STRATEGI
PENENTUAN HARGA
Manajemen Pemasaran
PENGERTIAN HARGA
Harga adalah jumah uang
(ditambah beberapa produk kalau
mungkin) yang dibutuhkan untuk
mendapatkan sejumlah kombinasi
dari produk dan pelayanannya.
Masalah penetapan harga adalah
suatu hal yang cukup kompleks
dan sulit, oleh karena itu
memerlukan suatu pendekatan
yang sistematis yang melibatkan
penetapan tujuan dan
pengembangan suatu struktur
penetapan harga yang tepat.
Tujuan Penetapan Harga al :
•
Meningkatkan penjualan
•
Mempertahankan dan memperbaiki
market share
•
Stabilisasi harga
•
Mencapai target ROI
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Tingkat Harga :
1.
Keadaan perekonomian
2.
Permintaan dan penawaran
3.
Elastisitas permintaan
4.
Persaingan
5.
Biaya
6.
Tujuan perusahaan
Telah terjadi pergeseran paradigma
mengenai keputusan tentang harga. Pada
masa lampau keputusan-keputusan tentang
harga cebderung bersifat pasif dengan
hanya berpatokan pada harga pesaing.
Namun saat ini orientasinya adalah efisiensi
dan bagaimana mendapat posisi yang baik
di tengah kompetisi.
Metode Penetapan Harga
Metode PH dalam bahasan ini :
•
Metode PH Mark-Up
•
Metode PH Break Even Point
•
Metode PH Rate of Return
•
Metode PH berdasarkan permintaan
Pelajari dan diskusikan juga metode PH berdasarkan Biaya variabel dan beban puncak !
Lihat : Basu Swasta & Irawan (2003) Manajemen
1. Metode Penetapan Harga Mark-Up
Mark Up adalah julah rupiah yang
ditambahkan pada biaya dari suatu produk
untuk menghasilkan harga jual.
Contoh : Murk Up on Cost
Harga jual = Biaya produk + Mark Up
= Biaya produk + % Biaya produk
2. Metode Penetapan Harga BEP
Menentuka BEP dengan rumus sbb :
BEP = TFC/(1- VC/S) atau BEP = TFC/(P - AVC)
BEP : Break Even Point (Titik Pulang Pokok) TFC : Total Fix Cost (Biaya Tetap Total)
VC : Variable Cost (Biaya Variabel) S : Sales (Penjualan)
P : Price/unit (Harga/unit)
Contoh :
Diketahui Biaya tetap Rp 85.000, Biaya Variabel Rp.2000, Harga jual Rp.3000, Rp. 3.600, dan Rp.
3.600. Hitung BEP pada masing-masing tingkat harga. Dengan menggunakan rumus BEP = TFC/(P-AVC) akan didapatkan hasil pada masing-masing harga sbb :
TFC AVC P BEP Penghasilan
85.000.00 0 2.000 3000 85.000 255.000.0 00 85.000.00 0 2.000 3600 53.125 191.250.0 00 85.000.00 0 2.000 4600 32.692 150.384.6 15
326920 53185 85000 50 100 150 200 250 300 3000 3600 4600 TC Biaya Variabel Biaya Tetap Unit Jutaan Rp. B1 B2 B3 Fixed Cost = 85 Jt.
Jika biaya vatiabel (VC) dan biaya tetap
(FC) dijumlahkan, maka kurve biaya total
akan berpotongan pada titik penghasilan
total yaitu B1, B2 dan B3.
Titik – titik tersebut disebut titik BEP yaitu
titik volume penjualan yang diperlukan
untuk menutupi biaya total.
Laba akan diperoleh jika volume
penjualan berada di atas titik BEP, dan
3. Metode PH Rate of Return
Kebijakan penetapan harga untuk
mencapai tingkatan pengembalian
investasi adalah kebijakan yang paling
banyak dipakai oleh perusahaan.
Faktor utama yang harus ada untuk
dapat dgunakannya metode ini adalah :
Estmasi permintaan
Misalnya diketahui :
1. Kapasitas pabrik = 100.000 unit .
2. Kapasitas yang diharapkan dapat dicapai dan dapat dijual adalah 70% atau 70.000 unit.
3. Biaya total = Rp. 225 juta atau Rp.3.214 per unitnya.
4. Pengembalian investasi sesudah pajak yang diharapkan 14%.
5. Investasi Rp. 250.000.000 6. Pajak 50%
7. Harga pesaing Rp. 5.214 Tentukan harga jualnya !
Penyelesaian :
1. Pengembalian investasi yang diharapkan setelah pajak = 14% x 250.000.000 = 35.000.000
2. Bagian laba yang dikenakan pajak dan yang dipakai untuk menutup investasi = 100/50 x 35.000.000 = 70.000.000
3. Biaya total = 70.000 x 3.214 = 224.980.000
4. Penghasilan total = 70.000.000 + 224.980.000 =
294.980.00
Jadi harga jual perunit minimal adalah Rp. 294.980 : 70.000 = Rp.4.214
Jika pesaing menetapkan harga yang sama
dengan pesaing yaitu sebesar Rp. 5.214, maka
berapakah tingkat pengembalian investasinya ?
Penyelesaian :
• Penghasilan total 70.000 unit x 5.214 = 364.700.000 • Biaya total 70.000 unit x 3.214 = 224.980.000-
• Laba = 139.720.000
• Pajak 50% x 139.720.000 =
Jadi, dengan ditetapkannya harga jual sebesar Rp. 5.214, maka besar pengembalian investasi adalah sbesar Rp. 69.869.000 yang jika diprosentasekan menjadi sebesar :
ROI = ROR / Investasi
= 69.869.000/250.000 x 100% = 28%
Artinya dengan penetapan harga jual tersebut, perusahaan dapat meningkatkan pengembalian investasi yang diharapkan dari 14% menjadi 28%.
Konsep Dasar Elastisitas Permintaan
Sangat penting dalam pembuatan keputusan
manajerial dalam hal penetapan harga dan strategi lainnya menyangkut variabel endogen dari fungsi fungsi permintaan tersebut, karena elastisitas permintaan ini merupakan informasi mengenai tingkat sensitifitas dari permintaan konsumen terhadap perubahan harga produk.
4. Metode Penetapan Harga Berdasarkan
Permintaan.
Elastisitas harga
Adalah ukuran sesnsitifitas permintaan konsumen
terhadap perubahan harga produk. Elastisitas ini diukur dengan koefisien elastisitas (Ep).
E
p= (%∆Q/%∆P)
Koefisien harga memiliki slope negatif (-) karena P
berbanding terbalik dengan Q. Maka nilai (%∆Q/%∆P) akan selalu bernilai negatif (<0) namun harus selalu disebutkan dalam nilai absolutnya.
Misalnya, penurunan harga sebesar 10%
menyebabkan kenaikan permintaan sebesar 30%, artinya :
Ep = (%∆Q/%∆P) = (30%/-10%) = -3
Ep = 3.
Contoh lain, penurunan harga sebesar 10%
menyebabkan kenaikan permintaan sebesar 5%, artinya :
Ep = (%∆Q/%∆P) = (5%/-10%) = -0,5
Contoh pertama di atas menunjukkan bahwa
permintaan (Q) bersifat sensitif terhadap harga
(P) di mana penurunan P sebesar 10%
menyebabkan kenaikan Q sebesar 30% atau
koefisien elastisitasnya sebesar 3.
Sedangkan contoh ke dua menunjukkan
sebaliknya. Contoh ke dua menunjukkan sifat Q
yang kurang sensitif terhadap P, di mana
penurunan P sebesar 10% menyebabkan
kenaikan Q hanya sebesar 5%, atau koefisiennya
sebesar 0,5.
Bila nilai absolut %∆Q > %∆P , maka suatu
permintaan disebut sebagai elastis (demand
elastic). Dalam bentuk matematis %∆Q > %∆P
= E
p> 1 (nilai absolut).
Bila terjadi sebaliknya %∆Q < %∆P , maka suatu
permintaan disebut tidak elastis, atau dalam
model matematis %∆Q < %∆P = E
p< 1 (nilai
absolut).
Apabila %∆Q = %∆P (dalam nilai absolut),
maka permintaan tersebut disebut elastis
unitari (unitary elastic).
Atau dalam bentuk matematis :
E
p= %∆Q / %∆P = 1
Apabila %∆Q = 0 dalam setiap %∆P (dalam
nilai absolut), maka permintaan tersebut
disebut inelastis sempurna (perfectly
inelastic).
Atau dalam bentuk matematis :
E
p= %∆Q / %∆P = 0
Kurve perfectly inelastic demand digambarkan
sejajar dengan sumbu vertical.
P1 P2 P3
Q1, Q2, Q3
Elastis Sempurna (perfectly elastic)
Adalah kebalikan dari inelastis sempurna. Suatu
permintaan disebut elastis sempurna bila terjadi
perubahan permintaan meskipun tidak terjadi
perubahan harga.
Dalam situasi ini koefisien disebut tidak
terdefinisi karena %∆P sebagai penyebut = 0.
Secara matematis, tidak ada definisi untuk setiap
bilangan yang dibagi dengan 0 (nol).
Kurve permintaan elastis sempurna digambarkan
sejajar dengan sumbu horizontal.
P
Q1 Q2 Q3
Tabel Ringkasan Koefisien Elastisitas Permintaan (Ep)
Ep absolut Sensitifitas Q thp P Elastisitas Permintaan No.
~ %∆Q > 0% & %∆P = 0% Elastis sempurna 1.
>1 %∆Q > %∆P Elastis 2.
=1 %∆Q = %∆P Elastis unitari 3.
<0 %∆Q < %∆P Inelastik 4.
=0 %∆Q = 0% & %∆P > 0 Inelastis sempurna 5.
Dalam kehidupan nyata, elastis sempurna dan inelastis sempurna jarang ditemukan.
Bila koefisien elastisitas permintaan produk yang
dipasarkan oleh suatu perusahaan telah
diketahui, maka seorang manajer dapat membuat
keputusan secara efektif.
Contoh kasus :
Manajer telah mengetahui bahwa koefisien
elastisitas permintaan untuk produk X yang dijual
adalah -2,5. Manajer ingin memperkirakan berapa
persenkah peningkatan kuantitas yang diminta
oleh konsumen apabila harga diturunkan sebesar
8%.
Penyelesaian :
E
p= (%∆Q/%∆P)
-2,5 = (%∆Q/-8%)
Jadi %∆Q = - 2,5 (- 8%) = +20%
Maka manajer tersebut dapat mengharapkan
kuantitas permintaan produknya sebesar 20%,
apabila harganya diturunkan sebesar 8%.
Alternatif lain juga dapat dipertimbangkan. Misalnya, berapa prosentase harga yang harus diturunkan bila manajer
mengharapkan peningkatan permintaan sebesar 30% ?
Penyelesaian : Ep = (%∆Q/%∆P)
-2,5 = +30%/% ∆P Jadi,
% ∆P = +30%/-2,5 = -12%
Maka untuk menaikkan permintaan produk sebesar 30%, manajer tersebut harus menurunkan harga sebesar 12 %.