• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGUATAN MATERI MATEMATIKA DAN PEDAGOGIK ESENSIAL BAGI GURU-GURU SD DI KECAMATAN BULELENG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGUATAN MATERI MATEMATIKA DAN PEDAGOGIK ESENSIAL BAGI GURU-GURU SD DI KECAMATAN BULELENG"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGUATAN MATERI MATEMATIKA DAN PEDAGOGIK ESENSIAL

BAGI GURU-GURU SD DI KECAMATAN BULELENG

I Putu Wisna Ariawan1, I Made Ardana2, I Made Sugiarta3, Ketut Agustini4

ABSTRACT

ABSTRAK

PENDAHULUAN

Guru memiliki tugas sentral dalam sistem pendidikan kita. Tugas guru secara tegas diuraikan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada

pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Dengan tugas dan peran sentral tersebut, tidak heran jika isu “pengembangan profesionalitas guru” menjadi kesepakatan luas di antara para pembuat kebijakan, akademisi dan pendidik pada bangsa-bangsa di seluruh dunia yang sedang mereformasi sistem pendidikannya (Bautista & Ruiz, 2015). Salah satu upaya yang telah dilakukan dalam usaha 1,2,3 Jurusan Matematika FMIPA UNDIKSHA;

4 Jurusan Teknik Informatika FTK UNDIKSHA Email : wisna.ariawan@undiksha.ac.id

This community service aims to: (1) help elementary class teachers to understand essential mathematics and pedagogical material which in essence must be mastered by teachers in increasing their competence, (2) contribute significantly in efforts to improve the quality of elementary school teachers so that they can achieve predetermined competencies . This activity was attended by 17 elementary school class teachers from Buleleng District. This activity is carried out using the online training method using the Zoom platform and the Google Classroom LMS. From the process aspect, this activity was classified as successful because all participants attended the online session and the participants' activities in the discussion were high. The main problem faced is the unstable internet network. From the aspect of results, 88.24% of participants were able to design HOT-based questions well and 88.24% of participants were able to make PCK-HOT-based learning videos well. Based on the responses given by the participants, all participants stated that this activity was very useful for increasing their competence. All participants stated that further activities were needed, but they would prefer to do the activities face to face.

Keywords: professionalism, mathematics, essential pedagogy

Pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk : (1) membantu guru kelas SD untuk memahami materi matematika dan pedagogik esensial yang pada esensinya harus dikuasai oleh para guru dalam meningkatkan kompetensinya, (2) Berperan serta aktif secara nyata dalam upaya meningkatkan kualitas guru SD sehingga mampu mencapai kompetensi yang telah ditetapkan. Kegiatan ini diikuti oleh 17 orang guru kelas SD se-Kecamatan Buleleng. Kegiatan ini dilakukan dengan menggunakan metode pelatihan yang dilakukan secara online dengan menggunakan platform Zoom dan LMS Google Classroom. Dari aspek proses, kegiatan tergolong berhasil karena semua peserta hadir pada sesi online dan aktivitas peserta dalam diskusi tergolong tinggi. Masalah utama yang dihadapi adalah kurang stabilnya jaringan internet. Dari aspek hasil, 88,24% peserta telah mampu merancang soal berbasis HOT dengan baik dan 88,24% peserta telah mampu membuat video pembelajaran berbasis PCK dengan baik. Berdasarkan respon yang diberikan oleh peserta, semua peserta menyatakan kegiatan ini sangat bermanfaat untuk meningkatkan kompetensinya. Semua peserta menyatakan perlu dilakukan kegiatan lanjutan namun mereka lebih senang jika kegiatannya dilakukan melalui tatap muka

(2)

pengembangan profesionalitas guru adalah melalui Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan.

Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan melalui Pendidikan dan Pelatihan Guru yang selanjutnya disebut Program Diklat Guru merupakan upaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK) dalam upaya peningkatan kompetensi guru. Peningkatan kompetensi yang diharapkan salah satunya adalah dalam kompetensi profesional guru karena hal ini akan berdampak pada saat guru melaksanakan pembelajaran di kelas. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan Rahyasih, Hartini dan Syarifah (2020: 137), pengembangan profesionalitas guru berarti pembelajaran guru yaitu tentang bagaimana guru memperluas pengetahuan dan keterampilan serta menerapkannya untuk mendukung pembelajaran siswa.

Sejalan dengan hal tersebut, pemetaan kompetensi guru telah dilakukan melalui Uji Kompetensi Guru (UKG) di seluruh Indonesia sehingga dapat diketahui kondisi objektif guru saat ini dan kebutuhan peningkatan kompetensinya.

Tindak lanjut pelaksanaan UKG diwujudkan dalam bentuk pelatihan guru pasca UKG yang pada tahun 2016 bernama Program Guru Pembelajar, pada tahun 2017 bernama Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan, dan pada tahun 2018 bernama Program Diklat Guru. Program Diklat Guru akan menggunakan moda tatap muka. Tujuan Program Diklat Guru adalah untuk meningkatkan kompetensi guru sebagai agen perubahan dan sumber belajar utama bagi peserta didik. Pada tahun 2018, diharapkan terjadi kenaikan capaian nilai UKG dengan rata-rata nasional 75.

Program Diklat Guru dilaksanakan berbasis komunitas guru dan tenaga kependidikan (komunitas GTK). Pemberdayaan komunitas GTK melalui Pusat Kegiatan Gugus/ Kelompok Kerja Guru (KKG), Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP),

Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling (MGBK), Kelompok Kerja Kepala Sekolah (KKKS), Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS), Kelompok Kerja Pengawas Sekolah (KKPS) serta Musyawarah Kerja Pengawas Sekolah (MKPS) merupakan salah satu prioritas program Ditjen GTK. Oleh karena itu, Ditjen GTK melalui Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK) dan Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Kelautan Perikanan, Teknologi Informasi, dan Komunikasi (LPPPTK KPTK), Dinas Pendidikan dan instansi publik lainnya menyelenggarakan Program Diklat Guru berbasis komunitas GTK. Program Diklat Guru terbagi menjadi dua rancang bangun program diklat. Rancang bangun program diklat yang pertama adalah program diklat bagi guru kelas, guru mata pelajaran, dan guru bimbingan konseling yang pola peningkatan kompetensinya menggunakan acuan 10 modul Diklat dan diakhiri dengan post test.

Pada tahun 2018, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan menyelenggarakan Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) melalui Pendidikan dan Pelatihan Guru berbasis komunitas GTK. Tujuannya untuk meningkatkan kompetensi pedagogik dan profesional yang dilakukan melalui Uji Kompetensi Guru (UKG) bagi guru kelas, guru mapel dan guru Bimbingan Konseling (BK) untuk semua jenjang pendidikan dengan rata-rata nasional yaitu 75 dan melalui Uji Kompetensi Keahlian (UKK) bagi guru kejuruan.

Penyelenggaraan Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan melalui Pendidikan dan Pelatihan Guru melibatkan Pemerintah serta partisipasi publik yang meliputi pemerintah daerah, asosiasi profesi, perguruan tinggi, dunia usaha dan dunia industri, organisasi kemasyarakatan, serta orangtua siswa. Bentuk pelibatan publik lainnya dapat dilakukan dengan berbagai cara

(3)

seperti memberikan dukungan bagi terselenggaranya Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan melalui Pendidikan dan Pelatihan Guru.

Program Diklat Guru bagi guru kelas, guru mapel umum dan guru BK di semua jenjang pendidikan dilaksanakan dengan menggunakan peta kompetensi guru yang dibagi menjadi 10 kelompok kompetensi. Peta kompetensi guru tersebut dikembangkan berdasarkan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) dalam SKG. Selanjutnya, dari 10 kelompok kompetensi dikembangkan kisi-kisi soal UKG, dan untuk masing-masing kelompok kompetensi dikembangkan juga modul. Hasil UKG menjadi acuan dalam penilaian diri (self assessment) bagi guru tentang kompetensinya sehingga dapat menetapkan modul kelompok kompetensi mana yang dibutuhkan untuk meningkatkan kompetensinya, dan menjadi acuan bagi penyelenggara Program Diklat untuk melakukan analisis kebutuhan. Alur pengembangan program diklat guru dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 1. Alur Pengembangan Program Diklat Guru

(Sumber : Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, 2018:8)

Program Diklat Guru dilaksanakan menggunakan moda tatap muka dan dapat dilakukan di tingkat kabupaten/kota, provinsi, maupun nasional. Moda tatap muka merupakan bagian dari sistem pembelajaran di mana terjadi interaksi secara langsung antara fasilitator dengan peserta pembelajaran. Interaksi

pembelajaran yang terjadi dalam tatap muka meliputi pemberian input materi, tanya jawab, diskusi, latihan, kuis, praktek, dan penugasan. Moda tatap muka dapat dilaksanakan dengan dua alternatif, yaitu: 1) tatap muka penuh dan 2) tatap muka dan belajar mandiri

Sasaran Program Diklat Guru adalah guru pada semua jenjang satuan pendidikan mulai dari TK/TKLB, SD/SDLB,

SMP/SMPLB, SMA/SMALB, dan

SMK/SMKLB yang memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. Bagi guru kelas, guru mata pelajaran dan guru bimbingan konseling, telah mengikuti UKG tahun 2015 atau UKG susulan tahun 2017 dengan profil hasil UKG-nya menunjukkan terdapat 3 (tiga) hingga 10 (sepuluh) kelompok kompetensi yang nilainya di bawah KCM (70). 2. Bagi guru kejuruan, telah melakukan

evaluasi diri menggunakan instrumen APL 02 terhadap unit-unit kompetensi pada suatu klaster sesuai skema Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) Level IV, dan menyatakan dirinya “Belum Kompeten” pada unit kompetensi tertentu Seperti yang dinyatakan Daryanto, (dalam Rohmah (2016:14) menyebutkan beberapa contoh materi yang dapat dikembangkan dalam kegiatan pengembangan diri, baik dalam diklat fungsional maupun kegiatan kolektif guru, antara lain: 1) perencanaan pendidikan dan program kerja, 2) pengembangan kurikulum, penyusunan RPP dan pengembangan bahan ajar, 3) pengembangan metodologi mengajar, 4) penilaian proses dan hasil pembelajaran peserta didik, 5) penggunaan dan pengembangan teknologi informatika dan komputer (TIK) dalam pembelajaran, 6) inovasi proses pembelajaran, 7) peningkatan kompetensi profesional dalam menghadapi tuntutan teori terkini, 8) penulisan publikasi ilmiah, 9) pengembangan karya inovatif, 10) kemampuan untuk mempresentasikan hasil karya, dan 11) peningkatan kompetensi yang terkait dengan pelaksanaan tugas-tugas tambahan atau tugas

(4)

lain yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah.

Setiana (2015) menyatakan, selama ini Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) hanya diposisikan sebagai lembaga lisensi profesi guru. Dalam pola ini penyiapan subject matter dengan kompetensi profesional, pedagogi, sosial, dan kepribadian adalah hal yang berbeda, bukan desain pendidikan profesional yang terpadu. Melihat semangat UU Guru yang dijadikan rujukan dewasa ini tampaknya consecutive model akan menjadi arah baru model pendidikan guru di Indonesia. Implikasinya LPTK hanya akan difungsikan sebagai lembaga sertifikasi yang diperluas fungsinya (wider mandate) dengan basis ke-LPTK-an. Concurrent model yang dijadikan acuannya dengan memberikan penguatan lebih dalam pada penguasaan bidang ilmu (subject matter). Artinya, perguruan tinggi yang berperan sebagai LPTK harus semakin diperkuat dan didorong untuk lebih bagus lagi. Pemerintahpun wajib memberikan perhatian yang tinggi terhadap penyelenggaraan pendidikan guru di LPTK sehingga kecenderungan tereduksinya keberadaan dan fungsi LPTK hanya sebagai lembaga sertifikasi profesi guru dihilangkan.

Terkait dengan konsep Program Pengembangan Keprofesian, Kemendikbud (2018) telah mendesain alur tahapan pelaksanaan program sebagaimana diilustrasikan dalam gambar berikut.

Gambar 2. Alur Tahapan Penyelenggaraan Program Pengembangan

Keprofesian Berkelanjutan melalui Pendidikan dan Pelatihan Guru

(Sumber : Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, 2018:19)

Berdasarkan desain Tahapan Penyelenggaraan Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan yang dirumuskan Kemendikbud (2018) tersebut, maka peran LPTK dalam Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan adalah dengan melakukan kerjasama dengan dinas ataupun komunitas GTK melalui model pendampingan yang berupa:

1. Seminar, dengan cara menyelenggarakan kegiatan seminar dengan tema dan perkembangan yang baru yang mendukung tentang kompetensi guru pembelajar. 2. Workshop berkelanjutan, mengadakan

pelatihan-pelatihan yang berkelanjutan terkait dengan permasalahan yang dihadapi oleh para guru. Menurut Hafiar dkk (2015) tujuan pelatihan adalah untuk menambah pengetahuan, keterampilan dan mengubah sikap.

3. Konsultasi reguler, mengadakan konsultasi secara berkala dalam pertemuan rutin yang diadakan KKG maupun MGMP khususnya terkait dengan penelitian yang dilakukan oleh guru

4. Lokakarya, mengadakan pemaparan-pemaparan dari hasil-hasil penelitian yang berkaitan dengan temuan-temuan baru yang dilakukan oleh guru.

Menurut Karim dan Iswahyudi (2017:3), pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) merupakan bentuk pembelajaran berkelanjutan bagi seorang guru dimana hal tersebut menjadi alat dalam upaya pengembangan profesinya harus dilakukan berdasarkan kebutuhan guru yang bersangkutan. Kebutuhan yang dimaksud adalah kebutuhan untuk mencapai dan/atau meningkatkan kompetensinya di atas standar kompetensi profesi guru. Hal ini nantinya juga

(5)

sekaligus berimplikasi pada perolehan angka kredit untuk kenaikan pangkat/jabatan fungsional guru.

Pada tahun 2019 tim telah melaksanakan kegiatan P2M dengan judul Pemantapan Materi Matematika dan Pedagogik Esensial pada Modul Pelatihan Guru Pembelajar bagi Guru-Guru SD di Kecamatan Buleleng. Cakupan peserta yang terlibat dalam kegiatan tersebut lebih banyak melibatkan para guru yang ada di sekitar kota Singaraja. Mengetahui adanya kegiatan seperti ini, ketua Gugus IV Kecamatan Buleleng dan ketua Gugus XIII Kecamatan Buleleng meminta kepada tim agar kegiatan seperti ini bisa melibatkan guru-guru yang ada di kedua gugus tersebut karena menurut ketua gugusnya, program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan yang dicanangkan pemerintah belum dilaksanakan secara merata sehingga masih banyak guru yang belum mengikuti kegiatan seperti ini. Gugus IV terdiri atas 6 sekolah yakni SDN 1 Penglatan, SDN 2 Penglatan, SDN 3 Penglatan, SDN 1 Alasangker, SDN 2 Alasangker, dan SDN 3 Alasangker. Sementara, Gugus XIII terdiri atas SDN 1 Banjar Tegal, SDN 2 Banjar Tegal, SDN 3 Banjar Tegal, SDN 1 Baktiseraga, dan SD Mutiara.

Berdasarkan hasil analisis situasi, teridentifikasi beberapa permasalahan yang dihadapi oleh para guru yang harus mengikuti pelatihan Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan sebagai berikut.

1. Belum meratanya pelaksanaan program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan. 2. Belum dilibatkannya para akademisi dari

LPTK khususnya para dosen yang tentu diyakini memiliki kompetensi “lebih” yang dapat berperan aktif sebagai instruktur untuk membantu para guru dalam memahami materi-materi yang ada pada Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan.

Berdasarkan identifikasi permasalahan di atas maka permasalahan yang dianggap penting dan urgen yang akan ditangani melalui kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah: “tindakan konkret apa yang dapat dilakukan oleh para dosen Undiksha sebagai wujud partisipasi publik dan sinergitas dengan para guru kelas SD yang harus mengikuti program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan untuk dapat membantu para guru dalam memahami materi matematika dan pedagogik esensial yang nantinya secara tidak langsung berimplikasi pada perolehan angka kredit untuk kenaikan pangkat/jabatan fungsional guru. METODE

Pandemi Covid-19 yang melanda dunia saat ini telah mengubah semua tatanan kehidupan termasuk pada bidang pendidikan (Luthra & Sandy, 2020; Tam & El-Azar, 2020; UNICEF & WHO, 2020; Zhong, 2020). Hal ini menyebabkan kegiatan pembelajaran, pelatihan maupun workshop saat ini dilakukan secara online. Hal ini pula yang mendasari kegiatan pelatihan ini dilakukan secara online dengan menggunakan platform Zoom dan WhatsApp Group. Berdasarkan permasalahan yang dihadapi oleh mitra dan alternatif pemecahan masalah yang dipandang tepat untuk memecahkan masalah tersebut maka metode pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut.

1. Pemberian Informasi, tanya jawab, dan diskusi secara online dengan menggunakan platform zoom.

Kegiatan pelatihannya diawali dengan penyampaian informasi terkait dengan teknis pelaksanaan pelatihan beserta materi yang akan disampaikan. Kemudian kegiatannya dilanjutkan dengan penyajian materi oleh narasumber dan dilanjutkan dengan tanya jawab dan diskusi.

2. Latihan dan penugasan secara individu Untuk lebih memantapkan pemahaman guru terhadap materi yang disajikan, para peserta diberikan tugas untuk

(6)

menyelesaikan masalah atau studi kasus yang terkait dengan materi matematika dan pedagogik esensial, serta membuat sebuah video terkait dengan materi yang disajikan. Mekanisme Pelaksanaan Kegiatan

Rancangan mekanisme pelaksanaan kegiatan Pengabdian masyarakat ini terdiri dari 4 (empat) tahapan, yaitu: perencanaan, tindakan, observasi dan evaluasi, dan refleksi. Kegiatan-kegiatan atau aktivitas-aktivitas dari masing-masing tahapan adalah sebagai berikut. 1. Perencanaan

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan dapat diuraikan seperti berikut.

a. Melakukan sosialisasi pelaksanaan kegiatan pada sekolah mitra. Kegiatan sosialisasi dilakukan dalam bentuk koordinasi dengan Ketua Gugus SD, Kepala Sekolah Mitra terkait dengan program yang akan dilaksanakan serta penetapan guru yang akan menjadi peserta pelatihan. Kegiatan sosialisasi dilakukan oleh Tim Pelaksana.

b. Mendata guru SD yang ada di Gugus IV dan XIII Kecamatan Buleleng yang akan diundang untuk mengikuti kegiatan. c. Berdasarkan hasil identifikasi, hasil

analisis permasalahan yang ada, hasil analisis kebutuhan, dan hasil pendataan calon peserta, selanjutnya disusun program pelatihan.

d. Mengundang peserta pelatihan. 2. Tindakan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap implementasi program P2M adalah melaksanakan kegiatan pelatihan. Kegiatan pelatihannya dilakukan secara online dengan menggunakan platform Zoom dan menggunakan Learning Management System Google Classroom.

3. Observasi dan Evaluasi

Observasi dilakukan terhadap proses pelaksanaan pelatihan. Yang menjadi objek observasi adalah: kendala-kendala,

kekurangan-kekurangan, dan kelemahan-kelemahan yang muncul dalam proses pelaksanaan pelatihan. Evaluasi dilakukan terhadap tingkat kompetensi yang dicapai oleh peserta. Tingkat pencapaian kompetensinya akan diukur berdasarkan kemampuan peserta dalam menyelesaikan tugas yang diberikan sesuai dengan materi pada masing-masing modul pelatihan. 4. Refleksi

Refleksi dilakukan terhadap kegiatan yang telah dilaksanakan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kekurangan-kekurangan atau keberhasilan terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan dalam rangka menetapkan rekomendasi terhadap keberlangsungan atau pengembangan kegiatan-kegiatan berikutnya

Rancangan Evaluasi

Untuk melihat keberhasilan pelaksanaan kegiatan perlu diadakan evaluasi. Evaluasi yang dilaksanakan dalam kegiatan ini adalah sebagai berikut.

1. Evaluasi program, dilakukan sebelum dan setelah kegiatan dilaksanakan. Evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui apakah program kegiatan sudah sesuai dengan tujuan yang sudah ditetapkan.

2. Evaluasi proses, dilakukan pada saat kegiatan dilaksanakan. Aspek yang dievaluasi adalah kehadiran dan aktivitas peserta dalam mengikuti pelatihan. Keberhasilan dapat dilihat dari kehadiran peserta yang mencapai lebih dari 85% dan aktivitasnya selama kegiatan tinggi. 3. Evaluasi hasil, dilaksanakan pada akhir

kegiatan. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan peserta dalam menyelesaikan tugas yang diberikan sesuai dengan materi yang diberikan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kegiatan pengabdian ini dilakukan dengan melibatkan guru-guru SD Gugus IV dan Gugus XIII Kecamatan Buleleng dan guru lain

(7)

di luar kedua gugus tersebut. Dari 25 guru yang diundang hanya 17 guru yang bisa mengikuti kegiatan pelatihan ini. Materi yang disajikan meliputi:

1. Paradigma dan desain Higher Order Thinking (HOT) dan Pedagogical Content Knowledge,

2. Beberapa materi matematika esensial di Sekolah Dasar dan strategi pembelajarannya,

3. Praktik mendesain perangkat asesmen berbasis HOTS pada materi matematika esensial,

4. Praktik mendesain pembelajaran berbasis Pedagogical Content Knowledge pada materi matematika esensial.

Pada hari pertama, 23 Agustus 2020 disajikan materi tentang Paradigma dan Desain Higher Order Thinking (HOT) dan Pedagogical Content Knowledge (PCK). Materi HOT dan PCK merupakan dua hal yang sangat penting dipahami oleh para guru. Menurut Dinni (2018, 171), HOT itu merupakan suatu proses berpikir peserta didik dalam level kognitif yang lebih tinggi yang dikembangkan dari berbagai konsep dan metode kognitif dan taksonomi pembelajaran seperti metode problem solving, taksonomi bloom, dan taksonomi pembelajaran, pengajaran, dan penilaian. Sementara itu, Fanani dan Kusmaharti (2018, 4) menyatakan, pembelajaran yang memicu siswa untuk berpikir tingkat tinggi menuntut penggunaan strategi pembelajaran yang berorientasi pada siswa aktif, sehingga siswa memiliki kesempatan untuk mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengkomunikasikan. Pendekatan semacam ini sangat sesuai dengan harapan Kurikulum 2013.

Terkait dengan pentingnya penguasaan PCK bagi guru, Saifudin dan Sukma (2018, 55), menyatakan PCK merupakan kombinasi dari dua unsur yaitu Content Knowledge (CK) dan Pedagogical Knowledge (PK) dimana kedua unsur tersebut memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk guru sebagai tenaga

professional kependidikan ketika terlibat dalam proses belajar mengajar.

Semua peserta mengikuti sesi ini dengan serius. Pada saat mendiskusikan materi yang terkait dengan HOT, ada 12 orang guru (70,59%) yang menyatakan mereka mengalami kesulitan dalam merancang soal yang berbasis HOT. Untuk mengatasi hal ini, narasumber memberikan lebih banyak contoh soal berbasis HOT termasuk juga contoh soal yang tidak berbasis HOT. Melalui kegiatan ini ke-12 guru tersebut menyatakan bahwa mereka sudah mulai “agak mengerti” untuk merancang soal berbasis HOT.

Terkait dengan materi PCK, saat pelaksanaan pelatihan, ada 9 orang guru (52,94%) yang menyatakan bahwa mereka baru menyadari terutama betapa pentingnya harus menguasai PK, tidak semata-mata hanya menguasai CK saja. Hal ini tentulah sangat menggembirakan karena para guru tersebut “mulai tersadar” bahwa untuk pengembangan profesionalismenya kedua aspek tersebut sangat penting dikuasai oleh guru. Hal ini senada dengan apa yang dinyatakan oleh Saifudin dan Sukma (2018, 56) bahwa pemahaman pengetahuan pedadogi bertujuan untuk membantu guru menyiapkan rencana pembelajaran, lembar aktivitas, dan media pembelajaran secara baik. Selain itu, peningkatan kinerja professional dan aktualisasi diri menunjukkan upaya berkelanjutan dari guru untuk meningkatkan profesionalisme diri.

Pada hari kedua, 24 Agustus 2020 dibahas beberapa materi matematika esensial di Sekolah Dasar dan strategi pembelajarannya. Pada sesi ini didiskusikan tentang luas daerah bangun datar dan bilangan. Peserta diberikan permasalahan untuk menentukan perbandingan luas daerah yang diarsir dengan luas daerah yang tidak diarsir seperti gambar berikut.

(8)

Gambar 3. Perbandingan luas daerah yang diarsir dengan luas daerah yang tidak diarsir

Pada gambar 3 di atas, B merupakan titik tengah AC dan CD : DE = 1 : 3. Semua peserta tidak mampu menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Setelah diberikan petunjuk untuk menarik diagonal AC dan mengarahkan untuk melihat segitiga-segitiga yang memiliki unsur-unsur yang sama (tinggi segitiga) akhirnya ada 2 orang guru (11,76%) yang mampu menjawab dengan benar. Dari permasalahan di atas sebenarnya para peserta diajak untuk dapat menemukan strategi yang tepat (mengkreasi suatu langkah penyelesaian) dalam menyelesaikan permasalahan.

Permasalahan kedua yang diberikan pada sesi ini adalah untuk menemukan makna dari suatu pembagian dengan mengajukan dua pertanyaan berikut.

1. Pada tahun 2018, Hari Kemerdekaan kita jatuh pada hari Jumat. Pada tahun 2020 Hari Kemerdekaan kita akan jatuh jatuh pada hari apa?

2. Pada tahun 2018, tanggal 1 Januari jatuh pada hari Senin. Pada tahun 2020 tanggal 1 Januari akan jatuh jatuh pada hari apa?

Sama halnya dengan permasalahan pertama, tak seorangpun bisa menjawab kedua permasalahan yang diajukan. Untuk membantu para peserta maka pemateri memberikan arahan dengan memperhatikan pola berikut.

1. Sekarang hari Senin, maka 4 hari lagi hari ….

2. Sekarang hari Senin, maka 7 hari lagi hari ….

3. Sekarang hari Senin, maka 9 hari lagi hari ….

Melalui pola yang diberikan di atas diharapkan para peserta memahami bahwa

untuk menyelesaikan permasalahan seperti di atas mereka harus memaknai sisa dari pembagian 7. Semua peserta bisa memahami makna ini tetapi pada saat menyelesaiakan permasalahan terkait dengan hari kemerdekaan dan tanggal 1 Januari semua peserta belum menyadari bahwa kedua kasus tersebut harus diselesaikan dengan memperhitungkan tahun kabisat. Setelah diberi penjelasan, semua peserta akhirnya bisa memahami bagaimana menyelesaikan kasus-kasus seperti di atas.

Untuk memahami materi-materi yang didiskusikan pada hari pertama dan kedua maka pada hari ketiga (25 Agustus 2020) peserta diarahkan untuk melakukan Praktik mendesain perangkat asesmen berbasis HOTS pada materi matematika esensial secara mandiri. Pada hari keempat (26 Agustus 2020) peserta diarahkan untuk melakukan praktik mendesain pembelajaran berbasis Pedagogical Content Knowledge pada materi matematika esensial secara mandiri. Sebagai bukti kerja mandirinya, semua peserta ditugaskan untuk membuat 5 soal berbasis HOT dan sebuah video pembelajaran berdurasi maksimal 15 menit yang diunggah pada LMS Google Classroom.

Secara umum, semua peserta (17 orang) hadir pada sesi online. Masalah utama yang dihadapi saat melakukan kegiatan pengabdian secara online adalah kurang stabilnya jaringan internet yang menyebabkan pada hari pertama maupun hari kedua ada 2 orang peserta (11,76%) yang terputus koneksinya secara tiba-tiba walaupun beberapa saat kemudian bisa bergabung kembali dalam kelas online.

Berdasarkan hasil pekerjaan yang dikirimkan peserta ditemukan beberapa permasalahan seperti berikut.

1. Dua peserta (11,76%) belum mampu merancang soal berbasis HOT terutama yang terkait dengan proses kognitif mengevaluasi dan mengkreasi.

2. Semua peserta telah mengirimkan video pembelajaran. Namun ada 2 orang (11,76%) peserta yang video pembelajarannya belum mampu

(9)

mengaitkan materinya dengan suatu konteks yang jelas.

Berdasarkan respon yang diberikan oleh peserta, semua peserta menyatakan kegiatan ini sangat bermanfaat untuk meningkatkan kompetensinya. Semua peserta menyatakan perlu dilakukan kegiatan lanjutan namun mereka lebih senang jika kegiatannya dilakukan melalui tatap muka.

SIMPULAN

Dari aspek proses, kegiatan pengabdian ini dapat dikatakan berhasil karena semua peserta (17 orang) hadir pada sesi online dan aktivitas peserta dalam kegiatan diskusi tergolong tinggi. Masalah yang dihadapi saat melakukan kegiatan secara online adalah kurang stabilnya jaringan internet. Dari aspek hasil (produk), 88,24% peserta telah mampu merancang soal berbasis HOT dengan baik dan 88,24% peserta telah mampu membuat video pembelajaran berbasis PCK dengan baik. DAFTAR RUJUKAN

Bautista, A & Ortega-Ruíz, R. (2015). Teacher Professional Development: International Perspectives and Approaches. Psychology, Society and Education, 7(3), 240-251.

Dinni, Husna Nur. (2018) HOTS (High Order Thinking Skills) dan Kaitannya dengan Kemampuan Literasi Matematika. PRISMA, Prosiding Seminar Nasional Matematika (ISSN 2613-9189) Volume 1 Tahun 2018, 170-176.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan. (2018). Pedoman Umum Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan melalui Pendidikan dan Pelatihan Guru. Jakarta: Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan. Fanani, A., & Kusmaharti, D. (2018). Pengembangan Pembelajaran Berbasis HOTS (Higher Order Thinking Skill) di Sekolah Dasar Kelas V. Jurnal

Pendidikan Dasar, 9(1), 1–11. https://doi.org/doi.org/10.21009/JPD.091 .01

Hafiar, H., Damayanti, T., Subekti, P. dan Fatma, D. (2015). Peningkatan Pendidikan dan Pengembangan Kompetensi Guru SMA Negeri 1 Katapang melalui Partisipasi dalam Publikasi Akademis di Media Massa. Jurnal Aplikasi Ipteks untuk Masyarakat, 4 (2), 88 – 92.

Karim, Abdul dan Iswahyudi Joko. (2017). Pelatihan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) untuk Meningkatkan Kompetensi Profesional bagi Guru SD Muhammadiyah 8 dan SD Islam Nu Pungkuran Kota Semarang melalui Workshop, Klinik, dan Pendampingan. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan, Sains dan Teknologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Muhammadiyah Semarang. 1-8.

Luthra, Poornima & Mackenzie, Sandy. 2020. 4 Ways Covid-19 Education Future Generations. Tersedia pada: https://www.weforum.org/agenda/ 2020/03/4-ways-covid-19-education-future-generations/

Rahyasih, Yayah, Nani Hartini, dan Liah Siti Syarifah, (2020). Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan: Sebuah Analisis Kebutuhan Pelatihan Karya Tulis Ilmiah bagi Guru. Jurnal Penelitian Pendidikan Volume 20, Nomor 1, April 2020, 136-144.

Rohmah, Wafrotur. (2016). Upaya Meningkatkan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan dalam Peningkatan Profesionalisme Guru. Prosiding SNP (Seminar Nasional Pendidikan) Prodi Pendidikan Akuntansi FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta, 10-21.

Saifudin, M. Fakhrur dan Hanum Hanifa Sukma. (2018). Pedagogical Content Knowledge (PCK) Calon Guru SD

(10)

melalui Mata Kuliah Pengembangan dan Praktik Pembelajaran Bahasa dan Sastra SD. Varia Pendidikan, Vol. 30, No. 2, Desember 2018, 55-63.

Setiana, D. S. (2015). Pengembangan LPTK sebagai tugas matakuliah Kajian Kurikulum Matematika. Pascasarjana, UNY.

Tam, Gloria & El-Azar, Diana. (2020). 3 ways the coronavirus pandemic could reshape

education. Tersedia

pada: https://www.weforum.org/agenda/ 2020/03/3-ways-coronavirus-is-reshaping- education-and-what-changes-might-be-here-to-stay/.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. UNICEF, IRC, & WHO. (2020). Key Messages

and Actions for COVID-19 Prevention and Control in Schools. Tersedia pada: https://www.who.int/docs/default- source/coronaviruse/key-messages-and- actions-for-covid-19-prevention-and-

control-in-schools-march-2020.pdf?sfvrsn=baf81d52_4.

Zhong, Raymond. (2020). The Coronavirus Exposes Education’s Digital Divide. Tersedia

pada: https://www.nytimes.com/2020/03

Gambar

Gambar 1. Alur Pengembangan Program Diklat  Guru
Gambar  2.  Alur  Tahapan  Penyelenggaraan  Program  Pengembangan

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena kondisi tersebut, tujuan kajian ini yaitu mengetahui karakteristik pengendara sepeda berdasarkan karakteristik sosial ekonomi dan karakteristik perjalanan,

Kinerja Keuangan Perusahaan Sebelum dan Sesudah Merger dan Akuisisi (Pada Perusahaan Pengakuisisi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2004- 2006)”...

Responden yang lain meskipun nilai adekuasinya bagus, ternyata tidak semua kondisi yang diteliti menunjukkan hasil yang baik pula, sehingga dalam menentukan tingkat

Secara tidak langsung ternyata senyawa volatil yang dihasilkan dari minyak seraiwangi dan fraksi sitronellal juga mampu menghambat pertumbuh- an jamur patogen, dimana

Pada pengamatan bobot basah menunjukkan adanya interaksi antara varietas dengan perlakuan keberadaan teki. Teki 30/polibag menunjukkan bobot basah yang paling tinggi

jawab atas terjadinya kecelakaan lalu lintas jalan. Kecelakaan yang telah berakibat kepada kerugian pengguna jalan merupakan dampak dari ketersediaan sarana dan

Oleh sebab itu, perlu dilakukan penelitian terkait dengan masalah yang ditemukan di atas, Maka pada kesempatan ini penulis ingin melakukan suatu penelitian dengan

Pada tambang bawah tanah sistem ventilasi sangat berperan penting guna memenuhi kebutuhan pernapasan manusia "pekerja# dan juga untuk menetralkan gas$gas beraun,