• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VII RENCANA INDUK PENGEMBANGAN SPAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB VII RENCANA INDUK PENGEMBANGAN SPAM"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

PT. GEBE KONSULINDO VII-1

BAB VII

RENCANA INDUK

PENGEMBANGAN SPAM

7.1 Rencana Pola Pemanfataan Ruang

7.1.1 Kebijakan Tata Ruang

Arahan strategi pengembangan struktur tata ruang Kabupaten Lebak mengacu pada RTRW Propinsi Banten. RTRW Banten menjadi acuan dan pedoman dalam penyusunan RTRW Kabupaten Lebak terkait dengan peran dan fungsinya dalam wilayah Banten. Dalam RTRW Banten disebutkan bahwa konsep pengembangan struktur ruang dengan ring concept, yang didasarkan pada struktur prasarana transportasi jalan di Propinsi Banten yang berbentuk pola ring; terutama jalan-jalan yang menghubungkan antar kegiatan di daerah pedalaman yang berbentuk pola ring yang mengelilingi gunung-gunung yang terdapat di pedalaman.

RTRW Kabupaten Lebak dan RTRW Propinsi Banten pun terintegrasi dengan RTRW Nasional dan Regional sehingga dalam penyusunannya perlu diperhatikan indikasi strategis dan arahan kebijakan matra ruang nasional dan regional. Aspek-aspek strategis yang dipertimbangkan adalah sebagai berikut :

1. Kota Cilegon sebagai Pusat Kegiatan Wilayah, Kota Pandeglang dan Rangkasbitung sebagai Pusat Kegiatan lokal.

2. Pelabuhan bojonegara direncanakan untuk dikembangkan sebagai pelabuhan utama.

3. Sektor-sektor unggulan yang mendukung kawasan utama/kawasan andalan adalah industri, perikanan, pertambangan dan pariwisata.

4.

Dukungan sumber daya air terutama untuk melayani kebutuhan air di wilayah tersebut, adalah dengan mendayagunakan Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciujung. Dalam kedudukannya sebagai bagian dari wilayah Propinsi Banten, maka beberapa nilai strategis yang diperhatikan dalam pengembangan wilayah Kabupaten Lebak adalah sebagai berikut:

1. Peran Kawasan Pantura terhadap perkembangan Kabupaten Lebak, berdampak pada minat investasi swasta di Kecamatan Maja untuk mengembangkan dan membangun perumahan dan permukiman pada area sekitar 6.000 Ha.

2. Dukungan sistem transportasi jaringan jalan raya yang cukup baik antara Rangkasbitung dan Serang, serta antara Kecamatan Maja dan Cikande di Kawasan Pantura.

(2)

PT. GEBE KONSULINDO VII-2

3. Prasarana dan sarana lingkungan perkotaan di Kota Rangkasbitung dan Maja yang cukup memadai, maka kedua kota tersebut cenderung menjadi pusat-pusat utama di Kabupaten Lebak yang berorientasi di Kawasan Pantura.

Dengan memperhatikan kondisi dan pertimbangan-pertimbangan seperti yang telah disebutkan sebelumnya, maka konsep umum pola pengembangan ruang wilayah Kabupaten Lebak adalah sebagai berikut:

a. Konsep Ring atau Cincin struktur jalan keliling Provinsi Banten.

b. Konsep Radial, pedalaman-pesisir, perdesaan-perkotaan, pinggiran pusat,

c. Lingkaran paling luar-pusat paling dalam gradasi sudah terbangun-belum terbangun,

d. Pusat-pusat pengumpul – distribusi pedalaman.

e. Masing-masing cluster merupakan kegiatan campuran.

Konsep pengembangan tata ruang Kabupaten Lebak adalah suatu arahan lokasi pengembangan kegiatan utama pembentuk ruang yang memperlihatkan pada sebaran-sebaran kegiatan produksi, permukiman, keterkaitan antar kawasan-kawasan orientasi ekspor dan struktur umum ruang wilayah Kabupaten Lebak yang diperlukan untuk mengurangi masalah pengembangan wilayah sekaligus dapat mendorong perwujudan pencapaian tujuan pengembangan tata ruang wilayah. Sesuai dengan tujuan tersebut, maka konsep pengembangan ruang Kabupaten Lebak dibagi menjadi tujuan makro dan tujuan mikro. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih detail, dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Konsep Pengembangan Tata Ruang Makro

Pengembangan Tata Ruang Makro Kabupaten Lebak direncanakan denga mempertimbangkan kedudukan dalam lingkup wilayah Propinsi Banten, dan keterkaitannya dengan wilayah sekitar. Acuan yang digunakan untuk mengembangkan strategi tata ruang makro Kabupaten Lebak adalah sebagai berikut:

• Mengembangkan wilayah-wilayah strategis/tertentu, terutama wilayah yang menjadi sentra-sentra produksi dan mempunyai potensi wilayah dan perlu mendapat dukungan prasarana.

• Meningkatkan interaksi antar pusat pertumbuhan regional, melalui pengembangan prasarana transportasi darat.

• Pengembangan investasi yang terpadu dengan potensi wilayah, terutama di arahkan pada kawasan-kawasan potensial dan berfungsi sebagai sentra-sentra produksi.

(3)

PT. GEBE KONSULINDO VII-3

• Memantapkan peran Kabupaten Lebak dalam konteks pengembangan Propinsi Banten.

• Meningkatkan aksesibilitas antar kota-kota regional, terutama menuju Rangkasbitung dan Malingping dalam lingkup inter-regional melalui pengembangan sistem prasarana transportasi darat.

• Peningkatan dan pengembangan; potensi pertambangan, komoditi unggulan, kerjasama ekonomi, intensif dan disintensif pada pola investasi. 2. Konsep Pengembangan Tata Ruang Mikro

Pengembangan Tata Ruang Mikro Kabupaten Lebak didasarkan pada kondisi dan karakteristik eksisting yang dimiliki oleh wilayah. Beberapa aspek yang dipertimbangkan dalam pengembangan tata ruang mikro adalah aspek sosial ekonomi, potensi wilayah pesisir, pemanfaatan lahan atau kawasan, sarana dan prasarana, sistem transportasi, dan sumber daya manusia.

Arahan Penataan Ruang Wilayah Sebagai bagian dari Kawasan andalan BMC, Kabupaten Lebak diarahkan sebagai wilayah penunjang dengan Kota Rangkasbitung sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) yang didukung oleh sebagai berikut :

1) Sektor unggulan yang mendukung adalah pertanian, pertambangan dan pariwisata.

2) Pusat-pusat utama di Kabupaten Lebak adalah Kota Rangkasbitung sebagai PKL dan Maja sebagai pusat kegiatan sosial ekonomi.

3) DAS Ciujung dan Ciberang sebagai elemen pendukung konservasi air dan tanah.

4) Sistem jaringan transportasi utama adalah jaringan jalan raya ; jalan kolektor primer menghubungkan Rangkasbitung - Serang - Maja – Cikande, dan jalan kolektor primer yang menghubungkan Labuan Malingping - Bayah dan Rangkasbitung/Maja - Cipanas dan Jasinga.

Pengembangan suatu wilayah tentunya harus didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan spatial serta strategi pengembangan yang cukup baik. Hal ini dimaksudkan agar perkembangan yang terjadi kemudian tidak menimbulkan masalah terhadap ruang yang ada. Oleh karena itu dengan didasari oleh pertimbangan-pertimbangan diatas maka diharapkan bahwa perkembangan yang terjadi di wilayah Kabupaten Lebak dapat memberikan pelayanan yang seefektif mungkin keseluruh bagian wilayah, sehingga tingkat kesenjangan dapat dikurangi melalui rangsangan penjalaran perkembangan wilayah secara merata.

Berdasarkan intensitas dan frekwensi kegiatan yang terjadi saat ini, di Kabupaten Lebak bagian utara mempunyai intensitas kegiatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan bagian Tengah maupun Selatan. Oleh karena itu dengan didasari pertimbangan intensitas

(4)

PT. GEBE KONSULINDO VII-4

kegiatan, Kabupaten Lebak didalam pengembangan struktur pemanfaatan ruangannya terbagi kedalam 2 (dua) Wilayah Pengembangan yaitu Wilayah Pengembangan Utama dan Wilayah Pengembangan Penunjang. Kedua wilayah ini bila ditinjau berdasarkan karakteristiknya terdiri dari tujuh (7) Wilayah Pengembangan sebagai berikut :

a) Wilayah Pengembangan Utama

Wilayah Pengembangan Utama memiliki aglomerasi kegiatan perkotaan dengan peran sebagai pusat dan pendorong pertumbuhan wilayah lainnya, hal ini disebabkan karena kegiatan perekonomian yang ada di wilayah ini terkait dengan sistem perekonomian regional.

Wilayah Pengembangan Utama terletak di bagian utara Kabupaten Lebak, kegiatan utama di wilayah ini adalah kegiatan ekonomi perdagangan dan jasa, pusat pemerintahan, permukiman perkotaan, industri serta pertanian, didalam pengembanganya wilayah ini akan membentuk koridor dari timur ke barat yang berpusat di Kota Rangkasbitung dan Maja.

Wilayah ini memiliki fungsi sebagai penggerak utama roda perekonomian Kabupaten Lebak, dimana dengan fungsi tersebut diharapkan akan dapat memberikan pengaruh yang baik terhadap perkembangan wilayah sekitarnya. Selain itu dengan melihat faktor lokasi dan kelengkapan sarana maupun prasarananya telah menjadikan wilayah ini sebagai pusat koleksi dan distribust bagi wlilayah belakangnya serta menjadikan pintu gerbang interaksi bagi daerah lainnya.

Kota Rangkasbitung dan Maja memiliki kedekatan lokasi serta akses yang baik terhadap Jalur Pantura, yang memiliki perkembangan ekonomi yang lebih maju, sehingga dengan demikian diharapkan kedua daerah tersebut dapat berkembang sejalan dengan perkembangan kegiatan ekonomi di jalur Pantura. Wilayah Pengembangan Utama di Kabupaten Lebak terdiri dari 4 Wilayah Pengembangan sebagai berikut:

• Wilayah Pengembangan Utama Rangkasbitung, yang meliputi Kecamatan Rangkasbitung, Kecamatan Kalanganyar dan Kecamatan Cimarga, dengan pusat - pusat pengembangan terletak di Kota Rangkasbitung.

• Wilayah Pengembangan Utama Maja, meliputi Kecamatan Maja, Kecamatan Curugbitung dan Kecamatan Sajira dengan pusat pengembangan terletak di Kota Maja

• Wilayah Pengembangan Utama Malingping, meliputi Kecamatan Malingping, dan Kecamatan Wanasalam, Kecamatan Cijaku dengan pusat pengembangan terletak di Kota Malingping.

(5)

PT. GEBE KONSULINDO VII-5

• Wilayah Pengembangan Utama Bayah, meliputi Kecamatan Bayah, Kecamatan Cibeber dan Kecamatan Cilograng dengan pusat pengembangan terletak di Kota Bayah.

b) Wilayah Pengembangan Penunjang

Wilayah Pengembangan Penunjang berperan sebagai daerah yang mendukung pertumbuhan wilayah utama, wilayah ini terletak disebelah Tengah dan Selatan dari Kabupaten Lebak dengan dominasi kegiatan ekonomi sebagai pusat produksi pertanian, peternakan, perikanan, hutan dan pertambangan.

Wilayah Pengembangan Penunjang di Kabupaten Lebak terdiri dari 5 (lima) Wilayah Pengembangan sebagai berikut:

• Wilayah Pengembangan Penunjang Cibadak, yang meliputi Kecamatan Cibadak, Kecamatan Warunggunung dan Kecamatan Cikulur dengan pusat pengembangan berada di Kota Cibadak

• Wilayah Pengembangan Penunjang Cipanas, meliputi Kecamatan Cipanas, Kecamatan Sobang, Kecamatan Lebak Gedong dan Kecamatan Muncang dengan pusat pengembangan berada di Kota Cipanas.

• Wilayah Pengembangan Penunjang Leuwidamar, meliputi Kecamatan Leuwidamar, Kecamatan Cirinten dan Kecamatan Bojongmanik dengan pusat pengembangan terletak di Kota Leuwidamar.

• Wilayah Pengembangan Penunjang Gunung Kencana, meliputi Kecamatan Gunung Kencana, Kecamatan Banjarsari dan Kecamatan Cileles dengan pusat pengembangan terletak di pusat Kecamatan Gunung Kencana.

• Wilayah Pengembangan Penunjang Panggarangan, meliputi Kecamatan Panggarangan, Kecamatan Cigemblong dan Kecamatan Cihara dengan pusat pengembangan terletak di pusat Kecamatan Panggarangan.

(6)

PT. GEBE KONSULINDO VII-6

Gambar 7. 1 Pembagian Wilayah Pengembangan

7.1.2 Struktur Tata Ruang

Rencana Struktur Ruang Wilayah Provinsi meliputi sistem perkotaan atau pusat permukiman dalam wilayah, dan sistem jaringan prasarana wilayah yang mendukung. Pendekatan yang dipakai untuk melakukan kajian dan penetapan sistem perkotaan atau pusat permukiman tersebut, adalah perpaduan antara model frontier mercantile dan model staple export dalam teori organisasi pusat-pusat atau organisasi kota-kota.

a) Model Frontier Mercantile, melihat hubungan antar pusat-pusat yang berjenjang atau berhierarki berdasarkan pola distribusi aliran barang atau jasa, dari pusat yang lebih tinggi hierarkinya hingga pusat yang terendah hierarkinya.

b) Model Staple Export, melihat hubungan antar pusat-pusat yang berjenjang atau berhierarki berdasarkan pola pemasaran atau koleksi dari produksi di perdesaan dari pusat yang terendah hierarkinya hingga ke pusat pemasaran yang lebih tinggi hierarkinya.

(7)

PT. GEBE KONSULINDO VII-7

c) Model Industrial Specialization, melihat hubungan antar pusat-pusat yang berjenjang atau berhierarki berdasarkan keterkaitan antar industri (input-output), keterkaitan industri dengan bahan baku, dan keterkaitan industri dengan outlet pemasaran.

d) Model Social Change, melihat hubungan antar pusat-pusat yang berjenjang atau berhierarki yang karena perubahan sosial mengalami perubahan. Perubahan sosial di sini terutama dikaitkan dengan unsur-unsur amenity (penikmatan) yang banyak dijumpai di wilayah dengan kegiatan pariwisata.

Terkait dengan adanya penetapan PKN, PKW, dan PKL dalam RTRW, maka atas dasar pola hierarki tersebut dapat diidentifikasikan penetapannya. Kemudian dengan melihat functional economic area atau functional service area yang terbentuk menurut masing-masing pusat tersebut, dapat pula diindikasikan wilayah pengaruh atau wilayah pengembangan yang “dilayani” oleh pusat tersebut. Sehubungan dengan antisipasi atau prediksi ke depan yang hendak dituangkan dalam program pengembangan struktur ruang tersebut, maka terhadap masing-masing pusat terlebih dahulu dapat dikaji kelengkapan sarana/fasilitas dan fungsi-fungsi yang diembannya, seperti dengan metode skalogram. Pembandingan antara hasil kajian dengan metode skalogram tersebut, dengan rencana yang akan ditetapkan, akan mengindikasikan substansi pengembangan yang diperlukan di masa datang untuk masing-masing pusat tersebut.

Untuk kajian mengenai fungsi-fungsi yang diemban oleh pusat-pusat tersebut, dapat didekati dari fungsi kawasan perkotaan (NUDS, 1985), yang terdiri atas:

1. Hinterland services, atau pusat pelayanan wilayah, yang mencakup pelayanan sosial, pelayanan ekonomi, dan pelayanan administrasi pemerintahan; sesuai dengan pola hierarki masing-masing pelayanan tersebut.

2. Interregional Communication, atau pusat perhubungan antar wilayah, berdasarkan jangkauan atau skala pelayanan (misalnya sejak dari skala internasional, nasional, regional, sampai lokal).

3. Processing/Manufacturing, atau industri pengolahan/manufaktur, yang akan mempunyai kaitan dengan sumber-sumber bahan baku di satu pihak dan dengan market atau pasar produksinya di lain pihak.

Kajian mengenai fungsi ini akan menjadi masukan penting dalam penetapan sistem pusat-pusat wilayah yang akan membentuk struktur ruang wilayah, yang lebih jelasnya mengenai kerangka pendekatan perumusan/penetapan struktur ruang dapat dilihat pada gambar dibawah ini .

(8)

PT. GEBE KONSULINDO VII-8

Gambar 7. 2 Kerangka Pendekatan Perumusan/Penetapan Struktur Ruang (RTRW Provinsi Banten 2010-2030)

Rencana struktur ruang wilayah provinsi merupakan rencana kerangka tata ruang wilayah provinsi yang dibangun oleh konstelasi pusat-pusat kegiatan (sistem perkotaan) yang berhirarki satu sama lain dan dihubungkan oleh sistem jaringan prasarana wilayah provinsi meliputi sistem jaringan transportasi, energi, telekomunikasi, sumber daya air, dan sistem jaringan lainnya yang mengintegrasikan

1). Rencana Sistem Perkotaan

Arahan pengembangan wilayah pada dasarnya adalah sebagai upaya dalam rangka penyebaran pertumbuhan ekonomi sedemikian rupa sehingga memberikan peluang kepada penduduk yang secara geografis tinggal di kawasan perdesaan untuk berpartisipasi secara lebih efektif dalam menghasilkan kegiatan-kegiatan produktif serta memperoleh manfaat lebih besar dalam proses pembangunan wilayahnya. Sehubungan dengan tujuan tersebut maka terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan, yaitu sebagai berikut:

1. Melakukan identifikasi permukiman-permukiman yang dapat secara efektif bertindak sebagai pusat pelayanan, pusat produksi, dan pusat perdagangan bagi penduduknya maupun bagi wilayah sekitarnya.

A. SISTEM PUSAT-PUSAT PKN: - TANGERANG (Jabodetabek) - TANGERANG SEL.(Jabodetabek) - CILEGON - SERANG PKW: - PANDEGLANG - RANGKASBITUNG

SISTEM PERKOTAAN NASIONAL

(dan Jaringan Prasarana) dalam RTRWN:

Model "Staple Export "

(Sistem Pemasaran/Koleksi Produk Pertanian) Pemasaran Produk Pertanian/Perdesaan, mulai dari "desa" terus ke atas, atau mulai dari hirarki

terendah hingga hirarki tertinggi

Model "Frontier Mercantile "

(Sistem Distribusi Barang & Service Delivery ) Distribusi barang & "penyampaian pelayanan jasa" dari pusat-pusat utama terus ke bawah, atau mulai

dari hirarki tertinggi hingga hirarki terendah

Perpaduan/Integrasi

Kedua Model menjadi Satu Kebijakan (Policy ) Daerah &

Aspirasi Pengembangan:

- problem solving

- trend modifying SISTEM PUSAT / PERKOTAAN

- opportunity seeking (dalam STRUKTUR RUANG WILAYAH

(9)

PT. GEBE KONSULINDO VII-9

2. Menentukan kekuatan keterkaitan di antara pusat-pusat permukiman tersebut dan di antara pusat-pusat permukiman dengan kawasan perdesaan yang menjadi wilayah belakangnya.

3. Melakukan deliniasi kawasan-kawasan tersebut yang penduduknya memiliki kemudahan yang sedikit atau tidak memiliki kemudahan sama sekali terhadap pelayanan dan fasilitas perkotaan.

Dalam kaitannya dengan ketiga uraian di atas, pada uraian di bagian sebelumnya telah disusun pendekatan sistem pusat berdasarkan jumlah penduduk dan kelengkapan fasilitasnya. Selanjutnya dilakukan pula analisi gravitasi dalam rangka identifikasi tingkat keterkaitan antar pusat serta antar pusat dengan wilayah belakangnya dalam rangka mendukung struktur perwilayahan.

Arahan Sistem Pusat tersebut mengidentifikasikan bahwa di Provinsi Banten akan terdapat beberapa jenjang sistem pusat, yaitu sebagai berikut. 1. Pusat Kegiatan Nasional (PKN) yang meliputi perkotaan antara lain Kawasan

Perkotaan Tangerang dan Tangerang Selatan sesuai ketentuan dalam Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur, selain itu Kawasan Perkotaan Serang dan Cilegon sesuai ketentuan dalam PP No. 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Pusat Kegiatan Nasional yang selanjutnya disebut PKN adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala internasional, nasional, atau beberapa provinsi.

2. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) yang meliputi perkotaan antara lain Pandeglang dan Rangkasbitung sesuai ketentuan dalam PP No. 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional serta RTRW Provinsi Banten 2002-2017. PKW tersebut merupakan kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa kabupaten/kota. Penyediaan prasarana dan fasilitas pendukung sesuai jenjangnya diperlukan dalam rangka penguatan fungsi kota-kota tersebut. Adapun yang diusulkan sebagai PKW Promosi (PKWp) antara lain perkotaan Panimbang, Bayah, Maja, Balaraja dan Teluk Naga.

3. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yang meliputi perkotaan antara lain Labuan, Cibaliung, Malingping, Tigaraksa, Kronjo, Anyar, Baros, Kragilan. Dengan demikian, maka kota-kota tersebut perlu didorong sebagai kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten/kota atau beberapa kecamatan. Penyediaan prasarana dan fasilitas pendukung

(10)

PT. GEBE KONSULINDO VII-10

sesuai jenjangnya diperlukan dalam rangka penguatan fungsi kota-kota tersebut sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL).

Potensi perkembangan jumlah penduduk dan potensi perkembangan luasan kawasan perkotaan mengindikasikan pola perkembangan yang berbeda. Beberapa kawasan kota dan perkotaan menyatu melalui proses penyatuan antar kawasan (konurbasi) sedangkan kawasan perkotaan mengalami pemekaran secara monosentris. Berdasarkan potensi perkembangan kota – perkotaan tersebut hirarki kota – perkotaan di Banten berdasarkan tipe kota – perkotaan diklasifikasikan sebagai berikut:

a) Perkotaan Metropolitan meliputi : Perkotaan Tangerang sebagai bagian dari Metropolitan Jabodetabekpunjur

b) Perkotaan Menengah meliputi : Perkotaan Serang, Perkotaan Cilegon

c) Perkotaan Kecil meliputi: Perkotaan Rangkasbitung, Pandeglang, Saketi, Panimbang jaya, Labuan, Malingping, Bayah, Maja, Kaduagung Timur, Balaraja, Cikupa, Cikande, Cikupa, Anyer, Kasemen, Petir.

Perwilayahan Provinsi Banten direncanakan dalam Wilayah Kerja Pembangunan (WKP) dengan kedalaman penataan struktur pusat permukiman perkotaan, merupakan upaya untuk mengendalikan perkembangan kawasan perkotaan yang berkembang cenderung terus membesar dan berpotensi mendorong perkembangan mega urban di WKP I, menyeimbangkan perkembangan perkotaan lain di wilayah Banten dan mengendalikan perkembangan kawasan terbangun di perkotaan sesuai daya dukung dan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan.

Penataan Satuan Wilayah Pengembangan dengan kedalaman hingga penataan struktur pusat permukiman perkotaan, adalah upaya untuk mendorong perkembangan perkotaan yang serasi dengan kawasan perdesaan secara optimal dan berkelanjutan. Untuk mendorong perkembangan wilayah maka perkotaan menengah dan kota kecil perlu didorong perannya melalui penyediaan berbagai fasilitas dan infrastruktur yang memadai. Efisiensi pelayanan perkotaan ditentukan melalui skala pelayanan wilayah dengan membentuk perwilayahan, dimana masing-masing WKP memiliki satu pusat.

Untuk itu, maka Propinsi Banten dibagi menjadi 3 Wilayah Kerja Pembangunan (WKP), yakni: WKP I meliputi Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, dan Kota Tangerang Selatan, WKP II meliputi Kabupaten Serang, Kota Serang, dan Kota Cilegon, WKP III meliputi Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Lebak.

(11)

PT. GEBE KONSULINDO VII-11

Adapun arahan fungsi dan peranan masing-masing Wilayah Kerja Pembangunan (WKP) tersebut meliputi :

a. Wilayah Kerja Pembangunan (WKP) I diarahkan untuk pengembangan kegiatan industri, jasa, perdagangan, pertanian, dan permukiman/ perumahan;

b. Wilayah Kerja Pembangunan (WKP) II diarahkan untuk pengembangan kegiatan pemerintahan, pendidikan, kehutanan, pertanian, industri, pelabuhan, pergudangan, pariwisata, jasa, perdagangan, dan pertambangan;

c. Wilayah Kerja Pembangunan (WKP) III diarahkan untuk pengembangan kegiatan kehutanan, pertanian, pertambangan, pariwisata, kelautan dan perikanan.

Satuan wilayah pengembangan tersebut di atas memiliki fungsi :

Menciptakan keserasian dan keseimbangan struktur ruang wilayah.

Sebagai pusat pertumbuhan bagi wilayah hinterlandnya, diharapkan mampu sebagai motor penggerak pembangunan.

Sebagai motor penggerak perekonomian wilayah.

Sebagai stimulator bagi perkembangan pembangunan dan pertumbuhan perekonomian wilayah.

Satuan wilayah pengembangan diharapkan dapat berperan secara efektif untuk :

Menciptakan keserasian dan keterpaduan struktur ruang secara berhirarkhi

dari tingkat pelayanan lokal, regional dan nasional.

Mendukung strategi kebijakan keruangan dalam pembangunan wilayah Banten.

Mendukung rencana struktur ruang wilayah Banten yang tidak terpisahkan dari struktur tata ruang wilayah nasional dan struktur tata ruang kota/kabupaten.

Struktur pusat permukiman perkotaan yang menjadi bagian dari perwilayah di dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Banten dibedakan atas struktur pusat permukiman perkotaan di Metropolitan Jabodetabekpunjur serta di luar metropolitan. Struktur pusat permukiman perkotaan wilayah Metropolitan merupakan upaya untuk memecah sentralisasi pusat pelayanan, dan orientasi pelayanan serta kegiatan yang monosentris kearah Tangerang dan sekitarnya.

Struktur pusat permukiman perkotaan di metropolitan diarahkan tetap dengan konsep pertumbuhan. Konsep penataannya dengan membentuk pusat pertumbuhan di masing-masing Satuan Wilayah Pengembangan. Untuk

(12)

PT. GEBE KONSULINDO VII-12

memperbesar efek pertumbuhan di setiap SWP, maka konsep keterkaitan antar wilayah perlu diintensifkan dengan pola network system.

2). Arahan Pengelolaan Kawasan Perkotaan

Kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.

Kawasan perkotaan ditetapkan dengan mempertimbangkan beberapa kriteria sebagai berikut :

1) Wilayah dengan fungsi pemanfaatan ruang sebagai kawasan perkotaan, baik yang telah ada maupun yang akan ditetapkan pengembangannya, yang mempunyai kepadatan penduduk tertentu, kelengkapan jenis fasilitas perkotaan, dan sarana-prasarana transportasi.

2) Wilayah yang merupakan satu kesatuan wilayah perkembangan kota dan atau direncanakan sebagai kesatuan wilayah pengembangan perkotaan. 3) Wilayah yang memiliki kemudahan untuk penyediaan infrastruktur perkotaan

dengan membentuk kesatuan sistem kawasan dengan kawasan perkotaan yang ada.

4) Wilayah yang mempunyai jarak tertentu dari kawasan perkotaan lainnya yang ada.

5) Wilayah yang mempunyai jenis dan besaran kegiatan utama budidaya bukan pertanian.

6) Wilayah yang mempunyai daya dukung lingkungan yang memungkinkan untuk pengembangan fungsi perkotaan.

7) Wilayah yang terletak di atas tanah yang bukan merupakan kawasan pertanian beririgasi teknis dan bukan kawasan rawan bencana.

8) Wilayah yang sesuai dengan sistem perkotaan nasional berdasarkan RTRWN.

9) Wilayah yang dapat mendorong kegiatan ekonomi sesuai dengan fungsi dan perannya.

Dengan definisi tersebut, arahan pengelolaan kawasan perkotaan yang paling mendasar adalah adanya penataan ruang yang jelas, dan secara luas akan mengarah kepada beberapa hal sebagai berikut :

1) Penataan ruang kawasan perkotaan mencakup tiga hal, yaitu perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian. Ketiganya harus dilaksanakan secara bersamaan sebagai suatu kesatuan utuh penataan ruang perkotaan.

(13)

PT. GEBE KONSULINDO VII-13

2) Perencanaan tata ruang kawasan perkotaan disesuaikan dengan kedudukan dan fungsi kawasan perkotaan dalam wilayah maupun nasional.

3) Penyusunan rencana tata ruang kawasan perkotaan berpedoman pada aspek pengelolaan secara terpadu berbagai sumberdaya, fungsi dan estetika lingkungan, serta kualitas ruang yang dikembangkan atas dasar kemitraan pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat secara menyeluruh.

4) Perencanaan tata ruang kawasan perkotaan mempunyai kedalaman rencana yang berbeda menurut besaran kota. Perbedaan tersebut adalah sebagai berikut:

• Strategi dan arahan kebijaksanaan pemanfaatan ruang kawasan perkotaan megapolitan dan metropolitan.

• Strategi pelaksanaan pemanfaatan ruang kawasan perkotaan kota besar dan kota sedang.

• Pemanfaatan ruang secara rinci untuk kota kecil.

5) Penyusunan rencana tata ruang kawasan perkotaan diselenggarakan untuk mencapai keserasian pengembangan kawasan perkotaan secara administratif dan fungsional dengan pengembangan wilayah sekitarnya serta daya dukung dan daya tampung lingkungan.

6) Penyusunan rencana tata ruang kawasan perkotaan diselenggarakan dengan tetap memperhatikan hak-hak yang melekat pada penduduk.

7) Pusat pelayanan jasa pemerintahan Propinsi Banten diarahkan untuk berlokasi di Kabupaten Serang, dengan lokasi di Kecamatan Curug yang berdampak pada semakin bertambah luasnya kawasan perkotaan di Kabupaten Serang. Dalam jangka panjang sebagai implikasi dari pertumbuhan dan perkembangan pelayanan jasa pemerintahan ini adalah pada kebutuhan peningkatan status administratif kawasan perkotaan pusat jasa pemerintahan propinsi sebagai kota atau daerah otonom.

Selain itu, dalam rencana struktur ruang nasional, Provinsi Banten ditetapkan sebagai kawasan andalan dengan mengembangkan sistem kota-kota yang sesuai dengan daya dukung dan daya tampung serta fungsi kegiatan dominannya. Adapun arahan pengelolaan kawasan perkotaan di Wilayah Provinsi Banten, meliputi:

a. Fungsi kawasan perkotaan sebagai pusat kegiatan ekonomi wilayah, pusat pengolahan dan distribusi hasil pertanian, perdagangan, jasa, pemerintahan, pendidikan, kesehatan, serta transportasi, pergudangan dan sebagainya. b. Fungsi perkotaan sedang dan kecil sebagai pemasok kebutuhan dan lokasi

(14)

PT. GEBE KONSULINDO VII-14

c. Kota sebagai pusat pelayanan, pusat prasarana dan sarana sosial ekonomi mempengaruhi pedesaan dalam peningkatan produktifitasnya.

d. Menjaga pembangunan perkotaan yang berkelanjutan melalui upaya menjaga keserasian dan keseimbangan ekosistem lingkungan perkotaan, mewujudkan kesimbangan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan di perkotaan, dan meningkatkan kualitas lingkungan perkotaan yang sehat, indah, bersih dan nyaman.

Kemudian, pola pengelolaan kawasan yang direncanakan di Kabupaten Lebak adalah sebagai berikut:

A. Kawasan Pedesaan

Kawasan pedesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian dengan fungsi sebagai tempat permukiman perdesan, pelayanan jasa, pemerintahan, dan kegiatan sosial - ekonomi. Wilayah yang termasuk kedalam wilayah perdesaan di Kabupaten Lebak adalah setiap pusat-pusat kecamatan yang tidak termasuk kedalam wilayah perkotaan yang difungsikan sebagai sentra-sentra produksi sesuai dengan rencana pengembangan ekonomi.

Kawasan perdesaan diarahkan untuk kegiatan pertanian, perumahan perdesaan, pertambangan, industri rumah tanggga dan jasa pemerintahan. Perkembangan dari kawasan ini dibatasi agar tidak berkembang menjadi kawasan perkotaan, pembatasan ini dimaksudkan agar tidak teijadi pengurangan lahan pertanian yang pada akhirnya akan mengurangi produksi pertanian.

B. Kawasan Perkotaan

Kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi. Kegiatan perkotaan dan Kabupaten Lebak adalah Kota Rangkasbitung, Kota Maja, Kota Malingping, dan Kota Bayah. Pengelolaan kawasan ini dimaksudkan agar wilayah ini menjadi motor penggerak perekonomian bagi wilayah-wilayah sekitarnya.

C. Kawasan Prioritas

Kawasan prioritas adalah kawasan yang mempunyai kegiatan khusus atau mempunyai nilai nilai strategis, sehingga di dalam pengembangannya perlu penanganan yang lebih terarah. Kawasan yang termasuk kawasan prioritas di Kabupaten Lebak adalah sebagai berikut:

• Kota Rangkasbitung sebagai ibukota Kabupaten Lebak, kota ini berperan sangat strategis terutama sebagai pusat utama pelayanan umum.

(15)

PT. GEBE KONSULINDO VII-15

• Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun adalah kawasan non budidaya dan merupakan hutan lindung yang harus dilindungi sehingga kawasan ini harus bebas dari kegiatan-kegiatan yang sifatnya budidaya yang akan merusak terhadap fungsi keberadaan Taman Nasional Gunung Halimun. • Kawasan lindung Wisata Budaya Baduy, merupakan kawasan wisata non

budidaya yang harus dijaga kelestarian dan keasliannya, sehingga harus bebas dari kegiatan-kegiatan yang sifatnya budidaya dan mengganggu keberadaan kawasan tersebut.

7.1.3 Pola Pemanfaataan Ruang

Pola pemanfaatan ruang Kabupaten Lebak secara umum terbagi menjadi dua, yaitu kawasan lindung seluas 97.226 ha dan kawasan budidaya seluas 188.770 ha. Untuk lebih jelasnya, pola pemanfaatan ruang Kabupaten Lebak dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel VII. 1 Rencana Pemanfaatan Ruan Kabupaten Lebak

Rencana Pemanfaatan Ruang Luas (ha) Prosentase terhadap luas total Kabupaten Lebak

Kawasan Lindung 97.226 33,98%

1. Kawasan yang memberikan perlindungan pada kawasan bawahannya

63.845 22,32

2. Kawasan pelindungan

setempat 10.595 3,70

3. Kawasan suaka alam dan

cagar budaya 21.482 7,51

4. Kawasan rawan bencana 1.300 0,45

Kawasan Budidaya 188.770 66,01

Kawasan pertanian 153.485 53,66

Kawasan permukiman 2.835 10,08

Kawasan industri 2.000 0,70

Kawasan pariwisata 4.450 1,56

Sumber: RTRW Kabupaten Lebak

A. Kawasan Non Budidaya (Kawasan Lindung)

Kawasan yang tergolong pada kawasan lindung dalam pola pemanfaatan ruang Kabuapaten Lebak adalah sebagai berikut:

1. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya, pengembangan kawasan dikaitkan dengan fungsi hidrologis, mencakup lahan seluas 63.845 ha (22,32 % dari luas total Kabupaten Lebak), terdiri atas:

• Kawasan hutan lindung (luas 29.975 ha), perlindungan terhadap kawasan hutan lindung dilakukan untuk memelihara dan mempertahankan kawasan hutan lindung sebagai hutan dengan tutupan vegetasi tetap, untuk mencegah terjadinya erosi, bencana banjir, sedimentasi, dan menjaga fungsi hidrologis

(16)

PT. GEBE KONSULINDO VII-16

tanah untuk menjamin ketersediaan unsur hara tanah, air tanah, dan air permukaan.

• Kawasan resapan air (luas 33.870 ha), perlindungan terhadap kawasan resapan air dilakukan untuk memberikan ruang yang cukup bagi peresapan air hujan pada daerah tertentu untuk keperluan penyediaan kebutuhan air tanah dan penanggulangan banjir, baik untuk kawasan bawahannya maupun kawasan yang bersangkutan. Kawasan resapan air adalah daerah yang mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan sehingga merupakan tempat pengisian air bumi yang berguna sebagai sumber air. 2. Kawasan perlindungan setempat, kawasan lindung yang merupakan kawasan

perlindungan setempat di Kabupaten Lebak, seluas 10.595 Ha (3,7 % dari luas total Kabupaten Lebak), terdiri atas:

• Sempadan pantai, kriteria kawasan lindung untuk kawasan sempadan pantai adalah daratan sepanjang tepian yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat. Sebaran sempadan pantai terdapat di Kecamatan Malingping, Panggarangan, dan Kecamatan Bayah.

• Sempadan sungai, adalah kawasan sepanjang kiri kanan sungai, termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer, yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Perlindungan terhadap sempadan sungai dilakukan untuk melindungi sungai dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air sungai, kondisi fisik pinggir dan dasar sungai serta mengamankan aliran sungai.

• Kawasan sekitar mata air, adalah kawasan di sekeliling mata air yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi mata air. Perlindungan terhadap kawasan sekitar mata air dilakukan untuk melindungi mata air dari kegiatan budidaya yang dapat merusak kualitas air dan kondisi fisik kawasan sekitamya, sedangkan kriteria kawasan lindung untuk kawasan mata air adalah sekurang-kurangnya dengan jari-jari 200 meter di sekitar mata air

3. Kawasan suaka alam dan cagar budaya, terdiri dari:

• Taman nasional (luas cakupan sebesar 16.380 ha), Taman Nasional ialah kawasan pelestarian alam yang didalamnya terdapat jenis-jenis tumbuhan, satwa atau ekosistem yang khas, yang dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan, pariwisata dan rekreasi.

(17)

PT. GEBE KONSULINDO VII-17

• Kawasan cagar budaya (dengan luas sebesar 5.102 ha), adalah cagar budaya Masyarakat Baduy dengan luas sebesar 5.102 ha atau 1,79% dari luas total Kabupaten Lebak. Kawasan cagar budaya adalah kawasan yang merupakan lokasi atau bangunan basil budaya manusia yang bernilai tinggi maupun bentukan geologi alami yang khan.

• Kawasan Strategis Pertahanan dan Keamanan. Perencanaan kawasan strategis pertahanan dan keamanan dengan aktivitas pangkalan militer terdapat pada wilayah kecamatan Panggarangan.

• d. Kawasan Ilmu Pengetahuan. Kawasan ilmu pengetahuan diperuntukkan bagi kegiatan yang melindungi atau melestarikan budaya bangsa dan pengembangan ilmu pengetahuan. Kawasan yang diperuntukan untuk kawasan Ilmu pengetahuan terdapat di sekitar wilayah pertambangan bersyarat

4. Kawasan rawan bencana.

Kawasan rawan bencana alam adalah kawasan yang sering atau berpotensi tinggi mengalami bencana alam. Perlindungan terhadap kawasan rawan bencana alam dilakukan untuk melindungi manusia dan kegiatannya dari bencana yang disebabkan oleh alam maupun secara tidak langsung oleh perbuatan manusia. Bencana yang diidentifikasi sering dan berpotensi tinggi mengalami bencana alam seperti gerakan tanah, erosi dan banjir.

B. Kawasan Budidaya

Kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, manusia, dan buatan. Pembudidayaan kawasan memperhatikan asas konservasi. Termasuk dalam kawasan budi

daya adalah kawasan pertanian, kawasan permukiman, kawasan industri, kawasan

pertambangan, dan kawasan pariwisata.

7.2 Pengembangan Wilayah Pelayanan (Zonasi)

Dalam mengembangkan sistem, disamping jumlah penduduk dan kepadatannya per wilayah pengembangan, keberadaan sumber air baku potensial juga memegang peranan penting. Pemanfatan sumber air baku yang lebih dekat dengan daerah pengembangan pelayanan akan membentuk sistem yang efisien, demikian pula pendekatan penentuan wilayah pengembangan pelayanan. Berbagai cara pendekatan digunakan untuk memprediksi perkembangan suatu daerah guna mengantisipasi arah pembangunan sarana prasarana wilayah agar pemanfaatan sumber daya yang tersedia lebih efisien. Pengembangan wilayah pelayanan sistem penyediaan air minum Kota Tangerang Selatan, tidak dapat dipisahkan dari sistem penyediaan air minum Kabupaten Tangerang.

(18)

PT. GEBE KONSULINDO VII-18

Sistem eksisting telah terbentuk dengan pola yang kurang menguntungkan atau sudah perlu dibenahi, mengingat perkembangan wilayah perkotaan yang semakin pesat. Permasalahan menjadi lebih kompleks, mengingat daerah pelayanan PDAM Tirta Karta Raharja Kabupaten Tangerang, sekarang mencakup 4 (empat) wilayah administratif, yaitu Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan dan wilayah administrasi DKI Jakarta.

Dari berbagai perbedaan dan kesamaan karakter daerah, dibuat parameter untuk menentukan zoning pengembangan daerah pelayanan air minum, dimana parameternya adalah :

1. Tingkat kepadatan penduduk

2. Posisi letak ketinggian rata-rata dari muka laut

3. Peruntukan pengembangan daerah perkotaan sesuai fungsi 4. Penyelarasan pemanfaatan sumber air baku potensial 5. Aksesibilitas terhadap sistem eksisting

6. Aksesibilitas terhadap jalur transportasi dan sungai 7. Pengelompokan terhadap pusat pertumbuhan perkotaan 8. Prioritas pengembangan sistem

Dari 8 (delapan) zona pengembangan daerah pelayanan di wilayah SPAM kabupaten Tangerang, 1 (satu) zona pengembangan daerah pelayanan terbatas ke wilayah DKI Jakarta, Kota Tangerang Selatan termasuk dalam zona CIPAREN PLUS, yang meliputi Ciputat, Ciputat Timur, Pamulang, Serpong, Serpong Utara, Setu dan Pondok Aren.

Dalam pelaksanaan pembangunan di kabupaten Lebak Propinsi Banten secara artificial dibentuk wilayah-wilayah yang mempubyai kondisi relatif sama atau homogenitas wilayah yang disebut senbagai Wilayah Pembangunan. Adapun pembagian wilayah pembangunan di Kabupaten Lebak Provinsi Banten di bagi dalam 7 zona pengembangan beserta proyeksi jumlah pelanggan, yang dapat dilihat pada Tabel VII.2 berikut ini:

Tabel VII. 2 Jumlah Pelanggan dan Zona Pengembangan SPAM Kabupaten Lebak

Zona Kecamatan Jumlah Pelanggan / Tahun

2012 2017 2022 2027 2032 Zona 1 Rangkasbitung 1.347 4.752 8.212 11.727 15.298 Warunggunung 604 2.137 3.703 5.304 6.938 Cibadak 671 2.375 4.116 5.894 7.710 Cikulur 538 1.904 3.300 4.726 4.726 Karanganyar 370 1.308 2.267 3.246 4.246 Jumlah Zona 1 3.530 12.477 21.598 30.896 38.918

(19)

PT. GEBE KONSULINDO VII-19

Zona Kecamatan Jumlah Pelanggan / Tahun

2012 2017 2022 2027 2032 Zona 2 Cipanas 523 1.845 3.188 4.553 5.939 Lebagedong 249 877 1.516 2.165 2.825 Sobang 327 1.154 1.994 2.848 3.715 Muncang 365 1.289 2.228 3.181 4.150 Jumah Zona 2 1.464 5.166 8.927 12.748 16.629 Zona 3 Malingping 710 2.504 4.328 6.180 8.062 Cijaku 310 1.094 1.890 2.699 3.521 Wanasalam 591 2.085 3.603 5.146 6.712 Cigembong 225 794 1.372 1.959 2.556 Jumlah Zona 3 1.836 6.477 11.193 15.984 20.852 Zona 4 Sajira 535 1.887 3.261 4.657 6.075 Maja 583 2.056 3.553 5.074 6.620 Curugbitung 346 1.222 2.111 3.015 3.933 Jumlah Zona 4 1.464 5.165 8.926 12.746 16.628 Zona 5 Leuwidamar 592 2.088 3.609 5.153 6.723 Cimarga 714 2.520 4.354 6.218 8.111 Jumlah Zona 5 1.306 4.608 7.963 11.371 14.834 Zona 6 Bayah 477 1.683 2.908 4.153 5.417 Cibeber 634 2.237 3.865 5.520 7.200 Cilograng 370 1.306 2.256 3.222 4.204 Cihara 347 1.223 2.113 3.018 3.936 Panggarangan 411 1.449 2.505 3.577 4.666 Jumlah Zona 6 2.238 7.898 13.647 19.489 25.423 Zona 7 Cirinten 287 1.013 1.751 2.501 3.262 Bojongmanik 247 873 1.509 2.154 2.810 Cileles 538 1.899 3.281 4.686 6.113 Gunungkencana 381 1.345 2.323 3.318 4.328 Banjarsari 670 2.362 4.082 5.829 7.605 Jumlah Zona 7 2.124 7.492 12.947 18.488 24.118 Junlah Total 13.963 49.283 85.200 121.723 157.402

Sumber: Hasil Analisis, 212

7.3 Tingkat Pelayanan

Dalam menentukan tingkat pelayanan, digunakan kriteria sebagai berikut :

a. Diasumsikan bahwa target pelayanan adalah cakupan pelayanan air minum sebesar 80 % dari jumlah penduduk pada Tahun 2015 sesuai target MDG (Millennium Development Goals) dengan jenis pelayanan sistem perpipaan. b. Penentuan jenis pelayanan air minum dilaksanakan pertama-tama dengan

(20)

PT. GEBE KONSULINDO VII-20

baik secara kualitas maupun kuantitasnya (ketersediaannya sepanjang waktu), maka daerah tersebut dapat dilayani dengan sistem perpipaan. Bila terdapat beberapa daerah yang mempunyai kesulitan untuk mendapatkan sumber air individual, maka dilakukan pelayanan dengan sistem regional atau sistem air tanah dalam.

c. Kondisi air yang dapat dipergunakan tersebut harus memenuhi syarat-syarat minimal, yaitu :

• Tidak mengandung unsur-unsur yang dapat menyebabkan pemakai sakit atau bahkan meninggal.

• Tingkat keasaman, pH antara 6.5 – 9. • Tidak berasa/berbau dan jernih.

d. Tingkat konsumsi minimal untuk sistem non perpipaan sesuai standar yang berlaku yaitu sebesar 30 l/orang/hari.

e. Pada daerah yang dilayani dengan sistem perpipaan, maka tingkat pelayanan akan dibedakan dengan sambungan rumah dan HU/KU.

7.4 Rencana Pentahapan Pengembangan (5 Tahunan)

Untuk mengantisipasi perkembangan tersebut, dinilai penting mengevaluasi berbagai prasarana yang telah ada dan kemudian menetapkan berbagai program pengembangan dalam rangka menunjang peningkatan dinamika berbagai sektor. Salah satu prasarana yang vital adalah air minum.

Penyusunan Rencana Induk SPAM Kabupaten Lebak Propinsi Banten didasarkan atas hasil pemilihan sistem SPAM di setiap IKK di wilayah kabupaten Lebak. Penyusunan rencana pengembangan SPAM secara umumada tiga tahap yaitu rencana induk pengembangan SPAM Jangka Pendek, Jangka Menengah dan Jangka Panjang.

a) Rencana jangka pendek

Rencana pengembangan jangka pendek periode waktu dua – tiga tahuan yaitu yaitu tahun 2012 sampai 2015. Rencana Induk penmgembangan SPAM Jangka pendek dilakukan berbarengan dengan Penyusuan RIP SPAM. Lokasi pelaksanaan pengembangan SPAM Jangka Pendek ditentukan berdasarkan studi RIP SPAM yang dilaksanakan pada Tahun 2012 ini.

b) Rencana jangka Menengah

Rencana pengembangan jangka menengah periode waktu lima tahuan yaitu periode tahun 2015 sampai 2020. Rencana Induk penmgembangan SPAM Jangka menengah dilakukan pemenuhan kebutuhan air penduduk 90 % pada tahun 2015-2020, kebutuhan air minum baik domistik maupun non domistek sampai tahun

(21)

PT. GEBE KONSULINDO VII-21

2020, kondisi sumber air baku baik kuantitas, kualitas maupun kontinuitas serta perencanaan jaringan distribusi air minum. Pada perencanaan ini akan dilakukan kegiatan keterpaduan dengan prasarana dan sarana sanitasi dan rencana pembiayaan dan pola investasi pengembangan spam serta rencana pengembangan kelembagaan penyelenggaraan SPAM.

c) Rencana Jangka Panjang

Rencana pengembangan jangka pendek periode waktu dua tahuan yaitu periode tahun 2015 sampai 2025/2030. Rencana Induk penmgembangan SPAM Jangka panjang dilakukan kegiatan pemenuhan kebutuhan air minum masyarakat 100 % dari kebutuhan air minum penduduk. Pada perencanaan ini akan dilakukan kegiatan keterpaduan dengan prasarana dan sarana sanitasi dan rencana pembiayaan dan pola investasi pengembangan SPAM.

7.5 Kebutuhan Air

7.5.1 Klasifikasi Pelanggan

Sebagai dasar penentuan potensi pelanggan di Kabupaten Lebak, maka diperlukan data awal yang menunjukkan klasifikasi pelanggan PDAM Kabupaten Lebak. Klasifikasi pelanggan PDAM Kabupaten Lebak adalah sebagai berikut:

Tabel VII. 3 Klasifikasi Pelanggan PDAM Kabupaten Lebak

No Klasifikasi Golongan 1 Sosial I 2 Rumah Tangga A II A 3 Rumah Tangga B II B 4 Rumah Tangga C II C 5 Instansi Pemerintah II D 6 Niaga A III A 7 Niaga B III B 8 Industri A IV A 9 Industri B IV B 10 Khusus V Jumlah

Sumber: Gambaran PDAM Kabupaten Lebak, 2010

7.5.2 Kebutuhan Air Domestik

Kebutuhan air domestik merupakan kebutuhan air yang sangat ditentukan oleh pola konsumsi penduduk. Kebutuhan air domestrik digunakan untuk memenuhi kebutuhan air dalam aktivitas atau kegiatan sehari-hari penduduk, misalnya mandi, mencuci, minum, memasak, dan sebagainya. Kebutuhan air domestik dihitung berdasarkan jumlah penduduk, tingkat pertumbuhan, kebutuhan air perkapita dan proyeksi waktu air akan digunakan. Kebutuhan air domestik terdiri atas sambungan langsung dan hidran umum.

(22)

PT. GEBE KONSULINDO VII-22

Kebutuhan air domestik dalam Sistem Penyediaan Air Minum Kabupaten Lebak dapat dilihat pada Tabel VII.4 pada halaman di bawah ini Seperti halnya di wilayah lain, kebutuhan air domestik Kabupaten Lebak selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya. Besarnya kebutuhan air domestik penduduk di Kabupaten Lebak dapat dilihat pada tabel berikut ini:

(23)

PT. GEBE KONSULINDO VII-23

Tabel VII. 4 Kebutuhan Air Domestik Tahun 2012-2032

Zona Kecamatan Jumlah Sambungan Rumah (unit) Jumlah Konsumsi Air Sambungan Rumah (ltr/detik)

2012 2017 2022 2027 2032 2012 2017 2022 2027 2032 Zona 1 Rangkasbitung 1347 4752 8212 11727 15298 2 7 12 18 23 Warunggunung 604 2137 3703 5304 6938 0,91 3,22 5,57 7,98 10,44 Cibadak 671 2375 4116 5894 7710 1,01 3,57 6,19 8,87 11,60 Cikulur 538 1904 3300 4726 4726 0,81 2,87 4,97 7,11 7,11 Kalanganyar 370 1308 2267 3246 4246 0,56 1,97 3,41 4,88 0,17 Zona 2 Cipanas 523 1845 3188 4553 5939 0,79 2,78 4,80 6,85 8,94 Lebagedong 249 877 1516 2165 2825 0,37 1,32 2,28 3,26 4,25 Sobang 327 1154 1994 2848 3715 0,49 1,74 3,00 4,29 5,59 Muncang 365 1289 2228 3181 4150 0,55 1,94 3,35 4,79 6,24 Zona 3 Malingping 710 2504 4328 6180 8062 1,07 3,77 6,51 9,30 12,13 Cijaku 310 1094 1890 2699 3521 0,47 1,65 2,84 4,06 5,30 Wanasalam 591 2085 3603 5146 6712 0,89 3,14 5,42 7,74 10,10 Cigembong 225 794 1372 1959 2556 0,34 1,19 2,06 2,95 3,85 Zona 4 Sajira 535 1887 3261 4657 6075 0,80 2,84 4,91 7,01 9,14 Maja 583 2056 3553 5074 6620 0,88 3,09 5,35 7,64 9,96 Curugbitung 346 1222 2111 3015 3933 0,52 1,84 3,18 4,54 5,92 Zona 5 Leuwidamar 592 2088 3609 5153 6723 0,89 3,14 5,43 7,75 10,11 Cimarga 714 2520 4354 6218 8111 1,07 3,79 6,55 9,36 12,20 Zona 6 Bayah 477 1683 2908 4153 5417 0,72 2,53 4,38 6,25 8,15 Cibeber 634 2237 3865 5520 7200 0,95 3,37 5,82 8,31 10,83 Cilograng 370 1306 2256 3222 4204 0,56 1,96 3,40 4,85 6,32 Cihara 347 1223 2113 3018 3936 0,52 1,84 3,18 4,54 5,92 Panggarangan 411 1449 2505 3577 4666 0,62 2,18 3,77 5,38 7,02 Zona 7 Cirinten 287 1013 1751 2501 3262 0,43 1,52 2,64 3,76 4,91 Bojongmanik 247 873 1509 2154 2810 0,37 1,31 2,27 3,24 4,23 Cileles 538 1899 3281 4686 6113 0,81 2,86 4,94 7,05 9,20 Gunungkencana 381 1345 2323 3318 4328 0,57 2,02 3,50 4,99 6,51 Banjarsari 670 2362 4082 5829 7605 1,01 3,55 6,14 8,77 11,44 Jumlah 13963 49283 85200 121723 157402 21 74 128 183 231

(24)

PT. GEBE KONSULINDO VII-24

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa kebutuhan air domestik di Kabupaten Lebak selalu mengalami peningkatan hingga tahun 2032. Pada tahun 2012, jumlah sambungan rumah sebesar 13.963 unit, yang kemudian terus meningkat dari 49.283 unit pada tahun 2017, 85.200 pada tahun 2022, 121.723 unit pada tahun 2027 dan tahun 2032 mencapai 157.402 unit. Sambungan rumah terbesar berada di Kecamatan Rangkasbitung yang mencapai 15.298 unit pada tahun 2032, sedangkan jumlah sambungan rumah terkecil berada di Kecamatan Cigembong yang hanya sebesar 2556 unit pada tahun 2032.

Jumlah konsumsi air sambungan rumah juga terus mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan jumlah sambungan rumah. Pada tahun 2012, jumlah konsumsi air hanya 21 liter/detik, kemudian pada tahun 2017 menjadi 74 liter/detik, 128 liter/detik pada tahun 2022, 183 liter/detik pada tahun 2027, dan 231 liter/detik pada tahun 2032. Sama halnya dengan jumlah sambungan terbesar, kecamatan dengan jumlah konsumsi air sambungan rumah terbesar adalah di Kecamatan Rangkasbitung dan Kecamatan Cigemong sebagai lokasi dengan jumlah konsumsi air sambungan rumah terkecil di Kabupaten Lebak.

7.5.3 Kebutuhan Air Non Domestik

Kebutuhan air non-domestik merupakan kebutuhan air yang digunakan untuk keperluan non rumah tangga dan sambungan kran umum. Kebutuhan air non domestik misalnya seperti penyediaan air bersih untuk perkantoran, perdagangan serta fasilitas sosial seperti tempat-tempat ibadah, sekolah, hotel, puskesmas, serta pelayanan jasa umum lainnya. Besarnya kebutuhan air non domestik ini pada setiap wilayah tidak selalu sama, tergantung besar kecilnya aktivitas yang berkembang di wilayah tersebut. Namun, secara umum besaran kebutuhan air non domestik adalah 15% dari kebutuhan air total. Besarnya kebutuhan air non domestik di Kabupaten Lebak dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel VII. 5 Kebutuhan Air Non-Domestik Tahun 2012-2032

Zona Kecamatan

Jumlah Kebutuhan Air Non-Domestik (liter/detik) 2012 2017 2022 2027 2032 Zona 1 Rangkasbitung 1,22 4,29 7,41 10,59 13,81 Warunggunung 0,55 1,93 3,34 4,79 6,26 Cibadak 0,61 2,14 3,72 5,32 6,96 Cikulur 0,49 1,72 2,98 4,27 5,58 Kalanganyar 0,33 1,18 2,05 2,93 3,83 Zona 2 Cipanas 0,33 1,18 2,05 2,93 3,83

(25)

PT. GEBE KONSULINDO VII-25

Zona Kecamatan

Jumlah Kebutuhan Air Non-Domestik (liter/detik) 2012 2017 2022 2027 2032 Lebagedong 0,22 0,79 1,37 1,95 2,55 Sobang 0,30 1,04 1,80 2,57 3,35 Muncang 0,33 1,16 2,01 2,87 3,75 Zona 3 Malingping 0,64 2,26 3,91 5,58 7,28 Cijaku 0,28 0,99 1,71 2,44 3,18 Wanasalam 0,53 1,88 3,25 4,65 6,06 Cigembong 0,20 0,72 1,24 1,77 2,31 Zona 4 Sajira 0,48 1,70 2,94 4,20 5,48 Maja 0,53 1,86 3,21 4,58 5,98 Curugbitung 0,31 1,10 1,91 2,72 3,55 Zona 5 Leuwidamar 0,53 1,89 3,26 4,65 6,07 Cimarga 0,64 2,27 3,93 5,61 7,32 Zona 6 Bayah 0,43 1,52 2,63 3,75 4,89 Cibeber 0,57 2,02 3,49 4,98 6,50 Cilograng 0,33 1,18 2,04 2,91 3,79 Cihara 0,31 1,10 1,91 2,72 3,55 Panggarangan 0,37 1,31 2,26 3,23 4,21 Zona 7 Cirinten 0,26 0,91 1,58 2,26 2,95 Bojongmanik 0,22 0,79 1,36 1,94 2,54 Cileles 0,49 1,71 2,96 4,23 5,52 Gunungkencana 0,34 1,21 2,10 3,00 3,91 Banjarsari 0,60 2,13 3,69 5,26 6,87 Jumlah 12 44 76 109 142

Sumber: Hasil Perhitungan, 2012

Sesuai dengan tabel VII.6 di atas dapat ditunjukkan bahwa kebutuhan air non-domestik pun selalu mengalami peningkatan hingga tahun 2032. Hal ini disebabkan karena semakin bertambahnya aktivitas-aktivitas penduduk di wilayah Kabupaten Lebak yang mengakibatkan kebutuhan air pun semakin tinggi. Besarnya nila kebutuhan air non-domestik adalah 12 liter/detik pada tahun 2012, kemudian pada tahun 2017 menjadi 44 liter/detik, 76 liter/detik pada tahun 2022, 109 liter/detik pada tahun 2027, dan pada tahun 2032 menjadi 142 liter/detik. Kebutuhan air non-domestik terbesar diperlukan oleh Kecamatan Rangkasbitung yang mencapai 13,81 liter/detik, sedangkan kecamatan dengan kebutuhan non domestik terkecil adalah Cigembong yang hanya 2,31 liter/detik pada tahun 2032.

7.5.4 Kehilangan Air

Kehilangan dan kebocoran air adalah air yang bocor dari sistem yang bersangkutan, kesalahan meteran, sambungan-sambungan yang tidak sah dan lain-lain hal yang tidak

(26)

PT. GEBE KONSULINDO VII-26

dihitung. Kehilangan air ini perlu diketahui dan diperhitungkan dalam pengembangan SPAM sehingga dapat direncanakan upaya untuk menghindari kehilangan air yang lebih besar. Besarnya kehilangan air yang diperhitungkan dalam pengembangan SPAM adalah 20% pada awal tahun pengembangan tahun 2012 hingga tahun 2032. Seiring dengan peningkatan kebutuhan air, besarnya nilai kehilangan air yang kemungkinan terjadi pada pengembangan SPAM Kabupaten Lebak semakin besar pula. Nilai kehilangan air yang terjadi pada tahun 2012 hingga 2032 adalah 17 liter/detik, 59 liter/detik, 103 liter/detik, 149 liter/detik, dan 191 liter/detik. Secara lengkap, besarnya kehilangan air yang terjadi di Kabupaten Lebak dapat digambarkan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel VII. 6 Kehilangan Air Kabupaten Lebak Tahun 2012-2032

Zona Kecamatan Jumlah Kehilangan Air (liter/detik)

2012 2017 2022 2027 2032 Zona 1 Rangkasbitung 1,62 5,72 9,88 14,12 18,41 Warunggunung 0,73 2,57 4,46 6,38 8,35 Cibadak 0,81 2,86 4,95 7,09 9,28 Cikulur 0,65 2,29 3,97 5,69 7,44 Kalanganyar 0,45 1,57 2,73 3,91 5,11 Zona 2 Cipanas 0,63 2,22 3,84 5,48 7,15 Lebagedong 0,30 1,06 1,83 2,61 3,40 Sobang 0,39 1,39 2,40 3,43 4,47 Muncang 0,44 1,55 2,68 3,83 5,00 Zona 3 Malingping 0,85 3,01 5,21 7,44 9,70 Cijaku 0,37 1,32 2,28 3,25 4,24 Wanasalam 0,71 2,51 4,34 6,19 8,08 Cigembong 0,27 0,96 1,65 2,36 3,08 Zona 4 Sajira 0,64 2,27 3,93 5,61 7,31 Maja 0,70 2,48 4,28 6,11 7,97 Curugbitung 0,42 1,47 2,54 3,63 4,73 Zona 5 Leuwidamar 0,71 2,51 4,34 6,20 8,09 Cimarga 0,86 3,03 5,24 7,48 9,76 Zona 6 Bayah 0,57 2,03 3,50 5,00 6,52 Cibeber 0,76 2,69 4,65 6,64 8,67 Cilograng 0,45 1,57 2,72 3,88 5,06 Cihara 0,42 1,47 2,54 3,63 4,74 Panggarangan 0,49 1,74 3,01 4,31 5,62 Zona 7 Cirinten 0,35 1,22 2,11 3,01 3,93 Bojongmanik 0,30 1,05 1,82 2,59 3,38 Cileles 0,65 2,29 3,95 5,64 7,36 Gunungkencana 0,46 1,62 2,80 3,99 5,21 Banjarsari 0,81 2,84 4,91 7,02 9,15 Jumlah 17 59 103 147 191

(27)

PT. GEBE KONSULINDO VII-27

7.5.5 Rekapitulasi Kebutuhan Air

Untuk mengetahui kebutuhan air total di Kabupaten Lebak dapat dilakukan dengan menghitung jumlah kebutuhan air domestik, kebutuhan air non domestik, dan tingkat kebocoran dan kehilangan air pada setiap tahun. Setelah dilakukan perhitungan, kebutuhan air total di Kabupaten Lebak selalu mengalami peningkatan hingga tahun 2032 dan pada setiap zona pengembangan. Total kebutuhan air Kabupaten Lebak pada tahun 2012 adalah 50,28 liter/detik, 177,48 liter/detik pada tahun 2017, 306,84 liter/detik pada tahun 2022, 438,37 liter/detik pada tahun 2027, dan 563,71 pada tahun 2032. Untuk lebih lengkapnya, kebutuhan air total Kabupaten Lebak per zona pengembangan dapat dilihat pada tabel VII.7 di bawah ini:

(28)

PT. GEBE KONSULINDO VII-28

Tabel VII. 7 Kebutuhan Air Kabupaten Lebak Tahun 2012-2032

Zona Kecamatan

Jumlah Konsumsi Air Sambungan Rumah

(ltr/detik) Jumlah kebutuhan air non-domestik Jumlah Kehilangan Air (liter/detik) Total Kebutuhan Air (liter/detik)

2012 2017 2022 2027 2032 2012 2017 2022 2027 2032 2012 2017 2022 2027 2032 2012 2017 2022 2027 2032 I Rangkasbitung 2 7 12 18 23 1,22 4,29 7,41 10,59 13,81 1,62 5,72 9,88 14,12 18,41 4,86 17,16 29,65 42,35 55,24 Warunggunung 0,91 3,22 5,57 7,98 10,44 0,55 1,93 3,34 4,79 6,26 0,73 2,57 4,46 6,38 8,35 2,18 7,72 13,37 19,15 25,05 Cibadak 1,01 3,57 6,19 8,87 11,60 0,61 2,14 3,72 5,32 6,96 0,81 2,86 4,95 7,09 9,28 2,42 8,58 14,86 21,28 27,84 Cikulur 0,81 2,87 4,97 7,11 7,11 0,49 1,72 2,98 4,27 5,58 0,65 2,29 3,97 5,69 7,44 1,94 6,88 11,92 17,07 20,13 Kalanganyar 0,56 1,97 3,41 4,88 0,17 0,33 1,18 2,05 2,93 3,83 0,45 1,57 2,73 3,91 5,11 1,34 4,72 8,19 11,72 9,11 Jumlah Zona 1 5,31 18,77 32,5 46,49 52,34 3,19 11,26 19,50 27,89 36,45 4,25 15,02 26,00 37,19 48,60 12,75 45,06 77,99 111,57 137,38 II Cipanas 0,79 2,78 4,80 6,85 8,94 0,33 1,18 2,05 2,93 3,83 0,63 2,22 3,84 5,48 7,15 1,75 6,18 10,68 15,26 19,92 Lebagedong 0,37 1,32 2,28 3,26 4,25 0,22 0,79 1,37 1,95 2,55 0,30 1,06 1,83 2,61 3,40 0,90 3,17 5,48 7,82 10,20 Sobang 0,49 1,74 3,00 4,29 5,59 0,30 1,04 1,80 2,57 3,35 0,39 1,39 2,40 3,43 4,47 1,18 4,17 7,20 10,28 13,42 Muncang 0,55 1,94 3,35 4,79 6,24 0,33 1,16 2,01 2,87 3,75 0,44 1,55 2,68 3,83 5,00 1,32 4,66 8,04 11,49 14,99 Jumah Zona 2 2,20 7,77 13,43 19,18 25,02 1,18 4,18 7,23 10,33 13,48 1,76 6,22 10,75 15,34 20,02 5,15 18,17 31,40 44,85 58,52 III Malingping 1,07 3,77 6,51 9,30 12,13 0,64 2,26 3,91 5,58 7,28 0,85 3,01 5,21 7,44 9,70 2,56 9,04 15,63 22,32 29,11 Cijaku 0,47 1,65 2,84 4,06 5,30 0,28 0,99 1,71 2,44 3,18 0,37 1,32 2,28 3,25 4,24 1,12 3,95 6,83 9,75 12,72 Wanasalam 0,89 3,14 5,42 7,74 10,10 0,53 1,88 3,25 4,65 6,06 0,71 2,51 4,34 6,19 8,08 2,13 7,53 13,01 18,58 24,24 Cigembong 0,34 1,19 2,06 2,95 3,85 0,20 0,72 1,24 1,77 2,31 0,27 0,96 1,65 2,36 3,08 0,81 2,87 4,95 7,07 9,23 Jumlah Zona 3 2,76 9,75 16,84 24,05 31,37 1,66 5,85 10,10 14,43 18,82 2,21 7,80 13,47 19,24 25,10 6,63 23,39 40,42 57,72 75,30 IV Sajira 0,80 2,84 4,91 7,01 9,14 0,48 1,70 2,94 4,20 5,48 0,64 2,27 3,93 5,61 7,31 1,93 6,81 11,78 16,82 21,94 Maja 0,88 3,09 5,35 7,64 9,96 0,53 1,86 3,21 4,58 5,98 0,70 2,48 4,28 6,11 7,97 2,10 7,43 12,83 18,32 23,90 Curugbitung 0,52 1,84 3,18 4,54 5,92 0,31 1,10 1,91 2,72 3,55 0,42 1,47 2,54 3,63 4,73 1,25 4,41 7,62 10,89 14,20 Jumlah Zona 4 2,20 7,77 13,43 19,18 25,02 1,32 4,66 8,06 11,51 15,01 1,76 6,22 10,74 15,34 20,01 5,29 18,65 32,23 46,03 60,04 V Leuwidamar 0,89 3,14 5,43 7,75 10,11 0,53 1,89 3,26 4,65 6,07 0,71 2,51 4,34 6,20 8,09 2,14 7,54 13,03 18,61 24,28

(29)

PT. GEBE KONSULINDO VII-29

Zona Kecamatan

Jumlah Konsumsi Air Sambungan Rumah

(ltr/detik) Jumlah kebutuhan air non-domestik Jumlah Kehilangan Air (liter/detik) Total Kebutuhan Air (liter/detik)

2012 2017 2022 2027 2032 2012 2017 2022 2027 2032 2012 2017 2022 2027 2032 2012 2017 2022 2027 2032 Cimarga 1,07 3,79 6,55 9,36 12,20 0,64 2,27 3,93 5,61 7,32 0,86 3,03 5,24 7,48 9,76 2,58 9,10 15,72 22,45 29,29 Jumlah Zona 5 1,97 6,93 11,98 17,11 22,32 1,18 4,16 7,19 10,27 13,39 1,57 5,55 9,58 13,69 17,86 4,72 16,64 28,75 41,06 53,57 VI Bayah 0,72 2,53 4,38 6,25 8,15 0,43 1,52 2,63 3,75 4,89 0,57 2,03 3,50 5,00 6,52 1,72 6,08 10,50 15,00 19,56 Cibeber 0,95 3,37 5,82 8,31 10,83 0,57 2,02 3,49 4,98 6,50 0,76 2,69 4,65 6,64 8,67 2,29 8,08 13,96 19,93 26,00 Cilograng 0,56 1,96 3,40 4,85 6,32 0,33 1,18 2,04 2,91 3,79 0,45 1,57 2,72 3,88 5,06 1,34 4,72 8,15 11,64 15,18 Cihara 0,52 1,84 3,18 4,54 5,92 0,31 1,10 1,91 2,72 3,55 0,42 1,47 2,54 3,63 4,74 1,25 4,42 7,63 10,90 14,22 Panggarangan 0,62 2,18 3,77 5,38 7,02 0,37 1,31 2,26 3,23 4,21 0,49 1,74 3,01 4,31 5,62 1,48 5,23 9,04 12,92 16,85 Jumlah Zona 6 3,37 11,88 20,53 29,32 38,25 2,02 7,13 12,32 17,59 22,95 2,69 9,51 16,43 23,46 30,60 8,08 28,52 49,28 70,38 91,81 VII Cirinten 0,43 1,52 2,64 3,76 4,91 0,26 0,91 1,58 2,26 2,95 0,35 1,22 2,11 3,01 3,93 1,04 3,66 6,32 9,03 11,78 Bojongmanik 0,37 1,31 2,27 3,24 4,23 0,22 0,79 1,36 1,94 2,54 0,30 1,05 1,82 2,59 3,38 0,89 3,15 5,45 7,78 10,15 Cileles 0,81 2,86 4,94 7,05 9,20 0,49 1,71 2,96 4,23 5,52 0,65 2,29 3,95 5,64 7,36 1,94 6,86 11,85 16,92 22,07 Gunungkencana 0,57 2,02 3,50 4,99 6,51 0,34 1,21 2,10 3,00 3,91 0,46 1,62 2,80 3,99 5,21 1,38 4,86 8,39 11,98 15,63 Banjarsari 1,01 3,55 6,14 8,77 11,44 0,60 2,13 3,69 5,26 6,87 0,81 2,84 4,91 7,02 9,15 2,42 8,53 14,74 21,05 27,46 Jumlah Zona 7 3,20 11,27 19,48 27,82 36,29 1,92 6,76 11,69 16,69 21,77 2,56 9,02 15,58 22,25 29,03 7,67 27,05 46,75 66,76 87,09 Junlah Total 21,01 74,1 128,2 183,15 230,61 12,47 44,01 76,09 108,71 141,88 16,81 59,32 102,56 146,5 191,22 50,28 177,48 306,84 438,37 563,71

Sumber: Hasil Perhitungan, 2012

Untuk melihat rincian total kebutuhan air Kabupaten Lebak per zona pengembangan sistem penyediaan air bersih pada tahun 2012 hingga tahun 2032 dapat dilihat pada Tabel VII. 8 berikut ini:

(30)

PT. GEBE KONSULINDO VII-30

Tabel VII. 8 Kebutuhan Air Total per Zona Pengembangan PDAM di Kabupaten Lebak Tahun 2012-2032

ZONA

Jumlah Kebutuhan Domestik (ltr/detik)

Jumlah Kebutuhan Air Non-Domestik

(liter/detik) Jumlah Kehilangan Air (liter/detik) Total Kebutuhan Air (liter/detik)

2012 2017 2022 2027 2032 2012 2017 2022 2027 2032 2012 2017 2022 2027 2032 2012 2017 2022 2027 2032 I 5,31 18,77 32,5 46,49 52,34 3,19 11,26 19,5 27,89 36,45 4,25 15,02 26 37,19 48,6 12,75 45,05 78 111,57 137,39 II 2,2 7,77 13,43 19,18 25,02 1,18 4,18 7,23 10,33 13,48 1,76 6,22 10,75 15,34 20,02 5,14 18,17 31,41 44,85 58,52 III 2,76 9,75 16,84 24,05 31,37 1,66 5,85 10,1 14,43 18,82 2,21 7,8 13,47 19,24 25,1 6,63 23,4 40,41 57,72 75,29 IV 2,2 7,77 13,43 19,18 25,02 1,32 4,66 8,06 11,51 15,01 1,76 6,22 10,74 15,34 20,01 5,28 18,65 32,23 46,03 60,04 V 1,97 6,93 11,98 17,11 22,32 1,18 4,16 7,19 10,27 13,39 1,57 5,55 9,58 13,69 17,86 4,72 16,64 28,75 41,07 53,57 VI 3,37 11,88 20,53 29,32 38,25 2,02 7,13 12,32 17,59 22,95 2,69 9,51 16,43 23,46 30,6 8,08 28,52 49,28 70,37 91,8 VII 3,2 11,27 19,48 27,82 36,29 1,92 6,76 11,69 16,69 21,77 2,56 9,02 15,58 22,25 29,03 7,68 27,05 46,75 66,76 87,09 JML 21,01 74,14 128,19 183,15 230,61 12,47 44,00 76,09 108,71 141,87 16,8 59,34 102,55 146,51 191,22 50,28 177,48 306,83 438,37 563,7

Sumber: Hasil Perhitungan, 2012

Gambar 7. 3 Grafik Kebutuhan Air Total per Zona Pengembangan SPAM Kabupaten Lebak Tahun 2012-2032

0 20 40 60 80 100 120 140 2012 2017 2022 2027 2032 I II III IV V VI VII

(31)

PT. GEBE KONSULINDO VII-31

7.6 Alternatif Rencana Pengembangan

Rencana pengembangan SPAM di Kabupaten Lebak dapat dikategorikan menjadi beberapa aspek pengembangan, yaitu aspek teknis, aspek managemen, dan aspek keuangan. Sesuai dengan beberapa aspek tersebut, maka rencana pengembangan SPAM yang dilakukan adalah sebagai berikut:

7.6.1 Aspek Teknis

Rencana pengembangan aspek teknis ini lebih ditekankan pada kinerja operasional sistem pengembangan air minum dengan memperhatikan potensi dan permasalahan pada aspek teknis yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Rencana pengembangan aspek teknis adalah sebagai berikut:

1. Rencana pengembangan Jangka Pendek PDAM Lebak pada tahun 2012 sampai dengan tahun 2017.

No Tahun Uraian Jenis

1 2011 Evaluasi eksisting

2 2011

Optimalisasi Sistem a. Reparasi alat-alat

b.Penggantian alat-alat yang rusak

c. Pengurangan kebocoran d. Pelatihan kelembagaan dan teknis

3

2012

Penambahan 10000 SR PVC ( m )

4 Pembangunan Jaringan pipa PVC ( m )

5 Pelatihan manajemen dan

Keuangan 6

2013-2015

Pembangunan IPA 500 l/detik

7 Reservoir 5000 m³ Beton

8 Pembangunan Jaringan pipa

2. Rencana pengembangan Jangka Menengah pada tahun 2017 sampai dengan tahun 2022.

No Tahun Uraian Jenis

1

2017-2022

Pembangunan IPA 3500 l/detik

2 Reservoir 15000 m³ Beton

3 Pembangunan Jaringan pipa

(32)

PT. GEBE KONSULINDO VII-32

3. Rencana pengembangan Jangka Panjang PDAM Lebak pada tahun 2022 sampai dengan tahun 2032.

No Tahun Uraian Jenis

1

2022-2032

Pembangunan IPA 2500 l/detik

2 Reservoir 10000 m³ Beton

3 Pembangunan Jaringan pipa

4 Intensifikasi ( operasional & perawatan )

7.6.2 Aspek Managemen

Rencana pengembangan aspek managemen ini lebih ditekankan cara kerja dan operasional serta managemen dari personil yang terlibat dalam kegiatan pengembangan SPAM. Rencana pengembangan aspek manageman adalah sebagai berikut:

1. Rencana Pengembangan Jangka Pendek

a. Meningkatkan kompetensi, pengetahuan, dan keterampilan pegawai dengan mengikutsertakan pada kegiatan diklat, workshop, seminar, pelatihan, dan kegiatan non formal lainnya minimal setahun sekali.

b. Memanfaatkan fasilitas sarana prasarana yang menunjang kegiatan atau pekerjaan masing-masing pegawai secara maksimal.

c. Menambah jumlah pegawai sesuai dengan kebutuhan pegawai dan kompetensi yang diperlukan untuk meningkatkan pelayanan PDAM.

2. Rencana Pengembangan Jangka Menengah

a. Meningkatkan kompetensi, pengetahuan, dan keterampilan pegawai dengan mengikutsertakan pada kegiatan non formal, seperti diklat, workshop, seminar, pelatihan, lainnya minimal enam bulan sekali.

b. Meningkatkan kompetensi, pengetahuan, dan keterampilan pegawai dengan mengikutsertakan pada kegiatan yang bersifat formal, yaitu melalui pendidikan formal dengan mengikuti pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi sebanyak 5% jumlah pegawai per tahun.

c. Mengadakan dan memberikan fasilitas sarana prasarana yang lebih lengkap dan canggih untuk menunjang kegiatan atau pekerjaan masing-masing pegawai secara optimal.

d. Menambah jumlah pegawai sesuai dengan kebutuhan pegawai dan kompetensi yang diperlukan untuk meningkatkan pelayanan PDAM.

e. Mengadakan kerjasama dengan pihak lain untuk meningkatkan pelayanan PDAM.

Referensi

Dokumen terkait

Kualitas tidur yang tidak baik akan memudahkan lansia mengalami kekambuhan penyakit hipertensi, hal tersebut dikarenakan kualitas tidur yang buruk akan berdampak

Pemaparan di atas menjadi suatu dasar pemikiran bahwa penerapan strategi pembelajaran konflik kognitif diharapkan dapat meningkatkan pemahaman konsep kimia organik

Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya dan dengan penuh kesadaran bahwa dalam menulis Tesis dengan judul Peran Komunitas Konsumen dalam Penciptaan Nilai Bersama

Yaitu proses abortus yang terjadi sebelum usia kehamilan 20 minggu, namun keseluruhan hasil konsepsi tertahan di uterus selama 6 minggu / lebih atau memanjangnya retensi hasil

Metode yang digunakan dalam penelitian industri perbankan periode tahun 2009 sampai 2011 ini adalah metode deskriptif dengan pen- dekatan kuantitatif Sampel yang

Dalam kenyataan hukum disatu sisi pengertian sifat melawan hukum pada Penjelasan Pasal 2 ayat (1) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan

Namun bila salah satu anggota kelompok tidak mampu melaksanakan kewajibannya untuk membayar, maka pada saat itu berlaku sistem tanggung renteng atau tanggung

Insenerator IPLR termasuk Insene- Tatar yang multiguna, yaitu mampu mengolah limbah radioaktif padat, limbah binatang maupun limbah radioaktif cair. Bahan bakar