• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PROFIL DAN KONDISI MASYARAKAT KECAMATAN NGARINGAN. Ngaringan baik secara geografis, historis, administratif, dan pola-pola

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III PROFIL DAN KONDISI MASYARAKAT KECAMATAN NGARINGAN. Ngaringan baik secara geografis, historis, administratif, dan pola-pola"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

PROFIL DAN KONDISI MASYARAKAT KECAMATAN NGARINGAN

Dalam pembahasan ini penulis akan menguraikan kondisi Kecamatan Ngaringan baik secara geografis, historis, administratif, dan pola-pola keberagamaan masyarakat. Diharapkan dari uraian ini dapat diperoleh gambaran yang utuh mengenai profil dan kondisi masyarakat Kecamatan Ngaringan.Hal ini penulis anggap sebagai sesuatu yang penting karena model pola keberagamaan tersebut berpengaruh pada pola persepsi masyarakat terhadap persoalan keagamaan.Munculnya tokoh-tokoh keagamaan (kyai) dengan pesantren dan lembaga pendidikan keagamaan menjadikan pola keberagamaan menemukan muara, dimana di Kecamatan Ngaringan terdapat kecenderungan sikap, pemikiran yang sangat dipengaruhi oleh tokoh-tokoh kyai sebagai sentral panutan.

Pada kenyataannya, di kecamatan ngaringan terdapat pola pemahaman, sikap, dan pedapat yang mengacu pada pendapat kyai sebagai figur atau tokoh panutan. Secara geografis domisili para tokoh panutan ini berada di Desa Bandungsari, dimana di desa tersebut terdapat beberapa

(2)

pondok pesantren besar dan lembaga pendidikan madrasah diniyyah yang mempunyai banyak siswa.Santri dan siswa lulusan. Dari pesantren dan madrasah Bandungsari ini kemudian menyebar, mengembangkan agama di daerah masing-masing dengan tidak meninggalkan kecenderungan untuk tetap mengikuti guru dan kyai sebagai panutan.

A. KONDISI GEO-HISTORIS

Kecamatan Ngaringan Kabupaten Grobogan secara

geografismerupakan daerah pegunungan kapur dan perbukitan. Berada pada ketinggian antara 50-100 meter diatas permukaan air laut.

Sedangkan letaknya sebagai berikut1:

- Sebelah barat perbatasan dengan Kecamatan Wirosari dan

Kecamatan Kradenan.

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Sukolilo, Kabupaten

Pati, Kecamatan Todanan Kabupaten Blora.

- Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Kunduran

Kabupaten Blora.

- Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Gabus dan

Kecamatan Kradenan.

Menurut sejarah, Ngaringan berasal dari kata Garingan/ tegalan.Merupakan batas kekuasaan antara Mataram dan Pasantenan

1

(3)

(sekarang Kab.Pati). Pada waktu itu Mataram dalam kekuasaan Panembahan Senopati, sedangkan Pasantenan di bawah kekuasaan Adipati Kusumo Joyo.

Pada awalnya wilayah ngaringan berupa hutan jati terletak di pegunungan kapur utara Jawa.Pada abad ke 14 kawasan tersebut merupakan wilayah kekuasaan Mataram Islam (Kesultanan Demak). Wilayah kekuasaan Kasultanan Mataram berbatasan dengan Kadipaten Pesantenan (sekarang Kabupaten Pati). Batas kedua kerajaan tersebut berupa “selit” (jalan setapak ) membujur dari Barat ke Timur (sekarang menjadi jalan Raya Purwodadi-Blora). Sebelah utara selit adalah kekuasaan Kasultanan Mataram dibawah Panembahan Senopati, sedang di sebelah selatan selit adalah kekuasaan Kadipaten Pesantenan dibawah Adipati Joyo Kusumo. Dalam menjalankan roda pemerintahan kasultanan Mataram mengangkat pembantu guna mengamankan wilayah kekuasaannya Kasultanan Demak membagi wilayah kekuasaan dalam wilayah

Katemenggungan. Wilayah Ngaringan termasuk wilayah

Katemenggungan Gedang Kuning, dibawah kekuasaan Tumenggung Samber Nyowo. Dalam upaya membuka lahan pertanian dan pemukiman, Tumenggung Samber Nyowo dibantu oleh Wiramantri (prajurit kerajaan) yaitu Wiramantri Wirapati dan Wiramantri Mintar. Wirapati membuka lahan pertanian ke arah barat Katemenggungan

(4)

dari wilayah Pakuwon (sekarang wilayah Desa Sumberagung Kecamatan Ngaringan) membujur keselatan. Sedangkan Mintar membuka lahan pertanian di wilayah katemenggungan ke Timur. Sebagai salah satu Prajurit Kerajaan Wirapati bergelar (nama dewasa) Ki Ageng Ngareng. Selanjutnya Wewengkon (Wilayah Kekuasaan) Ki Ageng Ngareng dalam perkembangan jaman disebut ngaringan yang artinya tempat kediaman Ki Ageng Ngareng. Hingga sekarang

wilayah tersebut dinamakan Ngaringan.2

B. KONDISI GEO-ADMINISTRATIF

Kecamatan Ngaringan sebagaimana kecamatan lain di Grobogan terbentuk bersama-sama dengan terbentuknya Kabupaten Grobogan yaitu berdasarkan UU No. 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten di lingkungan Provinsi Jawa Tengah.

Secara administratif Kecamatan Ngaringan terdiri dari 12 Desa, 396 RT, dan 90 RW dengan ibukota berada di Desa Ngaringan.

Kecamatan ini mempunyai luas 116,72 Km2 dengan jumlah penduduk

pada Tahun 2012 sebanyak 66.909 jiwa3. Selanjutnya bisa dilihat tabel di

bawah ini:

2 Wawancara Muhtar, SH Kepala Desa Ngaringan Kecamatan Ngaringan, Tanggal 5 Maret

2012

3

(5)

Jumlah penduduk kecamatan Ngaringan berdasarkan agama yang dipeluk: 1. Islam : 65.098 2. Kristen : 1.057 3. Katolik : 380 4. Hindu : 0 5. Budha : 460 6. Konghucu : 0

Jumlah tempat ibadah di Kecamatan Ngaringan Tahun 2012 4

4

Laporan Tahunan KUA Kecamatan Ngaringan Tahun 2012

65098

1057 380 0 460 0

Islam Kristen Katolik hindu Budha Konghucu

DATA PEMELUK AGAMA

KECAMATAN NGARINGAN TAHUN 2012

81

361

7 0 1

DATA TEMPAT IBADAH

(6)

1. Masjid : 81 unit

2. Langgar/Mushalla : 361 unit

3. Gereja : 7 unit

4. Vihara : 0

5. Pura : 1 unit

Jumlah lembaga pendidikan di Kecamatan Ngaringan5

1. SD : 38 unit

2. SLTP : 2 unit

3. SMA : -

4. Madin /MI : 26 unit

5. MTs : 7 unit

6. MA : 4 unit

7. Ponpes : 16 unit

Data pernikahan di KUA Kecamatan Ngaringan tahun 2002-20126

5

Laporan Tahunan KUA Kecamatan Ngaringan Tahun 2012

6

Monografi KUA Kecamatan Ngaringan Tahun 2012

38 2 0 26 7 4 16

SD SLTP SMA MADIN/MI MTS MA PONPES

DATA LEMBAGA PENDIDIKAN KECAMATAN NGARINGAN TAHUN 2012

(7)

C. KONDISI SOSIAL KEAGAMAAN

Di Kecamatan Ngaringan terdapat beberapa organisasi keagamaan Islam.Namun secara umum praktek keagamaan (Islam) di Kecamatan Ngaringan menganut faham Ahlusunnah Wal Jama’ah, hal ini terbukti dari mayoritas pemeluk agama Islam menjalankan tradisi keagamaan

yang menjadi ciri khas Organisasi Nahdlatul Ulama’ (NU).7Bahkan bagi

pemeluk agama Islam yang mengikuti organisasi lain seperti Muhammadiyyah, untuk menjaga toleransi ajaran, mereka juga terlihat sering mengikuti tradisi keagamaan model NU (Tahlilan, Selamatan,

Ziarah Kubur).8 Organisasi-organisasi keagamaan lain semisal LDII, dan

7 Wawancara dengan KH Muhajirin, Ketua MUI Kecamatan Ngaringan, Tanggal 13 Januari

2012

8Wawancara dengan Bapak Su’udi, Pengurus dan Tokoh Muhammadiyah, Kecamatan

Ngaringan. Tanggal 15 Januari 2011

509 528 543 579 632 612 676 735 788 678 794 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 DATA PERNIKAHAN KUA KECAMATAN NGARINGAN

(8)

Ahmadiyah juga ada,namun keberadaanya sangat inklusif dan tertutup. Para pemeluk Islam yang mengikuti organisasi keagamaan NU berpusat dan berkiblat ke Desa Bandungsari, dimana di Desa tersebut terdapat banyak pesantren dan tokoh-tokoh kyai yang sangat berpengaruh. LDII berpusat di Desa Kalanglundo, dan Ahmadiyyah di Desa Tanjungharjo. Sedangkan Muhammadiyah tidak mempunyai tempat yang dapat dikatakan pusat, karena mereka relatif kecil dan menyebar.

Kecenderungan mayoritas pemeluk agama Islam yang berkiblat kepada tokoh-tokoh agama (kyai) di Kecamatan Ngaringan mempunyai karakteristik yang unik. Karakteristik ini sangat dipengaruhi oleh model kepemimpinan, aliran (tharekat), pesantren, madrasah, dan pola hubungan

kyai dengan santri.9 Seorang yang mengikuti aliran tharekat tertentu, ia

akan mengikuti ajaran, pemikiran, dan sikap keagamaan yang dikembangkan oleh kyai atau mursyidnya. Demikian juga seseorang yang belajar di pesantren tertentu, maka ia juga akan sangat dipengaruhi oleh pola pikir dan pola sikap yang dikembangkan oleh kyainya.

Uraian diatas menunjukkan bahwa peran kyai sangat sentral. Para kyai ini kemudian mempunyai murid yang juga menjadi tokoh di desa sekitar Bandungsari. Kyai-kyai yang tersebar inipun masih sangat bergantung pada gurunya, sehingga ketika terjadi persoalan di dalam

9Wawancara dengan Solehan, Ketua GP Ansor Kecamatan Ngaringan. Tanggal 10 Januari

(9)

masyarakat yang ia pimpin, konsultasi dengan kyai guru masih dilakukan. Dengan demikian dominasi kyai sentral sangat kelihatan dan berpengaruh

dalam penyelesaian persoalan di masyarakat.10

D. KONDISI PRAKTEK PERNIKAHAN SIRRI DI KECAMATAN

NGARINGAN

Dalam praktek pernikahan sirri, di Kecamatan Ngaringan seperti telah diuraikan pada bab terdahulu, sering terjadi, dan yang paling berperan dalam praktek nikah siri tersebut adalah para kyai. Terkadang seorang kyai desa yang tidak memimpin pesantren berani menikahkan warganya dengan nikah siri, hanya karena pernah melihat atau mengetahui kyai yang menjadi gurunya juga melakukan praktek tersebut.

Berdasarkan informasi dari KUA Kecamatan Ngaringan Kabupaten Grobogan, diketahui sering terjadi pelaksanaan nikah siri oleh sebagian masyarakat, nikah siri sebagai perkawinan yang sah menurut agama, tetapi belum sah menurut Undang-undang di Negara Indonesia. Penghulu sebagai Pegawai Pencatat Nikah di wilayah tersebut sering tidak dapat berbuat apa-apa ketika menemui pengantin yang ternyata sudah dinikahkan oleh seorang kyai. Ketidakmampuan penghulu ini sering disebabkan oleh rasa segan dan

menghormati figur kyai.11

10Wawancara dengan Solehan, Ketua GP Ansor Kecamatan Ngaringan. 10 Januari 2011

11

Wawancara dengan Drs. Muklis, Kepala KUA Kecamatan Ngaringan, Tanggal 13 Februari 2012

(10)

Berdasarkan penuturan perangkat Desa Kalangdosari Kecamatan Ngaringan diketahui bahwa di desa tersebut hampir semua pengantin setelah proses meminang sambil menunggu proses pendaftaran pelaksanaan pernikahan di Kantor Urusan Agama sudah dinikahkan siri dulu oleh kyai atas permintaan calon suami atau wali untuk menjaga supaya tidak

melakukan perbuatan dosa.12

Hal tersebut membuktikan bahwa di Kecamatan Ngaringan Kabupaten Grobogan banyak terjadi pelaksanaan nikah siri atas bantuan para kyai sebagai tokoh agama baik kyai yang ada di desa maupun kyai pondok pesantren, dan kyai merupakan rujukan hukum dalam pelaksanaan pernikahan di masyarakat Kecamatan Ngaringan.

Pelaksanaan nikah sirri juga dilakukan di Desa Sumberagung Kecamatan Ngaringan pada bulan Januari 2011. Seorang wanita warga Dusun Krajan Desa Sumberagung Kecamatan Ngaringan dinikah sirri dengan seorang asal Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan dengan mengadakan pesta yang dihadiri warga masyarakat. Kasus ini termasuk unik karena pernikahannya tidak didaftarkan ke KUA tetapi prosesi pernikahannya

dilakukan dengan walimatul ‘ursy.13

12 Wawancara dengan Kasri (Pembantu Modin Desa Kalangdosari Kecamatan Ngaringan) ,

Senin, 14 Nopember 2011

13Wawancara dengan Mukhlisin (Pembantu Pegawai Pencatat Nikah Desa Sumberagung),

Senin, 14 Nopember 2011, dan wawancara dengan Perangkat Desa Lajiono (Kaur Kesra Desa Sumberagung) Jum’at, 13 Januari 2012.

(11)

Kasus nikah sirri di Kecamatan Ngaringan Tahun 2002-2012 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 312 270 301 255 261 245 225 215 190 213 206 Tahun No. 312 270 301 255 261 245 225 215 190 213 206 0 50 100 150 200 250 300 350 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Sumber Laporan Tahunan KUA Ngaringan

Data Monografi Tahun 2012 KUA Kecamatan Ngaringan Kabupaten Grobogan pada tahun 2011 diketahui terdapat 203 jumlah pasangan suami istri dari pernikahan sirri, dengan uraian sebagai berikut: (1) Desa Ngaringan 15 Pasang, (2) Desa Tanjungharjo 12 Pasang, (3) Desa Ngarap-arap 24 Pasang, (4) Desa Belor 12 Pasang, (5) Desa Kalangdosari 25 Pasang, (6) Desa Kalanglundo 20 Pasang, (7) Desa Sarirejo 15 Pasang, (8) Desa Sendangrejo 13 Pasang, (9) Desa Truwolu 19 Pasang, (10) Desa Pendem 17

(12)

Pasang, (11) Desa Bandungsari 21 Pasang, (12) Desa Sumberagung 13

Pasang.14

Data di atas membuktikan bahwa di Kecamatan Ngaringan Kabupaten Grobogan banyak terjadi pelaksanaan nikah sirri atas bantuan para kyai sebagai tokoh agama baik kyai yang ada di desa maupun kyai pondok pesantren. Keterlibatan figur kyai pada pernikahan sirri membuktikan bahwa, terdapat kyai yang menganggap praktek nikah sirri boleh dan tidak bertentangan dengan hukum, karenanya praktek nikah sirri sering terjadi. Hal mana disebabkan oleh figur kyai sebagai tempat bersandar dan legitimasi dari praktek nikah sirri oleh sebagian masyarakat.

Jika ditelusuri lebih jauh, akan terlihat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya praktek pernikahan sirri di Kecamatan Ngaringan. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah:

1. Karena alasan kekhawatiran pelanggaran terhadap norma agama. Hal ini

terlihat pada kasus-kasus nikah sirri di desa Kalangdosari, dimana ketika terjadi proses peminangan, sambil menunggu hari baik untuk perayaan

walimatul ursy atau menunggu proses pengurusan surat-surat sebagai

syarat administratif, calon pengantin dinikahkan terlebih dahulu dengan tanpa pencatatan oleh petugas. Pernikahan semacam ini selalu melibatkan peran kyai.

14

(13)

2. Karena faktor belum cukup umur menurut perundang-undangan. Pernikahan semacam ini sering terjadi pada santri pondok pesantren yang antara pria dan wanitanya sama-sama belajar di pesaantren yang sama. Untuk menghindari pelanggaran norma dan untuk lebih mengikat calon mempelai, maka mereka dinikahkan dengan tanpa pencatatan. Pernikahan semacam ini juga disebabkan oleh pemahaman mereka bahwa pencatatan hanyalah persoalan tertib administrasi. Hal ini sebagaimana pendapat Ahmad Rofiq, adanya anggapan yang menyatakan bahwa sahnya sebuah pernikahan hanya didasarkan pada norma agama, sesuai undang-undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Pasal 2 Ayat (1) dan Ayat (2) yang menyatakan bahwa pencatatan perkawinan tidak memiliki hubungan

dengan sah tidaknya sebuah perkawinan. (Rofiq, 2000:109)15

3. Faktor ekonomi pertimbangan sosial ekonomi. Banyak kasus pernikahan

sirri yang dilakukan oleh masyarakat karena alasan ekonomi. Terdapat kasus di Desa Belor dimana seorang duda PNS melakukan pernikahan sirri karena alasan kekhawatiran kehilangan gaji pensiun si istri yang

sudah meninggal.16 Pernikahan dengan alasan sosial ekonomi seperti ini

juga dilakukan oleh seorang pejabat di desa Pendem, ia melakukan

15 Ahmad Rofiq menjelaskan bahwa fenomena ini banyak terjadi pada sebagian masyarakat

yang masih berpegang pada hokum perkawinan yang fiqh sentries.

16Wawancara dengan Bapak Abdul Huda (pelaku nikah sirri, pensiunan PNS), tanggal 13

Januari 2012 Beliau melakukan pernikahan lagi setelah istrinya yang PNS meninggal dunia. Pernikahan kedua ini tidak pernah dicatatkan di lembaga Negara dengan alasan, jika dicatatkan (resmi sesuai undang-undang Negara) maka gaji pensiun si istri yang sudah meninggal akan hilang.

(14)

pernikahan kedua dengan tanpa pencatatan resmi pemerintah dengan

alasan pekerjaan atau jabatan.17

4. Karena “Hamil diluar Nikah”. Kasus pernikahan seperti ini terjadi di

Desa Ngarap-Arap, dimana seorang gadis yang bekerja di Jakarta tiba-tiba pulang dalam keadaan hamil dan membawa teman pria. Oleh kyai Mansur, untuk menghindari dosa lebih banyak lagi dan mengurus

surat-surat, mereka dinikahkan tanpa pencatatan.18

Uraian tentang kasus-kasus pernikahan sirri diatas yang paling dominan adalah alasan menunggu proses pengurusan surat-surat sebagai kelengkapan administrasi, menunggu hari baik untuk perayaan, dan menghindari pelanggaran norma agama.

17

Wawancara dengan Bapak Hartojo, tanggal 13 Januari 2012

18

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian tersebut untuk mengetahui persebaran tanah dan batuan secara vertikal dan lateral, mengetahui kapasitas daya dukung yang diijinkan pada

Bahwa penggunaan bone window untuk CT-Scan sangat baik digunakan untuk pendiagnosaan yang menggunakan irisan – irisan, yang artinya pengamatan pada bagian dan keadaan tertentu

pada program studi DIII Rekam Medis dan Informasi Kesehatan. Disusun

Pada hasil uji coba sistem terdapat hasil CC yang sama karena memiliki nilai transformasi Fuzzy berada pada rentang TFN yang sama, untuk itu pembentukan

Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 4 Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah, yang mengatur kedudukan,

Wajib Retribusi, adalah orang pribadi atau Badan yang menurut peraturan perundang-undangan retribusi daerah diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi daerah, termasuk

To push this, the Ministry for Energy and Mineral Resources (ESDM) as the technical regulatory body has issued a regulation on how private sector and rural cooperative

Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat diberikan adalah bagi pemerintah hendaknya pemerintah mengeluarkan kebijakan yang adil tidak ada lagi etnis yang