MAKALAH PRAKTIKUM FARMAKOLOGI III
MAKALAH PRAKTIKUM FARMAKOLOGI III
PENAPISAN ATAU SKRINING FARMAKOLOGI
PENAPISAN ATAU SKRINING FARMAKOLOGI
Disusun oleh : Disusun oleh :
KELOMPOK VI PAGI
KELOMPOK VI PAGI
Baskoro Surya Narendra
Baskoro Surya Narendra (0906531222)(0906531222) Esther Lamria Purba (0906531310) Esther Lamria Purba (0906531310)
Natasya Sitepu (090653166 Natasya Sitepu (0906531664)4) Rindi Irsan Artomo
Rindi Irsan Artomo (0906531815)(0906531815)
DEPARTEMEN FARMASI
DEPARTEMEN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
DEPOK
2011
2011
II.. TTuujjuuaan n PPeerrccoobbaaaann 1.
1. MaMahahasisiswswa a memengngetetahahui ui prprininsisip p pepenanapipisasan n hihipopokrkratatik ik 2.
2. MaMahahasisiswswa ma mamampu pu memengngevevalaluauasi hsi hasasil il pepenanapipisasan hn hipipokokraratitik k
IIII.. BBaahhaan n ddaan n AAllaatt Bahan:
Bahan: 1
1.. LLaarruuttaan n BB 2
2.. TTikikuus (s (2 2 ekekoor)r) 3 3.. AAllkkoohhooll 4 4.. KKaappaass Alat: Alat: 1 1.. AAllaat st suunnttiik k 2 2.. RRoottaarroodd 3 3.. LLoouuppee 4 4.. MMeeja ja bbuunnddaar r 5.
5. PerPerangangsansang pg panaanas uns untuk tuk tail tail fliflick ck 6
6.. SSttooppwwaattcchh 7
7.. PPeennggggaarriiss 8
8.. TTerermmoommeteter er 9
9.. TTiimmbbaannggaann
IIIIII.. TTaatta a KKeerrjjaa 1.
1. TiTimbmbanang heg hewawan pn percercobobaaaann 2.
2. Amati, Amati, ukur ukur dan cadan catat akttat aktivitas ivitas sepertseperti tercai tercantum pntum pada taada tabel 5bel 5 3.
3. SuntiSuntikkan kkan zat yzat yang ang akan akan dievaldievaluasi uasi secara secara intrapintraperitoneritonealeal 4.
4. Amati, Amati, ukur ukur dan cadan catat akttat aktivitas ivitas sepertseperti tercai tercantum pntum pada taada tabelbel 5.
5. PaParamrameteter der denengagan rn resespoponn all or noneall or none, diberi nilai 1, respon bertingkat diberi nilai 1 sampai 3, diberi nilai 1, respon bertingkat diberi nilai 1 sampai 3 6.
6. JumJumlahlahkan nikan nilai telai tersersebut dbut dan kaan kaliklikan denan dengangan weight factor weight factor 7.
7. JumlaJumlahkan nihkan nilai maklai maksimum usimum untuk mntuk masing – masing – masing aasing aktiviktivitas (1 – untas (1 – untuk restuk responpon all or noneall or none dandan 3 – respon bertingkat) dan kalikan dengan
3 – respon bertingkat) dan kalikan dengan weight factor weight factor 8.
8. KelKelompompokaokan n aktaktiviivitas – tas – aktaktiviivitas dalam tas dalam kelkelompompok ok katkategoegori. ri. JumJumlahlahkan total nilai kan total nilai aktaktiviivitastas tersebut. Jumlahkan juga total nilai maksimum
9. Hitung persentase total nilai aktivitas dalam satu kategori terhadap total nilai maksimum. Rangking persentase tiap kategori untuk tiap dosis
10. Simpulkan efek obat atau zat yang diteliti berdasarkan persentase tersebut
IV. Teori Dasar
Skrining/penapisan farmakologi adalah suatu metode untuk mengetahui aktivitas farmakologik suatu zat. Prinsipnya adalah melihat gejala-gejala yang timbul pada hewan coba setelah diberi zat uji.
Penapisan atau skrining farmakologi dilakukan untuk mengetahui aktivitas farmakologi suatu zat yang belum diketahui efeknya. Hal ini dilakukan dengan melihat gejala-gejala yang timbul pada hewan coba setelah diberi zat uji. Zat atau obat yang disediakan dalam praktikum ini antara lain yang memberikan efek depresan SSP, perangsang SSP, simpatomimetik, parasimpatomimetik, simpatolitik, muscle relaxant, analgesik, vasokonstriktor, dan vasodilator. Pada percobaan ini akan dilakukan evaluasi dan pengelompokan efek-efek yang timbul pada hewan uji (tikus) berdasarkan efek yang dapat ditimbulkan oleh zat atau obat tersebut.
Prinsip dasar penapisan atau skrining farmakologi ini ialah mencari persen aktivitas yang terjadi pada setiap kelompok efek–efek tersebut, kemudian dapat ditarik kesimpulan berdasarkan persen aktivitas yang paling besar. Semakin besar persen aktivitas pada suatu efek maka zat atau
obat uji semakin mempunyai kecenderungan berasal dari kelompok efek tersebut.
Uji ini merupakan tahap awal penelitian farmakologi atau zat-zat yang belum diketahui efeknya serta untuk mengetahui apakah obat tersebut memiliki efek fisiologis atau tidak sehingga disebut sebagai penapisan hipokratik (penapisan awal). Penapisan ini masih merupakan prediksi.
1. Parasimpatomimetik
Parasimpatomimetika atau kolinergika adalah sekelompok zat yang dapat menimbulkan efek yang sama dengan stimulasi susunan parasimpatis, karena melepaskan neurohormon asetilkolin di ujung-ujung neuronnya. Efek-efek yang muncul setelah pemberian kolinergika adalah:
• Stimulasi pencernaan dengan jalan memperkuat peristaltik dan sekresi kelenjar ludah
dan getah lambung (HCl), juga sekresi air mata, dll.
• Memperlambat sirkulasi, antara lain dengan mengurangi kegiatan jantung,
vasodilatasi, dan penurunan tekanan darah.
• Memperlambat pernapasan, antara lain dengan menciutkan bronchi, sedangkan sekresi
• Kontraksi otot mata dengan efek penyempitan pupil (miosis) dan menurunnya tekanan
intraokuler akibat lancarnya pengeluaran air mata.
• Kontraksi kandung kemih dan ureter dengan efek memperlancar pengeluaran urin. • Dilatasi pembuluh dan kontraksi otot kerangka.
• Menekan SSP setelah pada permulaan menstimulasinya.
2. Simpatomimetik
Simpatomimetika atau adrenergika adalah zat-zat yang dapat menimbulkan (sebagian) efek yang sama dengan stimulasi susunan sipaticus dan melepaskan noradrenalin di ujung-ujung sarafnya. Efek-efek yang ditimbulkan adalah:
• Vasokonstriksi otot polos dan menstimulsi sel-sel kelenjar dengan bertambahnya antar
lain sekresi liur dan keringat.
• Menurunkan peristaltik usus.
• Memperkuat daya dan frekuensi kontraksi jantung.
• Bronkodilatasi dan stimulasi metabolisme glikogen dan lemak.
3. Simpatolitik
Simpatolitika atau adrenolitika adalah zat-zat yang melawan sebagian atau seluruh aktivitas susunan saraf simpatis. Efeknya melawan efek yang ditimbulkan oleh simpatomimetika.
4. Analgetik
Anlagetika atau obat penghalang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau menghalau rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran.
5. Vasodilator
Vasodilator didefinisikan sebagai zat-zat yang berkhasiat melebarkan pembuluh darah secara langsung.
6. Vasokonstriktor
Efek yang ditimbulkan berlawanan dengan vasodilator. 7. CNS Activation
Zat-zat yang dapat merangsang SSP. Efek-efek yang ditimbulkan adalah:
• Konvulsi.
• Meningkatkan laju pernapasan.
Misal pada tikus, efek yang diitmbulkan antara lain:
• Aktivitas motorik meningkat • Temperatur rektum naik
• Rasa ingin tahu meningkat
8. CNS Depressant
Zat-zat yang dapat menekan SSP. Efek yang ditimbulkan berlawanan dengan CNS activation. Misal pada tikus, efek yang ditimbulkan antara lain:
• Aktivitas motorik menurun • Laju pernapasan menurun • Hilang refleks pinal
• Paralisa kaki
• Hilang daya cengkeram
9. Muscle Relaxant
Efek yang ditimbulkan mirip dengan CNS depressant.
V. Data dan Hasil Percobaan
1. Perhitungan Dosis dan Volume Injeksi Hewan Uji Hewan Uji : a. Tikus I Berat : 133,6 gram Sediaan : Larutan B Dosis larutan I (0,18 mL/200 g BB): (133,6 g : 200 g) x 0,18 mL = 0,12024 mL Volume injeksi (IP) = 0.12024 mL
(Volume maksimum : 2-5 mL) b. Tikus II Berat : 135 gram Sediaan : Larutan B Dosis larutan II (0,36 mL/200 g BB): (135 g : 200 g) x 0,36 mL = 0,243 mL Volume injeksi (IP) = 0.243 mL
2. Data Pengamatan Keterangan: 0 = No respon 1 = Respon 1-3 = Respon bertingkat WF = Weight Factor
a. Tikus I (Garis)
Tabel 1. Tabel Data Pengamatan Skrining Farmakologi
Aktivitas W F 0 ' 10 ' 20' 3 0' 45 ' 6 0' 9 0’ ∑ ∑m ax ∑ x WF ∑max x WF
Aktivitas motorik menurun 1 0 1 1 1 1 1 0 5 6 5 6 Aktivitas motorik meningkat 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 6
Hilang refleks berdiri 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 6
Hilang refleks kornea 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 6 Hilang refleks pinal 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 6
Paralisa kaki 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 6
Hilang daya cengkeram 1,
5 0 0 0 0 0 0 0
0 18 0 27
Laju pernafasan meningkat 2 0 0 0 0 0 0 0 0 18 0 32 Laju pernafasan menurun 2 0 0 0 1 1 0 0 2 18 4 32
Tremor 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 6 Fasikulasi 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 6 Konvulsi 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 6 Eksoftalmus 1, 5 0 0 1 1 1 0 0 3 6 4,5 9 Palpebral ptosis 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 6 Midriasis 0, 5 0 0 0 0 0 0 0 0 18 0 9 Miosis 1, 5 0 0 0 0 0 0 0 0 18 0 27 Nistagmus 2 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 12 Lakrimasi meningkat 0, 5 0 0 0 0 0 0 0 0 18 0 9 Lakrimasi menurun 2 0 0 0 0 0 0 0 0 18 0 32 Khromodakriorea 1, 5 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 9
Telinga/ ekor pucat 2 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 12
Telinga/ ekor hiperemia 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 6
Salivasi 2 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 12 Ekor naik 0, 5 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 3 Bulu berdiri 2, 5 0 1 0 0 0 0 0 1 6 2,5 15 Urinasi 2 0 1 1 0 0 0 0 2 6 4 12 Diare 1 0 1 1 0 0 0 0 2 6 2 6 Gerak berputar 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 6 Tail lashing 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 6 Writhing 0, 5 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 3
Temperatur rektum meningkat 2 0 0 0 0 0 0 0 0 18 0 32
Jatuh dari rotarod 1 0 0 0 0 3 0 0 3 18 3 18
Lompat dari rotarod 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 6 Tonus tubuh meningkat 2 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 12
Tonus tubuh menurun 1,
5 0 0 0 0 0 0 0
0 6 0 9
Agresif 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 6
Katalepsi 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 6 Rasa ingin tahu meningkat 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 3 6
Rasa ingin tahu menurun 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 6
Reaksi plat panas menurun 1 0 0 0 0 0 0 0 0 18 0 18 Reaksi jepit ekor menurun 1 0 0 0 0 0 0 0 0 18 0 18
Berat badan meningkat 2 0 0 0 0 0 0 0 0 18 0 32
Berat badan menurun 1,
5 0 0 2 2 2 2
2 1
0 18 15 27
43 553
Tabel 2. Data Pengamatan Skrining Farmakologi (Efek Depresan SSP-CNS DEP)
Aktivitas W F 0 ' 10 ' 20' 3 0' 45 ' 6 0' 9 0’ ∑ ∑ma x ∑ x WF ∑max x WF
Aktivitas motorik menurun 1 0 1 1 1 1 1 0 5 6 5 6 Hilang refleks berdiri 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 6
Hilang refleks kornea 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 6
Hilang refleks pinal 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 6
Paralisa kaki 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 6
Hilang daya cengkeram 1,
5 0 0 0 0 0 0 0
0 18 0 27
Laju pernafasan menurun 2 0 0 0 1 1 0 0 2 18 4 32
Palpebral ptosis 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 6
Nistagmus 2 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 12
Temperatur rektum menurun 1 0 0 0 0 0 0 0 0 18 0 18
Jatuh dari rotarod 1 0 0 0 0 3 0 0 3 18 3 18
Tonus tubuh menurun 1,
5 0 0 0 0 0 0 0
0 6 0 9
Katalepsi 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 6
Rasa ingin tahu menurun 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 6
Reaksi plat panas menurun 1 0 0 0 0 0 0 0 0 18 0 18
Reaksi jepit ekor menurun 1 0 0 0 0 0 0 0 0 18 0 18 Berat badan meningkat 2 0 0 0 0 0 0 0 0 18 0 32
12 232
% Aktivitas = 12/232 x 100 % = 5,17 %
Tabel 3. Data Pengamatan Skrining Farmakologi (Efek Perangsang SSP-CNS ACT)
Aktivitas W F 0 ' 10 ' 20' 3 0' 45 ' 6 0' 9 0’ ∑ ∑ma x ∑ x WF ∑max x WF
Aktivitas motorik meningkat 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 6
Tremor 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 6 Fasikulasi 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 6 Konvulsi 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 6 Gerak berputar 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 6 Tail lashing 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 6 Temperatur rektum meningkat 2 0 0 0 0 0 0 0 0 18 0 32 Lompat dari rotarod 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 6 Tonus tubuh meningkat 2 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 12 Agresif 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 6 Rasa ingin tahu meningkat 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 6 Berat badan menurun 1,
5 0 0 2 2 2 2
2 1
0 18 15 27
15 157
% Aktivitas = 15/157 x 100 % = 9,55 %
Tabel 4. Data Pengamatan Skrining Farmakologi (Efek Simpatomimetik-SYMM)
Aktivitas W F 0 ' 10 ' 20' 3 0' 45 ' 6 0' 9 0’ ∑ ∑ma x ∑ x WF ∑max x WF Konvulsi 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 6 Eksoftalmus 1, 5 0 0 1 1 1 0 0 3 6 4,5 9 Bulu berdiri 2, 5 0 1 0 0 0 0 0 1 6 2,5 15
Temperatur rektum meningkat 2 0 0 0 0 0 0 0 0 18 0 32
7 62
% Aktivitas = 7/62 x 100 % = 11,29 %
Tabel 5. Data Pengamatan Skrining Farmakologi (Efek Muscle Relaxan-MUS.REL)
Aktivitas W F 0 ' 10 ' 20' 3 0' 45 ' 6 0' 9 0’ ∑ ∑ma x ∑ x WF ∑max x WF
Aktivitas motorik menurun 1 0 1 1 1 1 1 0 5 6 5 6 Hilang refleks pinal 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 6 Paralisa kaki 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 6 Hilang daya cengkeram 1,
5
0 0 0 0 0 0 0 0 18 0 27
Laju pernafasan menurun 2 0 0 0 1 1 0 0 2 18 4 32 Palpebral ptosis 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 6 Writhing 0,
5
0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 3
Jatuh dari rotarod 1 0 0 0 0 3 0 0 3 18 3 18 Tonus tubuh menurun 1,
5
0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 9
Rasa ingin tahu menurun 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 6 Reaksi plat panas menurun 1 0 0 0 0 0 0 0 0 18 0 18 Reaksi jepit ekor menurun 1 0 0 0 0 0 0 0 0 18 0 18
% Aktivitas = 12/155 x 100 % = 7,74 %
Tabel 6. Data Pengamatan Skrining Farmakologi (Efek Simpatolitik-SYML)
Aktivitas W F 0 ' 10 ' 20' 3 0' 45 ' 6 0' 9 0’ ∑ ∑ma x ∑ x WF ∑max x WF
Aktivitas motorik menurun 1 0 1 1 1 1 1 0 5 6 5 6 Palpebral ptosis 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 6 Miosis 1,
5
0 0 0 0 0 0 0 0 18 0 27
Lakrimasi menurun 2 0 0 0 0 0 0 0 0 18 0 32 Temperatur rektum menurun 1 0 0 0 0 0 0 0 0 18 0 18
5 89
% Aktivitas = 5/89 x 100 % = 5,62 %
Tabel 7. Data Pengamatan Skrining Farmakologi (Efek Parasimpatomimetik-PARASYMM)
Aktivitas W F 0 ' 10 ' 20' 3 0' 45 ' 6 0' 9 0’ ∑ ∑ma x ∑ x WF ∑max x WF Fasikulasi 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 6 Miosis 1, 5 0 0 0 0 0 0 0 0 18 0 27 Lakrimasi meningkat 0, 5 0 0 0 0 0 0 0 0 18 0 9 Khromodakriorea 1, 5 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 9 Salivasi 2 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 12 Urinasi 2 0 1 1 0 0 0 0 2 6 4 12 Diare 1 0 1 1 0 0 0 0 2 6 2 6 Temperatur rektum menurun 1 0 0 0 0 0 0 0 0 18 0 18
6 99
% Aktivitas = 6/99 x 100 % = 6,06 %
Tabel 8. Data Pengamatan Skrining Farmakologi (Efek Anagetik-ANALG)
Aktivitas W F 0 ' 10 ' 20' 3 0' 45 ' 6 0' 9 0’ ∑ ∑ma x ∑ x WF ∑max x WF Midriasis 0, 5 0 0 0 0 0 0 0 0 18 0 9 Gerak berputar 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 6 Ekor naik 0, 5 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 3
Reaksi plat panas menurun 1 0 0 0 0 0 0 0 0 18 0 18 Reaksi jepit ekor menurun 1 0 0 0 0 0 0 0 0 18 0 18
0 54
Tabel 9. Data Pengamatan Skrining Farmakologi (Vasokonstriktor) Aktivitas W F 0 ' 10 ' 20' 3 0' 45 ' 6 0' 9 0’ ∑ ∑ma x ∑ x WF ∑max x WF
Telinga/ ekor pucat 2 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 12
0 12
% Aktivitas = 0/12 x 100 % = 0 %
Tabel 10. Data Pengamatan Skrining Farmakologi (Vasodilator)
Aktivitas W F 0 ' 10 ' 20' 3 0' 45 ' 6 0' 9 0’ ∑ ∑ma x ∑ x WF ∑max x WF
Telinga/ ekor hiperemia 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 6
0 6
% Aktivitas = 0/6 x 100 % = 0 %
Tabel 11. Data Pengamatan Skrining Farmakologi (Parasimpatolitik-PARASYML)
Aktivitas W F 0 ' 10 ' 20' 3 0' 45 ' 6 0' 9 0’ ∑ ∑ma x ∑ x WF ∑max x WF Konvulsi 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 6 0 6 % Aktivitas = 0/6 x 100 % = 0 % b. Tikus II (Polos)
Tabel 11. Tabel Data Pengamatan Skrining Farmakologi
Aktivitas W F 0 ' 10 ' 20' 3 0' 45 ' 6 0' 9 0’ ∑ ∑ma x ∑ x WF ∑max x WF
Aktivitas motorik menurun 1 0 0 1 1 1 1 1 5 6 5 6 Aktivitas motorik meningkat 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 6 Hilang refleks berdiri 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 6
Hilang refleks kornea 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 6
Hilang refleks pinal 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 6
Paralisa kaki 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 6
Hilang daya cengkeram 1,
5 0 0 0 0 0 0 0
0 18 0 27
Laju pernafasan meningkat 2 0 0 1 0 1 1 0 3 18 6 32
Laju pernafasan menurun 2 0 0 0 0 0 0 0 0 18 0 32
Tremor 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 6
Fasikulasi 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 6
Eksoftalmus 1, 5 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 9 Palpebral ptosis 1 0 0 1 1 1 1 1 5 6 5 6 Midriasis 0, 5 0 0 0 0 0 0 0 0 18 0 9 Miosis 1, 5 0 0 0 0 0 0 0 0 18 0 27 Nistagmus 2 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 12 Lakrimasi meningkat 0, 5 0 0 0 0 0 0 0 0 18 0 9 Lakrimasi menurun 2 0 0 0 0 0 0 0 0 18 0 32 Khromodakriorea 1, 5 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 9
Telinga/ ekor pucat 2 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 12 Telinga/ ekor hiperemia 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 6
Salivasi 2 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 12 Ekor naik 0, 5 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 3 Bulu berdiri 2, 5 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 15 Urinasi 2 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 12 Diare 1 0 0 0 0 1 0 0 1 6 1 6 Gerak berputar 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 6 Tail lashing 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 6 Writhing 0, 5 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 3
Temperatur rektum meningkat 2 0 1 0 0 0 0 0 1 18 2 32
Temperatur rektum menurun 1 0 0 0 0 0 0 0 0 18 0 18
Jatuh dari rotarod 1 0 0 0 0 0 0 0 0 18 0 18
Lompat dari rotarod 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 6
Tonus tubuh meningkat 2 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 12
Tonus tubuh menurun 1,
5 0 0 0 0 0 0 0
0 6 0 9
Agresif 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 6 Katalepsi 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 6
Rasa ingin tahu meningkat 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 6
Rasa ingin tahu menurun 1 0 1 1 0 0 0 0 2 6 2 6 Reaksi plat panas menurun 1 0 0 0 0 0 0 0 0 18 0 18
Reaksi jepit ekor menurun 1 0 1 0 0 0 0 0 1 18 1 18
Berat badan meningkat 2 0 0 0 0 0 0 0 0 18 0 32
Berat badan menurun 1,
5 0 0 0 0 0 1 1
2 18 3 27
25 553
Tabel 12. Tabel Data Pengamatan Skrining Farmakologi (Efek Depresan SSP-CNS DEP)
F ' ' 0' ' 0' 90’ ax WF WF
Aktivitas motorik menurun 1 0 0 1 1 1 1 1 5 6 5 6 Hilang refleks berdiri 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 6 Hilang refleks kornea 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 6 Hilang refleks pinal 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 6 Paralisa kaki 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 6 Hilang daya cengkeram 1,
5
0 0 0 0 0 0 0 0 18 0 27
Laju pernafasan menurun 2 0 0 0 0 0 0 0 0 18 0 32 Palpebral ptosis 1 0 0 1 1 1 1 1 5 6 5 6 Nistagmus 2 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 12 Temperatur rektum menurun 1 0 0 0 0 0 0 0 0 18 0 18 Jatuh dari rotarod 1 0 0 0 0 0 0 0 0 18 0 18 Tonus tubuh menurun 1,
5
0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 9
Katalepsi 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 6 Rasa ingin tahu menurun 1 0 1 1 0 0 0 0 2 6 2 6 Berat badan meningkat 2 0 0 0 0 0 0 0 0 18 0 32 Reaksi plat panas menurun 1 0 0 0 0 0 0 0 0 18 0 18 Reaksi jepit ekor menurun 1 0 1 0 0 0 0 0 1 18 1 18
13 232
% Aktivitas = 13/232 x 100%= 5,60%
Tabel 13. Tabel Data Pengamatan Skrining Farmakologi (Efek Perangsang SSP-CNS ACT)
Aktivitas W F 0 ' 10 ' 20' 3 0' 45 ' 6 0' 9 0’ ∑ ∑ma x ∑ x WF ∑max x WF
Laju pernafasan meningkat 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 6 Aktivitas motorik meningkat 2 0 0 1 0 1 1 0 3 18 6 32 Tremor 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 6 Fasikulasi 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 6 Konvulsi 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 6 Gerak berputar 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 6 Tail lashing 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 6 Temperatur rektum meningkat 2 0 1 0 0 0 0 0 1 18 2 32 Lompat dari rotarod 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 6 Tonus tubuh meningkat 2 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 12 Agresif 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 6 Berat badan menurun 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 6 Rasa ingin tahu meningkat 1,
5
0 0 0 0 0 1 1 2 18 3 27
11 157
Tabel14. Tabel Data Pengamatan Skrining Farmakologi (Efek Simpatomimetik-SYMM) Aktivitas W F 0' 10 ' 20' 3 0' 45 ' 6 0' 9 0’ ∑ ∑ma x ∑ x WF ∑max x WF Konvulsi 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 6 Eksoftalmus 1, 5 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 9 Bulu berdiri 2, 5 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 15
Temperatur rektum meningkat 2 0 1 0 0 0 0 0 1 18 2 32
2 62
% Aktivitas = 2/62 x 100% = 3,23%
Tabel 15. Tabel Data Pengamatan Skrining Farmakologi (Efek Muscle Relaxan-MUS.REL)
Aktivitas W F 0 ' 10 ' 20' 3 0' 45 ' 6 0' 9 0’ ∑ ∑ma x ∑ x WF ∑max x WF
Aktivitas motorik menurun 1 0 0 1 1 1 1 1 5 6 5 6 Hilang refleks pinal 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 6 Paralisa kaki 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 6 Hilang daya cengkeram 1,
5
0 0 0 0 0 0 0 0 18 0 27
Laju pernafasan menurun 2 0 0 0 0 0 0 0 0 18 0 32 Palpebral ptosis 1 0 0 1 1 1 1 1 5 6 5 6 Writhing 0,
5
0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 3
Jatuh dari rotarod 1 0 0 0 0 0 0 0 0 18 0 18 Tonus tubuh menurun 1,
5
0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 9
Rasa ingin tahu meningkat 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 6 Reaksi plat panas menurun 1 0 0 0 0 0 0 0 0 18 0 18 Reaksi jepit ekor menurun 1 0 1 0 0 0 0 0 1 18 1 18
11 155
% Aktivitas = 11/155 x 100% = 7,10%
Tabel 16. Tabel Data Pengamatan Skrining Farmakologi (Efek Simpatolitik-SYML)
Aktivitas W F 0 ' 10 ' 20' 3 0' 45 ' 6 0' 9 0’ ∑ ∑ma x ∑ x WF ∑max x WF
Aktivitas motorik menurun 1 0 0 1 1 1 1 1 5 6 5 6 Palpebral ptosis 1 0 0 1 1 1 1 1 5 6 5 6 Miosis 1,
5
0 0 0 0 0 0 0 0 18 0 27
Temperatur rektum menurun 1 0 0 0 0 0 0 0 0 18 0 18
10 89
% Aktivitas = 10/89 x 100% = 11,23%
Tabel 17. Tabel Data Pengamatan Skrining Farmakologi (Efek Parasimpatomimetik-PARASYMM)
Aktivitas W F 0' 10 ' 20' 3 0' 45 ' 6 0' 9 0’ ∑ ∑ma x ∑ x WF ∑max x WF Fasikulasi 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 6 Miosis 1, 5 0 0 0 0 0 0 0 0 18 0 27 Lakrimasi meningkat 0, 5 0 0 0 0 0 0 0 0 18 0 9 Khromodakriorea 1, 5 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 9 Salivasi 2 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 12 Urinasi 2 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 12 Diare 1 0 0 0 0 1 0 0 1 6 1 6 Temperatur rektum menurun 1 0 0 0 0 0 0 0 0 18 0 18
1 99
% Aktivitas = 1/99 x 100% = 1,01%
Tabel 18. Tabel Data Pengamatan Skrining Farmakologi (Efek Anagetik-ANALG)
Aktivitas W F 0' 10 ' 20' 3 0' 45 ' 6 0' 9 0’ ∑ ∑ma x ∑ x WF ∑max x WF Midriasis 0, 5 0 0 0 0 0 0 0 0 18 0 9 Gerak berputar 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 6 Ekor naik 0, 5 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 3
Reaksi plat panas menurun 1 0 0 0 0 0 0 0 0 18 0 18 Reaksi jepit ekor menurun 1 0 1 0 0 0 0 0 1 18 1 18
0 54
% Aktivitas = 0/54 x 100% = 0%
Tabel 19. Tabel Data Pengamatan Skrining Farmakologi (Vasokonstriktor)
Aktivitas W F 0 ' 10 ' 20' 3 0' 45 ' 6 0' 9 0’ ∑ ∑ma x ∑ x WF ∑max x WF
Telinga/ ekor pucat 2 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 12
0 12
Tabel 20. Tabel Data Pengamatan Skrining Farmakologi (Vasodilator) Aktivitas W F 0 ' 10 ' 20' 3 0' 45 ' 6 0' 9 0’ ∑ ∑ma x ∑ x WF ∑max x WF
Telinga/ ekor hiperemia 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 6
0 6
%Aktivitas = 0/6 x 100% = 0%
Tabel 21. Tabel Data Pengamatan Skrining Farmakologi (Parasimpatolitik-PARASYML)
Aktivitas W F 0 ' 10 ' 20' 3 0' 45 ' 6 0' 9 0’ ∑ ∑ma x ∑ x WF ∑max x WF Konvulsi 1 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 6 0 6 %Aktivitas = 0/6 x 100% = 0%
Tabel 21. Tabel Rangkuman % aktivitas dari dosis 1 dan dosis 2
Aktivitas Dosis 1 (%) Dosis 2 (%)
Depresan SSP 5,17 5,60 Perangsang SSP 9,55 7,01 Simpatomimetik 11,29 3,23 Muscle Relaxan 7,74 7,10 Simpatolitik 5,62 11,23 Parasimpatomimetik 6,06 1,01 Analgetik 0 0 Vasokonstriktor 0 0 Vasodilator Parasimpatolitik 0 0 0 0
VI. Pembahasan
Percobaan kali ini digunakan dua ekor tikus yang beratnya masing-masing 133,6 gram dan 135 gram. Kedua tikus tersebut diberi obat yang sama (secara intraperitoneal) dengan dosis yang berbeda. Tikus pertama diberikan obat dengan dosis lebih kecil yaitu 0,18 ml/200 gr BB
sedangkan tikus kedua diberikan obat dengan dosis lebih besar yaitu 0,36 ml/200 gr BB. Kemudian kedua tikus tersebut diamati berdasarkan parameter fisiologis yang terjadi pada menit ke-10, 20, 30, 45, dan 60.
Tikus pertama memberikan kondisi awal normal. Aktivitas motorik yang tinggi, laju pernafasan stabil, dan tidak jatuh dari rotarod lebih dari satu menit. Setelah penyuntikkan obat dengan dosis 0,18 ml/200 gr BB, aktivitas motorik terlihat sangat menurun, laju pernafasan yang menurun secara bertahap, tikus ini juga sempat jatuh dari rotarod, tikus ini juga mengalami eksoftalmus, bulu berdiri, dan mengalami diare dan urinasi serta berat badan yang menurun.
Pada data pengamatan berdasarkan persentase, efek yang paling besar adalah simpatomimetik (11,29%). Efek-efek lainnya terjadi dengan persentase bervariasi, antara lain peransang SSP (9,55%), muscle relaxan (7,74%), parasimpatomimetik (6,06%), simpatolitik
(5,62%), depresan SSP (5,17%), vasokonstriktor (0%), vasodilator (0%), analgetik (0%), parasimpatolitik (0%).
Tikus kedua memberikan kondisi awal normal. Aktivitas motorik yang tinggi, laju pernafasan stabil, dan tidak jatuh dari rotarod lebih dari satu menit. Setelah penyuntikkan obat dengan dosis 0,36 ml/200 gr BB, aktivitas motorik terlihat sangat menurun, palpebrasi ptosis. Selain itu, laju pernafasan yang meningkat, reaksi jepit ekor yang menurun. Pada menit-menit akhir diare, rasa ingin tahu menurun, berat badan menurun.
Pada data pengamatan berdasarkan persentase, efek yang paling besar ialah simpatolitik (11,23%). Efek-efek lainnya terjadi dengan persentase bervariasi, antara lain muscle relaxant (7,10%), perangsang SSP (7,01%), depresan SSP (5,60%), simpatomimetik (3,23%), parasimpatomimetik (1,01%), vasokonstriktor (0%), vasodilator (0%), analgetik (0%), parasimpatolitik (0%).
Kedua tikus diatas sama-sama mengalami aktivitas motorik yang menurun setelah diberikannya obat. Tikus tersebut juga mengalami diare, yang mengakibatkan berat badannya menurun. Namun tikus tersebut tidak mengalami sekresi saliva meningkat sehingga obat ini bukan golongan parasimpatomimetik.
Dari kedua kelompok data di atas memiliki perbedaan dalam persentase terbesarnya. Tikus I memiliki persentase paling besar pada simpatomimetik, sementara tikus II memiliki persentase paling besar pada efek simpatolitik.
Namun, kami menyimpulkan golongan obat tersebut bukan berdasarkan persentase efek terbesar dari masing – masing dosis karena terjadi perbedaan pada persentase terbesar itu. Praktikan menyimpulkan golongan obat yang diberikan adalah muscle relaxant. Hal ini karena kedua tikus memiliki efek tersebut dengan persentase tikus I (7,74%), dan tikus II (7,01%). Hal ini karena kedua tikus mengalami gejala yang sama seperti aktivitas motorik yang menurun drastis. Pada tikus I, aktivitas motorik terlihat sangat menurun, laju pernafasan yang menurun secara bertahap, tikus ini juga sempat jatuh dari rotarod. Sementara tikus II, aktivitas motorik menurun, palpebral psitosis, dan reaksi jepit ekor menurun.
Dosis obat yang lebih besar seharusnya akan memberikan efek terapi yang lebih besar sehingga efek lebih terlihat pada tikus II dibanding pada tikus I yang dosis obatnya setengah dari dosis tikus II, karena tikus II mendapatkan dosis lebih besar dibanding dosis pada tikus I. Seharusnya persentase muscle relaxant tikus II lebih besar dibanding persentase tikus I. Namun pada kenyataannya hal itu tidak terlihat, mungkin dikarenakan karena kesalahan-kesalahan yang
mungkin terjadi.
Kesalahan-kesalahan yang terjadi mungkin disebabkan karena pengamatan dari efek terapi tikus yang subjektif, agak susah untuk dapat menentukan apakah terjadi perubahan signifikan pada tikus. Tikus tersebut juga mungkin saja kurang memberikan efek ter api yang seharusnya ada oleh karena sifat tikus yang agak resisten, bisa dilihat dari persentase efek yang sangat kecil, tidak lebih dari 15%.
VII. Kesimpulan
1. Efek yang terjadi pada dosis I:
- simpatomimetik (11,29%) - peransang SSP (9,55%) - muscle relaxan (7,74%) - parasimpatomimetik (6,06%) - simpatolitik (5,62%) - depresan SSP (5,17%)
- vasokonstriktor (0%)
- vasodilator (0%)
- analgetik (0%)
- parasimpatolitik (0%)
2. Efek yang terjadi pada dosis II:
- simpatolitik (11,23%) - muscle relaxant (7,10%) - perangsang SSP (7,01%) - depresan SSP (5,60%) - simpatomimetik (3,23%) - parasimpatomimetik (1,01%) - vasokonstriktor (0%) - vasodilator (0%) - analgetik (0%) - parasimpatolitik (0%)
3. Zat yang diuji (larutan B) merupakan muscle relaxant.
4. Zat atau obat yang diberikan dengan dosis berbeda seharusnya memberikan besar efek yang berbeda pula.
VIII. Daftar Pustaka
Andrajati, Retno. 2007. Penuntun Praktikum Farmakologi. Depok: Laboratorium Farmakologi dan Farmakokinetika Departemen Farmasi FMIPA Universitas Indonesia.
Anonim. 1995. Farmakologi dan Terapi ed.4. Jakarta: Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Tan, Hoan Tjay dan Kirana Rahardja. 2003. Obat-Obat Penting. Jakarta: PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia