis jantung dan pembuluh darah mempunyai standar yang sama maka dokter spesialis jantung dan pembuluh darah yang dihasilkan akan dijamin mempunyai mutu yang sama pula.

PERMENRISTEKDIKTI Standar Nasional pendidikan tinggi wajib dipenuhi oleh setiap perguruan tinggi.. dll.

Telah disetujuinya katalog Program Studi Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah disusun pada KOPERKI I tahun 1974 di Jakarta selanjutnya dibukukan pada bulan Oktober bersama dengan Program Studi yang sudah ada. Selanjutnya pada tahun 1980 dengan diterbitkannya SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 076/U/1980 tentang Program Pendidikan Dokter Spesialis I dan Program Studi yang dibina, memutuskan: butir 2 Universitas Indonesia dan 6 Universitas Airlangga:

1. Ilmu Bedah, 2. Ilmu Penyakit Dalam, 3. Ilmu Kesehatan Anak, 4. Obsetri dan Ginekologi, 5. Ilmu Penyakit Saraf, 6. Psikiatri, 7. Ilmu Penyakit Mata, 8. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, 9. Ilmu Penyakit THT, 10. Ilmu Penyakit Jantung, 11. Ilmu Penyakit Paru, 12. Radiologi, 13. Anestesiologi, 14. Ilmu Kedokteran Forensik tahun 1980 yang intinya Bagian Kardiologi, Bagian Pulmonologi dan Bagian Ilmu Penyakit Dalam serta ke 14 Program Studi Sp1 diakui sejajar.

Keputusan Majelis Wali Amanat UI No 005/SK/MWA-UI/2007 tanggal 25 April 2007menegaskan: Meniadakan terjadinya tumpang tindih program studi dengan kompetensi lulusan yang sama dari semua fakultas dan/atau program pascasarjana. Sehingga di FKUI seyogyanya hanya ada 1 (satu) program pendidikan Sp1 untuk dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah maupun subspesialisasinya.

(11)

Standar nasional pendidikan profesi Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah (SpJP) di Indonesia adalah perangkat penyetara pendidikan Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah yang dibuat dan disepakati bersama oleh pemangku kepentingan pendidikan Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah yaitu Kolegium Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI).

Standar tersebut merupakan suatu perangkat yang dapat digunakan untuk menjaga mutu serta menilai perbaikan kualitas proses pendidikan dokter SpJP (PPDS) oleh Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah (IPD-SpJP) yang bertanggungjawab untuk hal tersebut. Di samping itu, standar merupakan instrumen yang digunakan untuk mengukur tercapainya tujuan pendidikan sesuai kompetensi yang ditetapkan. Standar dapat pula dipakai oleh IPD-SpJP untuk menilai dirinya sendiri, maupun sebagai dasar perencanaan program perbaikan kualitas proses pendidikan secara berkelanjutan.

5. Pengertian Standar Kompetensi Dokter Spesialis

Standar Profesi SpJP adalah kriteria kemampuan (knowledge, skill and

professional attitude) keahlian spesifik penyakit jantung dan pembuluh darah

(Kardiovaskular) minimal yang harus dipelajari dan dicapai.

Sertifikasi yang dikeluarkan oleh Kolegium Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah

adalah pemberian pengakuan bahwa pemegang sertifikat telah memenuhi standar profesi SpJP.

Dokter SpJP adalah tenaga kesehatan yang mampu (kompeten) melakukan pemeriksaan,

pengobatan maupun melakukan tindakan/prosedur dan intervensi sesuai Kurikulum Program Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia.

Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah (Kardiovaskular) merupakan

salah satu bidang spesialisasi di dalam ilmu kedokteran yang lulusannya diberi nama Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah (SpJP).

Kolegium Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah menyusun Standar Profesi Pendidikan Nasional dan Kompetensi Pendidikan Dokter Spesialis Jantung dan

(12)

Pembuluh Darah bersama Institusi Pendidikan Kardiologi dan Kedokteran Vaskular (Departemen/Bagian Kardiologi dan Kedokteran Vaskular ).

Kolegium menyusun Kurikulum Inti Kardiovaskular minimal. Ketua Program

Studi dan Institusi Pendidikan menjabarkannya dan boleh memodifikasi dengan muatan lokal tidak lebih dari 20%. Kurikulum Inti Kardiovaskular bertujuan menyediakan suatu kerangka acuan dalam penyelenggaraan Program Pendidikan Dokter Spesialis di bidang Kardiologi dan Kedokteran Vaskular yang disepakati. Selain itu, kurikulum inti kardiovaskular juga berfungsi sebagai acuan untuk Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan (PKB) bagi para dokter SpJP yang telah berpraktik atau sedang menjalani pendidikan.

Kolegium Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah melakukan bench marking dengan The European Society of Cardiology/ESC, sehingga dalam menyusun standar nasional pendidikan profesi dokter spesialis jantung dan pembuluh darah yang mengacu pada Core Sylabus ESC 2013, termasuk subyek materi yang dimasukkan sebagai bagian dari spesialisasi dengan tujuan:

1. Menetapkan batasan kompetensi spesialisasi dan,

2. Menentukan batasan pengetahuan sebagai acuan untuk pembuatan Kurikulum.

Selanjutnya, Kurikulum Inti Kardiovaskular mempunyai fungsi lanjutan dengan menetapkan batas pengetahuan, keahlian dan perilaku yang harus dicapai bagi seorang dokter SpJP (general cardiologist). Lebih luas, Kurikulum Inti Kardiovaskular juga berfungsi sebagai landasan untuk struktur aktivitas pendidikan Peserta Program Dokter Spesialis (PPDS) Kardiologi dan Kedokteran Vaskular di Indonesia, baik peserta dalam negeri maupun peserta adaptasi.

Dengan tujuan dasar untuk meningkatkan standar pendidikan akademik dan profesionalisme bagi dokter SpJP, Kurikulum Inti Kardiovaskular bermanfat sebagai masukan yang bertujuan memperbaiki pelayanan kesehatan bagi pasien penyakit jantung dan pembuluh darah di seluruh Indonesia.

PERKI dan Kolegium memiliki komitmen untuk mempelajari ulang dan merevisi Kurikulum secara teratur. Kajian dan revisi ulang akan memasukkan perkembangan dalam modalitas diagnostik dan tata laksana yang berubah sangat cepat di bidang kardiovaskular.

(13)

Proses pembuatan dan revisi Kurikulum Inti Kardiovaskular menggunakan batasan yang dinamis. Di Indonesia dengan berkembangnya keilmuan Kardiovaskular dan bidang spesialisasi lainnya, terdapat berbagai tingkatan kurikulum yang berbeda dan bersinggungan, selain itu subyek atau aktivitas yang dianggap bagian utama spesialisasi juga bervariasi secara bermakna antar daerah. Di Indonesia seorang SpJP yang telah menyelesaikan pendidikan diharapkan untuk mampu secara mandiri melakukan pemeriksaan diagnostik koroner (diagnostic coronary angiography), sedangkan untuk melakukan intervensi disyaratkan untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan lanjutan. Subspesialis di bidang Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah adalah:

1. Kardiologi Intervensi

2. Kardiovaskular Intensif dan Kegawatan 3. Kardiologi Nuklir dan Pencitraan 4. Ekokardiografi

5. Aritmia 6. Vaskular

7. Kardiologi Pediatrik dan Kelainan Bawaan 8. Prevensi dan Rehabilitasi

Sesuai dengan bench marking maka subspesialisasi hendaknya dilaksanakan dalam bentuk fellowship training.

Dalam menyusun Kurikulum, Kolegium berusaha tidak menggunakan batasan yang terendah, melainkan batasan yang lebih tinggi namun beralasan. Kolegium menyadari bahwa beberapa kompetensi dalam modul tertentu mungkin dianggap terlalu tinggi sehingga dianggap ”sebaiknya dimiliki” – bukan ”seharusnya dimiliki” oleh Peserta Didik di beberapa daerah untuk jangka pendek. Seiring perkembangan, terutama ketersediaan tekhnologi, variasi antar daerah ini diharapkan dapat dikurangi.

Kurikulum Inti Kardiovaskular bertujuan menentukan apa yang seharusnya dikuasai semua dokter SpJP di Indonesia, yang terbagi dalam Kriteria Umum dan Khusus.

(14)

Manfaat Standar Kompetensi Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah adalah: a. Bagi Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah

Sesuai dengan Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas dan Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang mengatakan bahwa kurikulum program studi menjadi wewenang institusi pendidikan kedokteran, maka Standar Kompetensi Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah merupakan kerangka acuan utama bagi institusi pendidikan Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah dalam mengembangkan kurikulumnya masing-masing. Walaupun kurikulum berbeda, tetapi Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah yang dihasilkan dari berbagai institusi pendidikan diharapkan memiliki kesetaraan dalam hal penguasaan kompetensi.

b. Bagi Pengguna

Standar Kompetensi Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah dapat dijadikan kerangka acuan utama bagi Departemen Kesehatan maupun Dinas Kesehatan Propinsi ataupun Kabupaten dalam pengembangan sumber daya manusia kesehatan, dalam hal ini Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah dapat memberikan pelayanan kesehatan yang optimal.

Dengan adanya Standar Kompetensi Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah, DepKes dan Dinas Kesehatan sebagai pihak yang akan memberikan lisensi dapat mengetahui kompetensi apa yang telah dikuasai oleh Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah dan kompetensi apa yang perlu ditambah, sesuai dengan kebutuhan spesifik di tempat kerja. Dengan demikian pihak Departemen Kesehatan dan Dinas Kesehatan dapat menyelenggarakan pembekalan atau pelatihan jangka pendek sebelum memberikan ijin praktik.

c. Bagi Peserta Didik

Standar Kompetensi Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah dapat digunakan oleh peserta didik untuk mengarahkan proses belajarnya, karena peserta didik mengetahui sejak awal kompetensi yang harus dikuasai di akhir

(15)

pendidikan. Dengan demikian proses pendidikan diharapkan dapat berjalan lebih efektif dan efisien.

d. Bagi Departemen Pendidikan Nasional dan Badan Akreditasi Nasional

Standar Kompetensi Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi kriteria pada akreditasi program studi pendidikan Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah.

e. Bagi Kolegium Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah Indonesia

Standar Kompetensi Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah dapat dijadikan acuan dalam menyelenggarakan program pengembangan profesi secara berkelanjutan.

f. Program Adaptasi bagi Lulusan Luar Negeri

Standar Kompetensi Dokter Spesalis Jantung dan Pembuluh Darah dapat digunakan sebagai acuan untuk menilai kompetensi Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah lulusan luar negeri

(16)

BAB II

Standar Pendidikan Profesi

Dokter Spesialis Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah

1. Standar Kompetensi lulusan 1.1.Kompetensi Inti

1.1.1. Kompetensi dalam Area Etika, Moral, Profesionalisme dan Medikolegal

1. Berperilaku profesional dalam praktik kedokteran serta mendukung kebijakan kesehatan

2. Bermoral dan beretika serta memahami isu-isu etik maupun aspek medikolegal dalam praktik kedokteran

1.1.2. Kompetensi sebagai Ilmuwan/Peneliti

Sekurang-kurangnya mencakup:

1. Menilai secara kritis sumber-sumber informasi medik

2. Melakukan sendiri atau bekerjasama dengan profesi lain dalam melaksanakan penelitian bidang jantung dan pembuluh darah

3. Mengembangkan, mengimplementasikan dan memantau strategi pendidikan untuk diri sendiri yang berkelanjutan

4. Memfasilitasi pembelajaran mahasiswa kedokteran dan tenaga profesional lain 5. Berkontribusi dalam pengembangan ilmu kardiovaskular baru

6. Penilai sebaran penyakit jantung dan pembuluh darah di daerahnya

1.1.3. Kompetensi dalam Area Komunikasi Efektif

Mampu menggali dan bertukar informasi (verbal dan non verbal) dengan pasien pada semua usia, anggota keluarga, masyarakat, kolega dan profesi lain.

(17)

A. Area Landasan Ilmiah

Mengidentifikasi, menjelaskan dan merancang penyelesaian masalah kesehatan mutakhir untuk mendapat hasil yang optimum.

B. Area Ketrampilan Klinis

1. Memperoleh riwayat penyakit, melakukan pemeriksaan fisik serta membuat rekam medis

2. Melakukan prosedur klinis dan pemeriksaan laboratorium dasar, seta menafsirkan hasilnya

3. Memilih pemeriksaan penunjang sesuai dengan kebutuhan pasien

4. Memilih dan melakukan ketrampilan terapeutik, serta tindakan prevensi sesuai dengan kewenangannya

1.1.5. Kompetensi dalam Area Pengelolaan Masalah Kesehatan

Mengelola masalah kesehatan pada individu, keluarga, ataupun masyarakat secara komprehensif, holistik, berkesinambungan, koordinatif dan kolaboratif dalam konteks pelayanan kesehatan tingkat primer.

1.1.6. Kompetensi dalam Area Pengelolaan Informasi

Mengakses, mengelola, menilai secara kritis kesahihan dan kemampu-terapan informasi untuk menjelaskan dan memecahkan masalah atau mengambil keputusan dalam kaitan dengan pelayanan kesehatan di tingkat primer.

1.1.7. Kompetensi dalam Area Mawas Diri dan Pengembangan Diri

1. Melakukan praktik kedokteran dengan penuh kesadaran atas kemampuan dan keterbatasannya

2. Mengatasi masalah emosional, personal, kesehatan dan kesejahteraan yang dapat mempengaruhi kemampuan profesinya

3. Belajar sepanjang hayat

4. Merencanakan, menerapkan dan memantau perkembangan profesi secara bersinambung

(18)

1.1.8. Kompetensi Manajerial (di SNPK tidak ada)

Sekurang kurangnya mencakup:

1. Menggunakan dan memanfaatkan sumber daya secara efektif, efisien dan seimbang guna: pencegahan penyakit jantung dan pembuluh darah, pemeriksaan, pengobatan dan pemeriksaan pasien, kebutuhan belajar, aktivitas di luar.

2. Bekerja secara efektif dan efisien dalam suatu unit organisasi kesehatan.

3. Menggunakan tekhnologi informasi dan buletin klinik yang terbaik untuk mengoptimalkan tatalaksana pasien, pembelajaran yang berkesinambungan, peningkatan mutu pelayanan, dan kegiatan-kegiatan lain.

4. Memimpin suatu unit pelayanan kesehatan jantung dan pembuluh darah.

1.2. Komponen Kompetensi

Seorang dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah (SpJP) memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam bidang-bidang di bawah ini:

1. Elektrokardiografi

2. Ekokardiografi dan Pencitraan

3. Kateterisasi Jantung dan angiografi dan intervensi non bedah 4. Genetik kardio vaskular

5. Farmakologi klinik kardio vaskular 6. Pencegahan penyakit kardio vaskular 7. Hipertensi

8. Penyakit jantung diabetes 9. Sindroma koroner akut

10. Penyakit jantung iskemik (PJK) 11. Uji latih jantung beban

12. Penyakit miokardial 13. Penyakit perikardial 14. Tumor jantung

15. Kehamilan pada penyakit jantung

(19)

17. Infektif endokarditis 18. Gagal jantung

19. Hipertensi arteri pulmoner 20. Rehabilitasi dan fisiologi latihan 21. Aritmia

22. Fibrilasi atrium 23. Sinkope

24. Kematian jantung mendadak dan resusitasi 25. Penyakit aorta dan trauma pd aorta

26. Penyakit vaskular

27. Penyakit tromboembolik vena

28. Emboli paru dan tromboemboli kronik 29. Kardiovaskular akut

30. Kardiologi pediatrik dan Penyakit Jantung Bawaan 31. Kardio vaskular intensif

32. Kardiologi nuklir,pencitraan kardiovaskular, CT Kardio, MRI, dan CMR

1.3. Kemampuan yang Diharapkan pada Akhir Pembelajaran

Untuk menilai bahwa capaian yang diinginkan secara minimal telah terpenuhi, maka pada akhir pendidikan peserta didik harus dapat memenuhi kompetensi sesuai tabel di bawah ini, di mana kompetensi dasar adalah standar minimal yang harus dicapai untuk manjadi seorang Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah, sedangkan untuk mencapai kompetensi lanjutan diperlukan pendidikan dan pelatihan lanjutan.

(file tabel kompetensi dasar dan lanjutan)

2. Standar Isi

Standar isi berikut ini menjabarkan kriteria minimal yang harus dipenuhi di masing-masing komponen kompetensi dari sisi Pengetahuan, Keterampilan, dan Sikap yang harus dimiliki seorang dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah untuk mencapai Tujuan pembelajaran yang ditentukan.

(20)

2.1. Elektrokardiografi Tujuan

Memilih, melakukan dan menginterpretasi masing-masing teknik EKG non-invasif: - EKG 12 lead standard

- EKG jangka panjang ambulatory - Pemeriksaan EKG latihan

- Cardio-Pulmonary Exercise Testing (CPX)

Pengetahuan

EKG 12 Lead

Mekanisme selular dan molekular yang terlibat dalam aktivitas listrik jantung Anatomi dan fisiologi sistem konduksi

Vektor-vektor elektrik di sepanjang siklus karidak

EKG normal dan bagaimana masing-masing vektor-vektor elektrik mempengaruhinya Artefak dan lead terbalik yang umum pada EKG

Penampakkan khas dari, dan penjelasan untuk, EKG pada pasien dengan: (a) Hipertrofi bilik

(b) Iskemia dan infark

(c) Penilaian penyakit sisi kanan atau posterior jantung melalui EKG 15 atau 18 lead dengan penempatan lead prekordial alternatif

(d) Gangguan konduksi

o Left Bundle Branch Block, Right Bundle Branch Block o Hemi-Fascicular Block

o Kelambatan konduksi intraventrikular jenis lain o Blok AV

(e) Takikardia dan bradikardia (f) Pre-eksitasi

(g) Channelopathies

o Abnormalitas QT (QT pendek, QT panjang) o Pola EKG Brugada

o Repolarisasi awal (h) Gangguan repolarisasi lainnya

o Abnormalitas elektrolit

o Obat-obat antiaritmia dan obat-obatan lain o Hipotermia

(i) Perikarditis, pericardial effusion, miokarditis (j) Kardiomiopati aritmogenik

(k) Peralatan pacemaker, ICD, dan CRT, dan kerusakannya

EKG Jangka Panjang Ambulatory Indikasinya

(21)

Keterbatasannya

Pemeriksaan EKG Latihan Indikasi utamanya

- Evaluasi iskemia

- Evaluasi respons pengobatan

- Evaluasi kapasitas fungsional (CPX) - Evaluasi aritmia yang inducible

- Evaluasi respons hemodinamik non-invasif terhadap latihan (misalnya respons kronotropik, respons tekanan darah)

Kontraindikasi

Kriteria untuk menghentikan pemeriksaan Komplikasi dan tatalaksana

Cardiopulmonary Exercise Testing

Indikasi utamanya

(a) Evaluasi toleransi latihan

(b) Diferensiasi antara etiologi kardiovaskular dan pulmonar pada intoleransi latihan (c) Kapasitas aerobik dan batasan anaerobik, slope VE/VCO2

(d) Evaluasi pada pasien dengan penyakit kardiovaskular

(i) Evaluasi fungsional dan prognosis pasien dengan gagal jantung (ii) Seleksi untuk transplantasi jantung

(iii) Monitoring rehabilitasi jantung

Keterampilan

EKG 12 Lead

Kemampuan untuk melakukan pemeriksaan EKG dan menginterpretasi secara sistematis dalam konteks klinis

EKG Jangka Panjang Ambulatory

Kemampuan untuk melakukan pemeriksaan EKG ambulatory dan menginterpretasinya Pemeriksaan EKG Latihan

Kemampuan untuk:

- Melakukan pemeriksaan EKG latihan dan menginterpretasinya dalam konteks klinis - Menatalaksana komplikasi dan melakukan RJP dan Advanced Cardiac Life Support (ACLS)

Cardiopulmonary Exercise Testing

Melakukan pemeriksaan CPX dan menginterpretasinya dalam kasus-kasus yang rutin

Sikap

- Kesadaran akan pengaruh kemungkinan pre-test terhadap kemungkinan post-test (hukum Bayes)

(22)

2.2. Ekokardiografi dan Pencitraan Tujuan

Memilih dengan tepat dari lima modalitas imaging: - Ekokardiografi

- Cardiovascular Magnetic Resonance (CMR) - Cardiac Computed Tomography (CT)

- Nuclear imaging - Vascular modality

dan mengintegrasikan hasilnya ke dalam penanganan pasien secara individual.

Pengetahuan

 Menjelaskan kegunaan berbagai modalitas tersebut untuk mengukur struktur dan fungsi jantung serta pembuluh darah arteri dan vena:

o Dimensi ruang dan dinding jantung o Massa ventrikel kiri (LV)

o Volume ventrikel o Fraksi ejeksi/regurgitasi

o Regional wall motion abnormalities o Estimasi ukuran shunt

o Perhitungan stenosis katup o Estimasi regurgitasi katup o Estimasi fungsi diastolik LV o Kalsifikasi arteri koroner o Perfusi miokard

o Penyakit miokard o Coronary artery disease o Penyakit perikard o Tumor kardiak

o Penyakit jantung kongenital o Noninvasive coronary angiogram

 Menjelaskan berbagai teknik pengukuran dan atau pemakaian modalitas o M-mode o 2 dimensional (2D) mode o Doppler o Contrast echocardiografi o Compression Ultrasound o Hyperemi Test

o Segmental limb pressure measurement

• Mengetahui berbagai indikasi pengukuran dan atau penilaian: o Volume dan shunt

o Evaluasi fungsi sistolik dan diastolik (termasuk ejection fraction) o Regional wall motion abnormalities

o Massa LV

(23)

o Regurgitasi katup o Fungsi diastolik LV

o Penyakit jantung kongenital

o Iskemi ekstremitas dan organ viseral o Venous Tromboembolism

o Disfungsi endotel, insufisiensi vena, stiffness aorta o AVfistel, malformasi, spasme

 Modalitas: o TTE o TEE o Doppler o Stress test o Stress ekokardiografi Keterampilan

Keterampilan dijelaskan pada tiap modalitas

 Untuk mencapai kompetensi tersebut disesuaikan pengalaman yaitu mampu melakukan pemeriksaan dan interpretasi sesuai standar yang disepakati baik secara nasional maupun internasional

Sikap

Memilih teknik imaging yang cocok untuk situasi klinis spesifik termasuk pengertian mendalam dari pendekatan Bayesian.

Memilih teknik, modalitas dan protokol imaging yang berguna secara klinis dan

cost-effective, menghindari penggunaan yang berlebihan atau tidak optimal (over- and under-utilisation).

Integrasi data dari teknik non-invasif yang berbeda maupun dari imaging invasif. Mengenali dan tetap berada pada perkembangan imaging non-invasif.

Mengenali kekuatan dan kelemahan Doppler vascular echocardiography dalam suatu situasi klinis.

 Bekerjasama dengan kardiologis intervensional, elektrofisiologis, anestesiolog dan spesialis lain yang terlibat dalam emergency medicine dan intensive care dan dengan bedah jantung.

 Menjelaskan pada pasien tentang hasil tes ekokardiografi, Doppler vaskuler.

2.3. Kateterisasi Jantung dan Angiografi dan Intervensi Non Bedah Tujuan

Mampu melakukan dan menginterpretasi angiogram koroner native dan conduit/graft bedah dan angiogram ventrikel kiri

 Mampu melakukan dan menginterpretasi kateterisasi jantung kanan dan kiri

Pengetahuan

 Menjelaskan prinsip pencitraan fluoroskopi, fisika radiasi dan keamanan

(24)

angiografi (termasuk hipotensi, gagal jantung, aritmia, iskemik miokard, reaksi kontras, emboli kolesterol, gagal ginjal, komplikasi-komplikasi vaskuler dan perdarahan retroperitoneal dan tamponade jantung).

 Memahami anatomi radiologis dari jantung, aorta, pembuluh-pembuluh darah besar dan arteri koroner, demikian juga arteri femoral, radial dan brachial yang digunakan untuk akses pembuluh darah selama kateterisasi

 Mengenal bentuk gelombang tekanan yang diperoleh selama kateterisasi jantung  Menjelaskan data-data hemodinamik dan oksimetri yang rutin dikumpulkan dan

bagaimana menghitung cardiacoutput, resistensi vaskuler, area katup dan shunt arteriovenous dari hasil pengukuran

Menjelaskan bermacam-macam teknik kateterisasi perkutan dan cut-down

 Menjelaskan bermacam-macam tipe kateter yang digunakan dalam angiografi koroner dan kateterisasi jantung

 Menjelaskan peralatan-peralatan dan teknik yang digunakan untuk kateterisasi transeptal dan diskusi aplikasinya

 Menjelaskan kapan dan bagaimana cara melakukan pacu jantung dan pericardiocentesis dan komplikasi-komplikasi yang berhubungan dengan tindakan  Mengerti prinsip-prinsip dasar dan indikasi ultrasound intrakoroner, Doppler dan

penilaian tekanan

Keterampilan

 Menunjukkan pemahaman mengenai peralatan-peralatan di laboratorium kateterisasi (monitoring fisiologi, transducer, analisis gas darah, powerinjector)

 Mendapatkan akses arterial perkutan (femoral, radial, brachial) dan akses vena dan pencapaian hemostasis setelah kateterisasi

 Melakukan kateterisasi jantung kiri termasuk angiografi koroner, ventrikulografi , angiografi graft by pass koroner, dan intervensi non bedah diperlukan pengalaman minimal yang terdokumentasi

 Melakukan kateterisasi jantung kiri termasuk angiograf koroner, ventrikulografi, angiografi graft by pass koroner dan intervensi non bedah; diperlukan dokumentasi pengalaman minimal

 Melakukan bedside kateterisasi jantung kanan termasuk pengukuran cardiac output, pengukuran tekanan dan oksimetri; diperlukan dokumentasi pengalaman minimal  Menunjukkan keahlian dalam mengatasi aritmia yang mengancam jiwa dan keadaan

emergensi lainnya di laboratorium kateterisasi termasuk resusitasi dan pengukuran bantuan hidup (life support)

 Mengevaluasi angiografi koroner, ventrikulogram, aortogram dan angiografi pulmonal, yang normal dan patologis.

 Harus mencapai tingkat kompetensi III

Sikap

 Mampu melakukan pemilihan modalitas penatalaksanaan yang tepat (medis, perkutan atau bedah) berdasarkan data angiografi

 Menunjukkan tanggung jawab dalam permintaan, melakukan dan menginterpretasi test invasif dengan mempertimbangkan secara tepat risiko dan keuntungan tindakan

(25)

 Mengenal risiko ion radiasi terhadap pasien dan petugas medis.  Mengenal kekuatan dan kelemahan prosedur diagnostik invasif dan

menginterpretasikan dengan data klinis lainnya

 Konsultasi dengan perawat dan teknisi dan dokter spesialis seperti intervensionis, elektofisiologis, atau pediatrik kardiologis

2.4. Genetik Kardiovaskular Tujuan

Mampu untuk melakukan penilaian dan pengobatan kardiologik umum terhadap pasien dengan kelainan kardiovaskular karena familial atau keturunan.

Pengetahuan

 Menjelaskan insidens dan prevalensi dari kelainan kardiovaskular karena keturunan di komunitas lokal

 Mempunyai pengetahuan dasar tentang embriologi kardiak dan gen familial utama yang turut dalam kardiogenensis

 Menjelaskan prinsip-prinsip tentang keturunan Mendelian

 Menjelaskan prinsip-prinsip penyakit kardiovaskular poligenik (seperti: hipertensi, diabetes dan dislipidemia)

 Mengingat kembali tentang penyakit kardiovaskular monogenik utama; kardiomiopati hipertropik; aortopati familial, seperti sindroma Marfan, Ehler-Danlos dan William; kardiomiopati dilatasi familial, ”familial channelopathies”, kelainan familial dari proses septasi, ’familial basis of conotruncal anomalies; trisomi khususnya trisomi 21, dislipidemia familial, khususnya ”low density lipoprotein receptor”

 Menjelaskan dasar familial tentang tumor kardiak yang diturunkan.

Keterampilan

 Mengambil anamnesa yang relevan dan membuat pemeriksaan yang sesuai  Menilai riwayat keluarga yang relevan dan membuat silsilah keluarga  Membedakan autosomal dominan, autosomal resesif, “X-linked”, dan pola

mitokondrial dari warisan

 Memberikan penyuluhan terhadap anggota keluarga tentang kasus-kasus kelainan kardiovaskular genetik dan risiko kemungkinan terkena kelainan tersebut

 Mengenali masalah-masalah dengan interpretasi silsilah seperti penetrasi yang tidak lengkap, variasi ekspresi serta pola-pola ekspresi yang berhubungan dengan usia  Tatalaksana ketidakpastian yang berhubungan dengan pemeriksaan genetik

 Merujuk pasien serta keluarga ke pusat-pusat kesehatan yang sesuai dengan kelainan yang dimiliki

Sikap

 Bekerja sama dengan ahli genetika klinik

 Mengembangkan metode yang sistematik untuk pendekatan terhadap keluarga yang potensial memiliki kelainan kardiovaskular yang diturunkan

(26)

menginformasikan pasien tentang perjalanan penyakit yang dimiliki, pemeriksaan-pemeriksaan diagnostik yang digunakan serta keuntungan dan kelemahan dari pemeriksaan diagnostik tersebut pada pasien-pasien yang berisiko

 Konsultasi dengan pasien dan keluarga untuk memperbaiki pengetahuan dan tatalaksana dari penyakit kardiovaskular yang diturunkan

 Konsultasi dengan tenaga medis profesional dari spesialistik lain pada pasien dengan kelainan genetik

2.5. Farmakologi Klinik Kardiovaskular Tujuan

Menguasai teori dan praktek dari seni terapi farmakologik dari penyakit kardiovaskular

Pengetahuan

 Mengenai klasifikasi serta mekanisme kerja dan obat-obat (dengan penekanan pada penghambat EKA, penghambat reseptor angiotensin, anatagonis aldosteron, obat-obat anti aritmia, penghambat beta, anatagonis kalsium, diuretik, obat-obat penurun lemak, obat anti platelet, anti koagulan, inotropik, digitalis, nitat, obat-obat vasodilator lain, obat-obat dengan toksisitas terhadap jantung, serta obat-obat dengan dengan

mekanisme lain)

 Mengenali, untuk obat-obat yang telah disebut diatas.

- Farmakokinetik, (absorbsi, bioavailabilitas, distribusi, biotransformasi, ekskresi)

- Farmakogenetik - Indikasi

- Kontraindikasi - Interaksi

- Efek samping dan toksisitas

 Melakukan dan menginterpretasikan tes diagnostic untuk menilai efektivitas dan keamanan dari obat (tes laboratorium, EKG, monitoring, hemodinamik,

ekokardiografi)

 Menggambarkan pengetahuan dasar tentang percobaan klinik acak dan ilmu kedokteran berbasis bukti

Keterampilan

 Mengambil anamnesa yang relevan dari regimen pengobatan pasien termasuk obat yang dibeli bebas

 Menilai risiko dan manfaat dari regimen obat-obatan untuk kondisi kardiovaskular tertentu

 Mengamati efek yang diinginkan serta efek samping dari terapi pasien. Dari hal ini, mampu membuat modifikasi yang sesuai pada regimen pengobatan

 Mengenali dan menangani interaksi obat yang mungkin terjadi

 Mengevaluasi desain dan hasil dari percobaan-percobaan klinik yang telah dipublikasikan

 Mengidentifikasi dan menginterpretasi kegunaan terapi herbal yang digunakan oleh pasien

(27)

Sikap

 Mengaplikasikan prinsip-prinsip pedoman-pedoman pengobatan berbasis bukti yang terbaru dalam praktik klinik

 Komunikasi dengan pasien beserta anggota keluarganya untuk meningkatkan komplain pasien dan memastikan pengenalan dini dari efek samping yang mungkin terjadi

 Mempertimbangkan efektivitas biaya dan ketersediaan dari obat-obatan yang diresepkan

2.6. Pencegahan Penyakit Kardiovaskular Tujuan

 Untuk memeriksa dan menatalaksana pasien dengan faktor risiko kardiovaskular  Untuk dapat mengevaluasi bagaimana metode pencegahan yang berbeda-beda

dapat bermanfaat

 Untuk berperan serta dalam usaha global dalam rangka menurunkan mortalitas kardiovaskular dengan cara mengkomunikasikan pesan-pesan metode pencegahan kepada publik

Pengetahuan

 Menjelaskan insiden dan prevalensi penyakit kardiovaskular di komunitas lokal  Menjelaskan faktor-faktor risiko

 Menjelaskan penilaian risiko pada prevensi primer, interaksi risiko multifaktorial dan table penghitungan skor risiko

 Menjelaskan pola makan dan nutrisi dalam hubungannya dengan penatalaksanaan risiko penyakit kardiovaskular

 Menjabarkan tatalaksana khusus/strategi prevensi untuk merokok, dislipedemi, diabetes melitus, hipertensi, inaktivitas fisik, hipertrofi ventrikel kiri, obesitas, sindrom, metabolic, faktor psikososial

 Mengenali bahwa faktor risiko sering ditemui berkelompok dan memerlukan pendekatan komprehensif

 Menjelaskan penilaian risiko dalam prevalensi sekunder termasuk terapi obat  Mengenali komplikasi dan konsekuensi pada tiap faktor risiko tertentu

Keterampilan

 Mengambil riwayat penyakit yang relevan dan menampilkan pemeriksaaan klinis yang tepat

 Menatalaksana faktor risiko dengan tepat dan mengkomunikasikan betapa pentingnya kepada pasien, keluarga dan komunitas yang lebih luas

 Mengevaluasi risiko penyakit kardiovaskular pada seorang pasien  Mengevaluasi keuntungan intervensi faktor risiko pada seorang pasien

Sikap

 Menghargai pentingnya penatalaksanaan faktor risiko

(28)

sosila ekonomi, gender dan ras

 Melalui edukasi pasien, menganjurkan gaya hidup yang lebih sehat dengan penekanan spesifik untuk mengendalikan faktor risiko

 Mengajukan saran dan dukungan kepada anggota keluarga dengan penyakit kardiovaskular yang diturunkan

 Bekerjasama dengan spesialis lain seperti Ahli Gizi, Diabetologist dan Perawatan Spesialis

 Berpartisispasi aktif dalam program prevensi penyakit Kardiovaskular  Mempertimbangkan cost-effectacy dalam peresepan regimen obat

2.7. Hipertensi Tujuan

 Untuk mendiagnosa dan mengobati brbagi jenis hipertensi arterial

 Untuk menilai komplikasi jantung dan target organ lain pada pasien dengan hipertensi arterial

Pengetahuan

 Menjelaskan epidemilogi, etiologi dan patofisiologi hipertensi esensial  Menjabarkan komplikasi dan konsekuensi hipertensi esesensial

 Menjabarkan diagnosis dan pemeriksaan hipertensi esensial:  Pengukuran tekanan darah

 Gejala dan tanda kerusakan organ target  Prosedur diagnostik lain

 Menjabarkan penatalaksanaan hipertensi esensial

 Menerangkan hipertensi sekunder dngan mengingat berbagai penyebabnya :  Hipertensi renovaskular

 Hipertensi penyakit parenkim ginjal bilateral

 Hipertensi akibat kantrasepsi hormonal dan estrogen terkojugasi  Bentuk lain hipertensi sekunder

 Menjelaskan secara garis besar biologi sel hipertrofi ventrikel kiri

Keterampilan

 Mengambil riwayat yang relevan dan menampilkan pemeriksaan klinis yang tepat  Menghitung tekanan darah menggunakan metode yang tepat untuk diagnosis dan

kontrol terapi termasuk pengukuran tekanan darah ambulatoar

 Menasehati pasien untuk mengubah gaya hidup dan memperbaiki ketaatan minum obat

 Menasehati pasien untuk menghitung tekanan darahnya sendiri  Menampilkan skrining yang hemat biaya untuk hipertensi sekunder

 Memilih terapi yang adekuat untuk menurunkan tekanan darah hingga nilai target dan mencegah dan mengobati kerusakan target organ

 Memilih parameter yang tepat untuk menjabarkan profil risiko pada seorang pasien dengan hipertensi

(29)

atherosklerosis) yang disebabkan hipertensi

 Menatalaksana dengan regimen terapi multiobat sesuai komorbid dan efek samping yang mungkin

Sikap

 Mengetahui bahwa diagnosis dan tatalaksana hipertensi memerlukan pendekatan multidisiplin

 Mampu untuk memotivasi pasien untuk mempertahankan ketaatan minum obat antihipertensi

 Menghargai bahwa hipertensi sering tidak terdiagnosa dan tidak diterapi secara adekuat  Mengenali kumpulan faktor risiko termasuk hipertensi dalam rangka pendekatan

holistik penatalaksanaan pasien

2.8. Penyakit Jantung dengan Kelainan Endokrinologi dan Metabolik Tujuan

Mendiagnosis dan menerapi komplikasi kardiovaskular pada pasien diabetes yang bervariasi mulai dari gangguan toleransi glukosa sampai insulin dependen diabetes dan komplikasinya.

Pengetahuan

 Definisi diabetes mellitus

 Menjabarkan peran diabetes terhadap terjadinya penyakit jantung koroner yang meliputi :

- epidemiology

- patofisiologi komplikasi kardiovaskular - peran dari intervensi factor risiko - skrining dari CAD pada pasien diabetes

- skrining diabetes pada pasien CAD (tes glukosa oral)

 Menjabarkan patofiologi dari diabetes dan komplikasi kardiak dan non-kardiak  Menjabarkan terapi meliputi diet, olahraga, obat hipoglikemik dan insulin.  Menjelaskan perkembangan baru mengenai konsep sindroma metabolik

Keterampilan

 Membuat anamnesis dan melakukan pemeriksaan fisik yang tepat

 Mengelola prevensi, diagnosis dan terapi dari diabetes dan komplikasi kardiovaskular  Secara aktif berpartisipasi pada kerjasama dokter – dokter secara multidisiplin dan mendukung staf medis dalam mengelola pasien diabetes dengan tepat berdasarkan status penyakitnya dan komplikasinya.

Sikap

 Mengerti dengan pendekatan multidisiplin pada pasien dengan diabetes

 Menyadari pentingnya pengenalan akan perjalanan penyakit dari prevensi dini sampai pada terapi pada kerusakan organ permanent

 Mengetahui pentingnya mengelola pasien asymptomatik untuk meningkatkan prognosis

(30)

2.9. Sindroma Koroner Akut Tujuan

Dapat melakukan penilaian spesialistik dan penatalaksanaan penderita Sindroma Koroner Akut (SKA):

- STEMI - NSTEMI - APTS

Pengetahuan

 Memahami aspek-aspek patofisiologi Sindrome Koroner Akut: iskemik miokard, aterosklerosis pada arteri koroner epikardial, faktor presipitasi SKA, PJK non atrheromatous.

 Memahami secara baik tanda-tanda klinis SKA; nyeri dada iskemik, pemeriksaan sistem kardiovaskuler pada SKA, iskemia terselubung dan infark miokard.

 Memahami secara baik dalam menegakkan diagnosis APTS dan NSTEMI: analisis keluhan dan tanda-tanda klinis, diagnosis banding, rekam EKG 12 lead, pemeriksaan laboratorium, modalitas pencitraaan.

 Memahami secara baik prosedur-prosedur dalam menegakkan diagnosis IMA: analisis keluhan dan tanda-tanda klinis, diagnosis banding, rekam EKG 12 lead, pemeriksaan laboratorium, modalitas pencitraaan.

 Memahami komplikasi potensial yang dapat terjadi pada IMA, iskemik miokard, aritmia dan komplikasi mekanik

 Dapat menjelaskan dengan baik pilihan tatalaksana pada IMA: prehospitalisasi dan terapi farmakologis tambahan paska hospitalisasi. Intervensi koroner perkutan, bedah pintas koroner

Keterampilan

 Dapat anamnesis yang mengarah dan melakukan pemeriksaan klinis yang memadai  Memahami dengan baik faktor-faktor risiko, karakteristik klinis oklusi koroner dan

tanda-tanda klinis lainnya yang menyertai

 Dapat melakukan interpretasi marka biokimiawi dari kerusakan otot miokard

 Dapat melakukan interpretasi EKG dan modalitas pencitraaan dalam mendeteksi serta menentukan lokasi iskemia atau infark

 Memahami pentingnya monitoring dalam penanganan penderita dengan SKA  Memiliki kemampuan yang baik dalam penatalaksanaan dan terapi farmakologis ;

analgetik, antiplatelet, antitrombotik dan anti iskemia

 Memahami indikasi dan kontraindikasi dalam melakukan tindakan reperfusi akut dan dapat membuat keputusan yang tepat

 Mampu menyeleksi tindakan kateterisasi pada penderita SKA

 Memiliki kemampuan pnatalaksanaan pasien dengan gagal jantung dan syok kardiogenik termasuk monitoring hemodinamik secara invasif.

 Memiliki pemahaman terhadap resusitasi kardiopulmonal tahap lanjut dan penatalaksanaan aritmia yang mengancam jiwa

Sikap

(31)

mengelola penderita SKA secara optimal

 Mampu memberikan keputusan yang cepat dalam pengelolaan penderita SKA saat di emergensi hingga tindakan terapi definitif (misal, meminimalkan waktu door to ballon/needle)

 Menyadari kecemasan yang ditimbulkan ACS bagi pasien dan keluarga

 Memiliki kontribusi didalam meningkatkan kewaspadaan masyarakat awam terhadap keluhan nyeri dada dan pentingnya deteksi dini dari keluhan tersebut

 Mengetahui indikasi dan saat yang tepat dalam merujuk penderita untuk tindakan revaskularisasi

2.10. Penyakit Jantung Iskemik (PJK) Tujuan

 Mampu melakukan penilaian dan tatalaksana pasien dengan dalam taraf spesialis

 Mengevaluasi pasien dan menginterpretasi hasil prsedur diagnostik

 Menyeleksi dan memberikan terapi yang tepat

Mampu melakukan tes exercise atau farmakologis secara terpisah atau bersama dengan modalitas pencitraan

Pengetahuan

 Mendeskripsikan epidemiologi penyakit jantung iskemik dan factor risikonya  Menjelaskan biologi molekuler dan selular dari Penyakit Jantung Iskemik Kronik,

patologi, perkembangan dan efek dari iskemik terhadap miosit kardiak  Menjelaskan peristiwa yang dapat mencetuskan serangan angina  Menjelaskan prognosis Penyakit Jantung Iskemik

 Menjelaskan penilaian krinis dari Penyakit Jantung Iskemik Kronik yang telah diketahui dan dicurigai termasuk evaluasi nyeri dada, gejala dan tanda lain, dan prosedure diagnostik

 Menjelaskan manajemen dari Penyakit Jantung Iskemik Kronik termasuk gaya hidup dan farmakologis: obat yang dapat memodifikasi penyakit dan obat yang dapat mengendalikan gejala

 Menjelaskan peran dan kegunaan terapi medical dan revaskularisasi (intervensi koroner perkutan atau operasi bypass) pada pasien dengan penyakit jantung iskemik kronik

 Menjelaskan peran dari pelayanan kesehatan dalam manajemn penyakit jantung iskemik kronik

 Menjelaskan secara garis besar prinsip dari fisiologi koroner

 Menjelaskan mekanisme kerja vasolidator dan obat inotropik yang digunakan untuk tes stress

Keterampilan

 Dapat mengambil anamnesa yang relevan dan melakukan pemeriksaan klinis yang tepat

 Dapat mendemonstrasikan kemampuan untuk menstratifikasi risiko individual pada pasien dan menyeleksi strategi manajemen yang tepat

 Menyeleksi penggunaan dan menginterpretasi penunjang diagnostik yang invasif maupun non-invasif, viabilitas, struktur ventrikel kiri, fungsi dan anatomi koroner

(32)

 Mengidentifikasi dan mengurang faktor risiko untuk Penyakit janting Iskemik Kronik  Menginterpretasi EKG untuk deteksi iskemia dan atau aritmia

 Mampu melakukan tatalaksana aritmia yang mengancam hidup atau keadaan darurat termasuk ACLS, selama tes dilakukan

Sikap

 Mengenali pentingnya manajemen risiko dan prevensi sekunder

 Konsultasi dengan spesialis seperti kardiolog intervensionis, dokter bedah jantung dan diabetologis untuk saran mengenai individual manajemen yang tepat untuk pasien

 Memilih modalitas stress yang tepat untuk pasien – pasien tertentu.

2.11. Uji Latih Jantung Beban Tujuan

 Mampu melakukan uji latih jantung dengan atau tanpa obat atau dengan modalitas pencitraan

 Menguraikan tentang prosedur klinik uji latih jantung dengan treadmill dan tujuan penggunaannya dalam klinis termasuk indikasi dan kontraindikasi

 Melakukan uji latih jantung beban dan interpretasinya

Pengetahuan

 Menjelaskan prinsip dasar dari fisiologi koroner  Menggambarkan prinsip-prinsip fisiologi latihan.

 Menggambarkan berbagai mekanisme dari obat fasodilator, inotropik yang digunakan dalam uji latih.

 Memahami indikasi dari uji latih jantung dalam upaya menilai kelainan berbagai penyakit jantung termasuk kelainan katup, aritmia dan gagal jantung

Keterampilan

 Mengintepretasi gambaran EKG Isemia dan ataupun Aritmia.

 Mampu mengatasi berbagai keadaan aritmia yang membahayakan isemia atau keadaan emergensi termasuk ACLS sewaktu melakuakn uji latih.Dapat

mengambil anamnesa yang relevan dan melakukan pemeriksaan klinis yang tepat  Mampu menjelaskan penilaian klinis PJK yang dicurigai (laten) atau telah

diketahui termasuk evaluasi nyeri dada (khas atau tipikal), gejala dan tanda lain, serta prosedur diagnostik yang diperlukan

 Menjelaskan anatomi dan fisiologi arteri koronaria

 Menjelaskan fisiologi dasar latihan (exercise) aerobik (dinamik) akut dan kronis  Memahami indikasi dan kontraindikasi uji latih jantung dlm upaya menilai

penyakit jantung iskemik

 Mahir menginterpretasikan perubahan EKG , mengukur tingkat kemampuan fisik dan memberikan panduan latihan maupun pemeriksaan lanjut yg diperlukan

Sikap

(33)

2.12. Penyakit Miokardial Tujuan

 Dapat melakukan penilaian dan terapi spesialistik pada pasien dengan kardiomipati dan miokarditis

Pengetahuan

Kardiomiopati

 Definisi dan menjabarkan epidemiology dari kardiomipati dilatasi, hipertrofi, restriktif dan infiltrasi dan penyakit endomiokard obliterasi

 Menjabarkan patofisiologi meliputi genetik, gambaran klinis dan kriteria diagnosis dari kardiomiopati dan penyakit endomiokard obliterasi

 Membahas terapi medik dan invasive (bedah, elektrofisiologi dan intervensi) dari kardiomipati dan penyakit endomiokard obliterasi : indikasi, kontraindikasi, kemungkinan efek samping

 Identifikator faktor prognosis

Miokarditis

 Definisi miokarditis dan etiologinya

 Menjabarkan gambaran klinis, patologi dan kriteria diagnosis dari miokarditis infektif dan non infektif

 Mengingatkan kembali terapi pasien dengan miokarditis dan komplikasinya.

Keterampilan

 Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang tepat

 Interpretasi data diagnosis (EKG, EKG Ambulatoar, ekokardiografi, treadmill, roentgen, kateterisasi, korangiografi, MRI dan radionuklir, biopsy

endomiokardial, pemeriksaan genetik)

 Memilih terapi yang tepat dan mendukung modalitas terapi (medik, intervensi, bedah, ICD / CRT, alat Bantu, ballon atau terapi yang lainnya)

 Menilai prognosis tiap individu dalam hubungannya denga keperluan transplantasi

 Evaluasi pasien terhadap biopsi endomiokardial, mengetahui hasil diagnosis dan potensi risiko untuk tiap prosedur.

Sikap

 Membangun kerjasama medis dengan tenaga medis proffesional (imunologi, bekteriologi, genetic, bedah toraks, kardiologi dan imaging) untuk diferensiasi diagnosis penyakit miokardial dan terapi lanjutan

 Konseling pasien dan keluarga untuk penyakit kardiomipati dan risikonya.

2.13. Penyakit Perikardial Tujuan

Mampu memeriksa, mendiagnosa, mengobati serta mencegah penyakit perikardial.

(34)

 Mengklasifikasi serta mendefinisikan :

o Perikarditis akut ( infektif, idiopatik, atau keganasan)

o Perikarditis kronik

o Perikarditis konstriktif

 Mendeskripsikan epidemiologi, patofisiologi, dan etiologi ( kelainan infektif, inflamasi, neoplastik)

 Mendeskripsikan pemeriksaan yang relevan : non invasif dan invasif

 Menjelasikan serta menyusun diagnosis banding dari perikarditis konstriktif dengan kardiomiopati restriktif

 Mendeskripsikan tatalaksanan perikarditis

 Mengetahui komplikasi yang berhubungan : efusi perikard, tamponade jantung serta konstruksi

Keterampilan

 Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang sesuai

 Mendemonstrasikan pengetahuan mengenai kelainan EKG pada perikarditis akut

 Memilih dan menggunakan berbagai modalitas pencitraan baik non invasif : ekokardiografi, CMR, CT scan maupun prosedur invasif untuk mendiagnosa penyakit perikardial

 Mengevaluasi status hemodinamik

 Menentukan etiologi dari efusi perikard

 Mampu membedakan perikarditis dengan iskemia miokard secara klinis

 Melakukan perikardiosintesis pada pasien-pasien yang sesuai

Sikap

 Mempertimbangkan penyakit perikardial dalam diagnosa banding pasien-pasien dengan penyakit kardiovaskular

 Tanggap terhadap berbagai strategi diagnostik dan terapi yang dibutuhkan pada tiap-tiap kasus

 Bekerja sama dengan radiologis, bedah jantung serta onkologis

2.14. Tumor Jantung Tujuan

Mampu melaksanakan pemeriksaan spesialistik dan tatalaksanan pasien-pasien dengan tumor jantung

Pengetahuan

Mengklasifikasikan dan mendeskripsikan epidemiologi dari :  Tumor jantung primer

 Tumor jantung metastasis termasuk limfoma Mendeskripsikan patofisiologi dari:

 Tumor jinak, tumor ganas

 Efek dari ukuran, lokasi serta tipe tumor Merinci presentasi klinis termasuk :

 Gangguan fungsi jantung  Manifestasi sistemik

(35)

 Emboli sistemik dan pulmonal

 Tanda dari obstruksi mekanis aliran darah ( contoh : miksoma atrial)  Keterlibatan perikardial- konstriksi dan tamponade

Mengetahui pemeriksaan diagnostik : rotgen thorax, ekokardiografi, CT scan, MRI Mendeskripsikan tatalaksana :

 Eksisi tumor komplit

 Reseksi parsial + kemoterapi/radioterapi  Transplantasi jantung

 Tatalaksanan paliatif

Keterampilan

 Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang sesuai

 Memilih dan memanfaatkan pemeriksaan pencitraan yang sesuai

 Memikirkan diagnosis banding dari keterlibatanneoplasma primer maupun sekunder pada jantung

 Mengenali massa jantung lain termasuk trombus yang mirip dengan suatu neoplasma

Sikap

 Berkolaberasi secara efektif dengan ahli bedah jantung dan dengan spesialisasi lain yang berurusan dengan penyakit neoplasma

 Memahami pentingnya dukungan keluarga dan konseling kepada keluarga dan pasien

2.15. Kehamilan pada Penyakit Jantung(Penyakit Jantung Bawaan Dewasa digabung ke dalam PJB – no. 30)

Tujuan

 Mampu melakukan evaluasi jantung dan merawat wanita dengan kehamilan  Mampu melakukan follow-up jantung pada wanita hamil dengan penyakit jantung  Mampu melakukan penilaian dan penatalaksanaan spesialistik pada pasien

jantung setelah kehamilan

 Dapat memberikan saran untuk dilakukan kontrasepsi pada pasien jantung dan jika perlu, carilah saran dari ahli

Pengetahuan

 Untuk setiap objektif yang tertera,pertimbangkan kondisi klinik yang dapat mempengaruhi wanita hamil seperti penyakit jantung bawaan,penyakit katup didapat,katup buatan, penyakit jantung koroner, kardiomyopati, aritmia, hipertensi, sindrom Marfan, diseksi aorta

 Tentukan kontraindikasi dari jantung untuk hamil (atau lakukan terminasi awal)  Mengingat kembali indikasi untuk konseling genetic pada penyakit keturunan  Identifikasi wanita yang memiliki risiko hamil yang tinggi berhubungan dengan

komplikasi jantung dan yang memerlukan tindakan intervensi sebelum merencanakan kehamilan

 Membuat garis besar untuk tindakan follow-up untuk jantung pada wanita hamil  Identifikasi keadaan yang memerlukan terapi medikal

(36)

 Identifikasi keadaan dimana di butuhkan intervensi jantung  Tentukan cara persalinan

 Menjelaskan penggunaan terapi antikoagulan

 Menjelaskan modalitas follow-up selama periode setelah melahirkan

 Mengingat kembali efikasi, risiko dan kontraindikasi untuk berbagai macam metode kontrasepsi berdasarkan pada jenis penyakit jantungnya

Keterampilan

 Anamnesis yang terarah dan melakukan pemeriksaan fisik yang tepat

 Melakukan evaluasi klinik dan menginterpretasikan hasil dari tindakan diagnostic untuk menilai risiko jantung pada kehamilan

 Mengindikasikan intervensi jantung preventif, jika diperlukan

 Melakukan evaluasi klinis dan tindakan non-invasif untuk menilai toleransi jantung pada kehamilan

 Memilih terapi obat yang mana yang dapat di gunakan pada masa kehamilan  Evaluasi risiko fetus dan ibu pada tindakan intervensi jantung

 Menilai prognosis fetus

 Menganalisa kondisi jantung setelah kehamilan  Menilai risiko jantung terhadap kehamilan berikutnya  Dapat mengindikasikan metode kontrasepsi yang tepat

Sikap

 Mengenali pentingnya edukasi untuk wanita dengan penyakit jantung akan bahaya potensial dari kehamilan.

 Bekerja sama dengan dokter spesialis obstetri dan bidan untuk mendeteksi wanita hamil dengan tidak di ketahui adanya penyakit jantung dan meingidentifikasi mereka yang memiliki risiko tinggi.

 Mengenali pentingnya edukasi pasien mengenai gejala-gejala yang timbul akibat toleransi jantung yang lemah

 Mengedukasi ahli obstetric dan bidan akan gejala-gejala pada penyakit jantung yang belum terdeteksi, sehingga memungkinkan untuk dilakukan tindakan identifikasi yang tepat apakah pasien membutuhkan tindakan jantung segera.

 Bekerjasama dengan ahli obtetri dan ahli anestesi untuk merencanakan persalinan (tanggal, metode, terapi obat, lingkungan medis)

 Menginformasikan pada ahli obtetri dan bidan mengenai risiko perburukan status jantung pada periode awal setelah melahirkan

 Bekerjasama dengan ahli ginekologi

 Mengenali pentingnya edukasi pasien mengenai hal kontrasepsi

2.16. Demam Rematik dan Penyakit Katup Jantung Tujuan

1. Mampu menilai dan menangani pasien dengan demam rematik (DR) akut. 2. Mampu menilai, menangani dan merujuk sesuai dengan kondisinya pasien denga

penyakit jantung rematik (PJR) dan penyakit jantung katup lainnya.

(37)

katup berupa:  Stenosis Aorta  Regurgitasi aorta  Stenosis katup mitral  Regurgitasi katup mitral  Stenosis trikuspid  Regurgitasi trikuspid  Penyakit katup pulmonal

4. Mampu melakukan follow up pasien setelah operasi katup atau intervensi non bedah termasuk perawatan pasca bedah dan penanganan jangka panjang pasien dengan katup buatan.

5. Mampu merencanakan dan melakukan pencegahan primer dan sekunder Demam Rematik dan Penyakit Jantung Rematik

Pengetahuan

1. Menerangkan etiologi, patofisiologi, patologi-anatomi, kelainan katup pada demam rematik, peny jantung rematik dan penyakit jantung katup lainnya. 2. Mampu menjelaskan perjalanan alamiah & perkembangan penyakit

3. Menerangkan kelebihan dan keterbatasan teknik diagnosis invasif dan non invasif 4. Mengingat aspek utama dari Intervensi bedah & intervensi non bedah

5. Menjelaskan hasil dan indikasi pengobatan medis, bedah dan intervensi non bedah

6. Menjelaskan garis besar penanganan pasca bedah

7. Memahami perubahan yang terjadi pada fungsi ventrikel dan resistensi pembuluh darah paru setelah bedah atau intervensi non bedah

8. Memahami penggunaan antikoagulan, diuretik dan obat vasoaktif lainnya 9. Memahami etiologi, komplikasi dan farmakologi untuk pencegahan primer dan

sekunder Demam Ramtik & Penyakit Jantung Rematik

10. Memahami insidens dan prevalensi Demam Ramtik dan Penyakit Jantung Rematik di Indonesia

Keterampilan

1. Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang sesuai 2. Memilih tehnik invasif maupun non invasif yang tepat 3. Mampu menginterpretasikan hasil prosedur diagnostik 4. Dapat memutuskan indikasi dan waktu operasi yang tepat

5. Mampu melakukan anamnesis dan melakukan pemeriksaan fisik yang tepat 6. Memilih tehnik diagnostik invasif maupun non invasif yang tepat

7. Melakukan interpretasi prosedur diagnostik

8. Mengetahui dan mampu menangani komplikasi yang dapat terjadi pada pasien dengan katup buatan

9. Mampu memberikan penyuluhan dan edukasi pada pasien dengan Demam Rematik dan Penyakit Jantung Rematik, keluarga serta masyarakat sekitarnya

Sikap

Referensi

Dokumen terkait

Akreditasi program pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah adalah proses evaluasi dan penilaian secara komprehensif atas

Departemen Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara/Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan di saat penulis

Muhammad Aminuddin,dr., SpJP (K)., FIHA., FASCC selaku Ketua Program Studi saat saya memulai pendidikan dan saat ini selaku Ketua Departemen Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah

Departemen Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara/Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan di saat penulis

Penyakit kardiovaskular yang menyerang arteri koroner jantung sering disebut Penyakit Jantung Koroner (PJK).Pembuluh darah koroner merupakan pembuluh darah yang

Muhammad Aminuddin, dr., Sp.JP(K)., FIHA, FAsCC selaku Ketua Program Studi saat saya memulai pendidikan dan saat ini selaku Ketua Departemen Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah

Target tekanan darah yang telah banyak direkomendasikan oleh berbagai studi pada pasien hipertensi dengan penyakit jantung dan pembuluh darah, adalah tekanan darah

Menetapkan : KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS DIPONEGORO TENTANG PENGANGKATAN PERSONALIA DOSEN WALI PADA PROGRAM STUDI ILMU PENYAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH