MODEL PENGUKURAN KINERJA KOMPREHENSIF
Keakuratan sebuah model ditentukan oleh proses pembangunan model tersebut. Sebelum sebuah model diimplementasikan, maka perlu dilakukan dua tahapan yaitu verifikasi dan validasi. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan kebutuhan lainnya, maka verifikasi dan validasi dikembangkan menjadi sebuah langkah sistematis yang berupaya untuk memberikan umpan balik pada model konseptual sehingga dapat dilakukan perbaikan sebelum diimplementasikan (Anderson, 1972; Chatergy and Pooch, 1977: Mc Carl dan Apland, 1986 ; Eriyatno, 2006). Verifikasi dan validasi juga dilakukan pada model pengukuran kinerja komprehensif klaster agroindustri hasil laut yang dirancang. Selanjutnya tahapan proses dan hasil verifikasi serta validasi model akan diuraikan secara sistematis pada bagian ini.
Verifikasi Model pada Klaster Industri
Verifikasi dilakukan untuk menguji apakah logika model memiliki kesesuaian yang cukup baik dengan situasi riil di mana model akan diterapkan. Untuk itu dipilih dua klaster industri hasil laut untuk keperluan verifikasi model pengukuran kinerja komprehensif yaitu klaster agroindustri teri nasi dan rumput laut di wilayah Jawa Timur. Kedua klaster ini dipilih karena produk ini memiliki potensi yang sangat baik, baik dari sisi ekspor maupun domestik. Produk teri nasi lebih dominan di pasar ekspor, permintaan terus meningkat namun pasokan terbatas dikarenakan dukungan hasil tangkapan (nelayan) yang masih terbatas, di mana rata-rata kemampuan pasokan adalah 300 ton per tahun. Peluang pasar domestik juga sangat menjanjikan karena kandungan gizi yang sangat tinggi kandungan 100 gram teri nasi ekivalen dengan satu gelas susu Anlene (BLPMHP, 2005). Sementara itu produk rumput laut di samping kandungan serat yang sangat dibutuhkan untuk kesehatan juga mempunyai derivasi produk hilir yang sangat beragam dan masih terus dikembangkan. Oleh karenanya dibutuhkan penguatan struktur industri sehingga dapat terus meningkatkan daya saing baik di pasar global.
Model pengukuran kinerja berisi sejumlah indikator kinerja yang mewakili baik dari sisi aspek klaster maupun pelaku klaster yang telah ditentukan berdasarkan hasil penilaian pakar dan pertimbangan logis. Terdapat 22 indikator
kinerja kunci yang mewakili empat aspek kinerja klaster dan empat stakeholder yang dikaji seperti telah dikemukakan di bagian terdahulu. Verifikasi model diawali dengan menyusun alat pengukuran berupa form-form penilaian berdasarkan jenis indikator yang akan diukur capaiannya. Verifikasi dilakukan untuk melihat apakah sejumlah indikator kinerja kunci yang telah dipilih secara logika dapat diterima untuk sebuah sistem klaster industri dan akan mampu diimplementasikan dengan baik serta mudah dalam operasionalisasinya.
Verifikasi pada sektor hulu dilakukan melalui Diskusi Kelompok Terpadu (DKT) dengan sejumlah usaha penangkapan lepas panen ikan teri nasi (nelayan) dan usaha pasca panen di Jawa Timur dalam dua kelompok dan sesi yang berbeda. Pada DKT tersebut dilakukan eksplorasi data yang terkait dengan model serta capaian ukuran beberapa indikator kinerja kunci pada saat ini. Di samping juga dilakukan penggalian harapan dan persoalan yang dihadapi oleh komponen tersebut pada klaster agroindustri hasil laut.
Berdasarkan hasil verifikasi model pengukuran kinerja yang dilakukan, logika model telah cukup sesuai dengan kondisi di lapangan, hal ini ditunjukkan oleh dapat diukurnya semua ukuran secara mudah dan tepat dalam pengisian. Semua indikator kinerja kunci yang terpilih untuk merepresentasikan kinerja komprehensif klaster industri hasil laut dapat diukur di lapangan dengan upaya-upaya klarifikasi yang intensif.
Validasi Model Pengukuran Kinerja Komprehensif
Perancangan model pengukuran kinerja komprehensif pada sistem klaster agroindustri hasil laut dilakukan dengan menggunakan pendekatan sistem. Studi perilaku sistem yang kompleks pada sistem klaster industri hasil laut menuntut adanya suatu pendekatan yang bersifat holistik dengan tetap mengacu pada efektivitas hasil. Kajian yang dilakukan pada penelitian ini sebagian besar berbasis pada pengetahun pakar melalui akuisisi dan elisitasi pendapat pakar, oleh karenanya di dalam ilmu sistem kajian ini masuk dalam kategori soft system yang relatif tidak terstruktur. Pada model-model dengan pendekatan soft system methodology validasi tidak bisa sepenuhnya dilakukan secara matematis, namun cukup dengan pengujian untuk mendapat pengakuan secara intelektual yang bisa dilakukan melalui pendekatan expert judgment (Checkland, 1995 ; Eriyatno, 2006).
Selanjutnya metode ini akan digunakan pada validasi model pengukuran kinerja yang telah dilakukan pada kedua contoh klaster industri di atas.
Validasi model pada situasi ini tidak untuk mencari pembuktian valid atau tidak, namun lebih untuk memperbaiki tingkat keyakinan bahwa berdasarkan kondisi yang diasumsikan model yang dikembangkan bisa mewakili sistem yang sebenarnya (Naylor dan Finger, 1967; Gass, 1983). Validasi meliputi validasi penyusunan dan validasi hasil. Proses penyusunan model harus dijamin validitasnya mulai dari asumsi yang mendasari, pengumpulan data sampai dengan proses pengolahannya, sementara secara hasil juga harus dijamin keakuratnnya bahwa hasil dari model benar-benar merepresentasikan kondisi riil.
Validitas konstruksi model ditentukan oleh ketepatan pemilihan pakar dalam penelitian. Pakar yang dipilih berasal dari tiga komponen yang relevan yaitu praktisi industri hasil laut, pengambil kebijakan (Departemen Perindustrian (Deprin) dan Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP)) dan akademisi dengan tingkat kepakaran yang dibuktikan berdasarkan pengalaman dan kapasitas keilmuan. Empat pakar praktisi industri yang dilibatkan adalah tingkat General Manager dan Direktur Perusahaan, dari pengambil kebijakan adalah 6 pakar di tingkat Direktur di lingkungan DKP dan Deprin. Sementara itu dari pihak akademisi ikut berkontribusi sebagai pakar adalah 5 pakar yang terdiri dari seorang guru besar yang memiliki keilmuan Teknologi Industri Pertanian dan mempunyai pengalaman praktis dan penelitian di bidang kelautan dan perikanan, 3 orang doktor masing-masing di bidang Sistem Dinamik,Teknik Perkapalan dan Ilmu Wilayah serta satu orang calon Doktor di bidang Ekonomi Internasional. Berdasarkan dari kompetensi seluruh pakar yang dilibatkan pada penilaian sejumlah kriteria dan indikator kinerja klaster industri diharapkan dapat dipertanggungjawabkan validitasnya.
Penentuan validitas hasil dari model dilakukan melalui expert judgment pada dua Diskusi Kelompok Terarah (DKT) di dua kelompok terpisah yaitu di kelompok praktisi industri hasil laut (teri nasi) dan kelompok di lingkungan pemerintahan. Hasil rancangan model pengukuran kinerja komprehensif klaster agroindustri hasil laut dipresentasikan pada dua kelompok tersebut dalam waktu dan tempat terpisah. Secara umum kedua kelompok pakar menyatakan bahwa model sudah merepresentasikan sistem klaster agroindustri hasil laut, namun demikian dalam proses dialog dan diskusi yang terjadi terdapat beberapa masukan yang diharapkan bisa ditindaklanjuti.
Validasi model secara kuantitatif dilakukan pada penentuan model peramalan untuk indikator total penjualan klaster industri teri nasi. Model ini diperlukan untuk meramalkan omset klaster industri teri nasi beberapa periode mendatang. Hal ini diperlukan untuk merencanakan strategi klaster industri teri nasi agar terus dapat bertahan dan bahkan meningkatkan kinerjanya. Di samping itu berdasarkan hasil identifikasi indikator kinerja kunci yang telah dilakukan indikator total penjualan klaster merupakan salah satu indikator penting yang harus selalu dimonitor dan dievaluasi, hal ini untuk melihat apakah secara eksternal sistem ada kondisi kedepan yang kondusif untuk peningkatan kinerja. Validasi model dilakukan dengan mencoba beberapa model peramalan deret waktu untuk memprediksi total penjualan teri nasi di Jawa Timur dalam 12 periode bulan ke depan. Dari pemeriksaan karakteristik pola data awal di mana data bersifat fluktuatif dengan pola tertentu, maka diduga terdapat tiga jenis model yang mampu merepresentasikan sesuai kondisi riilnya yaitu model pemulusan eksponensial tunggal, pemulusan eksponensial ganda dan dekomposisi. Dengan hasil ramalan dan rekaman indikator ketepatan model seperti ditampilkan secara berturut-turut pada Gambar 54–56. Pada Gambar 54 dapat dilihat hasil peramalan dengan menggunakan model pemulusan eksponensial tunggal yang memiliki beberapa parameter keakuratan hasil (MAPE, MAD dan MSD) seperti tampak pada sisi kanan gambar grafik berikut :
Actual Predicted Forecast Actual Predicted Forecast 40 30 20 10 0 450000 350000 250000 150000 50000 C2 Time MSD: MA D: MA PE: Alpha: Smoothing Constant 7.08E+09 57665 42 0.562
Gambar 54 Prediksi total penjualan dengan model pemulusan eksponensial tunggal
Selanjutnya sebagai perbandingan dilakukan peramalan dengan model dekomposisi yang memberikan hasil ramalan penjualan dalam bentuk grafik sebagai berikut : Actual Predicted Forecast Actual Predicted Forecast 50 40 30 20 10 0 450000 350000 250000 150000 50000 Time C2 MSD: MAD: MAPE: 4.13E+09 47422 25
Gambar 55 Prediksi total penjualan dengan model dekomposisi
Kemudian sebagai alternatif pembanding lainnya dilakukan uji coba peramalan total penjualan klaster dengan menggunakan model pemulusan eksponensial ganda, dengan hasil seperti tampak pada Gambar 56.
Actual Predicted Forecast Actual Predicted Forecast 0 10 20 30 40 -400000 -200000 0 200000 400000 600000 800000 C2 Time Smoothing Constants Alpha (level): Gamma (trend): MAPE: MAD: MSD: 0.672 0.063 43 61935 8.14E+09
Gambar 56 Prediksi total penjualan dengan model pemulusan eksponensial ganda Kilogram/b ula n Kilogram/b ula n
Model peramalan deret waktu dipilih atas dasar pendugaan awal bahwa omset penjualan ditentukan oleh periode waktu, disamping alasan ketersediaan data.
a alternatif model peramalan total penjualan teri nasi Adapun rekapitulasi nilai akurasi model dari ketiga model yang diuji di atas dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 17. Nilai akurasi tig
Parameter keakuratan model
No Jenis model
MAPE MAD MSD
1 Pemulu ial
tunggal san eksponens 42 57665 7.08E+09
2 Dekomposisi 25 47422 4.13E+09
3 Pemulusan eksponensial
ganda 43 61935 8.14E+09
Berdasa etiga parameter keakuratan model seperti pada tabel, maka dapat
dilihat bahwa model dekomposisi memiliki keakuratan yang terbaik yang
odel
Setelah melalui tahap v as, maka rancangan model
pengukuran kinerja komprehensif pada klaster agroindustri hasil laut dapat diimp
rkan k
ditunjukkan dengan nilai ketiga parameter paling kecil dibandingkan semua model yang diuji. Hal ini memberikan arti bahwa model dekomposisi akan memberikan kesalahan dalam peramalan paling kecil dibanding dua model lainnya, sehingga dari sini dapat disimpulkan bahwa model dekomposisi merupakan model yang representatif untuk menggambarkan pola data sekaligus menghasilkan prediksi yang paling mendekati hasil yang sebenarnya.
Implementasi M
erifikasi dan validasi di at
lementasikan. Implementasi dilakukan pada dua klaster industri hasil laut sebagai percontohan yaitu klaster industri teri nasi dan klaster industri rumput laut di Jawa Timur. Proses pengukuran kinerja dilakukan dengan menggunakan bantuan lembar periksa dan dilaksanakan dengan metode interview dengan pihak industri dan pelaku lain untuk mendapatkan informasi capaian indikator kinerja kunci seperti yang telah ditentukan dalam model. Gambaran sistem klaster industri teri nasi di Jawa Timur dan keterkaitannya dapat dilihat pada gambar berikut :
PELAKU INTI
(Industr Te i Pengo an ri Nas lah i) Pemerintah Pusat Lembaga Keuangan - Bank- Non Bank (Koperasi)
Lembaga Penelitian
INSTITUSI PENDUKUNG
Industri
Mesin dan Peralatan
INDUSTRI PENDUKUNG -PLN (Listrik) -PDAM (Air) -Es Batu Dukun hasil tangkapan dan usaha lepas pantai (nelayan dan agroindustri level I) Industri/Usaha Pemasok Bahan Baku Penolong - Departemen Perindustrian - Departemen Kelautan dan Perikanan - Departemen Keuangan - Departemen Perdagangan - Departemen Pertanian 1. Perguruan Tinggi (Penelitian dan Pengembangan SDM). 2. BLPMHP Asosiasi 1. APIKI 2. GAPMMI Pemerintah Daerah - Dinas Perikanan - Dinas Perindustrian dan Perdagangan
- Mesin Diesel - Jaring ikan - Peralatan lainnya (Blung dll)
Gambar 57 Struktur pelaku klaster industri teri nasi di Jawa Timur
Sementara itu gambaran kategori agroindustri teri nasi berdasarkan level proses
transfor n hasil
implementasi model pengukuran kinerja pada sistem klaster agroindustri teri nasi
an 100 %. Capa
(Blung dll)
Gambar 57 Struktur pelaku klaster industri teri nasi di Jawa Timur
Sementara itu gambaran kategori agroindustri teri nasi berdasarkan level proses
transfor n hasil
implementasi model pengukuran kinerja pada sistem klaster agroindustri teri nasi
an 100 %. Capa PT KML PT MMM PT MPI PT ICS CV Mahera gan
masi menurut Austin (1981) dapat dilihat pada Lampiran 4 da masi menurut Austin (1981) dapat dilihat pada Lampiran 4 da dapat ditampilkan dalam bentuk scoring board seperti pada Tabel 18.
Dari hasil verifikasi dapat dilihat bahwa nilai kinerja parsial untuk indikator lokalitas masuk dalam kategori baik, yaitu untuk indikator jumlah tenaga kerja sekitar desa dan jumlah tenaga kerja lokal berturut-turut 105% d
dapat ditampilkan dalam bentuk scoring board seperti pada Tabel 18.
Dari hasil verifikasi dapat dilihat bahwa nilai kinerja parsial untuk indikator lokalitas masuk dalam kategori baik, yaitu untuk indikator jumlah tenaga kerja sekitar desa dan jumlah tenaga kerja lokal berturut-turut 105% d
ian ini sekaligus menunjukkan bahwa lokalitas dari industri hasil laut di Jawa Timur sangat tinggi sehingga dapat diharapkan akan menjadi lapangan kerja yang potensial bagi masyarakat sekitar. Sementara itu beberapa indikator kinerja kunci yang pencapaiannya kurang di antaranya adalah kepemilikan dokumen sertifikasi lingkungan dan jumlah komplain dari konsumen atas produk yang dihasilkan, masing-masing dengan nilai kinerja nol.
ian ini sekaligus menunjukkan bahwa lokalitas dari industri hasil laut di Jawa Timur sangat tinggi sehingga dapat diharapkan akan menjadi lapangan kerja yang potensial bagi masyarakat sekitar. Sementara itu beberapa indikator kinerja kunci yang pencapaiannya kurang di antaranya adalah kepemilikan dokumen sertifikasi lingkungan dan jumlah komplain dari konsumen atas produk yang dihasilkan, masing-masing dengan nilai kinerja nol.
Tabel 18 Hasil pengukuran kinerja klaster industri teri nasi di Jawa Timur
Relatif Absolut
Kinerja Komprehensif Klaster 55.61%
a Sosial 0.1664 8.69% 52.25%
Kinerj
Persentase penduduk sekitar (desa) yang
terlibat aktif dalam program per tahun (%) 0.0692 0.47405 3% orang 0.50% Higher is better 7.90% 16.67% Kurang Jumlah tenaga kerja penduduk sekitar
pabrik/usaha (kelurahan/desa) (%) 0.0363 0.24859 90% kary 95% Higher is better 26.24% 105.56% Baik Jumlah tenaga kerja lokal (%) 0.0182 0.12452 100% kary 100% Higher is better 12.45% 100.00% Baik Jumlah perguruan tinggi dengan disiplin ilmu
yang relevan di Jatim 0.0123 0.08431 10 Inst 4 Higher is better 3.37% 40.00% Kurang
Jumlah industri hasil laut yang bergabung dalam
Klaster 0.0100 0.06853 15 5 Higher is better 2.28% 33.33% Kurang
Kinerja Lingkungan 0.155 0.00% 0.00%
Jumlah komplain atas produk per thn 0.0172 0.33333 0 1 Lower is better 0.00% 0 Kurang Jumlah komplain masyarakat per thn 0.0172 0.33333 0 kali 1 Lower is better 0.00% 0 Kurang Jumlah pelaku yang memiliki dokumen amdal
dan tersertifikasi (%) 0.0172 0.33333 5 buah 0 Higher is better 0.00% 0.00% Kurang
Kinerja Ekonomi 0.34358 26.37% 76.74%
Rata-rata keuntungan pelaku klaster (%) 0.0361 0.36571 30% % 20% Higher is better 24.38% 66.67% Cukup Indeks RCA (Revealed Comparative Advantage) 0.0243 0.2457 4 2.16 Higher is better 13.27% 54.00% Cukup Deviasi keuntungan anggota klaster (%) 0.0180 0.18258 20 % 10 Lower is better 27.39% 150.00% Baik
Pangsa Pasar 0.0135 0.13713 50% % 30% Higher is better 8.23% 60.00% Cukup
Total Penjualan per tahun 0.0068 0.06888 950 ton 480 Higher is better 3.48% 50.53% Cukup
Kinerja Proses Bisnis Internal 0.31829 20.55% 64.57%
Output standar 0.0328 0.13168 75 ton 40 Higher is better 7.02% 53.33% Cukup
Jumlah komplain keterlambatan pengiriman
produk ke negara tujuan (ekspor) 0.0313 0.12605 0 kali 1 Lower is better 0.00% 0.00% Kurang Jumlah produk yang rusak dalam perjalanan
distribusi 0.0313 0.12605 0 kali 2 Lower is better 0.00% 0.00% Kurang
Nilai rendemen setelah handling 0.0273 0.10995 17% % 20% Higher is better 12.94% 117.65% Baik Harga jual ke pabrik 0.0273 0.10995 15000 rupiah 12500 Higher is better 9.16% 83.33% Baik Jumlah bahan baku yang diperoleh dalam satu
kali tangkapan (untuk ikan dan udang) 0.0246 0.09908 40 kg 20 Higher is better 4.95% 50.00% Kurang Biaya yang dikeluarkan dalam sekali melaut
(untuk ikan & udang) 0.0246 0.09908 40000 rupiah 50000 Lower is better 12.39% 125.00% Baik Harga jual produk/bahan baku 0.0246 0.09908 12500 rupiah 11000 Higher is better 8.72% 88.00% Baik Nilai rendemen bahan baku (%) 0.0246 0.09908 95 % 90 Higher is better 9.39% 94.74% Baik
Skor Indikator Kinerja Kunci Klaster Agroindustri Hasil
Laut
Bobot relatif
Bobot
Normal Target Unit Capaian Status Sistem
Scoring
Tabel scoring board hasil pengukuran kinerja komprehensif klaster agroindustri hasil laut pada industri teri nasi di atas, terdiri atas beberapa omponen parameter ukuran yang mencerminkan karakteristik dari setiap indikator kinerja yaitu nilai bobot, nilai yang ditargetkan, nilai capaian indikator, scorin
k
g system, nilai skor serta status kinerja. Pengukuran setiap indikator kinerja yang sudah ditentukan melalui penilaian pakar dilakukan secara langsung dengan bantuan alat berupa lembar periksa (check sheet) yang telah disiapkan terlebih dahulu. Idealnya sebuah klaster, pengukuran dilakukan pada semua anggota klaster tergantung pada pelaku mana indikator kinerja yang diukur. Hasil pengukuran pada individu pelaku selanjutnya diagregasikan menjadi nilai capaian
indikator kinerja yang diukur seperti tampak pada kolom capaian di Tabel 18 di atas.
Nilai skor setiap indikator kinerja yang diukur sangat ditentukan oleh target yang ditentukan oleh pengelola klaster. Pada perhitungan di atas nilai target ditentukan berdasarkan brainstorming dari pakar industri. Penentuan target ini didasarkan pada beberapa pertimbangan yang mengacu pada kriteria SMART (Specific, Measurable, Achievable, Realistic dan Timebound) yang secara detail telah diuraikan pada bagian sebelumnya. Setiap indikator kinerja yang diukur akan memiliki target yang berbeda dengan satuan yang juga bisa berbeda. Scoring system yang dilakukan seperti tabel di atas akan mampu menghilangkan satuan menjadi sebuah ukuran yang unik, di mana nilai skor dapat diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut :
ij ij ij ij n t k Score = ( ) ...(29) keterangan :
i
: indeks indika ej
: indeks kinerja parsial (aspek klaster)apaian kinerja untuk indikator kinerja kunci ke-i pada kinerja
kinerja kunci ke-i pada kinerja
rmalkan untuk indikator kinerja kunci ke-i pada
pok rdasarkan pendapat pakar maka penentuan ategori berdasarkan nilai sebagai berikut :
tor kinerja < 50 % tor kin rja yang diukur
k
ij : nilai cparsial (aspek) ke-j
t
ij : target yang diinginkan untuk indikatorparsial (aspek) ke-j
n
ij : bobot yang telah dinokinerja parsial (aspek) ke-j
Sementara itu status kinerja klaster industri dikategorikan dalam tiga kelom yaitu Baik, Sedang dan Kurang. Be
k
Status Baik jika nilai skor absolut indikator kinerja ≥ 75
Status Sedang jika nilai skor absolut indikator kinerja ≥ 50% dan < 75% Status Kurang jika nilai capaian absolut indika
Dar a pat dilihat
eterangan :
ilai capaian kinerja komprehensif di atas menunjukkan suatu nilai yang sangat
ya sebagai perbandingan model pengukuran kinerja komprehensif juga
komponen dan posisinya dalam klaster dapat dilihat pada Gambar 58 berikut : ………(30) i h sil pengukuran kinerja pada tabel di atas, maka secara parsial da
bahwa kinerja klaster agroindustri hasil laut (teri nasi) yang tertinggi dicapai oleh kinerja ekonomi (67.59%) dan terendah oleh kinerja lingkungan (0%). Sementara kinerja sosial dan proses bisnis internal berturut-turut dengan nilai kinerja 52.25% dan 64.57%. Selanjutnya dengan menggunakan persamaan 13 dan 14 dapat dihitung nilai kinerja komprehensif klaster agroindustri hasil laut sebagai berikut :
(
)
%
61
.
55
,
,
,
4 3 2 1=
+
+
+
=
=
Cp
Tp
c
Ep
c
Ecp
c
Sp
c
Cp
Tp
Ep
Ecp
Sp
f
Cp
………(31) k 4 3 2 1c
c
c
c
Tp
Ep
Ecp
Sp
Cp
= nilai kinerja komprehensif = nilai kinerja sosial= nilai kinerja ekonomi = nilai kinerja lingkungan
= nilai kinerja proses bisnis internal = nilai bobot agregat kinerja sosial = nilai bobot agregat kinerja lingkungan = nilai bobot agregat kinerja ekonomi
= nilai bobot agregat kinerja proses bisnis internal
N
bagus bahwa kinerja komprehensif klaster industri teri nasi di Jawa Timur berada pada kategori Cukup dengan nilai capaian 55.61%. Oleh karena itu harus dilakukan analisa lebih lanjut untuk bisa mendapatkan rekomendasi umpan balik dari hasil pengukuran di atas yang secara detail akan diuraikan pada bagian pembahasan.
Selanjutn
diimplementasikan pada klaster industri rumput laut, namun pengukuran terbatas masih dilakukan pada satu perusahaan inti yang mewakili industri pengolahan dan pelaku lainnya yakni petambak dan institusi pendukung. Secara lengkap sistem klaster industri rumput laut di Jawa Timur yang menggambarkan
PELAKU INTI (Industri Pengolahan Rumput Laut) PT ASML PT SKS Pemerintah Pusat Lembaga Keuangan - Bank
- Non Bank (Koperasi)
Lembaga Penelitian
INSTITUSI PENDUKUNG
Industri
Mesin dan Peralatan
INDUSTRI PENDUKUNG
-PLN (Listrik) -PDAM (Air) -Bibit rumput laut
Dukungan hasil panen dan usaha pasca panen (petambak rumput laut dan agroindustri level I) Industri/Usaha Pemasok Bahan Baku Penolong PT SS
- Departemen Kelautan dan Perikanan - Departemen Keuangan - Departemen Perdagangan - Departemen Pertanian 1. Perguruan Tinggi (Penelitian dan Pengembangan SDM). 2. BLPMHP Asosiasi Pemerintah Daerah - Dinas Perikanan - Dinas Perindustrian dan Perdagangan
- Mesin Diesel - Jaring ikan - Peralatan lainnya (Blung dll)
Gambar 58 Struktur pelaku klaster industri rumput laut di Jawa Timur
Adapun gambaran kategori agroindustri rumput laut berdasarkan level proses
transf hasil
ebesar 57.44 %, hal ini menunjukkan bahw
- Departemen Perindustrian
ormasi menurut Austin (1981) dapat dilihat pada Lampiran 4.2 dan pengukuran kinerja komprehensif dengan menggunakan model yang dirancang secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 19.
Dari tabel tersebut, dapat dilihat bahwa nilai numerik kinerja komprehensif klaster industri rumput laut yang dihasilkan s
a secara numerik klaster industri rumput laut hanya mampu mencapai 57.44% dari target komprehensif yang telah ditentukan. Meskipun secara komprehensif nilai numerik kinerja klaster industri rumput laut dengan kinerja komprehensfif numerik klaster industri teri nasi tidak berbeda secara signifikan, namun jika dilihat secara parsial pada setiap indikator kinerja aspek klaster maka terdapat perbedaan yang cukup signifikan pada kinerja ekonomi. Status indikator kinerja rata-rata keuntungan pada klaster industri rumput laut masuk kategori Baik (120%) yang berarti melebihi 20% dari target keuntungan yang telah ditetapkan, sementara pada klaster industri teri nasi berkinerja Cukup dengan nilai 66.67%.
Kinerja komprehensif klaster agroindustri hasil laut di Jawa Timur dengan contoh terpilih dua klaster yang telah diuraikan di atas, dengan berasumsi bahwa kedua klaster industri tersebut memiliki kepentingan sama adalah nilai rata-rata kinerja komprehensif dari kedua klaster tersebut. Sehingga secara numerik dapat dihasilkan nilai agregat 56.63%, yang berarti klaster agroindustri hasil laut di Jawa Timur memiliki kinerja komprehensif atau dengan kata lain klaster industri hasil laut di Jawa Timur hanya memenuhi 56.63% dari target yang ditentukan. Untuk itu masih perlu dilakukan upaya peningkatan kinerja di masa yang akan datang melalui program-program yang efektif.
Tabel 19. Hasil pengukuran kinerja klaster industri rumput laut di Jawa Timur
Relatif Absolut 57.44%
Kinerja Sosial 17% 7.59% 45.61% Kurang
1
Persentase penduduk sekitar (desa) yang
terlibat aktif dalam program per tahun (%) 0.0692 47% 2 % 0.3 Higher is better 7.11% 15.00% Kurang 2
Jumlah tenaga kerja penduduk sekitar
pabrik/usaha (kelurahan/desa) (%) 0.0363 25% 90% % 75% Higher is better 20.72% 83.33% Baik 3 Jumlah tenaga kerja lokal (%) 0.0182 12% 100 % 100 Higher is better 12.45% 100.00% Baik 4
Jumlah perguruan tinggi dengan disiplin ilmu
yang relevan di Jatim 0.0123 8% 10 unit 4 Higher is better 3.37% 40.00% Kurang
5
Jumlah industri rumput laut yang bergabung
dalam Klaster 0.0100 7% 7 unit 2 Higher is better 1.96% 28.57% Kurang
Kinerja Lingkungan 16% 0 0
1
Jumlah komplain masyarakat krn
pencemaran lingkungan 0.0344 66% 0 kali 1 Lower is better 0 0.00% Kurang
2
Jumlah pelaku yang memiliki dokumen amdal
dan tersertifikasi (%) 0.0172 33% 1 unit 0 Higher is better 0 0.00% Kurang
Kinerja Ekonomi 34% 30.51% 88.80%
1 Rata-rata keuntungan pelaku klaster (%) 0.0361 37% 25 30 Higher is better 43.89% 120.00% Baik 2
Indeks RCA (Revealed Comparative
Advantage) 0.0243 25% 4 2.16 Higher is better 13.27% 54.00% Cukup
3 Deviasi keuntungan anggota klaster (%) 0.0180 18% 0 0 Lower is better 18.26% 100.00% Baik
6 Pangsa Pasar 0.0135 14% 50% 30% Higher is better 8.23% 60.00% Cukup
7 Total Penjualan per tahun 0.0068 7% 200 ton 150 Higher is better 5.17% 75.00% Baik
Kinerja Proses Bisnis Internal 32% 19.33% 60.74%
1 Output standar 0.0328 16% 15 ton 12 Higher is better 13.14% 80.00% Baik
2
Jumlah penolakan pengiriman oleh pembeli
(eksportir) 0.0313 16% 0 0 Lower is better 0.00% 0.00% Kurang
3 Jumlah komplain atas produk yang dikirim 0.0313 16% 0 0 Lower is better 0.00% 0.00% Kurang 4 Nilai rendemen setelah handling 0.0273 14% 15 10 Higher is better 9.14% 66.67% Cukup
5 Harga jual ke pabrik 0.0273 14% 5000 4500 Higher is better 12.34% 90.00% Baik
6
Jumlah bahan baku yang diperoleh dalam
satu kali panen (untuk rumput laut) 0.0246 12% 1.5 ton/ha 1 Higher is better 8.24% 66.67% Cukup 7
Biaya yang dikeluarkan dalam sekali panen
(rumput laut) 0.0246 12% 50 100 Lower is better 6.18% 50.00% Kurang
9 Nilai rendemen bahan baku (%) 0.0246 12% 95 % 90 Higher is better 11.71% 94.74% Baik
Sistem Skor
Status ikator Kinerja Kunci Klaster Agroindustri Bobot Bobot Target Unit Capaian
Scoring Ind
Hasil Laut relatif Normal Kinerja Komprehensif Klaster
Berdasarkan hasil verifikasi melalui uji coba model pada dua klaster agroindustri hasil laut terpilih, kemudian dianalisis lebih lanjut untuk menentukan apakah model sudah cukup baik berdasarkan beberapa pertimbangan atau masih
mem
timbangkan
aspek sub an dalam
operasionalnya. Model pengukuran kinerja dalam bentuk scoring board yang telah diver
Social Responsibility) yang mewakili indikator kinerja antara lain :
itar
(2)
ah perguruan tinggi dengan disiplin ilmu yang relevan di Jatim
bergabung dalam Klaster
2. eks CER (Corporate
Environm
gan
erlukan perbaikan. Pada bagian selanjutnya akan diuraikan pertimbangan-pertimbangan logis untuk mendapatkan model pengukuran kinerja komprehensif final yang siap untuk diimplementasikan secara periodik dan kontinyu.
Perbaikan Model Pengukuran Kinerja Komprehensif
Dalam implemetasinya, sebuah model ini di samping memperstansi juga perlu mempertimbangkan efisiensi dan kemudah
ifikasi dan divalidasi di atas, ternyata masih mengandung cukup banyak indikator kinerja kunci sehingga sulit untuk diingat. Hal ini juga akan mempersulit implementasi dan membuat enggan bagi pengelola klaster (kelompok kerja/working group) untuk menerapkan. Oleh karena itu perlu dilakukan penyederhanaan penampilan tanpa harus mengurangi substansi model pengukuran kinerja yang telah disepakati seperti pada scoring board sebelumnya. Proses reduksi jumlah indikator kinerja dengan tanpa merubah keterwakilan dan nilai bobot dilakukan melalui brainstorming, elaborasi dan penggalian referensi lainnya. Upaya penyederhanaan dilakukan dengan mendefinisikan beberapa indikator kinerja dalam representasi indikator kinerja yang lebih padat melalui pengelompokan sebagai berikut :
1. Kinerja Sosial direpresentasikan oleh indikator kinerja kunci : (1) Indeks CSR (Corporate
Tingkat kepedulian industri terhadap masyarakat sek
Jumlah tenaga kerja penduduk sekitar pabrik/usaha (kelurahan/desa) (%)
Jumlah tenaga kerja lokal (%)
Keanggotaan klaster mencakup indikator kinerja : Juml
Jumlah industri hasil laut yang
Kinerja Lingkungan diwakili oleh indikator kinerja Ind ent Responsibility) mencakup indikator :
Jumlah keluahan masyarakat karena pencemaran lingkun
3. Kiner E
(1) u
ta klaster (%)
(2) ge)
(3)
berapa indikator kinerja
Penjualan per tahun
4. Kiner nal diwakili oleh indikator kinerja kunci berikut :
(1) t
setelah handling
(3) produk, representasi dari indikator
h komplain atas produk yang dikirim
(4) kator :
satu kali tangkapan (untuk
Hasil penyederhanaan indikator kin i atas sekaligus mereduksi
jumlah indikator kinerja yang terdahulu namun tidak merubah substansi indikator kiner
ja konomi terdiri dari indikator kinerja kunci berikut : Ke ntungan klaster meliputi :
Rata-rata keuntungan pelaku klaster (%) Deviasi keuntungan anggo
Indeks RCA (Revealed Comparative Advanta
Kontribusi pada devisa negara (%)
(4) Kinerja pasar (Market Performance), mewakili be berikut :
Pangsa Pasar
Total
ja Proses Bisnis Inter
Ou put standar
(2) Nilai rendemen yang mencakup indikator : Nilai rendemen
Nilai rendemen bahan baku (%) Indeks kepuasan pelanggan atas berikut :
Jumlah penolakan pengiriman oleh pembeli (eksportir) Jumla
Produktivitas petani/nelayan/petambak yang mencakup indi Jumlah bahan baku yang diperoleh dalam
ikan) atau satu kali panen (untuk rumput laut)
Biaya yang dikeluarkan dalam sekali melaut (untuk ikan) atau sekali tanam (untuk rumput laut)
Harga jual produk/bahan baku
erja kunci d
ja yang telah ditentukan di depan. Selanjutnya melalui penormalan nilai-nilai bobot dari masing-masing indikator kinerja yang digabungkan dapat diperoleh nilai bobot baru untuk setiap indikator kinerja yang baru. Pada perbaikan model ini juga dilakukan penyamaan sistem scoring yang semula terdiri dari tiga cara yaitu higher is better, smaller is better dan must be zero menjadi satu cara yaitu higher is better. Hasil final dari komposisi indikator kinerja kunci (IKK) yang bisa mewakili kinerja
komprehensif klaster industri hasil laut tersebut dan selanjutnya akan dijadikan model pengukuran kinerja untuk diimplementasikan dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20 Model final scoring board pengukuran kinerja komprehensif klaster
agroindustri hasil laut.
Relatif Absolut
Kinerja Sosial 0.1664
1 Indeks CSR (Corporate Social
Responsibility ) 0.1237 0.8472 2 Keanggotaan klaster 0.0223 0.1528
Kinerja Lingkungan 0.155
1 Indeks CER (Corporate
Environment Responsibility ) 0.0515 1
Kinerja Ekonomi 0.3436
1 Keuntungan Klaster 0.0541 0.5483 2 Indeks RCA (Revealed
Comparative Advantage ) 0.0243 0.2457 3 Kinerja Pasar (Market
Performance) 0.0203 0.206
Kinerja Proses Bisnis Internal 0.3183
1 Output standar 0.0328 0.1333 2 Nilai Rendemen 0.0766 0.3117 3 Indeks kepuasan pelanggan atas
produk 0.0626 0.2547
4 Produktivitas
petani/nelayan/petambak 0.0738 0.3003
Status
Kinerja Komprehensif Klaster
Kinerja Kunci dan indikator kinerja Bobot
relatif
Bobot
Normal Target Unit Capaian
Skor
enentuan ndikator kinerja kunci seperti pada tabel di atas dilakukan berdasarkan
…….(32)
P i
proses agregasi dengan memperhatikan keterkaitan antara beberapa indikator kinerja yang diagregasikan. Sebagai contoh beberapa indikator kinerja untuk aspek kepedulian sosial yang meliputi tingkat kepedulian perusahaan melalui penyelenggaraan program kemasyarakatan untuk masyarakat sekitar industri, jumlah tenaga kerja dari penduduk sekitar serta jumlah tenaga kerja lokal dapat diwakili oleh satu indikator kinerja baru yaitu indeks CSR (Corporate Social Responsibility). Hubungan antara masing-masing indikator pembentuk dengan indeks CSR dapat dinyatakan dalam formula berikut :
(
)
n n nS
c
S
c
S
c
S
c
S
S
S
S
f
CSR
Indeks
+
+
+
+
=
=
...
,...
,
,
3 3 2 2 1 1 3 2 1 …….(33)keterangan :
indikator kinerja pembentuk (disagregasi) n : jumlah indikator kinerja pembentuk
apaian nilai indeks CSR ini tetap memperhatikan indikator kinerja indikator kinerja yang pek lingkungan yaitu indeks CER ent Responsibility). Indikator kinerja keuntungan klaster
ya diten
knya. Perbedaan kinerja yang paling signifikan terjadi pada aspe
S : nilai
Pengukuran c
disagregasinya. Hal yang sama juga terjadi pada merepresentasikan seluruh kriteria pada as
(Corporate Environm
merupakan nilai kovarian dari rata-rata keuntungan pelaku klaster industri hasil laut dan standar deviasinya. Sementara itu semua indikasi kepuasan pelanggan yang terdiri dari jumlah penolakan dan jumlah komplain terhadap produk yang dibeli dapat diwakili oleh satu indikator kunci yaitu indeks kepuasan pelanggan.
Semua kegiatan yang berkaitan dengan kemasyarakatan dalam sebuah sistem industri lebih dikenal dengan kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR). CSR merupakan suatu hal yang semakin dipandang perlu dari waktu kewaktu. Hal ini dikarenakan kelangsungan hidup perusahaan tidak han
tukan oleh kemampuan pengelolaan perusahaan secara efisien, tetapi juga karena kemampuan memenuhi nilai-nilai masyarakat sekitarnya. Meskipun tidak ada definisi yang tepat tentang CSR, Waldman et al. (2006) menyatakan bahwa CSR merupakan langkah yang dilakukan oleh perusahaan lebih dari kewajiban legalnya. Langkah ini dilakukan dengan mempertimbangkan stakeholder perusahaan. Pada model ini, nilai CSR ini diwakili dari hasil pengolahan satu paket kuesioner pakar dan di konfirmasikan pada perwakilan masyarakat sekitar industri. Proses agregasi nilai capaian indikator kinerja dari model scoring board yang lama ke model scoring board yang baru dilakukan melalui perhitungan matematis yang salah satunya diperlihatkan pada formula di atas (CSR). Secara lengkap hasil transformasi dan perhitungan kinerja klaster industri teri nasi dapat dilihat pada Tabel 21.
Jika dibandingkan hasil pengukuran kinerja dengan menggunakan model awal dan model final, maka terjadi perbedaan nilai skor pada aspek kinerja yang diukur. Hal tersebut terjadi karena ada perubahan representasi indikator kinerja kunci dari setiap aspe
k sosial dan aspek lingkungan, pada model awal bernilai 52.25% dan 0% menjadi 67.4% dan 25%. Sementara untuk kinerja dua aspek yang lain tidak
mengalami perubahan yang signifikan dikarenakan tidak adanya perubahan yang berarti pada indikator kinerja yang mewakili.
Tabel 21 Hasil pengukuran kinerja klaster industri teri nasi di Jawa Timur dengan model scoring board final
Relatif Absolut
Kinerja Sosial 0.166404 11.2% 67.4%
1 Indeks CSR (Corporate Social
Responsibility) 0.1237 0.8471587 4 3 63.5% 75.0% 2 Keanggotaan klaster 0.0223 0.1528413 4 1 3.8% 25.0%
Kinerja Lingkungan 0.155004 3.88% 25%
1 Indeks CER (Corporate
Environment Responsibility) 0.0515 1 4 1 25% 25%
Kinerja Ekonomi 0.343577 26.4% 76.7%
1 Keuntungan Klaster 0.0541 0.548292 100% 94% 51.8% 94% 2 Indeks RCA (Revealed
Comparative Advantage) 0.0243 0.2456972 4 2.16 13.3% 54% 3 Market Performance 0.0203 0.2060108 100% 57% 11.7% 57%
Kinerja Proses Bisnis Internal 0.318294 21.0% 66.0%
1 Output standar 0.0328 0.1481334 75 40 7.9% 53% 2 Nilai Rendemen 0.0519 0.2349361 100% 107% 25.1% 107% 3 Indeks kepuasan pelanggan atas
produk 0.0626 0.2831367 4 3 21.2% 75%
4
Produktivitas
petani/nelayan/petambak 0.0738 0.3337937 12.5 4.4 11.7% 35%
Kinerja Komprehensif Klaster
relatif Normal
Kinerja Kunci dan indikator kinerja Bobot Bobot Target Capaian Skor
Indikator CSR (Corporate Social Responsibility), keanggotaan klaster dan CER (Corporate Environment Responsibility) dilakukan dengan menggunaka
uesioner berskala likert. Hal ini dilakukan sebagai konsekuensi dari peny
kinerja klaster industri rump
n k
ederhanaan dan perampingan indikator kinerja yang telah dilakukan untuk alasan kemudahan operasional dan implementasi model pengukuran kinerja komprehensif pada sistem klaster agroindustri hasil laut.
Implementasi model final pengukuran kinerja komprehensif (hasil perbaikan) juga dilakukan pada klaster industri rumput laut di Jawa Timur. Melalui cara agregasi yang sama dapat diperoleh hasil pengukuran
ut laut dengan menggunakan model yang telah diperbaiki seperti pada Tabel 22. Seperti halnya pengukuran kinerja pada klaster industri teri nasi, hasil pengukuran kinerja pada klaster rumput laut juga mengalami perubahan nilai skor. Perubahan terjadi sebagai konsekuensi atas perubahan indikator kinerja yang digunakan karena adanya upaya perampingan indikator kinerja kunci, khususnya pada kinerja aspek sosial dan aspek lingkungan. Sementara itu untuk aspek
ekonomi dan proses bisnis internal hanya sedikit terjadi perbedaan dari 88.8% dan 60.74% menjadi 82% dan 57.9%.
Tabel 22. Hasil pengukuran kinerja klaster industri rumput laut di Jawa Timur dengan model scoring board final
Relatif Absolut
Kinerja Sosial 0.166404 7.7% 46.2%
1 Indeks CSR (Corporate Social
Responsibility) 0.1237 0.8471587 4 2 42.4% 50.0% 2 Keanggotaan klaster 0.0223 0.1528413 4 1 3.8% 25.0%
Kinerja Lingkungan 0.155004 3.88% 25%
1 Indeks CER (Corporate Environment
Responsibility) 0.0515 1 4 1 25% 25%
Kinerja Ekonomi 0.343577 28.3% 82%
1 Keuntungan Klaster 0.0541 0.548292 100% 113% 62.1% 113% 2 Indeks RCA (Revealed Comparative
Advantage) 0.0243 0.2456972 4 2.16 13.3% 54.0% 3 Market Performance 0.0203 0.2060108 100% 33% 6.9% 33.3%
Kinerja Proses Bisnis Internal 0.318294 18.4% 57.9%
1 Output standar 0.0328 0.1481026 75 40 7.9% 53% 2 Nilai Rendemen 0.0520 0.235095 100% 80% 18.8% 80% 3 Indeks kepuasan pelanggan atas
produk 0.0626 0.2830779 4 3 21.2% 75%
4 Produktivitas petani/nelayan/petambak 0.0738 0.3337244 150 45 10.0% 30%
Kinerja Komprehensif Klaster
Kinerja Kunci dan indikator kinerja Bobot relatif NormalBobot Target Capaian Score
Dalam upaya meningkatkan efisiensi dan efektivitas sebuah sistem pengukuran kinerja maka perlu dirancang sebuah Sistem Penunjang Keputusan (SPK) yang lebih fleksibel dan mudah digunakan sehingga mampu meng
operasionalisasi penerapan
model peng ri dari
database, model base, knowledge base, scoring board dan simulasi. Semua data dan i
akomodasi kebutuhan manajerial untuk pengembangan klaster agroindustri hasil laut ke depan dalam bentuk perangkat lunak.
Implementasi SPK dalam Pengukuran Kinerja Klaster
SPK dirancang untuk memudahkan dalamukuran kinerja komprehensif klaster. Menu utama SPK terdi
nformasi yang diperlukan disimpan dalam satu database di dalam SPK dan disediakan fasilitas untuk memperbaiki dan memperbarui data sehingga data yang digunakan selalu data terkini. Pengguna harus terlebih dulu melakukan login dengan user name dan password yang sudah diinformasikan dalam sistem, hal ini
dilakukan sebagai bentuk sekuritas sistem dan untuk mengantisipasi adanya pihak-pihak lain yang tidak berkepentingan masuk dalam sistem.
Gambar 59 Proses login pada SPK C-Promeas
Sistem datab ngelola data
dengan baik dan mudah. Sub menu database terdiri dari empat basis data yang diser
ase dirancang untuk dapat memelihara dan me
tai sistem perubahan yaitu ; (1) capaian indikator kinerja pelaku industri anggota klaster, (2) nilai bobot kriteria dan indikator kinerja, (3) batasan kategori/status kinerja klaster dan (4) nilai fuzzy infrastruktur. Sementara itu dua basis data lainnya adalah kumpulan informasi yang bersifat statis. Adapun tampilan sub menu database dalam SPK dapat dilihat pada Gambar 60.
Data capaian indikator kinerja pelaku industri anggota klaster dapat dimasukkan dan disimpan dalam database, di samping juga disediakan fasilitas untuk mengganti data yang baru maupun menghapus data jika sudah tidak diperlukan. Perubahan ini akan langsung direspon oleh sub menu scoring board untuk serentak melakukan perubahan perhitungan skor kinerja dan penetapan status kinerja komprehensif klaster. Salah satu tampilan data nilai bobot kriteria dapat dilihat pada Gambar 61.
Sub menu model base memuat beberapa model penilaian kriteria diantaranya expert choice 2000, electre II dan perhitungan logika fuzzy dengan metode center of gravity. Keberadaan model ini disiapkan untuk keperluan jika
suatu sa ehingga
memerlukan penilaian pakar lagi. Sementara data hasil pengolahan dari ketiga at akan ada kebutuhan untuk merubah kriteria-kriteria s
model tersebut untuk SPK saat ini disimpan dalam sub menu database. Dalam operasionalnya penggunaan model ini lagi hanya akan dilakukan jika terjadi suatu perubahan lingkungan yang signifikan sehingga muncul kriteria-kriteria baru dalam menentukan kinerja klaster atau ada perubahan persepsi pakar terhadap kondisi yang ada.
Beberapa informasi yang diperoleh berdasarkan penggalian pendapat pakar secara kualitatif disimpan secara rapi di dalam sub menu knowledge base. Sub menu ini mengandung sejumlah informasi yang diperoleh dari pakar untuk digunakan sebagai umpan balik maupun pertimbangan-pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Sub menu terdiri dari informasi pakar mengenai rekomendasi perbaikan kinerja klaster, model berlian Porter, diagram lingkar sebab akibat dan diagram input output. Khusus untuk sub menu rekomendasi dihubungkan dengan sub menu scoring board karena untuk menentukan umpan balik kinerja klaster yang akan diuraikan lebih lengkap pada bagian pembahasan.
SPK C-Promeas juga memberikan fasilitas utama untuk pengolahan semua data empiris capaian indikator kinerja kunci dan pendapat pakar yang hasilnya ditampilkan dalam bentuk scoring board sesuai dengan nama sub menunya. Pada sub menu ini, pengguna bisa melihat hasil pengukuran kinerja secara parsial dalam bentuk skor pada setiap aspek dan indikator kinerja kunci serta dalam bentuk status atau kategori (baik, sedang dan kurang) untuk kinerja komprehensif klaster agroindustri hasil laut yang diukur. Di samping itu, pada sub menu ini
pengg arsial
dan status kinerja komprehesif berdasarkan status. Pada bagian akhir SPK ini
dipen
una dapat melihat rekomendasi pakar terhadap capaian skor kinerja p dapat dibuka sub menu simulation yang didisain untuk melihat beberapa dampak perubahan lingkungan terhadap kinerja klaster agroindustri hasil laut. Adapun petunjuk penggunaan SPK C-Promeas dapat dilihat pada lampiran.
Peramalan Indikator Kinerja
Gambaran kondisi ke depan dapat menjadi deteksi dini bagi keberlanjutan sebuah sistem klaster industri hasil laut khususnya teri nasi. Keberlanjutan klaster industri di antaranya dapat dilihat dari dua sisi baik internal maupun eksternal. Sisi internal dapat diwakili oleh sejumlah indikator kinerja kunci yang dominan
garuhi oleh internal proses di dalam sistem klaster, sementara sisi eksternal lebih diwakili oleh beberapa indikator yang sebenarnya dominan dipengaruhi oleh faktor eksternal, misalnya kondisi pasar, nilai dolar, kebijakan pemerintah ataupun faktor lain yang berada di luar sistem klaster industri.
Pada kasus sistem klaster industri hasil laut dan dengan melihat hasil eksplorasi sejumlah indikator kinerja kunci yang telah ditetapkan di atas, maka indikator total penjualan merupakan salah satu indikator kinerja kunci yang sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal. Di samping itu, untuk melihat kinerja lebih
konkrit yaitu omset penjualan klaster, maka perlu diperhatikan satu indikator lagi yang sangat berpengaruh yaitu harga jual produk. Pada penelitian ini peramalan kedua indikator kinerja di atas akan dilakukan untuk klaster industri teri nasi, yang hasilnya akan dijadikan sebagai gambaran apakah ada kemungkinan peningkatan kinerja terjadi pada kedua indikator yang sebenarnya lebih banyak dipengaruhi oleh faktor eksternal sist
rikan hasil paling akurat berda
periode berikutnya, namun tidak cukup signifikan sehin
em.
Peramalan total penjualan dilakukan pada sistem klaster teri nasi khususnya untuk ekspor (karena dominasi di pasar ekspor (90%). Karena model pengukuran kinerja yang dirancang dalam format SPK (Sistem Penunjang Keputusan) tidak dilengkapi dengan fasilitas peramalan indikator kinerja karena hanya bersifat sebagai pendukung dan juga tidak semua indikator kinerja yang diukur memiliki data historis, maka peramalan dilakukan di luar sistem SPK, namun hasilnya dapat ditampilkan pada sub menu hasil simulasi pada bangunan SPK. Sesuai dengan pemilihan model peramalan yang membe
sarkan data historis penjualan klaster yang dilakukan pada bagian sebelumnya, maka model dekomposisi dapat dipercaya untuk digunakan dalam peramalan total penjualan ini. Model dekomposisi ini merupakan salah satu model peramalan deret waktu yang memperhatikan beberapa faktor diantaranya kecenderungan, musiman, siklik dan tidak teratur (error). Peramalan dilakukan dengan bantuan perangkat lunak Minitab versi terbaru (2005). Adapun hasil peramalan total penjualan teri nasi di Jawa Timur untuk 12 periode bulanan ke depan dapat ditampilkan pada Tabel 23.
Berdasarkan hasil peramalan, dapat dilihat bahwa meskipun terjadi kenaikan total penjualan pada setiap
gga peningkatan kinerja klaster industri teri nasi tidak bisa mengandalkan dari sisi peningkatan penjualan karena nilai yang cenderung statis. Namun demikian hal ini masih mungkin dilakukan jika diketahui bahwa ada kenaikan harga jual produk yang cukup signifikan dari sistem klaster industri teri nasi, oleh karena itu perlu dilihat kecenderungan indikator lain yang relevan dengan total penjualan.
Tabel 23 Hasil peramalan penjualan teri nasi di Jawa Timur dengan model dekomposisi untuk periode tahun 2007
Bulan Total Penjualan (kg)
Januari 208 901 Februari 209 406 Maret 209 911 April 210 415 Mei 210 920 Juni 211 425 Juli 211 929 Agustus 212 434 September 212 939 Oktober 213 443 November 213 948 Desember 214 453
Nilai penjualan (omset) ditentukan oleh dua indikator yaitu jumlah penjualan dikator kinerja omset penjualan perlu dilakukan prediksi harga jual teri nasi pada
periode mendatang. Prediksi harga jual produk ter por dilakukan
dengan menggunakan Jaringan Saraf Tiruan (JST) seperti telah diuraikan pada
bagian sebelu etode JST ini digunakan dengan alasan karena adanya
beberapa faktor yang dianggap berpengaruh tapi t miliki keteraturan
pola/distribusi sehingga tidak valid jika digunakan model-model time series maupun model regresi yang pada umumnya digunakan untuk peramalan.
Beberapa fakto ng dianggap berpengaruh dalam me harga jual ekspor
produk teri nasi, di samping jumlah produk teri nasi yang dihasilkan oleh klaster
industri juga s ngaruhi oleh produksi dan harg ari pesaing sejenis
serta pola mu ng diduga mempengaruhi jumlah produksi dan harga.
Berdasarkan h ervasi di lapangan dan hasil DKT sejumlah nelayan
dan usaha lepas pantai (pasca panen) teri nasi dipero asi bahwa bahan
baku teri nasi usiman, maka diperoleh data al produk teri nasi
pada beberapa negara tujuan ekspor pada satu tahun terakhir (2006) dengan jenis musimnya sebagai berikut :
dan harga jual dari produk, sehingga untuk lebih lengkap informasi prediksi in
i nasi di pasar eks mnya. M
idak me
r ya nentukan
angat dipe a jual d
siman ya
asil obs dengan
leh inform
Tabel 24 Harga ekspor teri nasi berdasarkan faktor musiman
Sumber : Notulen FGD, 2005 ; dokumentasi PT.ICS, 2006
Dari data harga seperti yang ada pada tabel di atas dilakukan peramalan dengan menggunakan metode JST, dengan memakai parameter-parameter bulan, musim panen (peak, medium, dan
KOR THA CHN INA
Januari Peak 9.15 9.05 9.05 9.25 Februari Med 8.99 8.89 9.05 9.09 Maret Med 8.58 8.48 9.05 8.68 April Med 9.05 8.95 9.05 9.15 Mei Med 8.68 8.58 9.05 8.78 Juni Med 9.03 8.93 9.05 9.13 Juli Med 9.15 9.05 9.05 9.25 Agustus Low 9.8 9.7 9.05 9.9 September Low 10 9.9 9.05 10.1 Oktober Low 9.88 9.78 9.05 9.98 November Peak 9.15 9.05 9.05 9.25 Desember Peak 8.91 8.81 9.05 9.01
Bulan Harga Jual Harga Jual (US$)
low). Langkah pertama adalah proses pelatihan
(training) sistem untuk mengenali pola yang terbentuk pada data historis yang dimaksud, selanjutnya setelah didapatkan pola dari data historis sistem telah siap untuk melakukan peramalan. Berikut adalah hasil dari peramalan dengan menggunakan metode JST:
Gambar 62 Grafik peramalan harga ekspor teri nasi untuk 12 periode ke depan dengan menggunakan Jaringan Saraf Tiruan (JST) (Tahun 2007) 8,68 ,48 9,68 9,88 10,08 10,28 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 a n l peramal n Hasi US$ Aktual Hasil Peramala 9 8,88 9,08 Aktual 9,28 da n Bulan
Dengan menggunakan JST sebenarnya peramalan dapat dilakukan dengan tingkat akurasi tinggi jika jumlah data untuk input JST sedikitnya berjumlah tiga kali jumlah data yang akan diramal. Namun JST juga mampu meramal dengan jumlah data kurang dari batasan tersebut dengan catatan tingkat akurasi dan variasi hasil ramalan tidak sebesar jika data historisnya besar. Untuk peramalan harga teri nasi ini, hasil peramalan yang dihasilkan ternyata memiliki tingkat akurasi tinggi. Hal ini ditunjukkan dari hasil peramalan, Gambar 63 menunjukkan kesesuaian antara
data malan. Yang memiliki simpangan tidak lebih
dari 0.0663 .
di antaranya yaitu harga jual teri nasi oleh Negara Thailand, harga jual negara Korea dan faktor musiman memiliki pengaruh terhadap hasil yang diperoleh. Dua parameter pertama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga jual teri nasi dari Indonesia secara berturut-turut adalah Thailand (53.89%) dan negara Korea (43.47%), sementara faktor musiman tidak secara signifikan berpengaruh pada harga jual teri nasi dengan nilai pengaruh 2.649%. Harga dari China tidak memberikan pengaruh karena harga dari China adalah harga statis
aktual dengan data hasil pera
9
Target
KOR TH
Musim A CHN INA Forecast Abs. Error Rel. Error
9.15 9.05 9.05 9.25 9.2501293 0.0001292 0.00% ed 8.99 8.89 9.05 9.09 9.0585722 -0.031428 0.35% Me 8 8.4 05 8 06 06626 0.12% Med 5 8.95 9.15 64 7 13517 0.15% Med 8.68 8.58 8.78 8.753516 -0.026484 0.30% Med 9.03 8.93 9.05 9.13 9.10995565 -0.020044 0.22% Med 9.15 9.05 9.05 9.25 9.2756944 0.0256944 0.28% Input Output Peak M d 8.5 9.0 8 9. 8.6 8.69 9.13 6261 82 0.01 -0.0 9.05 9.05 Low 9.8 9.7 9.05 9.9 9.9216848 0.0216848 0.22% Low 9.9 9.05 10.1 10.073378 -0.026621 0.26% w 9.88 9.78 9.05 9.98 9.9906492 0.0106492 0.11%
Gambar 63 Hasil peramalan harga teri nasi dengan menggunakan JST Dari hasil pengolahan data dengan JST juga dapat menunjukkan parameter-parameter yang berpengaruh pada pergerakan harga jual teri nasi, Gambar 62 menunjukkan tingkat kepentingan masing-masing parameter. Berdasarkan gambar tersebut, dapat dilihat bahwa dari beberapa faktor yang digunakan dalam peramalan tiga
Lo
Peak 9.15 9.05 9.05 9.25 9.2501293 0.0001293 0.00%
Peak 8.91 8.81 9.05 9.01 8.9436131 -0.06639 0.74%
yang tidak bergerak dari waktu ke waktu. Musim panen pun demikian tidak emiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga jual teri nasi dari Indonesia. m 43.4 3.8 Fakt or I nput 2.649% Musim 65% 5 87% Thailand Korea Harga jual Thailand Harga jual Korea Perubahan musim 0% 20% 40% 60% 80% 100% Tingkat pengaruh
Gambar 64 Tingkat pengaruh beberapa parameter pada hasil peramalan harga teri nasi
Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa dari hasil peramalan harga jual dengan metode JST, menunjukkan tidak ada kecenderungan kenaikan harga jual dan harga cenderung statis.