TUGAS AKHIR
TUGAS AKHIR
“Analisis
“Analisis ViVisskokossitas itas IIntntririnsnsik (Iik (I V)V) Dari Chip Poliester Dengan dan atau TanpaDari Chip Poliester Dengan dan atau Tanpa Mengubah Temperatur dan Kemiringan Di Dalam Water Bath
Mengubah Temperatur dan Kemiringan Di Dalam Water Bath ” ”
Disusun untuk me
Disusun untuk memenuhi tugas akmenuhi tugas akhir guna mencapai hir guna mencapai gelar Diploma Igelar Diploma IV (D4)V (D4) Program Studi Te
Program Studi Teknologi knologi Kimia Industri di SekKimia Industri di Sekolah Tinggi Manajemeolah Tinggi Manajemen Industrin Industri
Disusun Oleh : Disusun Oleh : Frisda
Frisda ( ( 1508021)1508021)
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI K
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRIIMIA INDUSTRI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INDUSTRI SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INDUSTRI
JAKARTA JAKARTA
2012 2012
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan bimbingan-Nya
bimbingan-Nya sehingga sehingga penulis penulis dapat dapat menyelesaikan menyelesaikan kerja kerja penelitian penelitian di di PT.PT. Indonesia Toray Synthetics (ITS) dan dapat pula menyelesaikan laporan Indonesia Toray Synthetics (ITS) dan dapat pula menyelesaikan laporan penelitian
penelitian ini ini dengan dengan baik baik dan dan tepat tepat pada pada waktunywaktunya. a. Laporan Laporan ini ini disusun disusun untuk untuk memenuhi salah satu persyaratan guna memperoleh gelar sarjana Strata-1 (S1) memenuhi salah satu persyaratan guna memperoleh gelar sarjana Strata-1 (S1) dalam bidang Teknik Kimia di Kementrian Perindustrian Sekolah Tinggi dalam bidang Teknik Kimia di Kementrian Perindustrian Sekolah Tinggi Manajemen Industri.
Manajemen Industri.
Selama penyusunan laporan penelitian ini, penulis memperoleh bantuan Selama penyusunan laporan penelitian ini, penulis memperoleh bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun material. Maka pada dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun material. Maka pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih secara khusus kepada : kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih secara khusus kepada :
1.
1. Orang tua dan keluarga Orang tua dan keluarga yang telah memberikan dukungan dan doayang telah memberikan dukungan dan doa 2.
2. Bapak Ir. DR. Gatot Ibnusantosa, DEA, selaku Ketua Program StudiBapak Ir. DR. Gatot Ibnusantosa, DEA, selaku Ketua Program Studi Teknologi Kimia Industri dan dosen pembimbing di Sekolah Tinggi Teknologi Kimia Industri dan dosen pembimbing di Sekolah Tinggi Manajemen Industri.
Manajemen Industri. 3.
3. Bapak Ir. Roosmariharso, MBA selaku asisten dosen pembimbing diBapak Ir. Roosmariharso, MBA selaku asisten dosen pembimbing di Sekolah Tinggi Manajemen Industri.
Sekolah Tinggi Manajemen Industri. 4.
4. Ibu Lucy, Sekretaris Program Studi Teknologi Kimia Industri SekolahIbu Lucy, Sekretaris Program Studi Teknologi Kimia Industri Sekolah Tinggi Manajemen Industri.
Tinggi Manajemen Industri. 5.
5. Bapak Herry Subchairi, selaku Seksi DepartemenBapak Herry Subchairi, selaku Seksi Departemen Quality AssuranceQuality Assurance PT. ITS
PT. ITS 6.
6. Bapak Edi Purnama, selaku pembimbing selama penelitianBapak Edi Purnama, selaku pembimbing selama penelitian berlangsung di Seksi
berlangsung di Seksi Quality AssuranceQuality Assurance PT. ITS atas semua bimbinganPT. ITS atas semua bimbingan dan pengarahan yang telah diberikan..
dan pengarahan yang telah diberikan.. 7.
7. Bapak M. Ali Aminudin, selaku pembimbing laboratorium di SeksiBapak M. Ali Aminudin, selaku pembimbing laboratorium di Seksi Quality Assurance
Quality Assurance PT. ITS.PT. ITS. 8.
9.
9. Dosen-dosen dari kampus kami tercinta Sekolah Tinggi ManajemenDosen-dosen dari kampus kami tercinta Sekolah Tinggi Manajemen Industri yang selama ini telah memberikan referensi materi Industri yang selama ini telah memberikan referensi materi perkuliahan kepada kami
perkuliahan kepada kami.. 10.
10. Partner yang sudah saling mendukung dan memberi semangat dalamPartner yang sudah saling mendukung dan memberi semangat dalam pengerjaaan laporan penelitian ini.
pengerjaaan laporan penelitian ini. 11.
11. Bapak Sutomo beserta Keluarga yang telah memberikan referensiBapak Sutomo beserta Keluarga yang telah memberikan referensi pabrik
pabrik serta serta bantuannya bantuannya sehingga sehingga kami kami bisa bisa melakukan melakukan penelitian penelitian didi PT. ITS.
PT. ITS. 12.
12. Satpam PT. ITS atas Satpam PT. ITS atas bantuannya dalam menjaga barang titipan kami.bantuannya dalam menjaga barang titipan kami. 13.
13. Bapak pengendara becak, atas jasanya yang telah mengantar kamiBapak pengendara becak, atas jasanya yang telah mengantar kami sampai tujuan.
sampai tujuan. 14.
14. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Teknologi Kimia IndustriRekan-rekan mahasiswa Program Studi Teknologi Kimia Industri angkatan 2008 Sekolah Tinggi Manajemen
angkatan 2008 Sekolah Tinggi Manajemen Industri.Industri. 15.
15. Dan pihak-pihak yang tidak disebutkan namanya satu persatu, yangDan pihak-pihak yang tidak disebutkan namanya satu persatu, yang telah memberikan bantuannya hingga selesainya laporan kerja praktik telah memberikan bantuannya hingga selesainya laporan kerja praktik ini.
ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini masih jauh dari sempurna, Penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan berbagai kritik dan saran yang membangun oleh karena itu penulis mengharapkan berbagai kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan laporan ini. Akhir kata, penulis berharap agar laporan demi kesempurnaan laporan ini. Akhir kata, penulis berharap agar laporan penelitian
penelitian ini ini dapat dapat bermanfaat bermanfaat bagi bagi para para pembaca pembaca dan dan pihak-pihak pihak-pihak yangyang membutuhkan.
membutuhkan.
Jakarta,
Jakarta, Februari 2012Februari 2012
Penulis Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJU
LEMBAR PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING AN DOSEN PEMBIMBING ... ... ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... ii
LEMBAR PENGESAHAN ... iii
LEMBAR PENGESAHAN ... iii
KATA
KATA PENGPENGANTAANTAR R ... ... vv
DAFT
DAFTAR AR ISI ISI ... .. viivii
DAFT
DAFTAR AR TABETABEL L ... ... xx
DAFT
DAFTAR AR GAMBAR ...GAMBAR ... ... xixi
ABSTR
ABSTRAK AK ... ... xiixii
BAB
BAB 1 1 PENDAHULUANPENDAHULUAN
1.1
1.1 Latar Latar BelaBelakang ...kang ... ... 11 1.2
1.2 PerumPerumusan usan Masalah Masalah ... ... 22 1.3
1.3 TujTujuan uan PenPenelitian elitian ... ... 33 1.4
1.4 Batasan Batasan Masalah Masalah ... ... 33 1.5
1.5 ManfManfaat aat PenelPenelitian itian ... ... 44
BAB
2.1
2.1 PengPengertian ertian PolimPolimer er ... ... 55 2.2
2.2 Sifat-siSifat-sifat fat PoliPolimer mer ... ... 77 2.2.1
2.2.1 SifSifat at FisiFisika ...ka ... ... 77 2.2.2
2.2.2 SifSifat at KimiKimia ...a ... ... 99 2.3
2.3 PengPenggunagunaan an PoliesPoliester ter ... ... 1111 2.4
2.4 Serat TekstilSerat Tekstil... 1212 2.4.1
2.4.1 Bentuk Bentuk dan dan Sifat-sifat Sifat-sifat Serat Serat Tekstil...Tekstil... .. 1212 2.4.2
2.4.2 Pembuatan Pembuatan Serat Serat ... ... 1313 2.4.3
2.4.3 Proses ProdukProses Produksi si Serat Poliester SSerat Poliester Stapel di tapel di ITS ITS ... .... 1414 2.5
2.5 EtilEtilena ena GlikGlikol ol ... ... 1414 2.6
2.6 Asam Asam TereptalTereptalat at ... ... 1515
BAB
BAB III III METODE METODE PENELITIANPENELITIAN
3.1
3.1 Tempat Tempat dan dan Waktu Waktu Penelitian...Penelitian... . 1717
3.2
3.2 VariabVariabel el ... ... 1717 3.2.1
3.2.1 Varibel Varibel Dependent Dependent (Variabel (Variabel Tergantung) Tergantung) ... ... 1717 3.2.2
3.2.2 Variabel Variabel Independent Independent (Variabel (Variabel Bebas) Bebas) ... .. 1717 3.2.3
3.2.3 Variabel Variabel Kontrol Kontrol ... ... 1818 3.3
3.3 Alat dan Bahan yang Digunakan ... 18Alat dan Bahan yang Digunakan ... 18 3.3.1
3.3.1 Alat ..Alat ... ... 1818 3.3.2
3.3.2 BahBahan ...an ... 19... 19 3.4
3.4 ProsedProsedur ur PenelPenelitian itian ... ... 1919 3.5
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Viskositas Intrinsik ... 22
4.2 Analisis Chip ... 23
4.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nilai IV( Intrinsic Viscosity) ... 27
4.3.1 Faktor Di Dalam Proses Produksi Analisis Di Laboratorium ... 27
4.3.2 Faktor-faktor Teknis (Peralatan) ... 28
4.3.3 Faktor Human Error (Kesalahan Manusia) ... 32
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 33
5.2 Saran ... 34
DAFTAR PUSTAKA ... 35 LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Sifat-sifat Poliester Filamen dan Poliester Stapel ... 10 Tabel 2.2. Sifat-sifat Etilena Glikol ... 15 Tabel 2.3. Sifat-sifat Asam Tereftalat ... 16 Tabel 4.1 Hasil Analisis Dengan Tidak Mengubah Temperatur dan Kemiringan (Kondisi Standar) ... 23 Tabel 4.2. Hasil Analisis Dengan Tidak Mengubah Temperatur dan Dengan Kemiringan 800... 24 Tabel 4.3. Hasil Analisis Dengan Tidak Mengubah Temperatur dan Dengan Kemiringan 1000... 24 Tabel 4.4. Hasil Analisis Dengan Temperatur 25,30C dan Dengan Kemiringan 900... 25 Tabel 4.5. Hasil Analisis Dengan Temperatur 24,8 0C dan Dengan Kemiringan 900... 25 Tabel 4.6. Hasil Analisis Dengan Temperatur 24,5 0C dan Dengan Kemiringan 900... 26
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Sambungan Ester ... 5
Gambar 2.2 Struktur Molekul Pra-Polimerisasi ... 7
ABSTRAK
Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium kimia dan instrumentasi inspeksi PT. Indonesia Toray Synthetics Tangerang bagian laboratorim Quality Assurance, yang terletak di Jalan Moh Toha Pasar Baru Tangerang . Yang telah dilaksanakan pada bulan Februari sampai Maret 2012. Metode ini dilakukan adalah dengan menganalisis contoh chip poliester tipe semidull, F10F, dan standard terhadap nilai viscositas interistik dengan menggunakan viscometer Ostwald , yaitu dengan cara menghitung kekentalan chip dan dengan mengalisis faktor yang dapat mempercepat atau memperlambat dropping time dalam pembuatan chip PT. Indonesia Toray Synthetics. Chip poliester tipe semidull, F10F, dan standard di pilih secara acak lalu diteliti. Sehingga dalam
dropping time dapat diketahui faktor apa saja yang dapat mempercepat atau memperlmbat flow aliran yang jatuh dengan menggunakan stop watch lalu bandingkan apakah sudah tepat sesuai dengan JIS ( Japan International Standard ) atau tidak. Manfaat penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor apa saja yang menyebabkan chip tersebut tidak memenuhi standard serat poliester yang diinginkan. Sehingga setelah mengetahui kendalanya. Hal tersebutlah yang di pakai
untuk perbaikan kualitas chip yang berdampak pula kepada kualitas benang poliester guna memenuhi kekurangan kebutuhan bahan tekstil. Khususnya didalam negeri, dan umumnya di luar negeri, adalah untuk memajukan ekonomi dan kesejahteraan rakyat negara Indonesia sehingga dapat membuka lapangan kerja dan menambah visa dalam negeri. Temperatur yang ideal setelah dianalisis dengan cara mengubah temperatur dan dengan cara menaikkan dan menurunkan temperatur yang digunakan dalam water bath temperatur yang tepat adalah 25ºC, sedangkan kemiringan yang sangat ideal dalam penempatan viskometer setelah diaanalisis dengan cara mengubah kemiringan penempatan viskometer sebesar 80º, 90º dan 100º dalam water bath, yaitu 90º (tegak lurus). Sehingga dalam temperatur dan kemiringan inilah dapat menghasilkan viskositas intrinsik (IV) yang diinginkan
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Polimer adalah molekul besar yang dibangun dengan pengulangan kesatuan kimia yang kecil dan sederhana. Polimer telah dikenal dan digunakan manusia sejak lama untuk keperluan pakaian dan makanan, sebagai contoh selulosa dan pati. Polimer yang kita kenal terdiri dari dua jenis yaitu polimer alam dan polimer sintetik, selulosa termasuk polimer alam sedangkan yang termasuk polimer sintetik adalah serat nilon.
Dr. W.H. Carothes, seorang ahli kimia di Amerika Serikat, mengelompokkan proses polimerisasi (proses pembentukan polimer) menjadi dua golongan yaitu proses polimerisasi adisi dan polimerisasi kendensasi.
Polimerisasi adisi adalah reaksi penggabungan monomer-monomer menjadi polimer tanpa disertai pengeluaran molekul lain. Reaksinya merupakan reaksi berantai yang dapat melibatkan spesi radikal bebas atau ion. Dalam polimerisasi adisi yang melibatkan spesi radikal bebas diperlukan zat yang disebut
inisiator.
Polimerisasi kondensasi adalah reaksi penggabungan monomer-monomer yang disertai pelepasan suatu molekul kecil (H2O, CH3, OH, NH3) yang
dihasilkan pada saat molekul berkembang menjadi suatu makromolekul. Reaktan harus mempunyai dua atau lebih gugus fungsi. Yang dimaksud dengan polimerisasi kondensasi adalah pembentukan poliamida dan poliester.
Kebutuhan bahan baku kapas dalam pembuatan tekstil meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk. Di lain pihak, ketersedian lahan kapas
yang ada semakin terbatas, sedangkan industri tekstil semakin banyak. Keadaan ini mendorong para pengusaha industri tekstil untuk mencari alternatif lain sebagai pengganti kapas. Hal ini dilakukan dengan mengadakan serangkaian penelitian untuk menghasilkan produk yang memenuhi standar kebutuhan konsumen. Hasilnya adalah serat sintetik dengan bahan baku dari asam tereftalat dan etilena glikol. Sifat produk akhir yang dihasilkan dari serat bermacam-macam jenisnya tergantung dari monomer-monomer yang menyusun serat tersebut.
Harga jual dari serat sintetik lebih murah dibandingkan dengan serat alam. Selain itu serat sintetik memiliki waktu produksi yang lebih cepat dibandingkan dengan waktu produksi untuk serat alam. Hal ini dikarenakan bahan baku serat alam tergantung pada produksi kapas.
Proses pembuatan serat ini sangat rumit dan memerlukan pengawasan yang ekstra ketat agar mutu barang yang dihasilkan sesuai standar yang ditentukan. Penelitian yang dilakukan yaitu membandingkan hasil kekentalan chip dengan analisa viskositas intrinsik (IV) dengan menggunakan mesin atau manual, yang dapat mempengaruhi kualitas serat yang dihasilkan.
Standard viskositas intrinsik (IV) yang telah ditentukan yaitu 0,6317-0, 6492. Jadi apabila mendapatkan hasil yang kurang ataupun lebih dari st andar yang telah ada, maka kualitas serat akan tidak baik. Tentu saja banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut bisa terjadi. Mulai dari teknik-teknik maupun faktor pekerjanya.
I.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan permasalahan, sebagai berikut : 1. Menghitung viskositas intrinsik (IV) chip poliester tipe F10F, Semidull, dan tipe chip poliester standard dengan membandingkan viskositas intrinsik (IV) standard di PT. Indonesia Toray Synthetics.
2. Menganalisis faktor- faktor apa saja yang dapat mempengaruhi viskositas intrinsik (IV).
3. Menganalisis larutan-larutan chip poliester dengan mengubah temperatur dan kemiringan dalam water bath dan membandingkan larutan-larutan tersebut dengan tanpa mengubah temperatur dan kemiringan dalam water bath.
I.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini :
1. Dapat mengetahui kualitas chip poliester tipe F10F, Semidull, dan tipe chip standard sebagai bahan pembuatan serat poliester dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan standar mutu chip poliester di PT. Indonesia Toray Synthetics.
2. Dapat mengetahui faktor- faktor apa saja yang dapat menghambat dan mempercepat dropping time.
3. Dapat mengetahui faktor-faktor yang didapatkan dari human error dalam menganalisis viskositas intrinsik (IV).
I.4 Batasan Masalah
Untuk membantu dalam memberikan data penelitian yang baik maka perlu dilakukan beberapa pembatasan sebagai berikut :
1. Penelitian dilakukan atas arahan tim peneliti laboratorium Quality Assurance PT. Indonesia Toray Synthetics.
2. Sampel yang digunakan merupakan chip poliester dari PSF PT. Indonesia Toray Synthetics, yang diambil pada tanggal 17 Februari 2012.
3. Chip poliester yang di timbang dalam timbangan digital harus sebesar 1,0000 gram.
4. Larutan PTM ( poly tetra mixing) dan chip poliester yang digunakan dengan menggunakan beberapa tipe, larutan harus sesuai dengan standar yang sudah ditetapkan sebesar 15 ml.
5. Tipe viskometer yang digunakan adalah tipe oswald dengan diameter kapiler masing-masing viskometer berbeda-beda, sehingga viskositas intrinsik (IV) yang dihasilkan berbeda pula sesuai dengan standar yang terlebih dahulu sudah ditentukan.
I.5 Manfaat Penelitian
Setelah mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat merusak kualitas chip poliester, baik secara teknis maupun yang diakibatkan dari human error , maka hal tersebut dapat dijadikan sebuah pelajaran dan tolak ukur, sehingga hal tersebut dapat dijadikan manfaat yang sangat besar bagi industri yaitu dapat meningkatkan persaingan dengan industri serat poliester yang lainnya. Dan menghasilkan serat poliester yang memenuhi standar yang telah ditetapkan.
Manfaat bagi masyarakat yaitu, dapat menggunakan serat poliester kualitas terbaik. Dan bermanfaat juga bagi industri teksil, yaitu dapat menghasilkan kualitas tekstil yang baik dan bermutu tinggi.
Sedangkan manfaat yang diperoleh untuk penulis yaitu, dapat dijadikan sebagai media untuk mengaplikasikan teori-teori yang sudah dipelajari selama mengikuti perkuliahan, belajar mengenal kerja pada bidang kimia baik dalam bidang industri maupun instansi pemerintah, mengembangkan ilmu pengetahuan yang telah didapat pada bangku kuliah dan menemukan suatu hal yang baru yang belum pernah dijumpai di bangku perkuliahan, meningkatkan pengetahuan mahasiswa dalam hal penggunaan instrumen teknik kimia yang modern, dan juga menumbuhkembangkan sikap profesional mahasiswa dalam rangka memasuki lapangan kerja.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Pengertian Polimer
Polimer adalah rantai berulang dari atom yang panjang, terbentuk dari pengikat yang berupa molekul identik yang disebut monomer. Sekalipun biasanya merupakan organik (memiliki rantai karbon), ada juga banyak polimer inorganik.
Polyester adalah sebuah polimer (sebuah rantai dari unit yang berulang-ulang) dimana masing-masing unit dihubungkan oleh sebuah
sambungan ester.
Gambar 2.1 Sambungan Ester
Diagram di atas menunjukkan sebuah rantai polimer yang sangat kecil dan kelihatan sedikit rumit. Tetapi tidak terlalu sulit untuk menuliskan strukturnya. Menggambarkan strukturnya akan lebih mudah ketimbang mencoba untuk mengingatnya.
Nama lazim dari polyester umum ini adalah poly(etilen tereftalat). Nama sehari-harinya tergantung pada apakah digunakan sebagai serat atau sebagai material untuk membuat produk seperti botol untuk minuman ringan. Jika digunakan sebagai serat untuk membuat kain, biasanya sering hanya disebut polyester . Terkadang juga dikenal dengan nama perdagangannya seperti Terilen (Tetoron). Jika digunakan untuk membuat botol, misalnya, biasanya disebut PET.
Polyester adalah kategori polimer yang mengandung gugus fungsional ester dalam rantai utamanya. Meski terdapat banyak sekali, istilah " polyester " merupakan sebagai sebuah bahan yang spesifik lebih sering merujuk pada polietilena tereftalat (PET). Polyester dapat diproduksi dalam berbagai bentuk seperti lembaran dan bentuk 3 dimensi, polyester sebagai termoplastik bisa berubah bentuk sehabis dipanaskan. Walau mudah terbakar di suhu tinggi, polyester cenderung berkerut menjauhi api dan memadamkan diri sendiri saat terjadi pembakaran. Serat poliester mempunyai kekuatan yang tinggi dan E-modulus serta penyerapan air yang rendah dan pengerutan yang minimal bila
dibandingkan dengan serat industri yang lain.
Kain polyester tertenuntu digunakan dalam pakaian konsumen dan perlengkapan rumah seperti seprei ranjang, penutup tempat tidur, tirai dan korden. Polyester industri digunakan dalam penguatan ban, tali, kain buat sabuk mesin pengantar (konveyor), sabuk pengaman, kain berlapis dan penguatan plastik dengan t ingkat penyerapan energi yang t inggi. Fiber fill dari polyester digunakan pula untuk mengisi bantal dan selimut penghangat. Kain dari polyester disebut-sebut terasa “tak alami” bila
dibandingkan dengan kain tenunan yang sama dari serat alami (misalnya kapas dalam penggunaan tekstil). Namun kain polyester memiliki beberapa kelebihan seperti peningkatan ketahanan dari pengerutan. Akibatnya, serat polyester kadang-kadang dipintal bersama-sama dengan serat alami untuk menghasilkan baju dengan sifat-sifat gabungan.
Polyester juga digunakan untuk membuat botol, film, tarpaulin, kano, tampilan kristal cair, hologram, penyaring, saput (film) dielektrik untuk kondensator, penyekat saput buat kabel dan pita penyekat.
Pembuatan polyester dalam skala produksi terjadi dalam dua tahap utama, yaitu: tahap pra-polimerisasi dan polimerisasi sesungguhnya. Pada
tahap pertama, sebelum polimerisasi terjadi, terbentuk sebuah ester yang cukup sederhana dari asam dan dua molekul etana-1,2-diol.
Gambar 2.2 Struktur Molekul Pra-Polimerisasi
Pada tahap polimerisasi, ester sederhana ini dipanaskan pada suhu sekitar 260°C dan pada tekanan rendah. Dalam hal ini diperlukan sebuah katalis – ada beberapa kemungkinan termasuk senyawa-senyawa antimoni seperti antimoni(III) oksida. Poliester terbentuk dan setengah dari etana-1,2-diol diperbaharui. Ini selanjutnya dilepaskan dan disiklus ulang.
Gambar 2.3 Struktur Molekul Polimerisasi
II.2 Sifat-sifat Poliester II.2.1 Sifat Fisika
Berikut ini beberapa sifat fisika dari poliester : 1. Kekuatan dan Mulur
Kekuatan serat poliester biasanya dinyatakan dalam gram per denier, dan mulur biasanya dinyatakan dalam persen (%) (Moncrief,1983). Kekuatan
dan mulur dalam keadaan basahnya sama dengan dalam keadaan kering. Serat poliester sangat kuat dengan tenacity 5,0 gram/denier (Longman dkk , 1973).
2. Elastisitas
Elastisitas dari suatu serat adlaah kemampuan serat untuk bisa kembali setelah mengalami tegangan (Moncrief, 1983). Poliester mempunyai elastisitas yang baik sehingga kain poliester tahan kusut apalagi dalam keadaan basah. Pakaian yang dibuat dari serat poliester sangat tahan kusut dan dapat dicuci berulangkali tanpa harus disetrika lagi (Billmeyer, 1957).
3. Moisture Regain
Regain dari suatu serat atau benang adalah jumlah persentase kadar air yang terkandung di dalamnya diperhitungkan terhadap berat keringnya. Moisture regain dari serat poliester sangat rendah, hanya 0,4% pada kondisi standar (kelembaban relatif 65%) (Longman dkk, 1973). Sifat-sifat polietilena yang akan mempengaruhi kegunaannya menurut Billmeyer, antara lain tahan kusut dan moisture regainnya yang rendah. Sifat-sifat ini dikarenakan rantai polimer itu kuat dan ikatan antar rantai polimer yang tidak mudah dipengaruhi oleh kelembaban.
4. Berat Jenis
Berat jenis adalah perbandingan berat per volume suatu cairan pada suhu tertentu. Berat jenis poliester adalah 1,38 g/cm3 (Longman dkk, 1973). Semakin tinggi derajat kristalisasi poliester, semakin tinggi pula berat jenisnya.
5. Morfologi
Jika dilihat di bawah mikroskop, serat poliester mempunyai penampang lintang berbentuk bulat. Pada umumnya serat-serat dengan penampang lintang yang bulat mempunyai pegangan yang enak.
6. Tahan Sinar
Seperti serat tekstil lainnya, poliester juga berkurang kekuatannya salam penyinaran yang lama tetapi tahan sinarnya masih cukup baik
dibandingkan dengan serat lain. Di balik kaca, tahan sinar poliester lebih baik dari kebanyakan serat.
7. Titik Leleh
Poliester meleleh di udara pada suhu 2500C dan tidak menguning pda suhu tinggi. Poliester pertama yang dibuat oleh Carothers mempunyai titik leleh yang sangat rendah sehingga sebagai bahan pembentuk serat poliester, ia tidak tahan di setrika. Pemasukan cincin benzena ke dalam rantai ternyata meningkatkan kekakuan rantai dan juga titik lelehnya, menghasilkan poliester yang sangat berguna bagi pembentukan serat (Cowd, 1991).
Definisi dan Tata Nama Nomenklatur 1. Polimer
Molekul besar (makromolekul) yang terbangun oleh susunan unit ulangan kimia yang kecil, sederhana dan terikat oleh ikatan kovalen. Unit ulangan ini biasanya setara atau hampir setara dengan monomer yaitu bahan awal dari polimer.
2. Monomer
Sebarang zat yang dapat dikonversi menjadi suatu polimer. Untuk contoh, etilena adalah monomer yang dapat dipolimerisasi menjadi polietilena (lihat reaksi berikut). Asam amino termasuk monomer juga, yang dapat dipolimerisasi
menjadi polipeptida dengan pelepasan air Reaksi :
Monomer polimer
monomer Unit Ulangan terikat secara kovaken dengan unit ulangan lainnya
CH2 CH2
H2C CH2
n n
etilena Polimer polietilena
Gambar 1.5 Reaksi Monomer Yang Dapat Dipolimerisasi Menjadi Polietilena
II.2.2 Sifat Kimia
1. Ketahanan terhadap senyawa kimia
Poliester tahan terhadap asam lemah meskipun pada suhu didih dan tahan asam kuat dingin. Poliester juga tahan terhadap basa lemah, tetapi kurang tahan terhadap basa kuat. Poliester tahan terhadap zat oksidator, alkohol, keton, sabun, pemutih, dan zat-zat untuk pencucian kering.
2. Kelarutan
Poliester larut dalam m-kresol panas, asam trifluoroasetat-o-klorofenol, campuran tujuh bagian berat triklorofenol dan sepuluh bagian fenol, serta campuran dua bagian berat tetrakloroetena dan tiga bagian fenol. Serat poliester tidak larut dalam asam format 90% dalam aseton, dan dalam
asam sulfat 80% (Longman dkk, 1973).
3. Pembakaran
Poliester dapat terbakar dan kemudian meleleh dan meninggalkan residu berwarna coklat tua. Ketika dibakar, serat poliester akan mengeluarkan
asap yang berwarna gelap (Hollen dkk , 1962).
Adapun sifat biologis dari poliester, antara lain tahan terhadap serangga, jamur, dan bakteri.
n H2 N C C N C C O R H H R O H OH n - H2O
Sifat-sifat poliester filamen dan poliester stapel secara umum dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini.
Tabel 2.1. Sifat-sifat Poliester Filamen dan Poliester Stapel Sifat Poliester Filamen Poliester Stapel
Berat Jenis, g/cm 1,38 1,38 Kekuatan tarik (21 C, 65% RH), g/den 4,2-5,0 3,6-4,0 Daya Mulur (21 C, 65% RH), % 22-30 38-48 Elastisitas, % 97-80 - Moisture Regain (21 C, 65% RH), % 0,4
Pengaruh Panas (titik lunak), F Meleleh pada suhu sekitar 480 C Pengaruh Sinar Matahari dan
Udara Terbuka
Beberapa kehilangan kekuatan, tetapi tidak luntur
Ketahanan Terhadap Serangga
dan Jamur Tahan (tidak diserang)
Pengaruh Asam Kuat Sangat tahan terhadap kebanyakan asam-asam mineral, tetapi akan rusak oleh asam sulfat 96%
Pengaruh Asam Lemah Pada hakekatnya tidak berpengaruh
Pengaruh Basa Kuat Cukup tahan dalm keadaan dingin, dan akan rusak pada suhu didih
Pengaruh Basa Lemah Mempunyai ketahanan yang baik
Pengaruh Pelarut Organik Secara umum tidak berpengaruh, larut dalam beberapa senyawa fenolik
II.3 Penggunaan Poliester
Karena sifat-sifatnya yang sangat baik, terutama karena sifat tahan kusut dan dimensinya yang stabil, poliester banyak dipergunakan untuk bahan pakaian dan dasi. Untuk pakaian tipis, poliester sangat baik dicampur dengan kapas alami dengan perbandingan 2:1 (Soeprijono dkk, 1974).
Poliester secara luas digunakan sebagai bahan baku pakaian wanita, pakaian anak-anak, dasi, dan kaos kaki. Supaya bahan itu lebih kuat dan tahan lama, maka dalam pembuatannya dapat dicampur dengan wol, dan dalam pakaian olahragadicampur dengan linen. Karena ketahanannya terhadap sinar matahari dan udara (cuaca), polister banyak dipergunakan untuk kain tirai, tali-temali, jala, kain layar, dan terpal.
Poliester banyak dipergunakan untuk benang jahit dal;am industri tekstil. Poliester juga dipergunakan dalam pabrik kimia. Karena poliester lebih tahan suhu tinggi dibandingkan dengan serat lainnya, menyebabkan poliester dipergunakan sebagai isolasi dalam motor listrik.
Poliester digunakan pula sebagai pipa pemadam kabakaran. Sifat poliester yang tahan asam membuat poliester baik digunakan sebagai pakaian pelindung dalam pabrik yang banyak memakai asam. Akhir-akhir ini poliester mulai dipergunakan sebagai serat dan benang untuk bahan tekstil.
II.4 Serat Tekstil
II.4.1 Bentuk dan Sifat-sifat Serat Tekstil
Serat tekstil, baik serat alami maupun serat buatan, mempunyai sifat-sifat yang beragam. Namun bagaimanapun ragamnya sifat-sifat serat, ada sifat umum dari semua serat, yaitu semuanya mempunyai dimensi panjang yang jauh lebih besar dibandingkan dimensi lebarnya. Hal ini dapat menunjukkan bahwa sifat karakteristik serat semata-mata ditentukan oleh bentuknya, yaitu perbandingan yang besar antara panjang dan lebar.
Terdapat beberapa macam bentuk serat tekstil, antara lain yang paling banyak jumlahnya adalah bentuk stapel. Setengah dari jumlah serat-serat buatan adalah berbentuk stapel yang dibuat dengan cara memotong filamen menjadi serat-serat yang panjangnya berkisar antara satu sampai enam inchi. Pembuatan serat buatan dalam bentuk stapel ini dimaksudkan supaya dapat dicampurkan dengan serat alam.
Adapun sifat-sifat serat tekstil yang umumnya di antaranya adalah: 1. Kekuatan
Kekuatan merupakan sifat serat yang sangat penting supaya serat-serat tersebut tahan terhadap tarikan-tarikan dalam proses pemintalan dan panenunan sehingga kain jadinya akan mempunyai kekuatan yang cukup besar.
2. Daya Serap
Hampir semua serat menyerap uap air sampai batas tertentu. Beberapa macam serat menyerap uap air lebih banyak daripada serat yang lain sehingga serat-serat semacam ini dikatakan lebih higroskopis. Serat-serat yang meyerap uap air lebih banyak lebih enak dipakai. Serat-serat yang sedikit menyerap uap air mempunyai sifat-sifat yang dalam keadaan kering maupun basah hampir sama, lebih cepat kering, dan stabilitas dimensinya lebih baik.
3. Mulur dan Elastisitas
Elastisitas adalah kemampuan serat untuk kembali ke panjang semula setelah mengalami tarikan. Untuk serat-serat tekstil diharapkan memiliki elastisitas yang baik, yaitu mulur saat putus minimal 10% (Soeprijono dkk , 1974). Kain-kain yang dibuat dari serat-serat tersebut biasanya stabilitas dimensinya baik dan tahan kusut.
Disamping sifat-sifat tersebut di atas, serat-serat untuk tekstil harus mempunyai sifat lainnya, yaitu berwarna putih dan mudah dicelup, tahan terhadap serangga maupun jamur, tahan terhadap sinar dan panas, tidak
mudah terbakar dan tidak mudah meneruskan pembakaran, mudah dicuci dan tidak mudah rusak dalam pencucian, serta murah dan jumlah cukup banyak.
Menurut Billmeyer, polimer sintetik harus mampunyai karakteristik yang sesuai dengan beberapa sifat fisika untuk digunakan sebagai bahan tekstil. Sifat-sifat itu, antara lain titik lunak yang tinggi, daya renggang yang tinggi, mudah dilarutkan dan mudah dilelehkan pada proses pemintalan, kekuatan yang tinggi, serta mempunyai kualitas tekstil
yang bagus
II.4.2 Pembuatan Serat
Serat-serat buatan terbentuk dari polimer-polimer, baik yang berasal dari alam maupun polimer buatan yang dibuat dengan cara polimerisasi senyawa-senyawa kimia yang relatif sederhana.
Pembuatan serat dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu pemintalan basah, pemintalan kering, dan pemintalan leleh. Banyak serat buatan, misalnya poliester
dan nilon, dibuat melalui pemintalan leleh dengan cara menyemprotkan lelehan polimer, kemudian dimasukkan dengan kecepatan tetap di bawah tekanan melalui lubang-lubang spineret. Zat penyuram, biasanya titanium dioksida dapat ditambahkan pada lelehan polimer. Aliran cairan polimer kemudian keluar dari spineret tegak lurus ke bawah dan dalam pendinginan segera memadat membentuk filamen-filamen.
II.4.3 Proses Produksi Serat Poliester Stapel di ITS
Proses produksi serat poliester di PT. Indonesia Toray Synthetics pada dasarnya dibagi menjadi tiga tahap, yaitu proses polimer, proses spinning, dan proses lanjutan (after treatment ). Bahan baku untuk pembuatan chip poliester ada dua macam, yaitu bahan baku utama dan bahan baku tambahan. Bahan baku utamanya
adalah etilena glikol (EG) dan asam terephtalat (AT), sedangkan sebagai bahan tambahannnya adalah asam fosfat (H3PO4), titanium dioksida (TiO2), antimoni
trioksida (Sb2O3), kobalt asetat (Co-Ac), dan tetraetil amonium hidroksida
(TEAH).
II. 5 Etilena Glikol
Etilena Glikol dibuat dengan mereaksikan etilena oksida dengan air. Etilena yang berasal dari penguraian minyak tanah dioksidasi dengan udara menjadi etilena
oksida dan kemudian dihidrasi menjadi etilena glikol. O
Oksidasi Hidrasi
CH2=CH2 H2C CH2 HCOCH2CH2OH
Etilena Etilena Oksida Etilena Glikol
Dengan tidak adanya katalis diperlukan suhu sekitar 2000C agar kecepatan reaksi memadai, dan untuk menjaga agar reaksi-reaksi tetap dalam fasa cair digunakan tekanan sekitar 12 atm (Soeprijono dkk, 1974).
Terdapat dua kegunaan utama etilena glikol, yaitu sebagai zat anti beku (antifreeze agent ) yang digunakan dalam mesin mobil dan sebagai bahan baku pembuatan polietilena terephtalat.
Adapun sifat-sifat etilena glikol adalah seperti yang tercantum dalam tabel berikut :
Tabel 2.2. Sifat-sifat Etilena Glikol
Nama Kimia 1,2-etanadiol, glikol
Rumus Kimia C2H6O2
Rumus Struktur HOCH2-CH2OH
Bobot Molekul 62,07 gram/mol
Kelarutan dalam Air Larut (20 C) Konsentrasi Jenuh 0,15 gram/cm (20 C)
Titik Nyala 111 C
Titik Leleh -12 C
Titih Didih 198 C
Suhu Bakar 410 C
II.6 Asam Terephtalat
Asam terephtalat dapat dibuat dari p-xilena. Asam tereftalat diperlukan guna memproduksi polietilena tereftalat untuk digunakan sebagai serat dan dalam jumlah tertentu untuk plastik. Berbagai macam proses pembuatan asam tereftalat
telah dikembangkan dan beberapa di antaranya dengan bahan baku p-xilena. Proses yang terdahulu berbasis p-xilena meliputi oksidasi dengan asam nitrat.
30% HNO3
CH3 CH3 CO2H CO2H
180-2000C, 15 atm
Menurut Ghani (1985), dalam proses lain p-xilena dioksidasikan dengan udara dalam fasa cair dalam larutan asam asetat pada suhu kurang lebih 2000C dengan tekanan 20 atm dengan suatu sistem larutan katalis yang mengandung ion kobalt, mangan dan bromida. Terbentuk asam terftalat dengan hasil 90-95% dan perubahan p-xilena hampir sempurna.
Sejumlah proses oksidasi p-xilena dengan udara lainnya telah dikembangkan. Salah satunya menggunakan oksidasi dalam larutan asam asetat
dengan adanya katalis kobalt asetat berkonsentrasi tinggi. Adapun sifat-sifat dari asam tereftalat dapat dilihat pada tabel 3 dibawah ini.
Tabel 2.3. Sifat-sifat Asam Terephtalat
Nama Kimia Asam 1,4-Benzendikaboksilat, asam p-toluat
Rumus Kimia C8H6O4
Rumus Molekul HOOCC6H4COOH
Bobot Molekul 166,13 gram/mol
Kelarutan dalam Air Tidak Larut (20 C)
Titik Nyala 678 C
II.7 Viskositas Intrinsik
Viskositas intrinsik merupakan besaran yang menunjukkan derajat polimerisasi dari suatu polimer. Derajat polimerisasi (DP) merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi sifat polimer karena dapat menentukan panjang rantai polimer dan bobot molekulnya. Selain itu, kekuatan dari suatu serat akan bertambah dengan bertambahnya panjangnya molekul-molekul yang membentuknya.
Semua proses pembuatan serat dilakukan dengan menyemprotkan polimer yang berbentuk cairan melalui lubang-lubang kecil (spineret). Proses ini hanya mungkin dilakukan dengan cairan yang relatif kental. Apabila viskositas cairan terlalu rendah, gaya yang disebabkan oleh tegangan permukaan menyebabkan kolom cairan membentuk butiran-butiran sebelum terbentuk menjadi filamen-filamen.
Selain itu, apabila nilai viskositas intrinsiknya terlalu rendah, maka filamen yang dihasilkan mempunyai daya (kekuatan) tarik yang rendah sehingga akan cepat putus pada waktu penarikan dan pada akhirnya akan melilit. Dengan demikian, panjang rantai polimer serta derajat polimerisasinya menjadi berkurang
dan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Jadi, pembentukan filamen dapat dipengaruhi oleh viskositas larutan polimer.
Menurut Rabek (1980), Viskositas intrinsik didefinisikan sebagai peningkatan derajat kekentalan dari satu unit pelarut karena penambahan satu gram (cgs) atau satu kilogram (SI) molekul polimer yang tidak berinteraksi. Viskositas dapat diketahui dengan mengukur laju alir cairan yang melalui tabung berbentuk silinder. Cara ini merupakan salah satu cara yang paling mudah yang dapat digunakan untuk cairan (Bird,1987). Metode yang biasa dipakai untuk mengukur viskositas pelarut dan larutan polimer ialah viskometer Ostwald (Cowd,1991).
Dengan mengukur viskositas dari sistem polimer, maka secara tidak langsung dapat diketahui bobot molekul rata-rata polimer, distribusi bobot molekul, dimensi rantai yang tetap, dan sifat kekentalan untuk laju alir larutan yang terkonsentrasi dalam contoh polimer yang dilarutkan.
II. 8 Viskositas Zat Cair
Viskositas fluida (zat cair) adalah gesekan yang ditimbulkan oleh fluida yang bergerak, atau benda padat yang bergerak didalam fluida. Besarnya gesekan ini biasa juga disebut sebagai derajat kekentalan zat cair. Jadi semakin besar
viskositas zat cair, maka semakin susah benda padat bergerak didalam zat cair tersebut. Viskositas dalam zat cair, yang berperan adalah gaya kohesi antar partikel zat cair (Anonim, 2009).
Viskositas dapat dinyatakan sebagai tahanan aliaran fluida yang merupakan gesekan antara molekul – molekul cairan satu dengan yang lain. Suatu jenis cairan yang mudah mengalir, dapat dikatakan memiliki viskositas yang rendah, dan sebaliknya bahan-bahan yang sulit mengalir dikatakan memiliki viskositas yang tinggi (Anonim, 2009).
Viskositas suatu fluida adalah sifat yang menunjukkan besar dan kecilnya tahan dalam fluida terhadap gesekan. Fluida yang mempunyai viskositas rendah,
misalnya air mempunyai tahanan dalam terhadap gesekan yang lebih kecil dibandingkan dengan fluida yang mempunyai viskositas yang lebih besar (Anonim, 2010). Gejala ini dapat dianalisis dengan mengintrodusir suatu besaran yang disebut kekentalan atau viskositas. Oleh karena itu, viskositas berkaitan dengan gerak relatif antar bagian-bagian fluida, maka besaran ini dapat dipandang sebagai ukuran tingkat kesulitan aliran fluida tersebut. Makin besar kekentalan suatu fluida makin sulit fluida itu mengalir.
Viskositas dapat diukur dengan mengukur laju aliran cairan yang melalui tabung berbentuk silinder. Cara ini merupakan salah satu cara yang paling mudah dan dapat digunakan baik untuk cairan maupun gas. Aliran cairan dapat dikelompokkan ke dalam dua tipe. Yang pertama adalah aliran “laminar” atau aliran kental, yang secara umum menggambarkan laju aliran kecil melalui sebuah pipa dengan garis tengah kecil. Aliran yang lain adalah aliran “turbulen”, yang menggambarkan laju aliran yang besar melalui pipa dengan diameter yang lebih besar.
Viskositas sebenarnya disebabkan oleh kohesi dan pertukaran momentum molekular di antara lapisan-lapisan fluida dan pada waktu berlangsungnya aliran, efek ini terlihat sebagai tegangan tangensial atau tegangan geser di antara lapisan yang bergerak. Akibat adanya gradien kecepatan, akan menyebabkan lapisan fluida yang lebih dekat pada plat yang bergerak, dan akan diperoleh kecepatan yang lebih besar dari lapisan yang lebih jauh. Cairan yang mempunyai viskositas lebih tinggi akan lebih lambat mengalir didalam pipa dibandingkan cairang yang viskositasnya lebih rendah. Sebuah benda yang bergerak dalam fluida yang mempunyai viskositas lebih tinggi mengalami gaya gesek viskositas yang lebih besar daripada jika benda tersebut bergerak didalam fluida yang viskositasnya
Faktor-faktor yang mempengaruhi viskositas suatu bahan, ialah: 1. Suhu
Viskositas dan suhu memiliki perbandingan terbalik, dimana semakin tinggi suhu maka viskositas dari bahan tersebut akan semakin t inggi. 2. Konsentrasi
Biasanya terjadi hubungan langsung non-linier antara konsentrasi dan viskositas suatu larutan pada suhu tertentu. Semakin besar konsentrasi suatu bahan maka viskositasnya semakin besar.
3. Berat Molekul
Terjadi hubungan langsung non-linier antara berat molekul dan viskositas larutan pada konsentrasi yg sama.
4. Tekanan
BAB III
METODE PENELITIAN
III.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium kimia dan instrumentasi inspeksi PT. Indonesia Toray Synthetics Tangerang bagian laboratorim Quality Assurance, yang terletak di Jalan Moh Toha Pasar Baru Tangerang . Yang telah dilaksanakan pada bulan Februari sampai Maret 2012.
III.2 Variabel
Variabel yang digunakan dalam penelitian terdiri dari t iga variabel, yaitu variabel dependent , variabel independent dan variabel kontrol
III.2.1 Variabel Dependent (Variabel Terikat)
Variabel dependent adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel independent. Pada penelitian ini, variabel dependent adalah viskositas intrinsik (IV).
III.2.2 Variabel Independent (variabel bebas)
Variabel independent adalah variabel yang diduga sebagai akibat ( presumed effect variable) dan diduga juga sebagai sebab ( presumed couse variable). Pada penelitian ini, variabel independent adalah dropping time.
III.2.3 Variabel kontrol
Variabel kontrol adalah variabel yang faktornya dikontrol oleh peneliti untuk menetralisasi pengaruhnya. Pada penelitian ini, variabel kontrol adalah temperatur, jenis viskometer dan kemiringan.
Temperature : 24,3 ; 24,5 ; 24,8 ; 25,0 ; 25,2 ; 25,3 Jenis viskometer : A95 , B80, B145, B106
Kemiringan : 800 , 900, 1000
III.3 Alat dan Bahan yang Digunakan
III.3.1 Alat
Peralatan yang digunakan pada percobaan ini antara lain :
Neraca Digital Dispenser Block heater Water Viskometer Ostwald Fine oven DH- 42 Pipet Stopwatch Google
Sarung tangan latex Rak test tube
Whole pipet 15 gr Kompresor
Backmans thermometer Gunting
Pincet Magnet
III.3.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini meliputi bahan uji dan bahan kimia yang digunakan sebagai pereaksi. Bahan yang digunakan diantaranya :
Poliester tipe semidull, F10F dan standard Larutan PTM (1:1) sebanyak 20 ml
NaOH 5% HCl 5% Pure water
III.4 Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi :
1. Timbang sampel sebanyak 1,0000 gram, masukkan ke test tube. 2. Masukkan magnetic stir ke test tube.
3. Tambahkan larutan PTM (1:1) sebanyak 25 ml.
4. Larutkan didalam block heater 140 0C ± 30C, selama 30 menit.
5. Angkat dan dinginkan sampai mencapai termperatur ruang ± 30 menit. 6. Siapkan viskometer Ostwald pada water bath dengan temperatur standar
250C, dan temperatur yang sudah di adjust .
7. Masukan sample 15 ml dengan menggunakan whole pipet kedalam viscometer.
8. Kondisikan sample (dalam viskometer) dalam water bath dengan temperature standar 250C , dan temperatur yang sudah di adjust selama 15 menit.
9. Check nilai dropping time dengan menaikan sampel pada garis batas atas yang sudah ditentukan, kemudian tekan stopwatch, lalu matikan stopwatch ketika sampel melewati garis batas bawah yang sudah ditentukan.
10. Kalkulasi nilai IV yaitu :
IV = (0.0246 X K1 X DT) + 0.2690
Keterangan : IV = viskositas intrinsik DT = Dropping Time
K1 = Faktor viskometer yang didapatkan dari kalibrasi chip standar
11. Setelah analisa viskometer ditiriskan pada tempat yang telah ditentukan, lalu siram viskometer dan test tube dengan NaOH 5%.
12. Setelah viskometer dibersihkan dengan NaOH, lalu NaOH tersebut di buang kedalam can yang sudah ditentukan.
13. Kemudian bilas dengan HCl 5 %
14. Pembilasan terakhir viskometer tersebut dibilas dengan pure water . 15. Lalu tempatkan viskometer pada keranjang dan keringkan dalam dryer
sampai bersih dan kering.
III.5 Metode Penelitian
Metode ini dilakukan dengan menganalisis contoh chip poliester tipe semidull, F10F, dan standard terhadap nilai viscositas interistik dengan menggunakan viskometer Ostwald , yaitu dengan cara menghitung kekentalan chip poliester dan dengan mengalisis faktor yang dapat mempercepat atau memperlambat dropping time dalam pembuatan chip PT. Indonesia Toray Synthetics.
Chip poliester tipe semidull, F10F, dan standard di pilih secara acak lalu diteliti. Sehingga dalam dropping time kita dapat mengetahui faktor apa saja yang dapat mempercepat atau memperlmbat flow aliran yang jatuh dengan menggunakan stop watch lalu bandingkan apakah sudah tepat sesuai dengan JIS atau tidak.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Analisis Chip
Disini kami menganalisis chip poliester tanpa mengubah temperatur dan kemiringan, dan dengan mengubah temperatur dan kemiringan dengan menggunakan beberapa sampel chip poliester yang berbeda diantaranya yaitu chip poliester tipe semidull, F10F dan chip standard.
Analisis chip poliseter dengan menggunakan temperatur 25ºC dan penempatan viskometer dalam water bath dengan kemiringan 90º (kondisi standar) dengan tiga macam chip poliester, yaitu tipe semidull, F10F, dan chip poliester tipe standard. Data yang dihasilkan adalah seperti tabel 4.1 dibawah ini :
Tabel 4.1 Hasil Analisis Viskositas Intrinsik (IV) Pada Temperatur 25ºC dan Kemiringan 90º (Kondisi Standard PT. ITS)
Analisis chip poliester dengan menggunakan temperatur 25ºC dan penempatan viskometer dalam water bath dengan kemiringan 800 dengan tiga macam chip, yaitu tipe semidull, F10F, dan chip tipe standard. Data yang dihasilkan adalah seperti tabel 4.2 dibawah ini :
No Sampel No Viskometer K1 Waktu Aliran Rata-rata _ IV 1 Semidull A 95 0, 223957 68,4453 0,6442 B 106 0,239951 63,8746 0,6460 2 F10F L 4 0,236175 62,4654 0,6319 L 7 0,307754 52,6210 0,6370 3 Standard B 80 0,359341 43,5507 0,6400 B 145 0,305139 49,2074 0.6385
Tabel 4.2. Hasil Analisis Viskositas Intrinsik (IV) Pada Temperatur 25ºC dan Kemiringan 800 No Sampel No Viskometer K1 Waktu Aliran Rata-rata _ IV 1 Semidull A 95 0, 22395 63,9600 0,6214 B 106 0,239951 59,8066 0,6220 2 F10F L4 0,236175 48,2800 0,5495 L7 0,307754 62,4800 0,7420 3 Standard B80 0,359341 41,0066 0,6315 B145 0,305139 48,1966 0,6307
Analisis chip poliester dengan menggunakan temperatur 25ºC dan penempatan viscometer dalam water bath dengan kemiringan 1000 dengan tiga macam chip poliester , yaitu tipe semidull, F10F, dan chip poliester tipe standard. Data yang dihasilkan adalah seperti tabel 4.3 dibawah ini :
Tabel 4.3. Hasil Analisis Viskositas Intrinsik (IV) Pada Temperatur (25ºC) dan Kemiringan 1000 No Sampel No Viskometer K1 Waktu Aliran Rata-rata _ IV 1 Semidull A 95 0, 22395 65,4960 0,6274 B 106 0,239951 60,9500 0,6287 2 F10F L4 0,236175 49,4333 0,5562 L7 0,307754 64,3500 0,7560 3 Standard B80 0,359341 41,6670 0,6273 B145 0,305139 48,9630 0,6245
Analisis chip poliester dengan menggunakan temperatur 25,3ºC dan penempatan viskometer dalam water bath dengan kemiringan 900 dengan tiga macam chip poliester , yaitu tipe semidull, F10F, dan chip poliester tipe standard. Data yang dihasilkan adalah seperti tabel 4.4 dibawah ini :
Tabel 4.4. Hasil Analisis Viskositas Intrinsik (IV) Temperatur 25,30C dan Kemiringan 900 No Sampel No Viskometer K1 Waktu Aliran Rata-rata _ IV 1 Semidull A 95 0, 22395 62,4566 0,6130 B 106 0,239951 57,2299 0,6068 2 F10F L4 0,236175 62,5067 0,6210 L7 0,307754 47,9530 0,6309 3 Standard B80 0,359341 42,7890 0,6300 B145 0,305139 48,6723 0,6303
Analisis chip poliester dengan menggunakan temperatur 24,8ºC dan penempatan viscometer dalam water bath dengan kemiringan 900 dengan tiga macam chip poliester , yaitu tipe semidull, F10F, dan chip poliester tipe standard. Data yang dihasilkan adalah seperti tabel 4.5 dibawah ini :
Tabel 4.5. Hasil Analisis Viskositas Intrinsik (IV) 24,8 0C dan Kemiringan 900 No Sampel No Viskometer K1 Waktu Aliran Rata-rata _ IV 1 Semidull A 95 0, 22395 65,2310 0,6283 B 106 0,239951 60,9732 0,6199 2 F10F L4 0,236175 63,9867 0,6507 L7 0,307754 49,0367 0,6302 3 Standard B80 0,359341 43,8722 0,6568 B145 0,305139 51,6090 0,6563
Analisis chip poliester dengan menggunakan temperatur 24,5ºC dan penempatan viscometer dalam water bath dengan kemiringan 900 dengan tiga macam chip poliester , yaitu tipe semidull, F10F, dan chip poliester tipe standard. Data yang dihasilkan adalah seperti tabel 4.6 dibawah ini :
Tabel 4.6. Hasil Analisis Viskositas Intrinsik (IV) 24,5 0C dan Kemiringan 900 No Sampel No Viskometer K1 Waktu Aliran Rata-rata _ IV 1 Semidull A 95 0, 22395 65,1325 0,6278 B 106 0,239951 60,6087 0,6267 2 F10F L4 0,236175 64,5033 0,6237 L7 0,307754 49,3566 0,6226 3 Standard B80 0,359341 43,5200 0,6537 B145 0,305139 51,1867 0,6532
Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung viskositas intrinsik (IV) adalah sebagai berikut :
IV = Intrinstic Viscosity
K1 = Konstanta nilai masing viskometer (sudah ditetapkan) DT = Dropping Time
IV.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nilai Viskositas Intrinsik (IV) IV.3.1 Faktor Di Dalam Proses Produksi Analisis Di Laboratorium
Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai viskositas intrinsik yang dihasilkan bervariasi untuk setiap contoh chip dari batas terendah sampai batas tertinggi yang distandarkan. Keragaman nilai ini disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi nilai viskositas, baik pada waktu proses produksi maupun pada waktu analisis di laboratorium. Faktor-faktor tersebut antara lain :
0,6492 = (0,0246 X K1 X DT) + 0,2690 IV = 0,0246 X K1 X DT X 0,2690
1. Suhu akhir proses ( Final Batch Temperature) polimerisasi
Jika suhu akhir polimerisasi tinggi, derajat kekentalan larutan polimer akan naik karena terjadi peregangan rantai polimer sehingga konsentrasi larutan meningkat dan viskositas intrinsiknya pun naik. Begitu juga sebaliknya jika suhu akhir polimerisasi rendah.
2. Waktu pengambilan contoh
Seperti telah disebutkan bahwa contoh diambil pada waktu tertentu, yaitu pada pertengahan waktu ekstrusi. Jika pengambilan tidak tepat, misalnya terlalu cepat, maka viskositas intrinsik (IV) akan lebih tinggi karena suhu prosesnya masih tinggi. Begitu juga sebaliknya, jika contoh diambil
melebihi waktu yang telah ditentukan.
3. Normal tidaknya peralatan untuk analisis
Viskometer adalah yang paling utama dalam hal ini. Untuk mengetahui kondisi alat secara keseluruhan dapat dilakukan dengan menetapkan viskositas intrinsik dari chip standar yang telah diketahui nilainya. Nilai konstanta K1 untuk setiap viskometer ditetapkan dengan menggunakan chip standar yang telah diketahui nilainya. Nilai konstanta K1 untuk setiap viskometer ditetapkan dengan menggunakan chip standar, karena setiap viskometer memiliki diameter pipa kapiler yang berbeda-beda sehingga dapat mempengaruhi waktu alir larutan dan viskositas intrinsiknya.
4. Suhu pada peralatan
Faktor suhu ini dapat bersumber dari suhu block heater dan penangas air (water bath). Dalam hal ini ditetapkan suhu block heater sebesar 140 0C dan suhu penangas air sebesar 30 0C. Jika suhu block heater terlalu rendah, maka proses pelarutannya akan lama, tetapi jika suhunya terlalu tinggi dikhawatirkan terdapat rantai polimer yang putus. Selain itu, sebelum pengukuran waktu alir larutan polimer, suhu larutan harus sama dengan suhu penangas air dan suhu penangas air harus tetap untuk mencegah naik
turunnya kekentalan larutan polimer akibat perubahan suhu sehingga viskositasnya intrinsiknya pun akan berubah.
Diantara keempat faktor tersebut di atas yang paling berpengaruh terhadap nilai viskositas ini adalah faktor suhu. Menurut Bird (1987), pada suatu cairan viskositas meningkat dengan naiknya tekanan dan menurun bila suhu meningkat. Namun pada larutan polimer, jika suhu meningkat maka viskositas akan meningkat pula karena terjadi peregangan dari rantai polimer sehingga konsentrasinya meningkat. Suhu yang berubah-ubah dapat menyebabkan kekentalan dan viskositas intrinsik polimer pun berubah sehingga kualitas chip dan serat menjadi rendah.
IV.3.2 Faktor-faktor Teknis (Peralatan)
Adapun Faktor-faktor teknis (peralatan) yang dapat mempengaruhi viskositas intrinsik (IV) antara lain yaitu :
Neraca Digital
Neraca digital merupakan alat yang sering ada dalam laboratorium yang digunakan untuk menimbang bahan yang akan digunakan. Neraca digital berfungsi untuk membantu mengukur berat serta cara kalkulasi fecare
otomatis harganya dengan harga dasar satuan banyak kurang. Cara kerja neraca digital hanya bisa mengeluarkan label, ada juga yang hanya timbul ditampilkan layar LCDnya.
Harus adanya tingkat ketelitian yang tinggi maka hal tersebut dapat meminimalkan kesalahan dalam pengambilan chip yang dibutuhkan. Jumlah chip yang tidak tepat, tentunya akan berpengaruh terhadap konsentrasi zat dalam chip tersebut. Hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya kekeliruan dalam hasil prakt ikum yang dilaksanakan.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penggunakan Neraca Digital tersebut, yaitu
1. Neraca analitik digital adalah neraca yang sangat peka, karena itu bekerja dengan neraca ini harus secara halus dan hati-hati.
2. Sebelum mulai menimbang persiapkan semua alat bantu yang dibutuhkan dalam penimbangan
3. Langkah kerja penimbangan yang meliputi:
- Persiapan pendahuluan alat-alat penimbangan, siapkan alat dan zat yang akan ditimbang, sendok, kaca arloji dan kertas isap.
- pemeriksaan pendahuluan terhadap neraca meliputi: periksa kebersihan neraca (terutama piring-piring neraca), kedataran dan kesetimbangan neraca.
- penimbangan, dapat dilakukan setelah diperoleh keadaan setimbang pada neraca dan timbangan pada posisi nol, demikian pula setelah penimbangan selesai posisi timbangan dikembalikan
seperti semula.
Didalam neraca digital perlu dilakukannya kalibrasi, yaitu: 1. Pengontrolan Neraca Digital
Timbangan/Neraca dikontrol dengan menggunakan anak timbangan yang sudah terpasang atau dengan dua anak timbangan eksternal, misal 10 gr dan 100 gr. Timbangan/Neraca digital, harus menunggu 30 menit untuk mengatur temperatur. Jika menggunakan timbangan yang sangat sensitif, hanya dapat bekerja pada batas temperatur yang ditetapkan. Timbangan harus terhindar dari gerakan (angin) sebelum menimbang angka “nol” harus dicek dan jika perlu la kukan koreksi. Penyimpangan berat dicatat pada lembar/kartu kontrol, dimana pada lembar tersebut tercantum pula berapa kali timbangan harus dicek. Jika timbangan tidak dapat digunakan sama sekali maka timbangan harus diperbaiki oleh suatu agen (supplier).
2. Penanganan Neraca
Kedudukan timbangan harus diatur dengan sekrup dan harus tepat horizontal dengan Spirit level (waterpass) sewaktu-waktu timbangan bergerak, oleh karena itu, harus dicek lagi. Jika menggunakan timbangan elektronik, harus menunggu 30 menit untuk mengatur temperatur. Jika menggunakan timbangan yang sangat sensitif, anda hanya dapat bekerja pada batas temperatur yang ditetapkan. Timbangan harus terhindar dari gerakan (angin) sebelum menimbang angka “nol” harus dicek dan jika perlu lakukan k oreksi. Setiap orang yang menggunakan timbangan harus merawatnya, sehingga timbangan tetap bersih dan terawat dengan baik. Jika tidak, sipemakai harus melaporkan kepada manajer lab. timbangan harus dikunci jika anda meninggalkan ruang kerja.
3. Kebersihan Neraca
Kebersihan timbangan harus dicek setiap kali selesai digunakan, bagian dan menimbang harus dibersihkan dengan menggunakan sikat, kain halus atau kertas (tissue) dan membersihkan timbangan secara keseluruhan timbangan harus dimatikan, kemudian piringan ( pan) timbangan dapat diangkat dan seluruh timbangan dapat dibersihkan dengan menggunakan pembersih seperti deterjen yang lunak, campurkan air dan etanol/alkohol. Sesudah dibersihkan timbangan dihidupkan dan setelah dipanaskan, cek kembali dengan menggunakan anak timbangan.
Test tube
Kebersihan test tube harus diperhatikan dan tidak boleh terlupakan. Karena sedikit saja test tube tersebut terkontaminasi oleh partikel-partikel halus apapun, akan berakibat ke hasil viskositas intrinsik (IV). Dan yang tidak kalah penting yaitu, setelah dipergunakan, test tube tersebut harus
dicuci dengan benar sesuai prosedur yang telah ada agar dapat dipergunakan lagi pada pengujian selanjutnya.
Dispenser
Yang harus diperhatikan yaitu dalam memasukkan banyaknya bobot cairan didalam dispenser tersebut yang ingin dimasukkan ke test tube. Penekanan serta penarikan harus sampai full , tidak boleh tanggung-tanggung. Dan harus menunggu sampai tetes terakhir yang keluar dari dispenser tersebut. Karena apabila bobot cairan tidak sesuai dengan prosedur yang telah dibuat, maka akan mempengaruhi terhadap viskositas
intrinsik (IV).
Water Bath Temperature
Temperatur harus sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan, yaitu : - Temperatur Standar : 25,2 0 C - Temperatur Digital : 25,0 0 C = 24,9 ~ 25,1 0C - Temperatur Backman : 5,03 0 C = 5,01 ~ 5,05 0C Stopwatch
Saat cairan melewati batas atas dari viskometer, saat itu juga jari tangan menekan tombol start . Dan begitu juga saat cairan melewati batas bawah dari viskometer, saat itu juga jari tangan menekan tombol stop. Antara jari tangan menekan tombol start/stop dengan cairan melewati batas atas/bawah harus serempak. Karena apabila tidak, akan mempengaruhi dari nilai dropping time yang secara otomatis akan berpengaruh juga dengan hasil viskositas intrinsik (IV). Posisi melihat dan posisi duduk pun harus diperhatikan, harus tegak lurus kedepan.
IV.3.3 Faktor Human Error (Kesalahan Manusia)
Faktor human error juga sangat berpengaruh pada hasil viskositas intrinsik (IV) yang berakibat viskositas intrinsik (IV) yang dihasilkan beragam yang berakibat
viskositas intrinsik (IV) tidak memenuhi standard. Faktor human error tersebut adalah :
1. Kesalahan pandangan mata kita pada saat melihat larutan dalam viscometer tersebut sehingga tidak rata.
2. Kurang atau terlalu cepatnya menekan tombol start dan finish pada stopwatch yang dilakukan pada saat menghitung dropping time
3. Termometer pada block heater yang kurang diperhatikan sehingga suhu yang dibutuhkan berubah- ubah dan tidak konstan
4. Ketelitian dalam membersihkan viskometer dan test tube dengan menggunakan KOH dan HCl agar tidak terjadi penyumbatan kapiler.
BA B V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
Pengawasan terhadap mutu produk poliester sangat penting untuk mengetahui kualitas produksi yang dihasilkan. Berdasarkan analisis data yang kami dapat, dapat disimpulkan bahwa viskositas intrinsik (IV) dapat berpengaruh terhadap kualitas chip poliester setiap masing- masing tipe diantaranya yaitu semidull, F10F, dan standard karena viskositas intrinsik (IV) merupakan hal yang sangat berpengaruh terhadap kualitas produk yang dihasilkan.
Diantaranya yaitu kemiringan dan temperatur paling sangat berpengaruh dalam penentuan viskositas intrinsik (IV) karena apabila temperatur dinaikan diatas 25ºC maka larutan tersebut semakin encer sehingga dropping time yang dihasilkan semakin besar, maka viskositas intrinsik (IV) yang dihasilkan semakin besar pula, begitupun sebaliknya. Sedangkan dalam penempatan viskometer
dengan kemiringan 80º maka viskositas intrinsik (IV) yang dihasilkan lebih kecil, begitupun sebaliknya.
Sehingga dalam perhitungan analisis chip poliester dapat dikatakan bahwa temperatur dan kemiringan penempatan viskometer yang diletakkan dalam water bath berpengaruh terhadap viskositas intrinsik (IV). Temperatur yang ideal setelah dianalisis dengan cara mengubah temperatur dan dengan cara menaikkan dan menurunkan temperatur yang digunakan dalam water bath temperatur yang tepat adalah 25ºC, sedangkan kemiringan yang sangat ideal dalam penempatan viskometer setelah diaanalisis dengan cara mengubah kemiringan penempatan viskometer sebesar 80º, 90º dan 100º dalam water bath, yaitu 90º (tegak lurus). Sehingga dalam temperatur dan kemiringan inilah dapat menghasilkan viskositas intrinsik (IV) yang diinginkan
V.2 SARAN
Dalam analisis perhitungan viskositas intrinsik (IV) agar dapat memanuhi standar yang diinginkan sebaiknya memenuhi hal- hal tersebut diantaranya :
Sebelum melakukan analisis sebaiknya menggunakan K3 yang
sudah disediakan. Karena banyak senyawa yang bersifat asam.
Perhatikan temperatur water bath agar temperatur konstan dan
tidak berubah- ubah sehingga larutan tersebut tidak terlalu kental ataupun cair.
Ketelitian dalam membersihkan viskometer dan test tube dengan
menggunakan KOH dan HCl agar tidak terjadi penyumbatan kapiler dalam proses perhitungan dropping time dalam water bath.
Sebelum melakukan perhitungan viskositas intrinsik (IV) terlebih
DAFTAR PUSTAKA
Alcock,H.R dan Frederick, W.L. 1981. Contemporary Polymer Chemistry. Prentice-Hall, Inc. New Jersey.
Battista, O.A. 1958. Fundamental of High Polymers. Maruzan Asian Edition. Reinhold Publishing Corporation. New York.
Billmeyer, F.W. 1957. Textbook of Polymer Chemistry. Interscience Publishers. Inc. New York.
Bird, T. 1987. Kimia Fisik untuk Universitas. Cetakan ke-1. Alih Bahasa oleh Kwee Ie Tjien. Penerbit Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Cowd, M.A. 1991. Kimia Polimer . Terjemahan Herry Firman. Penerbit Institut Teknologi Bandung.
Harris, M. (Ed). 1954. Hand Book of Textile Fibers. First Edition. Textile Book Publishers, Inc. New York.
Hollen, N. 1962. Textiles. The MacMillan Company. New York.
Merck. 1999/2000. Chemicals Reagents. Frankfurter Str. 250, 64293 Darmstadt. Jerman.
Moncrief, R.W. 1983. Struktur dan Sifat Serat-serat . Terjemahan Rosima Samah. Penerbit Djambatan. Jakarta.
Rabek, J.F. 1980. Experimental Methods in Polymer Chemistry. John Wiley & Sons. New York.
Soeprijono, P.; Poerwati; Widayat; Jumaeri. 1974. Serat-serat Tekstil . Institut Teknologi Tekstil Bandung.
Surani. 1996. Laporan PKL D III Kimia Terapan FMIPA UI . Depok.
LAMPIRAN
Hasil Analisis Viskositas Intrinsik (IV) Pada Temperatur 25ºC dan Kemiringan 90º (Kondisi Standard PT. ITS)
Perhitungan Dengan Menggunakan Rumus :
1. Intrinsik Viskositas Sample Tipe Semidull
- Dengan No.Viskometer A95 (kecepatan aliran 68,9635) IV = 0,0246 X K1 X DT + 0,2690 0,0246 X 0, 223957 X 68,9635 + 0,2690 N o Sam pel No Visko meter K1 Kecepatan Aliran Kecep atan Aliran Rata-rata Intrinsik Viskositas _ IV 1 Semi dull A 95 0, 2239 57 68,9 635 67,5 879 67,7 845 68,44 53 0,6 489 0,6 413 0,6 424 0,6 442 B 106 0,239 951 64,1 352 63,2 134 64,2 752 63,87 46 0,6 475 0,6 421 0,6 484 0,6 460 2 F10F L 4 0,236 175 62,6 034 61,2 750 63,5 180 62,46 54 0,6 327 0,6 250 0,6 380 0,6 319 L 7 0,307 754 49,7 333 47,6 777 48,4 522 52,62 10 0,6 455 0,6 299 0,6 358 0,6 370 3 Stan dard B 80 0,359 341 42,2 159 40,3 152 41,2 212 43,55 07 0,6 634 0,6 235 0,6 333 0,6 400 B 145 0,305 139 49,2 317 50,2 154 48,1 752 49,20 74 0,6 388 0,6 460 0,6 309 0.6 385 0,6492 = (0,0246 X K1 X DT) + 0,2690 IV = 0,0246 X K1 X DT + 0,2690
= 0,6489
- Dengan No.Viskometer A95 (kecepatan aliran 67,5879) IV = 0,0246 X K1 X DT + 0,2690
0,0246 X 0, 223957 X 67,5879+ 0,2690 = 0,6413
- Dengan No.Viskometer A95 (kecepatan aliran 67,7845) IV = 0,0246 X K1 X DT + 0,2690
0,0246 X 0, 223957 X 67,7845 + 0,2690 = 0,6424
Rata-rata = 0,6489 + 0,6413+ 0,6424 = 0,6442
2. Intrinsik Viskositas Sample Tipe Semidull
- Dengan No.Viskometer B106 (kecepatan aliran 64,1352) IV = 0,0246 X K1 X DT + 0,2690
0,0246 X 0, 223957 X 64,1352+ 0,2690 = 0,6475
- Dengan No.Viskometer A95 (kecepatan aliran 63,2134) IV = 0,0246 X K1 X DT + 0,2690
0,0246 X 0, 223957 X 63,2134+ 0,2690 = 0,6421
- Dengan No.Viskometer A95 (kecepatan aliran 64,2752) IV = 0,0246 X K1 X DT + 0,2690
0,0246 X 0, 223957 X 64,2752+ 0,2690 = 0,6484
Rata-rata = 0,6475+ 0,6421+ 0,6484 = 0,6460
3. Intrinsik Viskositas Sample Tipe F10F
IV = 0,0246 X K1 X DT + 0,2690
0,0246 X 0, 223957 X 62,6034+ 0,2690 = 0,6327
- Dengan No.Viskometer L4 (kecepatan aliran 61,2750) IV = 0,0246 X K1 X DT + 0,2690
0,0246 X 0, 223957 X 61,2750+ 0,2690 = 0,6250
- Dengan No.Viskometer L4 (kecepatan aliran 63,5180) IV = 0,0246 X K1 X DT + 0,2690
0,0246 X 0, 223957 X 63,5180+ 0,2690 = 0,6380
Rata-rata = 0,6327+ 0,6250+ 0,6380 = 0,6319
4. Intrinsik Viskositas Sample Tipe F10F
- Dengan No.Viskometer L7 (kecepatan aliran 49,7333) IV = 0,0246 X K1 X DT + 0,2690
0,0246 X 0, 223957 X 49,7333+ 0,2690 = 0,6455
- Dengan No.Viskometer L7 (kecepatan aliran 47,6777) IV = 0,0246 X K1 X DT + 0,2690
0,0246 X 0, 223957 X 47,6777 + 0,2690 = 0,6299
- Dengan No.Viskometer L4 (kecepatan aliran 48,4522) IV = 0,0246 X K1 X DT + 0,2690
0,0246 X 0, 223957 X 48,4522+ 0,2690 = 0,6358
Rata-rata = 0,6455+ 0,6299+ 0,6358 = 0,6370