Status Pemanfaatan Sumber Daya Ikan
di Indonesia dengan Kasus Teluk Tomini
Editor:
Prof. Dr. Ali Suman
Prof. Dr. Wudianto
Drs. Bambang Sumiono, M.Si.
Kerja sama:
Balai Penelitian Perikanan Laut •
Pusat Penelitian Pengelolaan Perikanan dan Konservasi Sumber Daya Ikan •
Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan •
Kementerian Kelautan dan Perikanan •
Status Pemanfaatan Sumber Daya Ikan di Indonesia
dengan Kasus Teluk Tomini
Editor:
Prof. Dr. Ali Suman Prof. Dr. Wudianto
Drs. Bambang Sumiono, M.Si.
Copyright © 2011 Balai Penelitian Perikanan Laut
Pencetakan buku Status Pemanfaatan Sumber Daya Ikan di Indonesia dengan Kasus Teluk Tomini dibiayai dari dana APBN Balai Penelitian Perikanan Laut TA. 2011
Korektor : Putri Komalasari
Desainer Sampul & Penata Isi : Sani Etyarsah dan Ardhya Pratama PT Penerbit IPB Press
Kampus IPB Taman Kencana Bogor Cetakan Pertama: Desember 2011
Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT) Hak cipta dilindungi oleh undang-undang
Dilarang memperbanyak buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit ISBN: 000-000-000-000-0
Kata Pengantar
Buku “Status Pemanfaatan Sumber Daya Ikan di Indonesia dengan
Kasus Teluk Tomini” merupakan hasil karya ilmiah para peneliti Balai
Penelitian Perikanan Laut (BPPL), Pusat Penelitian Pengelolaan Perikanan dan Konservasi Sumber Daya Ikan (P4KSI), Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan. Atas selesainya buku ini dipanjatkan rasa syukur ke hadirat Allah Swt., yang telah memberi Berkah dan Kemudahan dalam proses penyusunannya.
Buku ini merupakan hasil penelitian para peneliti Balai Penelitian Perikanan Laut dalam rangka mengkaji status pemanfaatan sumber daya ikan pelagis kecil di Indonesia, terutama difokuskan di perairan Teluk Tomini. Buku ini sangat berguna sebagai bahan masukan bagi para pembuatan kebijakan untuk meningkatkan kualitas kebijakan pengelolaan yang ada. Dengan demikian, keputusan-keputusan pengelolaan yang dihasilkan akan dapat melindungi dan melestarikan sumber daya ikan bagi tujuan pemanfaatannya secara berkelanjutan.
Makalah yang dimuat dalam buku ini sudah dipresentasikan dalam acara Seminar Perikanan Pelagis Kecil di Indonesia yang diadakan di Jakarta pada tanggal 11 Agustus 2011 dan Forum Teluk Tomini yang diadakan di Bogor pada tanggal 4—5 Oktober 2011, dan telah dilakukan evaluasi oleh para editor, untuk kemudian dilakukan perbaikan oleh penulis masing-masing. Atas usaha dan kerja keras dari para editor: Prof. Dr. Wudianto, Prof. Dr. Ali Suman, dan Drs. Bambang Sumiono, M.Si, serta para penulis dalam penyempurnaan makalah-makalah yang termuat dalam buku ini diucapkan terima kasih.
Kata Pengantar
iv
Sebagai suatu karya ilmiah, saya mengharapkan buku ini dapat dijadikan acuan dalam perumusan kebijakan pengelolaan sumber daya ikan secara berkelanjutan. Semoga Allah Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan rahmat-Nya bagi kita semua serta semoga buku ini dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kesejahteraan bangsa Indonesia.
Jakarta, Desember 2011 Kepala Balai, Prof. Dr. Ali Suman
Daftar Isi
Kata Pengantar ... iii
Daftar Isi ... v
Daftar Tabel ... vii
Daftar Gambar ... xi
Perkembangan Penelitian Sumber Daya Ikan Pelagis Kecil di Indonesia Oleh Suwarso dan Bambang Sadhotomo ... 1
Tantangan dalam Kajian Stok dan Pengelolaan Perikanan Oleh Suherman Banon Atmaja, Bambang Sadhotomo, dan M. Natsir 17 Kajian Struktur Genetika Populasi dan Prospeknya untuk Pengelolaan Perikanan Oleh Achmad Zamroni, Suwarso, dan Estu Nugroho... 33
Dinamika Populasi dan Biologi Reproduksi Jenis-jenis Ikan Pelagis Kecil di Perairan Indonesia Oleh Tuti Hariati, Wiwiet An Pralampita, dan M. Taufik ... 51
Kasus Teluk Tomini Produksi dan Ukuran Yellowfin Tuna di Teluk Tomini Oleh Siti Mardlijah dan Aisyah ... 65
Status Pemanfaatan Ikan Banggai Kardinal (Pterapogon kauderni) di Perairan Banggai Kepulauan Oleh Sri Turni Hartati, Prihatiningsih, dan Lilies Sadiyah ... 77
Daftar Isi
vi
Pendugaan Stok Ikan Pelagis Kecil dengan Metode Akustik di Teluk Tomini
Oleh Asep Priatna dan Suwarso ... 103
Tren Indeks Kelimpahan Stok Sumber Daya
Ikan Pelagis Kecil di Perairan Teluk Tomini (WPP 716)
Oleh Ali Suman, D. S. Effendi, dan Badrudin ... 121
Status Sumber Daya Ikan Pelagis Kecil dan Pengelolaannya Secara Berkelanjutan di Perairan Teluk Tomini
Oleh Suwarso, Achmad Zamroni, dan M. Fauzi ... 131
Hubungan Variabilitas Cuaca dan Lingkungan Oseanografi dan Kelimpahan Sumber Daya Ikan Perikanan Pelagis Kecil Di Teluk Tomini
Daftar Tabel
Kajian Struktur Genetika Populasi dan Prospeknya untuk Pengelolaan Perikanan
Oleh Achmad Zamroni, Suwarso, dan Estu Nugroho
Tabel 1. Distribusi frekuensi haplotipe dari beberapa contoh ikan kembung (Rastrelliger brachysoma) di pantai utara Jawa berdasarkan mtDNA D-loop yang direstriksi oleh
4 jenis enzim renstriksi ...38 Tabel 2. Keragaman genetik (diversitas haplotipe, h) sekuen mtDNA
D-loop dari tujuh populasi ikan layang (Decapterus russelli) hasil
restriksi oleh tiga enzim restriksi
(Afa I, Hin6 I, dan Taq I) ...39 Tabel 3. Keragaman genetik mtDNA D-loop layang deles
(Decapterus macrosoma) dari enam populasi berdasarkan hasil
restriksi enzim AluI, TaqI, Hinc6I,
AfaI, Hind III, dan Msp I ...41 Tabel 4. Keragaman genetik (diversitas haplotype, h) sekuen mtDNA
D-loop dari tujuh populasi ikan layang biru (Decapterus
macarellus)
hasil restriksi oleh enzim restriksi Alu I, Hind III,
Dinamika Populasi dan Biologi Reproduksi Jenis-jenis Ikan Pelagis Kecil di Perairan Indonesia
Oleh Tuti Hariati, Wiwiet An Pralampita, dan M. Taufik Tabel 1. Parameter pertumbuhan ikan pelagis kecil
di Laut Jawa dan sekitarnya ...53
Tabel 2. Dugaan parameter pertumbuhan(Loo, K, dan t0)
ikan banyar Rastrelliger kanagurta dari perairan Laut Jawa melalui metode-metode iterasi
dan Gulland dan Holt Plot ...55 Tabel 3. Parameter pertumbuhan (Loo dan K) dan parameter
kematian (Z,M, dan F) ikan pelagis kecil
dari perairan Selat Malaka dan Barat Sumatera ...56 Tabel 4. Parameter pertumbuhan dan parameter kematian
tiga spesies ikan pelagis kecil dari perairan
Laut Cina Selatan (LCS) ...57 Tabel 5. Parameter pertumbuhan dan parameter kematian
lima spesies ikan pelagis kecil dari perairan
Indonesia Bagian Timur ... 58
Tabel 6. Masa pemijahan dan panjang pertama kali matang gonad ikan pelagis kecil dari beberapa perairan di Indonesia ...58
Status Pemanfaatan Ikan Banggai Kardinal (Pterapogon kauderni) di Perairan Banggai Kepulauan
Oleh Sri Turni Hartati, Prihatiningsih, dan Lilies Sadiyah Tabel 1. Pilihan Model hasil Stepwise AIC. Model terbaik
adalah model yang memiliki nilai AIC terkecil ...90 Tabel 2. Hasil Analisis Deviasi dari model terbaik ...90 Tabel 3. Jumlah telur/juvenil ikan banggai kardinal
pada fase-fase reproduksi ...94 Tabel 4. Hubungan panjang-berat ikan banggai kardinal ...95
Pendugaan Stok Ikan Pelagis Kecil dengan Metode Akustik di Teluk Tomini
Oleh Asep Priatna dan Suwarso
Tabel 1. Seting parameter akustik pada waktu akuisisi data ...107 Tabel 2. Hasil pengukuran terhadap sampel ikan malalugis
(Decapterus macarellus) dari masing-masing trip pengamatan 109 Tabel 3. Distribusi nilai TS ikan pelagis kecil tiap strata
kedalaman untuk masing-masing waktu pengamatan ...111 Tabel 4. Nilai estimasi biomassa ikan pelagis kecil
menurut strata kedalaman ...116
Tren Indeks Kelimpahan Stok Sumber Daya
Ikan Pelagis Kecil di Perairan Teluk Tomini (WPP 716)
Oleh Ali Suman, D. S. Effendi, dan Badrudin
Tabel 1. Pembakuan (standardisasi) PFI alat tangkap
Perikanan pelagis kecil di WPP 716 ...124 Tabel 2. Produksi, Upaya, dan CPUE Perikanan
pelagis kecil di kawasan WPP 716 ...127
Status Sumber Daya Ikan Pelagis Kecil dan Pengelolaannya Secara Berkelanjutan di Perairan Teluk Tomini
Oleh Suwarso, Achmad Zamroni, dan M. Fauzi
Tabel 1. Jumlah unit pukat cincin dan hasil tangkapan
Hubungan Variabilitas Cuaca dan Lingkungan Oseanografi dan Kelimpahan Sumber Daya Ikan Perikanan Pelagis Kecil di Teluk Tomini
Oleh M. Natsir, Suwarso, Khairul Amri, dan Asep Priatna Tabel 1 Tren laju tangkap (kg/hari) purse seine mini (pajeko)
Gorontalo yang aktif di Teluk Tomini
Daftar Gambar
Perkembangan Penelitian Sumber Daya Ikan Pelagis Kecil di Indonesia
Oleh Suwarso dan Bambang Sadhotomo
Gambar 1. Hipotesis pola migrasi ikan layang (Decapterus russelli) oleh Hardenberg (1938) ...3 Gambar 2. Hasil pengumpulan data melalui pengambilan contoh
secara komprehensif terhadap hasil tangkapan ikan pelagis kecil yang didaratkan di Pekalongan
dan Juwana, 1991–1993 ...6
Tantangan dalam Kajian Stok dan Pengelolaan Perikanan
Oleh Suherman Banon Atmaja, Bambang Sadhotomo, dan M. Natsir Gambar 1. Rata-rata jumlah trip/kapal dalam kurun
waktu 1986–2010 ...20 Gambar 2. Ilustrasi lisensi berdasarkan daerah penangkapan ...21 Gambar 3. Aktivitas kapal (trip) berdasarkan daerah penangkapan
di Pelabuhan Muara Baru ...22 Gambar 4. Plot dari 3 kapal sampel berdasarkan data VMS yang
menggambarkan daerah penangkapan pukat cincin (Data VMS dari Pusat Pemantauan Kapal
Perikanan DitJen P2SDKP) ...23 Gambar 5. Ploting track dari data VMS dan estimasi trip dan tawur ...25
Daftar Tabel
xii
Kajian Struktur Genetika Populasi dan Prospeknya untuk Pengelolaan Perikanan
Oleh Achmad Zamroni, Suwarso, dan Estu Nugroho
Gambar 1. Lokasi pengambilan sampel ...35 Gambar 2. Dendogram filogenetik dari 7 populasi ikan layang
(D. russelli) hasil analisis RFLP dengan
menggunakan 3 enzim restriksi ...39 Gambar 3. Dugaan unit stok dan sebarannya dari ikan layang biasa
(Decapterus russelli) di perairan L. Jawa, Sel. Makassar, L. Flores dan L. Banda ...40 Gambar 4. Dendrogram filogenetik antara 6 populasi layang deles
(Decapterus macrosoma) di Indonesia
berdasarkan jarak genetik Nei (D) ...41 Gambar 6. Dendrogram hubungan kekerabatan (filogeni) dari
7 populasi contoh ikan malalugis (Decapterus macarellus) di sekitar Sulawesi ...44 Gambar 7. Struktuk genetika populasi dan hubungan kekerabatan
ikan malalugis di perairan sekitar Pulau Sulawesi ...45
Produksi dan Ukuran Yellowfin Tuna di Teluk Tomini
Oleh Siti Mardlijah dan Aisyah
Gambar 1. Produksi yellowfin tuna yang didaratkan
di Marisa, 2004–2010 ...71 Gambar 2. Ukuran yellowfin tuna yang didaratkan di Marisa,
tahun 2007, 2008, 2010, dan 2011 ...73 Gambar 3. Ukuran yellowfin tuna hasil tangkapan pukat cincin
Status Pemanfaatan Ikan Banggai Kardinal
(Pterapogon kauderni) di Perairan Banggai Kepulauan
Oleh Sri Turni Hartati, Prihatiningsih, dan Lilies Sadiyah Gambar 1. Penyebaran endemik ikan banggai kardinal
(Vagelli 2005) ...81 Gambar 2. Daerah penyebaran ikan banggai kardinal
di Perairan Pulau Banggai ...82 Gambar 3. Kepadatan spasial ikan banggai kardinal
di beberapa wilayah perairan di Banggai Kepulauan ...83 Gambar 4. Habitat ikan banggai kardinal
di perairan Banggai Kepulauan ...84 Gambar 5. Tipe substrat pada habitat ikan banggai
kardinal di Banggai Kepulauan ...85 Gambar 6. Kisaran nilai kedalaman, suhu, pH, oksigen terlarut,
dan salinitas di perairan Banggai Kepulauan ...86 Gambar 7. Kurva pertumbuhan von Bertalanffy berdasarkan data
frekuensi panjang ikan banggai kardinal ...91 Gambar 8. Mortalitas ikan banggai kardinal (Pterapogon kauderni)
berdasarkan pada kurva panjang
hasil tangkapan yang dikonversi ...92 Gambar 9. TKG ikan banggai kardinal pada
setiap bulan pengamatan ...93 Gambar 10. Komposisi makanan isi lambung ikan banggai kardinal ...95 Gambar 11. Bundre dan Cang sebagai alat tangkap ikan banggai ...96 Gambar 12. Data produksi ikan banggai kardinal
Daftar Gambar
xiv
Pendugaan Stok Ikan Pelagis Kecil dengan Metode Akustik di Teluk Tomini
Oleh Asep Priatna dan Suwarso
Gambar 1. Trek akusisi akustik pada 3 periode
waktu pengambilan data ...106 Gambar 2. Hubungan nilai TS terhadap ukuran
dugaan (FL) ikan pelagis kecil ...109 Gambar 3. Persentase frekuensi distribusi ukuran ikan malalugis
(Decapterus macarellus) hasil tangkapan nelayan
pada bulan Mei, Juli, dan Desember ...110 Gambar 4. Persentase jumlah target tunggal berdasarkan nilai TS
tiap strata kedalaman pada bulan
Mei (A), Juli (B), dan Desember (C) ...112 Gambar 5. Persentase jumlah target tunggal berdasarkan nilai TS
untuk tiap kelompok ukuran pada bulan
Mei (A), Juli (B), dan Desember (C) ...113 Gambar 6. Persentase jumlah target ikan pelagis kecil tiap strata
kedalaman yang sama pada musim yang berbeda
untuk tiap kelompok ukuran ...114
Gambar 7. Persentase rata-rata densitas tiap strata kedalaman
untuk masing-masing waktu pengamatan ...115 Gambar 8. Kepadatan stok SDI pelagis kecil dari permukaan sampai
kedalaman 50 meter di Teluk Tomini ...117 Gambar 9. Fluktuasi bulanan laju tangkap ikan pelagis kecil oleh
armada purse seine mini yang berbasis
Daftar Gambar
xv
Tren Indeks Kelimpahan Stok Sumber Daya
Ikan Pelagis Kecil di Perairan Teluk Tomini (WPP 716)
Oleh Ali Suman, D. S. Effendi, dan Badrudin
Gambar 1. Tren Produksi (Catch), Upaya (Effort) dan Hasil tangkapan per unit Upaya (CPUE), Perikanan
pelagis kecil di WPP 716 ...128
Status Sumber Daya Ikan Pelagis Kecil dan Pengelolaannya Secara Berkelanjutan di Perairan Teluk Tomini
Oleh Suwarso, Achmad Zamroni, dan M. Fauzi
Gambar 1. Persentase tiap komoditas (A), pendaratan ikan
pelagis kecil di wilayah provinsi (B) dan kabupaten (C),
dan komposisi jenis ikan pelagis kecil y
ang didaratkan (D) ...133 Gambar 2. Peta lokasi penangkapan ikan pelagis dan posisi
rumpon (merah) yang dapat dicatat
di perairan Teluk Tomini ...135 Gambar 3. Fluktuasi musiman laju tangkap purse seine mini Gorontalo
dan Bitung di perairan Teluk Tomini
dan Laut Maluku 2010 ...138 Gambar 4. Perubahan komposisi jenis ikan pelagis kecil yang
tertangkap pukat cincin mini di Teluk Tomini
menurut daerah penangkapan ...139 Gambar 5. Variasi komposisi jenis hasil tangkapan ikan pelagis yang
tertangkap purse seine mini di Teluk Tomini 2010 ...140 Gambar 6. Komposisi jenis ikan pelagis kecil hasil tangkapan
pukat cincin Gorontalo berdasarkan bulan ...140 Gambar 7. Hasil tangkapan ikan pelagis kecil dan malalugis
di Gorontalo berdasarkan bulan ...141 Gambar 8. Laju tangkap ikan pelagis kecil di Gorontalo ...141
Gambar 9. Komposisi jenis ikan pelagis kecil di Gorontalo
berdasarkan daerah penangkapan...142 Gambar 10. Dendogram filogenetik dari 7 populasi ikan layang biru
(Decapterus macarellus) hasil analisis RFLP dengan menggunakan
6 enzim restriksi ...143 Gambar 11. Perkembangan musiman nilai GSI (Gonado
Somatic Index, dalam %) ikan Malalugis (Decapterus
macarellus) betina di sekitar Sulawesi, 2009–2010 ...144
Gambar 12. Persentase kumulatif dari sebaran frekuensi panjang ikan malalugis (Decapterus macarellus) yang didaratkan di Bitung
tahun 2010 memperlihatkan ukuran rata-rata
ikan yang tertangkap (L50 = 18,3 cm) ...145
Hubungan Variabilitas Cuaca dan Lingkungan Oseanografi dan Kelimpahan Sumber Daya Ikan Perikanan Pelagis Kecil di Teluk Tomini
Oleh M. Natsir, Suwarso, Khairul Amri, dan Asep Priatna
Gambar 1. Fluktuasi SOI bulanan periode 2000–2010 ...154 Gambar 2. Grafik fluktuasi suhu permukaan (atas)
dan konsentrasi klorofil-a (bawah) ...155 Gambar 3. Hasil tangkapan purse seine mini (MPS, lokal: “pajeko”)
harian yang mendarat di Gorontalo
dan Bitung tahun 2010 ...157 Gambar 4. Komposisi jenis hasil tangkapan ikan pelagis yang
tertangkap purse seine mini di Teluk Tomini
dan Laut Maluku, 2010 ...158 Gambar 5. Tren laju tangkap (kg/hari) purse seine mini (pajeko)
Gorontalo di Teluk Tomini ...159 Gambar 6. Fluktuasi SOI bulanan periode 2000–2010
Perkembangan Penelitian Sumber Daya
Ikan Pelagis Kecil di Indonesia
Suwarso dan Bambang Sadhotomo
Abstrak
Sumber daya ikan pelagis kecil memiliki peran yang cukup penting untuk pengembangan perikanan di Indonesia. Potensi produksi lestari sumber daya ikan ini mencapai 55% dari potensi produksi total perikanan laut di Indonesia. Penelitian perikanan pelagis di Indonesia telah lama dilakukan sejak tahun 1910 dan terus berlangsung sampai saat ini. Kegiatan penelitian pelagis kecil meliputi identifikasi stok, kelimpahan stok, pola migrasi, dinamika populasi, dan aspek perikanan lainnya. Penelitian dilaksanakan melalui kerja sama internasional, regional, dan tingkat nasional. Perkembangan penelitian dan kendala yang dihadapi berdasarkan kurun waktu disajikan dalam tulisan ini.
Kata Kunci: Penelitian, pelagis kecil, perairan Indonesia.
Pendahuluan
Sumber daya ikan pelagis kecil merupakan sumber daya ikan cukup penting di wilayah perairan Indonesia dan hampir menyebar di seluruh wilayah perairan, terutama perairan di dekat pantai. Berdasarkan hasil Kajian Stok Sumber daya Ikan tahun 2010 potensi produksi lestari maksimum ikan pelagis kecil di seluruh wilayah perairan Indonesia sebesar 3,6 juta ton atau sekitar 55% dari total potensi produksi sumber daya ikan. Beberapa jenis ikan pelagis kecil di Indonesia yang memiliki nilai ekonomis
Status Pemanfaatan Sumber Daya Ikan di Indonesia dengan Kasus Teluk Tomini
2
tinggi antara lain kembung (Rastrelliger spp.), layang (Decapterus spp.), selar (Selar cromenophthalmus), sardine (Sardinella spp), siro (Amblygaster
sirm).
Penelitian sumber daya perikanan (kajian stok) memiliki peran penting bagi pengelolaan perikanan secara berkelanjutan di suatu wilayah perairan. Tujuan pengelolaan perikanan adalah sumber daya ikan dapat dimanfaatkan secara optimal dengan tetap terjaga kelestariannya sehingga dapat memberikan kemakmuran nelayan dan masyarakat pada umumnya. Penelitian perikanan pada dasarnya telah berlangsung cukup lama sejalan dengan berkembang dan berubahnya perikanan, serta mengalami variasi dan modifikasi dalam proses pengumpulan data walaupun metodologi yang diterapkan dalam analisis bersifat standar kajian stok sumber daya ikan.
Tulisan ini membahas tentang perkembangan dalam kegiatan penelitian (kajian stok) sejak awal abad 19, khususnya pada perikanan pelagis kecil dan perikanan pada umumnya. Hasil review ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai evaluasi secara umum dan dapat digunakan sebagai tindak lanjut penelitian selanjutnya.
Perkembangan Penelitian Perikanan
Pelagis Kecil
Penelitian kajian stok sumber daya ikan pelagis kecil mulai berkembang seiring dengan berkembangnya perikanan di Laut Jawa sekitar tahun 1970-an. Perkembangan tahunan kegiatan penelitian secara rinci disajikan pada Lampiran 1, 2 dan 3. Uraian perkembangan penelitian dibawah ini disusun menurut periode, berbasis pada perikanan pelagis kecil yang berlangsung di paparan Sunda dengan fokus di perairan Laut Jawa.
Perairan Laut Jawa sejak lama diketahui memiliki sumber daya perikanan yang bersifat strategis sebagai sumber mata pencaharian masyarakat nelayan di sekitarnya. Pemanfaatan sumber daya ikan pelagis kecil di perairan pantai Laut Jawa telah dilakukan sejak awal abad 19 seperti dilaporkan van Roosendaal (1910) dan van Kampen (1909; 1922) yang mengamati perikanan ‘layang’ di Laut Jawa dan Selat Madura. Pengamatan perubahan-perubahan secara musiman perairan Laut Jawa
Status Pemanfaatan Sumber Daya Ikan di Indonesia dengan Kasus Teluk Tomini
3
juga dilaporkan oleh Berlage (1927a; 1927b); belakangan di-update secara lebih ilmiah oleh Wyrtki (1961). Penelitian selanjutnya ditujukan terhadap tingkat pre-recruit/larva (early life stage) dari jenis-jenis ikan dominan untuk memperoleh informasi tentang pemijahan ikan layang (Delsman 1926; 1939). Berdasarkan pola perubahan musiman perairan dan penelitian larva tersebut Delsman menyusun suatu spekulasi tentang
pemijahan disertai dengan keterangan tentang jenis-jenis larva yang tersamati. Selanjutnya berdasarkan pengetahuan aspek ekologi tentang perubahan musiman perairan dan informasi tentang perikanan pantai ikan layang (Rosenberg pada tahun 30-an), Hardenberg (1938) menyusun suatu hipotesis tentang pola migrasi ikan layang yang keluar dan masuk ke perairan Laut Jawa. Hipotesis menyatakan terdapat stok ‘layang timur’ dan ‘layang barat’ yang masing-masing memasuki perairan Laut Jawa sesuai dengan perubahan musiman yang terjadi disajikan pada Gambar 1. Dugaan pola migrasi ikan layang tersebut setiap saat selalu menjadi topik menarik untuk didiskusikan, namun penelitian yang memberikan informasi ilmiah belum dilakukan. Penelitian yang bersifat penegasan dalam kerangka struktur genetik populasi sekaligus pendugaan unit stok (unit biologi) sebagai unit pengelolaan kemudian telah dirintis oleh Pelfish Project tahun 1995–1996.
Gambar 1. Hipotesis pola migrasi ikan layang (Decapterus russelli) oleh Hardenberg (1938)
Status Pemanfaatan Sumber Daya Ikan di Indonesia dengan Kasus Teluk Tomini
4
Gambar 1. Hipotesis pola migrasi ikan layang (Decapterus russelli) oleh Hardenberg (1938) (lanjutan)
Penelitian Pengkajian Stok Sumber daya Ikan
Periode 1970–1990
Kajian stok secara intensif sebenarnya telah dilakukan pada tahun 1970-an, sejalan dengan perkembangan perikanan yang cepat di perairan ini, Institusi penelitian yang kompeten terdorong untuk melakukan penilaian terkait dengan konsep manajemen yang rasional. Namun demikian, pertanyaan terkait dengan “potensi dan hasil maksimum yang lestari” menjadi masalah besar, padahal hal ini menjadi tujuan utama dari program penelitian perikanan di Indonesia (Badan Litbang Pertanian 1981). Selain itu, permasalahan “elegan” ini kurang didukung oleh informasi bioekologi dari spesies yang bersangkutan; sedangkan studi terkait yang dilaporkan waktu itu (Dwiponggo 1982; 1983; 1987; Sudjastani 1978) cenderung “naïf” karena pandangan yang berlebihan terhadap gambaran MSY. Studi tentang ukuran stok yang tersebar di Laut Jawa dilaporkan oleh Sudjastani (1978) berdasarkan official data. Studi biologi antara lain dilaporkan oleh Atmadja (1988), Sudjastani (1974), Dwiponggo (1982; 1983), dan Widodo (1988a; 1988b).
Status Pemanfaatan Sumber Daya Ikan di Indonesia dengan Kasus Teluk Tomini
5
Penelitian Pengkajian Stok Sumber Daya Ikan
Periode 1991–1996
Kajian stok boleh dikatakan seluruhnya berbasis pada pengambilan contoh secara komprehensif melalui proyek kerja sama penelitian antara Indonesia (Balai Penelitian Perikanan Laut) dan Perancis (ORSTOM) di bawah payung “Java Sea Pelagic Fishery Assessment Project” tahun 1991– 1996. Kajian stok di era ini seolah-olah menjadi pijakan (milestone) bagi kajian stok selanjutnya. Sampling (pengambilan contoh) dilakukan secara komprehensif selama tahun 1991–1996, meliputi aspek biologi (perubahan komposisi ukuran dan kondisi visual kematangan gonad), dinamik dan eksploitasi (BIODYNEX), pendugaan stok melalui hidroakustik dan oseanografi, preliminary study tentang “aging” (enam spesies utama) serta studi khusus menyangkut struktur genetik populasi (dua jenis layang). Selama periode tersebut antara tahun 1991–1994 kajian difokuskan pada perikanan purse seine Jawa (purse seine besar/large purse seine dan PS sedang/
medium purse seine), sedang antara 1995–1996 kajian difokuskan terhadap
perikanan Purse seine mini (pencacahan lapangan dan pola migrasinya). Contoh data biologi yang diperoleh melalui sampling secara komprehensif ditampilkan pada Gambar 2.
Penerapan metode analisis standar dalam konteks perikanan “single-species” (year per recruit, cohort analysis, model Beverton & Holt, dan lain-lain.) telah dilakukan secara intensif terhadap stok ikan banyar (Nurhakim 1993; 1995), dua jenis utama ikan layang (Widodo 1991; 1993a; 1993b), dan kajian aspek bio-ekologi jenis-jenis utama (Sadhotomo 1998). Didukung oleh kajian-kajian lain seperti struktur genetik populasi (Decapterus spp.), studi akustik-oseanografi/iklim serta kajian terkait dinamika perikanan dan life-history, keseluruhan studi ditujukan untuk memberikan opsi-opsi kebijakan pengelolaan perikanan secara berkelanjutan. Namun demikian, informasi tentang aspek life history secara utuh belum diketahui benar. Di mana lokasi spesifik pemijahan ikan, jumlah dan fluktuasinya (musiman tahunan) dari induk ikan (spawning biomass) belum diketahui secara tepat.
Status Pemanfaatan Sumber Daya Ikan di Indonesia dengan Kasus Teluk Tomini 6
Lo ng ue ur (c m ) 0 10 20 30 Lo ng ue ur (c m ) 0 10 20 30jan fév mar avr mai juin juil août sep oct nov déc
déc
jan fév mar avr mai juin juil août sep oct nov
1995 1994 20 % Decapterus macrosoma 0 déc
juin juil août sep oct nov jan fév mar avr mai juin juil
1994 1995
déc
juin juil août sep oct nov jan fév mar avr mai juin juil
1994 1993 Decapterus russellii 10 20 Lo ng ue ur (c m ) Lo ng ue ur (c m ) 0 10 20 20 %
Gambar 2. Hasil pengumpulan data melalui pengambilan contoh secara komprehensif terhadap hasil tangkapan ikan pelagis kecil yang didaratkan di Pekalongan dan Juwana, 1991–1993
Status Pemanfaatan Sumber Daya Ikan di Indonesia dengan Kasus Teluk Tomini 7 D. macrosoma 0 5 10 15 20 jan
1992 mar mai juill sep nov 1993jan mar mai juill sep nov
IG S (% ) Decapterus russelli 0 2 4 6 8 10 12 jan 1992
mar mai juill sep nov jan 1993
mar mai juill sep nov
IG
S
(%
)
Gambar 2. Hasil pengumpulan data melalui pengambilan contoh secara komprehensif terhadap hasil tangkapan ikan pelagis kecil yang didaratkan di Pekalongan dan Juwana, 1991–1993 (lanjutan)
Kegiatan Penelitian Perikanan Pelagis Kecil
Periode 2001–2010
Penelitian yang bersifat rutin dilaksanakan setiap tahun melalui proyek APBN; lokasi sangat bervariasi seperti terlihat pada Lampiran 2. Dua dasar pertimbangan utama digunakan untuk kajian, yaitu berdasarkan Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) (2001–2005) dan aspek kepakaran (2006– 2010). Pada dasarnya, kajian stok dilaksanakan dengan berpedoman pada kebutuhan pengelolaan yang telah ditetapkan, yaitu untuk memperoleh parameter, indikator dan informasi tentang status stok yang dieksploitasi (karakteristik biologi populasi, kelimpahan/densitas, biomassa, catch/
Status Pemanfaatan Sumber Daya Ikan di Indonesia dengan Kasus Teluk Tomini
8
effort data) yang berguna bagi analisis selanjutnya untuk penyusunan
opsi pengelolaan yang berkelanjutan dan bertanggung jawab. Meskipun pijakan untuk penelitian sebenarnya telah tersedia, hasil kajian umumnya kurang optimal karena data yang diperoleh sangat terbatas. Kebutuhan serial data secara bulanan seperti ditunjukkan pada Gambar 2 sering tidak terpenuhi akibat waktu pengambilan contoh tidak tepat (kendala musim), sarana dan prasaran penelitian (kapal riset), lokasi sampling jauh dan aspek pendukung penelitian lainnya; tenaga enumerator yang ditunjuk sering kali juga kurang siap dalam melakukan sampling. Penerapan inovasi baru dalam teknik pengamatan laboratorium umumnya tidak/belum dilaksanakan sepenuhnya akibat pengetahuan yang terbatas maupun keterbatasan dana. Permasalahan rumit juga dihadapi pada saat pengumpulan data hasil tangkapan dan upaya di tempat-tempat pendaratan ikan yang umumnya tidak tersedia (terutama di luar Jawa) akibat kurang pahamnya pemangku wilayah tentang pentingnya monitoring. Kendala lain ditemukan dalam hal survei laut untuk studi akustik-oseanografi, yaitu tersedianya sarana kapal penelitian yang kurang memenuhi persyaratan. Ini semua merupakan tantangan yang harus dihadapi di samping tersedianya sumber daya peneliti yang handal dan harus dibentuk melalui pembinaan secara terus menerus.
Kerjasama Penelitian
Di samping penelitian kajian stok seperti diuraikan di atas, kajian spesifik terhadap sumber daya ikan pelagis kecil dilakukan melalui kerja sama penelitian antara Indonesia dengan Australia/CSIRO (studi life-history ikan terubuk/Tropical-shad, Tenualosa macrura, di sekitar Bengkalis, tahun 1996–1998), Indonesia dengan SEAFDEC (dinamika populasi ikan layang dan banyar di Laut China Selatan, tahun 2003–2005). Kajian terhadap sumber daya ikan lemuru di Selat Bali dilakukan secara terus menerus dalam upaya menentukan opsi pengelolaan yang paling tepat terkait perubahan dinamis sumber daya terhadap perubahan iklim yang terjadi.
Studi life-history ikan Terubuk merupakan kajian biologi dasar yang dilakukan secara komprehensif terhadap aspek reproduksi (preparasi
histology gonad/ovary), umur dan pertumbuhan (aging otolith/sagittae), food & feeding habit, genetik, larva/telur dan pola migrasi ikan. Semua kegiatan
Status Pemanfaatan Sumber Daya Ikan di Indonesia dengan Kasus Teluk Tomini
9
ini memberikan kontribusi penting bagi penelitian yang bersifat rutin melalui transfer metodologi dalam tehnik laboratorium, apalagi pijakan penelitian tersedia. Sementara itu, kerja sama riset dengan SEAFDEC yang bertujuan sustainable fishery dan berbasis length-based analyses dan aspek reproduksi (perubahan visual gonad maturity) telah dilaksanakan terutama terhadap 2 jenis ikan layang (D. russelli dan D. macrosoma) dan banyar (R. kanagurta) dalam proseknya sebagai shared stock di kawasan Asean. Meskipun dengan menggunakan metode standar, melalui kerja sama ini telah dapat meningkatkan kapasitas penelitian.
Prospek Penelitian Pengkajian Stok
Sumber Daya Ikan
Dalam hal monitoring dan pendataan perikanan, perkembangan perikanan dalam tahun-tahun terakhir nampaknya kurang mendapat perhatian. Akibat makin menipisnya stok ikan (Atmaja, 2005; Atmaja & Nugroho, 2005; Atmaja & Nurhakim, 2005), kemungkinan kegagalan recruitment akibat kerusakan habitat dan variabilitas interannual hasil tangkapan yang diperoleh semakin tidak menentu. Terjadinya transaksi jual-beli di laut (transhipment) yang masih banyak menimbulkan kekacauan dalam sistim landing dan berakibat pada biasnya hasil tangkapan (laju tangkap) dan produksi riil perikanan. Di beberapa tempat pendaratan, walau kondisi ikan contoh yang didaratkan masih segar tetapi kurang mewakili karena telah melalui penyortiran dalam jenis dan ukuran; kurang bagusnya sistim monitoring hasil tangkapan semakin menyulitkan dalam pendataan. Dari hal tersebut suatu rancangan penelitian perlu disusun guna mendapatkan data kajian stok yang memadai dan akurat, meliputi sistem monitoring, sampling prosedur, sesuai dengan substansi kajian (biologi, catch/effort data, dinamika perikanan, sampling di laut).
Secara substansial kajian-kajian biologi dasar terkait aspek life-history tetap merupakan kegiatan kajian yang menjanjikan untuk menghasilkan parameter/indikator yang bermanfaat bagi penentuan opsi-opsi yang tepat untuk pengelolaan perikanan berkelanjutan. Sejalan dengan hal tersebut kajian lingkungan perairan (dinamika massa air, biologi perairan) sangat bermanfaat bagi keberadaan stok sumber daya ikan yang dieksploitasi.
Status Pemanfaatan Sumber Daya Ikan di Indonesia dengan Kasus Teluk Tomini
10
Penutup
Meskipun penelitian stok sumber daya ikan telah lama dilakukan di wilayah perairan Indonesia, ternyata masih ditemui beberapa kendala, antara lain keberlanjutan pengumpulan data dan sarana kapal penelitian yang kurang memadai. Mengingat luasnya wilayah perairan Indonesia, maka diperlukan strategi penelitian yang tepat khususnya dalam pengkajian stok sumber daya ikan.
Daftar Pustaka
Arnaud S. 1996. Le chinchard, Decapterus macrosoma, poisson pélagique de Mer de java, un exemple d’espèce marine génétiquement structurée.
Mem. DEA. USTL-ENSAM. Montpellier. 21 p.
Atmaja SB. 1988. Estimation of growth and mortality of round scad (Decapterus macrosoma) in the Java Sea, Indonesia. In Venema, S.C., Christensen, J.M. and Pauly, D. (eds). Contribution to tropical fisheries biology. FAO, Fish.Rep. Vol. 389: 324–345.
Berlage HP. 1927a. The monsoon currents in the Java Sea and its entrance.
Koninklijke Magnetisch en Meteorologisch Observatorium te Batavia, Verhandelingen. Vol. 19: 1–28. Batavia: Javasche Boekhandel en Drukkerij.
Berlage HP. 1927b. East-monsoon forecasting in Java. Koninklijke Magnetisch
en Meteorologisch Observatorium te Batavia, Verhandelingen. Vol. 20:
Batavia: Javasche Boekhandel en Drukkerij.
Delsman HC. 1926. Fish larvae and eggs in the Java Sea. 8. Dorosoma
chacunda (H.B.). Treubia. Vol. VIII, Livr. 3–4.
Delsman HC. 1939. Preliminary plankton investigation in the Java sea.
Treubia. Vol. 17: 139-181.
Dwiponggo A. 1982. Study on the fisheries resources potential and the level of exploitation in the waters of north Java. Mar. Fish. Res.
Report. Vol. 23: 69–81.
Dwiponggo A. 1983. Marine fisheries resources in the Java Sea. Mar.
Status Pemanfaatan Sumber Daya Ikan di Indonesia dengan Kasus Teluk Tomini
11
Jong de JK. 1940. Preliminary investigation of the spawning habits of some fishes of the Java Sea. Treubia, Deel 17, Afl. 4: 307–330. Kampen van PN. 1909. De hulpmiddelen der zee visscherij op Java en
Madoera in gebruik (Batavia). Mededeelingen Dept. van Lanbouw nr 9. Kampen van PN. 1922. Visscherij en vischteelt in Nederlandsch Indie.
HD. Tjeenk Willink & Zoon. Harlem. 106 p.
Nurhakim S. 1993. Biologie et dynamique du “Banyar” Rastrelliger
kanagurta (Téléoséen-Scombridae) dans la pêcherie des grand
senneurs en mer de Java. Univ. Bretagne Occidentale, Brest. These doctorat. 106 p.
Nurhakim S. 1995. Population dynamics of ikan banyar (Rastrelliger
kanagurta). In: Potier, M. and Nurhakim, S. (eds). Seminar on the Biology, Dynamics and Exploitations (BIODYNEX). Java Sea Pelagic Fishery Assessment Project.
Perrin C. 1998. Phylogénie de l’ADN mitochondrial, structure géographique et reconstruction de l’histoire évolutive des populations du complexes d’espèce Decapterus cf. russelli dans le sud-est asiatique. Mem. DEA. Univ. Mediterranee Aix-Marseille II. ORSTOM/lab.
Génome et Populations, CNRS UPR 9060. 43p.
Veen PCH. 1953. Preliminary chart of the mean salinity of the Indonesian Archipelago and adjacent waters. Org. Sci. Res. Indonesia, Bull. 17. 46p.
Widodo J. 1988a. Population dynamics and management of “ikan layang”, scad mackerel, Decapterus spp. (Pisces: Carangidae) in the Java Sea.
Ph.D thesis. University of Washington, Seattle. 150p.
Widodo J. 1988b. Population parameters of « ikan layang » Indian scad,
Decapterus spp. (Pisces Carangidae) in the Java Sea. J. Mar. Fish. Res. Vol. 46: 11–44.
Widodo J. 1991. Maturity and spawning of shortfin scad (Decapterus
macrosoma) (Carangaidae) of the Java Sea. Asian Fish. Sci. Vol. 4:
245-252.
Wyrtki K. 1961. Physical Oceanography of the South east Asian Waters.
Status Pemanfaatan Sumber Daya Ikan di Indonesia dengan Kasus Teluk Tomini
12
Lampiran 1.
Kegiatan penelitian pelagis kecil pada tahun 1991–2000
TAHUN JUDUL LOKASI WPP KET . SP ESIES K eterangan 1991 Jav a S ea P elagis F isher y Assessment P roject: BIOD YNEX Jawa 712 ORST OM PS
Pengumpulan data secara kompr
ehensif
menur
ut waktu (bulanan) dan substansi
riset.
1992 1993 1994
Biologi, dinamika pop
, catch-effor
t,
akustik-oseanografi, genetika populasi, studi awal umur/O
tolith. 1995 MPS 1996 Studi life-histor y T er ubuk Bengkalis 571 CSIR O Ter ubuk Studi life histor y secara kompr ehensif . U kuran, pr
eparasi histologi,
umur-per-tumbuhan,
food-feeding habit
, genetik.
Status Pemanfaatan Sumber Daya Ikan di Indonesia dengan Kasus Teluk Tomini
13
Lampiran 2.
Kegiatan penelitian pelagis kecil pada tahun 2001–2005
TAHUN JUDUL LOKASI WPP KET . SP ESIES K eterangan 2001 Bioekologi, str
uktur populasi, dan
alokasi penangkapan SDI pelagis kecil di perairan
Pantai U tara JaB ar dan S. Sunda 712 APBN KEMB UNG - SEL AR Coastal/neritic habitat . M igrasi mini purse seine . H
asil tangkapan dan biologi.
2002 2003
Status stok, dampak penangkapan dan ekobiologi SDI pelagis kecil, pelagis besar
, dan demersal Tel. Tomini 715 APBN M alalugis, M adidihang, Ikan Karang
Biologi, densitas-biomassa (akustik), pr
ofil
habitat (pelagis), tr
en hasil tangkapan
Indek kelimpahan ikan pelagis kecil
Sel. M alaka - B arat Sumatra APBN Banyar , Layang H
asil tangkapan, komposisi ukuran, data
kematangan. Sustainable P elagic F isheries in the South China S ea: POPUL ATION D YNAMICS L. China Selatan 711 SEAF- DEC Layang, Banyar
Pengumpulan data secara kompr
ehensif
(bulanan).
Length-fr
eq,
data kematangan,
dan hasil tangkapan.
2004
Status stok, dampak penangkapan dan eko-biologi SDI pelagis kecil, pelagis besar
, dan demersal T. Tomini 715 APBN M alalugis, M adidihang, Ikan Karang
Biologi, densitas-biomassa (akustik), pr
ofil
habitat (pelagis), tr
en hasil tangkapan.
Indek kelimpahan ikan pelagis kecil
Sel. M alaka - B arat Sumatra 571 - 712 APBN Banyar , Layang H
asil tangkapan, komposisi ukuran, data
kematangan. Sustainable P elagic F isheries in the South China S ea: POPUL ATION D YNAMICS L. China Sel. 711 SEAF- DEC Layang, Banyar
Pengumpulan data secara kompr
ehensif
(bulanan).
Length-fr
eq
, data kematangan dan
hasil tangkapan.
Status Pemanfaatan Sumber Daya Ikan di Indonesia dengan Kasus Teluk Tomini
14
Lampiran 3.
Kegiatan penelitian pelagis kecil pada tahun 2005–2011
TAHUN JUDUL LOKASI WPP KET . SP ECIES K eterangan 2005 Per
ubahan upaya, hasil tangkapan
dan biologi populasi ikan pelagis kecil di L. China S
el., L. J awa dan S. M akasar Jawa-L CS - M akassar 711 - 712 - 713 APBN Layang, S elar , K embung (PS - MPS) Kajian pasca collaps perikanan PS. H asil tangkapan dan upaya, biologi. 2006 Per
ubahan upaya, hasil tangkapan
dan biologi populasi ikan pelagis kecil di L. China S
el., L. J awa dan S. M akasar Jawa-L CS - M akassar 712 - 712 - 713 APBN Layang, S elar , K embung (PS - MPS) Studi awal genetika populasi (ikan kembung, R.
br
achysoma
).
2007
Sistim perikanan, kelimpahan dan penilaian biologi ikan pelagis kecil di L. B
anda Banda 714 APBN M alalugis, Selar Indeks kelimpahan.
Karakteristik perikanan pelagis kecil dan aspek biologi spesies utama di L. Arafura
Arafura 718 APBN Torani D istribusi-kelimpahan ikan ( trawl ), biologi, perikanan Torani. 2008 Studi hubungan F ilogenetik ikan layang ( D ecapter us spp ., F am. Carangidae) di I ndonesia Jawa - M akassar - F lor es - B anda 712 - 713 - 714 APBN Layang, D eles Tahap I. S tr
uktur genetik populasi,
hasil tangkapan, biologi.
Indeks kelimpahan ikan pelagis kecil
Sel. M alaka - Barat S umatra 571 - 712 APBN Banyar , Layang Indeks kelimpahan. 2009 Studi hubungan F ilogenetik ikan layang ( D ecapter us spp ., F am. Carangidae) di I ndonesia Jawa - M akassar - B anda - L C S - Arafura 711 - 712 - 713 - 718 APBN Layang, D eles Tahap II. S tr
uktur genetik populasi,
hasil tangkapan, biologi.
D
istribusi-kelimpahan dan biologi
ikan pelagis kecil
Sel. M alaka - Barat S umatra 571 - 712 APBN Banyar , Layang Indeks kelimpahan.
Status Pemanfaatan Sumber Daya Ikan di Indonesia dengan Kasus Teluk Tomini 15 TAHUN JUDUL LOKASI WPP KET . SP ECIES K eterangan 2010 Kajian str
uktur genetik
popu-lasi dan biologi r
epr oduksi ikan M alalugis (D. M acar ellus ; F am. C ar angidae ) di Kawasan Timur Indonesia Tomini - Tolo - Bone - M akas-sar - M aluku - Flor es - B anda 713 - 714 - 715 APBN M alalugis Str
uktur genetik populasi, hasil
tangkapan, aspek r
epr
oduksi.
2011
Penelitian potensi, distribusi-ke- limpahan dan biologi ikan pelagis kecil di
WPP-713 dan WPP-714 M akassar - Flor es - Bone - Tolo - B anda 713 - 714 APBN M alalugis Per
ubahan strategi kegiatan riset
menjadi berbasis
WPP
. D
istribusi-kelimpahan, hasil tangkapan, biologi. S
tr
uktur genetik populasi
(lanjutan).
Lampiran 3.
Tantangan dalam Kajian Stok dan
Pengelolaan Perikanan
Suherman Banon Atmaja, Bambang Sadhotomo1, dan Moh. Natsir1
Abstrak
Indikator meningkatnya sistem penangkapan pukat cincin di Laut jawa antara lain adalah meningkatnya jumlah kapal (1980–1995), meningkatnya kemampuan tangkap, dan kapasitas penangkapan serta perluasan daerah penangkapan ke WPP yang berbeda. Data dan informasi VMS mengenai kapal-kapal penangkap dapat menunjang pengelolaan perikanan dan meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan. Permasalahan-permasalahan yang timbul dalam pengelolaan perikanan menyangkut kondisi sumber daya yang bersifat milik bersama, yang diperparah lagi dengan adanya degradasi lingkungan perairan pantai dan laut, kemiskinan nelayan, serta koeksistensi perikanan komersial dan skala kecil serta kebijakan yang kurang kondusif. Tinjauan mengenai pengelolaan dan teknik-teknik pengelolaan disajikan juga dalam makalah ini dari prospek dan tantangannya secara umum.
Status Pemanfaatan Sumber Daya Ikan di Indonesia dengan Kasus Teluk Tomini
18
Pendahuluan
Semul, populasi ikan diyakini sebagai tidak terbatas, pada saat nelayan masih menggunakan alat tangkap sederhana dan masih terjadi keseimbangan antara penangkapan dan perkembangan populasi ikan. Kemudian hari, perkembangan armada dan alat penangkapan yang semakin canggih mulai mengancam stok ikan dan keberlanjutan usaha perikanan.
Kompleksitas pengelolaan perikanan tersebut menimbulkan banyak kesulitan bagi manajer perikanan, karena adanya kesenjangan antara pengalaman nelayan dengan regulator dan penelitian, seperti pemahaman yang kurang tentang bagaimana ekosistem perikanan bekerja dan bagaimana spesies yang berbeda berinteraksi atau dipengaruhi oleh gangguan lain atau kegiatan ekonomi. Oleh karena itu, seluruh ekosistem dan pengelolaan multispesies tidak mudah diterjemahkan ke dalam strategi pengelolaan perikanan. Sementara itu, kebanyakan kajian pengelolaan perikanan komersial masih didominasi oleh model populasi yang dikembangkan oleh Beverton dan Holt untuk pendugaan spesies tunggal sekitar 50 tahun yang lalu dan pertimbangan ekosistem melalui manipulasi dari pendekatan spesies tunggal (Beddington et al. 2007), masih terbatas melibatkan pemahaman dinamika perikanan atau nelayan. Dewasa ini, ilmu pengetahuan perikanan tidak boleh hanya terfokus pada dinamika populasi ikan, tetapi juga harus mengintegrasikan analisis dinamika perilaku nelayan dan armada perikanan.
Keberlanjutan perikanan pukat cincin pada saat ini terjadi karena adanya penyesuaian terhadap daerah penangkapan yang menjadi semakin luas. Tidak hanya di wilayah teritorial, tetapi sudah sampai ke wilayah perairan nusantara dan samudera.
Bahan dan Metode
Makalah ini adalah hasil analisis dari data perikanan Muara Baru dan pemantauan kapal-kapal yang beroperasi dari Muara Baru. Data dan informasi mengenai VMS kapal-kapal penangkap diperoleh dari Ditjen PSDKP dan studi pustaka yang berkaitan dengan manajemen.
Tantangan dalam Kajian Stok dan Pengelolaan Perikanan
19
Hasil dan Pembahasan
Dampak Kelebihan Kapasitas Penangkapan
Perkembangan sistem penangkapan pada armada perikanan pukat cincin secara terus-menerus menyesuaikan aktivitasnya sejak tahun 1980 hingga saat ini. Peningkatan kemampuan tangkap dilakukan melalui perubahan masukan secara fisik yaitu perkembangan teknologi dan adaptasi taktik dan strategi pemanfaatannya. Laju eksploitasi pukat cincin meningkat pesat seiring dengan tingginya permintaan pasar lokal terhadap jenis ikan pelagis kecil di mana salah satu indikator peningkatan tersebut dapat digambarkan dengan bertambahnya jumlah kapal sejak tahun 1980 hingga tahun 1995 dan peningkatan kemampuan tangkap dan kapasitas penangkapan serta perluasan daerah penangkapan ke wilayah pengelolaan perikanan yang berbeda (Potier, 1998; Atmaja, 2008).
Dari kelebihan kapasitas penangkapan pada armada perikanan pukat cincin, beberapa hal yang cukup menarik dalam konteks pemahaman perikanan adalah sebagai berikut.
Suyasa (2007) menyimpulkan efisiensi produksi dan keuntungan •
perikanan pelagis kecil yang berbasis di pantai utara Jawa relatif rendah.
Mayoritas usaha penangkapan
• purse seine telah mencapai tingkat
efisiensi diatas 90% dengan nilai rata-rata efisiensi teknis sebesar 0,9579 efisiensi harga sebesar 6,0451 dan nilai efisiensi ekonomis sebesar 5,7907 yang artinya hampir mendekati efisien sehingga masih diperlukan adanya penambahan beberapa variabel input.
ABK (pendega) Pukat Cincin hanya memperoleh pendapatan sebesar •
Rp. 0,8 juta (sekitar 71% dari distribusi pendapatan ABK kurang dari Rp. 1 juta) (Sismadi, 2006) atau separuh dari pendapatan ABK cantrang.
Rotasi Eksploitasi Setelah Penurunan Stok Ikan Pelagis Kecil di Laut •
Jawa
Pada tahun 2009, jumlah kapal aktif di Pekalongan hanya tersisa •
sekitar 30% dibandingkan pada tahun 2005, dengan rata-rata jumlah trip per kapal juga semakin menurun sebagaimana diilustrasikan pada Gambar 1.
Status Pemanfaatan Sumber Daya Ikan di Indonesia dengan Kasus Teluk Tomini
20
Adanya kesenjangan antara pengalaman nelayan dengan regulator •
dan penelitian, seperti pemahaman yang kurang tentang bagaimana ekosistem perikanan bekerja dan bagaimana spesies yang berbeda berinteraksi atau dipengaruhi oleh gangguan lain atau kegiatan ekonomi. 0 2 4 6 8 10 1985 1990 1995 2000 2005 2010 T a h u n R at a-ra ta ju m la h tr ip /k ap al
Gambar 1. Rata-rata jumlah trip/kapal dalam kurun waktu 1986–2010 Dari 12 trip dari dua kapal cantrang sampel di Juwana pada tahun 2009, rata rata pendapatan riil nakhoda sebesar 5 juta rupiah, motoris sebesar 3,5 juta rupiah, dan ABK (pendega) sebesar 1,5 juta rupiah. Sementara itu, pada kapal pukat cincin dengan rata rata 46,5 hari per trip, rata-rata pendapatan nahkoda dan motoris relatif sama dengan kapal cantrang, yaitu masing-masing sebesar 5,1 juta rupiah dan 1,6 juta rupiah, sedangkan ABK-nya hanya memperoleh pendapatan sebesar 0,8 juta rupiah (sekitar 71% dari distribusi pendapatan ABK kurang dari 1 juta rupiah) (Sismadi 2006) atau separuh dari pendapan ABK cantrang. Dengan demikian, waktu melaut pada perikanan cantrang lebih singkat (kurang dari satu bulan) namun pendapatan yang diperoleh ABK cantrang hampir dua kali lipat daripada ABK pukat cincin yang melaut hampir satu setengah bulan. Hal ini mendorong ABK pukat cincin, terutama di Tegal dan Juwana, lebih memilih menjadi ABK kapal cantrang.
Kasus bangkrutnya usaha penangkapan pada perikanan pukat cincin akibat penurunan keuntungan dan ditinggalkan oleh ABK adalah kelompok Margo. Kelompok ini adalah pelopor penggunaan alat bantu pengumpul ikan berupa lampu sorot (cahaya) di atas 20.000 watt dengan
Tantangan dalam Kajian Stok dan Pengelolaan Perikanan
21
menggunakan kapasitas kapal yang berbobot > 100 GT dan kekuatan mesin > 300 PK. Faktor utama kesuksesan usaha perikanan kelompok Margo karena keberhasilan berkompetisi penggunaan lampu sorot dan ditunjang dengan kemampuan kapal untuk memperluas dan mencari daerah penangkapan baru (Atmaja dan Nugroho 2006).
Keberlanjutan penangkapan menjadi semakin luas, tidak terbatas di wilayah teritorial, tetapi sudah sampai ke wilayah perairan nusantara dan samudera. Berdasarkan dokumen perizinan (SIUP) dari 182 kapal pukat cincin tahun 2009, perikanan pukat cincin semi industri memiliki hak mengeksploitasi sumber daya ikan di beberapa wilayah pengelolaan perikanan (WPP 771, WPP 772, WPP 773, WPP 572, WPP 573 dan KTI terdiri dari WPP 715, WPP 716, dan WPP 718) (Gambar 2). Dengan adanya kapal yang memiliki izin lebih dari 2 daerah penangkapan, pendugaan stok yang selama ini berbasis WPP akan lebih sulit dilakukan. Hal ini menuntut pendataan yang lebih detail dalam penentuan data catch dan effort untuk masing-masing area WPP.
N = 182 0 25 50 75 100 125 150
L. Jawa L. Natuna S. Karimata S. Makasar L. Flores Sam. Hindia KTI
Ju m la h D ae ra h Pe na ng ka pa n
Gambar 2. Ilustrasi lisensi berdasarkan daerah penangkapan
Sistem Monitoring Pendaratan Ikan
Gambar 3 menunjukkan aktivitas trip kapal untuk perikanan pukat cincin dan perikanan cumi-cumi berdasarkan daerah penangkapan yang di-monitoring di Pelabuhan Muara Baru. Hasil monitoring tersebut juga menunjukkan kompleksitas bagaimana menjelaskan hubungan catch dan
Status Pemanfaatan Sumber Daya Ikan di Indonesia dengan Kasus Teluk Tomini
22
hasil tangkapan yang lebih baik akan sangat berguna dalam meningkatkan akurasi pendugaan stok berbasis data pendaratan dan berbasis WPP. Kemampuan sumber daya peneliti muda perlu ditingkatkan, baik dalam hal pengumpulan data, pemilahan data, serta analisis lanjutan dari data-data tersebut.
Tantangan dan Prospek dari Munculnya Sistem
Monitoring
Kapal (VMS)
PerikananPukatCincin
PerikananCumiͲcumi
Gambar 3. Aktivitas kapal (trip) berdasarkan daerah penangkapan di Pelabuhan Muara Baru
Sistem Monitoring Kapal (VMS) yang memungkinkan pelacakan armada penangkapan ikan, dalam Pengelolaan Perikanan merupakan tantangan sekaligus prospek. Data dan informasi mengenai kegiatan kapal perikanan dari VMS dapat menunjang pengelolaan sumber daya ikan secara bertanggung jawab dan berkelanjutan. Peningkatan efisiensi dan
Tantangan dalam Kajian Stok dan Pengelolaan Perikanan
23
efektifitas pengelolaan usaha perikanan dapat ditunjang dan dilakukan oleh perusahaan perikanan. Adanya VMS akan sangat menunjang dalam pemahaman mengenai pemanfaatan sumber daya ikan dari masing-masing armada perikanan, kemungkinan-kemungkinan prospek yang dapat digali dari data VMS antara lain sebagai berikut.
Mengidentifikasi perilaku trip penangkapan dan memperkirakan •
upaya penangkapan dari VMS data (Gambar 4 dan 5).
Kegiatan Penangkapan pukat cincin dari estimasi data VMS dan •
validasi berdasarkan data Observer (Gambar 5).
Rising factor
• dalam estimasi stok.
Gambar 4. Plot dari 3 kapal sampel berdasarkan data VMS yang
menggambarkan daerah penangkapan pukat cincin (Data VMS dari Pusat Pemantauan Kapal Perikanan DitJen P2SDKP)
Status Pemanfaatan Sumber Daya Ikan di Indonesia dengan Kasus Teluk Tomini
24
Gambar 4. Plot dari 3 kapal sampel berdasarkan data VMS yang
menggambarkan daerah penangkapan pukat cincin (Data VMS dari Pusat Pemantauan Kapal Perikanan DitJen P2SDKP) (lanjutan)
Kunci dari penggunaan data VMS untuk menunjang riset sumber daya adalah adanya kerjasama antara Balitbang KP, Ditjen Perikananan Tangkap dengan P2SDKP selaku operator dan regulator dari VMS. Penambahan jumlah kapal sampel untuk mendapatkan data hasil catch pada masing-masing kapal sangat diperlukan, hal ini diharapkan akan menunjang pemahaman mengenai effort efektif dan hasil tangkapan dari masing-masing kapal yang beroperasi. Salah satu cara yang sudah mulai diiniasi adalah penggunaan nahkoda kapal sebagai observer untuk melakukan pencatatan hasil tangkapan pada masing-masing posisi tawur. Adanya kombinasi ini akan memberikan gambaran mengenai effort dan
catch sebenarnya yang ada di lapangan. Penggunaan data VMS dan catatan
nelayan yang digunakan untuk mengevalusi aktivitas penangkapan (tawur) dan effort efektif dari kapal pukat cincin dapat dilihat pada Gambar 5. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa estimasi tawur dari data VMS lebih besar dari aktivitas penangkapan yang sebenarnya, hal ini menunjukkan perlunya analisa lanjutan agar penggunaanya lebih bagus lagi.
Hasil pemantauan kapal perikanan (VMS, vessel monitoring
surveillance) dari 3 kapal pukat cincin pada Gambar 4 memperlihatkan
mereka melakukan aktivitas penangkapan ke beberapa WPP atau adanya kepanikan (chaotic nonlinear dynamics) (Atmaja 2009).
Tantangan dalam Kajian Stok dan Pengelolaan Perikanan
25
Gambar 5. Ploting track dari data VMS dan estimasi trip dan tawur
Permasalahan Pengelolaan Sumber Daya Ikan
Kondisi sumber daya pesisir dan laut yang bersifat milik bersama •
(common property) dengan akses yang bersifat quasi open access. Adanya degradasi lingkungan pesisir dan laut.
•
Kemiskinan dan kesejahteraan nelayan. •
Ko-eksistensi perikanan komersial versus perikanan berskala kecil; •
persaingan dalam pemanfaatan sumber daya laut dan pesisir. Peraturan dan kebijakan yang kurang kondusif .
•
Secara alami, sebagian besar perikanan pelagis dan demersal di •
Status Pemanfaatan Sumber Daya Ikan di Indonesia dengan Kasus Teluk Tomini
26
penangkapan spesies campuran yang berbeda pada waktu yang sama. Hal ini dapat menyebabkan masalah dalam pengelolaan jika stok tertangkap bersama-sama memiliki kebutuhan konservasi yang berbeda.
Pengelolaan Perikanan
Perkembangan perikanan yang cenderung semakin mengarah pada pemanfaatan yang tidak mengenal kesepakatan batas-batas wilayah pengelolaan maupun penggunaan teknologi yang tidak sejalan dengan konsep ramah lingkungan menyebabkan pengelolaan tangkap saat ini bukan lagi pada mencari pilihan, tetapi cenderung berada pada kondisi tidak ada pilihan. Dengan adanya tingkat ketidakpastian yang tinggi tentang status stok sebagai dasar dalam pengelolalan perikanan dan sering tidak efektifnya implementasi pemikiran atau pun rekomendasi untuk mengurangi kapasitas penangkapan pada tingkat panenan lestari telah menyebabkan beberapa stok ikan berada pada kondisi yang tidak dapat pulih kembali.
Beberapa laporan terbaru menyatakan bahwa pengelolaan perikanan
selama ini cenderung berkarakteristik kegagalan dibandingkan keberhasilan. Hal ini dipengaruhi oleh lemahnya sistem pengendalian dan pengawasan serta tingginya penguasaan terhadap akses sumber daya ikan yang telah menimbulkan operasi nelayan di bawah tekanan yang cenderung suka menentang indikator-indikator penurunan stok dan mendorong ke arah pemanfaatan berlebih baik ekonomi maupun biologi, hingga mencapai tahapan yang dapat dikategorikan sangat mengancam keberadaan dari
beberapa spesies (Berkes et al. 2001 dan Cunningham 2005).
Sasaran pendekatan dan kebijakan pengelolaan perikanan di berbagai negara sudah mulai berubah, diawali dengan pendekatan memaksimalkan tangkapan tahunan dan ketenagakerjaan menuju ke konservasi dan pengelolaan berbasis pelayanan ekosistem. Konsep pengelolaan berbasis
masyarakat dan ko-manajemen masih terbatas pada pengelolaan
kawasan konservasi dan habitat terumbu karang. Adanya kesenjangan dan perbedaan kepentingan dengan kawasan konservasi sebagai akibat kurangnya pemahaman kolektif terhadap tujuan pengelolaan, dan kerapkali menyebabkan aktivitas perikanan tangkap sebagai bagian dari kebutuhan
Tantangan dalam Kajian Stok dan Pengelolaan Perikanan
27
ekonomis berbenturan dengan fungsi kawasan konservasi dalam jangka panjang. Pengendalian upaya penangkapan dan memahami dinamika perikanan, serta mengelola nelayan menjadi prioritas untuk pengelolaan
sumber daya ikan, sedangkan konsep pengelolaan berbasis masyarakat dan ko-manajemen ditempatkan sebagai pelengkap untuk menutupi kelemahan
aspek legal wilayah pengelolaan perikanan atau sumber daya ikan.
Teknik-Teknik Pengelolaan Perikanan di Indonesia
Secara teoritis, terdapat dua bentuk regulasi dalam pengelolaan sumber daya perikanan di berbagai belahan dunia, yakni rezim akses terbuka (open
access) dan akses terkendali (controlled access). Akses terbuka adalah suatu
bentuk regulasi yang cenderung membiarkan nelayan menangkap ikan dan mengeksploitasi sumber daya hayati lainnya kapan saja, di mana saja, berapa pun jumlahnya, dan dengan alat apa saja. Secara empiris, implikasi dalam jangka panjang terhadap regulasi ini akan menimbulkan dampak negatif, antara lain apa yang dikenal sebagai tragedy of common baik berupa kerusakan sumber daya perikanan maupun konflik antarnelayan. Sebaliknya, pengelolaan dengan system akses terkendali adalah regulasi terkendali yang dijabarkan berupa (1) pembatasan input (input restriction), yakni membatasi jumlah pelaku, jumlah jenis kapal, dan jenis alat tangkap, (2) pembatasan output (output restriction), yakni membatasi berupa jumlah tangkapan bagi setiap pelaku berdasarkan kuota.
Kawasan perlindungan laut (Marine Protected Areas, MPA) muncul sebagai suatu instrumen yang populer untuk konservasi laut dan pengelolaan perikanan. Mengacu pada Resolusi 17.38 IUCN–World
Conservation Union (1988) yang ditegaskan lagi dalam Resolusi 19.46
(1994), definisi MPA adalah perairan pasang surut termasuk kawasan pesisir
dan pulau-pulau kecil, termasuk tumbuhan dan hewan di dalamnya, serta termasuk bukti peninggalan sejarah dan sosial budaya di bawahnya, yang dilindungi secara hukum atau cara lain yang efektif, baik dengan melindungi seluruh atau sebagian wilayah tersebut (Tilmant 2000). Secara umum,
diakuinya kawasan konservasi efektif dalam meningkatkan kekayaan spesies
standding fish stocks (ikan demersal dan karang). Tetapi, bagi spesies ikan
pelagis yang bersifat peruaya (migratory species), tidak cukup hanya dengan perlindungan dari kawasan konservasi, terutama ukurannya, jumlah, dan lokasi jauh lebih sempit daripada wilayah perikanan.
Status Pemanfaatan Sumber Daya Ikan di Indonesia dengan Kasus Teluk Tomini
28
Prospek dan Tantangan Secara Umum
Kondisi-kondisi eksistensi sebagaimana dijelaskan di atas menunjukkan beberapa gambaran mengenai fenomena-fenomena yang terjadi saat ini pada perikanan khususnya perikanan pelagis kecil. Kondisi-kondisi tersebut menunjukkan semakin kompleksnya permasalahan-permasalahan pendataan perikanan. Sistem pendataan yang kurang dapat mengakomodasi kebutuhan analisis berbasis cacth, effort, dan area WPP sangat menuntut adanya perbaikan-perbaikan dan terobosan dari sistem pendataan. Selain masalah pendataan catch dan effort, adanya klasifikasi kapal dan alat tangkap yang beragam pada masing-masing daerah juga akan sangat menyulitkan dalam hal penggolongan hasil tangkapan dari masing-masing alat tangkap dan pada gilirannya juga akan berkontribusi dalam bias pada analisis yang dilakukan.
Pada tataran lapangan, sering kali terdapat fenomena alam yang tidak mampu terdeteksi melalui pendataan yang dilakukan. Fenomena-fenomena tersebut dapat bersifat annual, interannual, maupun decennial, atau sering kali fenomena-fenomena tersebut dapat terdeteksi melalui pengetahuan-pengetahuan dari nelayan dan otoritas lokal akan tetapi data yang tercatat tidak cukup untuk melakukan analisis tersebut. Kemungkinan terakhir adalah fenomena-fenomena alam tersebut dapat terdeteksi, data yang tersedia cukup memadai untuk melakukan analisis, akan tetapi kemampuan kita tidak memungkinkan untuk melakukan analisis tersebut. Untuk mengatasi hal-hal tersebut dapat dilakukan pengamatan yang lebih jeli mengenai kondisi klimatis dan lingkungan serta hubungannya dengan sumber daya ikan secara periodik.
Secara paralel peningkatan sumber daya manusia di lembaga penelitian, penguasaan metode/ilmu dan teknologi yang lebih, pengetahuan dasar untuk memahami masalah secara berjenjang ke level peneliti sesuai jenjang fungsionalnya. Pada akhirnya, kemampuan peneliti dalam hal penelitian biologi yang lebih detail untuk menjawab tantangan, atau pun pemahaman mengenai general additive model, pemodelan berbasis panjang, dan pemodelan mengenai hubungan aspek lingkungan dengan sumber daya ikan dapat meningkat sehingga bisa melakukan penentuan model yang dapat mengamodasi fenomena yang terjadi.
Tantangan dalam Kajian Stok dan Pengelolaan Perikanan
29
Adanya perkembangan teknologi dan informasi pada satu sisi akan menambah kompleksitas masalah yang dihadapi, akan tetapi pada sisi yang lain seiring dengan semakin majunya teknologi dan informasi akan semakin terbuka peluang-peluang analisis yang lebih baik dan lebih detail mengenai sumber daya ikan dan perikanan. Antisipasi kemampuan sumber daya peneliti terhadap kemajuan teknologi dan metode analisis mutlak harus dilakukan, selain peningkatan kemampuan mengenai analisis dan metode-metode dasar, peningkatan kemampuan penunjang seperti kemampuan komunikasi ilmiah secara efektif juga sangat perlu dilakukan agar pergaulan ilmiah baik itu secara regional maupun internasional dapat dilaksanakan.
Kesimpulan dan Saran
Dengan waktu melaut yang lebih singkat (kurang dari satu bulan), pendapatan ABK cantrang hampir dua kali lipat dari pada ABK pukat cincin yang melalut hampir satu setengah bulan. Hal ini mendorong ABK pukat cincin, terutama di Tegal dan Juwana lebih memilih menjadi ABK kapal cantrang.
Pemilik kapal yang tidak mampu melakukan relokasi dan input perubahan secara fisik tersebut, serta mereka yang tidak memiliki solusi lain, terpaksa beroperasi menggunakan alat tangkap cantrang. Hal ini merupakan dellima bagi pemilik kapal, apabila mereka bertahan dengan alat tangkap pukat cincin mereka akan ditinggalkan oleh ABK, sebaliknya apabila menggunakan alat cantrang mereka melanggar peraturan.
Kompleksitas pengelolaan perikanan ini akan menimbulkan banyak kesulitan bagi manajer perikanan,karena adanya kesenjangan antara pengalaman nelayan dengan regulator dan penelitian, seperti pemahaman yang kurang tentang bagaimana ekosistemperikanan bekerja danbagaimana spesies yang berbedaberinteraksiatau dipengaruhi oleh gangguan lain atau kegiatanekonomi. Oleh karena itu, seluruh ekosistem dan pengelolaan multispesies tidak mudah diterjemahkan ke dalam strategi pengelolaan perikanan.
Berdasarkan konsep-konsep pengelolaan dari konvensional sampai berbasis masyarakat dan ko-manajemen menunjukan pengelolaan sumber
Status Pemanfaatan Sumber Daya Ikan di Indonesia dengan Kasus Teluk Tomini
30
daya perikanan yang ada saat ini belum berjalan optimal dan berkelanjutan. Pengelolaan bersama maupun pengelolaan sumber daya perikanan berbasis ekosistem berhadapan dengan suatu kondisi masalah klasik seperti tidak adanya alternatif lapangan kerja, tingkat pendidikan rendah, kemiskinan, dan penegakan hukum yang lemah.
Pengendalian upaya penangkapan dan memahami dinamika perikanan serta mengelola nelayan, menjadi prioritas untuk pengelolaan
sumber daya ikan, sedangkan konsep pengelolaan berbasis masyarakat dan ko-manajemen ditempatkan sebagai pelengkap untuk menutupi kelemahan
wilayah pengelolaan perikanan/sumber daya ikan Republik Indonesia yang tertuang dalam UU 31 Tahun /2004 dan UU 45 Tahun 2009 tentang perubahan atas UU 31 Tahun 2004 tentang Perikanan.
Daftar Pustaka
Atmaja SB. 2009. Dinamika perikanan pukat cincin sebagai indikator
perilaku antar wilayah pengelolaan perikanan. Seminar Hasil Pelak-sanaan Penelitian bagi Peneliti dan Perekayasa Sesuai Prioritas Na-sional Tahun 2009. Jakarta. 15–16 Desember 2009.
Atmaja SB, Nugroho D. 2006. Interaksi antara biomassa dengan upaya penangkapan: Studi kasus perikanan pukat cincin di Pekalongan dan Juwana. JPPI. Vol. 12 (1): 57–68.
Beddington JR, Agnew DJ, Clark CW. 2007. Current Problems in the management of marine fisheries. Science. Vol. 316: 13–17.
Berkes F, Mahon R, McConney P, Pollnack R, Pomeroy R. 2001. Manag-ing small-scale fisheries, alternative directions and methods. IDRC. www.idrc.ca. 320 pp
Cunningham S. 2005. Successful fisheries management, Issues, Case Stud-ies, and Perspectives. Science 22 June 2007. Vol. 316. no. 5832, pp. 1713 – 1716
Tilmant J. 2000. Coral reef protected areas: A guide for management. US Coral Reef Task Force. Departement of the Interior. Washington. 14p
Tantangan dalam Kajian Stok dan Pengelolaan Perikanan
31
Keterangan:
Sumber Utama Tulisan ini adalah
Respons Radikal Kelebihan Kapasitas Penangkapan Perikanan Pukat Cincin Semi Industri
(Suherman Banon Atmaja; Duto Nugroho dan M. Natsir) in prep JPPI
Analisis Upaya Efektif dari data VMS (Vessel Monitoring System) dan Produktivitas Pukat Cincin Semi Industri di Samudera Hindia1 (Suherman Banon Atmaja, Muhamad Natsir dan Adi Kuswoyo)in prep
JPPI
Kajian Struktur Genetika Populasi dan
Prospeknya untuk Pengelolaan Perikanan
Achmad Zamroni, Suwarso, dan Estu Nugroho
Abstrak
Penelitian mengenai struktur genetika populasi terhadap empat spesies ikan pelagis kecil yang penting (Rastrelliger brachysoma, Decapterus
russelli, D. macrosoma, dan D. macarellus) telah dilakukan. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengkaji struktur genetika populasi keempat spesies ikan pelagis kecil tersebut yang diharapkan akan bermanfaat bagi pengelolaan perikanan dan kajian stok selanjutnya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah RFLP (Restriction Fragment Length
Polymorphism) terhadap genom DNA-mitochondria (mtDNA), dengan
perangkat lunak yang digunakan dalam analisis data adalah TFPGA. Hasil penelitian terhadap spesies R. brachysoma menunjukkan bahwa stok ikan di pantai utara Jawa hingga Selat Madura merupakan stok ikan yang sama. Struktur genetika populasi D. russelli menunjukkan bahwa stok Jawa, Flores, dan Banda berbeda dengan stok dari Selat Makassar. Pada spesies
D. Macrosoma, unit stok Laut Banda diduga terpisah dari unit stok di Laut
Jawa-Selat Makassar-Laut Flores. Sedangkan untuk spesies D. macarellus, stok di Kuandang (Laut Sulawesi) berbeda dengan stok di Donggala, Gorontalo, Luwuk, Bitung, dan Maumere.
Kata kunci: Genetika populasi, RFLP, ikan pelagis kecil, Rastrelliger
brachysoma, Decapterus russelli, Decapterus macrosoma, Decapterus macarellus.