UPAYA PENGEMBANGAN MODEL PENGELOLAAN SAMPAH DI SMK KAWASAN
SURABAYA BARAT
Mohammad Taufiq
1, Mimien H. Irawati
2, Fatchur Rohman
2, Istamar Syamsuri
21
PGSD, FKIP, Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya,Jl. Raya Jemursari No. 51-57 Surabaya 2Pendidikan Biologi, Universitas Negeri Malang Jl. Semarang No. 5 Malang
[email protected] ABSTRAK
Sampah merupakan konsekuensi dari adanya aktivitas manusia, setiap aktivitas manusia selalu
menghasilkan sampah. Jumlah atau volume sampah sebanding dengan tingkat konsumsi terhadap barang atau material yang kita gunakan sehari-hari. Kota Surabaya merupakan kota yang memiliki aktivitas penduduk yang memberikan dampak spot-spot pembuangan sampah, khususnya pada Surabaya Barat yang memiliki aktivitas penduduk yang cukup tinggi, khususnya pada Surabaya Barat yang memiliki aktivitas penduduk yang cukup tinggi. Pada siswa SMK di Surabaya barat masih kurang adanya pembiasaan budaya mengumpulkan sampah pada tempatnya sehingga rendahnya kualitas kebersihan sekolah. Penelitian ini bertujuan faktor yang mempengaruhi perilaku siswa yang membuang sampah tidak pada tempatnya dan menentukan solusi dalam mengatasi perilaku siswa untuk membuang sampah pada tempatnya. Penelitian ini menggunakan metode penelitian antara lain observasi dan penerapan pengembangan model pengelolaan sampah. Populasi penelitian yang digunakan adalah siswa SMK kawasan Surabaya Barat antara lain Di Surabaya Barat terdapat sekolah-sekolah antara lain SMK Negeri 2 Surabaya, SMK Negeri 7 Surabaya, SMK Sejahtera Surabaya, dan SMK Wachid Hasyim 2 Surabaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pengembangan model pengelolaan sampah dapat memberikan motivasi, inovatif, dan keterampilan kepada siswa sehingga siswa mengalami perubahan dalam pembiasaan membuang sampah pada tempatnya.
Kata kunci: sampah, pengembangan model pengelolaan sampah, SMK kawasan Subaraya Barat
PENDAHULUAN
Sampah merupakan konsekuensi dari adanya aktivitas manusia, setiap aktivitas manusia pasti menghasilkan sampah. Jumlah atau volume sampah sebanding dengan tingkat konsumsi terhadap barang atau material yang kita gunakan sehari-hari. Jenis sampah sangat tergantung dari jenis material yang kita konsumsi. Oleh karena itu, pengelolaan sampah tidak bisa lepas dari masyarakat. Masalah sampah sudah menjadi topik utama pada bangsa Indonesia, mulai dari lingkungan terkecil sampai kepada lingkungan yang besar. Banyak hal yang menyebabkan terjadinya penumpukkan sampah ini, namun yang pasti faktor individu sangatlah berpengaruh dalam hal ini. Perlu diketahui juga bahwa sampah ada dua jenis, yaitu sampah organik (bisa disebut sebagai sampah basah) dan sampah anorganik (sampah kering).
Kehidupan sehari-hari selalu menghasilkan sampah, maka sudah selayaknya untuk mengurangi jumlah produksi sampah yang terus bertambah. Pengurangan tersebut harus dimulai dari individu masing-masing, keluarga, masyarakat, dan lingkungan. Untuk mengurangi jumlah produksi sampah harus membiasakan diri untuk hidup ramah dan peduli lingkungan. Pembiasaan diri ramah dan peduli lingkungan dimulai pada anak usia dini serta perlu adanya pembiasaan-pembiasaan yang harus diberikan oleh guru.
Sekolah dapat menjadi rumah kedua bagi siswa, sehingga kebersihan sekolah harus dijaga demi memelihara kenyamanan dalam belajar. Kenyataannya sampah – sampah berserakan di sekitar lingkungan sekolah. Sampah – sampah tersebut tidak dikumpulkan pada tempatnya. Membuang sampah tidak pada tempatnya sudah dilakukan siswa sejak dulu, perbuatan ini telah menjadi kebiasaan. Kebiasaan membuang sampah tersebut akan mengangu terutama dalam hal kenyamanan belajar dan siswa cenderung membuang sampah dimana berada.
Kota Surabaya merupakan kota yang memiliki aktivitas penduduk yang memberikan dampak spot-spot pembuangan sampah, khususnya pada Surabaya Barat yang memiliki aktivitas penduduk yang cukup tinggi. Di Surabaya Barat terdapat sekolah-sekolah antara lain SMK Negeri 2 Surabaya, SMK Negeri 7 Surabaya, SMK Sejahtera Surabaya, dan SMK Wachid Hasyim 2 Surabaya. Berdasarkan hasil survei SMK Negeri 2 Surabaya letak sekolah yang daerah dekat dengan kota, disekitarnya terdapat perumahan, sungai, penjual makanan dan minuman seperti warung, penjual ikan hias, penjahit, ruko dan kantor pengadilan, PKL (pedagang kaki lima), dan jauh dari TPS, SMK Negeri 7 Surabaya letak daerah dekat kota, disekitarnya terdapat POM
bensin, TPS, pasar, ruko, dan kampung pintar (penjual buku-buku bekas dan baru), stasiun pasar turi, dan PGS (Pusat Grosir Surabaya), SMK Sejahtera Surabaya letaknya diperkampungan, disekitarnya terdapat sungai, penjual makanan dan minuman, pasar asem, bengkel, TPS, dan PKL (pedagang kaki lima). SMK Wachid Hasyim Surabaya letak daerahnya yang sangat dari perkotaan, dipinggir jalan, disekitarnya terdapat selokan, pabrik, pasar Benowo penjual makanan dan minuman seperti warung, dan PKL (pedagang kaki lima).
Berdasarkan hasil angket siswa tersebut menunjukkan kurangnya kepedulian siswa terhadap kebersihan sekolah. Hal ini yang melatarbelakangi penulis menyusun makalah yang berjudul “Budaya siswa SMK di Surabaya Barat membuang sampah pada tempatnya”.
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. (1) Menentukan faktor yang mempengaruhi perilaku siswa yang membuang sampah tidak pada tempatnya. (2) Menentukan solusi dalam mengatasi perilaku siswa untuk membuang sampah pada tempatnya. Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut. (1) Memberikan motivasi dan menerapkan kepada siswa untuk membiasakan budaya membuang sampah pada tempatnya. (2) Menumbuhkan sadar, disiplin, dan peduli lingkungan untuk membuang sampah pada tempatnya. (3) Menciptakan sekolah yang bersih dan nyaman, menumbuhkan semangat belajar siswa, dan menarik calon orang tua siswa dalam memilih sekolah.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini yang digunakan terdiri dari beberapa tahap yaitu (1) Observasi yaitu (a) survei tempat yang akan digunakan dalam penelitian, (b) Menyebarkan angket dari kelas X, XI, dan XII. (c) Melakukan wawancara kepada siswa, petugas kebersihan, penjaga kantin, penjaga perpustakaan, guru, karyawan, wakil kepala sekolah, dan kepala sekolah. (d) mendokumentasi seluruh kegiatan observasi sebagai bukti autentik penelitian. (2) Penerapan pengembangan model pengelolaan sampah adalah sebagai berikut (a) Sosialisasi kepada siswa mengenai sampah, bahaya sampah, dan kebersihan sekolah. (b) Sosialisasi kepada guru dan karyawan mengenai sampah dan kebersihan sekolah. (c) Memberikan contoh kepada siswa secara langsung membuang sampah pada tempatnya. (d) Memberikan lansung contoh kepada siswa untuk pemilahan sampah basah dan kering untuk membuang sampah pada tempatnya. (e) Memberikan poster slogan membuang sampah pada tempatnya, menjaga kebersihan sekolah (kebersihan sebagian). (f) Memberikan tempat sampah yang berbeda untuk sampah organik dan anorganik (g). Memberikan keterampilan mendaurulang
sampah organik dijadikan pupuk kompos. (h) Memberikan keterampilan mendaurulang sampah anorganik dijadikan kerajinan. (i) Menambahkan materi peduli lingkungan di setiap mata pelajaran. (j) Bekerja sama dengan OSIS, ekstrakuler PMR dan Karya Ilmiah untuk membuat program pengelolaan sampah di sekolah. (k) Memberikan renungan bersama dengan rasa kepedulian, kesadaran dan rasa syukur supaya menyentuh perasaan siswa sehinggga akan sadar dengan peduli dengan lingkungan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada pembahasan ini mengkaji tentang faktor yang mempengaruhi perilaku siswa yang membuang sampah tidak pada tempatnya, data yang diperoleh dari hasil angket siswa dan wawancara dengan guru dan petugas kebersihan sekolah. Hasil siswa yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 1.sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil angket siswa yang dikaji pada indikator
sikap siswa membuang sampah
No. Indikator Presentase (%) Sekolah
Rata-rata A B C D 1. Kesadaran 41,13 35,03 23,07 24,13 30,84 2. Kedisiplinan 33,50 26 24,50 25 27,25 3. Kepedulian 32,38 26,25 25 25,5 27,28 Rata-rata 35,64 29,09 24,19 24,88 Berdasarkan Tabel 1 bahwa dapat diketahui indikator kesadaran pada sekolah A lebih tinggi presentasenya mencapai 41,13% dikarenakan sekolah A yang letaknya strategis dekat dengan kota, latar belakang pendidikan di keluarga sudah diterapkan untuk membuang sampah pada tempatnya, pekerjaan orang tuanya rata-rata menjadi pegawai, tidak dekat dengan pasar, dan pihak sekolah sudah mulai memberikan penyuluhan dan bimbingan pada siswa, sedangkan pada sekolah C lebih rendah pada presentase indikator kesadaran mencapai 23,07% dikarenakan sekolah C terletak diperkampungan, dekat dengan pasar dan banyak PKL (pedagang kaki lima) yang membuang sampah tidak pada tempatnya meskipun dengan TPS, dan pihak sekolah belum memberikan peringatan kepada siswa. Indikator kedisiplinan pada sekolah A lebih tinggi presentasenya mencapai 33,50% dikarenakan sekolah A mulai membuat peraturan baru untuk siswa dalam menjaga kebersihan sekolah dengan bersifat tegas memberikan hukuman dan sanksi kepada siswa yang membuang sampah tidak pada tempatnya dan ada catatan khusus yang melanggar peraturan tersebut, sedangkan pada sekolah C dan sekolah D presentasenya indikatornya rendah mencapaai dikarenakan sekolah C dan sekolah D tidak bertindak tegas dalam memberikan hukuman dan sanksi kepada siswa yang telah melanggar
membuang sampah tidak pada tempatnya. Indikator kepedulian pada sekolah A lebih tinggi presntasenya mencapai 32,38% dikarenakan sekolah A sudah mulai memberikan bimbingan kepada siswa betapa pentingnya lingkungan hidup bagi manusia dengan melakukan kerja bakti bersama, pemilahan sampah organik maupun sampah anorganik, dan pemanfaatan sampah, sedangkan pada sekolah C indikator kepedulian presentasenya rendah dikarenakan sekolah C kurang adanya ketegasan pada siswa yang membuang sampah pada tempatnya, kurang membimbing siswa dalam membuang sampah pada tempatnya, dan kurang adanya pengelolaan dan pemanfaatan sampah yang baik dan benar.
Tabel 2. Hasil angket siswa yang dikaji presentase
kategori pada siswa membuang sampah
No. Sekolah Persentase (%) kategori ke-
1 2 3 4 1. A 19,88 24,62 45,06 10,45 2. B 24,06 26,55 35,26 14,19 3. C 12,40 18,99 38,86 28,84 4. D 14,38 22,46 40,27 23,56 Rata-rata tiap kategori 17,68 23,16 39,87 19,26 Keterangan:
Kategori: 1= selalu, 2 = sering, 3 = kadang-kadang. 4 = tidak pernah
Pada data tersebut presentase rata-rata dengan kategori selalu 17,68% menunjukkan bahwa siswa SMK di Surabaya Barat belum melakukan selalu dalam membuang kemasan makanan atau minuman pada tempat sampah setelah makan atau minum, membuang sisa hasil praktikum pada tempatnya, memisahkan sampah organik dan anorganik, membersihkan kelas sesuai dengan jadwal piket, membersihkan sampah di kelas sebelum pelajaran dimulai, akan mengambil sampah jika melihat sampah berserakan di dalam kelas dan membuangnya ke tempat sampah, mengambil sampah jika melihat sampah berserakan di lingkungan sekolah dan membuangnya ke tempat sampah, menegur teman yang tidak membuang sampah pada tempatnya, mentaati aturan sekolah untuk menjaga kebersihan lingkungan sekolah, dan memanfaatkan sampah di lingkungan sekolah yang bisa diolah kembali. Kategori sering 23,16% menunjukkan bahwa siswa SMK di Surabaya barat kurang sering membuang kemasan makanan atau minuman pada tempat sampah setelah makan atau minum, membuang sisa hasil praktikum pada tempatnya, memisahkan sampah organik dan anorganik, membersihkan kelas sesuai dengan jadwal piket, membersihkan sampah di kelas sebelum pelajaran dimulai, akan mengambil sampah jika melihat sampah berserakan di dalam kelas dan membuangnya ke tempat sampah, mengambil sampah jika melihat sampah berserakan di lingkungan sekolah dan membuangnya ke
tempat sampah, menegur teman yang tidak membuang sampah pada tempatnya, mentaati aturan sekolah untuk menjaga kebersihan lingkungan sekolah, dan memanfaatkan sampah di lingkungan sekolah yang bisa diolah kembali. Kategori kadang-kadang 39,87% menunjukkan bahwa siswa SMK di Surabaya barat kadang-kadang kurang melakukan membuang kemasan makanan atau minuman pada tempat sampah setelah makan atau minum, membuang sisa hasil praktikum pada tempatnya, memisahkan sampah organik dan anorganik, membersihkan kelas sesuai dengan jadwal piket, membersihkan sampah di kelas sebelum pelajaran dimulai, akan mengambil sampah jika melihat sampah berserakan di dalam kelas dan membuangnya ke tempat sampah, mengambil sampah jika melihat sampah berserakan di lingkungan sekolah dan membuangnya ke tempat sampah, menegur teman yang tidak membuang sampah pada tempatnya, mentaati aturan sekolah untuk menjaga kebersihan lingkungan sekolah, dan memanfaatkan sampah di lingkungan sekolah yang bisa diolah kembali. Kategori tidak pernah 19,26% menunjukkan bahwa siswa SMK di Surabaya Barat kurang melakukan tidak pernah membuang kemasan makanan atau minuman pada tempat sampah setelah makan atau minum, membuang sisa hasil praktikum pada tempatnya, memisahkan sampah organik dan anorganik, membersihkan kelas sesuai dengan jadwal piket, membersihkan sampah di kelas sebelum pelajaran dimulai, akan mengambil sampah jika melihat sampah berserakan di dalam kelas dan membuangnya ke tempat sampah, mengambil sampah jika melihat sampah berserakan di lingkungan sekolah dan membuangnya ke tempat sampah, menegur teman yang tidak membuang sampah pada tempatnya, mentaati aturan sekolah untuk menjaga kebersihan lingkungan sekolah, dan memanfaatkan sampah di lingkungan sekolah yang bisa diolah kembali.
Hasil dari wawancara dengan guru dan petugas kebersihan SMK di Surabaya barat bahwa setelah pulang sekolah selalu sampah berserakan dimana-mana, kemasan makanan dan kemasan minuman plastik biasanya dibuang dilaci meja dalam kelas maupun tidak pada tempatnya, sampah kertas berserakan di lantai dalam kelas, sampah plastik tidak hanya banyak di dalam kelas tetapi juga banyak di luar kelas, para siswa sudah diperingatkan pada waktu istirahat tidak boleh makan di dalam kelas tetap saja membawa makanan dan minuman di dalam kelas, tidak mau piket kelas padahal sudah ada jadwal piket terpampang di dinding depan kelas, pihak sekolah sudah menghimbau untuk menjaga kebersihan setiap hari sebelum pelajaran dan setelah pelajaran, dan sudah diberi slogan jagalah kebersihan.
Pada pemaparan di atas mengenai faktor yang mempengaruhi perilaku siswa yang membuang sampah tidak pada tempatnya dapat diberikan solusi agar siswa dapat membuang sampah pada tempatnya antara lain guru memberi contoh bila membuang sampah selalu pada tempatnya dilakukan secara langsung yang bisa diamati oleh siswa, memberikan bimbingan kepada siswa dalam membuang sampah pada tempatnya, sosialisasi bahaya buang sampah tidak pada tempatnya, penyuluhan kepada siswa, pemberian slogan atau poster buang sampah pada tempatnya, pengintegrasian etika buang sampah dalam mata pelajaran membuat tata tertib baru yang isinya tentang pemberian denda ataupun hukuman bagi setiap siswa yang membuang sampah tidak pada tempatnya, diberikan catatan khusus kepada siswa yang melanggar membuang sampah tidak pada tempatnya, siswa diharapkan mempunyai kesadaran hati nuraninya sendiri untuk menjaga kebersihan sekolah petugas piket pada hari itu juga harus membersihkan kelas dan lingkungan sekitar, dan melarang siswa membuang sampah tidak pada tempatnya.
Penerapan pengembangan model pengelolaan sampah yang dilakukan di SMK kawasan Surabaya Barat hasilnya sangat memuaskan respon dari pihak sekolah ini sangat antusias dalam mengelola sampah secara benar dan tepat sehingga terbentuklah kearifan dalam sekolah ini termotivasi, inovatif, dan keterampilan untuk menjaga kebersihan sekolah sehingga siswa mengalami perubahan dalam pembiasaan membuang sampah pada tempatnya. yang terdiri beberapa aspek yiatu (a) Sosialisasi kepada siswa mengenai sampah, bahaya sampah, dan kebersihan sekolah. (b) Sosialisasi kepada guru dan karyawan mengenai sampah dan kebersihan sekolah. (c) Memberikan contoh kepada siswa secara langsung membuang sampah pada tempatnya. (d) Memberikan lansung contoh kepada siswa untuk pemilahan sampah organik dan anorganik untuk membuang sampah pada tempatnya. (e) Memberikan poster slogan membuang sampah pada tempatnya, menjaga kebersihan sekolah (kebersihan sebagian). (f) Memberikan tempat sampah yang berbeda untuk sampah organik dan anorganik (g). Memberikan keterampilan mendaur ulang sampah organik dijadikan pupuk kompos. (h) Memberikan keterampilan mendaur ulang sampah anorganik dijadikan kerajinan. (i) Menambahkan materi peduli lingkungan di setiap mata pelajaran. (j) Bekerja sama dengan OSIS, ekstrakuler PMR dan Karya Ilmiah untuk membuat program pengelolaan sampah di sekolah. (k) Memberikan renungan bersama dengan rasa kepedulian, kesadaran dan rasa syukur supaya menyentuh perasaan siswa sehinggga akan sadar dengan peduli dengan lingkungan.
SIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik simpulkan sebagai berikut. (1) Faktor yang mempengaruhi siswa membuang sampah tidak pada tempatnya adalah faktor kebiasaan atau pembiasaan siswa. (2) Solusi agar siswa SMK di Surabaya barat mengumpulkan sampah pada tempatnya sebagai berikut guru memberi contoh bila membuang sampah selalu pada tempatnya, (3) Upaya pengembangan model pengelolaan sampah yang dilakukan dapat memberikan motivasi, inovatif, dan keterampilan mengubah pembiasaan siswa untuk membuang sampah pada tempatnya.
SARAN
Berdasarkan simpulan tersebut, maka penulis dapat menarik beberapa saran yang melibatkan beberapa komponen yang dimohonkan kerja samanya dalam membantu menyadarkan siswa SMK di Surabaya barat dalam menjaga kebersihan lingkungan sekolah beberapa diantaranya yaitu sebagai berikut. (1) Memperbanyak tempat sampah yang diletakkan di setiap sudut-sudut sekolah, agar memungkinkan para siswa untuk membuang sampah pada tempatnya, (2) Melakukan program penghijauan di sekolah. (3) Menggalang siswa untuk lebih meningkatkan kebersihan di sekitar sekolah, lebih meningkatkan hubungan sosialisasi dengan para siswanya saat melakukan kebersihan, (4) Mengadakan program kegiatan ekstrakulikuler mengenai pengelolaan sampah. (5) Menyediakan sarana dan prasarana yang lengkap yang dibutuhkan untuk kebersihan sekitar sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, M. Y. 2010. Hubungan Pengetahuan Pengelolaan Sampah dan Berpikir Kreatif dengan Perilaku Kreatif. Siswa Pada Pengelolaan Sampah di SMAN 12 Jakarta. Tesis. Jakarta: Pascasarjana Universitas Indonesia.
Aboejowono, A. 1985. Pengelolaan Sampah Menuju ke Sanitasi Lingkungan dan Permasalahannya: Wilayah DKI Jakarta Sebagai Suatu Kasus. Jakarta.
Apriadji, Wied Harry.1994. Memproses Sampah. Jakarta: Penebar Swadaya.
Krisnawati, Y. 2015, The Implementation of Students’ Campaign Program to Form Adiwiyata School I Malang, Indonesia. International Journal of Research Studies in Education. Vol. 4, Number 4, 53-65.
Mahajoeno, E, 2003. Pengelolaan Sampah Terpadu. Bogor: IPB Press.
Murthado, D., dan Said, E.G, 1998. Penanganan Pemanfaatan Limbah Padat Jakarta: Sarana Perkasan.
Ningsih, N. S, 2015. Analisis Pemanfaatan Sampah Rumah Tangga (Studi Kasus unit bisnis pengolahan sampah Oleh siswa SMK). Artikel Penelitian. Pontianak: Universitas Tanjungpura. Palar, H, 2004. Pencemaran dan Toksikologi Logam
Berat. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.
Permen LH RI No. 05 tahun 2013 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Adiwiyata. Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia. (online), (http://www.menlh.go.id), diakses 30 November 2015.
Rahmawati, F. 2014. Penerapan Strategi Project Based Learning (PjBL) Berbantuan Modul Pengelolaan Sampah Berbasis 6M untuk Meningkatkan Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Siswa SMPN 26 Malang Guna Menuju Program Sekolah Adiwiyata. Tesis. Tidak Dipublikasikan. Malang: Pascasarjana Universitas Negeri Malang.
Sastrawijaya. T, 2009. Pencemaran Lingkungan. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.
Sidik, M.A H, dan D., Sutanto, H.B 1985. Tekhnologi Pemusnahan Sampah dengan Incinerator dan Landfill. Jakarta : Direktorat Riset Operasi dan Manajemen. Deputi Bidang Analisa Sistem Badan Pengkajian dan Penerapan Tekhnologi.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Sumaatmadja, H. Nursid. 2000. Manusia dalam Konteks Sosial Budaya Lingkungan Hidup. Bandung: CV. Alfabet.
Suprihatin Agung, Dwi Prihanto, Michel Gelbert. 1996. Pengelolaan Sampah. Malang: PPPGT/VEDC Malang.
Vivek, et al. 2013. Awareness, Attitude and Practice of School Students towards Household Waste Management. Journal of Environment, Vol. 02, Issue 06, pp. 147-150.
Wardhana, W. A, 1995. Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta: Andi Offset.
Wardhana, W. A.. 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan: Dengan Kata Sambutan Menteri Negara Lingkungan Hidup/Kepala BAPEDAL Edisi Revisi. Yogyakarta: Andi Offset.
http://www.jala-sampah.or.id/index.html. Diakses pada tanggal 16 September 2015. Pukul: 10.00 WIB. http://www.walhi.or,id/kampanye/cemar/sampah/peng_sa
mpah_info/ Diakses pada tanggal 16 September 2015. Pukul: 11.20 WIB.