• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tool Kit Penanganan Hoaks dan Disinformasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Tool Kit Penanganan Hoaks dan Disinformasi"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

Tool Kit Penanganan Hoaks dan

Disinformasi

Jakarta 2018

(2)

2 Prakata

Debunk adalah tindakan yang dilakukan untuk mengungkap kesalahan atau kekosongan dari sebuah mitos, pengetahuan atau kepercayaan, sementara fact check adalah tindakan untuk memeriksa kebenaran dari sebuah informasi.

Debunk dan fact check adalah sesuatu yang beberapa tahun ini semakin mengemuka karena hoaks dan disinformasi adalah gejala global, terutama karena di era Media Sosial saat ini tidak semua pengguna mampu membedakan antara informasi yang benar dan yang salah sebelum membagikan di akun media sosial masing-masing.

Motifnya bermacam-macam, dari mulai karena bangga jadi yang pertama menyebarkan, untuk menyerang pihak lain, karena cocok dengan selera, sampai ke alasan sederhana yang sering ditemukan ketika ditanyakan ke mereka yang diproses secara hukum: hanya karena iseng. MAFINDO (Masyarakat Anti Fitnah Indonesia) tidak pernah mengklaim bahwa kami yang pertama dan satu-satunya, bahkan diantara forum-forum lain Facebook FAFHH (Forum Anti Fitnah Hasut dan Hoax, cikal bakal MAFINDO) adalah yang paling muda, tetapi semenjak awal berdiri dahulu di 2015 MAFINDO sudah menyerukan bahaya dari hoaks.

(3)

3 Tahun ini, 2018, adalah tahun yang cukup baik sekaligus cukup menantang untuk MAFINDO karena beberapa hal berikut ini:

1. Pembentukan Tim Fact Checking full time (profesional) untuk menangani kegiatan fact checking dan aktivitas kantor harian MAFINDO, sekaligus untuk membantu kegiatan para relawan. 2. Kerjasama dengan Google News Initiative untuk terlibat di pelatihan ribuan jurnalis AJI Indonesia (Aliansi Jurnalis Independen), baik itu untuk kegiatan ToT (Training of Trainers) maupun kegiatan pelatihan dengan sasaran Jurnalis dan masyarakat umum, bekerjasama dengan Internews, First Draft News, dan Storyful.

3. Kerjasama dengan SiBerkreasi, inisiatif publik yang menggabungkan semua entitas atau organisasi yang bergerak dalam bidang edukasi literasi.

4. Kerjasama dengan Polri, Dinas Kesehatan, dan instansi-instansi Pemerintah lainnya dalam kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan anti hoaks dan edukasi literasi.

5. Memperoleh anugerah “Tasrif Award” dari AJI Indonesia.

Kerjasama dengan berbagai pihak di atas adalah salah satu indikasi bahwa berbagai pihak kini sudah semakin sadar tentang bahaya hoaks dan bersedia untuk bergerak bersama, sesuai dengan kapasitasnya masing-masing, untuk memerangi hoaks dan mengajak masyarakat untuk terdidik dalam hal literasi.

(4)

4 Menjelang tahun politik di tahun depan, 2019, berdasarkan pola yang selama ini sudah berjalan, akan terjadi peningkatan penyebaran hoaks. Semua yang terkait, terutama masyarakat dan masing-masing individu, harus siap menghadapi dengan membekali diri untuk mengurangi efek merusak dari hoaks.

Jakarta, 15 Oktober 2018 Aribowo Sasmito Co-Founder MAFINDO

(5)

5 Daftar Isi

Prakata ……….. 2

Daftar Isi ……… 5

Bab I: Hoaks dan Disinformasi:

Definisi dan Konsep ………... 6 • Apa itu Hoaks

dan Disinformasi ………. 6 • Dampak Penyebaran

Hoaks dan Disinformasi

Kepada Masyarakat ………... 8 • Alasan Seseorang Menyebarkan

Hoaks dan Disinformasi ………..…. 10 • Ketentuan Hukum Mengenai Hoaks

dan Disinformasi ……….…….. 12 Bab II: Jenis-Jenis Dis-Misinformasi ……..………... 16 Bab III: Kebenaran Semu dan Politik ………. 19 Bab IV: Strategi Melawan Hoaks dan Disinformasi … 23 Bab V: Teknik Fact Checking atau Cek Fakta ……… 29 Bab VI: Strategi Diseminasi Hasil Cek Fakta ………. 33 Referensi ……….. 37 Lampiran ……….. 38

(6)

6 Bab I

Hoaks dan Disinformasi: Definisi dan Konsep Perkembangan teknologi di era digital saat ini memberikan akses kepada seseorang untuk mendapatkan informasi dengan sangat mudah. Hanya dengan menggunakan gawai, seseorang sudah dapat mengakses berbagai macam informasi. Mulai dari informasi tentang peristiwa yang sudah lampau maupun yang baru saja terjadi.

Bahkan, seseorang pun dapat dengan mudah menyebarkan informasi dengan menggunakan gawai di tangannya. Akan tetapi, manfaat teknologi itu dapat menjadi masalah bila digunakan dengan cara yang tidak benar, yakni menyebarkan informasi yang salah atau tidak benar.

Sebab, ketika informasi yang salah tersebar luas maka dapat menyebabkan rasa tidak aman hingga menyebabkan perseteruan antara satu orang dengan orang lain atau satu golongan dengan golongan yang lain. Untuk itu, perlu kiranya dipupuk kesadaran untuk menggunakan teknologi berupa gawai secara cerdas dan bernas.

Apa Itu Hoaks dan Disinformasi?

Informasi yang salah itu terbagi menjadi beberapa jenis, yakni hoaks atau kabar bohong, disinformasi, dan misinformasi. Ketiga jenis informasi tersebut memiliki definisi masing-masing. Untuk memahaminya, perlu

(7)

7 pahami terlebih dahulu pengertian dari jenis informasi yang salah itu.

Hoaks berasal dari kata ‘hocus.’ Dalam Cambridge Dictionary, kata ‘hocus’ memiliki arti ‘tipuan untuk menipu.’ Lalu, kata tersebut berkembang menjadi kata ‘hoax’ yang memiliki dua arti, yakni ‘upaya menipu sekelompok besar orang’ dan ‘sebuah tipuan.’ Dan, berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), hoaks diartikan berita bohong.

Dari beberapa arti tersebut, dapat dikatakan bahwa hoaks merupakan informasi yang direkayasa untuk menutupi informasi sebenarnya. Dengan kata lain hoaks juga bisa diartikan sebagai upaya pemutarbalikan fakta menggunakan informasi yang meyakinkan tetapi tidak dapat diverifikasi kebenarannya.

Hoaks juga bisa diartikan sebagai tindakan mengaburkan informasi yang sebenarnya, dengan cara membanjiri suatu media dengan pesan yang salah agar bisa menutupi pesan yang benar. Dari paparan itu, maka pengertian hoaks adalah informasi yang direkayasa, baik dengan cara memutarbalikkan fakta ataupun mengaburkan informasi, sehingga pesan yang benar tidak dapat diterima oleh seseorang.

Untuk disinformasi dan misinformasi memiliki definisi yang sedikit berbeda dengan hoaks. Disinformasi, berdasarkan Cambridge Dictionary, berarti informasi yang salah dan sengaja disebarkan untuk menipu seseorang. Adapun, merujuk kepada KBBI, disinformasi

(8)

8 ialah penyampaian informasi yang salah (dengan sengaja) untuk membingungkan orang lain.

Berdasarkan dua arti itu, maka definisi disinformasi ialah informasi keliru yang disebarkan dengan tujuan membuat informasi yang asli tidak valid, berkurang kebenarannya, dan/atau tidak berguna.

Sedangkan, misinformasi, berdasarkan Cambridge Dictionary, ada dua arti. Pertama ialah informasi yang salah atau fakta yang salah diterima oleh seseorang. Arti kedua ialah informasi yang dibuat untuk menipu. Dengan kata lain, pengertian misinformasi adalah informasi keliru yang disebarkan tanpa tujuan tertentu.

Dampak Penyebaran Hoaks dan Disinformasi Kepada Masyarakat

Tersebarnya hoaks dan disinformasi di tengah masyarakat menyebabkan beberapa hal negatif. Berikut dampak tersebarnya hoaks dan disinformasi kepada masyarakat:

• Membuat Rasa Tidak Aman

Ketika informasi salah tersebar di masyarakat, tentunya akan menyebabkan rasa tidak aman dan nyaman. Sebab, hoaks dan disinformasi mengaburkan kondisi sebenarnya dari suatu peristiwa.

(9)

9 • Melahirkan Kebencian

Hoaks dan disinformasi dapat menjadi peranti penyebar kebencian. Melalui informasi yang dipalsukan, seseorang bisa membenci orang lain tanpa alasan yang logis.

• Retaknya Persatuan dan Kesatuan

Hoaks dan disinformasi merupakan ancaman persatuan dan kesatuan bangsa. Sebab, beredarnya hoaks dan disinformasi dapat memicu pertengkaran antar individu maupun kelompok. Pertengkaran itu dapat mengakibatkan pecahnya persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.

• Memicu Kekacauan dan Kekerasan

Informasi yang salah dapat memancing seseorang untuk melakukan kekerasan sehingga menghasilkan kekacauan dalam masyarakat. Terutama, ketika informasi hoaks dan disinformasi tersebut menyerang tokoh-tokoh berpengaruh di masyarakat.

• Menghilangkan Nalar

Seringnya mengkonsumsi hoaks dan disinformasi sebagai sumber informasi utama dapat membuat seseorang tidak dapat berpikir kritis dan tak dapat menggunakan nalarnya untuk mengklasifikasi fakta.

(10)

10 Itulah beberapa dampak yang cukup berbahaya dengan tersebarnya hoaks dan disinformasi. Selain kelima dampak tersebut, masih banyak dampak negatif lainnya dari tersebarnya hoaks dan disinformasi. Untuk itu, hoaks dan disinformasi harus dilawan! Jangan sampai menyebar hingga lahir sebuah kebenaran semu yang mengaburkan fakta sebenarnya.

Alasan Seseorang Menyebarkan Hoaks dan Disinformasi

Seseorang yang menyebarkan hoaks dan disinformasi, baik melalui akun media sosialnya maupun media pesan, biasanya memiliki alasan-alasan tertentu. Berikut beberapa alasan yang kerap menjadi dasar seseorang menyebarkan hoaks dan disinformasi:

• Hanya Membaca Judul

Seorang penyebar hoaks dan disinformasi sering beralasan melakukan penyebaran karena hanya membaca judulnya saja sehingga ia tidak tahu isinya. Alasan ini kerap dilontarkan seseorang saat diberitahu bahwa informasi yang disebarkannya merupakan hoaks atau disinformasi.

• Ingin Menjadi yang Pertama Membagikan Ketika seseorang membagikan informasi pertama kali kepada orang lain membuat dirinya seolah-olah memiliki jasa besar. Harapan sebagai

(11)

11 pembagi pertama ialah orang lain akan merujuk dirinya dan menjadikannya lebih lebih dikenal sehingga menjadi pusat perhatian.

Namun, karena alasan inilah yang akhirnya membuat seseorang tak melakukan pengecekkan ulang kepada informasi yang ia dapat dan langsung saja membagikannya. Padahal, informasi itu belum tentu benar dan sesuai dengan fakta yang ada.

• Ingin Membantu atau Menyelamatkan Orang Lain

Ada kalanya, seseorang menyebarkan hoaks dan disinformasi untuk membantu atau menyelamatkan orang lain. Biasanya, hoaks dan disinformasi yang disebarkan dengan alasan ini mengangkat isu kesehatan, kesehatan, dan bencana alam. Orang yang membagikan hoaks dan disinformasi dengan alasan ini biasanya melakukannya secara tak disengaja atau tidak mengetahui bahwa informasi yang dibagikannya salah.

• Emosional

Seseorang terkadang menyebarkan hoaks dan disinformasi dengan alasan emosional. Artinya, saat ia menyebarkannya, ia telah terpancing emosinya oleh informasi yang salah tanpa memeriksa kebenaranya. Biasanya, orang-orang

(12)

12 yang terpancing emosinya terkena hoaks dan disinformasi dengan isu SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan) dan politik.

• Ekonomi

Alasan ekonomi biasanya menjadi landasan seorang pembuat hoaks dan disinformasi profesional. Artinya, membuat dan menyebarkan hoaks dan disinformasi menjadi bisnis yang kemudian digunakan oleh oknum tertentu untuk mencapai tujuannya. Adapun, isu-isu hoaks dan disinformasi yang dipabrikasi ialah isu SARA, politik, ekonomi, kesehatan, dan lain sebagainya. Itulah beberapa alasan seseorang menyebarkan hoaks dan disinformasi. Pada dasarnya, ketika seseorang menyebarkan hoaks ataupun disinformasi ada yang dilakukan dengan sengaja maupun tidak sengaja. Oleh sebab itu, sedapat mungkin ketika mendapatkan informasi harus melakukan cross check terlebih dahulu.

Ketentuan Hukum Mengenai Hoaks dan Disinformasi Ada beberapa ketentuan hukum yang akan dikenakan kepada seorang penyebar hoaks dan disinformasi. Berikut, beberapa ketentuan hukum mengenai hoaks dan disinformasi di Indonesia:

• Undang-Undang No. 1 Tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana Pasal 14 Ayat 1 dan 2 yang berbunyi:

(13)

13 […] (1) Barang siapa, dengan menyiarkan berita atau pemberitahuan bohong, dengan sengaja menerbitkan keonaran dikalangan rakyat, dihukum dengan hukuman penjara setinggi-tingginya sepuluh tahun.

(2) Barang siapa menyiarkan suatu berita atau mengeluarkan pemberitahuan, yang dapat menerbitkan keonaran dikalangan rakyat, sedangkan ia patut dapat menyangka bahwa berita atau pemberitahuan itu adalah bohong, dihukum dengan penjara setinggi-tingginya tiga tahun. […] • Undang-Undang No. 1 Tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana Pasal 15 yang berbunyi:

[…] Barang siapa menyiarkan kabar yang tidak pasti atau kabar yang berkelebihan atau yang tidak lengkap, sedangkan ia mengerti setidak-tidaknya patut dapat menduga, bahwa kabar demikian akan atau mudah dapat menerbitkan keonaran dikalangan rakyat, dihukum dengan hukuman penjara setinggitingginya dua tahun. […]

• UU No.19 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas UU No.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik Pasal 28 Ayat 1 dan 2 yang berbunyi sebagai berikut:

(14)

14 […] (1) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi Elektronik.

(2) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu dan/atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA). […]

• UU No.19 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas UU No.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik Pasal 45A Ayat 1 dan 2 yang berbunyi:

[…] (1) Setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi Elektronik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

(2) Setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu dan/atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) sebagaimana dimaksud

(15)

15 dalam Pasal 28 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). […]

Demikian ketentuan-ketetuan hukum tentang penyebaran hoaks dan disinformasi yang berlaku di Indonesia. Berdasarkan ketentuan itu, maka sebagai warga negara Indonesia, kita harus berhati-hati dalam menyebarkan informasi.

(16)

16 Bab II

Jenis-Jenis Dis-Misinformasi

Pada bab sebelumnya sudah dijelaskan tentang definisi dari hoaks, disinformasi, dan misinformasi. Definisi hoaks tentunya sangat berbeda dengan disinformasi dan misinformasi. Namun, definisi antara disinformasi dan misinformasi memiliki kemiripan sehingga perlu dijelaskan lebih lanjut pada bab ini.

Perbedaan antara disinformasi dan misinformasi pada dasarnya cukup mudah dipahami. Bila disinformasi merupakan informasi yang salah berasal dari suatu peristiwa atau kejadian sesungguhnya. Peristiwa atau kejadian itu kemudian dipelintir secara sengaja sehingga mengurangi kebenaran dari peristiwa tersebut.

Sedangkan, misinformasi merupakan informasi yang salah atau keliru di mana adanya kealpaan pemahaman dari isi informasi tersebut. Kesalahpahaman itu membuat isi informasi yang sebenarnya tidak dapat dicerna.

Sederhananya, bila disinformasi ada unsur kesengajaan atas pemelintiran atau pengubahan isi dari informasinya, sedangkan misinformasi tidak ada unsur kengajaan dan isi informasi yang sebenarnya tidak dipahami secara lengkap.

Kedua jenis informasi yang salah itu pun terbagi atas beberapa jenisnya. Berikut pembagian jenis-jenisnya:

(17)

17 Satire/Parodi

Satire atau Parodi merupakan informasi yang isinya memang untuk menipu atau menyinggung seseorang atau suatu peristiwa. Informasi atau berita satire biasanya tidak bertujuan membuat kekacauan. Hanya saja, berita satire lebih untuk bercandaan.

Konten yang Menyesatkan

Penggunaan informasi yang sesat untuk membingkai sebuah isu atau individu. Konten yang menyesatkan berpotensi mengaburkan fakta sebenarnya dari informasi atau peristiwa yang sebenarnya.

Konten Tiruan

Informasi ini memiliki konten tiruan dari sumber aslinya. Artinya, di dalam informasi dibuat seolah-olah berasal dari seseorang atau lembaga asli namun palsu. Informasi dengan konten tiruan ini biasanya sangat cepat dipercayai seseorang yang kiranya tidak teliti menelisik sumber informasinya.

Konten Palsu

Informasi dengan konten baru yang 100 persen salah dan didesain untuk menipu serta merugikan. Konten dalam informasi ini dibuat seutuhnya oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.

(18)

18 Hubungan antar elemen dalam informasinya tidak terkoneksi dan tidak sesuai dengan klaim dalam informasinya. Artinya, judul, gambar, atau keterangannya tidak mendukung konten di dalam informasi tersebut. Konten yang Salah

Informasi dengan konten yang salah merupakan konten dalam informasi tersebut tidak memiliki kesamaan konteks dengan konten aslinya. Hal itu membuat fakta dalam informasi tersebut menjadi salah.

Konten yang Dimanipulasi

Informasi dengan konten yang dimanipulasi artinya ada modifikasi dari konten aslinya sehingga informasinya dapat menipu. Biasanya, konten yang dimanipulasi ini berupa gambar atau foto yang telah diedit sedemikian rupa dari gambar atau foto aslinya sehingga memunculkan pemaknaan baru yang menyimpang.

(19)

19 Bab III

Kebenaran Semu dan Politik

Merebaknya hoaks dan disinformasi di masyarakat memunculkan suatu fenomena sosial yang tidak bisa ditampik, yakni setiap orang berlomba mengklaim diri mereka sebagai sosok yang paling benar dibandingkan orang lain. Sehingga, fakta atau kebenaran akan sesuatu hal menjadi terdistorsi.

Kondisi itu menyebabkan sulitnya untuk membedakan mana fakta dan mana opini. Semuanya tercampur aduk. Kondisi itu menunjukkan bahwa masyarakat dunia kini sudah masuk dalam suatu zaman kebenaran semu atau post-truth era.

Apa itu Post-Truth Era?

Post-Truth Era atau kini sudah diistilahkan sebagai zaman kebenaran semu merupakan kondisi di mana kebenaran menjadi semu. Orang tidak lagi mempercayai informasi berdasarkan faktanya, melainkan siapa yang mengatakannya. Bila yang mengatakannya memiliki kedekatan emosional maka apapun yang dikatakannya adalah fakta dan begitu sebaliknya.

Para era ini, dalam menerima informasi, seseorang lebih mengedepankan sisi emosionalnya dan tidak menggunakan rasionalitasnya. Fenomena ini tentunya membuat informasi menjadi sulit diterka, mana yang fakta dan mana opini.

(20)

20 Di ranah politik, sudah lumrah kiranya masyarakat mengetahui bahwa seorang politikus pastinya sering menggunakan kebohongan untuk menipu rakyat. Namun, kebohongan yang terjadi di era kebenaran semu ini berbeda. Sebab, kebohongan yang dinarasikan dan dipercaya itu muncul di tengah-tengah masyarakat yang sudah mudah mengakses informasi. Akhirnya, garis antara kebenaran dan kebohongan pun menjadi sangat tipis.

Hubungan Post-Truth Dengan Hoaks dan Disinformasi

Kebenaran yang dimanipulasi itu kemudian akan berbentuk hoaks dan/atau disinformasi. Dengan menggunakan kedua jenis informasi keliru itu, seseorang dapat menjatuhkan lawan politiknya. Apalagi, bagi sosok berpengaruh, apapun yang diucapkannya dapat menjadi fakta karena pengikutnya merasakan kedekatan emosional kepadanya.

Dasar emosional dalam menelan informasi itu kiranya membuat masyarakat terdikotomi. Ketika orang lain tidak sepakat dengan informasi yang disampaikan seolah-olah orang tersebut adalah musuh. Hal ini tentunya membuat tatanan sosial masyarakat menjadi terganggu berpotensi memecah belah persatuan bangsa.

Penggunaan informasi keliru sebagai alat untuk mempengaruhi orang lain kini mulai dapat ditemui dalam di dunia perpolitikan di Indonesia, khususnya saat

(21)

21 kontestasi politik. Tentunya, penggunaan hoaks dan disinformasi dalam politik tidak dibenarkan. Namun, tren penggunaan hoaks dan disinformasi untuk mengecoh dan menipu rakyat masih tinggi.

Mengacu kepada hasil riset MAFINDO yang dilakukan dari bulan Juli 2018 hingga September 2018, ditemukan sebanyak 72 hoaks, 154 disinformasi, dan 4 jenis informasi yang sudah dicek faktanya oleh Komite Cek Fakta MAFINDO.

Dari jumlah itu, tercatat konten politik masih menduduki peringkat pertama dengan jumlah 135 konten. Disusul kemudian oleh isu agama (17 konten), penipuan (17 konten), dan kesehatan (12 konten). Hal itu menunjukkan bahwa isu politik masih menjadi bahan dari konten informasi yang keliru.

Adapun, bentuk yang digunakan untuk menyebarkan hoaks dan disinformasi paling tinggi ialah foto disertai narasi dengan jumlah 116 konten. Disusul dengan bentuk narasi saja (62 konten), video dengan narasi (34 konten), dan bentuk gambar saja (10 konten).

Sedangkan, platform yang digunakan untuk menyebarkan informasi keliru paling banyak ialah media sosial Facebook, yakni sebanyak 110 konten yang tersebar. Di posisi kedua ialah platform Twitter (28 konten), media pesan Whatsapp (27 konten), dan Youtube (18 konten). Data itu menunjukkan bahwa media sosial menjadi wadah yang kerap disasar produsen dan penyebar informasi palsu.

(22)

22 Konten-konten informasi palsu itu kiranya akan menjadi peranti bagi oknum-oknum tertentu untuk dapat memperdaya masyarakat jelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2019. Media sosial diprediksi akan menjadi dibanjiri oleh berbagai informasi dengan kebenaran yang terdistorsi.

Lawan Kebenaran Semu dengan Fact Checking Satu-satunya cara untuk melawan tersebarnya kebenaran semu di masyarakat ialah dengan melakukan fact checking atau inisiatif cek fakta. Dengan melakukannya, informasi yang terdistorsi dapat tampak lebih jelas, mana fakta dan mana yang merupakan hoaks atau disinformasi. Untuk itulah, inisiatif cek fakta ini perlu digalangkan di masyarakat agar tidak mudah tertipu daya dengan derasnya informasi di berbagai lini digital, khususnya media sosial. Selain itu, inisiatif cek fakta pun membuka pemahaman seseorang saat menerima suatu informasi. Tak peduli dari mana asal informasinya, dengan inisiatif cek fakta, kebenaran suatu informasi dapat diketahui. Dengan begitu, masyarakat pun akhirnya menumbuhkan vaksin informasi dalam dirinya sehingga tidak terjebak hoaks dan/atau disinformasi yang menyesatkan.

(23)

23 Bab IV

Strategi Melawan Hoaks dan Disinformasi Seperti yang sudah dibahas pada bab sebelumnya, hoaks dan disinformasi memiliki dampak negatif yang cukup besar kepada masyarakat. Untuk itu, perlu perlawanan secara konsisten agar hoaks dan disinformasi itu tidak dikonsumsi oleh masyarakat dan menjadi kebenaran semu yang dipercaya secara berjamaah.

Ada beberapa strategi yang bisa dilakukan untuk melawan hoaks dan disinformasi. Strategi itu antara lain melakukan inisiatif cek fakta atau fact checking, bergabung bersama forum anti hoaks di media sosial, dan ikut serta dalam kegiatan-kegiatan anti hoaks yang digalangkan oleh MAFINDO.

Inisiatif Cek Fakta

Melakukan inisiatif cek fakta atau fact checking pada dasarnya adalah langkah utama untuk melawan persebaran hoaks dan disinformasi. Melakukannya bukanlah perkara sulit. Cukup membiasakan diri untuk mengkritisi suatu informasi yang diterima dan mencari informasi pembandingnya agar dapat diketahui fakta sebenarnya.

Selain itu, dengan melakukan inisiatif cek fakta, secara tak langsung dapat melatih diri untuk secara otomatis mengeliminasi informasi dari sumber yang tidak jelas.

(24)

24 Terbiasa melakukannya maka sama halnya menyuntikkan diri dengan vaksin anti hoaks dan disinformasi.

Ada beberapa sumber yang bisa diacu untuk mengecek kebenaran suatu informasi. Sumber pertama ialah

http://turnbackhoax.id/. Di laman database cek fakta besutan Tim Komite Cek Fakta MAFINDO itu berisikan ulasan-ulasan dan hasil cek fakta dari berbagai informasi yang tersebar di berbagai media sosial.

Sumber kedua yang bisa diakses untuk mengecek suatu informasi ialah http://cekfakta.com/. Laman daring hasil kolaborasi MAFINDO dengan 22 media daring yang tergabung dalam Aliansi Media Siber Indonesia (AMSI) itu terdapat pembahasan-pembahasan hoaks dan disinformasi yang pernah dan telah tersebar di masyarakat.

Dan, sumber ketiga yang bisa digunakan ialah aplikasi Hoax Buster Tools (HBT). Aplikasi itu akan membantu siapapun yang menggunakannya untuk mengecek fakta dari suatu informasi. Sebab, aplikasi itu tersambung dengan database cek fakta yang sudah dibuat oleh MAFINDO.

Bergabung Dengan Forum Anti Hoaks

Di beberapa platform media sosial sebenarnya sudah ada beberapa forum-forum yang kerap membahas dan membongkar hoaks dan disinformasi. Forum-forum itu cukup rajin mengedukasi warganet agar dapat memilah

(25)

25 dan mengkritisi suatu informasi sebelum mempercayai isi kontennya.

Setidaknya, ada empat forum anti hoaks cukup rajin dan rutin membahas serta membongkar hoaks dan disinformasi. Berikut beberapa forum tersebut:

1. Forum Anti Fitnah, Hasut, dan Hoax (FAFHH)

Grup ini beralamat di

https://www.facebook.com/groups/fafhh/. Grup FAFHH bersifat crowdsourcing. Artinya, member bisa membuat topik klarifikasi/bantahan terhadap hoaks/fitnah/hasut yang beredar, atau member bisa mencari klarifikasi tentang sebuah berita yang diragukan, dan member lain yang akan mencarikan jawabannya.

Di grup ini, admin hanya bertugas untuk mengatur supaya diskusi berjalan lancar, tidak ada yang saling serang ad hominem. Ada kalanya admin turut berkontribusi mencarikan jawaban.

Grup ini telah berdiri sejak September 2015. Kini (perbulan September 2018), grup FAFHH sudah memiliki 58.508 member.

2. Indonesian Hoax Buster

Indonesia Hoax Buster (IHB) memiliki dua laman, yakni laman grup dan fanpage. Kedua lamannya amat aktif dalam melakukan pembongkaran hoaks

(26)

26 dan fitnah yang menyebar di masyarakat melalui media sosial. Grupnya memiliki 4.793 member sedangkan fanpage-nya sudah memiliki follower sebanyak 10.473 warganet. Berikut laman grup dan fanpage IHB:

Grup: https://www.facebook.com/groups/IndoHoaxBust er/ Fanpage: https://www.facebook.com/IndoHoaxBuster 3. Indonesian Hoaxes

Grup dan fanpage Indonesian Hoaxes dikelola oleh beberapa relawan media sosial yang berkala membuat postingan yang berisi artikel yang membantah fitnah dan hoaks yang beredar di masyarakat. Saat ini ada sekitar 55.156 anggota grup dan 214.527 mengikuti fanpage Indonesian Hoaxes. Berikut alamat grup dan fanpage Indonesian Hoaxes: Grup: https://www.facebook.com/groups/IndonesianHo axesCommunity/ Fanpage: https://www.facebook.com/TurnBackHoax/?ref= br_rs

(27)

27 4. Sekoci

Sekoci merupakan komunitas anti hoaks yang cukup rutin berdiskusi membahas hoaks dan membuat publikasi bantahannya. Komunitas ini memiliki tiga laman yang digunakan untuk dialog dengan warganet untuk membahas hoaks dan ruang lingkupnya, yakni grup, Fanpage, dan laman daring. Kini, grupnya sudah memiliki 6.784 anggota dan Fanpage-nya memiliki 13.559 pengikut. Berikut alamat grup, Fanpage, dan laman daring Sekoci:

Grup: https://www.facebook.com/groups/icokes/

Fanpage:

https://www.facebook.com/sekoci.indo/

Laman Daring: https://www.hoaxes.id/

Ikut Serta Dalam Kegiatan-Kegiatan Anti Hoaks MAFINDO

Hoaks dan disinformasi memang banyak tersebar di dunia maya. Namun, perjuangan untuk melawan hoaks dan disinformasi tentu tidak terpaku dengan perjuangan di dunia maya semata. Perlu perlawanan secara langsung melalui berbagai kegiatan-kegiatan yang bersentuhan langsung dengan masyarakat. Kegiatan-kegiatan itu seperti kegiatan edukasi dan kampanye anti hoaks, Training of Trainer (ToT), dan Sarasehan.

Kegiatan edukasi dan pada dasarnya merupakan kegiatan pendidikan kepada masyarakat tentang hoaks dan

(28)

28 edukasi. Melalui kegiatan ini, masyarakat dapat mengetahui berbagai hal tentang hoaks dan disinformasi. Mulai dari definisi hoaks dan disinformasi hingga dampak negatif dari persebaran informasi keliru tersebut.

Training of Trainer (ToT) merupakan kegiatan program pelatihan untuk melahirkan trainer-trainer yang nantinya mampu memberikan pelatihan cek fakta kepada masyarakat. Melalui pelaksanaan program ini maka masyarakat dapat melakukan inisiatif cek fakta sendiri. Kegiatan Sarasehan ialah kegiatan diskusi dan komunikasi dengan para stakeholder negara. Tujuan dari kegiatan ini ialah untuk mengajak para pemangku kepentingan dan masyarakat bersatu padu dan berkomitmen untuk melawan persebaran hoaks dan disinformasi. Dengan begitu, perseberan hoaks dan disinformasi dapat dikurangi dan bahkan bisa dihentikan.

(29)

29 Bab V

Teknik Fact Checking atau Cek Fakta

Fact checking atau cek fakta merupakan kegiatan mencari fakta dari suatu informasi. Dengan melakukannya, hoaks atau disinformasi dapat diketahui faktanya. Adapun, untuk melakukan cek fakta perlu menerapkan beberapa teknik utama. Berikut paparan teknik melakukan cek fakta:

• Detail, Detail, dan Detail!

Melakukan cek fakta membutuhkan tingkat detil yang tinggi sejak awal ketika akan memulai, karena harus dicari “titik masuk” atau kelemahan dari materi sumber hoaks dan disinformasi. Ini bagian yang paling melelahkan. Bahan informasi yang hendak diperiksa harus dilihat secara menyeluruh. Segala elemennya harus diperhatikan dengan seksama. Jika sudah ditemukan, di situlah awal kerja dimulai.

• Temukan Sumber Referensi untuk Bantahan Tidak sekedar sumber referensi tetapi harus sumber referensi yang valid. Jangan sampai hasil cek fakta bisa dibantah kembali karena sumbernya tidak kredibel. Gunakan sumber-sumber yang valid seperti media kredibel, klarifikasi dari

(30)

30 sumber pertama, klarifikasi dari pihak otoritas, atau dari pihak-pihak otoritatif lainnya.

• Amankan Bukti

Saat melakukan cek fakta, salah satu hal yang jangan sampai lupa ialah mengamankan barang bukti. Sumber hoaks atau disinformasi yang tengah dicek harus didokumentasikan terlebih dahulu. Hal itu harus dilakukan untuk berjaga-jaga dari kemungkinan materi sumber hoaks atau disinformasi dihilangkan, misalnya postingan dihapus atau akun yang menyebarkannya sudah dinonaktifkan.

Tipikal bukti yang perlu diamankan adalah tangkapan layar (screenshot). Jika post menggunakan video, maka video tersebut harus diunduh juga untuk membedakan versi asli dari sumber bantahan dengan versi yang digunakan oleh materi sumber, karena biasanya sudah disunting.

• Susun Post Bantahan

Setelah menemukan faktanya, hal selanjutnya yang harus dilakukan ialah menyusun atau menuliskan post bantahan. Sekali lagi, saat menyusun post bantahan harus detail.

(31)

31 Jangan sampai post bantahan ternyata dibantah atau diserang kembali oleh sumber (pembuat hoaks atau disinformasi) karena ada kekurangan dan atau ada celah untuk disebut tidak valid.

Sertakan kesimpulan singkat di awal post untuk mereka yang malas membaca dan agar post lebih mudah dipahami.

• Rendahkan Ego

Jika ternyata memang setelah usaha maksimal masih ada kekurangan juga, rendahkan ego dari mereka yang berniat membantu untuk mengoreksi karena tidak semua yang kelihatannya menyerang post hasil cek fakta memang benar berniat merendahkan hasil kerja fact checker atau pengecek fakta.

Cek latar belakang akun yang memberikan kritik, motif atau kesungguhan niat akan terlihat dari hal-hal yang dibagikan di akun pihak yang ingin mengajukan koreksi.

• There are No Silver Bullets

Tidak ada peluru perak seperti di film, tinggal “dor” lalu serigala jadi-jadian langsung kalah. Debunking dan fact checking adalah seni. Tidak ada panduan dan atau cara tetap yang pasti untuk melakukan karena variasi kasus per kasus yang

(32)

32 ditemukan dan teknik yang harus terus dikembangkan.

Tools yang Bisa Digunakan Untuk Melakukan Fact Checking Atau Cek Fakta

Untuk melakukan fact checking atau cek fakta terhadap informasi yang disebarkan di internet dapat dilakukan dengan menggunakan peranti atau tools digital. Ada banyak sekali tools yang bisa digunakan. Berikut merupakan beberapa tools digital yang bisa digunakan untuk melakukan cek fakta:

• Google Search (https://www.google.com/), digunakan untuk mencari (search engine).

• Google Image Search

(http://images.google.com/), pencarian menggunakan gambar (image). Alternatifnya bisa menggunakan TinEye (http://tineye.com/).

• Google Maps (https://www.google.com/maps),

Google Street View

(https://www.google.com/streetview/), dan Google Earth (http://earth.google.com/) untuk verifikasi lokasi.

• Twitter Advanced Search

(https://twitter.com/search-advanced), digunakan untuk mencari cuitan (tweet). Pencarian itu bisa menggunakan filter pencarian yang ada sehingga dapat dilacak sumbernya secara spesifik.

(33)

33 Bab VI

Strategi Diseminasi Hasil Cek Fakta

Setelah mampu melakukan debunking atau cek fakta, langkah selanjutnya ialah menyebarkan hasil dari cek fakta tersebut.

Setidaknya ada dua strategi yang bisa dilakukan dalam melakukan diseminasi hasil cek fakta sebagai counter akan hoaks dan disinformasi yang tersebar di masyarakat. Kedua strategi tersebut ialah secara daring atau online dan luring atau offline.

Strategi Daring

Strategi daring untuk menyebarkan hasil cek fakta ada dua, yakni melalui media sosial dan media pesan. Langkah membagikan hasil cek fakta di media sosial cukup mudah.

Ketika sudah melakukan hasil cek fakta, postinglah di media sosial, baik itu Facebook, Twitter, Instagram, atau media sosial lainnya. Untuk kefektifitasannya, disarankan untuk memposting utama di media sosial Facebook. Sebab, hoaks dan disinformasi cukup banyak tersebar di Facebook. Berdasarkan hasil riset MAFINDO dari bulan Juli hingga September 2018, Facebook merupakan platform media sosial yang menjadi sarang atau tempat tersebarnya hoaks dan disinformasi. Total ada 110 hoaks dan disinformasi yang bersumber dari media sosial

(34)

34 tersebut. Oleh karena itulah, hasil cek fakta harus disebarkan pula di Facebook secara masif.

Strategi pertama untuk menyebarkan hasil cek fakta adalah di akun pribadi. Dalam akun pribadi, seseorang jangkauan yang dicapai dari hasil cek fakta akan sangat personal. Artinya, hubungan pertemanan dalam akun pribadi akan membuat hasil cek fakta itu cepat tersampaikan.

Strategi kedua ialah menyebarkan di berbagai grup atau fanpage yang ada di Facebook. Untuk strategi kedua ini capaian sebaran hasil cek fakta lebih besar cakupannya, meski tidak seintim dari akun pribadi.

Grup atau fanpage yang harus menjadi sasaran utama dibagikan hasil cek fakta ada beberapa kategori, yakni grup keluarga, perkumpulan alumni sekolah atau instansi pendidikan, dan grup komunitas (hobi, kesukuan, dan lain sebagainya).

Lalu, strategi diseminasi di media pesan (Whatsapp, Line, Telegram, BBM, dan lain sebagainya) perlu dilakukan lantaran platform tersebut kerap digunakan untuk menyebarkan hoaks dan disinformasi. Dampak yang dihasilkan lebih masif dan sulit untuk dilacak ketimbang media sosial. Oleh sebab itu, inflitrasi penyebaran hasil cek fakta harus digalakkan dalam platform tersebut. Untuk di media pesan, penyebaran hasil cek fakta untuk menangkal hoaks dan disinformasi harus difokuskan pada grup-grup media pesan. Sebab, grup-grup yang ada di

(35)

35 platform tersebut kerap muncul hoaks dan disinformasi, baik sengaja maupun tidak disengaja.

Biasanya, grup yang sering terdapat hoaks dan disinformasi ialah grup keluarga, perkumpulan alumni, dan komunitas. Untuk itulah, hasil cek fakta harus disebarkan di berbagai grup tersebut agar dapat melawan persebaran hoaks dan disinformasi di lini media pesan. Strategi Luring

Untuk strategi secara luring, hal yang bisa dilakukan tidak hanya berupa penyebaran hasil cek fakta semata, melainkan juga edukasi kepada masyarakat secara langsung.

Hal pertama yang bisa dilakukan ialah melakukan kampanye publik dan edukasi kepada masyarakat. Adapun, sasaran utama untuk kampanye publik ialah ruang publik yang mudah diakses atau tempat berkegiatan mayoritas masyarakat.

Sedangkan, untuk kegiatan edukasi, bisa langsung

menyasar sekolah, kampus, hingga

lembaga/instansi/organisasi tertentu. Untuk melakukan serangkaian kegiatan edukasi anti hoaks dan disinformasi, bisa dilakukan sendiri ataupun bekerjasama dengan pihak-pihak terkait.

Strategi kedua untuk melawan hoaks ialah dengan menjadi narasumber setiap ada permintaan wawancara

(36)

36 dari media, baik itu untuk keperluan berita maupun untuk acara-acara yang diselenggarakan oleh media tersebut. Ketiga, mengadakan diskusi rutin dengan masyarakat tentang bahaya hoaks dan disinformasi. Dengan begitu, masyarakat bisa diberitahukan tentang hasil cek fakta yang telah dilakukan dan mengetahui alasan utama untuk melawan persebaran hoaks dan disinformasi.

Keempat, melaporkan akun-akun yang terindikasi penyebar hoaks di media sosial dengan menyertakan bukti berupa hasil cek fakta dan tangkapan layar dari narasi hoaks dan disinformasi yang telah tersebar.

Dan kelima, mengajak masyarakat untuk memperkaya diri dengan keterampilan melakukan inisiatif cek fakta. Untuk itulah, kegiatan semacam ToT sangat penting dilakukan secara rutin dan berkala kepada masyarakat agar semakin banyak orang yang mampu melakukan cek fakta untuk melawan hoaks dan disinformasi.

(37)

37 Referensi https://www.batan.go.id/prod_hukum/extern/uu-ite-11-2008.pdf http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/814.pdf https://firstdraftnews.org/fake-news-complicated/ https://firstdraftnews.org/wp-content/uploads/2017/05/7-types-of-mis-and-disinformation-A5-1.pdf?x99899 https://indonesiana.tempo.co/read/107184/2017/01/24/de sibelkoe/era-post-truth-kebenaran-jadi-komoditas https://indonesiana.tempo.co/read/119508/2017/11/20/w ahyu_komang/peran-media-digital-di-era-hoaks-dan-disinformasi https://www.slideshare.net/IsmailFahmi3/memerangi-hoax-melalui-situs-kolaborasi-cross-check https://web.kominfo.go.id/sites/default/files/users/4761/ UU%2019%20Tahun%202016.pdf

(38)

38 Lampiran 1:

Tutorial Penggunaan HBT (Hoax Buster Tools)

(1) Buka “Google Play” dan Cari “Hoax Buster Tools (HBT)” Buatan MAFINDO dan Install

(39)

39 2) Buka HBT dan Pilih Menu (Pojok Kiri Atas)

(40)

40 3) Pilih Hal yang Mau Dilakukan

(41)

41 4) Melapor Hoaks

• Pilih Menu Lapor Hoax • Buka Tools Lapor Hoax • Isi Form Pelaporan

• Sertakan Tangkapan Layar Informasi yang Disinyalir Sebagai Hoaks/Disinformasi

• Klik Pernyataan “Saya Bukan Robot” • Klik Tombol Send

(42)
(43)
(44)
(45)
(46)

46 5) Pencarian Hasil Cek Fakta

• Pilih Menu Alat Pencarian • Pilih Pencarian Hoax

• Ketik Hal yang Hendak Dicari Dalam Kolom Pencarian

• Klik Enter/Gambar Logo “Kaca Pembesar” • Pilih Hasil Cek Fakta yang Diinginkan

• Bila Ingin Membagikan, Klik Logo 3 Titik Di Pojok Kanan Atas

(47)
(48)
(49)
(50)

Referensi

Dokumen terkait

Hal tersebut data dibuktikan dengan pertimbangan Hakim yang menyarakan “bahwa dengan pertimbangan kaidah hukum dan bukti-bukti yang relevan tersebut diatas dapat ditarik

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, peneliti mengajukan saran: 1) Bagi penyandang disabilitas fisik untuk melakukan relasi interpersonal guna meningkatkan dukungan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas, penulis akhirnya menarik kesimpulan dari penelitian mengenai gaya hidup pada konten YouTube Tasya Farasya

Tidak akan berkolusi dengan pihak lain baik sesama penyedia barang dan jasa maupun pejabat yang terlibat dalam pengadaan barang dan jasa serta pemantau independen yang dapat

Kekuatan rekat cat tutup kering kulit samak nabati hasil penelitian adalah N4 kulit samak nabatidengan minyak 4% mempunyai nilai 350, sedangkan hasil uji kekuatan rekat

“ Koefisien variabel minat perilaku R menggunakan teknologi sebesar 0,251 yang menunjukkan arah positif dan memiliki B nilai signifikansi sebesar 0,039 lebih kecil dari 0,05

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa jenis tumbuhan paku yang ditemukan di Kelurahan Baringin Kecamatan Lubuk Kilangan adalah 17