• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGERTIAN PEMBERIAN OBAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGERTIAN PEMBERIAN OBAT"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

PENGERTIAN PEMBERIAN OBAT

PENGERTIAN PEMBERIAN OBAT

KATA PENGANTAR 

KATA PENGANTAR 

Puj

Puji i syusyukur kur kamkami i penpenjatjatkan kan kehkehadiadirat rat AllaAllah h SWTSWT, , yanyang g ataatas s rahrahmatmat-Ny-Nya a makmaka a penpenuliulis s dapdapatat menyelesaikan penyusunan makalah KDK II, yaitu makalah tentang Medikasi .

menyelesaikan penyusunan makalah KDK II, yaitu makalah tentang Medikasi .

Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan - kekurangan baik pada teknis Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan - kekurangan baik pada teknis  penulisan

 penulisan maupun maupun materi, materi, mengingat mengingat akan akan kemampuan kemampuan yang yang dimiliki dimiliki penulis. penulis. Untuk Untuk itu itu kritik kritik dan dan saran saran daridari semua pihak sangat penulis harapkan demi

semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini kami menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada Dalam penulisan makalah ini kami menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada  pihak-pihak yang memb

 pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan antu dalam menyelesaikan makalah inimakalah ini

Kami berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada mereka yang telah memberikan Kami berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada mereka yang telah memberikan  bantuan, dan dapat menj

 bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan inadikan semua bantuan ini sebagai ibadah, Amiin Yi sebagai ibadah, Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin.aa Robbal ‘Alamiin.

Bekasi,

Bekasi, Mei Mei 20122012 penulis penulis BAB I BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN

(2)

1.1 Latar Belakang

dalam program ini sangat penting dalam pemberian obat kepada pasien,yang mempelajari farmakologi agar  dapat memahami tentang efek dari obat yang diharapkan sehingga mampu mengevaluasi efek pengobatan. Pada aspek obat ada beberapa istilah yang penting kita ketahui di antaranya: nama generic merupakan nama pertama dari pabrik yang sudah mendapatkan lisensi, kemudian ada nama yang memiliki arti nama dibawah lisensi salah satu publikasi yang resmi, nama kimiawi merupakan nama yang berasal dari susunan zat kimiawi seperti acetylsalicylic acid atau aspirin, kemudian nama dagang ( trade mark) merupakan nama yang keluar sesuai dengan perusahaan atau pabrik dalam menggunakan symbol seperti ecortin, buffrin, empirin, analgesic, dan lain-lain.

1.2 Tujuan Penulisan

1. Memberitahukan cara pengobatan dan dosis yang benar 

2. Menjelaskan standar obat

3. Mejelaskan reaksi obat

4. Menjelaskan dan melakukan teknik pemberian obat

1.3 Rumusan Masalah

Bagaimana cara memberikan obat dan memberikan dosis dengan benar agar tidak ada kesalahan..

1.4 Metode Penulisan

Disini kami menggunakan 2 metode yaitu education learning dan study pustaka

BAB II

ISI

2.1 Pengertian pemberian obat

Obat merupakan sebuah substansi yang diberikan kepada manusia atau binatang sebagai

 perawatan, pengobatan, atau bahkn pencegahan terhadap berbagai gangguan yang terjadi di dalam

tubuh. Dalam pelaksanaannya ,tenaga medis memiliki tanggung jawab dalam keamanan obat dan

 pemberian secara lsngsung ke pasien.hal ini semata-mata untuk memenuhi kebutuhan pasien

2.2 Standar obat

Obat yang di gunakan sebaikny a memenuhi berbagai standar persyaratan obat,di

antaranya kemurnian, yaitu suatu keadaan yang dimiliki obat karena unsur keasliannya,tidak ada

 percampuran, dan standar potensi yang baik. Selain kemurnian, dan efektivitas. Standar-standar 

tersebut harus dimiliki obat agar menghasilkan efek baik obat itu sendiri.

2.3 Pemberian Dosis Obat

Dosis obat merupakan faktor penting, karena baik kekurangan atau kelebihan dosis akan menghasilkan efek yang tidak diinginkan, bahkan sering membahayakan. Yang dimaksud dosis suatu obat adalah dosis

(3)

 pemakaian sekali, per oral untuk orang dewasa, kalau kalau yang dimaksud bukan dosis tersebut diatas harus dengan keterangan yang jelas. Misalnya pemakaian sehari, dosis untuk anak, dosis per injeksi, dan seterusnya. 2.4 Macam – macam Dosis

1. Dosis Maksimum ( DM ) adalah dosis / takaran maksimum / terbanyak yang dapat diberikan (berefek terapi) tanpa menimbulkan bahaya.

2. Dosis lazim ( DL ) adalah dosis yang tercantum dalam literatur merupakan dosis yang lazimnya dapat menyembuhkan. Dosis lazim dan dosis maksimum terdapat dalam FI ed III, juga Farmakope lain. Tetapi DM anak tidak terdapat dalam literatur. Maka DM untuk anak dapat dihitung dengan membandingkan kebutuhan anak terhadap dosis maksimum dewasa.

Pada kompetensi menerapkan pembuatan sediaan obat sesuai resep dokter di bawah pengawasan apotekerproses  perhitungan dosis lazim menjadi bagian yang sangat penting karena semua bahan obat/ obat harus diperhitungkan Dosis Lazimnya sesuai dengan umur pasien dan dibandingkan dengan dosis obat yang digunakan  pasien sesuai resep dokter. Pemakaian/ dosis obat untuk pasien harus tepat atau sesuai dengan Dosis Lazim supaya efek terapi tercapai, jika pada perhitungan dosis ternyata pemakaian obatnya kurang atau lebih dari DL maka harus ditanyakan kepada dokter pembuat resep karena ada banyak hal yang mempengaruhi dosis yang diberikan pada pasien, apabila dokter berkehendak maka resep dapat diracik, sebaliknya jika dokter  menghendaki supaya pemakaiannya ditepatkan supaya efek terapi tercapai maka Apoteker/ Asisten Apoteker  harus dapat melakukan perhitungan untuk melakukan penyesuaian dosis sehingga jumlah obat akan diganti oleh dokter supaya berefek terapi optimal untu pasien.

3. Dosis toksik adalah takaran obat dalam keadaan biasa yang dapat menyebabkan keracunan pada penderita. 4. Dosis Letalis adalah takaran obat yang dalam keadaan biasa dapat menyebabkan kematian pada penderita, dosis letalis terdiri dari:

a. LD50: takaran yang menyebabkan kematian pada 50% hewan percobaan.

 b. LD100: takaran yang menyebabkan kematian pada 100% hewan percobaan.

2.5 Rumus-Rumus Untuk Menghitung Dosis Maksimum.

Berikut adalah rumus-rumus dosis yang dapat digunakan untuk menghitung dosis anak dan bayi Rumus berdasarkan umur:

1. Rumus Young, untuk anak berumur kurang dari 8 th :

umurumur 

+12 x dosis dewasa = dosis anak 

2. Rumus Dilling, untuk anak berumur lebih atau sama dengan 8 th:

umur 

(n)20x dosis dewasa

3. Rumus Fried, untuk bayi kurang dari 1 tahun:

umur dalam bulan

150x dosis dewasa = dosis bayi Rumus berdasarkan berat badan:

4. Rumus berdasarkan berat badan: Rumus Clarke

berat ( dalam kg )70 ( rata-rata dewasa dalam kg )

x dosis dewasa – dosis anak 

Dan masih ada beberapa versi rumus perhitungan dosis maksimal obat.

Dosis-dosis maksimum tidak boleh dilampaui dalam petunjuk-petunjuk yang dimaksudkan untuk pengobatan, kecuali jika ada tanda seru ( ! ) dibelakang angka dari takaran yang melebihi tersebut.

(4)

Dosis suatu obat merupakan suatu jumlah yang “cukup tidak berlebihan” untuk menghasilkan efek  terapeutik obat yang optimum pada seorang pasien tertentu.

1) Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi dosis obat yang tepat untuk seorang pasien antara lain:

a) UmuR 

 b) Berat badan

c) Jenis kelamin

d) Status patologis

e) Toleransi terhadap obat

f) Waktu penggunaan obat

g) Sifat bentuk sediaan

h) Cara penggunaan

i)

Macam-macam faktor psikologis dan fisiologis.

2.7 Dosis Rangkap atau Dosis Kombinasi Dosis Ganda = Dosis Rangkap = Dosis Kombinasi

Apabila dalam resep terdapat dua atau lebih obat yang mempunyai khasiat yang sama, dapat terjadi dua hal

Zat-zat yang berlainan itu tidak mempunyai kerja yang bersamaan, maka untuk tiap zat dihitung

sendiri

Zat-zat yang berlainan mempunyai kerja yang bersamaan, maka dalam hal ini dimiliki dosis yang

 berganda

Apabila dalam resep terdapat dua atau lebih obat yang mempunyai khasiat yang sama maka dosis-dosis yang ada dihitung sebagai berikutnya. Zat-zat yang mempunyai bentuk kimia yang bersamaan, biasanya mempunyai kerja searah.

Kerugian Kombinasi Obat

a) Pengobatan berlebihan

 b) Biaya pengobatan jadi lebih mahal.

c)

Efek samping obat meningkat

d) Penggunaan obat menjadi kurang efektif 

5. Dapat terjadi interaksi obat, potensiasi, antagonisme. Keuntungan Kombinasi Obat

1. Meningkatkan efektifitas obat karena efek sinergisme 2. Dalam keadaan tertentu, mengurangi terjadinya resistensi.

3. Mempermudah pemberian obat sehingga menjadi praktis, tidak terlalu sering.

rumus-rumusnya

 No rumus Perhitungan

1  berdasarkan berat  badan

2

 berdasarkanbody surface area / luas  permukaan tubuh

(5)

3 dosis clark   berdasarkan berat  badan 4 rumus  berdasarkan BSA 5 rumus young anak(anak 1-8thn) 6 rumus cowling anak(anak 8-12 thn) 7 rumus bastedo 8 rumus dilling(anak > 8 thn)

9 rumus fried untuk 

 bayi **

“Akibat kalau kita minum obat itu ada dua, positif dan negatif. Nah, efek samping obat itu yang

negatif. Contohnya alergi. Ya bahaya lah, apalagi kalau efek sampingnya seperti membuat detak 

 jantung lebih cepat.” (Arie Undaya, Pegawai Swasta)

2.8 Efek samping

“Maksudnya yang suka ada di kemasan obat itu? Efek samping itu pokoknya selain ikut mengobati,

obat juga menimbulkan efek lainnya. Contohnya mual,mulut kering. Kalau nggak bahaya sih nggak 

apa-apa. “ (Gine, Pegawai Lembaga Administrasi Negara)

“Efek yang ditimbulkan setelah pemakaian obat, baik langsung atau nggak langsung. Contohnya

ngantuk, mual. Bahaya nggaknya tergantung dosisnya.” (Andri, Mahasiswa Magister Teknik Material

ITB)

“Efek samping obat itu misalnya badan jadi panas. Bahaya, bisa ketergantungan. Obat juga kan

makhluk asing yang dimasukkin ke tubuh.” (Faisal, Pengajar Primagama)

“Efek samping obat itu ketergantungan, ngantuk. Bahaya? Nggak juga. Kalau efek sampingnya tidur,

nggak bahaya soalnya biar tidur. Kalo yang ketergantungan ga terlalu bahaya sih tapi ntar keseringan

minum obat jadi banyak bahan kimia di tubuhnya.” (Devy, Mahasiswi Matematika UNPAD)

“Efek samping obat itu misalnya mengantuk 

, jantung berdebar, mulut kering.

Menurut aku nggak 

 bahaya selagi pas waktu minum obat itu nggak lagi kerja atau sesuai dengan dosis yang dianjurkan.”

(Cahya, Teknisi Bengkel Mobil)

“Efek samping obat itu

ngantuk.

Bahaya? Tergantung kondisinya, nggak bahaya kalo orang sakit trus

istirahat. Yang bahaya kalo makan obat, trus ngantuk trus lagi nyetir gitu.” (Hafni, ODP Bank Mandiri)

“Setiap

efek yang tidak dikehendaki yang dapat merugikan

 pasien yang meminum obat tersebut.

Misalnya,

mual, muntah, pusing

. Nggak semuanya bahaya sih, misalnya kalo obat tersebut efek 

sampingnya menyebabkan kantuk, balik lagi ke kitanya yang minum obat, berarti jangan minum obat

dalam berkendaraan atau sedang beraktivitas karena akan mengganggu aktivitas kita.” (Deri, Staf Biro

Perencanaan ITB)

(6)

“Efek samping obat itu

ngantuk 

. Bahaya, karena kalo misalnya lagi bawa motor ngantuk kan bisa

 bahaya.” (Teguh, Mahasiswa Teknik Mesin ITB)

Ngantuk 

. Tergantung, ngantuk kan biar bisa bikin istirahat. Tapi kalo mau pergi-pergi pake

kendaraan kalo ngantuk ya bisa bahaya.” (Eni, Pembantu Rumah Tangga)

3.1 PEMBERIAN OBAT PER ORAL

Pemberian obat per oral adalah memberikan obat yang dimasukkan melalui mulut. Pemberian obat per  rala adalah cara yang paling banyak diapakaia karena ini merupakan cara yang paling mujrah, aman dan nyaman  bagi pasien. Pengertian lain mengenai pemberian obat per oral adalah rute pemberian yang paling umum dan  paling banyak dipakai, karena ekonomis, paling nyaman dan aman. Obat dapat juga diabsorpsi melalui rongga mulut (sublingual atau bukal) seperti tablet ISDN. Berbagai bentuk obat dapat diberikan secara oral baik dalam  bentuk tablet, sirup, kapsul atau serbuk. Untuk membantu absorpsi, maka pemberian obat per oral dapat disertai

dengan pemberian setengah gelas air atau cairan yang lainnya.

Kelemahan dari cara pemberian obat per oral adalah aktivitasnyha yang lambat sehingga cara ini tidak  dapat dipakai pada keadaan gawat. Obat yang diberikan per oral ini biasanya membutuhkan waktu 30 sampai 45 menit sebelum diabsorpsi dan efek puncaknya dicapai setelah 1 sampai dengan 1.5 jam. Ras d an bau obat yang tidak enak sering mengganggu pasien. Cara per oral tidak dapat dipakai pada pasien yang mengalami pengisapan cairan lambung serta pada pasien yang mempunyai gangguan menela.

Disamping itu ada beberapa jenis obat dapat mengganggu dan mengiritasi lambung dan dapat menyebabkan muntah (misalnya garam besi dan salisilat). Untuk mencegah masalah ini maka disiapkan bentuk-bentuk lain seperti bentuk kapsul atau tablet. Bentuk demikian akan tetap utuh di dalam lambung, tetapi setelah di dalam usus akan hancur dalam suasana netral atau basa.

Kalau obat dikemas dalam bentuk sirup, maka pemberian harus dilakukan dengan cara yang paling nyaman, khususnya untuk obat-obat yang rasanya pahit atau tidak enak. Pasien dapat diberikan minuman yang dingin sebelum sirup tersebut. Sesudah minum sirup pasien dapat diberi minum, pencuci mulut atau kembang gula.

.

3.2 PERSIAPAN PEMBERIAN OBAT PER ORAL

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain:

1. Kartu pesanan obat harus diperiksa secara hati-hati tentang pesanan obatnya, sebelum mengambil atau mengeluarkan obat, maka perawat harus mencocokkan kartu pesanan obat dengan label pada botol kemasan obat.

Setiap label harus dibaca tiga kali untuk meyakinkan obat yang diberikan yaitu: a. Pada saat botol obat diambil dari lemari obat

 b. Pada saat mencocokkan dengan kartu pesanan obat. c. Pada saat dikembalikan.

2. Apabila obatnya dalam bentuk cairan, maka pada waktu menuang obatnya ketempat takaran lainnya, maka label obatnya harus jauh dari tetes obatnya pada mulut botolnya, skala (garis) tekanan harus sejajar dengan mata  pada permukaan yang datar. Sebelum mengembalikan obatnya ke lemari, maka perawat harus menguap atau

membersihkan mulut bibir botol, sehingga obat tidak melengket atau merusak label.

3. Sediaan obat berupa tablet atau kapsul dikeluarkan dari botolnya pada tutupnya dan selanjutnya dituangkan kedalam mangkok obat yang dialasi dengan kertas permanen uuntuk memberikan kepada pasien. Ingat tablet dan kapsul tidak boleh dipegang.

(7)

Untuk memudahkan dalam pemberian

1. Proses reabsorbsi lebih lambat sehingga bila timbul efek samping dari obat tersebut dapat segera

diatasi

2. Menghindari pemberian obat yang menyebabkan nyeri

3. Menghindari pemberian obat yang menyebabkan kerusakan kulit dan jaringan

CARA PEMBERIAN OBAT PER ORAL PERSIAPAN ALAT

1. Baki berisi obat

2. Kartu atau buku berisi rencana pengobatan

3. Pemotong obat (bila diperlukan)

4. Martil dan lumpang penggerus (bila diperlukan)

5. Glas pengukur (bila diperlukan)

6. Glas dan air minum

7. Sedotan

8. Sndok 

9. Ppet.

PROSEDUR KERJA

1. Siapkan peralatan dan cuci tangan

2. Kaji kemampuan klien untuk dapat minum obat per oral (menelan, mual, muntah, adanya program

tahan makan atau minum, akan dilakukan pengisapan lambung dll)

3. Periksa kembali perintah pengobatan (nama klien, nama dan dosis obat, waktu dan cara pemberian)

 periksa tanggal kedaluarsa obat, bila ada kerugian pada perintah pengobatan laporkan pada

 perawat/bidan yang berwenang atau dokter yang meminta.

4. Ambil obat sesuai yang diperlukan (baca perintah pengobatan dan ambil obat yang diperlukan yang

mana obat di ambil dilemari, rak atau lemari es)

5.

Siapkan obat-obatan yang akan diberikan. Siapkan jumlah obat yang sesuai dengan dosis yang

diperlukan tanpa mengkontaminasi obat (gunakan tehnik aseptik untuk menjaga kebersihan obat). Ingat

untuk jangan menyentuh obat dan cocokkan dengan order pengobatan.

a. Tablet atau kapsul

1) Tuangkan tablet atau kapsul ke dalam mangkuk disposibel tanpa menyentuh obat.

2) Gunakan alat pemotong tablet bila diperlukan untuk membagi obat sesuai dengan dosis yang diperlukan. 3) Jika klien mengalami kesulitan menelan, gerus obat menjadi bubuk dengan menggunakan martil dan lumpang penggerus, kemudian campurkan dengan menggunakan air. Cek dengan bagian farmasi sebelum menggerus obat, karena beberapa obat tidak boleh digerus sebab dapat mempengaruhi daya kerjanya.

b. Obat dalam bentuk cair 

1) Kocok /putar obat/dibolak balik agar bercampur dengan rata sebelum dituangkan, buang obat yang telah  berubah warna atau menjadi lebih keruh.

2) Buka penutup botol dan letakkan menghadap keatas. Untuk menghindari kontaminasi pada tutup botol bagian dalam.

(8)

3) Pegang botol obat sehingga sisa labelnya berada pada telapak tangan, dan tuangkan obat kearah menjauhi label. Mencegah obat menjadi rusak akibat tumpahan cairan obat, sehingga label tidak bisa dibaca dengan tepat. 4) Tuang obat sejumlah yang diperlukan ke dalam mangkuk obat berskala.

5) Sebelum menutup botol tutup usap bagian tutup botol dengan menggunakan kertas tissue. Mencegah tutup  botol sulit dibuka kembali akibat cairan obat yang mengering pada tutup botol.

6) Bila jumlah obat yang diberikan hanya sedikit, kurang dari 5 ml maka gunakan spuit steril untuk  mengambilnya dari botol.

7) Berikan obat pada waktu dan cara yang benar.

Identifikasi klien dengan tepat.

Menjelaskan mengenai tujuan dan daya kerja obat dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh klien. Φ

Atur pada posisi duduk, jika tidak memungkinkan berikan posisi lateral. Posisi ini membantu mempermudah untuk menelan dan mencegah aspirasi.Φ

Beri klien air yang cukup untuk menelan obat, bila sulit menelan anjurkan klien meletakkan obat di lidah bagian  belakang, kemudian anjurkan minum. Posisi ini membantu untuk menelan dan mencegah aspirasi.Φ

Catat obat yang telah diberikan meliputi nama dan dosis obat, setiap keluhan, dan tanda tangan pelaksana. Jika obat tidak dapat masuk atau dimuntahkan, catat secara jelas alasannya.Φ

Kembalikan peralatan yang dipakai dengan tepat dan benar, buang alat-alat disposibel kemudian cuci tangan. Φ

Lakukan evaluasi mengenai efek obat pada klien.Φ

Teknik Pengobatan Secara Parenteral

Lima bulan yang lalu, tepatnya bulan Juli 2007 artikel suplemen mengangkat sebuah artikel mengenai teknik   pengobatan via air minum atau pengobatan oral. Kesempatan kali ini kami akan menyampaikan tentang teknik   pengobatan parenteral yaitu pemberian obat melalui injeksi atau suntikan. Di dunia perunggasan teknik injeksi

lebih familiar dipakai untuk pemberian vaksin, terutama vaksin inaktif, sedangkan untuk pengobatan masih relatif   jarang dilakukan. Kebanyakan peternak lebih memilih memberikan obat melalui air minum.

Obat injeksi diartikan sebagai sediaan steril bebas pirogen (senyawa organik yang menimbulkan demam yang  berasal dari kontaminasi mikrobia). Berdasar pada definisi tersebut, maka syarat obat suntik adalah steril. Jika tidak steril maka bisa dipastikan bukan efek ampuh dari obat yang kita peroleh, melainkan penyakit ayam menjadi semakin parah. Kondisi steril tentu saja tidak hanya pada sediaan obat yang kita gunakan tetapi alat suntik yang kita gunakan juga harus dalam kondisi steril.

Sediaan obat injeksi dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu larutan, suspensi dan emulsi. Bentuk sediaan obat injeksi  berupa larutan yang relatif encer akan lebih cepat diabsorpsi (diserap) dalam tubuh dan menghasilkan efek terapi

yang lebih cepat dibandingkan bentuk suspensi dan emulsi.

Teknik parenteral mungkin jarang digunakan, namun pada kondisi tertentu teknik pengobatan ini sangat diperlukan. Pada umumnya teknik ini dilakukan guna memperoleh kerja obat yang cepat, misalnya saat kondisi ayam parah dimana nafsu makan dan minum turun. Selain itu bisa disebabkan sifat zak aktif dari obat yang bisa rusak atau tidak efektif jika diberikan via oral (air m inum, ransum).

3.3

Jenis Teknik Pengobatan Parenteral

Dalam dunia kedokteran, obat dapat disuntikkan ke dalam hampir seluruh organ atau bagian tubuh, termasuk  sendi, ruang cairan sendi, tulang punggung bahkan dalam kondisi gawat dapat disuntikkan dalam jantung. Lain halnya dalam dunia perunggasan, teknik injeksi yang biasanya diaplikasikan adalah suntikan intramuskuler dan subkutan.

(9)

Suntikan intramuskuler 

Injeksi intramuskuler dilakukan dengan memasukkan obat ke dalam otot (daging). Obat tersebut selanjutnya akan terabsorpsi ke pembuluh darah yang terdapat pada otot. Tempat penyuntikkan sebaiknya sejauh mungkin dari syaraf-syaraf utama atau pembuluh darah utama. Selain itu, hendaknya dipilih otot dengan suplai pembuluh darah dan kontraksi (pergerakan) otot yang banyak. Pada ayam, lokasi penyuntikan intramuskuler biasanya dilakukan pada otot dada ( pectoral ) atau otot paha ( femur ).

Aplikasi ini harus dilakukan dengan hati-hati dengan memperhatikan titik tempat jarum ditusukkan dan di mana obat ditempatkan. Jika terjadi kesalahan maka bisa mengakibatkan terjadinya paralisis akibat rusaknya syaraf, abses, kista, emboli, hematom maupun terkelupasnya kulit. Produk yang diberikan secara intramuskuler  antara lainGentamin, Vet Strep atau Injeksi Vitamin B Kompleks.

Suntikan intramuskuler di bagian dada dan paha. Perhatikan kemiringan jarum suntik, sebaiknya ± 30o.

Suntikan subkutan

Sedikit berbeda dengan suntikan intramuskuler, lokasi penyuntikan subkutan berada di bawah permukaan kulit (di antara daging/otot dengan kulit) dan untuk ayam biasanya dipilih lokasi penyuntikan di leher bagian  belakang sebelah bawah. Kulit leher ayam dicubit sehingga lebih memudahkan dalam penyuntikan. Apabila di

sekitar leher ayam basah, itu menandakan bahwa obat yang disuntikkan tidak masuk sempurna ke bawah kulit.

Suntikan subkutan di leher bagian bawah. Hati-hati dengan syaraf yang terdapat di leher 

Obat yang diaplikasikan dengan suntikan subkutan adalah obat yang tidak mengiritasi jaringan kulit. Setelah obat disuntikkan ke bawah kulit, obat akan berdifusi di cairan antar sel kulit, kemudian terabsorpsi ke pembuluh darah. Efek pengobatan dengan teknik ini relatif lebih lambat (efek depo atau  sustained effect ) jika dibandingkan dengan suntikan intramuskuler.

Volume obat yang disuntikan dengan teknik ini relatif lebih kecil daripada jumlah obat yang diberikan secara intramuskuler. Obat-obat yang bisa mengiritasi sebaiknya tidak diberikan dengan suntikan subkutan karena dapat memicu timbulnya rasa sakit, lecet atau abses dan rasa nyeri. Saat melakukan pemberian obat dengan teknik suntikan subkutan di daerah leher harus dilakukan secara hati-hati karena pada bagian ini

 juga terdapat syaraf dan jika terkena dapat menyebabkan ayam tortikolis bahkan Kelemahan dan Kelebihan Parenteral

Aplikasi pengobatan parenteral tentu saja mempunyai beberapa kelemahan, diantaranya :

Memerlukan ketrampilan khusus

Tidak setiap orang atau personal kandang mampu mengaplikasikan teknik pengobatan ini. Hal ini disebabkan teknik ini membutuhkan ketrampilan khusus, diantaranya mengetahui anatomi tubuh ayam maupun teknik penyuntikan yang baik.

Penyuntikan di paha bagian luar harus dilakukan secara hati-hati, karena di paha bagian dalam terdapat syaraf ischiadicus

Memerlukan waktu yang lebih lama

Teknik pengobatan ini bersifat individual atau dilakukan 1 x untuk masing-masing ayam. Hal ini tentu membutuhkan waktu maupun tenaga yang lebih banyak.

Pengaruh stres lebih besar 

Tentu kita telah mengetahui dan telah merasakan sendiri bahwa pengobatan dengan suntikan akan terasa lebih sakit dibandingkan teknik pengobatan lainnya. Bagi ayam keadaan ini tentu saja akan menimbulkan efek 

(10)

stres yang lebih parah.

Meskipun terdapat beberapa kekurangan, namun teknik pengobatan ini tetap baik untuk diaplikasikan kepada ternak (red . ayam), diantaranya :

Dosis tepat

Dosis obat yang diterima atau masuk ke dalam tubuh dengan teknik pemberian secara suntikan, baik  subkutan maupun intramuskuler menjadi lebih tepat. Hal tersebut tentu saja akan berpengaruh pada efektifitas  pengobatan.

Efek pengobatan lebih cepat

Setelah disuntikkan, obat langsung terserap dalam tubuh (aliran darah) sehingga langsung bekerja membasmi bibit penyakit.

Selektif 

Pengobatan dengan teknik injeksi hanya dilakukan untuk ternak yang sakit sehingga dari segi biaya akan menjadi lebih efisien.

Stabilitas obat lebih terjaga

Obat yang diberikan secara injeksi akan relatif lebih stabil, dimana pengaruh dari faktor luar, seperti sinar  (matahari, lampu), kualitas air maupun ransum tidak ada. Selain itu, obat langsung masuk dalam darah sehingga  pengaruh enzim di saluran pencernaan (lambung, usus) bisa di minimalkan. Hal ini tentu saja akan berpengaruh  pada daya kerja obat.

Spesial untuk penyakit yang parah

Teknik pengobatan ini sangat cocok diaplikasikan untuk ayam yang telah terinfeksi bibit penyakit yang relatif parah yang mengakibatkan nafsu makan dan minum menurun drastis.

3.4 Faktor-Faktor Pendukung Keberhasilan Pengobatan secara Parenteral

Agar pemberian obat dapat mencapai efek yang optimal, yaitu obat mampu bekerja optimal membasmi bibit  penyakit ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan yaitu :

Jaga sterilitas obat maupun peralatan

Obat injeksi yang diproduksi oleh pabrik telah melalui uji sterilitas oleh bagian quality control (QC) sehingga sterilitas obat telah terjamin. Namun saat pemberian, obat injeksi yang telah dibuka harus segera diberikan dan habis selama 24 jam. Selain itu, alat suntik (Alat Suntik Socorex) juga harus disterilkan terlebih dahulu (dimasak dalam air mendidih selama 30 menit) dan ganti jarum setiap 200-300 suntikan agar tetap tajam dan steril.

Hati-hati saat menyuntik 

Pelaksanaan penyuntikan harus hati-hati untuk menghindari kesalahan

 penyuntikan yang berakibat obat tidak bisa diserap secara optimal sehingga dosis yang diterima kurang sesuai. Selain itu, kesalahan penyuntikan juga bisa menyebabkan timbulnya peradangan di sekitar tempat  penyuntikan, cacat maupun kematian.

Pastikan obat tidak keluar lagi

Setelah penyuntikan, perhatikan bekas lokasi penyuntikan. Pastikan apakah terdapat obat yang keluar. Hasil penyuntikan yang baik ditandai dengan tidak keluarnya obat dan biasanya terdapat benjolan kecil dalam otot.

3.5 Pemberian Obat Melalui Vagina

(11)

Vagina adalah saluran yang dindingnya dilapisi oleh membran mukosa dan membentang dari serviks uteri hingga valua dinding vagina normalnya berwarna merah mudah dan bebas dari rabas dan lesi. Vagina harus terasa hangat dan lembab dengan dinding yang lembut. Terkadang vagina yang terasa tegang dapat berkaitan dengan rasa takut atau jaringan parut. Wanita yang menderita infeksi jamur, memiliki rabas yang kental, putih,  berbau aneh dan seperti dadik. Pemberian obat melalui vagina adalah pemberian obat yang dilakukan dengan

memasukkan obat melalui vagina. Obat yang dimasukkan pada umumnya bekerja secara lokal. Obat ini tersedia dalam bentuk krim, tablet yang dapat larut dengan perlahan ataupun dapat juga dalam bentuk salep dan supositoria. Pada pemberian obat secara vaginal, pasien harus minimal selama 1 jam tidur terlentang untuk  menghindari obat itu mengalir keluar. Contoh pemberian obat pada penanganan pasien seperti adanya benda asing di dalam vagina dan pemberian prostaglandin untuk induksi persalinan.

2. TUJUAN

a) Untuk mendapatkan efek terapi obat

 b) Mengobati saluran vagina atau serviks, seperti :

Mengurangi peradangan

Mengobati infeksi pada vagina

Menghilangkan nyeri, rasa terbakar, dan ketidaknyamanan

3.INDIKASI

Pembatasan mobilitas

Adanya dehidrasi infeksi atau obstruksi persalinan

Pengaruh suhu tubuh terhadap distribusi dan absorbsi obat.

Penggunaan alat kontrasepsi

4.KONTRAINDIKTOR 

Perawat tidak boleh melakukan pemeriksaan vagina pada keadaan :

a) Menstruasi

 b) Khusus pada pasien spartus antara lain

Perdarahan

Plasenta previa

Ketuban pecah dini

Persalinan praterm

5.KELEBIHAN

Obat cepat bereaksi

Efek yang ditimbulkan bersifat lokal

6.KERUGIAN

Dapat membangkitkan rasa malu

Kesulitan dalam melakukan prosedur terhadap wanita lansia

Setiap rabas yang keluar memungkinkan berbau busuk 

7.ALAT / BAHAN:

A. Obat dalam tempatnya

B. Sarung tangan

(12)

C. Kain kasa

D. Kertas tisu

E. Kapas suplimat dalam tempatnya

F. Pengalas

G. Korentang dalam tempatnya

H. Bantalan perineum (bila perlu)

8. PROSEDUR KERJA

A. Cuci tangan

B. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

C. Gunakan sarung tangan

D. Siapkan suplai

E. Periksa identifikasi klien dan menanyakan nama klien

F. Infeksi kondisi genetalia eksterna dan saluran vagina

G. Kaji kemampuan klien menggunakan aplikator atau supositoria dan mengambil posisi saat obat

dimasukkan

H. Alur suplai di sisi tempat tidur 

I. Tutup gorden atau pintu kamar 

J.

Bantu klien berbaring dalam posisi dorsal recumben

K. Jaga abdomen dan ekstremitas bawah tetap tertutup

L. Pastikan orifisium vagina disinari dengan baik oleh lampu kamar/lampu leher angsa (gcoseneck)

M. Masukkan supositoria dengan tangan terbungkus sarung tangan (lihat gambar)

 N. Beri krim/sabun sesuai dengan petunjuk pada kemasan obat (lihat gambar)

O. Lepas sarung tangan dengan menarik bagian dalam sarung tangan keluar dan buang ke dalam

wadah yang tepat, cuci tangan

P. Instruksikan klien untuk tetap berbaring terlentang selama sekurang-kurangnya 10 menit

Q. Apabila aplkator digunakan, cuci dengan sabun dan air hangat, bilas dan simpan untuk penggunaan

selanjutnya

R. Tawarkan klien pembalut perineum ketika ia mulai bergerak 

S. Inspeksi kondisi saluran vagina dan genetalia eksterna di antara pemberian obat

T. Catat nama obat, dosis, cara pemberian dan waktu pemberian obat pada catatan obat.

9. HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN

a) Pemberian bentuk, rute dosis waktu yang tepat

 b) Simpankanlah obat supostoria padat pada tempatnya

c) Minimalkan rasa malu klien

d) Kurangi dan cegah penularan infeksi

e) Jaga kenyamanan klien

f) Pertahankan hygiene perineum

g) Jaga privasi kerja

h) Hindarkan tindakan yang dapat menyebabkan pasien merasa sakit

i)

Perhatikan teknik septik dan aseptik 

 j)

Pemberian obat harus dalam posisi rekumben

(13)

3.6

Pemberian Obat Anus/Rektum

Merupakan cara memberikan obat dengan memasukkan obat melalui anus atau rektum, dengan tujuan memberikan efek lokal dan sistemik. Tindakan pengobatan ini disebut pemberian obat suppositoria yang  bertujuan untuk mendapatkan efek terapi obat, menjadikan lunak pada daerah feses dan merangsang buang air   besar.

Contoh pemberian obat yang memiliki efek lokal seperti obat dulcolac supositoria yang berfungsi secara lokal untuk meningkatkan defekasi dan contoh efek sistemik pada obat aminofilin suppositoria dengan berfungsi mendilatasi bronkus. Pemberian obat supositoria ini diberikan tepat pada dnding rektal yang melewati sfingter  ani interna. Kontra indikasi pada pasien yang mengalami pembedahan rektal.

Alat dan Bahan:

1. Obat suppositoria dalam tempatnya

2.

Sarung tangan.

3.

Kain kasa.

4.

Vaselin/pelicin/pelumas.

5. Kertas tisu.

Prosedur Kerja:

1. Cuci tangan.

2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.

3. Gunakan sarung tangan.

4.

Buka pembungkus obat dan pegang dengan kain kasa.

5. Oleskan ujung pada obat suppositoria dengan pelicin.

6. Regangkan glutea dengan tangan kiri, kemudian masukkan suppositoria dengan perlahan melalui

anus, sfingter anal interna dan mengenai dinding rektal kurang lebih 10 cm pada orang dewasa, 5 cm

 pada bayi atau anak.

7. Setelah selesai tarik jari tangan dan bersihkan da erah sekitar anal dengan tisu.

8. Anjurkan pasien untuk tetap berbaring telentang atau miring selama kurang lebih 5 menit.

9. Setelah selesai lepaskan sarung tangan ke dalam bengkok.

10. Cuci tangan.

11. Catat obat, jumlah dosis, dan cara pemberian.

3.7 Penyakit yang biasa terjadi pada rectum

Proktitis (radang lapisan rektum) DEFINISI Proktitis adalah peradangan pada lapisan rektum

(mukosa

rektum

). Pada

proktitis ulserativa, ulkus

(luka) muncul pada lapisan rektum yang meradang. Hal ini bisa mengenai rektum bagian bawah selebar 2,5-10 cm. Beberapa kasus sudah memberikan respon terhadap  pengobatan; yang lainnya menetap atau kambuh dan membutuhkan pengobatan jangka panjang. Beberapa kasus

akhirnya berkembang menjadi

kolitis ulserativa

.

PENYEBAB

Proktitis memiliki beberapa penyebab :

1. Penyakit Crohn atau kolitis ulserativa

2.

Penyakit menular seksual (gonore, sifilis, infeksi Chlamydia trachomatis, herpessimpleks, infeksi

sitomegalovirus), terutama pada laki-laki homoseksual.

3.

Bakteri spesifik seperti Salmonella

4.

Penggunaan antibiotik tertentu yang merusak bakteri usus normal dan memungkinkan bakteri

lainnya tumbuh

(14)

5.

Terapi penyinaran pada rektum atau di sekitar rektum.

Orang-orang dengan gangguan sistem kekebalan memiliki resiko tinggi terhadap terjadinya proktitis, terutama  pada infeksi yang disebabkan oleh virus herpes simpleks atau sitomegalovirus.

GEJALA

Proktitis terutama menyebabkan perdarahan yang tidak nyeri atau pengeluaran lendir dari rektum.

Jika penyebabnya gonore, herpes simpleks atau sitomegalovirus, anus dan rektum akan terasa sangat

nyeri.

DIAGNOSA

Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan dengan proktoskop atau sigmoidoskop dan hasil

 pemeriksaan dari contoh jaringan lapisan rektum.

Pemeriksaan laboratorium bisa menemukan jenis kuman, jamur atau virus yang menjadi penyebabnya.

Daerah lain dari usus juga bisa diperiksa dengan menggunakan kolonoskop atau barium enema.

PENGOBATAN

Antibiotik merupakan pengobatan terbaik untuk proktitis yang disebabkan oleh infeksi kuman

spesifik.Jika proktitis disebabkan karena penggunaan antibiotik yang merusak flora normal usus, bisa

digunakan metronidazole atau vancomycinuntuk menghancurkan kuman yang merugikan. Bila

 penyebabnya adalah terapi penyinaran atau tidak diketahui, bisa diberikan kortikosteroid

(misalnyahydrocortisone dan mesalamine). Keduanya dapat diberikan sebagaienema (cairan yang

dimasukkan ke dalam usus/usus besar) atau sebagai suppositoria (obat yang dimasukkan melalui

dubur). Kortison diberikan dalam bentuk busa yang dimasukan dengan bantuan alat

khusus.Sulfasalazine atau obat serupa bisa diberikan per-oral (melalui mulut) dalam waktu bersamaan

4.1 Pemberian Obat Pada Mata

Pemberian obat pada mata dengan obat tetes mata atau salep mata digunakan untuk persiapan  pemeriksaan struktur internal mata dengan mendilatasi pupil pengukuran refksi lensa dengan melemahkan otot

lensa, serta penghilangan iritasi mata. 4.1.1 Persiapan alat dan bahan

1. Obat dalam tempatnya dengan penetes steril atau berupa salep.

2.

Pipet.

3.

Pinset anatomi dalam tempatnya.

4.

Korentang dalam tempatnya.

5.

Plestier.

6.

Kain kasa.

7. Kertas tisu.

8.

Balutan

9.

Sarung tangan.

10. Air hangat/kapas pelembab.

ENAM PRINSIP BENAR DALAM PEMBERIAN OBAT :

1. Benar nama pasien

2.

Benar nama obat

3. Benar dosis obat

4.

Benar rute pemberian

5.

Benar waktu pemberian.

6.

Benar dokumentasi

(15)

4.1.4

Persiapan Pasien

1. Beritahukan dan tunjukan pada klien atau keluaranya cara pemberian tetes mata dan salep mata

yang benar.

2. Beritahukan

klien

untuk

melaporkan

perubahan

penglihatan,kabur,atau

hilangnya

 penglihatan,kesukaran bernafas,atau kulit kemerahan

3. Beritahukan klien untuk tidak menyimpan obat pada tempat yang dapat menahan cahaya dan jauh

dari panas.

4. Beritahukan klien untuk tidak menghentikan pemakaian obat secara mendadak tanpa terlebih

dahulu mendapat persetujuan dokter yang meresepkan obat atersebut.

5. Beritahukan klien akan perlunya pemeriksaan medis secara terus – menerus.

6.  Nasihati klien untuk tidak mengendarai kendaraan atau mengoperasikan mesin yang berbahaya

apabila pandangan terganggu.

Langkah –langkah pemberian obat / prosedur kerja apabila obat berbentuk tetes obat

1. Cuci tangan

2.

Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.

3. Atur posisi pasien dengan kepala menengadah dengan posisi perawat di samping kanan.

4. Gunakan sarung tangan.

5. Bersihkan daerah kelopak dan bulu mata dengan kapas lembab dari sudut matake arah hidung,

apabila sangat kotor basuh dengan air hangat.

6. Buka mata dengan menekan perlahan-lahan bagian bawah dengan ibu jari, jari telunjuk di

atas

tulang orbital

7. Teteskan obatmata di atas sakus konjungtiva.

8. Teteskan sebanyak yang diresepkan ke tengah – tengah Sakus.penetesan langsung pada kornea

dapat menimbulkan rasa tidak enak atau kerusakan.Usahakan supaya penetes tidak menyentuh lipatan

mata atau bulu mata.

9. Dengan lembut tekan duktus lakrimalis dengan bola kapas atau tissue steril 1-2 menit setelah

 penetesan untuk mencegah absorpsi sistemik melalui kanalis lakrimalis.

10. Klien harus menjaga agar mata tetap tertutup selama 1-2 menit selama penetesan untuk 

meningkatkan absorpsi.

` Langkah –langkah pemberian obat / prosedur kerja apabila obat berbentuk salep.

a) Cuci tangan.

 b) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.

c)

Atur posisi pasien dengan kepala menengadah dengan posisi perawat di samping kanan.

d) Gunakan sarung tangan.

e)

Bersihkan daerah kelopak dan bulu mata dengan kapas lembab dari sudut mata ke Buka mataarah

hidung, apabila sangat kotor basuh dengan air hangat.

f) dengan menekan perlahan-lahan bagian bawah dengan ibu jari, jari telunjuk di atas tulang orbita.

g) Teteskan obatmata di atas sakus konjungtiva.

h) Apabila obatmata jenis salep pegang aplikator salep di atas pinggir kelopakmatakemudian pencet

tube sehingga obat keluar dan berikan obatpada kelopakmata bawah. (kira – kira ¼ inci kecuali ada

 petunjuk lainnya) pada sakus konjungtiva. Penetesan langsung pada kornea dapat menimbulkan rasa

tidak enak atau kerusakan Setelah selesai, anjurkan pasienuntuk melihat ke bawah, secara

(16)

 bergantian dan berikan obatpada kelopak mata bagian

atasdan biarkan pasienuntuk 

memejamkan matadan menggerakkankelopakmata selama 2 – 3 menit.

i)

Tutupmata dengan kasa bila perlu.

 j)

Beritahu klien bahwa penglihatannya akan kabur sebentar.

k) Berikan pada waktu tidur,jika memungkinkan

l)

Cuci tangan.

m) Catat obat, jumlah, waktu, dan tempatpemberian.

Mekanisme Kerja Obat Pada Mata

Cara memberikanobatpadamatadengan tetes mata atau salep mataobat tetes matadigunakan

untuk persiapan pemeriksaan struktur internal matadengan cara mendilatasi pupil, untuk pengukuran

refraksi lensa dengan cara melemahkan otot lensa, kemudian juga dapat digunakan untuk 

menghilangkan iritasi mata.

Bentuk Obat mata

Bentuk Obat – obat mata adalah Guttae (Obat Tetes) dan ObatSalep mata .

Evaluasi : efek samping

Evaluasi Tindakan : Efek Samping Obat Tetes Dan Salep untuk mata adalah :

a) Penglihatan Kabur 

 b)  Nyeri Pada Mata

c) Iritasi atau Infeksi Mata

d) Sakit Kepala

e) Alergi Kontak 

KESIMPULAN

Obat merupakan sebuah substansi yang diberikan kepada manusia atau

 binatang sebagai perawatan atau pengobatan atau bisa disebut juga pencegahan

adanya penyakit yang ada didalam tubuh manusia. Obat ini sendiri mempunyai

 pelaksanaan atau tanggung jawab keamanan obat dan pemberian langsung kepada

 pasien dengan cara 5B.

DAFTAR PUSTAKA

alfaro,R (1998),application of nursing process A step by step guide, J.B. lippincot

 philadelphia.

Anne Griffin perry dan patricia A potter,(1997), clinical nursing skills techniques 4 thn

edition, mosby year book inc.

Hidayat, AAA dan Uliyah, M. (2006), Keterampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan,

Jakarta, Salemba Medika.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan mengetahui pola pengobatan pada terapi tuberkulosis berdasarkan tepat diagnosis, tepat indikasi, tepat pemilihan obat, tepat dosis, tepat

Penelitian ini bertujuan mengetahui pola pengobatan pada terapi tuberkulosis berdasarkan tepat diagnosis, tepat indikasi, tepat pemilihan obat, tepat dosis, tepat

Penggolongan obat Obat Perundang- undangan mekanisme aksi obat tempat atau lokasi pemakaian cara pemakaian efek yang ditimbulk an asal obat dan cara pembuata nnya bentuk

Keuntungan terapi intravena antara lain : Efek terapeutik segera dapat tercapai karena penghantaran obat ke tempat target berlangsung cepat, absorbsi total memungkinkan dosis

Pelaporan efek samping obat adalah suatu proses kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat yang merugikan atau yang tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang

d) Cara merawat klien menarik diri.. Klien dapat menyebutkan a) Manfaat minum obat b) Kerugian tidak minum obat c) Nama, warna, dosis, efek. terapi dan efek

Perawat memastikan tindakan pemberian obat harus sesuai dengan enam benar: bahwa nama pasien benar, dosis obatnya benar, benar Jenis, benar waktu, benar Cara Pemberian dan benar dalam

Jika target tekanan belum tercapai dalam waktu satu bulan pengobatan, maka dapat dilakukan peningkatan dosis obat awal atau penambahan golongan obat lain yang berasal dari terapi lini