• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah daerah merupakan gerbang pertama yang bertugas melayani

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah daerah merupakan gerbang pertama yang bertugas melayani"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemerintah daerah merupakan gerbang pertama yang bertugas melayani masyarakat secara langsung di daerahnya. Lembaga yang secara cepat dan tepat diharapkan dapat menterjemahkan aspirasi serta kepentingan masyarakat di daerahnya. Adanya otonomi daerah, memberikan kewenangan lebih luas kepada pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat seperti yang diamanatkan dalam UU No 32 tahun 2004 . Pemberian wewenang tersebut tidak semata-mata pelimpahan kekuasaan saja, melainkan juga adanya perubahan pola hubungan keuangan antara pusat dan daerah sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

Konsekuensi logis tersebut membawa perubahan mendasar dalam system perencanaan pengelolaan daerah menuju pada budgeting reform. Aspek utama dari budgeting reform adalah adanya pembaharuan system manajemen keuangan daerah dari traditional budgeting ke performance budgeting, Traditional budgeting didominasi oleh penyusunan anggaran yang bersifat line item yakni penyusunan anggaran mendasarkan pada besarnya realisasi anggaran tahun sebelumnya sedangkan performance budgeting menekankan pada suatu pengelolaan keuangan daerah yang berorientasi pada pencapaian hasil atau kinerja (Karianga, 2011). Tuntutan agar instansi pemerintah, terutama bagi pemerintah

(2)

daerah untuk dapat mengukur kinerja semakin tinggi dengan dikeluarkan PP No 58 tahun 2005 tentang cara pertanggung jawaban Kepala Daerah. Suatu pengukuran kinerja manajerial diperlukan untuk menilai prestasi dari organisasi yang dipimpin menjadi perhatian yang khusus karena berkaitan dengan tanggung jawab alokasi anggaran daerah. Sedarmayanti (2004) menyatakan bahwa Kinerja manajerial Satuan Kerja Perangkat Daerah merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian sasaran atau tujuan sebagai penjabaran dari visi, misi dan strategi instansi pemerintah daerah yang mengindikasikan tingkat keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan kegiatan kegiatan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi aparatur pemerintah.

Salah satu cara yang diyakini mempengaruhi keberhasilan pemerintah dalam meningkatkan kinerja adalah proses penganggaran. Mardiasmo (2009) menyatakan bahwa kinerja manajer publik dinilai berdasarkan beberapa target yang berhasil Ia capai dikaitkan dengan anggaran yang telah ditetapkan yang dapat diukur melalui pencapaian aktivitas-aktivitas yang dibiayai oleh APBD. Dalam penyusunan anggaran, setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah menyusun Rencana Kerja Anggaran yang disebut RKA-SKPD yang mencakup prioritas pembangunan daerah dan program atau kegiatan terkait, alokasi plafon anggaran sementara untuk setiap program atau kegiatan SKPD, batas waktu penyampaian RKA-SKPD kepada PPKD, dan dokumen sebagai lampiran surat edaran analisis standar belanja dan standar satuan harga (Karianga, 2011).

Kinerja pemerintah daerah dapat dilihat dari sistem pengelolaan keuangan daerah dalam proses perencanaan dan penganggaran APBD, tahap pelaksanaan

(3)

3

APBD maupun pertanggung jawaban yang berupa laporan hasil pelaksanaan APBD. Kenis (1979) mengatakan terdapat dua karakteristik sistem penganggaran yaitu partisipsi dalam anggaran dan kejelasan sasaran anggaran. Kejelasan sasaran anggaran merupakan sejauh mana tujuan anggaran dapat ditetapkan secara jelas dan spesifik dengan tujuan agar anggaran tersebut dapat dimengerti oleh orang yang bertanggung jawab atas pencapaian sasaran anggaran tersebut. Kejelasan sasaran anggaran akan membantu pegawai untuk mencapai kinerja yang diharapkan, dimana dengan mengetahui sasaran anggaran maka tingkat kinerja dapat tercapai.

Adanya struktur yang terdesentralisasi memudahkan tercapainya kinerja yang lebih baik. Desentralisasi merupakan pendelegasian wewenang dari jenjang yang lebih tinggi ke jenjang yang lebih rendah untuk mengambil kebijakan secara independen. Desentralisasi merupakan konsep yang lebih luas dan berhubungan dengan seberapa jauh manajemen puncak mendelegasikan wewenang ke bawah devisi-devisi, cabang-cabang, atau satuan-satuan organisasi tingkat lebih bawah lainnya (Handoko, 2011). Tingginya tingkat desentralisasi merupakan bentuk pencapaian kinerja manajerial yang lebih baik. Dengan adanya desentralisasi ini suatu organisasi dapat mengembangkan kemampuan yang dimiliki, dapat menangani peristiwa peristiwa serta bertindak tanpa menunggu dan dapat meningkatkan kualitas keputusan yang diambil sehingga kinerja manajerial menjadi lebih baik.

Selain struktur yang terdesentralisasi hal yang mempengaruhi kinerja manajerial yaitu implementasi dari sistem teknologi informasi. Teknologi yang

(4)

digunakan di sistem teknologi informasi adalah teknologi komputer, teknologi komunikasi, dan teknologi apapun yang dapat memberikan nilai tambah untuk organisasi (Jogiyanto, 2008). Penggunaan teknologi informasi yang optimal dapat meningkatkan kinerja aparat pemerintah daerah seperti dalam penyusunan pelaporan keuangan. Dalam kegiatan operasinya suatu organisasi membutuhkan teknologi sistem informasi akuntansi untuk menjalankan tugasnya. Output yang dikeluarkan merupakan informasi-informasi akuntansi dengan basis data akuntansi dan input-input berupa data akuntansi (Jogiyanto, 2008).

Adapun persoalan yang muncul dalam lingkungan pemerintah Kota Semarang adalah kurang efektifnya realisasi program atau kegiatan dan lemahnya serapan anggaran, yang mengakibatkan tingginya SiLPA (Sisa Lebih Perhitungan Anggaran). Sisa Perhitungan Anggaran merupakan Sisa Lebih Pembiayaan APBD (SiLPA) atau Sisa Kurang Pembiayaan APBD (SiKPA), yang menunjukkan kelebihan atau kekurangan pendapatan dan penerimaan dibanding belanja dan pengeluaran daerah. Berdasarkan data dari Laporan Keuangan Daerah Pemerintah Kota Semarang 2015 dan 2014, Sisa lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) tahun anggaran 2015 sebesar Rp. 1.194.348.650.680 mengalami kenaikan sebesar Rp.148.070.282.804 atau sebesar 11,29 % dari SiLPA tahun anggaran 2014 sebesar Rp. 1.073.208.844.976.

Banyaknya proyek yang tidak terlaksana sesuai jadwal menyebabkan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran lebih tinggi di banding tahun tahun sebelumnya. Tingginya SiLPA menggambarkan kinerja SKPD dalam menjalankan program belum berjalan efektif dengan realisasi kegiatan yang ditetapkan hal ini

(5)

5

menyebabkan rendahnya penyerapaan anggaran dan tidak maksimalnya sasaran kegiatan program yang menggunakan dana APBD .

Beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya mengenai kejelasan sasaran anggaran terhadap kinerja manajerial belum menemukan hasil yang konsisten. Suhardini et al. (2014) mengatakan terdapat hubungan yang signifikan antara kejelasan sasaran anggaran dengan kinerja manajerial SKPD. Begitu juga penelitian yang dilakukan Permatasari et al. (2014) dan Arum (2016) yang menyatakan kejelasan sasaran anggaran berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Wahyuni et al. (2014) yang mengemukakan bahwa kejelasan sasaran anggaran tidak berpengaruh pada kinerja manajerial SKPD.

Berdasarkan uraian diatas research gap disajikan pada tabel 1.1 dibawah ini: Tabel 1.1

Research gap penelitian terdahulu

Variabel Independen Wahyuni et al. (2014) Permatasari et al. ( 2014) Suhardini et al. (2014) Wiratno et al. (2016) Arum (2016) Kejelasan Sasaran Anggaran Tidak Signifikan

Signifikan Signifikan - Signifikan

Desentralisasi Signifikan - Signifikan Signifikan -

Partisipasi Anggaran

- Signifikan Signifikan Signifikan Signifikan

Sistem Teknologi Informasi - - Signifikan - - Akuntabilitas Publik Tidak Signifikan Signifikan - - Signifikan Komitmen Organisasi - - - Signifikan

Motivasi Kerja - - - Tidak

Signifikan Sumber : Review hasil penelitian terdahulu

(6)

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Suhardini, et al. (2014) yang menggunakan partisipasi penyusunan anggaran, kejelasan sasaran anggaran, struktur desentralisasi dan sistem teknologi informasi sebagai variabel independen dan kinerja manajerial SKPD sebagai variabel dependen. Perbedaan pada penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Suhardini et al. (2014) adalah penelitian yang dilakukan menggunakan objek penelitian pada tim SKPD Provinsi Riau, sedangkan pada penelitian ini menggunakan objek penelitian pada SKPD di lingkungan Pemerintah Kota Semarang tahun 2016.

Berdasarkan uraian pada latar belakang, fenomena serta perbedaan hasil yang diperoleh dari beberapa penelitian sebelumnya maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran, Kejelasan Sasaran Anggaran, Struktur Desentralisasi Dan Sistem Teknologi Informasi Terhadap Kinerja Manajerial (Studi Empiris Pada Pejabat Eselon II,III,IV SKPD Pemerintah Kota Semarang)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan diatas, maka permasalahan yang terjadi dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh terhadap kinerja manajerial SKPD Pemerintah Kota Semarang?

2. Apakah kejelasan sasaran anggaran berpengaruh terhadap kinerja manajerial SKPD Pemerintah Kota Semarang?

(7)

7

3. Apakah struktur desentralisasi berpengaruh terhadap kinerja manajerial SKPD Pemerintah Kota Semarang?

4. Apakah sistem teknologi informasi berpengaruh terhadap kinerja manajerial SKPD Pemerintah Kota Semarang?

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang penelitian dan rumusan masalah yang telah disebutkan, maka tujuan dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Untuk menganalisis pengaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial SKPD Pemerintah Kota Semarang.

2. Untuk menganalisis pengaruh kejelasan sasaran anggaran terhadap kinerja manajerial SKPD Pemerintah Kota Semarang.

3. Untuk menganalisis pengaruh struktur desentralisasi terhadap kinerja manajerial SKPD Pemerintah Kota Semarang.

4. Untuk menganalisis pengaruh sistem teknologi informasi terhadap kinerja manajerial SKPD Pemerintah Kota Semarang.

(8)

1.3.2 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Bagi Pemerintah Kota Semarang

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi pihak yang terlibat dalam penyusunan anggaran serta dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam menyusun strategi untuk meningkatkan kinerja manajerial dan mencapai tujuan organisasi.

2. Bagi Satuan Kerja Pemerintah Daerah Kota Semarang

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada seluruh SKPD di Kota Semarang untuk memaksimalkan kinerja manajerial dengan lebih baik.

3. Bagi Pembaca

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah terutama bagi mahasiswa sebagai literatur dan referensi penelitian yang relevan.

4. Bagi Peneliti

Memperluas pengetahuan peneliti mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja manajerial SKPD di lingkungan Kota Semarang dan meningkatkan kemampuan dan ketrampilan berpikir dalam hal penyelesaian masalah.

(9)

37

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

3.1.1 Variabel Penelitian

Sugiyono (2010:2) mendefinisikan variabel penelitian adalah atribut atau objek penelitian yang mempunyai variasi tertentu yang digunakan peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan. Variabel yang akan diukur dalam penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu variabel independen meliputi partisipasi penyusunan anggaran, kejelasan sasaran anggaran, struktur desentralisasi dan sistem teknologi informasi serta kinerja, manajerial SKPD sebagai variabel dependen.

1. Variabel Independen

Variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus, predictor, antecedent. Dalam bahasa indonesia sering disebut sebagai variabel bebas. Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (Sugiyono, 2010:4). Dalam penelitian ini variabel independen diberi simbol (X). Variabel independen dalam penelitian ini adalah Partisipasi Penyusunan Anggaran (X1), Kejelasan Sasaran Anggaran (X2), Struktur Desentralisasi (X3) dan Sistem Teknologi Informasi (X4).

(10)

2. Variabel Dependen

Variabel ini sering disebut sebagai variabel output, kriteria, konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2010:4). Dalam penelitian ini variabel dependen diberi simbol (Y). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kinerja manajerial SKPD (Y).

3.1.2 Definisi Operasional

Definisi operasional variabel adalah penentuan konstruk sehingga menjadi variabel yang dapat diukur. Dalam definisi ini akan memberikan batasan atau ciri suatu variabel dengan merinci hal-hal yang harus dikerjakan oleh peneliti untuk mengukur variabel tersebut (Indriantoro dan Supomo, 2002:62). Secara rinci variabel yang akan diteliti dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 3.1

Definisi Operasional Variabel

No Nama Variabel

Definisi Variabel Indikator Sumber

1. Partisipasi Penyusunan Anggaran Partisipasi manajerial dalam proses penganggaran daerah, keikutsertaan dalam menentukan target maupun anggaran.  Melibatkan bawahan  Memberi kesempatan bawahan  Informasi dari bawahan  Kontribusi bawahan dalam anggaran SKPD Wiranto et al. (2016)

(11)

39

No Nama Variabel

Definisi Variabel Indikator Sumber

2. Kejelasan Sasaran Anggaran Rencana kerja yang dituangkan dalam bentuk anggaran disusun secara jelas dan spesifik sehingga dapat dimengerti oleh orang yang bertanggung jawab agar dapat mencapai tujuan secara efisien, efektif, ekonomis.  Adanya kejelasan sasaran pada SKPD  Spesifkasi anggaran  Tingkat kepentingan sasaran anggaran Bangun (2009) dalam Hidayat (2015) 3. Struktur Desentralisasi Proses penentuan kegiatan, penentuan orang yang bertanggung jawab atas program dan kegiatan , menentukan prioritas program dan kegiatan  Wewenang menentukan jumlah anggaran  Wewenang menentukan program kegiatan  Wewenang menentukan keterlibatan pegawai  Wewenang menentukan skala prioritas  Wewenang menentukan penambahan ,mutasi pegawai. Bangun (2009) Dalam Hidayat (2015) 4. Sistem teknologi informasi

Segala cara atau alat yang terintegrasi yang digunakan untuk menjaring data, mengolah data, mengirimkan atau menyajikan secara elektronik menjadi informasi  Penggunaan sistem terkomputerisasi  Penggunaan teknologi secara optimal.  Pengembangan berbasis Teknologi Informasi  Ketersediaan teknologi  Pengawasan  Peraturan pemanfaatan TI Noviyanti (2013)

(12)

No Nama Variabel

Definisi Variabel Indikator Sumber

5. Kinerja manajerial SKPD (Y)

Hasil dari proses aktifitas

manajerial yang efektif mulai dari proses perencanaan dan penganggaran, penatausahaan, pelaporan, pengawasan dan staffing  Efektifitas hasil perencanaan  Efektifitas hasil penganggaran  Efektifitas hasil penatausahaan  Efektifitas hasil laporan  Efektifitas hasil pengawasan  Efektifitas hasil staffing Wiranto et al. (2016)

3.2 Objek Penelitian dan Unit Sampel

Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah di Kota Semarang. Responden dalam penelitian ini adalah pejabat struktural yang menjabat sebagai Pimpinan SKPD, Kepala Bagian atau Seksi atau Sub Bagian Perencanaan, Kepala Bagian atau Seksi atau Sub bagian Keuangan dan Sekertaris SKPD.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian di tarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010:61). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pejabat struktural Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Pemerintah Daerah Kota Semarang yang berjumlah 50 SKPD yang terdiri Sekretaris daerah, Sekretaris Dewan, RSUD, 7 Badan, 19 Dinas, 3 Kantor, Inspektorat, SATPOL PP, dan 16 Kecamatan. Dalam penelitian

(13)

41

ini Kecamatan dan SATPOL PP tidak diikutsertakan dengan pertimbangan Dinas, Badan dan lembaga teknis daerah merupakan organisasi yang lebih besar dengan tugas pokok dan fungsi yang lebih luas sehingga dapat mempresentasikan satuan unit kerja pemerintah Kota Semarang. Dengan demikian terdiri dari 33 SKPD disajikan tabel berikut :

Tabel 3.2

Daftar Satuan Kerja Perangkat Daerah

No. Unit Kerja

1. Sekretaris Daerah 2. Sekretaris Dewan 3. Inspektorat

4. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 5. Badan Lingkungan Hidup

6. Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat 7. Badan Perijinan Pelayanan Terpadu

8. Badan Kepegawaian Daerah

9. Badan Pemberdayaan Masyarakat Perempuan 10. Badan Penanggulangan Bencana Daerah 11. Dinas Pengelolaaan Keuangan dan Aset Daerah 12. Dinas Bina Marga

13. Dinas Kesehatan 14. DInas Pendidikan 15. Dinas Pertanian

16. Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika 17. Dinas Perindustrian dan Perdagangan

18. Dinas Sosial Pemuda dan Olahraga

19. Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah 20. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi

21. Dinas Kebakaran

22. Dinas Kebersihan dan Pertamanan

23. Dinas Penerangan Jalan dan Pengelolaan Reklame 24. Dinas Tata Kota dan Perumahan

25. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata 26. Dinas Pasar

27. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil 28. Dinas Kelautan dan Perikanan

29. Dinas PSDA dan Energi Sumber Daya Mineral 30. Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang 31. Kantor Pendidikan dan Pelatihan

32. Kantor Ketahanan Pangan

33. Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Sumber : BAPEDA Kota Semarang

(14)

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2010:62). Sampel pada penelitian ini adalah pejabat struktural eselon II, eselon III dan eselon IV Satuan Kerja Perangkat Daerah Kota Semarang. Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dalam mengambil jumlah sampel. Teknik purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.. Jumlah sample yang diambil sebanyak 126 responden, dengan rincian setiap Dinas daerah dan Lembaga teknis daerah masing masing sebanyak 4 responden sedangkan Sekretariat dan Inspektorat masing masing sebanyak 2 responden.

Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah yang menyusun, menggunakan, dan melaporkan realisasi anggaran atau yang terlibat dalam pelaksanaan anggaran yang terdiri dari Pimpinan SKPD, Kepala Bagian atau Seksi atau Sub Bagian Perencanaan, Kepala Bagian atau Seksi atau Sub bagian Keuangan dan Sekertaris SKPD. Alasan pemilihan responden tersebut adalah karena responden dianggap mampu menggambarkan kinerja manajerial dari tiap instansi

3.4 Jenis Dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari responden dengan menggunakan kuesioner atau angket yang disusun berdasarkan variabel-variabel yang diteliti. Dalam pembuatan kuesioner dalam penelitian ini menggunakan skala likert.

(15)

43

3.5 Metode Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2010) teknik pengumpulan data merupakan langkah paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Pengumpulan data primer dilakukan dengan metode survei melalui teknik kuesioner yang berupa pertanyaan pertanyaan dari variabel-variabel yang diperoleh dengan menyebarkan kepada responden. Kuesioner disebarkan secara langsung kepada responden, demikian pula pengembaliannya dijemput sendiri sesuai dengan janji pada kantor instansi pemerintah tersebut. Skala yang dipakai dalam penyusunan kuesioner adalah skala likert, yaitu skala yang berisi lima tingkat preferensi jawaban dengan pilihan sebagai berikut :

 SS = Sangat Setuju Skor 5

 ST = Setuju Skor 4

 N = Netral Skor 3

 TS = Tidak Setuju Skor 2

 STS = Sangat Tidak Setuju Skor 1

Dengan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan.

3.6 Metode Analisis Data

Metode analisis data yaitu pengolahan data dengan menggunakan perhitungan statistik dengan ketentuan teknik sampling. Alat utama untuk menganalisis data adalah kuesioner atau angket dalam bentuk pertanyaan yang

(16)

digunakan adalah bentuk pertanyaan yang telah disusun sebelumnya agar maksud dari pertanyaan tersebut dapat diketahui atau ditafsir dengan jelas. Dalam penelitian ini pengolahan data menggunakan analisis regresi linier berganda. Analisis regresi berganda dapat menjelaskan pengaruh antara variabel terikat dengan beberapa variabel bebas.

3.6.1 Statistik Deskriptif

Statistik diskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.

3.6.2 Uji Kualitas Data

Kualitas data yang dihasilkan dari penggunaan instrumen penelitian dapat dievaluasi melalui uji reliabilitas dan validitas. Uji tersebut masing-masing untuk mengetahui konsistensi dan akurasi data yang dikumpulkan dari penggunaan instrument.

a. Uji Validitas

Menurut Ghozali (2013:52) uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dinyatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Uji signifikansi dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung dengan r tabel dengan degree of freedom (df) = n-2, dalam hal ini n adalah

(17)

45

jumlah sampel. Untuk menguji apakah masing-masing indikator variabel suatu konstruk valid atau tidak yaitu dengan membandingkan nilai Correlated Item-Total Correlation pada tabel Item-Total Statistics dengan hasil perhitungan r tabel. Jika nilai r hitung > r tabel dan nilainya positif maka butir atau pertanyaan atau indikator tersebut dinyatakan valid.

b. Uji Reliabilitas

Menurut Ghozali (2013:47), uji reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliable atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.

Pengukuran realibiltas dapat dilakukan dengan One Shot atau pengukuran sekali saja. Disini pengukurannya hanya sekali dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain atau mengukur korelasi antar jawaban pertanyaan SPSS memberikan fasilitas untuk mengukur reliabilitas dengan uji statistik Cronbach Alpha (α). Suatu konstruk atau variable dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,70 (Ghozali, 2013 :48).

3.6.3 Uji Asumsi klasik

3.6.3.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2013:154). Untuk menguji apakah data terdistribusi normal atau tidak dapat

(18)

dilakukan dengan analisis grafik dan uji statistik. Analisis grafik merupakan cara yang mudah untuk mendeteksi normalitas yaitu dengan melihat penyebaran data titik pada sumbu diagonal dari grafik normal probability plot. Pengambilan keputusan dalam uji normalitas menggunakan analisis grafik ini didasarkan pada:

1. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

2. Jika data menyebar jauh dari diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal,maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

3.6.3.2 Uji Multikolinieritas

Uji Multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (Independen). Jika variabel independen saling berkolerasi, maka variabel-variabel ini tidak orthogonal. Variabel Ortogonal adalah variabel independen yang nilai kolerasi antar sesama variabel independen sama dengan nol. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas didalam model regresi diantaranya dengan:

1. Nilai yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel independen banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen.

2. Menganalisis matrik kolerasi variabel-variabel independen. Jika antar variabel independen ada kolerasi yang cukup tinggi (umumnya diatas 0,90), maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolonieritas.

(19)

47

Multikolonieritas dapat disebabkan karena adanya efek kombinasi dua atau lebih variabel independen.

3. Multikolonieritas dapat juga dilihat dari (1) nilai tolerance dan lawannya, (2) variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukan adanya multikolonieritas adalah tolerance ≤ 0,10 atau sama dengan nilai VIF (Variance Inflation Factor) ≥ 10 ( Ghozali, 2013: 103).

3.6.3.3 Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastitas bertujuan menguji apakah model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedatisitas dan jika berbeda maka disebut heterokedastisitas. Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya gejala heterokedastisitas. Deteksi ada tidaknya problem heterokedastisitas adalah dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di-studentized, (Ghozali, 2013 : 134). Dasar pengambilan keputusan:

(20)

1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik (point-point) yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka telah terjadi Heteroskedastisitas.

2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi Heteroskedastisitas

3.6.4 UjiHipotesis

Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat dinilai dengan Goodness of Fit-nya. Secara statistik setidaknya ini dapat diukur dari nilai statistik t, nilai statistik f dan nilai koefisien determinasi

3.6.4.1 Koefisien Determinasi ( )

Menurut Ghozali (2013:95) Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan modal dalam menerangkan varian variabel dependen atau terikat. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai ( ) yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Karena kelemahan mendasar menggunakan ( ) adalah terhadap jumlah variabel independen yang dimasukan ke dalam model. Setiap tambahan satu variabel independen maka ( ) pasti

(21)

49

meningkat tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.

Untuk mengevaluasi model regresi terbaik, penelitian ini berpatokan pada nilai Adjusted R Square atau koefisien determinasi yang sudah disesuaikan karena apabila memakai nilai R Square akan menimbulkan suatu bias yang dapat meningkatkan jika ada penambahan variabel independen. Berbeda dengan R Square, nilai Adjusted R Square tidak akan menimbulkan bias karena nilai R Square dapat naik atau turun apabila sebuah variabel independen ditambahkan dalam model.

3.6.4.2 Uji Parsial ( uji t)

Pada Ghozali (2013:97) menyatakan bahwa uji statistik t adalah untuk menunjukan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Adapun kriteria pengambilan keputusan :

Jika nilai signifikan ≤ 0,05 maka hipotesis diterima, dan secara parsial variabel independen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Jika nilai signifikan ≥ 0,05 maka hipotesis ditolak, dan secara parsial variabel independen tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.

(22)

Uji statistik F pada dasarnya menunjukan apakah semua variabel independen yang dimasukan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama sama terhadap variabel dependen (Ghozali, 2013:96). Uji F akan digunakan untuk menguji hipotesis yaitu uji t dan F dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut :

1. Apabila probabilitas > 0,05 maka H0 tidak dapat ditolak (diterima).

2. Apabila probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak dan menerima H1.

3. Jika > maka H0 ditolak dan menerima H1.

3.6.5 Analisis Regresi Linear Berganda

Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Regresi Linier Berganda. Model Analisis Regresi Linier Berganda adalah model persamaan regresi dengan variabel bebas lebih dari satu. Menurut Ghozali (2011:225) model analisis regresi linier berganda dirumuskan sebagai berikut :

Y = β 1X1 + β 2X2 + β3X3 + β4X4+e ……….. (1)

Keterangan :

β = Angka arah atau koefisien regresi, yaitu menunjukkan angka peningkatan ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan pada variabel independen.

Y = Kinerja Manajerial SKPD

X1 = Partisipasi Penyusunan Anggaran X2 = Kejelasan Sasaran Anggaran X3 = Struktur Desentralisasi X4 = Sistem Teknologi Informasi

(23)

51

Referensi

Dokumen terkait

Dari uraian latar belakang dan adanya research gap dari penelitian- penelitian sebelumnya serta fenomena lapangan yang terjadi, maka peneliti tertarik untuk melakukan

Dari uraian latar belakang, fenomena yang terjadi dan beberapa penelitian terdahulu maka penulis tertarik untuk meneliti tentang “PENGARUH PEMBERIAN KREDIT GADAI KCA

Dari uraian latar belakang, fenomena yang terjadi dan beberapa penelitian terdahulu maka penulis tertarik untuk meneliti tentang “PENGARUH PEMBERIAN KREDIT GADAI

Tanaman yang dapat dipakai sebagai penyembuhan luka sayat dari studi litaratur adalah: bawang merah (Allium cepa), getah jarak pagar (Jatropha CurcasL), daun kenikir

Peserta didik membentuk kelompok, tiap kelompok terdiri dari 4 anak dan diberi motivasi atau rangsangan untuk memusatkan perhatian pada topik Menyusun kerangka dan Menyampaikan teks

Berdasarkan Latar belakang, Konsep, Fenomena, hasil penelitian terdahulu yang dinyatakan sebelumnya maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh

Penjelasan secara umum blok pada Gambar 2, komputer berfungsi sebagai programmer untuk mendesain hardware FPGA dengan software Quartus II dan memverifikasi desain

Berdasarkan uraian latar belakang serta perbedaan hasil penelitian yang dikemukakan oleh beberapa peneliti, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang