• Tidak ada hasil yang ditemukan

Askep Komunitas Kesehatan Kerja

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Askep Komunitas Kesehatan Kerja"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I BAB I

PENDAHULUAN PENDAHULUAN

1.1

1.1 Latar BelakangLatar Belakang

Pengertian sehat dapat digambarkan sebagai suatu kondisi fisik, mental Pengertian sehat dapat digambarkan sebagai suatu kondisi fisik, mental dan sosial seseorang yang tidak saja bebas dari penyakit atau gangguan kesehatan dan sosial seseorang yang tidak saja bebas dari penyakit atau gangguan kesehatan melainkan juga menunjukan kemampuan untuk berinteraksi dengan lingkungan melainkan juga menunjukan kemampuan untuk berinteraksi dengan lingkungan dan pekerjaannya (perry, potter. 2005: 5).

dan pekerjaannya (perry, potter. 2005: 5).

Paradigma baru dalam aspek kesehatan mengupayakan agar yang sehat Paradigma baru dalam aspek kesehatan mengupayakan agar yang sehat tetap sehat dan bukan sekedar mengobati, merawat atau menyembuhkan gangguan tetap sehat dan bukan sekedar mengobati, merawat atau menyembuhkan gangguan kesehatan atau penyakit. Oleh karena iu, perhatian utama dibidang kesehatan lebih kesehatan atau penyakit. Oleh karena iu, perhatian utama dibidang kesehatan lebih ditujukan ke arah pencegahan terhadap kemungkinan timbulnya penyakit serta ditujukan ke arah pencegahan terhadap kemungkinan timbulnya penyakit serta  pemeliharaan kesehatan seoptimal mungkin.

 pemeliharaan kesehatan seoptimal mungkin.

Status kesehatan seseorang, menurut blum (1981) ditentukan oleh empat Status kesehatan seseorang, menurut blum (1981) ditentukan oleh empat faktor yakni :

faktor yakni : 1.

1. Lingkungan, berupa lingkungan fisik (alami, buatan), kimia (organik/Lingkungan, berupa lingkungan fisik (alami, buatan), kimia (organik/ anorganik, logam berat, debu), biologik (virus, anorganik, logam berat, debu), biologik (virus,  bakteri,

 bakteri, microorganisme) microorganisme) dan dan sosial sosial budaya budaya (ekonomi, (ekonomi, pendidikan,pendidikan,  pekerjaan).

 pekerjaan). 2.

2. Perilaku yang meliputi sikap, kebiasaan, tingkah laku.Perilaku yang meliputi sikap, kebiasaan, tingkah laku. 3.

3. Pelayanan kesehatan: promotif, perawatan, pengobatan, pencegahanPelayanan kesehatan: promotif, perawatan, pengobatan, pencegahan kecacatan, rehabilitasi.

kecacatan, rehabilitasi. 4.

4. Genetik, yang merupakan faktor bawaan setiap manusia.Genetik, yang merupakan faktor bawaan setiap manusia.

Pekerjaan mungkin berdampak negatif bagi kesehatan akan tetapi Pekerjaan mungkin berdampak negatif bagi kesehatan akan tetapi sebaliknya pekerjaan dapat pula memperbaiki tingkat kesehatan dan kesejahteraan sebaliknya pekerjaan dapat pula memperbaiki tingkat kesehatan dan kesejahteraan  pekerja

 pekerja bila dikelola bila dikelola dengan baik. dengan baik. Demikian pula Demikian pula status status kesehatan pkesehatan pekerja ekerja sangatsangat mempengaruhi produktivitas kerjanya. Pekerja yang sehat memungkinkan mempengaruhi produktivitas kerjanya. Pekerja yang sehat memungkinkan tercapainya hasil kerja yang lebih baik bila dibandingkan dengan pekerja yang tercapainya hasil kerja yang lebih baik bila dibandingkan dengan pekerja yang terganggu kesehatannya.

terganggu kesehatannya.

Upaya kesehatan kerja adalah upaya penyerasian antara kapasitas, beban, Upaya kesehatan kerja adalah upaya penyerasian antara kapasitas, beban, dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa

(2)
(3)

diperoleh produktivitas kerja yang optimal (Undang-undang kesehatan tahun diperoleh produktivitas kerja yang optimal (Undang-undang kesehatan tahun 1992).

1992).

Adanya undang-undang kesehatan kerja di setiap negara mempunyai Adanya undang-undang kesehatan kerja di setiap negara mempunyai dampak yang begitu besar untuk kondisi kesehatan di tempat kerja. Tujuan dari dampak yang begitu besar untuk kondisi kesehatan di tempat kerja. Tujuan dari hukum ini adalah untuk menciptakan kondisi kerja yang lebih aman dan lebih hukum ini adalah untuk menciptakan kondisi kerja yang lebih aman dan lebih sehat bagi para pekerja (suddarth. 2002: 27).

sehat bagi para pekerja (suddarth. 2002: 27).

Konsep kesehatan kerja dewasa ini semakin banyak berubah, bukan Konsep kesehatan kerja dewasa ini semakin banyak berubah, bukan sekedar “kesehatan pada sektor industri” saja melainkan juga mengarah kepada sekedar “kesehatan pada sektor industri” saja melainkan juga mengarah kepada upaya kesehatan untuk semua orang dalam melakukan pekerjaannya (total health upaya kesehatan untuk semua orang dalam melakukan pekerjaannya (total health of all at work). Sebenarnya hal ini merupakan keuntungan bagi pemilik lapangan of all at work). Sebenarnya hal ini merupakan keuntungan bagi pemilik lapangan  pekerjaan

 pekerjaan atau atau para para pengusaha pengusaha untuk untuk menyediakan menyediakan lingkungan lingkungan kerja kerja yang yang amanaman karena hasilnya adalah pengurangan biaya yang berhubungan dengan absennya karena hasilnya adalah pengurangan biaya yang berhubungan dengan absennya  pekerja, perawatan pekerja di rumah sakit dan kecacatan (suddarth. 2002: 27).  pekerja, perawatan pekerja di rumah sakit dan kecacatan (suddarth. 2002: 27).

Menurut

Menurut Suma’murSuma’mur (1976), Kesehatan kerja merupakan spesialisasi ilmu(1976), Kesehatan kerja merupakan spesialisasi ilmu kesehatan/ kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar pekerja/ kesehatan/ kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar pekerja/ masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya baik fisik, masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun sosial dengan usaha preventif terhadap penyakit/ gangguan mental maupun sosial dengan usaha preventif terhadap penyakit/ gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta kesehatan yang diakibatkan oleh faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta terhadap penyakit umum.

terhadap penyakit umum.

Keselamatan kerja atau Occupational Safety, dalam istilah sehari hari Keselamatan kerja atau Occupational Safety, dalam istilah sehari hari sering disebut dengan safety saja, secara filosofi diartikan sebagai suatu pemikiran sering disebut dengan safety saja, secara filosofi diartikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya serta hasil rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya serta hasil  budaya dan karyanya.

 budaya dan karyanya.

Dari segi keilmuan diartikan sebagai suatu pengetahuan dan penerapannya Dari segi keilmuan diartikan sebagai suatu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

kerja.

Pengertian Kecelakaan Kerja (accident) adalah suatu kejadian atau Pengertian Kecelakaan Kerja (accident) adalah suatu kejadian atau  peristiwa yang tidak

 peristiwa yang tidak diinginkan yang merugikan terhadap manusia, diinginkan yang merugikan terhadap manusia, merusak hartamerusak harta  benda atau kerugian terhadap proses (DepKes RI, no. 3,

 benda atau kerugian terhadap proses (DepKes RI, no. 3, 1998).1998).

Soekotjo Joedoatmodjo, Ketua Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Soekotjo Joedoatmodjo, Ketua Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja  Nasional

(4)

semakin meningkat, sementara kesadaran pengusaha terhadap Kesehatan dan semakin meningkat, sementara kesadaran pengusaha terhadap Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) masi

Keselamatan Kerja (K3) masih rendah, yang lebih memprihatinkan pengusaha danh rendah, yang lebih memprihatinkan pengusaha dan  pekerja sektor kecil

 pekerja sektor kecil menengah menilai K3 identik menengah menilai K3 identik dengan biaya sehingga medengan biaya sehingga menjadinjadi  beban, bukan kebutuhan. Direktur Ope

 beban, bukan kebutuhan. Direktur Operasi dan Pelayanan PT Jamsostek (Persero),rasi dan Pelayanan PT Jamsostek (Persero), Djoko Sungkono menyatakan bahwa Data angka kecelakaan kerja

Djoko Sungkono menyatakan bahwa Data angka kecelakaan kerja tahun 2011 lalutahun 2011 lalu mencapai, 99.491 kasus. Jumlah tersebut kian meningkat dibanding tahun mencapai, 99.491 kasus. Jumlah tersebut kian meningkat dibanding tahun sebelumnya. Pada tahun 2007 terjadi sebanyak 83.714 kasus, tahun 2008 sebelumnya. Pada tahun 2007 terjadi sebanyak 83.714 kasus, tahun 2008 sebanyak 94.736 kasus, tahun 2009 sebanyak 96.314 kasus, dan tahun 2010 sebanyak 94.736 kasus, tahun 2009 sebanyak 96.314 kasus, dan tahun 2010 sebanyak 98.711 kasus. Untuk pada 2011 terdapat 99.491 kasus atau rata-rata 414 sebanyak 98.711 kasus. Untuk pada 2011 terdapat 99.491 kasus atau rata-rata 414 kasus kecelakaan kerja per hari.

kasus kecelakaan kerja per hari.

Menurut International Labour Organization (ILO), setiap tahun terjadi 1,1 Menurut International Labour Organization (ILO), setiap tahun terjadi 1,1  juta

 juta kematian kematian yang yang disebabkan disebabkan oleh oleh karena karena penyakit penyakit atau atau kecelakaan kecelakaan akibatakibat hubungan pekerjaan. Sekitar 300.000 kematian terjadi dari 250 juta kecelakaan hubungan pekerjaan. Sekitar 300.000 kematian terjadi dari 250 juta kecelakaan dan sisanya adalah kematian karena penyakit akibat hubungan pekerjaan, dimana dan sisanya adalah kematian karena penyakit akibat hubungan pekerjaan, dimana diperkirakan terjadi 160 juta penyakit akibat hubungan pekerjaan baru setiap diperkirakan terjadi 160 juta penyakit akibat hubungan pekerjaan baru setiap tahunnya (Pusat Kesehatan Kerja, 2005)

tahunnya (Pusat Kesehatan Kerja, 2005)

Konsep kesehatan kerja dewasa ini semakin banyak berubah, bukan Konsep kesehatan kerja dewasa ini semakin banyak berubah, bukan sekedar “kesehatan pada sektor industri” saja melainkan juga mengarah kepada sekedar “kesehatan pada sektor industri” saja melainkan juga mengarah kepada upaya kesehatan untuk semua orang dalam melakukan pekerjaannya (total health upaya kesehatan untuk semua orang dalam melakukan pekerjaannya (total health of all at work).

of all at work).

Sebagai suatu usaha dalam pencegahan kecelakaan kerja di bidang Sebagai suatu usaha dalam pencegahan kecelakaan kerja di bidang keperawatan dikembangkan suatu spesialisasi perawatan yang disebut dengan keperawatan dikembangkan suatu spesialisasi perawatan yang disebut dengan  perawatan kesehatan kerja

 perawatan kesehatan kerja (occupational health nursing).(occupational health nursing).

Perawat okupasional dapat bekerja di unit tunggal dalam lingkungan Perawat okupasional dapat bekerja di unit tunggal dalam lingkungan industri, menjadi konsultan paruh waktu atau dengan waktu yang terbatas, atau industri, menjadi konsultan paruh waktu atau dengan waktu yang terbatas, atau menjadi anggota dari tim indisiplener yang terdiri dari pekerja kesehatan yang menjadi anggota dari tim indisiplener yang terdiri dari pekerja kesehatan yang  bervariasi

 bervariasi seperti seperti perawat, perawat, dokter, fidokter, fisiolog pelsiolog pelatih, atih, pendidik kesehatan, pendidik kesehatan, konsulen,konsulen, ahli gizi, ahli teknik keselamatan, dan hygine industri (suddarth. 2002: 27).

ahli gizi, ahli teknik keselamatan, dan hygine industri (suddarth. 2002: 27).

Perawat kesehatan okupasional mempunyai fungsi dalam beberapa cara Perawat kesehatan okupasional mempunyai fungsi dalam beberapa cara yang dapat memberikan perawatan langsung pada pekerja yang sakit, melakukan yang dapat memberikan perawatan langsung pada pekerja yang sakit, melakukan

(5)

tertentu, seperti makan dengan benar dan olah raga yang cukup, serta bagaimana tertentu, seperti makan dengan benar dan olah raga yang cukup, serta bagaimana menggunakan alat-alat perlindungan dan pentingnya penggunaan alat-alat tersebut menggunakan alat-alat perlindungan dan pentingnya penggunaan alat-alat tersebut  bagi keselamatan kerja, serta hygine pada setiap pekerja (suddarth. 2002: 27).  bagi keselamatan kerja, serta hygine pada setiap pekerja (suddarth. 2002: 27).

Maka dari itu, perawat harus mempunyai pengetahuan tentang peraturan Maka dari itu, perawat harus mempunyai pengetahuan tentang peraturan  pemerintah

 pemerintah yang yang menyangkut menyangkut kesehatan kesehatan kerja kerja dan dan memahami memahami legalsasi legalsasi yangyang  berhubungan,

 berhubungan, serta serta semua semua hal hal yang yang bersangkutan bersangkutan tentang tentang kesehatan kesehatan kerja,kerja, keselamatan kerja serta kecelakaan kerja (K3) (Suddarth. 2002: 27).

keselamatan kerja serta kecelakaan kerja (K3) (Suddarth. 2002: 27).

Dalam makalah ini penulis akan menjelaskan tentang semua yang Dalam makalah ini penulis akan menjelaskan tentang semua yang  berhubungan

 berhubungan dengan dengan K3 K3 disertai disertai dengan dengan contoh contoh asuhan asuhan keperawatan keperawatan kesehatankesehatan kerja. Diharapkan dengan makalah ini nantinya dapat dijadikan acuan bagi kerja. Diharapkan dengan makalah ini nantinya dapat dijadikan acuan bagi mahasiswa keperawatan lain untuk dapat membantu meningkatkan kesehatan mahasiswa keperawatan lain untuk dapat membantu meningkatkan kesehatan kerja dengan menerapkan asuhan keperawatan kesehata

kerja dengan menerapkan asuhan keperawatan kesehata n kerja yang komprehensifn kerja yang komprehensif dan kompeten.

dan kompeten.

1.2

1.2 Rumusan MasalahRumusan Masalah

Bagaimana asuhan keperawatan komunitas pada kesehatan kerja pada di Bagaimana asuhan keperawatan komunitas pada kesehatan kerja pada di komunitas pekerja di ruangan sector A7 di perusahaan rokok PT. NOJORONO di komunitas pekerja di ruangan sector A7 di perusahaan rokok PT. NOJORONO di kabupaten kudus jawa tengah?

kabupaten kudus jawa tengah?

1.3

1.3 TujuanTujuan 1.

1. Menjelaskan tentang pengertian kesehatan kerja dan keselamatan kerjaMenjelaskan tentang pengertian kesehatan kerja dan keselamatan kerja 2.

2. Menjelaskan tentang prinsip dasar kesehatan kerjaMenjelaskan tentang prinsip dasar kesehatan kerja 3.

3. Menjelaskan tentang Factor resiko di tempat kerjaMenjelaskan tentang Factor resiko di tempat kerja 4.

4. Menjelaskan tentang ruang lingkup kesehatan kerjaMenjelaskan tentang ruang lingkup kesehatan kerja 5.

5. Menjelaskan tentang tujuan keselamatan kerjaMenjelaskan tentang tujuan keselamatan kerja 6.

6. Menjelaskan tentang dasar hokum kesehatan dan keselamatan kerjaMenjelaskan tentang dasar hokum kesehatan dan keselamatan kerja 7.

7. Menjelaskan tentang kecelakaan kerjaMenjelaskan tentang kecelakaan kerja 8.

8. Menjelaskan tentang penyakit akibat kerjaMenjelaskan tentang penyakit akibat kerja 9.

9. Menjelaskan tentang ergonomiMenjelaskan tentang ergonomi 10.

10. Menjelaskan tentang alat pelindung kerja (PEE)Menjelaskan tentang alat pelindung kerja (PEE) 11.

11. Menjelaskan tentang tujuan penerapan keperawatan kesehatan kerjaMenjelaskan tentang tujuan penerapan keperawatan kesehatan kerja 12.

12. Menjelaskan tentang fungsi dan tugas perawat dalam keselamatan danMenjelaskan tentang fungsi dan tugas perawat dalam keselamatan dan kesehatan kerja

(6)

13.

13. Menjelaskan tentang diagnosis spesifik penyakit akibat kerjaMenjelaskan tentang diagnosis spesifik penyakit akibat kerja 14.

14. Menjelaskan tentang penerapan konsep lima tingkatan pencegahanMenjelaskan tentang penerapan konsep lima tingkatan pencegahan  penyakit pada penyakit akibat kerja

 penyakit pada penyakit akibat kerja 15.

15. Menjelaskan tentang promosi kesehatan dalam kesehatan dan keselamatanMenjelaskan tentang promosi kesehatan dalam kesehatan dan keselamatan kerja

kerja 16.

16. Menjelaskan tentang asuhan keperawatan komunitas pada kesehatan kerjaMenjelaskan tentang asuhan keperawatan komunitas pada kesehatan kerja di komunitas pekerja di ruangan sector A7 di perusahaan rokok PT. di komunitas pekerja di ruangan sector A7 di perusahaan rokok PT.  NOJORONO di kabupaten ku

 NOJORONO di kabupaten kudus jawa tengah.dus jawa tengah. 1.4

1.4 ManfaatManfaat 1.

1. Untuk Untuk Mengetahui Mengetahui tentang pengtentang pengertian kesehatan ertian kesehatan kerja dan kerja dan keselamatankeselamatan kerja

kerja 2.

2. Untuk Mengetahui tentang prinsip dasar kesehatan kerjaUntuk Mengetahui tentang prinsip dasar kesehatan kerja 3.

3. Untuk Mengetahui tentang Factor resiko di tempat kerjaUntuk Mengetahui tentang Factor resiko di tempat kerja 4.

4. Untuk Mengetahui tentang ruang lingkup kesehatan kerjaUntuk Mengetahui tentang ruang lingkup kesehatan kerja 5.

5. Untuk Mengetahui tentang tujuan keselamatan kerjaUntuk Mengetahui tentang tujuan keselamatan kerja 6.

6. Untuk Mengetahui tentang dasar hokum kesehatan dan keselamatan kerjaUntuk Mengetahui tentang dasar hokum kesehatan dan keselamatan kerja 7.

7. Untuk Mengetahui tentang kecelakaan kerjaUntuk Mengetahui tentang kecelakaan kerja 8.

8. Untuk Mengetahui tentang penyakit akibat kerjaUntuk Mengetahui tentang penyakit akibat kerja 9.

9. Untuk Mengetahui tentang ergonomiUntuk Mengetahui tentang ergonomi 10.

10. Untuk Mengetahui tentang alat pelindung kerja (PEE)Untuk Mengetahui tentang alat pelindung kerja (PEE) 11.

11. Untuk Mengetahui tentang tujuan penerapan keperawatan kesehatan kerjaUntuk Mengetahui tentang tujuan penerapan keperawatan kesehatan kerja 12.

12. Untuk Mengetahui tentang fungsi dan tugas perawat dalam keselamatanUntuk Mengetahui tentang fungsi dan tugas perawat dalam keselamatan dan kesehatan kerja

dan kesehatan kerja 13.

13. Untuk Mengetahui tentang diagnosis spesifik penyakit akibat kerjaUntuk Mengetahui tentang diagnosis spesifik penyakit akibat kerja 14.

14. Untuk Mengetahui tentang penerapan konsep lima tingkatan pencegahanUntuk Mengetahui tentang penerapan konsep lima tingkatan pencegahan  penyakit pada penyakit akibat kerja

 penyakit pada penyakit akibat kerja 15.

15. Untuk Mengetahui tentang promosi kesehatan dalam kesehatan danUntuk Mengetahui tentang promosi kesehatan dalam kesehatan dan keselamatan kerja

keselamatan kerja 16.

16. Untuk Mengetahui tentang asuhan keperawatan komunitas pada kesehatanUntuk Mengetahui tentang asuhan keperawatan komunitas pada kesehatan kerja di komunitas pekerja di ruangan sector A7 di perusahaan rokok PT. kerja di komunitas pekerja di ruangan sector A7 di perusahaan rokok PT.

(7)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kesehatan Kerja Dan Keselamatan Kerja

Menurut Sumakmur (1988) kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan/kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan, agar pekerja/masyarakat  pekerja beserta memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik fisik, atau mental, maupun sosial, dengan usaha-usaha preventif dan kuratif, terhadap  penyakit-penyakit/gangguan-gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor  pekerjaan dan lingkungan kerja, serta terhadap penyakit-penyakit umum.

Kesehatan kerja memiliki sifat sebagai berikut : 1. Sasarannya adalah manusia

2. Bersifat medis.

Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin,  pesawat, alat kerja, bahan, dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan (Sumakmur, 1993). Keselamatan kerja menyangkut segenap proses produksi distribusi baik barang maupun jasa (dermawan, deden. 2012: 189).

Keselamatan kerja memiliki sifat sebagai berikut : 1. Sasarannya adalah lingkungan kerja

2. Bersifat teknik.

2.2 Prinsip Dasar Kesehatan Kerja

Upaya kesehatan kerjaadalah upaya penyesuaian antara kapasitas, beban, dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat di sekelilingnya, agar diperoleh produktivitas kerja yang optimal (UU kesehatan tahun 1992).

Konsep dasar dari upaya kesehatan kerja ini adalah mengidentifikasi  permasalahan, mengevaluasi, dan dilanjutkan dengan tindakanpengendalian. Sasaran kesehatan kerja adalah manusia dan meliputi aspek kesehatan dari  pekerjaitu sendiri (effendi, ferry. 2009: 233).

(8)

2.3 Faktor Resiko Di Tempat Kerja

Dalam melakukan pekerjaan perlu dipertimbangkan berbagai potensi  bahaya serta resiko yang bisa terjadi akibat sistem kerja atau cara kerja,  penggunaan mesin, alat dan bahan serta lingkungan disamping faktor manusianya.

Istilah hazard atau potensi bahaya menunjukan adanya sesuatu yang  potensial untuk mengakibatkan cedera atau penyakit, kerusakan atau kerugian yang dapat dialami oleh tenaga kerja atau instansi. Sedang kemungkinan potensi  bahaya menjadi manifest, sering disebut resiko. Baik “hazard” maupun “resiko” tidak selamanya menjadi bahaya, asalkan upaya pengendaliannya dilaksanakan dengan baik.

Ditempat kerja, kesehatan dan kinerja seseorang pekerja sangat dipengaruhi oleh (effendi, Ferry. 2009: 233):

1. Beban Kerja berupa beban fisik, mental dan sosial sehingga upaya  penempatan pekerja yang sesuai dengan kemampuannya perlu diperhatikan. Beban kerja yang terlalu berat atau kemampuan fisik yang terlalu lemah dapat mengakibatkan seorang pekerja menderita gangguan atau penyakit akibat kerja.

2. Kapasitas Kerja yang banyak tergantung pada pendidikan, keterampilan, kesegaran jasmani, ukuran tubuh, keadaan gizi dan sebagainya. Kapasitas kerja yang baik seperti status kesehatan kerja dan gizi kerja yang baik serta kemampuan fisik yang prima diperlukan agar seorang pekerja dapat melakukan pekerjaannya dengan baik. Kondisi atau tingkat kesehatan  pekerja sebagai modal awal seseorang untuk melakukan pekerjaan harus  pula mendapat perhatian. Kondisi awal seseorang untuk bekerja dapat

dipengaruhi oleh kondisi tempat kerja, gizi kerja, dll.

3. Lingkungan Kerja sebagai beban tambahan, baik berupa faktor fisik, kimia, biologik, ergonomik, maupun aspek psikososial. Kondisi lingkungan kerja (misalnya, panas, bising, berdebu, zat-zat kimia, dll) dapat menjadi beban tambahan terhadap pekerja. Beban-beban tambahan

(9)

Kapasitas, beban, dan lingkungan kerja merupakan tiga komponen utama dalam kesehatan kerja, dimana hubungan interaktif dan serasi antara ketiga komponen tersebut akan menghasilkan kerja yang baik dan optimal (effendi, Ferry. 2009: 233).

Gangguan kesehatan pada pekerja dapat disebabkan oleh faktor yang  berhubungan dengan pekerjaan maupun yang tidak berhubungan dengan  pekerjaan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa status kesehatan masyarakat  pekerja dipengaruhi tidak hanya oleh bahaya kesehatan di tempat kerja dan lingkungan kerja tetapi juga oleh faktor-faktor pelayanan kesehata kerja, perilaku kerja, serta faktor lainnya (effendi, Ferry. 2009: 233).

2.4 Ruang lingkup kesehatan kerja

Kesehatan kerja meliputi berbagai upaya penyerasian antara pekerja dengan pekerjaan dan lingkungan kerjanya baik fisik maupun psikis, dalam hal cara atau metode, proses, dan kondisi pekerjaan yang bertujuan untuk (effendi, Ferry. 2009: 233):

1. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja masyarakat pekerja disemua lapangan kerja setinggi-tingginya baik fisik, mental, maupun kesejahteraan sosialnya.

2. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada masyarakat pekerja yang diakibatkan oleh keadaan atau kondisi lingkungannya.

3. Memberikan pekerjaan dan perlindungan bagi pekerja di dalam  pekerjaannya dari kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh

faktor-faktor yang membahayakan kesehatan.

4. Menempatkan dan memelihara pekerja disuatu lingkungan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjanya.

2.5 Tujuan keselamatan kerja

1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakuakn  pekerjaan atau kesejahteraan hidup dan meningkatkan produktivitas

nasional.

2. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerj a. 3. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.

(10)

2.6 Dasar Hukum

Dasar hukum tentang kesehatan dan keselamatan kerja adalah Undang-undang RI No.13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan Pasal 86 (dermawan, deden. 2012: 190):

1. Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas :

a. Keselamatan dan kesehatan kerja  b. Moral kesusilaan

c. Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama.

2. Untuk melindungi keselamatan kerja/buruh guna mewujudkan  produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya Keselamatan dan

Kesehatan Kerja.

Perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2.7 Kecelakaan kerja

Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor : 03 /MEN/1998 tentang Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan bahwa yang dimaksud dengan kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta benda.

Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tak terduga dan tidak diharapkan yang terjadi pada waktu bekerja pada perusahaan. Tak terduga, oleh karena dibelakang peristiwa itu tidak terdapat unsur kesenjangan, lebih-lebih dalam  bentuk perencanaan (dermawan, deden. 2012: 189).

Kesehatan dan Keselamatan Kerja atau K3 adalah suatu sistem program yang dibuat bagi pekerja maupun pengusaha sebagai upaya pencegahan (preventif) timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja dalam lingkungan kerja dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja, dan tindakan antisipatif bila

(11)

kerja. Namun, patut disayangkan tidak semua perusahaan memahami arti  pentingnya K3 dan bagaimana implementasinya dalam lingkungan perusahaan.

2.7.1 Penyebab kecelakaan kerja

Secara umum, dua penyebab terjadinya kecelakaan kerja adalah penyebab dasar (basic causes) dan penyebab langsung (immediate causes)

1. Penyebab dasar

a. Faktor manusia atau pribadi, antara lain karena kurangnya kemampuan fisik, mental, dan psikologis, kurang atau lemahnya pengetahuan dan keterampilan (keahlian), stress, dan motivasi yang tidak cukup atau salah.

 b. Faktor kerja atau lingkungan, antara lain karena ketidakcukupan kemampuan kepemimpinan dan/ atau pengawasan, rekayasa (engineering ), pembelian atau pengadaan barang, perawatan (maintenance), alat-alat, perlengkapan, dan barang-barang atau bahan- bahan, standart-standart kerja, serta berbagai penyalahgunaan yang

terjadi di lingkungan kerja. 2. Penyebab langsung

a. Kondisi berbahaya (kondisi yang tidak standart/ unsafe condition), yaitu tindakan yang akan menyebabkan kecelakaan misalnya peralatan  pengaman, pelindung atau rintangan yang tidak memadai atau tidak memenuhi syarat, bahan dan peralatan yang rusak, terlalu sesak atau sempit, sistem-sistem tanda peringatan yang kurang memadai, bahaya- bahaya kebakaran dan ledakan, kerapian atau tata letak (houskeeping ) yang buruk, lingkungan berbahaya atau beracun (gas, debu, asap, uap, dan lainnya), bising, paparan radiasi, serta ventilasi dan penerangan yang kurang (B, sugeng. 2003)

 b. Tindakan berbahaya (tindakan yang tidak standart/ unsafe act ), yaitu tingkah laku, tindak tanduk atau perbuatan yang dapat menyebabkan kecelakaan misalnya mengoperasikan alat tanpa wewenang, gagal untuk memberi peringatan dan pengamanan, bekerja dengan kecepatan yang salah, menyebabkan alat-alat keselamatan tidak berfungsi, memindahkan alat-alat keselamatan, menggunakan alat yang rusak,

(12)

menggunakan alat dengan cara yang salah, serta kegagalan memakai alat pelindung atau keselamatan diri secara benar (B, sugeng. 2003). 2.7.2 Kerugian yang disebabkan kecelakaan akibat kerja

Kecelakaan menyebabkan lima jenis kerugian, antara lain:

1. Kerusakan: Kerusakan karena kecelakaan kerja antara lain bagian mesin,  pesawat alat kerja, bahan, proses, tempat, & lingkungan kerja.

2. Kekacauan Organisasi: Dari kerusakan kecelakaan itu, terjadilah kekacauan dai dalam organisasi dalam proses produksi.

3. Keluhan & Kesedihan: Orang yang tertimpa kecelakaan itu akan mengeluh & menderita, sedangkan kelurga & kawan-kawan sekerja akan bersedih. 4. Kelainan & Cacat: Selain akan mengakibatkan kesedihan hati, kecelakaan

 juga akan mengakibatkan luka-luka, kelainan tubuh bahkan cacat.

5. Kematian: Kecelakaan juga akan sangat mungkin merenggut nyawa orang & berakibat kematian.

Kerugian-kerugian tersebut dapat diukur dengan besarnya biaya yang dikeluarkan bagi terjadinya kecelakaan. Biaya tersebut dibagi menjadi biaya langsung & biaya tersembunyi.

Biaya langsung adalah biaya pemberian pertolongan pertama kecelakaan,  pengobatan, perawatan, biaya rumah sakit, biaya angkutan, upah selama tak mampu bekerja, kompensasi cacat & biaya perbaikan alat-alat mesin serta biaya atas kerusakan bahan-bahan. Sedangkan biaya tersembunyi meliputi segala sesuatu yang tidak terlihat pada waktu atau beberapa waktu setelah kecelakaan terjadi.

2.7.3 Pencegahan kecelakaan akibat kerja

Kecelakaan-kecelakaan akibat kerja dapat dicegah dengan:

1. Peraturan perundangan, yaitu ketentuan-ketentuan yang diwajibkan mengenai kondisi-kondisi kerja pada umumnya, perencanaan, kontruksi,  perwatan & pemeliharaan, pengwasan, pengujian, & cara kerja peralatan

(13)

2. Standarisasi, yaitu penetapan standar-standar resmi, setengah mati atau tak resmi mengenai misalnya kontruksi yang memnuhi syarat-syarat keselamatan jenis-jenis peralatan industri tertentu, praktek-praktek keselamatan & hygiene umum, atau alat-alat perlindungan diri.

3. Pengawasan, yaitu pengawasan tentang dipatuhinya ketentuan-ketentuan  perundang-undangan yang diwajibkan.

4. Penelitian bersifat teknik, yang meliputi sifat & ciri-ciri bahan-bahan yang  berbahaya, penyelidikan tentang pagar pengaman, pengujian alat-alat  perlindungan diri, penelitian tentang pencegahan peledakan gas & debu, atau penelaahan tentang bahan-bahan & desain paling tepat untuk tambang-tambang pengangkat & peralatan pengangkat lainnya.

5. Riset medis, yang meliputi terutama penelitian tentang efek-efek fisiologis & patologis faktor-faktor lingkungan & teknologis, & keadaan-keadaan fisik yang mengakibatkan kecelakaan.

6. Penelitian psikologis, yaitu penyelidikan tentang pola-pola kejiwaan yang menyebabkan terjadinya kecelakaan.

2.8 Penyakit akibat kerja

Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja. Dengan demikian penyakit akibat kerja merupakan penyakit yang artifisial atau man made disease (dermawan, deden. 2012: 193).

Menurut peraturan menteri tenaga kerja RI nomor: PER-01/MEN/1981 tentang kewajiban melapor penyakit akibat kerja bahwa yang dimaksud dengan  penyakit akibat kerja (PAK) adalah setiap penyakit yang disebabkan oleh pekrjaan

atau lingkungan kerja. Beberapa ciri penyakit akibat kerja adalah dipengaruhi oleh  populasi pekerja, disebabkan oleh penyebab yang spesifik, ditentukan oleh  pemajanan ditempat kerja, ada atau tidaknya kompensasi. Contohnya adalah

keracunan timbel (Pb), abestosis, dan silikosis (B, sugeng. 2003).

Pada simposium internasional mengenai penyakit akibat hubungan  pekerjaan yang diselenggarakan oleh ILO (international Labour Organization) di Linz, Austria, dihasilkan definisi menyangkut penyakit akibat kerja sebagai  berikut :

(14)

1. Penyakit akibat kerja-occupational disease

Adalah penyakit yang mempunyai penyebab yang spesifik atau asosiasi yang kuat dengan pekerjaan, yang pada umumnya terdiri dari satu agen  penyebab yang sudah diakui.

2. Penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan work related disease

Adalah penyakit yangt mempunyai bebrapa agen penyebab, dimana dengan faktor resiko lainnya dalam berkembangnya penyakit yang mempunyai etiologi kompleks.

3. Penyakit yang mengenai populasi kerja-disease of fecting working  populations

Adalah penyakit agen penyebab ditempat kerja, namun dapat diperberat oleh kondisi pekerjaan yang buruk bagi kesehatan.

2.8.1 Jenis penyakit akibat kerja

WHO membedakan empat kategori penyakit akibat kerja (dermawan, deden. 2012: 193):

1. Penyakit yang hanya disebabkan oleh pekerjaan, misalnya Pneumoconiosis.

2. Penyakit yang salah satu penyebabnya adalah pekerjaan, misalnya karsinoma bronkhogenik.

3. Penyakit dengan pekerjaan merupakan salah satu penyebab di antara faktor-faktor penyebab lainnya, misalnya bronkhitis kronis.

4. Penyakit dimana pekerjaan memperberat suatu kondisi yang sudah ada sebelumnya, misalnya asma.

Dalam peraturan menteri tenaga kerja dan transmigrasi Nomor: PER-01/MEN/1981 dicantumkan 30 jenis penyakit, sedangkan pada keputusan Presiden RI Nomor 22/1993 tentang penyakit yang timbul karena hubungan kerja memuat jenis penyakit yang sama dengan tambahan penyakit yang disebabkan  bahan kimia lainnya termasuk bahan obat. Jenis-jenis penyakit akibat kerja

(15)

 Pneumokoniosis disebabkan oleh debu mineral pembentukan jaringan  parut (silikosis, antrakosiliksis, asbestosis) dan silikotuberkulosisyang

silikosisnya merupakan faktor utama penyebab cacat atau kematian.

 Penyakit paru dan saluran pernafasan (bronkopulmoner) yang disebabkan oleh debu logam keras.

 Penykit paru dan saluran pernafasan (bronkopulmoner) atau byssinosis yang disebabkan oleh debu kapas, vlas, hnep (serat yang diperoleh dari  batang tanaman cnnabis sativa), dan sisal (serat yang diperoleh dari

tumbuhan agave sisalana, biasanya dibuat tali).

 Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab sensitisasi dan zat  perangsang yang dikenal yang berada dalam proses pekerjaan.

 Alveolitis alergica yang disebabkan oleh faktor dari luar sebagai akibat  penghirupan debu organik.

 Penyakit yang disebabkan oleh berilium (Be) atau persenyawaannya yang  beracun.

 Penyakit yang disebabkan oleh kadmium (Cd) atau persenyawaannya yang  beracun.

 Penyakit yang disebabkan oleh fosforus (P) atau persenyawaannya yang  beracun.

 Penyakit yang disebabkan oleh kromium (Cr) atau persenyawaannya yang  beracun.

 Penyakit yang disebabkan oleh mangan (Mn) atau persenyawaannya yang  beracun.

 Penyakit yang disebabkan oleh arsenik (As) atau persenyawaannya yang  beracun.

 Penyakit yang disebabkan oleh merkurium/ raksa (Hg) atau  persenyawaannya yang beracun.

 Penyakit yang disebabkan oleh timbel (Pb) atau persenyawaannya yang  beracun.

 Penyakit yang disebabkan flourin (F) atau persenyawaannya yang beracun.  Penyakit yang disebabkan oleh karbon disulfida.

(16)

 Penyakit yang disebabkan oleh derivat halogen dari persenyawaan hidrokarbon alifatik atau aromatik yang bercun.

 Penyakit yang disebabkan oleh benzema atau homolognya yang beracun.  Penyakit yang disebabkan oleh derivat nitro dan amina dari benzena atau

homolognya yang beracun.

 Penyakit yang disebabkan oleh nitrogliserin atau ester asam nitrat l ainnya.  Penyakit yang disebabkan oleh alkohol, glikol, atau keton.

 Penyakit yang disebabkan olehgas atau uap penyebab asfiksia atau keracunan seperti CO, hidrogen sianida, hidrogen sulfida atau derivatnya yang beracun, amoniak, seng, braso, dan nikel.

 Kelainan pendengarayang disebabkan oleh kebisingan.

 Penyakit yang disebabkan oleh getaran mekanik (kelainan-kelainan otot, urat, tulang persendian dan pembuluh darah tepi atau saraf tepi).

 Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dalam udara yang bertekanan tinggi.

 Penyakit yang disebabkan oleh radiasi elektromagnetik dan radiasi yang mengIon.

 Penyakit kulit atau dermatosis yang disebabkan oleh fisik, kimiawi atau  biologis.

 Kanker kulit epitelioma primer yang disebabkan oleh Ter, Pic, bitumen, minyak mineral, antrasena, atau persenyawaan, produk dan residu dari zat-zat tersebut.

 Kanker paru atau mesotelioma yang disebabkan oleh asbes.

 Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit yang didapat dalam suatu pekerjaan resiko kontaminsai khusus.

 Penyakit yang disebabkan oleh suhu tinggi atau rendah, panas radiasi, atau kelembapan udara yang tinggi.

(17)

Menurut (dermawan, deden. 2012: 197-199) penyakit akibat kerja/penyakit akibat hubungan kerja:

1. Penyakit Saluran Pernapasan

Penyakit akibat kerja pada saluran pernafasan dapat bersifat akut maupun kronis.

a. Akut misalnya :

Asma akibat kerja sering didiagnosis sebagai tracheobronchitis akut atau karena virus.

 b. Kronis, misalnya :  Asbestosis

 Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD)

 Edema paru akut : dapat disebabkan oleh bahan kimia seperti nitrogen oksida.

2. Penyakit Kulit

a. Pada umumnya tidak spesifik, menyusahkan, tidak mengancam kehidupan, kadang sembuh sendiri.

 b. Dermatitis kontak yang dilaporkan, 90% merupakan penyakit kulit yang berhubungan dengan pekerjaan.

c. Penting riwayat pekerjaan dalam mengidentifikasi iritan yang merupakan penyeba, membuat peka atau karena faktor lain.

3. Kerusakan Pendengaran

a. Banyak kasus gangguan pendengaran menunjukkan akibat pajanan kebisingan yang lama, ada beberapa kasus bukan karena pekerjaan.  b. Riwayat pekerjaan secara detail sebaiknya didapatkan dari setiap orang

dengan gangguan pendengaran.

c. Dibuat rekomendasi tentang pencegahan terjadinya hilangnya  pendengaran.

4. Gejala pada Punggung dan Sendi

a. Tidak ada tes atau prosedur yang dapat membedakan panyakit pada  punggung yang berhubungan dengan pekerjaan daripada yang tidak  berhubungan dengan pekerjaan.

(18)

c. Atritis dan tenosynovitis disebabkan oleh gerakan berulang tidak wajar.

5. Kanker

a. Adanya presentase yag signifikan menunjukkan kasus kanker yang disebabkan oleh pajanan di tempat kerja.

 b. Bukti bahwa bahan di tempat kerja, karsinogen sering kali didapat dari laporan klinis individu dari pada studi epidemiologi.

c. Pada kanker pajanan untuk terjadinya karsinogen mulai > 20 tahun sebelum diagnosis.

6. Coronary Artery Disease

Oleh karena stres atau karbon monoksida da bahan kimia lain di tempat kerja.

7. Penyakit Liver

a. Sering di diagnosis sebagai penyakit liver oleh karena hepatitis virus atau sirosis karena alkohol.

 b. Penting riwayat tentang pekerjaan, serta bahan toksik yang ada. 8. Masalah Neuropsikitarik

a. Masalah neuropsikiatrik yang berhubungan dengan tempat kerja sering diabaikan.

 b.  Neuro pati perifer, sering dikaitkan dengan diabet, pemakaian alkohol atau tidak diketahui penyebabnya, depresi SSP oleh karena  penyalahgunaan zat-zat atau masalah psikiatri.

c. Kelakuan yang tidak baik mungkin merupakan gejala awal dari stres yang berhubungan dengan pekerjaan.

d. Lebih dari 100 bahan kimia (a.l solven) dapat menyebabkan depresi Susunan Syaraf Pusat.

e. Beberapa neurotoksin (termasuk arsen, timah, merkuri, methyl, butyl ketone) dapat menyebabkan neuropati perifer.

(19)

9. Penyakit yang Tidak Diketahui Sebabnya a. Alergi

 b. Gangguan kecemasan mungkin berhubungan dengan bahan kimia atau lingkungan

c. Sick building syndrome

d. Multiple Chemical Sensitivities (MCS), misal : parfum derivate  petroleum, rokok.

2.8.2 Faktor penyebab penyakit akibat kerja

Faktor penyebab penyakit akibat kerja sangat banyak, tergantung pada  bahan yang digunakan dalam proses kerja, lingkungan kerja ataupun cara kerja,

sehingga tidak mungkin disebutkan satu persatu.

Pada umumnya faktor penyebab dapat dikelompokkan dalam 5 golongan : 1. Golongan fisik : suara (bising), radiasi, suhu (panas/dingin), tekanan yang

sangat tinggi, vibrasi, penerangan lampu yang kurang baik.

2. Golongan kimiawi : bahan kimiawi yang digunakan dalam proses kerja, maupun yang terdapat dalam lingkungan kerja, dapat berbentuk debu, uap, gas, larutan, awan atau kabut.

3. Golongan biologis : bakteri, virus, jamur

4. Golongan fisiologis : biasanya disebabkan oleh penataan/ddesain tempat kerja dan cara kerja/beban kerja.

5. Golongan psikososial : lingkungan kerja yang mengakibatkan stres psikis, monotomi kerja, tuntutan pekerjaan dan lain-lain.

2.9 Ergonomi

2.9.1 Pengertian Ergonomi

Ergonomi adalah ilmu serta penerapannya yang berusaha menyerasikan  pekerjaan dan lingkungan terhadap orang atau sebaliknya dengan tujuan tercapainya produktivitas dan efisiensi yang setinggi-tingginya melalui  pemanfaatan manusia seoptimal mungkin. Di beberapa negara Ergonomi diistilahkan  Arbeitswissenschaft (Jerman),  Biotechnology  (Skandinavia),  Human (factor) Engineering   atau  Personal Research  di Amerika Utara. (Budiono, Sugeng, 2003).

(20)

2.9.2 Ruang lingkup ergonomi

Penerapan ergonomi/ruang lingkup ergonomi meliputi (Setyaningsih, Yuliani, 2002):

1. Pembebanan kerja fisik

Beban fisik yang dibenarkan umumnya tidak melebihi 30-40% kemampuan maksimum seorang pekerja dalam waktu 8 jam sehari. Untuk mengukur kemampuan kerja maksimum digunakan pengukuran denyut nadi yang diusahakan tidak melebihi 30-40 kali per menit di atas denyut nadi sebelum  bekerja. Di Indonesia beban fisik untuk mengangkat dan mengangkut yang dilakukan seorang pekerja dianjurkan agar tidak melebihi dari 40 kg setiap kali mengangkat atau mengangkut.

2. Sikap tubuh dalam bekerja

Sikap pekerjaan harus selalu diupayakan agar merupakan sikap ergonomik. Sikap yang tidak alamiah harus dihindari dan jika hal ini tidak mungkin dilaksanakan harus diusahakan agar beban statis menjadi sekecil-kecilnya. Untuk membantu tercapainya sikap tubuh yang ergonomik sering diperlukan pula tempat duduk dan meja kerja yang kriterianya disesuaikan dengan ukuran anthropometri pekerja.

 Ukuran anthropometri tubuh yang penting dalam ergonomi adalah : a. Berdiri

 b. Tinggi badan berdiri c. Tinggi bahu d. Tinggi siku e. Tinggi pinggul f. Depa g. Panjang lengan h. Duduk i. Tinggi duduk

(21)

 Keadaan bekerja sambil berdiri, mempunyai kriteria :

a. Tinggi optimum area kerja adalah 5-10 cm di bawah tinggi siku.

 b. Pekerjaan yang lebih membutuhkan ketelitian, tinggi meja yang digunakan 10-20 cm lebih tinggi dari siku.

c. Pekerjaan yang memerlukan penekanan dengan tangan, tinggi meja 10-20 cm lebih rendah dari siku.

d. Mengangkat dan mengangkut

Beberapa faktor yang berpengaruh pada proses mengangkat dan mengangkut adalah beratnya beban, intensitas, jarak yang harus ditempuh, lingkungan kerja, ketrampilan dan peralatan yang digunakan. Untuk efisiensi dan kenyamanan kerja perlu dihindari manusia se bagai “alat utama” untuk mengangkat dan mengangkut. 3. Sistem manusia – mesin

Penyesuaian manusia-mesin sangat membantu dalam menciptakan kenyamanan dan efisiensi kerja. Perencanaan sistem ini dimulai sejak tahap awal dengan memperhatikan kelebihan dan keterbatasan manusia dan mesin yang digunakan interaksi manusia-mesin memerlukan beberapa hal khusus yang diperhatikan, misalnya :

a. adanya informasi yang komunikatif  b. tombol dan alat pengendali baik

c.  perlu standard pengukuran anthropometri yang sesuai untuk  pekerjaannya.

4. Kebutuhan kalori

Konsumsi kalori sangat bervariasi tergantung pada jenis pekerjaan. Semakin berat kegiatan yang dilakukan semakin besar kalori yang diperlukan. Selain itu pekerjaan pria juga membutuhkan kalori yang berbeda dari pekerja wanita. Dalam hal ini perlu diperhatikan juga saat dan frekuensi pemberian kalori  pada pekerja.

a. Pekerja Pria

 Pekerjaan ringan : 2400 kal/hari  Pekerjaan sedang ; 2600 kal/hari  Pekerjaan berat : 3000 kal/hari

(22)

 b. Pekerja Wanita

 Pekerjaan ringan : 2000 kal/hari  Pekerjaan sedang ; 2400 kal/hari  Pekerjaan berat : 2600 kal/hari 5. Pengorganisasian kerja

Pengorganisasian kerja berhubungan dengan waktu kerja, saat istirahat,  pengaturan waktu kerja gilir (shift) dari periode saat bekerja yang disesuaikan dengan irama faal tubuh manusia. Waktu kerja dalam 1 hari antara 6-8 jam. Dengan waktu istirahat ½ jam sesudah 4 jam bekerja. Perlu juga diperhatikan waktu makan dan beribadah. Termasuk juga di dalamnya terciptanya kerjasama antar pekerja dalam melakukan suatu pekerjaan serta pencegahan pekerjaan yang  berulang (repetitive).

6. Lingkungan kerja

Dalam peningkatan efisiensi dan produktifitas kerja berbagai faktor lingkungan kerja sangat berpengaruh. Berbagai faktor lingkungan yang  berpengaruh misalnya suhu yang nyaman untuk bekerja adalah 24-26O C.

7. Olahraga dan kesegaran jasmani

Kegiatan olahraga dan pembinaan kesegaran jasmani dibutuhkan untuk meningkatkan produktivitas. Oleh karena itu, tes kesehatan sebelum bekerja/tes kesegaran jasmani perlu dilakukan sebagai tahap seleksi karyawan.

8. Musik dan dekorasi

Musik dapat meningkatkan kegairahan dan produktivitas kerja dengan mempertimbangkan jenis, saat, lama dan sifat pekerjaan. Dekorasi dan pengaturan warna dapat memberikan kesan jarak, kejiwaan dan suhu. Misal nya :

  biru ; jarak jauh dan sejuk  hijau ; menyegarkan

 merah ; dekat, hangat, merangsang  orange ; sangat dekat, merangsang. 9. Kelelahan

(23)

diantaranya adalah monotomi kerja, beban kerja yang berlebihan, lingkungan kerja jelek, gangguan kesehatan dan gizi kurang.

2.10 Alat pelindung diri (PEE)

Persyaratan umum penyediaan alat pelindung diri (personal protective equipment – PPE) tercantum dalam personal protective equipment at work regulation 1992. Dalam menyediakan perlindungan terhadap bahaya, prioritas  pertama seorang majikan adalah melindungi pekerjanya secara keseluruhan

daripada individu (Ridley. 2006: 142). Ada prinsip umum yang harus diikuti :

 PPE yang efektif harus :

a) Sesuai dengan bahaya yang dihadapi

 b) Terbuat dari material yang akan tahan dengan bahaya tersebut c) Cocok bagi orang yang akan menggunakannya

d) Tidak mengganggu kerja operator yang bekerja e) Memiliki konstruksi yang sangat kuat

f) Tidak mengganggu PPE lain yang sedang dipakai secara bersamaan g) Tidak meningkatkan risiko terhadap pemakainya.

 Operator-operator yang menggunakan PPE harus memperoleh : a) Informasi tentang bahaya yang dihadapi

 b) Instruksi tentang tindakan pencegahan yang perlu diambil c) Pelatihan tentang penggunan peralatan dengan benar

d) Konsultasi dan diizinkan pemilih PPE yang tergantung pada kecocokannya

e) Pelatihan cara memelihara dan menyimpan PPE

f) Instruksi agar melaporkan setiap kecacatan atau kerusakan.

Contoh-contoh perlindungan PPE (Ridley. 2006: 143-144)

Bagian tubuh PPE

 Kepala

 Telinga

 Helm keras , helm empuk, topi, harnet, atau pemangkasan rambut.  Tutup telinga (ear murf) dan

(24)

 Mata

 Paru

 Tangan

 Kaki  Kulit

 Torso dan tubuh

 Keseluruhan tubuh

 Kacamata pelindung (googles),  pelindung wajah, goggles khusus.  Masker wajah, respirator, alat

 bantu pernafasan.

 Sarung tangan pelindung, sarung tangan tahan bahan kimia, sarung tangan insulasi.

 Sepatu pengaman, selubung kaki (gaiter) dan sepatu pengaman.  Krim pelindung.

 Pelindung yang kedap seperti sarung tangan dan celemek.

 Pakaian bertekanan udara (pressurized suits)

2.11 Tujuan penerapan keperawatan kesehatan kerja

Secara umum, tujuan keperawatan kesehatan kerja adalah menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif. Tujuan hyperkes dapat diperinci sebagai  berikut (Rachman. 1990):

1. Agar tenaga kerja dan setiap orang yang berada di tempat kerja selalu dalam keadaan sehat dan selamat

2. Agar sumber-sumber produksi dapat berjalan secara lancar tanpa adanya hambatan.

2.12 Fungsi dan tugas perawat dalam keselamatan dan kesehatan kerja Fungsi dan tugas perawat dalam usaha keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di industri adalah sebagai berikut (Effendy, Nasrul. 1998):

(25)

c. Melaksanakan pelayanan kesehatan dan keperawatan terhadap pekerja d. Melakukan penilaian terhadap asuhan keperawatan yang dilakukan 2. Tugas perawat

a. Mengawasi lingkungan pekerja

 b. Memelihara fasilitas kesehatan perusahaan

c. Membantu dokter dalam pemeriksaan kesehatan pekerja

d. Membantu melakukan penilaian terhadap keadaan kesehatan pekerja e. Merencanakan dan melaksanakan kunjungan rumah dan perawatan di

rumah kepada pekerja dan keluarga yang mempunyai masalah kesehatan

f. Ikut berperan dalam penyelenggaraan pendidikan K3 terhadap pekerja g. Ikut berperan dalam usaha keselamatan kerja

h. Memberikan pendidikan kesehatan mengenai KB terhadap pekerja dan keluarganya

i. Membantu usaha penyelidikan kesehatan pekerja  j. Mengkoordinasi dan mengawasi pelaksanaan K3. 2.13 Diagnosis spesifik penyakit akibat kerja

Secara teknis penegakan diagnosis dilakukan dengan cara berikut ini (B, sugeng. 2003):

1. Anamnesis (wawancara) meliputi, identitas, riwayat kesehatan, riwayat  penyakit, dan keluhan yang dialami saat ini.

2. Riwayat pekerjaan

a. Sejak pertama kali bekerja (kapan mulai bekerja di tempat tersebut)  b. Kapan, bilamana, apa yang dikerjakan, bahan yang digunakan, jenis

 bahaya yang ada, kejadian sama pada pekerja lain, pemakaian alat  pelindun diri, cara melakukan pekerjaan, pekerjaan lain yang

dilakukan, kegemaran (hobi), dan kebiasaan lain (merokok, alkohol) c. Sesuai tingkat penegtahuan, pemahaman pekerjaan.

3. Membandingkan gejala penyakit sewaktu bekerja dan dalam keadaan tidak  bekerja

(26)

a. Pada saat bekerja maka gejala timbul atau menjadi lebih berat, tetapi  pada saat tidak bekerja atau istirahat maka gejala berkurang atau

hilang.

 b. Perhatikan juga kemungkinan pemajanan di luar tempat kerja.

c. informasi tentang ini dapat ditanyakan dalam anamnesa atau dari data  penyakit di perusahaan.

4. Pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan catatan

a. Tanda dan gejala yang muncul mungkin tidak spesifik.  b. Pemeriksaan laboratorium membantu diagnostik klinis.

c. Dugaan adanya penyakit akibat bekerja dilakukan juga melalui  pemeriksaan laboratorium khusus atau pemeriksaan biomedis.

5. Pemeriksaan laboratorium khusus atau pemeriksaan biomedis

a. Seperti pemeriksaan spirometri dan rontgen paru (pneumokoniosis- pembacaan standart ILO).

 b. Pemeriksaan audiometri.

c. Pemeriksaan hasil metabolit dalam darah dan urine.

6. Pemeriksaan atau pengujian lingkungan kerja atau data hygine perusahaan yang memerlukan:

a. Kerjasama dengan tenaga ahli hygine perusahaan.

 b. Kemampuan mengevaluasi faktor fisik dan kimia berdasarkan data yang ada.

c. Pengenalan secara lengsung sistem kerja dan lama pemakaian. 7. Konsultasi keahlian medis dan keahlian lain

a. Seringkali penyakit akibat kerja ditentukan setelah ada diagnosis klinis, kemudian dicari faktor penyebabnya di tempat kerja, atau melalui pengamatan (penelitian) yang relatif lebih lama.

 b. Dokter spesialis lainnya, ahli toksikologi, dan dokter penasehat (kaitannya dengan kompensasi).

(27)

tepat. Pendekatan tersebut dapat disusun menjadi 7 langkah yang dapat digunakan sebagai pedoman :

1. Tentukan diagnosis klinisnya

Diagnosis klinis harus dapat ditegakkan terlebih dahulu, dengan memanfaatkan fasilitas-fasilitas penunjang yang ada, seperti umumnya dilakukan untuk mendiagnosis suatu penyakit. Setelah diagnosis klinik ditegakkan dapat dipikirkan lebih lanjut apakah penyakit tersebut berhubungan dengan pekerjaan atau tidak.

2. Tentukan pajanan yang dialami oleh tenaga kerja selama ini

Pengetahuan mengenai pajanan yang dialami oleh seorang tenaga kerja adalah esensial untuk dapat menghubungkan suatu penyakit dengan pekerjaannya. Untuk ini perlu dilakukan anamnesa mengenai riwayat pekerjaannya secara cermat dan teliti, yang mencakup :

a. Penjelasan mengenai semua pekerjaan yang telah dilakukan oleh  penderita secara kronologis.

 b. Lamanya melakukan masing-masing pekerjaan. c. Bahan yang diproduksi.

d. Materi (bahan baku) yang digunakan. e. Jumlah pajanananya.

f. Pemakaian alat perlindungan diri (masker). g. Pola waktu terjadinya gejala.

h. Informasi mengenai tenaga kerja lain (apakah ada yang mengalami gejala serupa).

i. Informasi tertulis yang ada mengenai bahan-bahan yang digunakan (MSDS, label, dan sebagainya).

3. Tentukan apakah pajanan tersebut memang dapat menyebabkan penyakit tersebut.

Apakah terdapat bukti-bukti ilmiah dalam kepustakaan yang mendukung  pendapat bahwa pajanan yang dialami menyebabkan penyakit yang diderita. Jika dalam kepustakaan tidak ditemukan adanya dasar ilmiah yang menyatakan hal tersebut diatas, maka tidak dapat ditegakkan diagnosa penyakit akibat kerja. Jika

(28)

dalam kepustakaan ada yang mendukung, perlu dipelajari lebih lanjut secara khusus mengenai pajanan sehingga dapat menyebabkan penyakit yang diderita (konsentrasi, jumlah, lama dan sebagainya).

4. Tentukan apakah jumlah pajanan yang dialami cukup besar untuk dapat mengakibatkan penyakit tersebut.

Jika penyakit yang diderita hanya dapat terjadi pada keadaan pajanan tertentu, maka pajanan yang dialami pasien di tempat kerja menjadi penting untuk diteliti lebih lanjut dan membandingkannya dengan kepustakaan yang ada untuk dapat menetukan diagnosis penyakit akibat kerja.

5. Tentukan apakah ada faktor-faktor lain yang mungkin dapat mempengaruhi.

Apakah ada keterangan dari riwayat penyakit maupun riwayat  perkerjaannya, yang dapat mengubah keadaan pajanan, misalnya penggunaan APD, riwayat adanya pajanan serupa sebelumnya sehingga resikonya meningkat. Apakah pasien mempunyai riwayat kesehatan (riwayat keluarga) yang mengakibatkan penderita lebih rentan/lebih sensitif terhadap pajanan yang dialami.

6. Cari adanya kemungkinan lain yang dapat merupakan penyebab penyakit. Apakah ada faktor lain yang dapat merupakan penyebab penyakit? Apakah  penderita mengalami pajanan lain yang diketahui dapat merupakan penyebab  penyakit. Meskipun demikian, adanya penyebab lain tidak selalu dapat digunakan

untuk menyingkirkan penyebab di tempat kerja.

7. Buat keputusan apakah penyakit tersebut disebabkan oleh pekerjaannya. Sesudah menerapkan ke enam langkah di atas perlu dibuat suatu keputusan  berdasarkan informasi yang telah didapat yang memiliki dasar ilmiah. Seperti telah disebutkan sebelumnya, tidak selalu pekerjaan merupakan penyebab langsung suatu penyakit, kadang-kadang pekerjann hanya memperberat suatu kondisi yang telah ada sebelumnya. Hal ini perlu dibedakan waktu menegakkan diagnosis. Suatu pekerjaan/pajanan dinyatakan sebagai penyebab suatu penyakit apabila tanpa melakukan pekerjaan atau tanpa adanya pajanan tertentu, pasien

(29)

Sedangkan pekerjaan dinyatakan memperberat suatu keadaan apabila  penyakit telah ada atau timbul pada waktu yang sama tanpa tergantung  pekerjaannya, tetapi pekerjaannya/pajanannya memperberat/mempercepat

timbulnya penyakit.

2.14 Penerapan konsep lima tingkatan pencegahan penyakit/ five level an d prevention diseases   (leavel and clark) pada penyakit akibat kerja (effendi, ferry. 2009: 238)

1. Peningkatan kesehatan (health promotion)

Misalnya; pendidikan kesehatan, meningkatkan gizi yang baik,  pengembangan kepribadian, perusahaan yang sehat dan memadai, rekreasi, lingkungan kerja yang memadai, penyuluhan perkawinan dan pendidikan seksual, konsultasi tentang keturunan dan pemeriksaan kesehatan periodik. 2. Perlindungan khusu ( spesific protection)

Misalnya; imunisasi, hygine perorangan, sanitasi lingkungan, serta  proteksi terhadap bahaya dan kecelakaaan kerja.

3. Deteksi dini dan pengobatan tepat (early diagnosis and prompt treatment ) Misalnya; diagnosa dini setiap keluhan dan pengobatan segera serta  pembatasan titik-titik lemah untuk mencegah terjadinya komplikasi.

4. Membatasi kecacatan (disability limitation)

Misalnya; memeriksa dan mengobati tenaga kerja komprehensif, mengobati tenaga kerja secara sempurna, dan pendidikan kesehatan.

5. Pemulihan kesehatan (rehabilitation)

Misalnya; rehabilitasi dan mempekerjakan kembali para pekerja yang menderita cacat. Sedapat mungkin perusahaan mencoba menempatkan karyawan-karyawan cacat di jabatan yang sesuai, menyediakan tempat kerja yang dilindungi, dan terapi kerja di rumah sakit.

2.15 Promosi Kesehatan Dalam Kesehatan Dan Keselamatan Kerja

 Promosi kesehatan, pencegahan dan kontrol penyakit, kesejahteraan,  penurunan faktor risiko, dan  pelayanan kesehatan preventif adalah beberapa istilah yang digunakan pada program kesehatan di lahan kerja (anderson. 2007: 451).

(30)

 Promosi kesehatan digunakan untuk menunjukkan sebuah proses  pembelajaran para pekerja mengenai bagaimana cara meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup mereka dengan mengembangkan gaya hidup yang baru. Proses  promosi kesehatan di lahan kerja biasanya dimulai dari pekerja yang mendapat  pengetahuan mengenai perilaku, risiko kesehatan atau proses penyakit (anderson.

2007: 451).

Perawat kesehatan kerja sering kali bertanggung jawab terhadap program  promosi kesehatan di lahan kerja dan berada pada posisi yang tepat untuk menciptakan kemitraan dengan komunitas. Apabila suatu organisasi tidak memiliki perawat kesehatan kerja, program kesehatan menjadi tanggung jawab staf keamanan kerja atau staf departemen sumber daya manusia atau staf departemen keuangan. Proses keperawatan untuk meningkatkan kesehatan di lahan kerja berfokus pada keseluruhan populasi perusahaan dan mungkin meluas kepada individu yang menjadi tanggungan pekerja (pasangan dan anak) (anderson. 2007: 451).

Aktivitas promosi kesehatan seluruh pekerja, termasuk manajemen. Langkah berikutnya adalah menciptakan kesadaran terhadap isu-isu kesehatan melalui pendidikan internal perusahaan, skrining, dan intervensi yang berfokus  pada gaya hidup.

2.15.1 Jenis aktivitas promosi kesehatan

Aktivitas yang lazim dilakukan dalam upaya mempromosikan kesehatan atau mencegah cedera dan penyakit di lahan kerja adalah olah raga, penghentian merokok, perawatan punggung, dan program manajemen stres. Ada tiga jenis  promosi kesehatan di lahan kerja (anderson. 2007: 451), yaitu:

1.  Program kesadaran, meningkatkan tingkat pengetahuan dan minat pekerja (contoh, dengan selebaran, seminar dan surat kabar).

2.  Aktivitas perubahan perilaku, membantu para partisipan mengembangkan  perilaku yang lebih sehat (contoh, menghentikan kebiasaan merokok,olah

(31)

kelas aerobik di tempat kerja, menyediakan waktu senggang untuk skrining kesehatan, kudapan sehat di etalase makanan).

Sebelum memutuskan untuk memilih jenis program promosi kesehatan yang ditawarkan, penting untuk menentukan konsistensi program dengan misi dan tujuan perusahaan. Perhatikan juga biaya dan manfaat aktivitas, baik bagi  pengusaha maupun para pekerja. Apabila menyadari potensi manfaat finansial yang akan di dapat dari aktivitas ini, seperti penurunan angka ketidak hadiran atau meningkatkan hasil kerja, kebanyakan pekerja ikut berpartisipasi dalam program  promosi kesehatan karena alasan pribadi (seperti menurunkan berat badan, meningkatkan kebugaran fisik). Para pekerja memiliki keinginan untuk merasa atau terlihat lebih baik atau mengalami peningkatan kualitas hidup. Apabila kedua kebutuhan, baik kebutuhan organisasi dan para pekerja terpenuhi, program kesehatan ini akan mendapat dukungan luas dan partisipasi yang tinggi dari  pekerja dan mencapai kesuksesan besar.

2.15.2 Perencanaan program promosi kesehatan (anderson. 2007: 452-458) 1. Pengkajian kebutuhan

Kuesioner dan penilaian risiko kesehatan umumnya digunakan untuk mengidentifikasi minat pekerja terhadap topik pendidikan dan menggambarkan kondisi kesehatan saat ini serta perilaku yang aman.

Kesehatan pekerja dan catatan asuransi juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi prevalensi penyakit kronik pekerja yang perlu ditangani. Catatan keamanan, format kompensasi pekerja atau wawancara dengan manajer dan  pekerja adalah sumber tambahan untuk menentukan kebutuhan promosi kesehatan  pekerja dan perusahaan.

Setelah mengidentifikasi kebutuhan promosi kesehatan, anda dapat membantu perawat kesehatan kerja atau komite penasehat perencanaan dalam menjamin dukungan manajemen terhadap program promosi kesehatan. Presentasi  proposal atau catatan eksekutif sering kali merupakan salah satu langkah awal dalam meyakinkan manajemen mengenai manfaat proyek. Suatu pendekatan  perencanaan bisnis untuk mengomunikasikan program anda dapat digunakan untuk menciptakan kesamaan persepsi dan pengertian terhadap proyek dari semua

(32)

orang yang ada di dalam organisasi. Di bawah ini adalah contoh dari sebuah  perencanaan bisnis:

a. Catatan eksekutif: sebuah kesimpulan singkat mengenai rencana  promosi kesehatan, termasuk di dalamnya  tujuan  (contoh, untuk menurunkan strain punggung bagian bawah), metode (contoh, dilakukan melalui 3 kali pertemuan , masing-masing selama 30 menit), keuntungan yang dapat  diharapkan (contoh, lebih sedikit absen pada hari kerja, peningkatan produktivitas), biaya (contoh, biaya program, seperti brosur, selebaran, waktu pengajaran, insentif, ketidak hadiran, dan biaya tak terduga, seperti biaya akibat penurunan asuransi dan klaim kompensasi pekerja).

 b. Tujuan:  secara jelas menggambarkan apa yang ingin dicapai dan rasional. Termasuk tujuan Masyarakat Sehat 2010 (Healthy People 2010 Objectives) untuk dewasa sehat.

c.  Metode:  bagaimana, bilamana, dan dimana rencana akan diwujudkan ke dalam tindakan. Uraikan setiap tugas yang harus diselesaikan (contoh, rancangan brosur dan selebaran serta diseminasi) dan individu yang bertanggung jawab untuk melaksanakan tugas tersebut, beserta  batas waktu penyelesaian program. Jelaskan isi program, termasuk mengundang pembicara tamu, demonstrasi ulang, dan metode untuk meningkatkan partisipasi pekerja serta adaptasi dari perilaku yang diajarkan. Selain itu, tentukan juga tujuan dan objektif program. Tujuan program dapat berupa: Delapan puluh persen pekerja yang telah menjalani program perawatan punggung melaporkan penurunan  pengajuan izin sakit yang berhubungan dengan nyeri punggung bawah. Objektif program dapat berupa: Setelah mengikuti pembelajaran demonstrasi mengenai prosedur mengangkat yang benar, 90% pekerja  berpartisipasi akan mendemonstrasikan prosedur mengangkat yang  benar.

(33)

tahun terkahir dan besarnya presentase keberhasila program yang diajukan dalammenurunkan ketidakhadiran. Selain itu, cantumkan pula  pada laporan Anda, nama perusahaan lain hasil temuan Anda dari literatur yang mengimplementasikan program serupa, beserta keberhasila yang dicapai oleh perusahaan tersebut.

e.  Biaya:  Proyeksi akurat dari biaya program (material, waktu para  pengajar, insentif), dan profit yang diharapkan dari penurunan

ketidakhadiran dan peningkatan produktivitas. 2. Implementasi program promosi kesehatan

 Marketing adalah bagian esensial dari keberhasilan implementasi program. Termasuk di dalam beberapa strategi Marketing adalah:

a.  Poster. Harus tampak profesional. Judul dan kata-kata yang menarik adalah unsur penting (contoh, “Weigh To Go” untuk penurunan  program berat badan). Ganti poster secara teratur untuk tetap menarik  perhatian.

 b. Surat elektronik/ e-mail. Hitungan mundur kegiatan; memberikan  pertanyaan kuis berkaitan dengan kesehatan dan memberikan jawaban

serta rasionalnya pada hari berikutnya.

c. Surat kabar kesehatan. Detail mengenai cerita keberhasilan, seperti cerita mengenai deteksi dini melanoma maligna, program penurunan  berat badan dengan program jalan kaki, individu yang menderita tekanan darah tinggi sampai ia berpartisipasi dalam skrining kesehatan, dan bagaimana perubahan sederhana dari gaya hidup dapat membantu individu mengontrol penyakit (tanpa pengobatan).

d. Surat dari pimpinan perusahaan atau manajer keuangan.  Memberikan kesempatan kepada perusahaan untuk melaksanakan skrining kesehatan, mengumumkan bahwa perusahaan akan membayar sebagian atau seluruh biaya dari program penghentian kebiasaan merokok/tes skrining kesehatan, atau mengizinkan atan jual-beli kebutuhan kesehatan selama 2 jam dengan kehadiran program kesejahteraan.

(34)

e.  Memberikan hadiah insentif kepada pekerja yang ikut berpartisipasi, seperti kaus oblong, topi, sampel tabir surya, kudapan buah-buahan,  botol minuman.

3. Evaluasi program promosi kesehatan

Proses evaluasi memberikan kesempatan untuk menentukan hasil yang dicapai dari program promosi kesehatan dan mengarahkan peningkatan pelayanan kesehatan kepada para pekerja. Evaluasi  struktur,  program,  proses  pelaksanaan  program dan hasil program adalah tiga pendekatan yang umum dilakukan dalam

meninjau ulang jaminan mutu.

a. Termasuk dalam evaluasi  struktur adalah (1) meninjau ulang mekanisme pelaporan yang diberikan kepada manajemen beserta dukungan terhadap program promosi kesehatan; (2) menentukan keadekuatan fasilitas fisik untuk menunjang program; (3) mengidentifikasi peralatan dan persediaan yang digunakan; (4) mengidentifikasi kebutuhan kepegawaian dan kualifikasinya; (5) menganalisis demografik pekerja dan kebutuhan status kesehatan; (6) menentukan apakah misi, tujuan, dan objektif program diformulasikan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan para pekerja dan kebutuhan  bisnis pengusaha.

 b. Evaluasi  proses mencakup (1) apakah aktivitas promosi kesehatan sesuai dengan kondisi; (2) apakah program promosi kesehatan di  bentuk untuk memenuhi kebutuhan di lahan kerja (saatnya anda melakukan perbandingan terhadap pengkajian awal kebutuhan), dan (3) apakah terdapat pendokumentasian dan pencatatan.

c. Evaluasi hasil  berfokus pada (1) apakah tujuan dan objektif yang diharapkan dapat dicapai; (2) apakah program membawa hasil yang  positif; (3) apakah hasil kesehatan menunjukkan pencegahan penyakit/  pengetahuan pekerja tentang perawatan diri, mengembalikan fungsi atau menurunkan ketidaknyamanan; (4) bagaimana perbandingan keuntungan yang dicapai program dengan biaya program; dan (5)

(35)

diterima.Metode yang lazim digunakan untuk evaluasi adalah skala rating   pascaprogram, observasi, dan wawancara dengan para pekerja tentang pendapat,sikap, dan kepuasan mereka terhadap program. Tinjauan ulang bagan dan catatan dapat dilakukan untuk menentukan  perbedaan singkat morbiditas dan mortalitas.

(36)

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA KESEHATAN KERJA DENGAN APLIKASI KASUS DI KOMUNITAS PEKERJA

DI RUANGAN SEKTOR A7 DI PERUSAHAAN ROKOK PT. “ NOJORONO” DI KABUPATEN KUDUS JAWA TENGAH

3.1 Deskripsi Kasus

Sekelompok mahasiswa keperawatan stikes hang tuah surabaya melakukan kegiatan praktik keperawatan komunitas untuk kesehatan kerja di komunitas pekerja di perusahaan rokok PT. NOJORONO di kabupaten kudus  jawa tengah selama 1 Bulan mulai dari tanggal 10 November 2012 sampai 10

Desember 2012. Kami melakukan kegiatan pengkajian selama 8 hari (mulai tanggal 11-19 november) kepada para pekerja di ruangan sektor A7 yang  berjumlah 100 orang, berdasarkan data dari HRD perusahaan ini di dapat data

umum sebagai berikut:

No. Karakteristik Frekuensi/ jumlah

1. Jenis kelamin a. Laki-laki  b. Perempuan 40 orang 60 orang 2. Jenis pekerjaan a. Pengelintingan  b. Pengepakan c. Pengawas 55 orang 35 orang 10 orang 3. Usia a. 25-35 tahun  b. 36-46 tahun c. 47-57 tahun d. 58-60 tahun 35 orang 40 orang 20 orang 5 orang

(37)

4. Tingkat pendidikan a. Tamat SD  b. Tamat SMP c. Tamat SMA 30 orang 45 orang 25 orang 5. Lama bekerja a. 5-10 tahun  b. 11-15 tahun c. 16-20 tahun d. 21-25 tahun e. > 25 tahun 15 orang 35 orang 30 orang 15 orang 5 orang

Kemudian kami melakukan pengkajian lebih lanjut terhadap masing-masing pekerja dan juga dari HRD perusahaan sehingga didapat hasil pengkajian sebagai berikut:

3.2 Proses Keperawatan 3.2.1 Pengkajian

A. DATA INTI

1. Riwayat atau sejarah perkembangan komunitas

Perusahaan rokok PT. NOJORONO berada di wilayah kabupaten kudus  jawa tengah dengan luas bangunan pabrik keseluruhan sebesar 1 Ha. Pabrik ini  berada di tepi jalan raya yang merupakan akses utama di kota kudus. Terdiri dari  beberapa ruangan sektor yang didalamnya terdapat berbagai macam pekerjaan industri yang berhubungan dengan tembakau dan rokok diantaranya adalah bagian  penyortiran tembakau, penyimpanan tembakau, produksi tembakau, pelintingan rokok, pengepakan rokok, ruang laboratorium uji tembakau, dll. Ruangan sektor A7 merupakan salah satu ruangan di perusahan rokok PT. NOJORONO yang terbagi menjadi beberapa bagian tugas didalamnya yaitu bagian pelintingan,  pengepakan rokok dan pengawasan. Jumlah pekerja di ruangan sektor A7 sebanyak 100 orang (perincian berdasarkan karakteristik umum ada di tabel yang tersedia di awal) sebagaian besar bekerja adalah orang jawa 85 orang (85%) dan  berasal dari madura sebanyak 15 orang (15%).

(38)

2. Status kesehatan komunitas

Dari pengkajian (anamnesa) dan kuisioner yang dilakukan mahasiswa langsung kepada para pekerja diruangan sektor A7 didapatkan hasil:

a. Keluhan yang dirasakan saat ini oleh komunitas

 68 orang pekerja (68%) menegeluhkan sering batuk-batuk

 15 orang (15%) pekerja mengeluhkan sering pusing

 Sisanya 17 orang (17%) tidak ada keluhan  b. Tanda-tanda vital*  TD:  < 110/70 mmHg : 5 orang (5%)  110/70mmHg-130/90mmHg : 75 orang (75%)  >130/90 mmHg : 20 orang (20%)   Nadi:  60-80x/menit : 90 orang (90%)  80-100x/menit : 10 orang (10%)  RR:  16-24x/menit : 90 orang (90%)  >24x/ menit : 10 orang (10%)  Suhu tubuh:  36,5°C-37°C : 100 orang (100%)

c. Kejadian penyakit (dalam satu tahun terakhir) *

 ISPA : 20 orang/ kasus (20%)

 PPOK : 5 orang (5%)

 Diare : 5 orang (5%)

 Batuk : 35 orang (35%)

 Demam : 15 orang (15%)

 Sisanya tidak ada laporan keluhan penyakit 20 orang (20%) Ket: (* ) : data dari kl in ik per usahaan pada tanggal 12 November 2012

Gambar

GAMBAR DENAH PERUSAHAAN DAN DENAH RUANGAN SEKTOR A7 DI PERUSAHAAN ROKOK PT. NOJORONO

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis mengambil judul “Penerapan Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja dan

Menurut Sutedi (2009:170), Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3) adalah suatu program yang dibuat bagi pekerja/buruh maupun pengusaha sebagai upaya pencegahan

Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional (DK3N), bekerja sama dengan Asosiasi Ahli K3 Konstruksi (A2K4), mendukung upaya pencegahan kecelakaan kerja melalui pedoman

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan suatu program yang dibuat pekerja maupun pengusaha sebagai upaya untuk mencegah kecelakaan dan penyakit yang terjadi ditempat

Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah suatu sistem program yang dibuat bagi pekerja maupun pengusaha sebagai upaya pencegahan timbulnya kecelakaan dan penyakit kerja

Sebagai suatu sistem program yang dibuat bagi pekerja maupun pengusaha, kesehatan dan keselamatan kerja atau K3 diharapkan dapat menjadi upaya preventif  terhadap

Program kesehatan dan keselamatan kerja (K3) merupakan bagian dari suatu sistem suatu sistem program manajemen yang dibuat bagi pekerja maupun pengusaha sebagai upaya

Menurut Sutedi (2009:170), Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3) adalah suatu program yang dibuat bagi pekerja/buruh maupun pengusaha sebagai upaya pencegahan