• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Teknik Elektro ISSN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal Teknik Elektro ISSN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

25

STUDI ANALISIS PERBANDINGAN RUGI DAYA PADA TITIK SAMBUNG

PIERCHING CONNECTOR DENGAN LINE TAP CONNECTOR

PADA JARINGAN TEGANGAN RENDAH 220 V

DI PT. PLN (PERSERO) RAYON LAMONGAN

Ulul Ilmi *), Arief Budi Laksono*) Ahmad Syaifuddin F

1) Program Studi Teknik Elektro Universitas Islam Lamongan 2)

Dosen Fakultas Teknik Prodi Teknik Elektro Universitas Islam Lamongan email : adioferdian@gmail.com

ABSTRAK

Pada sistem distribusi dibedakan atas jaringan distribusi primer dan sekunder. Jaringan distribusi primer adalah jaringan dari trafo gardu induk (GI) ke gardu distribusi, sedangkan distribusi sekunder adalah jaringan saluran dari trafo gardu ditribusi hingga konsumen atau beban. Jaringan distribusi primer lebih dikenal dengan jaringan tegangan menengah (JTM 20kV) sedangkan distribusi sekunder adalah jaringan tegangan rendah (JTR 220/380V). Jaringan distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik yang terdekat dengan pelanggan atau beban dibanding dengan jaringan transmisi.

Pada saat ini PT. PLN (Persero) mengalami rugi daya yang terjadi pada titik sambung jaringan tegangan rendah (JTR) pada penggunaan pierching connector. Penelitian ini adalah menganalisa perhitungan rugi daya pada jaringan tegangan rendah (JTR) dengan melakukan perbandingan pengukuran antara input dengan output pada titik sambung pierching connector dengan line tap

connector. Dengan adanya kondisi tersebut diperlukan evaluasi dan analisa untuk perencanaan

kembali yang memperhatikan kriteria-kriteria perencanaan seperti jatuh tegangan dan memperhitungkan rugi daya demi kelangsungan pelayanan listrik sehingga muncul optimasi pada jaringan yang dipakai.

Kata Kunci : sistem distribusi, JTR, connector, pengukuran, dan rugi daya PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tenaga listrik disalurkan ke masyarakat melalui jaringan distribusi. Oleh sebab itu jaringan distribusi merupakan bagian jaringan listrik yang paling dekat dengan masyarakat. Jaringan distribusi dikelompokkan menjadi dua, yaitu jaringan distribusi primer dan jaringan distribusi sekunder. Tegangan distribusi primer yang dipakai PLN adalah 20 kV. Tegangan pada jaringan distribusi primer, diturunkan oleh gardu distribusi menjadi jaringan distribusi sekunder atau tegangan rendah yang besarnya adalah 380/220 V, dan disalurkan kembali melalui jaringan tegangan rendah kepada konsumen.

Rugi daya adalah suatu kondisi atau keadaan dimana jumlah daya yang disalurkan tidak sama dengan daya yang diterima pada sisi penerimaan. Terjadinya rugi-rugi daya ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti jauhnya daerah penyaluran tenaga listrik dari sumber/suplai, voltage drop, Ketidakseimba- ngan beban, umur peralatan, diameter penghantar dan lain-lain.

Rugi daya menyeluruh tetapi hanya bisa diminimalkan (di reduksi). Loss situation di dalam jaringan distribusi tenaga listrik adalah suatu kondisi atau keadaan dimana suatu sistem distribusi di dalam pendistribusian tenaga listriknya mengalami rugi daya yang tinggi.

1.1 Rumusan Masalah

Dengan bertitikan tolak pada latar belakang permasalahan tersebut diatas, maka penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut:

a) Berapa hasil perbandingan pengukuran nilai input dan output pierching connector dengan line tap connector?

b) Berapa hasil perhitungan rugi energi daya listrik dalam satuan rupiah pada pierching

connector?

c) Mengapa pemasangan pierching connector pada jaringan tegangan rendah nilai input

dan output nya menghasilkan nilai

tegangan yang tidak sama? 1.2 Tujuan Penelitian

(2)

26 Berdasarkan perumusan masalah

tersebut di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

a) Untuk mengetahui hasil perbandingan pengukuran nilai input dan output pada

pierching connector dengan line tap connector.

b) Untuk mengetahui hasil perhitungan rugi energi daya listrik dalam satuan rupiah pada titik sambung pierching connector. c) Untuk mengetahui mengapa pemasangan

pierching connector nilai tegangan yang

dihasilkan input dan output nya tidak sama. 1.3 Batasan Masalah

Untuk dapat mencapai kesempurnaan dalam penulisan ini haruslah melewati berbagai macam penelitian dan pengujian-pengujian. Tetapi pada proses penelitian itu tentulah banyak sekali parameter-parameter yang akan didapat sehingga masalah tersebut akan sangat luas bahasannya jika tidak dibatasi. Oleh karena itulah maka pada penulisan ini batasan masalahnya sekitar melakukan analisis perbandingan pierching

connector dengan line tap connector terhadap

mutu tegangan pelayanan. I. Landasan Teori

2.1 Distribusi Tenaga Listrik

Sistem penyaluran tenaga listrik dari pembangkit tenaga listrik ke konsumen (beban). Mengingat penyaluran tenaga listrik ini, prosesnya melalui beberapa tahap, yaitu dari pembangkit tenaga listrik penghasil energi listrik, disalurkan ke jaringan transmisi (SUTET) langsung ke gardu induk. Dari gardu induk tenaga listrik disalurkan ke jaringan distribusi primer (SUTM), dan melalui gardu distribusi langsung ke jaringan distribusi sekunder (SUTR), tenaga listrik dialirkan ke konsumen.

2.2 Bagian-Bagian Sistem Distribusi Tenaga Listrik

Sistem distribusi tenaga listrik terdiri atas tiga bagian utama yaitu sistem pembangkitan, sistem transmisi dan sistem distribusi. Dari ketiga sistem tersebut, sistem distribusi merupakan bagian yang letaknya paling dekat dengan konsumen, fungsinya

adalah menyalurkan energi listrik dari suatu Gardu Induk distribusi ke konsumen.

Gambar 1. Sistem Distribusi Tenaga Listrik Adapun bagian-bagian dari sistem distribusi tenaga listrik adalah:

1. Gardu induk atau pusat pembangkit tenaga listrik

2. Jaringan distribusi Primer (JTM)

3. Transformator distribusi atau gardu pembagi

4. Jaringan distribusi Sekunder (JTR) 2.3 Jaringan Distribusi Tegangan Rendah

Jaringan distribusi tegangan rendah adalah bagian hilir dari suatu sistem tenaga listrik yang terletak pada sisi sekunder trafo distribusi, yaitu antara titik sekunder dengan titik cabang menuju beban. Distribusi jaringan tegangan rendah dapat dibedakan berdasarkan atas material dan cara pemasangannya, berikut penjelasannya:

1. Saluran udara tegangan rendah (SUTR) berupa jaringan yang dipasang di udara, menggunakan penghantar / kawat yang direntangkan di tiang dan diikat pada isolator.

2. Saluran kabel udara tegangan rendah (SKUTR) berupa jaringan yang dipasang di udara menggunakan kabel berisolasi dipilin, direntang dan digantung pada tiang. 3. Saluran kabel tegangan rendah (SKTR)

berupa jaringan yang dipasang di dalam tanah.

2.4 Operasi Sistem Distribusi

Pengertian dari Operasi Sistem Distribusi adalah segala kegiatan yang mencakup pengaturan, pembagian, pemindahan, dan penyaluran tenaga listrik dari pusat pembangkit kepada konsumen dengan efektif serta menjamin kelangsungan penyaluran/pelayanannya. Sebagai tolak ukur pada kegiatan operasi terdapat beberapa parameter, yaitu:

(3)

27 1. Mutu listrik

2. Keamanan dan keselamatan 3. Biaya pengoperasian 4. Kepuasan pelanggan

2.5 Jatuh Tegangan Distribusi

Jatuh tegangan merupakan besarnya tegangan yang hilang pada suatu penghantar. Jatuh tegangan pada saluran tenaga listrik secara umum berbanding lurus dengan panjang saluran dan beban serta berbanding terbalik dengan luas penampang penghantar. Besarnya jatuh tegangan dinyatakan baik dalam persen atau dalam besaran Volt. Besarnya batas atas dan bawah ditentukan oleh kebijaksanaan perusahaan kelistrikan.

Gambar 2. Toleransi Tegangan Pelayanan Yang di Izinkan

2.6 Penyebab Jatuh Tegangan

Besar kecilnya jatuh

tegangan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :

1. Tahanan saluran 2. Arus saluran 3. Faktor daya (Cos φ) 4. Panjang saluran

5. Titik sambung (Connector)

2.7 Perhitungan Daya Aktif Dalam Satuan

Watt

Setelah melakukan pengukuran titik sambung connector input dan output pada jaringan tegangan rendah (JTR), maka kita bisa memperhitungkan daya aktif dalam satuan

watt, yakni:

(1) Dimana:

P : Daya Aktif (Watt) V : Tegangan (Volt) I : Arus Beban (Ampere) cos φ : Faktor Daya

Setelah mendapatkan hasil perhitungan nilai input dan output dari perhitungan daya

aktif, jika terdapat jumlah nilai input dan

output yang tidak sama maka terjadilah jatuh

tegangan dan dari jatuh tegangan tersebut maka akan nampak keluaran nilai rugi daya, yakni:

Prugi = Pin – Pout (2)

2.8 Perhitungan Rugi Energi Daya Listrik Dalam Satuan Rupiah

Menurut Sarimun (2011, h. 26), dari perhitungan rugi daya dapat kita ketahui juga jumlah rugi energi daya listrik dalam satuan rupiah, dari sini lah PT. PLN (Persero) bisa mengetahui berapa rupiah kerugian yang terjadi akibat jatuh tegangan maupun lossis dalam penjualan energi listriknya, yakni:

(3)

Dimana :

W : Energi (Watt - hours) P : Daya aktif (Watt) t : Waktu (Hours)

Hasil perhitungan energi di atas, kita rubah hasil perhitungan yang sebelumnya dengan satuan Watt – hours (Wh) dengan kWh dengan cara membagi 1000 dengan hasil nilai energi tersebut. Setelah merubah nilai menjadi satuan kWh, dapat kita kalikan nilai tersebut dengan harga rupiah per 1 kWh nya, yang di jual berdasarkan standart harga tarif daya listrik (TDL) dari PT. PLN (Persero).

2.9 Connector

Connector adalah peralatan yang

digunakan untuk menghubungkan (meng-connect) penghantar dengan pudengan SR (Sambungan Rumah) dengan jenis ukuran

connector yakni 50/50 mm2, 70/70 mm2, dan

70/50 mm2.

1. Pierching Connector

Connector ini menggunakan sistem

mur-baut, terbuat dari bahan sejenis isolator, dapat di pasang dalam kondisi jaringan yang bertegangan dan tanpa mengupas isolasinya. Konduktansi terjadi karena pada connector ini terdapat gigi penerus arus. Sehingga gigi penerus arus ini harus tajam dan tegak untuk dapat menembus bagian isolasi kabel.

(4)

28 Gambar 3. Pierching Connector

2. Line Tap Connector/Joint Connector

Connector ini terbuat dari aluminium.

Pemasangan connector jenis ini, biasanya harus tanpa tegangan, karena diperlukan pengupasan isolasi kabel untuk membentuk konduktifitas. Konduktifitas yang dihasilkan

connector jenis ini lebih baik, karena luas

permukaan kontak lebih besar. Cara pemasangan untuk penekanan badan connector dengan menggunakan alat perkakas tekan (Desk Line Tap).

Gambar 4. Line Tap Connector II. Isi Makalah

3.1 Metode Penelitian

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

Waktu penelitian dimulai pada bulan Maret 2014 sampai dengan bulan Mei 2014. Penelitian ini dilaksanakan di PT. PLN (Persero) Rayon Lamongan. Untuk lokasi penelitian di Ds. Balun Kec. Turi Lamongan. 3.2 Jenis Penelitian

Metode kuantitatif adalah penelitian yang menggunakan metode ilmiah/scientifik karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit/empiris, obyektif, terukur, rasional, dan sistematis, disebut metode kuantitatif karena penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik. 3.3 Teknik Pengumpulan Data

1) Observasi (pengamatan) 2) Wawancara

3) Dokumentasi

3.4 Metode Pengumpulan Data 1) Data Primer

2) Data Sekunder

3.5 Metode Analisa Data

Untuk menganalsis data perhitungan rugi daya, maka penulis melakukan pengukuran pada titik sambung jaringan tegangan rendah (JTR) input dan output

connector, setelah itu data diolah oleh penulis

untuk mencapai tujuan penelitian penulis dengan cara menggunakan metode:

1) Perhitungan daya aktif dalam satuan watt, untuk mengetahui arus total input dan

output.

2) Perhitungan rugi daya, dengan cara mengurangi hasil input dengan output. 3) Perhitungan rugi energi daya listrik dalam

satuan rupiah, untuk mengetahui nilai rupiah kerugian daya.

3.6 Flowchart Perencanaan

3.2 Analisis Perencanaan Pengukuran

Pierching Connector dengan Line Tap Connector

Dalam melaksanakan program tugas akhir ini penulis menitik beratkan pada permasalahan perbandingan pengukuran

pierching connector dengan line tap connector

pada jaringan tegangan rendah (JTR). Penulis mengambil analisa ini di daerah Ds. Balun Kec. Turi Lamongan. Tanggal pelaksanaan 14 April 2014. Waktu 16.30 – 18.00 WIB.

(5)

29 Gambar 6. Single Line JTR T. 049 Ds.

Balun Kec. Turi Lamongan

Dari hasil survei lapangan di daerah tersebut, penulis menemukan titik sambung kabel line JTR yang menggunakan pierching

connector dengan line tap connector, maka

penulis melakukan pengukuran dan mengambil hasil analisis tersebut.

Pengukuran titik sambung jaringan tegangan rendah (JTR) dilakukan dengan cara mengukur nilai R-N, S-N dan T-N pada input dan output connector yang terpasang pada jaringan tegangan rendah (JTR).

Gambar 7. Jaringan Tegangan Rendah (JTR)

3.3 Hasil Pengukuran GTT PT. PLN (Persero) Rayon Lamongan Pada T. 49 Hasil pengukuran GTT T. 49 pada box panel : 1. Tegangan dan nilai Cos φ

R-N : 239,6 V Cos φ R : 0,9,3 S-N : 241,4 V Cos φ S : 0,9,0 T-N : 239,5 V Cos φ T : 0,9,3 2. Beban Line Dalam Satuan Ampere dan

nilai Cos φ R : 38,7 A Cos φ : 0,9 S : 27,1 A Cos φ : 0,9 T : 49,7 A Cos φ : 0,9 N : 18,4 A Cos φ : 0,9 3. Fasa-fasa R-S : 417 V R-T : 414 V S-T : 420 V

3.4 Hasil Pengukuran Pierching Connector dan Line Tap Connector

3.4.1 Pengukuran Pierching Connector

Analisa hasil pengukuran pierching

connector pada T. 49 D1:

Tabel 1

Pengukuran input dan output pada

pierching connector

Gambar 8. Hasil Pengukuran Pierching

Connector Input

Gambar 9. Hasil Pengukuran Pierching

Connector Output

3.4.2 Pengukuran Line Tap Connector Analisa hasil pengukuran line tap connector pada T. 49 D3 A1 :

Tabel 2

Pengukuran input dan output pada line tap

(6)

30 Gambar 10. Hasil Pengukuran Line Tap

Connector Input

Gambar 11. Hasil Pengukuran Line Tap

Connector Output

3.4.3 Hasil perhitungan Rugi Daya

1. Perhitungan daya aktif dalam satuan watt. (4)

2. Perhitungan rugi daya dalam satuan watt. Prugi = Pin – Pout (5) 1. T. 49 D1 (Pierching Connector) IN R-N : 235,8 x 38,7 x 0,9 = 8212,9 W S-N : 243,7 x 27,1 x 0,9 = 5943,8 W T-N : 235,7 x 49,7 x 0,9 = 10542,9 W + 24699,6 W OUT R-N : 233,8 x 38,7 x 0,9 = 8143,3 W S-N : 241,6 x 27,1 x 0,9 = 5892,6 W T-N : 235,4 x 49,7 x 0,9 = 10529,4 W + 24565,3 W Prugi = Pin – Pout = 24699,6 – 24565,3 = 134,3 W

Selisih Rugi Daya adalah 134,3 W 2. T. 49 D3 A1 (Line Tap Connector)

IN R-N : 236,6 x 38,7 x 0,9 = 8240,8 W S-N : 240,7 x 27,1 x 0,9 = 5870,7 W T-N : 233,1 x 49,7 x 0,9 = 10426,6 W + 24538,1 W OUT R-N : 236,6 x 38,7 x 0,9 = 8240,8 W S-N : 240,7 x 27,1 x 0,9 = 5870,7 W T-N : 233,1 x 49,7 x 0,9 = 10426,6 W + 24538,1 W Prugi = Pin – Pout = 24538,1 – 24538,1 = 0 W

Selisih Rugi Daya adalah 0 W

Dari hasil analisa perhitungan rugi daya, terdapat hasil perhitungan antara input dan

output pada tititk sambung pierching

connector dan line tap connector:

T. 49 D1 (Pierching Connector) : 134,3 W

T. 49 D3 A1 (Line Tap Connector) : 0 W 3.5 Hasil Perhitungan Rugi Energi Daya

Listrik Dalam Satuan Rupiah

Dari hasil perhitungan rugi daya dari sub bab 4.2.3.1, penulis mendapatkan hasil analisa rugi daya yang terjadi pada titik sambung pierching connector, maka dapat diketahui juga nilai nominal rugi energi daya listrik dalam hitungan satuan rupiah, berdasarkan tarif daya listrik (TDL) 2014 per kWh nya adalah Rp. 650,-:

(6) T. 49 D1 (Pierching Connector)

Selisih Rugi Daya : 134,3 W

Waktu : 24 Jam W = P x t x 30 Hari = 134,3 x 24 x 30 = 96696 Wh E = = 96,696 kWh Rp = 96,696 x 650 = 62.852,-

(7)

31 Jadi Rugi Energi Daya Listrik dalam

satu bulan adalah Rp. 62.852,- Jika terjadi dalam satu tahun dalam hitungan waktu 24 jam adalah: 62.852 x 12 Bulan = 754.224,- 3.6 Penyebab Rugi Daya Pada Penggunaan

Pierching Connector

Penyebab dari rugi daya pada pierching

connector tersebut yaitu:

1. Dari segi pemasangan pierching connector yang tidak benar.

2. Pengencangan pada baut connector yang kurang kencang.

3. Peralatan pierching connector yang tidak standar PUIL PLN.

4. Kondisi pierching connector yang telah usang sehingga terjadi lost kontak di sambungan.

3.7 Upaya PT. PLN (Persero) Untuk Menekan Terjadinya Rugi Daya

Dari permasalahan diatas dan hasil wawancara penulis, bahwa untuk menekan terjadinya rugi daya pada pemasangan titik sambung pierching connector, PT. PLN (Persero) berupaya melakukan rekonektorisasi yaitu pergantian connector, dari connector sistem pierching connector diganti dengan line

tap connector atau connector dengan sistem press. Manfaat dari rekonektorisasi adalah:

1. Menurunkan lossis atau penyusutan arus listrik untuk beberapa waktu.

2. Balanced beban listrik atau penyeimbang beban listrik yang terpakai.

3. Penyetabil arus listrik untuk beberapa waktu (non permanent).

4. Merapikan titik sambung antara JTR dan SR (non permanent).

5. Menghindari pencurian arus listrik. PENUTUP

Kesimpulan

Dari hasil analisa data dan implementasi selama pelaksanaan Tugas Akhir maka penulis dapat memberikan kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil Perhitungan Rugi Daya

Dari hasil perhitungan analisa rugi daya, terdapat hasil perhitungan antara input dan

output pada tititk sambung pierching

connector dan line tap connector:

T. 49 D1 (Pierching Connector) :134,3 W T. 49 D3 A1 (Line tap Connector) : 0

W

2. Hasil Perhitungan Rugi Daya Dalam Satuan Rupiah

Dari hasil perhitungan analisa rugi daya, dapat diketahui kerugian daya pada titik sambung pierching connector dengan selisih nilai rugi daya 134,3 W dan jika dihitung dalam satuan rupiah, maka rugi energi daya listrik dalam satu bulan adalah Rp. 62.852,-. Jika terjadi dalam satu tahun dalam hitungan waktu 24 jam adalah 62.852 x 12 Bulan = 754.224,-

3. Penyebab Dari Rugi Daya Pada Pierching

Connector

Penyebab rugi daya pada titik sambung

pierching connector yang terjadi pada T. 49

D1 adalah:

1) Dari segi pemasangan pierching connector yang tidak benar.

2) Pengencangan pada baut connector yang kurang kencang.

3) Peralatan pierching connector yang tidak standar PUIL PLN.

4) Kondisi pierching connector yang telah usang.

Saran

Saran yang akan disampaikan penulis diantaranya yaitu :

1. Sebaiknya untuk pemasangan titik sambung pada jaringan tegangan rendah (JTR) maupun titik sambung pada saluran jaringan tegangan rendah ke kWh, lebih baik menggunakan line tap connector. 2. Untuk pemasangan connector, harus sesuai

dengan standar pemilaharaan SOP dan setiap pekerja diwajibkan memakai perlengkapan lengkap untuk menghindari terjadinya kecelakaan kerja.

3. Untuk mengungaringi terjadinya lossis dan rugi daya dapat dilakukan dengan cara rekonektorisasi yaitu pergantian connector, dari connector sistem pierching connector di ganti dengan line tap connectror atau

connector dengan sistem press. Manfaat

dari rekonektorisasi adalah:

1) Menurunkan lossis atau penyusutan arus listrik untuk beberapa waktu.

2) Balanced beban listrik atau penyeimbang beban listrik yang terpakai.

3) Penyetabil arus listrik untuk beberapa waktu (non permanent).

4) Merapikan titik sambung antara JTR dan SR (non permanent).

(8)

32 5) Menghindari pencurian arus listrik.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Daman Suswanto, 2009. Sistem Distribusi Tenaga Listrik, Edisi Pertama. Padang: Lembaga Universitas Negeri Padang. [2] Sugiyono. Prof. Dr, 2011. Metode

Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Edisi ke 13. Bandung: CV. Alfa Beta.

[3] Suhadi & Tri Wrahatnolo, 2008. Teknik Distribusi Tenaga Listrik, Jilid I. Jakarta: PT. Macanan Jaya Cemerlang

[4] PT. PLN (PERSERO), 2010. Kontruksi Jaringan Distribusi Tenaga Listrik, Jilid I. Jakarta: PT. PLN (PERSERO) DISTRIBUSI.

[5] PT. PLN (PERSERO) Rayon Lamongan. Arsip dan Dokumentasi.

[6] Wahyudi Sarimun N. Ir. MT, 2011. Buku Saku Pelayanan Teknik (YANTEK), Edisi Kedua. Bekasi: Garamond.

[7] http://elektroumi.blogspot.com/2012/06/te gangan-sistem-distribusi, diakses tanggal 15 Maret 2014.

[8] http://indonetwork.co.id/cv_aps/1182553/ hioki-3283-leak-clamp-tester.html, diakses tanggal 20 Maret 2014. [9]

http://repository.upi.edu/33/2/s-e5231-0811639-chapter1.pdf, diakses tanggal 15 Maret 2014.

Gambar

Gambar 1. Sistem Distribusi Tenaga Listrik  Adapun  bagian-bagian  dari  sistem  distribusi  tenaga listrik adalah:
Gambar 5. Flowchart
Gambar 7. Jaringan Tegangan Rendah  (JTR)
Gambar 11. Hasil Pengukuran Line Tap  Connector Output

Referensi

Dokumen terkait

Sampai dengan bulan April 2014 realisasi output kegiatan sebagai berikut : waktu pelaksanaan fasilitasi program penanggulangan kemiskinan yang ditargetkan selama

Ardian !*a). adan tandardi!a!i Na!iona%. adan tandardi!a!i Na!iona%. E!tima!i adan$an Karbon dan Emi!i Karbon Fit)ria& A. E!tima!i adan$an Karbon dan

iskositas dari suatu suspensi apabila mempengaruhi pengendapan dari partikel$  partikel 3at terdispersi perubahan dalam sifat$sifat aliran dari suspensi bila adahnya

Mengingat komunitas mangrove tidak menyebar secara merata di seluruh kawasan Teluk Kendari, maka jalur inventarisasi dilakukan dengan cara mengelilingi seluruh kawasan

Permukima pemerintah telah menerbitkan pera dengan mudah menemukan permuk adalah permukiman Bandarjo, yan tersebut kita dapat mengobservas menggunakan Peraturan Kementr

Namun perlu diingat bahwa, segala sesuatu yang diperoleh merupakan pemberian Allah, karenanya harus digunakan sesuai dengan petunjuk Allah dan dikeluarkan zakat-nya dan sadaqah

Peningkatan Jalan Stasiun Dawuan - Jembatan Rel KA Dusun Krajan Desa Dawuan..

perusahaan terbesar yang ada di dunia. Perusahaan tersebut bergerak pada bidang infrastruktur, finansial, dan media. Perusahaan yang berumur 1 abad lamanya dan terus berjalan