• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL PENGELOLAAN PERIKANAN DI WILAYAH PADAT TANGKAP : KASUS PERAIRAN LAUT SULAWESI SELATAN BAGIAN SELATAN HUSNI MANGGA BARANI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MODEL PENGELOLAAN PERIKANAN DI WILAYAH PADAT TANGKAP : KASUS PERAIRAN LAUT SULAWESI SELATAN BAGIAN SELATAN HUSNI MANGGA BARANI"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL PENGELOLAAN PERIKANAN DI WILAYAH

PADAT TANGKAP : KASUS PERAIRAN LAUT SULAWESI

SELATAN BAGIAN SELATAN

HUSNI MANGGA BARANI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2005

(2)

ABSTRAK

HUSNI MANGGA BARANI. Model Pengelolaan Perikanan di Wilayah Padat Tangkap : Kasus Perairan Laut Sulawesi Selatan Bagian Selatan (Dibimbing oleh DANIEL R. MONINTJA selaku Ketua Komisi Pembimbing, serta JOHN HALUAN dan VICTOR P.H. NIKIJULUW sebagai Anggota)

Meskipun secara agregat (nasional) potensi sumberdaya ikan belum dimanfaatkan optimal namun di beberapa kawasan perairan telah mengalami kondisi padat tangkap (overfishing) yang mengancam keberlanjutan sumberdaya perikanan dan keberlanjutan ekonomi (economic sustainability) masyarakat nelayan.

Penelitian ini bertujuan menyusun model pengelolaan perikanan di wilayah padat tangkap, mencakup pengkajian parameter bioekonomi, karakteristik dan manfaat sosial ekonomi penangkapan ikan, serta simulasi model pengelolaan. Lokasi penelitian di perairan Sulawesi Selatan bagian Selatan yang merupakan bagian administratif wilayah Kabupaten/Kota : Makassar, Takalar, Bantaeng, Sinjai, Bulukumba, Jeneponto, dan Selayar. Metode yang digunakan adalah pemodelan yang dikombinasikan dengan SWOT dan AHP untuk menentukan prioritas kebijakan yang ditempuh.

Analisis ekonomi usaha penangkapan menunjukkan bahwa biaya dan pendapatan nelayan berbeda antar jenis alat tangkap yang digunakan. Alat tangkap sero dan pukat cincin masing-masing memberikan nilai pendapatan terendah dan tertinggi bagi nelayan di Sulawesi Selatan bagian Selatan. Melalui berbagai skenario kebijakan menunjukkan bahwa keuntungan nelayan akan meningkat jika harga ikan naik. Sebaliknya, keuntungan berkurang jika harga BBM, bunga bank, dan upah ABK mengalami kenaikan.

Model SUR dimodifikasi dari persamaan Tai and Heaps (1996) dimana perubahan upaya penangkapan sebanding dengan perkalian suatu parameter responsif dengan keuntungan per upaya penangkapan. Analisis pemodelan SUR dilakukan

terhadap 13 alat tangkap dengan 8 skenario (meliputi BBM, harga ikan, bunga bank, upah) selama 1979 – 2003. Analisis model menunjukkan bahwa skenario kebijakan menyebabkan jenis alat tertentu jumlahnya tetap, berkurang atau bertambah. Pada umumnya dengan pemberlakuan setiap skenario, jenis alat tangkap yang berespon tidak menunjukkan perbedaan. Payang dan pukat cincin jumlahnya berkurang pada setiap skenario yang diberlakukan. Pukat pantai, jaring insang hanyut, bagan perahu, bagan tancap, rawai tetap, dan bubu adalah alat tangkap yang jumlahnya selalu dapat bertambah.

Analisis prioritas kebijakan pengembangan perikanan untuk Sulawesi Selatan terarah pada perikanan tangkap sebagai prioritas pertama, disusul oleh budidaya perikanan, pengolahan perikanan, dan non-perikanan berturut-turut sebagai prioritas kedua, prioritas ketiga, dan prioritas keempat (terakhir).

Kata Kunci : overfishing, Sulawesi Selatan bagian Selatan, pemodelan SUR, analisis prioritas kebijakan

(3)

ABSTRACT

HUSNI MANGGA BARANI. Fishery Management Model on Overfished Region : Case Study Southern Sulawesi Waters (Promoted by DANIEL R. MONINTJA as Chairman of Commission, also JOHN HALUAN and VICTOR P.H. NIKIJULUW as Comission Members)

Eventhough on general potencies of marine capture resources is not optimally utilized, many fishing regions deal with “overfishing problem” that threatens fish stock and economic sustainability.

Objective of the research is to generate a fisheries management model in overfished region, including study on bio-economic parameter, sosio-economic benefit dan characteristic of fishing business, and simulation. The research was conducted in Southern Sulawesi waters, namely Makassar Municipality, and the regencies of Takalar, Bantaeng, Sinjai, Bulukumba, Jeneponto, and Selayar. Strength, Weakness, Opportunity, and Threat analysis and Analytical Hierarchy Process (SWOT and AHP) were also used in this research.

Economic analysis of fishing units showed that cost and revenue were different for every fishing gear/fishing unit used. Sero (guiding barrier) was the fishing gear with lowest revenue, while pukat cincin (purse seine) gave the highest revenue. Analysis for every scenarios showed that profits increased if fish price improved. On the contrary, profit decreased due to increase of fuel price, interest rates, and fisher wages.

SUR modelling is modified from Tai and Heaps (1996) equation that explains the alteration of fishing effort which is equaivalent to profit per fishing effort. Analysis was made for 13 fishing units, 8 scenarios (including fuel price, fish price, interest rate, and fisher wages) for 1979 – 2003 time period.

Utilization level of fish resources on Southern Sulawesi waters was already overfished condition. The policy scenarios implied that the number of fishing gears operated on Southern Sulawesi waters could be permanent, increasing, or decreasing. Generally, the types of fishing gears responding to every scenarios are similar. The number of payang and pukat cincin (purse seine) decreases on every scenarios applied. Pukat pantai, jaring insang hanyut, bagan perahu, bagan tancap, rawai tetap, and bubu are the fishing gears which are possible to be expanded.

The priority analysis of fishery policy for South Sulawesi region show that capture fishery is the first priority, then aquaculture fishery as the second, fishery processing as the third, and non-fishery business as the last.

Keywords : overfishing, Southern Sulawesi, SUR modelling, policy priority analysis

(4)

MODEL PENGELOLAAN PERIKANAN DI WILAYAH PADAT

TANGKAP : KASUS PERAIRAN LAUT SULAWESI SELATAN

BAGIAN SELATAN

HUSNI MANGGA BARANI

Disertasi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada

Program Studi Teknologi Kelautan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2005

(5)

Judul Disertasi : Model Pengelolaan Perikanan di Wilayah Padat Tangkap : Kasus Perairan Laut Sulawesi Selatan Bagian Selatan Nama Mahasiswa : Husni Mangga Barani

Nomor Pokok : C 561020224 Program Studi : Teknologi Kelautan

Disetujui, Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Daniel R. Monintja Ketua

Prof. Dr. Ir. John Haluan, M.Sc Dr. Ir. Victor P.H. Nikijuluw, M.Sc

Anggota Anggota Diketahui,

Program Studi Teknologi Kelautan Dekan Sekolah Pascasarjana IPB Ketua,

Prof. Dr. Ir. John Haluan, M.Sc Prof. Dr.Ir. Syafrida Manuwoto, M.Sc Tanggal Ujian : 9 Desember 2005 Tanggal Lulus :

(6)

PRAKATA

Penelitian “Model Pengelolaan Perikanan di Wilayah Padat Tangkap : Kasus Perairan di Propinsi Sulawesi Selatan Bagian Selatan” ini dilaksanakan selama 6 bulan di Provinsi Sulawesi Selatan bagian selatan. Penulis mengucapkan terima kasih yang tulus dan penghargaan kepada Prof. Dr. Daniel R. Monintja selaku Ketua Komisi Pembimbing, juga kepada Prof. Dr. Ir. John Haluan, M.Sc dan Dr. Ir. Victor P.H. Nikijuluw, M.Sc selaku anggota komisi pembimbing; yang telah berkenan memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis untuk menyelesaikan tulisan ini. Terima kasih juga Penulis sampaikan kepada para Dosen Penguji; segenap Dosen Pasca Sarjana IPB; rekan-rekan mahasiswa Teknologi Kelautan; serta pihak-pihak yang telah berkontribusi dalam penyelesaian Disertasi ini.

Bogor, Desember 2005

Penulis

(7)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ….………...……….………… iv DAFTAR GAMBAR ………...………. v DAFTAR LAMPIRAN ...……..………. vi 1 PENDAHULUAN ……..……..……….. 1 1.1 Latar Belakang ……….…..……….……… 1 1.2 Identifikasi Masalah ….…..………. 3 1.3 Tujuan Penelitian ……...……… 6 1.4 Manfaat Penelitian …….……….……… 6 1.5 Kerangka Pemikiran ……… 7 2 TINJAUAN PUSTAKA ………. 12

2.1 Pembangunan Sub-Sektor Perikanan Tangkap ….………. 12

2.2 Tujuan dan Sasaran Pembangunan Perikanan Tangkap ……….………… 13

2.3 Keragaan Pembangunan Perikanan Tangkap ……….………… 14

2.4 Potensi dan Peluang Pengembangan Perikanan Tangkap ..…….….…….. 21

2.5 Pengelolaan Perikanan ………….…………..……… 23

2.5.1 Batasan/Definisi ………..….………...………… 23

2.5.2 Tujuan pengelolaan perikanan ……..….………....………. 24

2.5.3 Pentingnya pengelolaan sumberdaya ikan ………....………. 26

2.5.4 Overfishing ……….. 27

2.6 Pemodelan dan Sistem ……….……… 30

2.6.1 Analisis sistem ……….………...………… 30 2.6.2 Pendekatan sistem ……….………....………. 31 2.6.3 Analisis kebutuhan ………....………. 33 2.6.4 Formulasi permasalahan ……….. 34 2.6.5 Identifikasi sistem ……….. 34 2.6.6 Pemodelan ... 38

2.7 SUR (Seemingly Unrelated Regression) ... 42

2.8 Proses hirarki analitik ... 42

2.9 Analisis SWOT ... 44

3 METODOLOGI PENELITIAN …..…….………. 45

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ....…..……….…….. 45

3.2 Ruang Lingkup Penelitian ….……….. 47

3.3 Kerangka Metodologi ……...…..……….…….. 47

3.4 Metode Analisis ...………….…………..……… 48 viii

(8)

3.4.1 Analisis SUR … ……… …...…...………… 48

3.4.2 Analisis prioritas kebijakan prioritas pengembangan perikanan ...…. 51

3.5 Data dan Sumber Data …. ………...… 53

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN ..…….……… 56

4.1 Potensi Sumberdaya Perikanan … ...……….…….. 56

4.2 Keragaan Pembangunan Perikanan Tangkap ... 56

4.3 Kondisi Perekonomian Secara Umum ....… ……….……... 63

5 HASIL DAN PEMBAHASAN ...………. 69

5.1 Karakteristik Sosial Nelayan ... 69

5.2 Biaya dan Pendapatan Nelayan ... 70

5.3 Keuntungan Nelayan Berdasarkan Jenis Alat Tangkap ... 72

5.4 Perubahan Struktur Armada Perikanan ... 74

5.4.1 Perubahan struktur armada perikanan akibat kenaikan harga BBM ...…...………… 75

5.4.2 Perubahan struktur armada perikanan akibat kenaikan harga ikan ...…...………… 77

5.4.3 Perubahan struktur armada perikanan akibat pemberlakuan bunga Bank ...…...………… 79

5.4.4 Perubahan struktur armada perikanan akibat kenaikan upah ... 80

5.5 Analisis Prioritas Kebijakan Pengelolaan Perikanan ... 81

6 KESIMPULAN DAN SARAN ………...………. 88

6.1 Kesimpulan ... 88

6.2 Saran ... 89

DAFTAR PUSTAKA ………...………. 92

LAMPIRAN ... 95

(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Skema perikanan tangkap yang lestari ... 10

2 Kerangka model pengelolaan perikanan tangkap ... 11

3 Perkembangan produksi perikanan tangkap, 2001 – 2004 ... 15

4 Konsumsi ikan per kapita, 2001 – 2004 ... 17

5 Perkembangan jumlah kapal perikanan, 2001 – 2004 ... 19

6 Perkembangan jumlah nelayan, 2001 – 2004 ... 20

7 Tahap analisis sistem ... 32

8 Causal loop Diagram ... 35

9 Diagram input-output ... 37

10 Diagram proses pemodelan ... 41

11 Peta Republik Indonesia dan Wilayah Pengelolaan Perikanan ... 46

12 Lokasi penelitian di Sulawesi Selatan bagian Selatan ... 46

13 Kerangka metodologi ... 48

14 Hirarki penentuan kebijakan pengembangan perikanan di wilayah padat tangkap ... 52

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Perkembangan produksi perikanan tangkap, 2001 - 2004 ……… ……... .…..… 15

2 Penyediaan ikan konsumsi dalam negeri, 2001 – 2004 ... 16

3 Perkembangan Ekspor Impor Perikanan , 2001 – 2004 ……… ... 18

4 Perkembangan jumlah kapal perikanan, 2001 – 2004 ………... ... 19

5 Perkembangan jumlah nelayan, 2001 – 2004 …...…….. ... 20

6 Produktivitas nelayan, 2001 – 2004 ……… …….... ... 21

7 Tingkat pemanfaatan SDI menurut BRKP-DKP, 2001 ……….. 22

8 Skala perbandingan Saaty ... 53

9 Jumlah sampel per alat tangkap di Provinsi Sulawesi Selatan ...………... 55

10 Potensi lestari dan peluang pengembangan masing-masing kelompok sumberdaya ikan laut pada setiap WPP ………. 57

11 Penyerapan tenaga kerja berdasar sektor perekonomian, 1971 – 2001 ... 64

12 PDB berdasarkan harga konstan tahun 1993, 1971 – 2002 (Rp) ... 65

13 PDB berdasarkan harga konstan tahun 1993, 1970 – 2002 (%) ... 65

14 Pertumbuhan PDB berdasarkan harga konstan 1993 (%/tahun) ... 67

15 PDRB Sulawesi Selatan tahun 2003 berdasarkan harga konstan 1993 (Rp) ... 68

16 Karkteristik sosial responden nelayan di Sulawesi Selatan bagian Selatan ... 71

17 Biaya dan pendapatan nelayan per alat tangkap di Sulawesi Selatan ... 72

18 Skenario keuntungan nelayan per alat tangkap, 2003 (Rp/tahun) ... 73

19 Struktur optimal per jenis alat tangkap pada kondisi normal ... 74

20 Struktur optimal per jenis alat tangkap pada harga BBM Rp 4.300,- (unit) ... 76

21 Struktur optimal per jenis alat tangkap pada harga BBM Rp 6.000,- (unit) ... 76

22 Struktur optimal per jenis alat tangkap pada harga BBM Rp 6.300,- (unit) ... 77

23 Struktur optimal per jenis alat tangkap pada harga ikan naik 20% (unit) ... 78

24 Struktur optimal per jenis alat tangkap pada harga ikan naik 30% (unit) ... 78

25 Struktur optimal per jenis alat tangkap pada bunga Bank 14% (unit) ... 79

26 Struktur optimal per jenis alat tangkap pada bunga Bank 16% (unit) ... 80

27 Struktur optimal per jenis alat tangkap pada kenaikan upah 10% (unit) ... 81

28 Hasil analisis AHP terhadap seluruh stakeholder, 2004 ..……….. 83

29 Hasil analisis prioritas kebijakan berdasarkan wilayah, 2004 ... 87 x

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Karakteristik responden model bioekonomi di Kota Makassar ... 95

2 Karakteristik responden model bioekonomi di Kabupaten Takalar ... 96

3 Karakteristik responden model bioekonomi di Kabupaten Bantaeng ... 97

4 Karakteristik responden model bioekonomi di Kabupaten Jeneponto ... 98

5 Karakteristik responden model bioekonomi di Kabupaten Bulukumba ... 99

6 Karakteristik responden model bioekonomi di Kabupaten Sinjai ... 100

7 Karakteristik responden model bioekonomi di Kabupaten Selayar ... 101

8 Responden analisis prioritas kebijakan pengelolaan perikanan ... 102

9 Hasil SUR menurut jenis alat dengan beberapa skenario ... 104

10 Hasil analisis prioritas kebijakan berdasarkan kelompok stakeholder ... 109

11 Hasil analisis prioritas kebijakan berdasarkan wilayah ... 112

12 Karakteristik 13 alat tangkap di lokasi penelitian ... 113

13 Foto/gambar unit penangkapan di lokasi penelitian ... 122

14 Ikan-ikan hasil tangkapan di lokasi penelitian ... 136

(12)

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa Disertasi ”Model Pengelolaan Perikanan di Wilayah Padat Tangkap : Kasus Perairan Laut Sulawesi Selatan Bagian Selatan” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada Perguruan Tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Desember 2005

Husni Mangga Barani

(13)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 1 Juli 1950 di Polewali, Sulawesi Selatan. Jenjang pendidikan Perguruan Tinggi mulai ditempuh di Institut Pertanian Bogor Fakultas Perikanan dan diselesaikan pada tahun 1976. Sambil berkarir di bidang kelautan dan perikanan, Penulis melanjutkan program Magister jurusan Administrasi Publik di Universitas Hasanuddin, Makassar dan berhasil menamatkannya pada Tahun 1999. Pada tahun 2002, Penulis mengikuti Program Doktor Kelas Khusus By-Research Program Studi Teknologi Kelautan Sub-Program Perencanaan Pembangunan Kelautan dan Perikanan di Institut Pertanian Bogor. Beberapa pelatihan dan kursus yang pernah diikuti yaitu : (1) Overseas Training : Studi Banding Manajemen Pelabuhan Perikanan di Sydney dan Brisbane, Australia, 2003; (2) Agro Industri oleh World Bank, 1981; (3) Analisa Sistem oleh FAO, 1978; (4) Perencanaan Pembangunan oleh Departemen Pertanian, 1977.

Publikasi ilmiah yang sudah diterbitkan antara lain : (1) Respon Stakeholder terhadap Faktor Internal dan Eksternal Pembangunan Perikanan di Kota Makassar (Buletin PSP Vol. XIV, 2005); (2) Profil Pendapatan Usaha Penangkapan Berdasarkan Jenis Alat Tangkap di Perairan Sulawesi Selatan Bagian Selatan (Buletin PSP Vol. XIV, 2005); (3) Analisis Prioritas Kebijakan Pembangunan Perikanan di Daerah Padat Tangkap (MARITEK Vol.5 No.1, 2005); (4) Model Pengelolaan Perikanan di Wilayah Padat Tangkap (MARITEK Vol.5 No.1, 2005).

Penulis sering menjadi narasumber kebijakan sektor kelautan dan perikanan di dalam maupun luar negeri. Kegiatan di luar negeri yang pernah dilaksanakan antara lain : (1)

Special Council Meeting SEAFDEC in Bangkok, Thailand, 2005; (2) Head of the Indonesian

Delegation to 3rd Philipine-Indonesia Joint Permanent Working Group Meeting on Maritime

and Ocean Concern, 2005; (3) The 4th Meeting of the Joint Commission Sub-committee on

Fisheries Cooperation RI-Thailand, 2005; (4) the 6th UNICPOLOS in UN (PBB), USA,

2005; (5) The 13rd Meeting of the ASEAN Sectoral Working Group on Fisheries in Yangoon,

Myanmar, 2005; (6) The 26th Meeting on Committee on Fisheries and Ministrial Meeting on

Fisheries, FAO Rome, 2005; (7) Member of the Indonesian Delegation to the Annual Meeting of the Bilateral Cooperation between the RI-Philippine, 2004 (8) Head of the Indonesian Delegation to Annual Meeting of the Bilateral Cooperation between the RI and the People’s Republic of China, 2003-2004; (9) Head of the Indonesian Delegation to Annual

(14)

Meeting of the Bilateral Cooperation between the RI- Thailand, 2003-2004; (10) Head of the Indonesian Delegation to Meeting of the Bilateral Cooperation between RI-Republic of Korea, 2003.

(c) Hak Cipta milik Husni Mangga Barani, tahun 2005

Hak cipta dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam Bentuk apa pun, baik cetak, fotokopi, mikrofilm, dan sebagainya

Referensi

Dokumen terkait

Kebaya sebagai busana wanita termarginalkan pada berbagai acara formal yang memiliki nilai religi yaitu di berbagai upacara tradisional, seperti labuhan, suronan, ngalap

Dilihat dari derajat skoliosis diperoleh nilai p > 0,05 yang berarti bahwa tidak ada perbedaan rerata yang bermakna antara rerata sebelum,sesudah dan selisih latihan

Hal ini akan mempengaruhi kualitas / kekuatan struktur beton tersebut seperti porositas beton. Dengan menggunakan metode pembakaran benda uji pada burner dengan suhu target 400C –

Jika dilihat dari proses terjadinya bunyi (secara umum), konsonan dapat dikategorikan sebagai berikut. 1) Bilabial merupakan bunyi yang diproduksi dengan menyentuhkan

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut maka dapat disimpulkan metatesis adalah sebuah pertukaran maka dapat disimpulkan bahwa gejala metatesis merupakan gejala bahasa

a) Bentuk tunggal, yaitu basil yang terlepas satu sama lain dengan ujung – ujungnya yang tumpul.. b) Diplobasil, yaitu basil yang bergandengan dua – dua dengan ujung – ujungnya

untuk melakukan penelitian dengan judul “ Analisis Likuiditas Pada Perusahaan Daerah Air Minum ( PDAM ) Tirtawening Kota Bandung Periode 2007-2011

Jpr/3/2016 Tanggal 17 Maret 2016 paket pekerjaan “Pengadaan Jasa Konsultansi Perencanaan Pembangunan Gedung Kantor Pengadilan Tinggi Jayapura Tahap IV (Finishing)”