• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Pemicu Bioetika Dan Medikolegal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Pemicu Bioetika Dan Medikolegal"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PEMICU 3

BIOETIKA DAN MEDIKOLEGAL

IBU IDA SAKIT GIGI

KELOMPOK 5

Yosepha Y. E. L. (110600106) Shinta A. I. (110600107) Felix H. O. (110600108) Rikha S. (110600109) Cut Nirza A. (110600110) Adinda Munawarah D. (110600111) M Fathurrahman. (110600112) Suci Sylvana H. (110600113) Keyke Aldila. (110600114) Tiurma Sitompul. (110600115) Metha Legina. (110600116) Ellizabeth Lilanti. (110600117) Rizky Ayu Arista. (110600118)

Ade Harticha. (110600119)

Yohana M Hutabarat. (110600120) Elsi Silalahi. (110600122)

Ivan. (110600123)

Maya Indah Triastuti. (110600124)

Patria Fajar Wibowo. (110600125)

Garry Beta Gunawan. (110600126)

Hendry D P. (110600127) [tidak hadir saat diskusi pemicu]

Anushyia Melanie. (110600128)

Angeline James. (110600129)

Nurul Sukma Mustafa. (110600130) Michiko. (110600131)

Zilda Fahnia. (110600132)

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga laporan hasil diskusi kelompok pemicu tiga tentang “Ibu Ida Sakit Gigi “ ini bisa diselesaikan tepat pada waktunya.

Terima kasih kami ucapkan kepada fasilitator yang sudah membantu kami dalam menyelesaikan masalah dan membantu mencari titik tengah terhadap skenario pemicu ini. Rasa terima kasih juga diucapkan pada seluruh pihak terkait dalam proses penyelesaian makalah, hingga makalah ini selesai tepat pada waktunya.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian.

(3)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Profesi kedokteran merupakan salah satu profesi yang dianggap mulia karena berkaitan langsung dengan dengan kehidupan terutama kesehatan. Profesi ini tentu saja tidak diperoleh dengan mudah melainkan melalui pendidikan yang dilakukan secara bertahap dengan pendididkan formal yang sesuai dengan standar. Namun demikian, dokter maupun tenaga medis lain merupakan manusia biasa yang dapat melakukan kesalahan dalam melaksanakan tugasnya.

Dewasa ini, kasus malapraktek sering terjadi dalam dunia kedokteran. Baik itu terjadi karena faktor sengaja, kelalaian ataupun akibat dari ketidakkompetenan dokter/dokter gigi tersebut. Hal ini dapat berakibat fatal dan melanggar prinsip etika kedokteran yang ada. Tidak hanya sampai pada batas bentuk pelanggaran etika saja, setiap bentuk pelanggaran yang dilakukan memiliki konsekuensi hukum yang termuat dalam medikolegal atau hukum kesehatan. Dalam makalah ini dibahas bagaimana seorang dokter melaksanakan profesinya yang tidak sesuai dengan prinsip etika dan medikolegal sehingga diharapkan kedepannya dokter maupun tenaga medis lainnya terhindar dari malapraktek dengan menaati dan mengamalkan prinsip etika dan medikolegal.

1.2 DESKRIPSI TOPIK

Ibu Ida umur 50 tahun datang ke dokter gigi X dengan keluhan geraham kiri bawah sakit dan goyang lebih kurag satu minggu. Dokter gigi X memeriksa kemudian mencabut gigi geraham tersebut di prakteknya. Setelah pulang dua hari gusi bengkak dan sakit dan os lemas kemudian dibawa kembali ke dokter gigi X dan disuruh opname dan dirawat oleh spesialis penyakit dalam.

Laporan OS :

Kadar gula darah : 300 mg% Tensi : 180/110 mmHg Pertanyaan :

1. Bagaimana seharusnya prosedur yang dilakukan oleh dokter gigi sebelum dilakukan pencabutan?

2. Bagaimana menurut anda tindakan dokter gigi berdasarkan prinsip etika? 3. Bagaimana menurut anda tindakan dokter gigi berdasarkan medikolegal?

(4)

BAB II PEMBAHASAN

2.1. PENGERITIAN MALAPRAKTEK MEDIK

Malapraktek medik merupakan kelalaian dokter dalam menggunakan tingkat ketrampilan dan ilmu pengetahuan yan lazim dipergunakan dalam mengobati pasien atau orang yang terluka menurut ukuran lingkungan yang sama. Kelalaian yang dimaksud disini adalah sikap yang kurang hati-hati, yaitu tidak melakukan apa yang seseorang lakukan dengan hati-hati melakukannya dengan wajar atau sebaliknya, melakukan apa yang seseorang lakukan dengan sikap hati-hati tidak akan melakukannya dalam situasi tersebut.

Dokter dikatakan malapraktek jika :

 Dokter kurang menguasai iptek kedokteran yang berlaku umum dikalangan profesi kedokteran

 Memberika pelayanan kedokteran dibawah standard profesi

 Melakukan kelalaian yang berat atau memberikan pelayanan dengan tidak hati-hati

 Melakukan tindakan medik yang bertentangan dengan hukum 2.2. PRINSIP BIOETIKA

Dalam bioetika terdapat empat prinsip yang harus dipenuhi oleh seorang dokter, yaitu : 1. Beneficience

Adalah prinsip moral yang mengutamakan tindakan yang ditujukan ke kebaikan pasien. Hal-hal lain yang terdapat pada prinsip beneficience adalah :

 Melindungi dan mempertahankan hak-hak yang lain

 Mencegah terjadinya kerugian

 Menghilangkan kondisi penyebab kerugian

 Menolong orang cacat

 Menyelamatkan orang dari bahaya 2. Non-Maleficience

Adalah prinsip moral yang melarang tindakan yang memperburuk keadaan pasien. Yang harus diperhatikan oleh seorang dokter pada prinsip ini adalah :

 Tidak boleh berbuat jahat atau membuat derita pasien

 Meminimalisasi akibat buruk

(5)

 Tindakan kedokterannya dapat terbukti efektif

 Lebih besar manfaat bagi pasien dari pada kerugian dokter. 3. Justice

Adalah prinsip moral yang mementingkan fairness dan keadilan dalam bersikap maupun dalam mendistribusikan sumber daya (distributive justice).Pada prinsip ini dokter tidak boleh mendeskriminasikan pasien dalam hal apapun.

4. Autonomy

Adalah prinsip moral yang menghormati hak-hak pasien, terutama hak otonomi pasien (the rights to self determination). Prinsip moral inilah yang kemudian melahirkan doktrin informed consent.Isi dari informed concent adalah tindakan medis terhadap pasien harus mendapat persetujuan dari pasien tersebut, setelah ia diberi informasi dan memahaminya.

2.3. MEDIKOLEGAL

Medikolegal (hukum kesehatan) merupakan semua ketentuan hukum yang berhubungan langsng dengan pemeliharaan dan pelayanan kesehatan. Medikolegal mencakup :

 UU Kesehatan No.23 Tahun 1992 : Dokter harus memahami hukum kesehatan

 UU Praktek Keedokteran Tahun 2004 : Aturan hukum yang mengatur tentang pelayanan kedokteran-kesehatan

 Hukum kedokteran : merupakan bagian dari hukum kesehatan

 Kongres I di Belgia (Worl Congress Medical Law), 1967

 Kongres I di Indonesia, 1982 (UI Jakarta)

 Kongres I PERHUKI, 1983 (Jakarta)

 Dan lain lain

2.4. KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP PENDERITA MENURUT KODEKI a. Setiap dokter senantiasa mengingat akan kewajibannya melindungi hidup

malkhluk insani.

b. Dalam memberikan pelayanan setiap dokter diwajibkan memberikan pelayanan yang terbaik menurut ukuran tertingginya.

c. Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang penderita, bahkan setelah penderita itu meninggal.

(6)

d. Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darirat sebagai suatu tugas kemanusiaaan , kecuali bila ia yakin ada orang lain yang bersedia dan mempu memberikannya.

e. Setiap dokter wajib merujuk pasien atau konsultasi kepada orang yag lebih paham dibidangnya jika menganggap dirinya tidak mampu memberikan pertolongan.

2.5. PEMBAHASAN KASUS

2.5.1. Prosedur yang Harus Dilakukan Sebelum Tindakan Pencabutan

 Menyapa pasien dengan ramah

Melakukan anamnesa : menanyakan identitas pasien, riwayat penyakit, fundamental four

 Melakukan pemeriksaan fisik

 Menetetapkan diagnosa berdasarkan pemeriksaan

 Memberikan penjelasan dan meminta persetujuan akan tindakan yang akan dilakukan (informed consent)

 Melakukan Tindakan perawatan

 Menetapkan prognosis : istilah medis yang menggambarkan kemungkinan akibat dari suatu penyakit

2.5.2. Tindakan Dokter Gigi Menurut Prinsip Etika Kedokteran

Berdasarkan kasus, tindakan dokter gigi tersebut melanggar beberapa prinsip etika berikut :

 Beneficience

Tindakan dokter gigi seharusnya mengutamakan kepentingan pasien. Akan tetapi, akibat buruk yang ditimbulkan setelah perawatan lebih besar dibandingkan dengan akibat yang akan terjadi jika tidak dilakukan perawatan.

 Non-maleficience

Prinsip non-maleficience mencakup tindakan dokter yang seharusnya tidak memperburuk keadan pasien. Akan tetapi, kondisi pasien semakin buruk setelah dilakukannya pencabutan yang terbukti dari keadaan gusi membengkak dan sakit dan os lemas.

(7)

Pada kasus tersebut seharusnya dokter memberikan penjelasan mengenai kondisi pasien dan tindakan yang akan dilakukan, kemudian dokter harus meminta persetujuan pasien sebelum dilakukannya tindakan tersebut. Akan tetapi, hal ini tidak dilakukan.

2.5.3. Tindakan Dokter Gigi Menurut Medikolegal • Dokter gigi melakukan malapraktek

– Kelalaian yang dilakukannya merupakan kelalaian berat(culpa lata) • Melanggar hukum

– UU No.29 tahun 2004 pasal 50 dan 51 dan UU no.23 tahun 1992 pasal 53  doker harus memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional

– KUHP Pasal 360  kelalaian yang mengakibatkan luka pada pasien

– KUHAP Pasal 1371 penyebab luka atau cacatnya suatu anggota badan dengan sengaja atau kurang hati-hati

– UU No.23 tahun 1992 pasal 54 tenaga kesehatan yang melakukan kelalaian dapat dikenakan sanksi hukum.

– KUH Perdata Pasal 1365  Tiap perbuatan melanggar hukum yang membawa kerugian kepada seorang lain, mewajikan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut

– KUH Perdata Pasal 1366  Setiap orang bertanggung jawab tidak saja untuk kerugian yang disebabkan karena perbuatannya, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan karena kelalaian atau kurang hati-hatinya

(8)

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam melakukan suatu tindakan medik seorang dokter maupun tenaga medis lainnya harus bekerja sesuai dengan Standard Operational Procedure (SOP). Penerapan prinsip bioetika diperlukan agar pelayanan yang diberikan kepada pasien sesuai dengan standar dan memberi kepuasan kepada pasien. Selain itu diperlukan juga pengetahuan dan pengamalan akan medikolegal agar menjadi batasan dalam bertindak sehingga terhindar dari malapraktek yang melanggar hukum. Tidak hanya sampai disitu saja, penerapan bioetika dan medikolegal ini dapat dilihat dan dipenuhi melalui sikap melaksanakan kewajiban-kewajiban dokter terhadap pasiennya.

Sudah sepantasnya seorang tenaga medis memberi pengabdian kepada masyarakat melalui profesinya dengan melayani pasien semaksimal mungkin sesuai dengan prinsip-prinsip bioetika dan medikolegal sehigga kasus-kasus malapraktek dapat dihindarkan.

(9)

DAFTAR PUSTAKA

1. Hanafiah M J, Amir A. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan. Jakarta: EGC, 1999: 15-17.

2. Darmadipura MS. Kajian Bioetik. Edisi ke-2. Surabaya: Airlangga University Press, 2008: 6-7.

3. Setiawan T I. Etik Kedokteran; Pedoman dalam mengambil keputusan. Surabaya: Airlangga University Press, 1990: 28-35.

Referensi

Dokumen terkait

Penatalaksanaan non-medikamentosa pada kasus ini berupa edukasi kepada pasien dan keluarganya tentang penyakit yang ia derita seperti penyebab penyakit, faktor pemberat dari

Dari penyelenggaraan Pendidikan Bahasa Arab di Program Studi ini diharapkan mahasiswa dapat memahami prinsip-prinsip pendidikan dan pembelajaran, dan menghasilkan insan yang unggul

Untai DNA merupakan urutan basa di sepanjang gen yang akan menspesifikasi sekuen asam amino suatu protein tertentu, urutan yang terdiri atas tiga nukleotida ini disebut

ditekan dan kelancaran membaca tercapai. Dalam model pembelajaran Jolly Phonics pengajaran bunyi huruf, kata selalu diiringi dengan latihan menulis sehingga anak

Bahan nutrisi diperoleh dari makanan (energi kimia) yang dibakar oleh oksigen menjadi energi mekanis (aktivitas tubuh) dan panas tubuh. Proses ini merupakan proses kehidupan

Mengingat pentingnya pelayanan kesehatan geriatri di rumah sakit, maka dalam rangka mengisi kegiatan Hari Kesehatan Nasional (HKN) kami membentuk panitia umtuk

5.3.1 Membaca dalam hati bahasan 5.3.2 Membaca nyaring sajak 5.3.3 Membaca carita pondok 6 6.3 Mampu memahami dan menanggapi bacaan. melalui membaca sekilas (skimming), membaca