• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN UMUM PT. COMBIPHAR. PT. Combiphar (Combined Imperial Pharmaceutical Incorporation)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN UMUM PT. COMBIPHAR. PT. Combiphar (Combined Imperial Pharmaceutical Incorporation)"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN UMUM PT. COMBIPHAR 2.1 Sejarah PT. Combiphar

PT. Combiphar (Combined Imperial Pharmaceutical Incorporation) didirikan pada tahun 1971 di Jalan Sukabumi No. 61 Bandung. Pada tanggal 27 Juni 1981, divisi produksi PT. Combiphar berpindah lokasi ke Jl. Raya Simpang No. 383 Padalarang dan diresmikan oleh Direktur Jenderal POM Depkes RI, sedangkan kantor pusatnya tetap di Jl. Sukabumi 61 Bandung. Pada tahun 1985 perusahaan dijual ke GEMALA Group (PT. Kirana Guna Jaya) dan pada tahun 1987 kantor pusat PT. Combiphar pindah ke Jl. Pulolentut Kav. II/E-4 Jakarta Timur. Sejak 8 April 1998 kantor pusat PT. Combiphar menetap di Jl. Tanah Abang II/9 Jakarta Pusat dan selanjutnya pindah ke Graha Atrium lantai 14-16 Jl. Senen Raya 135 Jakarta sejak pertengahan tahun 2007.

Suatu perubahan signifikan terjadi pada dekade kedua. Perubahan tersebut mencakup penataan ulang standar operating procedures dan fasilitas produksi. Perubahan ini membawa PT. Combiphar tercatat sebagai salah satu perusahaan Farmasi Nasional yang mendapat penghargaan sertifikat CPOB pada tahun 1991. PT. Combiphar selalu melakukan penyesuaian dengan CPOB dan dengan kondisi yang terjadi saat ini. Oleh karena itu, pada tahun 1996 dilakukan renovasi terhadap gedung produksi dan didirikannya gedung produksi Sefalosporin yang terpisah dari gedung produksi lainnya. Kemudian pada tahun 1997 dibangun gedung induk produksi lensa mata dari Rohto yang merupakan kerjasama antara PT. Combiphar dengan PT. Rohto dari Jepang yang berakhir pada tahun 2002. Dengan berakhirnya kerjasama tersebut, maka gedung Rohto akhirnya digunakan

(2)

oleh PT. Combiphar untuk departemen Product Development (Prodev) dan Quality Assurance (QA). Kemudian pada tahun yang sama di lakukan kerjasama dengan Sanofi-Syntelabo Perancis dan dibangunlah fasilitas PT. Sanofi-Syntelabo Combiphar (SSC) di lingkungan pabrik PT. Combiphar. Pada tahun 2002 juga dibangun fasilitas gedung khusus untuk produk OBH (Obat Batuk Hitam) yang dilatar belakangi oleh adanya permintaan pasar yang sangat tinggi terhadap produk OBH Combi dan terbatasnya kapasitas untuk sarana produksi. Kemudian pada tahun 2003 PT. Combiphar telah meng-upgrade fasilitas Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).

Pada bulan Maret 2006, PT. Sanofi-Syntelabo Combiphar (SSC) beralih

nama menjadi PT. Pharma Health Care (PHC). Kemudian pada tanggal 5 Mei 2008 dilakukan peresmian laboratorium baru Product and Development PT. Combiphar untuk menggantikan laboratorium yang lama.

Pada tanggal 9 Oktober 2006, PT. Combiphar diperiksa oleh konsultan ISO yaitu AIMS. Perusahaan ini kemudian di audit oleh SGS, yaitu badan yang berwenang memberikan sertifikat ISO. Berdasarkan hasil audit, PT. Combiphar dinyatakan berhak mendapatkan sertifikat ISO 9001:2000.

2.2. VISI DAN MISI

Visi yang dimiliki oleh PT Combiphar adalah menjadi salah satu industri farmasi yang terkemuka dan disegani di Indonesia. Dalam menjalankan usahanya, PT Combiphar memiliki misi yaitu ikut berkontribusi pada perbaikan kualitas hidup.

(3)

2.3 LOKASI, SARANA DAN PRASARANA FISIK 2.3.1. Lokasi PT. Combiphar

Divisi pabrik berada di Jalan Raya Simpang No. 383 Padalarang, Bandung, Jawa Barat, divisi ini bertanggung jawab atas semua proses produksi

produk Combiphar. Kantor pusat (Head Office) dan divisi pemasaran PT. Combiphar terletak di Graha Atrium Senen lantai 14-16, Jakarta Pusat. Kantor

pusat ini mengatur kegiatan perusahaan yang meliputi Keuangan, Pemasaran, Bussiness Development, Human Resources Development (HRD), dan lain-lain. Distribusi produk-produk PT. Combiphar dilakukan oleh PT. Anugrah Pharmindo Lestari (APL) dan PT. Parit Padang.

2.3.2 Sarana dan Prasarana Fisik

Bangunan Utama PT. Combiphar terdiri dari 6 gedung yaitu: a. Gedung Utama (Gedung Produksi Utama)

Gedung utama ini terdiri beberapa bagian, yaitu: i. Kantor

ii. Gudang

iii. Ruang produksi yang terbagi menjadi daerah abu-abu (grey area) dan daerah hitam (black area)

b. Gedung bagian QA dan Product Development. Gedung ini terdiri dari 3 lantai, yaitu:

i. Lantai Dasar, digunakan untuk laboratorium pengembangan produk yang terdiri dari ruang formulasi dan ruang pengembangan metode analisis.

(4)

ii. Lantai 1, laboratorium quality control terdiri dari ruang pengujian, ruang instrumen, ruang mikrobiologi, ruang administrasi dan staf laboratorium pengawasan mutu.

iii. Lantai 2, digunakan untuk ruang administrasi product development, ruang packaging development and registration document, ruang kepala bagian, ruang pertemuan, dan perpustakaan.

c. Gedung Pharma Health Care (PHC) dan gudang d. Gedung Produksi OBH dan gudang

e. Gedung Produksi Sefalosporin

f. Gedung bagian tehnik dan pemeliharaan, kantin, mushola, mess karyawan dan instalasi pengolahan air limbah (IPAL).

2.3.3 Sarana Penunjang

Pabrik Combiphar memiliki beberapa sarana penunjang untuk mendukung dan memperlancar aktivitas produksi. Adapun sarana penunjang tersebut adalah bengkel teknik (mechanical workshop), city electricity, generator diesel (genset), dua unit boiler, dua unit Air Compressor, pompa air, pengolahan air dengan sistem Reverse Osmosis, sistem Heating Ventilating Air Conditioning (HVAC) pada gedung utama dan gedung sediaan cair (liquid), dua unit fire hydrant pump yaitu diesel engine dan electric motor, Waste Water Treatment Plant (WWTP), Penangkal Petir, Sistem telekomunikasi (telepon, Faximile, e-mail), dan System application Programe (SAP).

2.4 PENERAPAN CPOB DI PT. COMBIPHAR

Sertifikat CPOB pertama di PT. Combiphar diperoleh pada tahun 1991. Hal ini membuktikan bahwa sebagian besar ketentuan dalam CPOB telah

(5)

dipenuhi oleh PT. Combiphar. Kendatipun demikian, continuous improvement perlu senantiasa diperhatikan dan dilaksanakan, mengingat persaingan antar industri farmasi semakin ketat. Selain berusaha untuk meningkatkan pelaksanaan CPOB, saat ini PT. Combiphar tengah berusaha untuk mendapatkan sertifikasi dari Pharmaceutical Inspection Cooperation Scheme (PIC/S), sertifikasi ini sangat penting terutama pada era globalisasi sekarang ini, karena dengan diperolehnya sertifikat tersebut, PT. Combiphar mendapat pengakuan secara internasional terhadap kualitas produk yang dihasilkan.

2.4.1 Manajemen Mutu

PT. Combiphar telah berusaha menjalankan sistem manajemen mutu sebagaimana dipersyaratkan dalam CPOB. Secara struktural, PT. Combiphar memiliki bagian QA dan QC yang didukung dengan sarana prasarana yang memadai, personil yang terlatih, proses dan prosedur yang memenuhi persyaratan. Bagian QA dan QC ini bertanggung jawab terhadap pelaksanaan sistem manajemen mutu di PT. Combiphar yang berpedoman pada CPOB.

PT. Combiphar juga telah melakukan pengkajian mutu produk secara berkala melalui Annual Product Review (APR). APR ini merupakan tanggung jawab unit QAS yang dalam pelaksanaannya melibatkan seluruh bagian dalam divisi pabrik yang terkait dengan mutu produk, terutama bagian produksi dan product development (prodev). Melalui APR, PT. Combiphar melakukan pengkajian terhadap seluruh produk yang telah dihasilkan dan dievaluasi secara menyeluruh untuk menentukan apakah perlu dilakukan tindakan perbaikan atau pencegahan terkait dengan proses pembuatan obat.

(6)

2.4.2 Personalia

Personil kunci pada PT. Combiphar yaitu kepala bagian produksi, kepala bagian pengawasan mutu dan kepala bagian pemastian mutu yang merupakan Apoteker yang telah terkualifikasi dan berpengalaman sehingga memungkinkan untuk melaksanakan tugas secara profesional.

PT. Combiphar juga memberikan pelatihan (training) secara berkala bagi para personilnya. Training yang diberikan oleh PT. Combiphar terdiri dari training Good Manufacturing Practice (GMP) dan training non-GMP, yang dapat dilakukan di dalam atau di luar PT. Combiphar. Training GMP merupakan tanggung jawab bagian QAO unit GMP compliance dan biasanya dilaksanakan satu tahun sekali. Training non GMP menjadi tanggung jawab dari masing-masing bagian. Setelah pelatihan diberikan, biasanya dilakukan evaluasi dan tindak lanjut atas seluruh kegiatan pelatihan yang telah dilakukan dan didokumentasikan dalam catatan pelatihan.

Selain memperhatikan peningkatan kualitas personil, PT. Combiphar juga memperhatikan kesehatan dan kesejahteraan personil dengan menyediakan fasilitas klinik kesehatan dan pembagian obat gratis bagi personil, serta General Check Up setiap satu tahun sekali, menawarkan asuransi serta rekreasi bersama. 2.4.3 Bangunan dan Fasilitas

Bangunan divisi pabrik PT. Combiphar dibuat sesuai dengan ketentuan dalam CPOB sehingga dapat mencegah terjadinya kontaminasi silang yang dapat menurunkan mutu produk yang dihasilkan. Gedung sefalosporin terletak terpisah dari bangunan produksi lainnya, begitu juga dengan gudang penyimpanan bahan pengemas, bahan baku serta produk jadi yang letaknya terpisah. Sedangkan

(7)

bahan-bahan yang mudah terbakar disimpan dalam gudang khusus yang letaknya tepisah jauh dari kegiatan produksi.

Untuk pengendalian serangga, hewan pengerat dan hewan lain, PT. Combiphar bekerja sama dengan pihak kontraktor Pest and Rodent Control.

Dalam hal ini, pengecekan dilakukan secara rutin setiap dua minggu sekali.

Tata letak ruang produksi di PT. Combiphar dibuat sesuai dengan urutan tahap proses produksi. Hal ini bertujuan agar alur kerja menjadi lebih teratur dan memungkinkan pengawasan yang efektif. Meskipun demikian, gedung produksi belum seluruhnya menerapkan sistem in line. Dalam hal ini hanya gedung PHC dan OBH yang telah menerapkan sistem in line, mulai dari gudang bahan baku, ruang produksi, hingga gudang produk jadi.

Untuk mengatur perbedaan tekanan udara, temperatur, dan kelembapan ruangan, PT. Combiphar menggunakan sistem HVAC, sedangkan untuk mengatur jumlah partikel dalam ruangan digunakan HEPA filter. Bagian yang bertanggung jawab pada pengontrolan dan perawatan utility adalah bagian teknik.

Area penyimpanan (gudang) dirancang sesuai dengan persyaratan yang tercantum CPOB. Gudang tersebut memiliki kapasitas yang memadai dan penerangan yang cukup, serta selalu terjaga tetap bersih dan kering. Daerah penyimpanan dibedakan berdasarkan tipe material (bahan baku, bahan pengemas, produk jadi), status barang (quarantine, release, rejected), dan suhu penyimpanan (2-80C, dibawah 250C, di bawah 300C), dengan penataan berdasarkan kode yang terprogram dalam System Application Program (SAP). Sistem ini dapat memisahkan barang secara efektif sehingga memudahkan petugas dalam mencari barang yang diinginkan. Untuk area penyimpanan bahan berbahaya dipisahkan

(8)

dengan area penyimpanan barang lain. Bahan narkotik, psikotropik dan bahan prekursor disimpan dalam tempat terkunci sehingga terjamin keamanannya. Pada gudang bahan baku, terdapat pula ruang grey area yang digunakan untuk melakukan sampling terhadap bahan baku yang datang.

Laboratorium QA/QC telah memenuhi persyaratan CPOB. Letak laboratorium QA/QC terpisah dari area produksi dan didesain sedemikian rupa untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang. Untuk fasilitas lain seperti kantin dan bengkel perbaikan (teknik) juga berada terpisah dari area produksi dan laboratorium QA/QC. Ruang ganti pakaian letaknya telah terpisah dengan area produksi namun masih langsung berhubungan.

2.4.4 Peralatan

Secara garis besar, peralatan yang ada telah didesain dan dikonstruksikan sedemikian rupa sehingga memenuhi persyaratan CPOB. Seluruh peralatan yang digunakan harus terkalibrasi dan terkualifikasi, meliputi kualifikasi Instalasi (IQ), kualifikasi operasional (OQ), dan kualifikasi kinerja (PQ) serta terdokumentasi. Kualifikasi IQ dan OQ dilakukan satu kali saat instalasi pertama dan dilakukan rekualifikasi apabila terjadi modifikasi peralatan atau perubahan lokasi peralatan. Sedangkan untuk PQ dilakukan sesudah OQ pada instalasi pertama kali dan di rekualifikasi setiap 3 tahun sekali (untuk peralatan yang tidak kritis) dan 1 tahun sekali (untuk peralatan kritis). Untuk proses kalibrasi dilakukan internal dan eksternal secara berkala sesuai dengan jadwal kalibrasi yang dibuat setiap tahun, sedangkan proses pembersihan dilakukan secara berkala sesuai dengan prosedur tetapnya. Adapun metode yang digunakan untuk membersihkan alat, sebelumnya harus tervalidasi terlebih dahulu.

(9)

Penempatan peralatan terutama di bagian produksi, dalam satu ruangan produksi hanya terdapat peralatan yang berhubungan dengan aktivitas di ruangan tersebut. Setiap peralatan juga telah memiliki identitas yang jelas yang menunjukkan nomor aset dan nomor urut lokasi ruangan dimana alat tersebut ditempatkan. Nomor identitas alat tersebut akan memudahkan penelusuran jika terjadi suatu penyimpangan/masalah dalam proses produksi serta diperlukan pula dalam studi proses validasi.

2.4.5 Sanitasi dan Higiene

PT. Combiphar telah berusaha menerapkan sanitasi dan higiene pada setiap aspek, meliputi personil, bangunan, peralatan, bahan awal hingga bahan pengemasnya sehingga menjamin kebersihan dan menjaga agar produk yang dihasilkan terbebas dari kontaminasi dan pencemaran.

PT. Combiphar juga mencanangkan program higiene yaitu 5R (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin) yang diperiksa secara berkala. Selain itu, setiap personil yang bekerja di ruang produksi diwajibkan mencuci tangan dengan desinfektan dan menggunakan pakaian khusus yang dilengkapi dengan penutup kepala, masker dan sepatu khusus. Personil yang akan melakukan proses pengolahan produk juga diwajibkan menggunakan sarung tangan untuk menghindari kontak langsung dengan produk yang dibuat. Khusus untuk personil yang akan masuk ataupun keluar dari ruang sefalosporin diwajibkan untuk mandi terlebih dahulu agar tidak terjadi resiko kontaminasi silang dan bahaya medis.

Untuk menjamin kebersihan ruangan produksi disediakan ruang penyangga yang berfungsi sebagai pembatas antara grey area dan black area. Dalam hal ini ruang penyangga alur barang dan personil terpisah. Untuk

(10)

memudahkan pengawasan, warna pakaian yang digunakan tiap kelas berbeda. Prosedur higiene ini tidak hanya berlaku bagi personil produksi saja, tapi juga berlaku bagi semua orang yang hendak memasuki ruang produksi.

2.4.6 Produksi

Bahan awal yang digunakan untuk produksi adalah bahan awal yang telah memenuhi spesifikasi dari pengujian oleh QC. Penyimpanan bahan awal tersebut disesuaikan dengan kondisi dan sifat bahan seperti penyimpanan pada suhu kamar, sejuk dan dingin.

Proses perencanaan kegiatan produksi dan bahan yang diperlukan dalam proses produksi dilakukan oleh bagian Supply chain. Selanjutnya diadakan perencanaan proses produksi yang melibatkan berbagai pihak pada divisi pabrik. Prosedur pengolahan batch dievaluasi secara rutin. Selain dokumen induk, ditetapkan prosedur kerja baku seperti tercantum dalam prosedur pengolahan induk dan prosedur pengemasan induk bagi masing-masing kegiatan produksi untuk menjamin kelancaran kerja serta keseragaman mutu produk yang dihasilkan.

Bagian produksi juga dilengkapi dengan laboratorium pemeriksaan untuk keperluan pemantauan selama proses (In Process Control/IPC). Laboratorium tersebut dilengkapi peralatan untuk keperluan IPC.

Sebelum proses pengemasan, ruang pengemasan diperiksa untuk memastikan bahwa tidak ada produk lain, bahan pengemas lain, dokumen pengemasan lain dan peralatan lain dalam jalur pengemasan. Antara jalur pengemasan yang satu dengan yang lain diberi sekat untuk menghindari tercampurnya produk.

(11)

2.4.7 Pengawasan Mutu

Di PT. Combiphar, bagian yang bertanggung jawab terhadap pengawasan mutu adalah QC. Divisi QC bertanggung jawab terhadap pengawasan mutu, mulai dari bahan awal, produk antara, maupun produk jadi termasuk didalamnya pemeriksaan mikrobiologi dan in process control yang akan menentukan status masing-masing barang.

Seluruh personil yang bekerja di laboratorium tersebut telah terkualifikasi sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. Dengan demikian diharapkan agar setiap personil dapat mendukung pelaksanaan pengawasan mutu. Seluruh personil diwajibkan memakai pakaian pelindung dan alat pengaman seperti masker, kacamata, sarung tangan sesuai kebutuhan.

2.4.8 Inspeksi Diri dan Audit Mutu

Di PT. Combiphar terdapat empat level audit. Program audit dilaksanakan secara berkala dan rutin oleh tim inspeksi diri. Bagian yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan tersebut adalah unit GMP compliance. Tim inspeksi diri dan audit mutu dapat berasal dari internal perusahaan, pihak eksternal, maupun pihak prinsipal yang melakukan toll manufacturing di PT. Combiphar.

Semua prosedur, catatan dan laporan inspeksi diri dan audit mutu didokumentasikan dan disimpan oleh unit GMP compliance. Laporan inspeksi diri ini selanjutnya dilaporkan kepada manajer QAO, untuk dievaluasi dan ditetapkan tindakan perbaikan yang diperlukan (Corrective Action Plan Action/CAPA).

(12)

2.4.9 Penanganan Keluhan Terhadap Produk, Penarikan Kembali Produk dan Produk Kembalian

Berdasarkan jenisnya, PT. Combiphar membagi keluhan yang masuk dalam tiga kategori yaitu technical, medical, dan marketing. Penarikan Kembali Obat Jadi (PKOJ) merupakan penarikan kembali satu atau beberapa bets atau seluruh obat jadi tertentu dari semua mata rantai distribusi. PKOJ dilakukan apabila ditemukan adanya produk yang tidak memenuhi persyaratan mutu atas dasar pertimbangan adanya efek samping yang dapat bepengaruh terhadap kesehatan. Penanganan produk kembalian didasarkan pada “Returned Goods Policy” yang telah disepakati.

2.4.10 Dokumentasi

Dokumen-dokumen yang terdapat di PT. Combiphar antara lain prosedur mutu, spesifikasi dan prosedur pemeriksaan bahan baku (SPPBB), spesifikasi dan prosedur pemeriksaan bahan pengemas (SPPBP), spesifikasi dan prosedur pemeriksaan produk jadi (SPPPJ), batch record, protokol dan laporan kualifikasi dan validasi, instruksi kerja (kalibrasi, pemakaian, pembersihan), dokumen registrasi.

Untuk meningkatkan efisiensi kerja perusahaan, PT. Combiphar telah menerapkan teknologi informasi menggunakan program komputerisasi disebut SAP (System Application Program). Program SAP dapat mengakomodasi inventory control hingga distribusi penjualan. Keuntungannya adalah kegiatan menjadi lebih terorganisasi dan terkontrol karena sistem ini on line di semua unit kegiatan di PT. Combiphar.

(13)

2.4.11 Pembuatan dan Analisis berdasarkan Kontrak

Selain melaksanakan kegiatan produksi internal, PT. Combiphar juga melakukan external manufacturing/toll manufacturing. Toll manufacturing yang dilakukan dibagi menjadi dua yaitu toll out dan toll in. Toll out dilakukan oleh PT. Combiphar ke lembaga atau perusahaan industri farmasi lain. Toll out dilakukan apabila fasilitas di PT. Combiphar tidak mencukupi untuk proses produksi atau fasilitas tidak tersedia. Toll in dilakukan oleh pihak prinsipal ke PT. Combiphar. Hingga saat ini, toll in yang ada di PT. Combiphar dibagi menjadi 2 yakni formulasi dan repack. Untuk toll in formulasi, seluruh proses produksi dilakukan oleh PT. Combiphar. Untuk toll in repack, PT. Combiphar hanya melakukan analisa berdasarkan Certificate of analysis (CoA) dari prinsipal.

2.4.12 Kualifikasi dan Validasi

Setiap tahun bagian tim validasi PT. Combiphar yang terdiri dari bagian QA, Prodev, produksi, dan teknik menyusun Rencana Induk validasi (RIV). RIV ini mencakup informasi tentang fasilitas, peralatan, atau proses yang akan divalidasi, format dokumen berupa format protokol, laporan validasi, dan jadwal perencanaan pelaksanaan validasi, acuan dokumen yang digunakan dan struktur organisasi yang melaksanakan kegiatan validasi tersebut. Validasi yang dilakukan oleh PT. Combiphar adalah validasi mesin dan peralatan (kualifikasi), validasi metode analisis, validasi proses produksi, dan validasi pembersihan.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan beberapa manfaat dan kelebihan dari metode jarimatika di atas, maka penulis memahami bahwa metode jarimatika ini sangat cocok diberikan untuk anak yang

Biaya lingkungan yang dikeluarkan oleh RSI Hidayatullah teridentifikasi dalam aktivitas yang dilakukan dalam sanitasi lingkungan rumah sakit, yaitu : Aktivitas pengelolaan

Simbi%sis k%mensalisme adalah hubungan erat antara dua jenis makhluk  hidup, yang satu pihak mendapatkan keuntungan, sedangkan sedangkan yang lain tidak dirugikan. Tumbuhan sirih

Keputusan fatwa MUI Nomor: Kep-139/MUI/IV/2000 tentang Makan dan Budibaya Cacing dan Jangkrik, menjelaskan bahwa cacing termasuk dalam kategori hasyarat

Tujuan penelitian ini antara lain: pertama, menjelaskan penguasaan atas aktifitas perjudian kaitannya dengan pemanfaatan potensi ekonomi yang didapat dari hasil

Prinsip Destilasi azeotrop: memisahkan campuran azeotrop (campuran dua atau lebih komponen yang sulit dipisahkan) biasanya dalam prosesnya digunakan senyawa lain yang

Penyakit paget pada payudara selalu didapat bersama (a underlying payudara, kelainan epidermis berasal dari (a duktus sampai dengan duktus lakti'erus akhirnya mun+ul

bahwa baku mutu emisi untuk pembangkit listrik tenaga uap berbahan bakar batu bara sebagaimana tercantum dalam Lampiran III A dan Lampiran III B Keputusan Menteri Negara