• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEKNIK MENULIS NASKAH DRAMA. Makalah. Disusun dan diajukan untuk memenuhi sebagian tugas pada mata kuliah Keterampilan Bahasa Tulis.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TEKNIK MENULIS NASKAH DRAMA. Makalah. Disusun dan diajukan untuk memenuhi sebagian tugas pada mata kuliah Keterampilan Bahasa Tulis."

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

Keterampilan Bahasa Tulis Dosen Pengampu: Drs. H. Sukardi, M.Pd Disusun Oleh : Kelompok 7

Angel Nasya Yahzunka 1801025317

Agnes Fernanda 1801025289

Nadira Rifiyani zahwa 1801025107

Sayyidah Intan Nurul Izzah 1801025382

Nastiti Anggrarini 1801025006

Wafiq Azizah 1801025274

Kelas 6 L PGSD

PROGRAM PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF.DR.HAMKA

(2)

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah tentang Pengembangan Media Pembelajaran. Penulisan makalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan tugas mata perkuliahan Keterampilan Bahasa Lisan Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA.

Dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak, sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan penelitian ini, khususnya kepada Drs. H. Sukardi, M.Pd yang telah membimbing dalam penulisan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat berguna bagi para pembaca sekalian.

Jakarta, 5 April 2021

(3)

ii DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI... ii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 2

C. Tujuan ... 2

BAB II PEMBAHASAN ... 3

A. Pengertian Menulis Naskah Drama ... 3

B. Teknik Menulis Naskah Drama ... 4

C. Jenis – jenis Naskah Drama... 8

D. Unsur – unsur Naskah Drama ... 11

E. Hakikat Menulis Naskah Drama ... 12

BAB III PENUTUP ... 14

A. Kesimpulan ... 14

B. Saran ... 14

(4)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Bahasa merupakan alat terpenting yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Melalui bahasa, manusia akan dapat mengungkapkan segala pemikirannya. Selain itu, melalui bahasa manusia juga dapat saling bertukar pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia lainnya. Penggunaan bahasa dalam komunikasi dibagi menjadi dua macam bahasa, yaitu bahasa tulis dan bahasa lisan. Bahasa tulis adalah bahasa yang penyampaiannya dalam bentuk tulisan sedangkan bahasa lisan adalah bahasa yang penyampaiannya dengan bentuk ujaran atau ucapan. Untuk dapat berkomunikasi dengan baik, seseorang perlu belajar cara berbahasa yang baik dan benar.

Pembelajaran sastra akan berdampak positif bagi peserta didik. Contohnya melalui pembelajaran naskah drama yang merupakan buah perenungan seorang penulis terhadap kejadian-kejadian yang dialami dalam kehidupannya. Mereka mampu menampilkan konflik-konflik yang dikemas dalam dialog-dialog yang ditulis. Dalam pembelajaran sastra di sekolah siswa sudah dituntut untuk belajar bagaimana menulis naskah drama.

Menurut (Endraswara, 2011:37) Naskah drama merupakan karangan yang berisi kisah. Bahkan kadang juga dilengkapi dengan penjelasan nama-nama tokoh, dialog yang diucapkan para tokoh, keadaan panggung, tata busana, tata lampu (lighting), dan tata suara.

Dasar penulisan sebuah naskah drama adalah konflik yang terdapat dalam kehidupan manusia. Konflik yang terjadi terbangun oleh pertentangan-pertentangan para tokohnya. Penuangan kehidupan itu digali dan diolah sedemikian rupa oleh penulisnya sehingga mampu menampilkan suatu cerita yang menarik. Sisi dominan dari sebuah naskah drama ditentukan oleh penulisanya tergantung bagaimana pengarang memandang kehidupan. Kreativitas seorang pengarang terlihat dari kemahiran pengarang menjalin

(5)

konflik, menjawab konflik dengan surprise, dan memberikan kebaruan dalam jawaban itu.

Sehingga menulis naskah drama dapat dijadikan sebagai salah satu bagian dari menulis sastra yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan keterampilan menulis siswa. Bukan hanya menulis rapi, melainkan penulisannya juga harus sesuai dengan kaidah penulisan naskah drama. Menulis naskah drama yang sesuai dengan kaidah penulisan naskah drama dapat dijadikan sebagai bentuk penyesuaian awal agar mereka dapat menulis naskah drama dengan baik.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat diperoleh rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apa Pengertian Menulis Naskah Drama ? 2. Bagaimana Teknik menulis Naskah Drama ? 3. Apa saja Jenis – jenis Naskah Drama ? 4. Apa saja Unsur – unsur Naskah Drama ?

5. Bagaimana Hakikat Dalam Menulis Naskah Drama ? C. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan menulis naskah drama. 2. Untuk mengetahui bagaimana teknik menulis naskah drama.

3. Untuk mengetahui jenis – jenis naskah drama.

4. Untuk mengetahui apa saja yang termasuk dalam unsur – unsur naskah drama.

5. Untuk mengetahui bagaimana hakikat dalam menulis naskah drama yang tepat.

(6)

3 BAB II PEMBAHASAN A. PengertianMenulis Naskah Drama

Wujud drama secara fisik adalah naskah drama. Biasanya, naskah drama itu merupakan karya lisan atau tuturan, yang disebarkan melalui mulut di tangkap telinga dan demikian seterusnya. Naskah-naskah yang sifatnya lisan tersebut tentu saja tidak mempunyai bentuk yang tetap, sebab selalu berubah dalam produksinya.

Naskah drama adalah barang cetak atau naskah tertulis yang berbentuk dialog, menggambarkan watak seseorang dalam kehidupan, memiliki kesatuan dan berfungsi sebagai naskah sastra (untuk dibaca) maupun sebagai naskah untuk dipentaskan. Naskah drama dibuat untuk dijadikan kesatuan teks yang membuat kisah. Naskah atau teks drama dapat digolongkan menjadi dua, yaitu part text, artinya yang ditulis dalam teks hanya sebagian saja, berupa garis besar cerita. Naskah semacam, ini biasanya diperuntukkan bagi pemain yang sudah mahir. Kedua full text, adalah teks drama dengan penggarapan komplet, meliputi dialog, monolog, karakter, iringan dan sebagainya. Bagi pemain yang masih tahap berlatih, teks semacam ini patut dijadikan pegangan. Hal ini juga akan memudahkan pertunjukan. Hanya saja, sering membatasi kreativitas pentas. Suwardi (2011:37)

Sedangkan drama adalah salah satu jenis karya sastra yang mempunyai kelebihan dibandingkan dengan karya sastra jenis lain, yaitu unsur pementasan yangmengungkapkan isi cerita secara langsung dan dipertontonkan di depan umum.Meskipun demikian, ada juga naskah drama yang sifatnya hanya untuk dibaca atau sering disebut closed drama.

Sumber penulisan naskah drama bisa berasal dari ide atau imajinasi penulis, dari karya lain seperti, legenda, cerpen, novel dan sebagainya, atau dari kejadian-kejadian/keadaan sosial masyarakat. Dalam menulis naskah drama diperlukan pengetahuan yang luas tentang berbagai tema yang terjadi.

(7)

Penulisan naskah drama bisa atas dasar pengalaman pribadi atau peristiwa yang terjadi di lingkungannya. Menulis naskah drama, perlu memperhatikan hal-hal yang menjadi karakteristik drama. Penulis harus bisa mengolah suatu konflik menjadi permainan yang menarik, dengan mengekspresikannya melalui jalinan peristiwa dan susunan kata yang mewakili gerak.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengertian naskah drama di atas merupakan suatu teks tertulis yang ditandai adanya dialog-dialog antar tokoh dan terdapat sebuah alur yang menghubungkan cerita tersebut.

B. Teknik Menulis Naskah Drama 1. Menentukan Tema

Tema merupakan ide utama dalam cerita. Tema hadir dalam setiap naskah melalui gabungan antara tokoh dan peristiwa yang terjadi di dalamnya. Terdapat banyak rumusan tentang tema. M.S Hutagalung mengemukakan, bahwa tema adalah masalah yang menduduki tempat utama dalam cerita.1 Tema kurang lebih dapat bersinonim dengan ide utama dan tujuan utama. Maka, tema dapat dipandang sebagai dasar cerita, gagasan dasar umum, sebuah naskah drama. Gagasan dasar umum inilah yang tentunya telah ditentukan sebelumnya oleh pengarang yang dipergunakan untuk mengembangkan cerita. Dengan kata lain, cerita tentunya akan ”setia” mengikuti gagasan dasar umum yang telah ditetapkan sebelumnya sehingga berbagai peristiwa, konflik dan pemilihan berbagai unsur intrinsik yang lain seperti penokohan, pelataran, dan penyudutpandangan diusahakan mencerminkan gagasan dasar umum tersebut.

Berikut terdapat kriteria tema yang baik yaitu:

a) Aktual dapat diartikan dengan kejadian yang benar-benar terjadi atau sesuai dengan kenyataan.

b) Tidak menyinggung SARA, SARA adalah kependekan dari suku, agama, ras, dan antargolongan. Artinya, tema sebuah karya sastra tidak boleh menyinggung suku, agama, ras, atau antargolongan tertentu.

(8)

5

c) Memberi suatu pengajaran/pendidikan bagi pembacanya, tema sebuah cerita yang baik adalah yang dapat memberikan pengajaran dan pendidikan bagi pembacanya. Dengan kata lain, tema yang dipilih bukanlah tema yang tidak bermanfaat.

2. Membuat plot atau alur cerita

Plot adalah suasana yang berawal dari satu krisis ke krisis berikutnya melalui pola ketegangan ritmik dan relaksasi, sampai pada klimaks meninggi karena adanya kekuatan yang luar biasa, sehingga mengakibatkan perubahan yang terkadang dramatis. Plot merupakan struktur keseluruhan sebuah naskah. Agar plot menghasilkan efek yang baik, maka plot harus memiliki keseluruhan. Ini artinya, plot paling tidak harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

a) Bagian awal pendahuluan sebuah drama menunjukkan ruang, waktu, karakter, suasana hati dan tingkat kenyataan atau kemungkinannya. Semua ini menggiring plot ke arah titik dimana konflik dan persoalan menjadi jelas.

1) Sebuah drama akan dimulai dengan ruang, waktu dan tokoh yang tidak dikenal.

2) Pengarang dihadapkan pada dua masalah: ia harus memberikan informasi pokok, tetapi pada waktu yang bersamaan memberi harapan agar pembaca dapat mengikuti kelanjutannya.

3) Awal sebuah drama berisikan eksposisi atau seting yang erat hubungannya dengan informasi tentang latar belakang (kejadian sebelumnya, identitas tokoh dan situasi saat itu).

4) Kegunaan eksposisi sebagian besar ditentukan oleh point of attack atau suatu momen yang memulai cerita.

5) Eksposisi berisikan insiden yang menggugah yang akan menuju pada urutan pertanyaan-pertanyaan dramatik atau benang merah

b) Bagian tengah naskah disusun dalam berbagai komplikasi. Komplikasi adalah unsur yang menyebabkan perubahan jalannya laku.

1) Komplikasi meningkat karena adanya penemuan informasi baru, perlawanan yang tak terduga dari tokoh–tokoh tertentu, kemungkinan–

(9)

kemungkinan yang tak terduga yang muncul dalam perjalanan laku atau dari beberapa peristiwa.

2) Komplikasi mencipta suspens. Di awal cerita ketika cerita mulai berkembang ke arah puncak, kemungkinan–kemungkinan itu hampir– hampir terbatas.

3) Pada dasarnya, semua komplikasi adalah menemukan. Dengan pengertian bahwa setiap hal yang diungkapkan adalah penemuan yang tidak dikenal sebelumnya.

4) Penyelesaian setiap penemuan tidak harus seketika itu terjadi. Sering seorang pengarang menjalinnya dengan beberapa tokoh.

5) Di dalam komplikasi, akibat yang timbul dalam diri seorang tokoh sangat penting. Salah satunya adalah menyelesaikan aksi tokoh dan menemukan komplikasi baru.

c) Bagian akhir cerita dinamakan resolusi atau denoument yang berawal dari klimaks hingga titik akhir. Bagian akhir merupakan pertalian dari berbagai jenis laku dan merupakan jawaban dari persolan yang muncul sebelumnya. 1) Klimaks mengarah ke adegan penentuan. inilah adegan yang harus diungkapkan pengarang apabila naskah itu akan memuaskan penonton. Sepanjang perjalanan alur cerita, fakta – fakta akan segera muncul, dan seluruh laku tokoh dipusatkan ke arah itu

2) Resolusi mampu menghasilkan rasa kepuasan dan kemantapan. Penonton akan mampu melihat secara jelas bagaimana akhir cerita kira– kira akan muncul.

3. Membuat Penokohan

Penokohan adalah penggambaran watak tokoh. Penokohan merupakan pendramaan pikiran dalam bentuk orang-orang. Setiap watak tokoh mempunyai pribadi yang khas, sehingga setiap motivasi tokoh itu akan menimbulkan konflik. Secara keseluruhan konflik tersebut menggerakkan cerita menuju puncak masalah dan penyelesaiannya. Adapun yang dimaksud dengan penokohan dalam struktur drama adalah penampilan tokoh yang memerankan watak atau karakter tertentu. Penokohan dalam drama ialah

(10)

7

orang-orang yang hidup dalam arti watak dan karakternya terungkap melalui penampilan fisik, tindakan, ucapan, perasaan, dan kehendak diri sendiri maupun kehendak orang lain.

Ada beberapa jenis penokohan, yaitu tokoh protagonis, tokoh antagonis, dan tokoh pembantu. Tokoh protagonis ialah tokoh utama yang merupakan pusat cerita. Tokoh utama ini merupakan corong pengarang untuk mengemukakan gagasannya dan pandangan hidupnya. Tokoh antagonis adalah tokoh lawan protagonis. Tokoh antagonis menjadi perintang tokoh protagonis dalam mewujudkan cita-citanya. Pertikaian antara tokoh protagonis dengan antagonis menimbulkan konflik yang menggerakkan cerita. Sementara itu, tokoh pembantu adalah para tokoh yang tidak terlibat langsung dalam konflik utama, tetapi mereka dibutuhkan untuk menambah intensitas konflik utama dan menghadirkan dinamika pergerakan cerita.

4. Membuat Latar

Adapun unit-unit cerita yang digolongkan sebagai latar ada empat, yaitu, pertama tempat terjadinya peristiwa atau adegan drama yang disebut dengan lingkungan tempat terjadinya peristiwa, kedua adalah waktu terjadinya peristiwa atau adegan, ketiga benda-benda, alat-alat dan pakaian yang berhubungan dengan terjadinya peristiwa atau adegan, keempat ialah sistem kehidupan atau sistem pekerjaan yang berkaitan dengan tempat terjadinya peristiwa yang menjadi latar. Selain itu, latar juga sering dinamakan atmosfir, sebab latar dalam drama berguna membentuk suasana, memberi atmosfir.2

Dengan adanya tempat atau latar, cerita menjadi jelas situasinya dan hidup serta gambaran menjadi jelas. Cerita menjadi seperti kehidupan yang sesungguhnya, yaitu cerita menjadi hidup dalam angan-angan pembaca atau pembaca.

2 Imran T. Abdullah, (dkk.), “Memahami Drama Putu Wijaya: Aduh”, Laporan Penelitian untuk Proyek Pengembangan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Pusat Pembinaan dan

Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Yogyakarta: Fakultas Sastra dan Kebudayaan Universitas Gadjah Mada. 1978. 30

(11)

5. Membuat Dialog

Dialog merupakan media ekspresi pengarang yang utama. Pada saat naskah ditransformasikan ke atas panggung, keberadaan aktor, skeneri, cahaya, dan unsur pentas lainnya memperkuat ekspresi dialog tersebut. Namun demikian, untuk memperkuat landasan pemikirannya, seorang pengarang mengisi kalimat dialognya dengan kekuatan yang dimilikinya. Dialog harus memiliki fungsi sebagai berikut.

a. Dialog harus menyajikan informasi. Pada setiap adegan dialog harus mengungkapkan fakta, ide, dan emosi.

b. Dialog harus mewujudkan karakter. Gaya ucap setiap tokoh harus mewujudkan emosi dan pikiran dalam menghadapi setiap situasi.

c. Dialog harus menggiring perhatian pada kepentingan plot, yaitu memberi tekanan pada makna dan informasi di dalamnya serta membangun reaksi yang dihasilkannya.

d. Dialog menghidupkan tema naskah. Dialog harus menunjukkan tanda-tanda makna yang menghidupkan karakter dan mengembangkan laku.

e. Dialog harus membantu pembentukan nada dan suasana

kemungkinannya.

f. Dialog harus membantu meningkatkan tempo dan irama permainan. C. Jenis – jenis Naskah Drama

Jenis – jenis drama memiliki persamaan dan perbedaan pada masing-masing genrenya. Meskipun demikian jenis drama tetap tidak sama dalam hal penyajiannya. Dapat disimpulkan bahwa drama itu memiliki ciri khas tersendiri dalam penyajiannya, tidak sama dengan bentuk drama yang lainnya. Berikut adalah jenis – jenis naskah drama dalam Budianta, jenis-jenis drama yaitu : 3 1. Sendratari

Sendratari ialah kombinasi atau adonan antara seni drama dan seni tani. Para pemain sendratari terdiri dari penari-penari yang berbakat. Rangkaian insiden

3 Ii, B. A. B. (1988). Peningkatan Kemampuan Memamerkan..., Dian Listiani, FKIP UMP, 2011. Artikel.

(12)

9

dalam dongeng diwujudkan dalam bentuk tari yang diiringi musik. Dalam sendratari, tidak terdapat dialog. Hanya kadang kala dibumbuhi narasi singkat supaya penonton tidak terlalu abnormal dan resah tentang dongeng yang sedang dipentaskan. Sendratari intinya lebih mengutamakan tari daripada jalan dongeng di dalamnya. melalui atau bersama ini kata lain, dongeng yang melatarbelakangi sendratari Istimewa untuk berupa sarana.

2. Tragedi

Tragedi atau sedih ceria ialah drama yang mengandung rasa sakit dan kesedihan. Akar ceritanya yaitu pelaku utama tidak pernah berhasil dalam memperjuangkan nasibnya yang jelek mulai dari awal hingga selesai pertunjukan. Di potongan selesai dongeng malah berujung kedukaan yang mendalam alasannya ialah janjkematian menjemput tokoh utama (dimatikan dalam cerita). melalui atau bersama ini demikian, penonton seakan-akan ikut menanggung dan mencicipi derita yang dialami pelaku utama. Oleh lantaran itu, tak jarang penonton ikut merasa sedih, hingga mengeluarkan tangisan air mata.

3. Komedi

Komedi atau suka dongeng ialah drama penggeli hati. Drama ini penuh kelucuan yang menjadikan tawa penonton. Sebagian orang menyampaikan bahwa komedi ialah drama gelak. Meskipun demikian, sama sekali komedi bukan lawak. Komedi tetap menuntut nilai-nilai drama. Gelak tawa penonton dibangkitkan lewat kata-kata. Kekuatan kata-kata yang dipilih itulah yang membangkitkan kelucuan. Kelucuan itu sering mengandung sindiran dan Masukan dan Kritikan kepada anggota masyarakat tertentu. Karena itu, materi yang dipakai diaambil dari kejadian-kejadian yang ada dalam masyanakat. 4. Opera

Opera ialah drama yang dialognya dinyanyikan dengan diiringi musik. Lagu yang dinyanyikan pemain satu tidak serupa dengan lagu yang dinyanyikan pemain lain. Demikian pula irama musik pengiringnya. Drama jenis ini

(13)

memang mengutamakan nyanyian dan musik, sedangkan lakonnya Istimewa untuk sebagai sarana. Opera yang pendek namanya operet.

5. Tablo

Tablo ialah jenis drama yang mengutamakan gerak. Para pemainnya tidak mengucapkan dialog, tetapi Istimewa untuk melaksanakan gerakan-gerakan. Jalan dongeng sanggup diketahui lewat gerakan-gerakan itu. Bunyi-bunyian pengiring (bukan musik) untuk memperkuat kesan gerakan-gerakan yang dilakukan pemain. Jadi, yang ditonjolkan dalam drama jenis ini kekuatan akting para pemainnya.

6. Melodrama

Melodrama ialah drama yang dialognya diucapkan dengan iringan mclodi/musik. Tenw saja cara mengucapkannya sesuai dengan musik pengiringnya. Bahkan kadang kala pemain tidak bicara apa-apa. Pengungkapan perasaannya diwujudkan dengan lisan wajah dan gerak-gerik badan yang diiringi musik. Asal-usul melodrama bekerjsama opera. Dan opera yang obrolan para pemainnya dinyanyikan dan diiringi musik itu, lahir jenis melodrama.

7. Tragekomedi

Tragekomedi ialah perpaduan antara drama peristiwa dan komedi. Isi lakonnya penuh kesedihan, tetapi juga mengandung hal-hal yang menggembirakan dan menggelikan hati. Sedih dan gemhira silih berganti. Kadang-kadang penonton larut dalam kesedihan, kadang kala tertawa terbahak-bahak sebagai wujud rasa geli dan gembira.

8. Farce

Farce ialah drama yang mirip dagelan, tetapi tidak sepenuhnya dagelan. Ceritanya berpola komedi. Gelak tawa dimunculkan lewat kata dan perbuatan.Yang ditonjolkan dalam drama ini ialah kelucuan yang mengundang gelak tawa supaya penonton merasa senang.

(14)

11

D. Unsur – unsur Naskah Drama 1. Unsur Intrinsik Naskah Drama

a) Tokoh dan Perwatakan

Penokohan adalah proses penampilan tokoh sebagai pembawa peran watak tokoh dalam suatu pementasan drama (Budiyati, 2009: 26). Penokohan harus mampu menciptakan citra tokoh. Tokoh dalam seni sastra termasuk drama disebut tokoh rekaan yang berfungsi sebagai pemegang peran watak tokoh. Proses penokohan dapat juga disebut perwatakan atau karakterisasi. Dapat disimpulkan bahwa perwatakan adalah pelukisan took cerita melalui sifat-sifat dan sikap dalam cerita.

b) Latar

Latar (setting) dalam arti yang lengkap meliputi aspek ruang dan waktu terjadinya peristiwa serta aspek suasana (Budiyati, 2009: 31). Aspek ruang menggambarkan tempat terjadinya peristiwa dalam drama. Aspek waktu adalah waktu yang terjadi dalam seluruh cerita. Aspek suasana berkaitan dengan keadaan lingkungan masyarakat sekitar.

c) Bahasa

Analisis unsur bahasa adalah analisis dialog dalam teks drama. Dialog adalah percakapan dua orang tokoh atau lebih (Budiyati, 2009: 32). Melalui dialog yang menggunakan bahasa lisan yang komunikatif, tergambar pemikiran, karakter dan konflik lakuan. Dalam analisis bahasa ini difokuskan pada dua persoalan yang erat kaitannya dengan dialog, yaitu: pemilihan kata dan kalimat (menyangkut panjang-pendeknya kalimat dialog) yang mampu menimbulkan pertentangan di antara protagonis dan antagonisnya, dan pemikiran-pemikiran yang dikandung dalam dialog antagonisnya.

d) Alur

Alur adalah rangkaian peristiwa yang terjalin berdasarkan hukum sebab akibat; dan merupakan pola, perkaitan peristiwa yang menggerakan jalannya cerita ke arah pertikaian dan penyelesaiannya. Dalam alur terdapat struktur umum yang membentuk alur dramatic sebuah lakon

(15)

adalah pengenalan yang merupakan tahapan awal, perumitan sebagai tahapan tengah, klimaks, peleraian dan pemecahan sebagai tahapan akhir.

e) Tema

Tema adalah gagasan, ide dan pikiran utama di dalam karya sastra, baik terungkap secara tersurat maupun tersirat (Budiyati, 2009: 25). Dapat diartikan tema adalah penggarapan gagasan pokok yang didukung oleh jalinan unsur tokoh, alur, dan latar cerita serta diformulasikan lewat dialog. Kita perlu memahami seluruh sepak terjang tokoh utamanya, sebab tokoh utama biasanya diberi tugas penting untuk mengusung tema lakon. f) Amanat

Amanat adalah gagasan, ide dan pikiran utama di dalam karya sastra, baik terungkap secara tersurat maupun tersirat (Budiyati, 2009: 25). Dapat simpulkan bahwa amanat adalah pesan yang disampaikan oleh pengarang melalui lakon dramanya, dan bagaimana jalan keluar yang diberikan pengarang terhadap permasalahan yang dipaparkannya. Amanat erat kaitannya dengan makna, dan bersifat subjektif

2. Unsur Ekstrinsik Naskah Drama

Unsur ekstrinsik adalah segala macam unsur yang berada diluar teks drama, tetapi ikut berperan dalam keberadaan teks drama tersebut. Unsur-unsur itu antara lain biografi atau riwayat hidup pengarang, falsafah hidup pengarang, dan unsur sosial budaya masyarakatnya yang dianggap dapat memberikan masukan yang menunjang penciptaan karya drama tersebut.

E. Hakikat Menulis Naskah Drama

Hakikatnya belajar bahasa ialah menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi bukan sekedar menghafal teori. Manusia sebagai mahluk sosial tentu melibatkan bahasa saat berinteraksi. Mempelajari bahasa mencakup empat keterampilan berbahasa, yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Akhtadiah menyatakan bahwa melalui menulis kita dapat lebih mengenali kemampuan dan potensi diri kita. Melalui menulis kita mengembangkan berbagai gagasan. Menulis merupakan suatu proses, yaitu proses penulisan. Ini

(16)

13

berarti bahwa kita melakukan kegiatan dalam beberapa tahap, yakni tahap prapenulisan, tahap penulisan, dan tahap revisi.4 Menulis naskah drama sebagai salah satu bagian dari menulis sastra yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan keterampilan menulis siswa. Bukan hanya menulis rapi, melainkan penulisannya juga harus sesuai dengan kaidah penulisan naskah drama. Menulis naskah drama yang sesuai dengan kaidah penulisan naskah drama dapat dijadikan sebagai bentuk penyesuaian awal agar mereka dapat menulis naskah drama dengan baik. Oleh karena itu, menulis naskah drama sebagai salah satu keterampilan bersastra perlu mendapat perhatian yang serius dalam pengajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah. Sehubungan dengan hal tersebut, maka pengajaran menulis naskah drama harus ditingkatkan. Melihat pentingnya pengajaran keterampilan menulis naskah drama, sebagai motivator dan fasilitator, guru harus berusaha untuk menarik minat siswa agar lebih tertarik dan bersemangat dalam pembelajaran tidak monoton dan menjenuhkan yang masih menggunakan metode konvesional yaitu sepenuhnya menggunakan metode ceramah

(17)

14 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

Drama merupakan salah satu karya sastra yang dipenuhi dengan dialogdialog dan dipentaskan di atas panggung. Sebagai salah satu karya sastra yang dipentaskan, maka dalam pementasannya senantiasa mengacu pada naskah drama yang telah disiapkan. Penulisan naskah drama biasanya diambil melalui kejadian nyata yang bersumber dari kehidupan manusia maupun kejadian fiktif yakni berdasarkan pada imajinasi penulis. Naskah drama biasanya ditulis dalam bentuk dialog dan dipentaskan oleh aktor dengan tujuan menggambarkan kejadian kehidupan melalui pertikaian dan konflik yang terjadi di atas panggung.

Naskah drama merupakan buah perenungan seorang penulis terhadap kejadian-kejadian yang dialami dalam kehidupannya. Mereka mampu menampilkan konflik-konflik yang dikemas dalam dialog-dialog yang ditulis. Dalam pembelajaran sastra di sekolah siswa sudah dituntut untuk belajar bagaimana menulis naskah drama. Hal ini diterapkan dari mulai pendidikan dasar hingga menengah atas.

B. Saran

Bagi peserta didik diharapkan mampu mengembangkan rasa percaya diri terhadap kemampuan dan potensi yang dimilikinya dalam pembalajaran bahasa dan sastra khususnya dalam keterampilan menulis naskah drama sehingga dapat dijadikan sebagai suatu alat untuk lebih menghargai karya sastra negeri sendiri dan melestarikan budaya.

Bagi sekolah diharapkan dapat memberikan wawasan dan informasi agar para peserta didik dapat mengembangkan konsep diri positif dengan terus berpandangan positif terhadap dirinya dan mampu mengembangkan keterampilan dan bakat yang dimiliki peserta didik.

(18)

15

DAFTAR PUSTAKA

M. S. Hutagalung. 1967. Tanggapan Dunia Asrul Sani. Djakarta: Gunung Agung Imran T. Abdullah, (dkk.). 1978. “Memahami Drama Putu Wijaya: Aduh”,

Laporan Penelitian untuk Proyek Pengembangan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Yogyakarta: Fakultas Sastra dan Kebudayaan Universitas Gadjah Mada.

Akhadiah, S. et al. 1988. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Ii, B. A. B. (1988). Peningkatan Kemampuan Memamerkan..., Dian Listiani, FKIP UMP, 2011. Artikel

Kusumastuti, M. (2016). Menulis Naskah Drama. Perpustakaan Nasional

(19)

Referensi

Dokumen terkait

Pada kegiatan mewarnai, siswa diminta mewarnai dengan warna yang yang sama untuk bangun yang berbentuk lingkaran seperti yang ada pada gambar di bawah ini4. Segitiga

Hasil analisis statistik didapatkan bahwa tidak terdapat beda nyata antara aroma karamel susu segar dan susu pecah baik yang dikemas maupun yang tidak dikemas selama penyimpanan

Secara umum proses sertifikasi mencakup : peserta yang telah memastikan diri kompetensinya sesuai dengan standar kompetensi untuk paket/okupasi Operator Kran Jembatan s/d

Pendidikan karakter melalui musik merupakan salah satu cara yang memuat potensi besar dalam mendidik manusia di zaman sekarang, namun perlu diteliti lebih lanjut jenis musik

Penelitian dilakukan terhadap 2 kelompok mencit yaitu mencit yang tidak diinfeksi bakteri (normal) dan mencit yang diinfeksi bakteri Escherichia coli (E. coli)

3 Memberikan lebih dari satu jawaban yang benar, tetapi alasannya kurang tepat dalam penyampaian materi dan penugasan dalam presentasi. 2 Memberikan satu jawaban yang

Merupakan pembelian valuta asing secara terus-menerus Merupakan pembelian valuta asing secara terus-menerus dalam pasar untuk dijual kembali dengan segera di pasar dalam pasar

Produk dan layanan jasa wealth management yang ditawarkan oleh lembaga keuangan banyak sekali macam dan ragamnya, tetapi tidak berarti bahwa wealth management