• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODOLOGI PENELITIAN ARSITEKTUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "METODOLOGI PENELITIAN ARSITEKTUR"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PROPOSAL PENELITIAN

ANALISIS PENGGUNAAN SECONDARY SKIN

PADA FASAD BANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT

Disusun Oleh : Nazarul 27314879 3TB06 UNIVERSITAS GUNADARMA DEPOK 2017

(2)

A. JUDUL PENELITIAN

Analisis Penggunaan Secondary Skin Pada Fasad Bangunan Gedung Bertingkat.

B. PENDAHULUAN

a) Latar Belakang

Pada saat ini, pembangunan di kota besar menitikberatkan bangunan bertingkat tinggi. Hal ini dikarenakan keterbatasan lahan yang ada di kota-kota besar dan dimaksudkan agar suatu kota mampu menampung konsentrasi penduduk yang padat serta menciptakan sarana dan prasarana bagi penduduk di dalamnya. Jakarta merupakan kota besar, terutama di Jakarta Pusat banyak pembangunan gedung ke arah vertikal berupa bangunan bertingkat tinggi yang merupakan hal wajar terhadap pertumbuhan penduduk yang tinggi, kelangkaan lahan dan harga lahan yang tinggi.

Perencanaan bangunan bertingkat tinggi meliputi desain dan pendetailan komponen-komponen struktur dengan mempertimbangkan faktor keamanan, kekakuan, kestabilan, kekuatan, dan fungsi dari suatu gedung sehingga memenuhi kriteria perancangan. Desain dan pendetailan komponen-komponen struktur tersebut pada umumnya dirancang untuk menahan gaya vertikal gravitasi (beban mati dan hidup), gaya horizontal angin dan gaya gempa. Di Indonesia yang merupakan wilayah rawan gempa, perancangan bangunan bertingkat tinggi merupakan hal yang penting. Hal ini dimaksudkan supaya pemakai gedung dapat merasa aman dan nyaman apabila berada pada bangunan bertingkat tinggi.

Jenis-jenis bangunan bertingkat tinggi cukup banyak ragamnya berdasarkan fungsinya, contohnya yang banyak diketahui yaitu Perkantoran, Hotel, Apartemen, Condominium, Pusat Perbelanjaan, Bangunan Pendidikan, Perniagaan, dll.

b) Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini penulis mencoba merumuskan persoalan dalam bentuk pertanyaan: 1. Bagaimana proses pembuatan secondary skin untuk bangunan gedung bertingkat? 2. Bagaimana cara pemasangan secondary skin pada bangunan gedung bertingkat?

3. Bagamaina efek penggunaan secondary skin pada bangunan gedung bertingkat dalam segi estetika dan keefisianan?

c) Maksud

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui alasan penggunaan secondary skin pada bangunan gedung bertingkat dari berbagai macam aspek masalah.

d) Tujuan

1. Untuk mengetahui bagaimana proses pembuatan secondary skin untuk bangunan gedung bertingkat.

2. Untuk mengetahui bagaimana cara pemasangan secondary skin pada bangunan gedung bertingkat.

(3)

3. Untuk mengetahui bagaimana efek pengaruh dari penggunaan secondary skin pada bangunan gedung bertingkat.

e) Batasan Masalah Penulisan

1. Penggunaan secondary skin pada bangunan hotel.

2. Penggunaan secondary skin pada fasad depan atau belakang bangunan. 3. Penggunaan secondary skin pada bagian podium bangunan.

f) Kerangka

Berdasarkan pemikiran di atas, maka disusun rangka konseptual materi sebagai berikut : 1. Proses pembuatan secondary skin : - Proses desain

- Pemilihan material

- Proses pembentukan sesuai desain - Proses pewarnaan

2. Proses pemasangan secondary skin : - Proses peletakkan pada fasad - Proses pemasangan pada fasad - Proses finishing secondary skin 3. Efek penggunaan secondary skin : - Aspek estetika/keindahan

- Aspek kegunaan/fungsi khusus - Aspek ekonomis

- Aspek permasalahan lingkungan/site

C. STUDI PUSTAKA

Secondary Skins

Secondary skin adalah lapisan kedua pada sebuah bangunan dengan fungsi utamanya sebagai penahan sinar matahari langsung. Secondary skin banyak diterapkan pada bangunan yang berada di daerah tropis. Seiring berkembangnya ilmu arsitektur dan kebutuhan masyarakat atas bangunan yang ideal, kini secondary skin juga dibuat sedemikian rupa agar dapat menyatu dengan desain arsitektur yang ada.

D) METODOLOGI

a) Cara Penelitian

Kualitatif

 Studi literatur mengenai Secondary Skin

Mengumpulkan teori dan studi literatur yang berhubungan dengan penggunaan secondary skin pada bangunan gedung bertingkat.

(4)

b) Pengumpulan Data

Sumber data

Jenis data

Tipe data

D) ANALISIS & PEMBAHASAN

Hotel adalah suatu bentuk bangunan, lambang, perusahaan atau badan usaha akomodasi yang menyediakan pelayanan jasa penginapan, penyedia makanan dan minuman serta fasilitas jasa lainnya dimana semua pelayanan itu diperuntukkan bagi masyarakat umum, baik mereka yang bermalam di hotel tersebut ataupun mereka yang hanya menggunakan fasilitas tertentu yang dimiliki hotel itu.

Berdasarkan lokasinya, hotel dibagi menjadi 2 macam jenis, yaitu :

1. City Hotel adalah hotel yang terletak di tengah kota besar. Kebanyakan tamu yang ada di

city hotel bertujuan untuk bisnis, pertemuan, seminar, dagang, serta untuk acara resmi perusahaan. Ciri City Hotel adalah banyak menyediakan sarana bisnis, bentuk fisiknya kebanyakan berupa building block, dan bertingkat tinggi, dengan jumlah lahan yang terbatas sehingga parkir kendaraan, selain di halaman juga di Basement, atau di Multi Storey Building (bangunan bertingkat). Tamu yang datang biasanya menggunakan pakaian resmi, memakai dasi atau kemeja lengan panjang. Ada juga yang menggunakan jas, bahkan pakaian smart casual. Sedangkan tamu wanita biasanya menggunakan pakaian resmi, pakaian kerja, serta smart casual.

(5)

2. Resort Hotel adalah hotel yang terletak di daerah tujuan wisata. Kebanyakan jauh dari kota,

dengan tempat-tempat rekreasi atau tempat yang sering dikunjungi keluarga, pelancong atau pengunjung lain. Kebanyakan tamu yang datang bertujuan untuk rekreasi.

Ada beberapa jenis resort hotel antara lain Beach hotel, Mountain hotel, Lake hotel, Ravine hotel, Cliff hotel, Forest/Jungle hotel, Amusement Park hotel dan Riverside hotel.

 Beach Hotel adalah hotel resort yang terletak di tepi pantai. Tamu yang datang ke hotel resort itu kebanyakan ingin menikmati suasana pantai, disamping kemewahan dan kesejukan hotel. Ciri khas bentuk fisik suatu beach hotel adalah lantai kamar yang tidak berkarpet, ada sisi kamar yang menghadap ke laut, memiliki sarana rekreasi air, memiliki perlengkapan dan sarana yang menunjang pengunjung untuk rileks.

 Mountain hotel adalah jenis hotel untuk wisata yang terletak di pegunungan . Mountain hotel memiliki ciri fisik bangunan yang tidak terlalu tinggi, disesuaikan dengan kondisi alam di sekitarnya, terkecuali bila memungkinkan untuk kontruksi bangunan tinggi.

 Lake hotel adalah hotel untuk rekreasi yang terletak di tepi danau.

 Ravine hotel adalah hotel yang terletak di tepi jurang yang terjal, umumnya di dataran tinggi, dengan tebing curam di bawahnya. Hotel Ravine menyediakan banyak fasilitas rekreasi dan tour khusus untuk menuju lembah yang ada di bawahnya.

 Cliff hotel mirip dengan Ravine hotel, hanya saja terletak di lokasi yang lebih tinggi. Pemandangannya bisa ke arah lembah dan arah laut. Jika laut ada di sebelah barat dan timur, tamu bisa menikmati sunrise dan sunset di petang hari. Kebanyakan tamu datang untuk rekreasi dan berlibur, bisa dalam berombongan atau perorangan, baik dengan keluarga maupun untuk suatu pertemuan formal.

 Forest / Jungle hotel adalah hotel yang berada di area hutan, mengandalkan unsur natural. Fasilitas hotel, seperti kamar, lobby dan receptionist counter biasanya dibuat bernuansa natural, terpadu erat dengan lingkungan hutan dan alam. Sarana di sekitar hotel meliputi jungle trekking, sight seeing tour, forest safari, hunting, outdoor games, hiking, hill climbing, mountain bike dan cross country.

 Amusement Park hotel adalah hotel yang terletak di dalam area fantasi. Konsep dan gaya bangunan mengarah ke sesuatu yang fantastis. Semua acara ditujukan untuk rekreasi, baik untuk tamu perorangan, keluarga, namun tidak menutup kemungkinan untuk suatu rapat besar perusahaan.

 Riverside hotel adalah hotel yang terletak di tepi sungai. Karena mengandalkan sungai sebagai daya tarik utama, sungai itu biasanya mempunyai kelebihan, misalnya dilalui kapal besar, berair jernih. Hotel semacam ini menyediakan dua macam harga kamar, antara yang menghadap ke sungai dan sebaliknya.

(6)

Perancangan secondary skin ini berpedoman pada studi literatur terkait variabel apa saja yang berpengaruh pada secondary skin dikombinasikan dengan studi komparasi pada bangunan yang menggunakan secondary skin hingga menghasilkan parameter desain secondary skin pada bangunan hotel.

2.1 Motif / Pola Secondary Skin

Motif/ pola pada secondary skin berpengaruh pada seberapa besar cahaya yang masuk ke dalam ruang. Hal ini akan berakibat pada pencahayaan dalam ruang. Sehingga apabila motif/ pola secondary skin memiliki pola yang berulang yang pada setiap bagian motifnya, maka akan semakin merata persebaran cahaya dalam ruang tersebut. Dalam menentukan pori-pori motif yang efektif pada secondary skin dapat menggunakan Window to Wall Ratio (WWR) yang dibagi menjadi tiga kategori prosentase (Szokolay, 2004). Selanjutnya akan dilakukan pengukuran pada setiap kategori prosentase WWR tersebut menggunakan software Autodesk Ecotect Analysis.

2.2 Jarak Secondary Skin

Jarak secondary skin pada bangunan berpengaruh pada seberapa besar secondary skin tersebut dapat memantulkan cahaya yang datang pada bangunan. Sehingga cahaya yang diterima oleh pengguna bangunan adalah cahaya tidak langsung. Hal ini akan memberikan kenyamanan visual bagi pengguna bangunan. Menurut Belgian Building Research Institute (2004) jarak secondary skin yang digunakan pada umumnya antara 0,2m hingga 2 m. Hal ini menyesuaikan konsep secondary skin dan Sudut Bayangan Vertikal (SBV) yang diterima oleh bangunan.

2.3 Material Secondary Skin

Material secondary skin akan mempengaruhi pada seberapa besar kekuatan/ ketahanan terhadap cuaca. Hal itu akan juga berpengaruh dalam proses perawatan, pemasangan, dan pembuatan. Sehingga dibutuhkan material yang ringan, tahan terhadap cuaca dan mampu menyesuaikan dengan motif/pola secondary skin. Beberapa ide material secondary skin antara lain baja profil (Indra, 2014), kayu (Kartini, 2014), beton ringan, glassfibre reinforced cement atau GRC (Hapsari, 2014), aluminium composite panel atau ACP dan papan semen (Megananda, 2014).

2.4 Tipe Secondary Skin

Tipe secondary skin akan berpengaruh pada proses reduksi sinar-panas matahari yang diterima bangunan. Sehingga akan dibutuhkan secondary skin yang mampu secara optimal dapat mereduksi sinar-panas tersebut. Selain itu tipe secondary skin juga akan berpengaruh dalam proses perawatan, maka diharapkan tipe secondary skin yang dipakai juga mempertimbangkan kemudahan dalam perawatan.Tipe secondary skin ada empat yaitu shaft box, box window, multistory window, corridor window (Oesterle et.al., 2001). Masing-masing tipe secondary skin memiliki perbedaan pada sistem konstruksi dan penghawaan.

(7)

E) KESIMPULAN & SARAN

Secondary skin adalah lapisan kedua pada sebuah bangunan dengan fungsi utamanya sebagai penahan sinar matahari langsung. Secondary skin banyak diterapkan pada bangunan yang berada di daerah tropis. Seiring berkembangnya ilmu arsitektur dan kebutuhan masyarakat atas bangunan yang ideal, kini secondary skin juga dibuat sedemikian rupa agar dapat menyatu dengan desain arsitektur yang ada.

Untuk menerapkan konsep 'secondary skin' atau kulit kedua untuk bangunan gedung bertingkat, sebaiknya jangan keliru dengan membuat 'hiasan' untuk tampilan bangunan. Memang tampilan bangunan seringkali tampak lebih indah daripada menggunakan satu dinding saja. Tampilan bangunan memang seringkali menjadi lebih baik lebih indah daripada sebelumnya. Namun hal ini bukan alasan sebenarnya menggunakan secondary skin. Bila kita perhatikan,secondary skin banyak diaplikasikan untuk bangunan seperti rumah dan bangunan tingkat sedang yang berada di daerah tropis. Hal ini disebabkan karena banguna di daerah tropis memerlukan konsep lebih maju daripada single wall atau berdinding satu saja, khususnya di daerah tropis.

(8)

F) DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Hotel (diakses 23 nopember 2016)

http://www.astudioarchitect.com/2011/06/konsep-secondary-skin-atau-kulit-kedua.html

(diakses 23 nopember 2016)

Soenarno, Adi. “Front Office Management”

Jhon, Hendri. 2009. “Pengaruh Nilai Tukar Rupiah Dan Suku Bunga Riil Terhadap Cadangan Primer Dan Kredit Untuk Nasabah Bank Mandiri”. Tesis Universitas Gunadarma. Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Kebijakan memberikan izin tinggal permanen oleh pemerintah Swedia untuk pencari suaka asal Suriah di tahun 2013, merupakan bentuk strategi yang dilakukan oleh

(4) Setelah dilakukan pengkajian dan Pembahasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Naskah Rancangan Peraturan Daerah yang pada setiap halamannya sudah diparaf oleh

Jumlah Layanan Banyak waktu yang terbuang saat pemillik jogja fitnes meminta laporan informasi presensi member karena banyak data yang harus dicari dalam bentuk arsip..

Untuk Produktivitas Tenaga Kerja Untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja, sebaiknya dilakukan treatment khusus kepada karyawan untuk membentuk sikap kerja yang baik,

Penelitian ini menggunakan survei terhadap 50 pemerintah daerah yang dilakukan pada tahun 2009 dan 2012, bersama-sama dengan informasi tingkat daerah yang diambil dari survei

b. Tanggung jawab untuk mengadakan program pengenalan berada pada Sekretaris Perusahaan atau siapapun yang menjalankan fungsi sebagai Sekretaris Perusahaan. Dalam

Perubahan kandungan Pb tidak dipengaruhi secara signifikan baik oleh lebar saluran maupun jenis mangrove, namun terdapat pola akumulasi yang berlawanan antara

Hasil yang didapat dalam penelitian ini adalah (1) Pada masa Ibnu Khaldun terdapat banyak pekerjan yang dihalalkan oleh Islam dan sudah berlaku masa itu, seperti menyanyi,