• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENYEDIAAN DAN PENGGUNAAN OBAT. 1. Pengertian Prosedur ini mengatur penyediaan dan penggunaan obat.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENYEDIAAN DAN PENGGUNAAN OBAT. 1. Pengertian Prosedur ini mengatur penyediaan dan penggunaan obat."

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

PENYEDIAAN DAN PENGGUNAAN OBAT

SOP No. Dokumen : No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : PUSKESMAS TIBAWA Dr. Hj. Nurhijjah Pakaja NIP : 19781111 200701 2 010 1. Pengertian Prosedur ini mengatur penyediaan dan penggunaan obat.

2. Tujuan Sebagai pedoman dalam melaksanakan penyediaan dan penggunaan obat untuk pelayanan.

3. Kebijakan Sebagai pedoman dalam melaksanakan penyediaan dan penggunaan obat untuk pelayanan.

4. Prosedur

1. Penyediaan

a. Penyediaan obat dilakukan oleh petugas farmasi

b. Obat disediakan di ruang obat serta unit-unit pelayanan sesuai kebutuhan

c. Tertib administrasi dalam penyediaaan obat. 2. Penggunaan

a. Penggunaan obat dilakukan sesuai pengeluaran obat atas resep serta kebutuhan di unit pelayanan.

b. Tertib administrasi dalam penggunaan obat.

5. Unit Terkait 1. LPLPO 2. Resep

(2)

EVALUASI KETERSEDIAAN OBAT TERHADAP

FORMULARIUM

SOP No. Dokumen : No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : PUSKESMAS TIBAWA Dr. Hj. Nurhijjah Pakaja NIP : 19781111 200701 2 010 1. Pengertian 1. Evaluasi ketersediaan obat terhadap formularium adalah suatu proses

yang sistematis untuk menentukan sampai sejauh mana ketersediaan obat terhadap formularium telah tercapai.

2. Hasil Evaluasi adalah menjadi umpan balik program yang memerlukan perbaikan, kebutuhan yang belum terlayani, kemampuan dalam melakukan program, dampak program terhadap perubahan perilaku, prestasi kerja, peningkatan mutu.

3. Tindak lanjut adalah memperbaiki hal-hal yang di pandang lemah, kurang tepat, kurang relevan dengan tujuan yang ingin di capai dan mengembangkan program dengan cara menambah atau merubah beberapa hal yang di pandang dapat meningkatkan kualitas atau efektifitas program.

4. Petugas farmasi adalah Asisten Apoteker yang diberi tanggung jawab dan wewenang untuk melaksanakan pekerjaan kefarmasian.

5. Pasien adalah seorang yang mendapatkan layanan kesehatan.

6. Formularium adalah daftar obat yang digunakan oleh puskesmas yang berisi panduan terapi pasien, biasanya berisi nama obat generik dikelompokkan dalam terapi penyakit disertai dengan beberapa alternative nama generik bermerk sekitar 2-3 item. Seiring dengan perkembangannya, formularium diperbaharui setiap tahun dan ditambahkan/dikuranginya item melalui prosedur tertentu.

2. Tujuan Untuk mengetahui kesesuaian ketersediaan obat dengan kebutuhan obat.

3. Kebijakan Setiap kegiatan pengelola obat dalam melakukan evaluasi ketersediaan obat terhadap formularium di Puskesmas harus mengikuti langkah-langkah SOP. 4. Referensi Pedoman pelayanan kefarmasian di puskesmas

(3)

5. Prosedur 1. Petugas Farmasi melakukan sampling pengambilan data stock opname 6 bulan sekali.

2. Petugas Farmasi mengumpulkan data jenis obat yang tersedia dari Stock Opname selama 1 tahun terakhir.

3. Petugas farmasi mencatat jumlah jenis obat yang tersedia di puskesmas 4. Petugas Farmasi menghitung jumlah jenis obat yang tersedia di

puskesmas.

5. Petugas farmasi mengumpulkan data jenis obat di Puskesmas yang tercantum di formularium.

6. Petugas farmasi mencatat total jenis obat di Puskesmas yang tercantum di formularium.

7. Petugas Farmasi menghitung jumlah jenis obat di puskesmas yang tercantum di formularium

8. Petugas farmasi menghitung tingkat ketersediaan obat dengan membandingkan jumlah obat yang tersedia di puskesmas dengan jumlah jenis obat yang tercantum di Formularium.

9. Petugas farmasi menyampaikan hasil evaluasi ketersediaan obat terhadap formularium kepada kepala puskesmas.

10. Kepala Puskesmas menindaklanjuti hasil evaluasi ketersediaan obat terhadap formularium dengan melaporkan kepada team perencana kebutuhan Obat Terpadu Kabupatemn melalui Kepala Instalasi Farmasi Kabupaten sebagai sekretaris Team.

6. Unit Terkait 1. Team Mutu Puskesmas 2. Koordinator Pelayanan Klinis

3. Koordianator administrasi dan manajemen, 4. Koordinator upaya Puskesmas

(4)

EVALUASI KESESUAIAN PERESEPAN DENGAN

FORMULARIUM SOP No. Dokumen : No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : PUSKESMAS TIBAWA Dr. Hj. Nurhijjah Pakaja NIP : 19781111 200701 2 010 1. Pengertian  Evaluasi ketersediaan obat terhadap formularium adalah suatu proses

yang sistematis untuk menentukan sampai sejauh mana ketersediaan obat terhadap formularium telah tercapai

 Hasil Evaluasi adalah menjadi umpan balik program yang memerlukan perbaikan,kebutuhan yang belum terlayani, kemampuan dalam melakukan program, dampak program terhadap perubahan perilaku, prestasi kerja, peningkatan mutu

 Tindak lanjut adalah memperbaiki hal hal yang di pandang lemah, kurang tepat, kurang relevan dengan tujuan yang ingin di capai dan mengembangkan program dengan cara menambah atau merubah beberapa hal yang di pandang dapat meningkatkan kualitas atau efektifitas program

 Petugas farmasi adalah: asisten apoteker yang di beri tanggung jawab dan wewenang untuk melaksanakan pekerjaan kefarmasian

 Pasien adalah: seorang yang mendapatkan layanan kesehatan  Formularium adalah daftar obat yang digunakan oleh

puskesmas, yang berisi panduan terapi pasien, biasanya berisi nama obat generik dikelompokkan dalam terapi penyakit disertai dengan beberapa alternatif nama generik bermereknya sekitar 2-3 item. Seiring dengan perkembangannya, formularium diperbaharui setiap tahun dan ditambahkan /dikuranginya item melalui prosedur tertentu.

2. Tujuan Prosedur ini bertujuan untuk menerangkan sistem evaluasi kesesuaian peresepan dengan formularium,hasil evaluasi dan tindak lanjut

(5)

3. Kebijakan Setiap kegiatan pengelola obat dalam melakukan evaluasi kesesuain pereesepan dengan formularium di Puskesmas harus mengikuti langkah-langkah SOP..

4. Referensi Pedoman pelayanan kefarmasian di puskesmas

5. Prosedur A. Persiapan evaluasi kesesuaian peresepan dengan formularium, hasil evaluasi dan tindak lanjut

1. Tenaga medis menulis resep untuk pengobatan pasien yang diberikan kepada petugas farmasi untuk diberikan obat dan informasi pemakaiannya

2. Petugas farmasi melakukan pemeriksaan kesesuaian resep dengan formularium

B. Proses evaluasi kesesuaian peresepan dengan formularium, hasil evaluasi dan tindak lanjut

1. Petugas farmasi melakukan pemeriksaan kelengkapan resep dan memeriksa ketersediaan obat

2. Petugas farmasi mengevaluasi kesesuaian resep dengan formularium, hasil evaluasi dikunsultasikan dengan dokter dan mencari solusi tindak lanjut

3. Petugas farmasi memberikan hasil tindak lanjut kepada pasien

C. Tindakan perbaikan

1. Petugas farmasi mengevaluasi hasil tindak lanjut ketidaksesuaian peresepan dengan formularium.

2. Petugas farmasi melakukan pengecekan obat apabila tidak sesuai dengan formularium dikonsultasikan pada tenaga medis.

3. Petugas farmasi memberikan copi resep kepada pasien apabila tidak sesuai dengan formularium.

D. Verifikasi

1. Petugas farmasi melakukan verifikasi ke tenaga medis untuk mengatasi ketidaksesuaian peresepan dengan formularium

2. Petugas farmasi melakukan resume evaluasi kesesuaian peresepan dengan formularium, hasil evaluasi dan tindak lanjut

6. Unit Terkait  Tim mutu Puskesmas,Koordinator pelayanan klinis,

 Koordinator administrasi dan manajemen,  Koordinator upaya Puskesmas,

(6)

PENGGUNAAN OBAT YANG DIBAWA SENDIRI OLEH PASIEN

SOP No. Dokumen : No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : PUSKESMAS TIBAWA Dr. Hj. Nurhijjah Pakaja NIP : 19781111 200701 2 010 1. Pengertian 1. Penggunaan obat yang dibawa sendiri oleh pasien adalah

pengelolaan/pemakaian obat-obat yang dibawa pasien atau keluarganya yang pengadaannya tidak melalui Apotek Puskesmas.

2. Apotek Puskesmas adalah Unit kerja dipuskesmas yang melaksanakan pengelolaan farmasi.

3. Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) adalah dokter yang bertugas mengelola rangkaian asuhan medis.

4. Petugas farmasi adalah tenaga kefarmasian yang terdiri dari atas Apoteker dan tenaga teknis kefarmasian (Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi dan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker).

2. Tujuan Untuk menjamin keamanan penggunaan obat di lingkungan Puskesmas dengan mempertimbangkan efektifitas dan efisiiensi biaya pengobatan pasien.

3. Kebijakan Setiap kegiatan pengelola obat dalam melakukan evaluasi kesesuain pereesepan dengan formularium di Puskesmas harus mengikuti

(7)

langkah-langkah SOP..

4. Referensi Pedoman pelayanan kefarmasian di puskesmas

5. Prosedur 1. Pasien mendapat rekomendasi untuk rawat inap oleh DPJP yang membawa obat sendiri harus menyerahkan obat yang dibawa kepada DPJP untuk mendapatkan persetujuan penggunaan.

2. DPJP memberikan rekomendasi penggunaan obat yang dibawa pasien a. Jika setuju : DPJP membuat memo persetujuan untuk penggunaan

obat tersebut serta membuat surat untuk verifikasi identitas kepada Pengelola Apotek Puskesmas.

b. Jika tidak setuju : DPJP membuat memo untuk penyimpanan obat tersebut kepada Pengelola Apotek selama pasien dirawat.

3. Perawat menyerahkan memo beserta obat kepada pengelola Apotek. 4. Jika memo merupakan memo persetujuan penggunaan obat yang

dibawa oleh pasien, petugas farmasi (Apoteker atau Asisten Apoteker penanggung jawab) melakukan identifikasi, yaitu

a. Kemasan terdiri dari nama obat, kekuatan sediaan, bentuk sediaan, tanggal kadaluarsa dan nama pabrik.

b. Fisik obat : Bentuk, warna dan bau.

c. Jika hasil identifikasi memenuhi ketentuan yang berlaku maka obat disiapkan dan dikemas kembali sesuai dengan instruksi DPJP. d. Lakukan penyerahan obat sesuai dengan SOP penyerahan

perbekalan farmasi untuk pasien Rawat Inap.

5. Jika memo merupakan memo tidak setuju penggunaan obat yang dibawa oleh pasien maka petugas farmasi menyimpan obat tersebut pada tempat tersendiri dan dilengkapi dengan identitas pasien (nama pasien, nomor rekam medis, tanggal lahir)

6. Bila pasien sudah diperbolehkan pulang, sisa obat tersebut diberikan oleh petugas farmasi kepada perawat

7. Penyerahan kembali obat pasien yang disimpan di Apotek Puskesmas kepada pasien dilakukan saat akan pulang dari puskesmas oleh perawat. 6. Unit Terkait 1. Apotek Puskesmas

(8)

PELAPORAN EFEK SAMPING OBAT

SOP No. Dokumen : No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : PUSKESMAS TIBAWA Dr. Hj. Nurhijjah Pakaja NIP : 19781111 200701 2 010 1. Pengertian

Pelaporan efek samping obat adalah suatu proses kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat yang merugikan atau yang tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi serta dalam mengevaluasikan pengobatan sesuai formularium puskesmas.

2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah petugas untuk:

1. Menemukan efek samping obat sedini mungkin terutam yang berat, tidak dikenal, frekuensinya jarang.

2. Menentukan frekuensi dan incidental efek samping obat yang sudah dikenali, yang baru saja ditemukan.

3. Mengenal semua faktor yang mungkin dapat menimbulkan/mempengaruhi timbulnya efek samping obat atau mempengaruhi angka kejadian dan hebatnya efek samping obat. 4. Menjaga agar obat efek samping yang pernah terjadi tidak dibawa

lago oleh pasien yang bersangkutan maupun pasien lain dan tidak dimasukkan lagi dalam persediaan obat.

(9)

3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas tentang

4. Referensi Pedoman pelayanan kefarmasian di puskesmas

5. Prosedur 1. Petugas poli/UGD menerima keluhan pasien tentang ESO 2. Petugas poli/UGD menanyakan riwayat alergi sebelumnya.

3. Petugas poli/UGD meminta obat yang diminum dan mencocokkan dengan catatan terapi dalam RM dan bila ada dicocokkan dengan riwayat alergi yang tercantum dalam RM

4. Petugas poli/UGD memastikan keluhan yang dilaporkan terjadi karena efek samping obat

5. Petugas poli/UGD menentukan kemungkinan jenis obat yang menjadi penyebab alergi.

6. Bila belum tercatat petugas poli/UGD menulis di dalam RM dengan tinta merah tetntang alergi obat.

7. Petugas poli/UGD memberi informasi kepada pasien tentang jenis obat yang menyebabkan alergi untuk diingat pasien dan diinformasikan ke petugas ketika berobat.

8. Petugas poli/UGD mencatat kejadian ESO di buku laporan ESO 9. Petugas poli/UGD memberitahukan agar pasien menghentikan obat

yang menyebabkan alergi.

10. Petugas poli/UGD memberikan resep obat pengganti.

11. Mencatat identitas pasien dan efek yang terjadi pada formulir ESO. 6. Unit Terkait 1. Unit Poli

2. UGD 3. Rawat Inap 4. Poned

(10)

PERESEPAN, PEMESANAN DAN PENGELOLAAN OBAT

SOP No. Dokumen : No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : PUSKESMAS TIBAWA Dr. Hj. Nurhijjah Pakaja NIP : 19781111 200701 2 010 1. Pengertian Prosedur ini mengatur pelaksanaan peresepan, pemesanan, dan pengelolaan

obat.

2. Tujuan Sebagai pedoman dalam melaksanakan peresepan, pemesanan dan pengelolaan obat.

3. Kebijakan Peresepan, pemesanan dan pengelolaan obat dilakukan secara efektif.

(11)

5. Prosedur 1. Peresepan Obat

a. Obat diresepkan sesuai terapi atas diagnosis pasien.

b. Pemberian resep dilakukan oleh petugas farmasi atau petugas lain yang diberi kewenganangan.

2. Pemesanan obat

a. Pemesanan obat untuk kebutuhan puskesmas dilakukan oleh petugas farmasi atau gudang obat puskesmas.

b. Pemesanan obat untuk kebutuhan pelayanan dilakukan oleh petugas unit pelayanan terkait kepada petugas farmasi gudang obat puskesmas.

3. Pengelolaan Obat

a. Pengelolaan obat di gudang obat dilakukan oleh petugas farmasi meliputi perencanaan, permintaan, penyimpanan distribusi, administrasi dan pelaporan.

6. Unit Terkait 1. LPLPO 2. Kartu Stock 3. Resep

PENGAWASAN DAN

PENGENDALIAN PENGGUNAAN PSIKOTROPIKA DAN NARKOTIKA

SOP No. Dokumen : No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : PUSKESMAS TIBAWA Dr. Hj. Nurhijjah Pakaja NIP : 19781111 200701 2 010 1. Pengertian Prosedur ini mengatur pengawasan dan pengemdalian penggunaan

psikotropika dan narkotika.

2. Tujuan Sebagai pedoman dalam pengawasan dan pengendalian penggunaan obat psikotropika dan narkotika

(12)

3. Kebijakan Pengawasan dan pengendalian penggunaan psikotropika dan narkotika dilakukan sesuai ketentuan perundangan.

4. Distribusi Petugas Farmasi

5. Prosedur 1. Pengawasan atas kesesuaian diagnosis dengan terapi psikotropika dan narkotika.

2. Resep psikotropika dan narkotika diberi panandaan khusus.

3. Identifikasi pasien penerima resep psikotropika dan narkotika dan verifikasi saat penyerahan obat.

4. Pengendalian obat psikotropika dan narkotika melalui tertib administrasi kartu stock dan buku bantu penyerahan obat psikotropika dan narkotika.

6. Unit Terkait 1. Kartu stock 2. Resep

MONITORING PENYEDIAAN OBAT EMERGENCY DI UNIT KERJA

SOP No. Dokumen : No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : PUSKESMAS TIBAWA Dr. Hj. Nurhijjah Pakaja NIP : 19781111 200701 2 010 1. Pengertian  Penyediaan obat obat emergency di unit kerja sangat di butuhkan untuk

menjamin ketersediaan obat untuk mencegah penyalah gunaan,pencurian,atau kehilangan terhadap obat serta menjamin keamanan tempat penyimpanan

(13)

obat emergency

 Monitoring adalah proses rutin pengumpulan data dan pengukuran kemajuan atas objektif program. Memantau perubahan, yang fokus pada proses dan keluaran.

 Petugas farmasi adalah: asisten apoteker yang di beri tanggung jawab dan wewenang untuk melaksanakan pekerjaan kefarmasian

2. Tujuan Prosedur ini bertujuan untuk menerangkan sistem monitoring obat obat emergency di unit kerja

3. Kebijakan Langkah- langkah didalam melaksanakan sistem monitoring obat obat emergency di unit kerja

4. Referensi Pedoman pengobatan di puskesmas

5. Prosedur A. Persiapan penyediaan obat - obat emergency di unit kerja Persiapan penyediaan obat – obat emergency di unit kerja dengan mendata obat apa saja yang di butuhkan,kemudian meyiapkan obat – obat yang di maksud, mencatat penerimaan dan pengeluaran obat di buku catatan, monitoring dilakukan secara berkala

B. Proses monitoring obat – obat emergency di unit kerja dilakukan secara berkala

Mencatat nama – nama obat yang ada di unit kerja, mencocokkan obat yang tersedia dengan catatan yang ada di kartu stok, mencatat di buku monitoring obat, dan melaporkan kepada instalasi farmasi kabupaten, kepala puskesmas dan petugas farmasi

C. Tindakan perbaikan

1. Petugas farmasi mengevaluasi hasil tindak lanjut monitoring penyediaan obat obat emergency

2. Petugas farmasi melakukan penyediaan obat obat emergency di unit kerja

D. Verifikasi

1. Petugas farmasi melakukan verifikasi monitoring penyediaan obat obat emergency

2. Petugas farmasi melakukan resume monitoring penyediaan obat obat emergency

(14)

6. Unit Terkait Tim mutu Puskesmas,

 Koordinator pelayanan klinis,

 Koordinator administrasi dan manajemen,  Koordinator upaya Puskesmas,

 Kepala Puskesmas, instalasi farmasi kabupaten

PEMBERIAN INFORMASI TENTANG EFEK SAMPING DAN RESIKO

PENGOBATAN

SOP No. Dokumen : No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman :

(15)

TIBAWA NIP : 19781111 200701 2 010 1. Pengertian Pemberian informasi tentang efek samping dan resiko pengobatan adalah

kegiatan memberikan penjelasan mengenai pengobatan yang akan dilakukan termasuk didalamnya penjelasan mengenai efek samping dan resiko pengobatan yang akan dilakukan baik pada saat pengobatan berlangsung atau setelah pengobatab selesai.

2. Tujuan Pasien memahami mengenai efek samping dan resiko dari pengobatan yang dilakukan sehingga pasien siap menerima kemungkinan resiko yang akan terjadi saat pengobatan berlangsung atau setelah selesai pengobatan.

3. Kebijakan Sebagai pedoman pelaksanaan pemberian informasi tentang efek samping dan resiko pengobatan di Puskesmas. Pelaksanaan pemberian informasi tentang efek samping dan resiko pengobatan harus mengikuti langkah-langkah yang tertuang dalam SOP.

4. Distribusi 1. BP Umum 2. Poli Gigi 3. UGD

5. Prosedur 1. Petugas menerima rekam medis pasien dari petugas pendaftaran 2. Petugas`memanggil pasien masuk ke ruang periksa

3. Petugas melakukan anamnesa

4. Petugas melakukan pemeriksaan fisik

5. Petugas merumuskan diagnose pasien dan rencana asuhan pasien 6. Petugas memberitahukan pada pasien tentang penyakit dan

pengobatan yang akan dilakukan

7. Petugas menjelaskan mengenai efek samping dan resiko pengobatan yang akan dilakukan

8. Petugas member kesempatan untuk bertanya mengenai pengobatan yang akan dilakukan

9. Petugas menyiapkan form informed consent 10. Petugas menjelaskan isi informed consent

11. Petugas memberikan kesempatan kepada pasien untuk mengambil keputusan mengenai persetujuan terhadap pengobatan yang akan dilakukan

12. Petugas meminta pasien untuk menandatangani informed consent yang telah ditandatangani pasien

(16)

6. Unit Terkait Rekam Medis

PENYIMPANAN OBAT-OBAT EMERGENCY

SOP No. Dokumen : No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman :

(17)

PUSKESMAS TIBAWA

Dr. Hj. Nurhijjah Pakaja NIP : 19781111 200701 2 010 1. Pengertian Penyimpanan obat emergency adalah kegiatan penyimpanan obat-obatan

tertentu yang dibutuhkan pasien secara cepat, yang dilakukan pada unit tertentu diluar Apotek Puskesmas, serta disimpan dalam kotak emergency.

2. Tujuan 1. Agar dapat menjamin ketersediaan dan keamanan penyimpanan obat emergency.

2. Agar obat emergency dapat selalu tersedia saat dibutuhkan.

3. Memenuhi kebutuhan terapi/tindakan pasien yang memerlukan penanganan.

3. Prosedur 1. Siapkan obat yang akan disimpan dalam kotak emergency, sesuai dengan dafrtar obat emergency yang telah ditetapkan.

2. Susun obat emergency dalam kotak emergency dengan susunan sesuai dengan SOP Penyimpanan Perbekalan Farmasi.

3. Kunci kotak emergency menggunakan kunci disposable. Bila ada penggunaan obat, buka kotak emergency dengan menggunting kunci disposable tersebut.

4. Setelah petugas medis melakukan tindakan emergency maka obat emergency yang telah digunakan harus diganti, sesuai dengan jenis dan jumlah yang terpakai, dengan menginput PO (purchasing Order) dan menyerahkan formulir tersebut ke Apotek Puskesmas

5. Pada saat pergantian shift, penanggung jawab pada kedua shift tersebut melakukan pemeriksaan terhadap emergency dengan yang tercantum pada daftar obat emergency.

6. Jika terdapat kekurangan baik jumlah ataupun jenis obat emergency, segera lengkapi kekurangan tersebut dengan memberikan formulir PO yang mencatum nama dan jumlah obat yang telah digunakan kepada petugas farmasi puskesmas.a

7. Petugas farmasi menyiapkan obat yang tercantum pada PO untuk diletakkan dalam kotak emergency dan mengunci kembali kotak emergency yang telah terbuka tersebut dengan menggunakan kunci emergency baru.

8. Setiap minggu petugas farmasi puskesmas melakukan pengecekan terhadap kesesuaian jenis dan jumlah obat emergency terhadap daftar obat emergency dengan memeriksa kondisi fisik, serta tanggal kadaluarsa.

(18)

PENANGANAN OBAT KADALUARSA/ RUSAK SOP No. Dokumen :

No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : PUSKESMAS TIBAWA Dr. Hj. Nurhijjah Pakaja NIP : 19781111 200701 2 010 1. Tujuan Untuk menjelaskan bagaimana menangani obat yang kadaluarsa

2. Bahan/Alat 1. Data 2. Kartu stok

3. Kualifikasi Personil

Karyawan yang ditunjuk

4. Prosedur 1. Pisahkan obat-obat yang kadaluarsa dari stok dan simpan di ruang karantina, dokumentasikan dan beri tanda “BARANG ED”

2. Catat obat-obat yang kadaluarsa

3. Buat berita acaranya dan usulkan untuk pemindahan/penghapusan barang kadaluarsa/rusak

4. Buat berita acara pengembalian ke produsen, jika obat-obat bisa dikembalikan ke produsen

5. Khusus untuk obat-obat Pharos, 2 bulan sebelum dan 3 bulan sesudah kadaluarsa dikembalikan ke Phapros.

(19)

PENYEDIAAN OBAT-OBAT EMERGENCY DI UNIT KERJA

SOP No. Dokumen : No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : PUSKESMAS TIBAWA Dr. Hj. Nurhijjah Pakaja NIP : 19781111 200701 2 010 1. Pengertian Penyediaan obat-obat emergency merupakan suatu kegiatan merencanakan

dan mengadakan obat-obat kegawat darurat sesuai kebutuhan pada unit pelayanan untuk menangani kondisi darurat pasien.

2. Tujuan Agar terdapat suatu prosedur untuk pelaksanaan kegiatan perencanaan pengadaan obat-obat emergency di unit pelayanan

3. Ruang Lingkup

Mencakup kegiatan perencanaan dan pengadaan obat-obatan emergency di unit layanan yang membutuhkan

4. Referensi Permenkes RI No. 30 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas.

 Buku Pedoman Pengelolaan Obat di Puskesmas

5. Prosedur 1. Koordinator unit pelayanan mengajukan permitaan tertulis kepada petugas farmasi untuk menyediakan obat-obatan emergency yang dibutuhkan di unit pelayanan

2. Petugas farmasi menyiapkan obat emergency yang dibutuhkan oleh unit pelayanan.

3. Petugas farmasi mencatat setiap pengambilan obat emergency pada kartu stok dan buku bantu.

4. Petugas farmasi menyerahkan obat emergency ke unit pelayanan disertai dengan buku bantu yang ditandatangani oleh pihak penerima obat emergency untuk kemudian secara administratif dicatat pada kolom pengeluaran buku gudang obat.

(20)

 Buku Bantu

 Buku Gudang Obat

PENYIMPANAN OBAT

SOP No. Dokumen : No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : PUSKESMAS TIBAWA Dr. Hj. Nurhijjah Pakaja NIP : 19781111 200701 2 010 1. Pengertian Penyimpanan obat-obat (obat paten, generik, injeksi, infus) di instalasi

farmasi.

2. Tujuan 1. Untuk menjaga mutu sediaan farmasi 2. Untuk memudahkan pelayanan

3. Kebijakan Mencakup kegiatan perencanaan dan pengadaan obat-obatan emergency di unit layanan yang membutuhkan

4. Referensi

5. Prosedur 1. Pisahkan penyimpanan obat-obat kategori v (vital), beri tanda khusus susun menurut alfabet

2. Obat disimpan berdasarkan jenisnya, tablet, sirup, injeksi dalam ampul, vial, cairan infus dan sebagainya, disusun menurut alfabet. 3. Jangan meletakkan sediaan farmasi langsung diatas lantai, simpanlah

dalam rak/lemari atau di atas palet.

4. Periksa apakah ada kerusakan, pada kemasan (strip sobek, menggelembung, ampul retak, tutup vial rusak, tutup segel botol rusak, warna cairan keruh, dan sebagainya).

5. Periksa tanggal kadaluarsanya. Obat yang tanggal kadaluarsanya pendek sebaiknya digunakan terlebih dahulu.

6. Beri tanda/label nama obat pada wadah penyimpanan 7. Stok disusun berdasarkan sistem FIFO (first in first out)

8. Bila obat disimpan dalam dus/kardus besar, maka pada dus harus tertera: jumlah isi, nama obat, nama tanggal kadaluarsa, nama pabrik, tanggal penerimaan obat

(21)

 Farmasi  Logistik medis

PENYEDIAAN OBAT YANG MENJAMIN KETERSEDIAAN OBAT

SOP No. Dokumen : No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : PUSKESMAS TIBAWA Dr. Hj. Nurhijjah Pakaja NIP : 19781111 200701 2 010 1. Pengertian Prosedur ini mengatur penyediaan yang menjamin ketersediaan obat

2. Tujuan Sebagai pedoman dalam melaksanakan penyediaan obat yang menjamin ketersediaan obat

3. Kebijakan Memberlakukan panduan penyediaan obat yang menjamin ketersediaan obat Puskesmas Tibawa

4. Prosedur Pelaksanaan:

1. Petugas Gudang obat dan Apotek yang diberi wewenang untuk membuat perencanaan obat, membuat daftar perbekalan yang dibutuhkan di Puskesmas Tibawa

2. Petugas membuat perencanaan berdasarkan daftar penerimaan obat dari Gudang Dinkes selama 1tahun ke belakang yang disebut dengan RKO.

3. Petugas perencana perbekalan farmasi melakukan perhitungan perbekalan farmasi dengan kebutuhan yang ditentukan, kemudian diajukan kepada kepala Puskesmas untuk dikoreksi.

4. Apabila disetujui oleh kepala puskesmas, maka rencana kebutuhan perbekalan farmasi akan diajukan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo.

5. Petugas gudang obat setiap bulan membuat laporan LPLPO berdasarkan pemakaian obat dalam 1 bulan untuk mendapatkan obat dari Instalasi Farmasi Kabupaten Gooronatalo

(22)

5. Unit Terkait Petugas Gudang Farmasi

6. Dokumen 1. Arsip RKO Puskesmas Tibawa 2. Arsip LPLPO Puskesmas Tibawa

3. Arsip SBBK dari Instalasi Farmasi DINKES Kab. Gorontalo

PERESEPAN PSIKOTROPIKA DAN NARKOTIKA

SOP No. Dokumen : No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : PUSKESMAS TIBAWA Dr. Hj. Nurhijjah Pakaja NIP : 19781111 200701 2 010 1. Pengertian Semua proses dari skrining resep, penyiapan resep dan penyerahan resep

narkotika

2. Tujuan 1. Memastikan semua proses dalam pelayanan obat golongan narkotika memenuhi Undang-Undang yang berlaku

2. Memastikan pengeluaran obat golongan narkotika aman dan akurat

3. Kebijakan 1. UU RI. No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika

2. Narkotika hanya dapat diserahkan atas dasar resep asli dokter puskesmas.

3. Salinan resep narkotika yang baru dilayani sebagian, atau yang belum dilayani sama sekali hanya boleh dilayani oleh apotek yang menyimpan resep asli

4. Salinan reesp narkotika dalam tulisan “iter” tidak boleh dilayani sama sekali

4. Prosedur Skring Resep:

1. Melakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan administrasi 2. Melakukan pemeriksaan terhadap kesesuaian farmasetik 3. Mengkaji pertimbangan klinis

(23)

Penyiapan Resep:

1. Memberi garis bawah berwarna merah pada obat yang termasuk golongan narkotika/psikotropika

2. Menyiapkan obat sesuai dengan permintaan pada resep

3. Untuk obat racikan Apoteker atau Asisten Apoteker menyiapkan obat jadi yang mengandung narkotika/psikotropika

4. Mendokumentasikan pengeluaran obat narkotika/psikotropika pada kartu stok.

5. Menutup dan mengembalikan wadah obat pada tempatnya, yaitu pada lemari 2 pintu dan menguncinya kembali

6. Menulis nama dan cara pemakaian obat pada etiket sesuai permintaan dalam resep

7. Obat diberi wadah yang sesuai dan diperiksa kembali jenis dan jumlah obat sesuai permintaan dalam resep.

Penyerahan Resep:

1. Melakukan pemeriksaan akhir kesesuaian antara penulis etiket dengan resep sebelum dilakukan penyerahan.

2. Memanggil nama pasien secara lengkap (Minimal 2 suku kata) 3. Mengecek identitas dan alamat pasien yang berhak menerima

4. Menyerahkan obat yang disertai pemberian informasi obat (nama obat, kegunaan masing-masing obat, dosis dan cara penggunaan obat) 5. Menanyakan kembali kejelasan pasien terhadap informasi obat dan

meminta pasien untuk mengulang penjelasan yang telah disampaikan 6. Menyimpan pada tempat penyimpanan khusus resep

narkotika/psikotropika dan mendokumentasikan pada buku pencatatan resep narkotika/psikotropika

(24)

PEMBERIAN INFORMASI PENGGUNAAN OBAT

SOP No. Dokumen : No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : PUSKESMAS TIBAWA Dr. Hj. Nurhijjah Pakaja NIP : 19781111 200701 2 010 1. Pengertian Kegiatan aktif Apoteker dalam memberikan penjelasan kepada pasien tentang

segala sesuatu yang berhubungan dengan obat dan proses pengobatan

2. Tujuan Prosedur ini dibuat untuk pelaksanaan kegiatan pelayanan dilakukan oleh Apoteker untuk memberikan informasi dan konsultasi secara akurat, faktual, mudah dimengerti, etis, dan bijaksana.

3. Kebijakan KPTS 042a/RSUD-EF/V/2013 Tentang Kebijakan Pelayanan Farmasi

4. Prosedur 1. Memberikan informasi kepada pasien berdasarkan resep atau kartu pengobatan pasien (Medication Record) atau kondisi kesehatan pasien baik lisan maupun tulisan.

2. Melakukan penelusuran literatur bila diperlukan, secara sistematis untuk memberikan informasi

3. Menjawab pertanyaan pasien dengan jelas dan mudah dimengerti, etis, dan bijaksana baik secara lisan maupun tertulis

4. Informasi yang perlu disampaikan pada pasien:

 Jumlah, jenis, dan kegunaan masing-masing obat

 Bagaimana cara pemakaian masing-masing obat yang meliputi: bagaimana cara memakai obat, kapan harus mengkonsumsi/memakai obat, seberapa banyak/dosis

(25)

dikonsumsi sebelumnya, waktu sebelum atau sesudah makan, frekuensi penggunaan obat/rentang jam penggunaan

 Peringatan atau efek samping obat

 Bagaimana cara mengatasi jika terjadi masalah efek samping obat

 Tata cara penyimpanan obat

 Pentingnya kepatuhan penggunaan obat 5. Menyediakan informasi aktif ( brosur, leaflet, dll)

6. Mendokumentasikan setiap kegiatan pelayanan informasi obat. 5. Unit Terkait Instalasi Farmasi

6. Dokumen Instalasi Farmasi

IDENTIFIKASI DAN PELAPORAN KESALAHAN PEMBERIAN OBAT

DAN KNC

SOP No. Dokumen : No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : PUSKESMAS TIBAWA Dr. Hj. Nurhijjah Pakaja NIP : 19781111 200701 2 010 VARIABEL KEADAAN

YA Tidak Tidak Berlaku 1. Petugas unit obat mengulangi penjelasan

kepada pasien mengenai kegunaan obat, dosis dan efek samping obat

2. Petugas memberikan kesempatan kepada pasien untuk menanyakan kembali hal-hal yang belum dimengerti

3. Petugas menuliskan pada buku laporan khusus apabila terjadi kesalahan dalam pemberian obat

4. Petugas unit obat melaporkan kepada kepala Puskesmas untuk ditindak lanjuti

(26)

PEMBERIAN OBAT KEPADA PASIEN DAN PELABELAN

SOP No. Dokumen : No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : PUSKESMAS TIBAWA Dr. Hj. Nurhijjah Pakaja NIP : 19781111 200701 2 010 1. Pengertian Bagian dari kegiatan pelayanan kefarmasian dalam menjamin mutu

keamanan dan ketepatan obat yang diberikan kepada pasien melalui pembuatan penanda aturan dan cara pemakaian obat berupa etiket obat yang dapat dibaca dengan jelas dan dituliskan secara jelas

2. Tujuan 1. Menjamin identitas obat yang diberikan kepada pasien sesuai dengan resep

2. Menjamin kebenaran cara pemakaian dan penggunaan obat

3. Prosedur 1. Petugas farmasi menerima resep yang sudah di berikan nomor, cap penanda validasi dan diberikan harga

2. Etiket diberikan sesuai dengan cara pemakaiannya:

a. Untuk obat pemakaian luar (Salep, krim, suppositoria, lotio, gel) dan alat kesehatan diberikan etiket berwarna biru.

b. Untuk obat pemakaian dalam/oral (tablet, serbuk, sirup, suspensi) dan bahan diagnostik oral diberikan etiket putih.

3. Petugas farmasi harus memperhatikan:

a. Identitas pasien dalam resep yang akan dituliskan pada etiket b. Aturan pemakaian obat tiap berapa jam atau berapa kali dalam

sehari, secara khusus:

(27)

tanda diminum bila perlu

5. Untuk obat-obat antibiotek diberikan tanda diminum sampai habis 6. Aturan pemakaian obat yang berhubungan dengan pemberian obat

bersama makanan atau saat perut kosong

7. Aturan khusus dalam cara pemakaian obat misalnya untuk jenis sediaan suppositoria, salep mata, tetes mata, tetes telinga, obat inhalasi dan insulin.

8. Petugas farmasi pembuat etiket wajib mengisikan nama/inisial pada kolom validasi nomor 3 sebagai pembuat etiket.

4. Unit Terkait Petugas Farmasi

TINDAK LANJUT EFEK SAMPING OBAT

SOP No. Dokumen : No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : PUSKESMAS TIBAWA Dr. Hj. Nurhijjah Pakaja NIP : 19781111 200701 2 010 1. Pengertian Efek samping obat adalah respon terhadap obat yang merugikan atau tdk

diharapkan, terjadi pada penggunaan dosis profilaksis atau terapi.

2. Tujuan Pasien memahami mengenai efek samping

3. Prosedur 1. Segera hentikan semua obat bila diketahui atau dicurigai terjadi efek samping obat. Telaah bentuk dan kemungkinan mekanismenya. Bila efek samping dicurigai sebagai akibat efek farmakologi yang terlalu besar, maka setelah gejala menghilang dan kondisi pasien pulih pengobatan dapa dimulai lagi secara hati-hati, dimulai dengan dosis kecil. Bila efek samping dicurigai sebagai reaksi alergi atau idiosinkratik akan lebih berat dan fatal pada kontak berikutnya terhadap obat penyebab. Bila sebelumnya digunakan berbagai jenis

(28)

obat, dan belum pasti yang namanya penyebab, maka pengobatan dimulai lagi secara satu-persatu

2. Upaya penanganan klinik tergantung bentu efek samping obat dan kondisi penderita. Pada bentuk-bentuk efek samping tertentu diperlukan penanganan dan pengobatan yang spesifik. Misalnya untuk syok anafilaksis diperlukan pemberian adrenalin dan obat serta tindakan lain untuk mengatasi syok. Contoh lain misalnya pada keadaan alergi, diperlukan penghentian obat yang dicurigai, pemberian antihistamin atau kosterroid (bila diperlukan).

4. Referensi Buku Meyler’s Side Effects of Drugs (Editor: Dukes) 5. Unit Terkait 1. Unit Poli

2. UGD 3. Rawat Inap 4. Poned

MENJAGA TIDAK TERJADINYA PEMBERIAN OBAT KADALUARSA,

PELAKSANAAN FIFO DAN FEFO, KARTU STOK/KENDALI SOP No. Dokumen :

No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : PUSKESMAS TIBAWA Dr. Hj. Nurhijjah Pakaja NIP : 19781111 200701 2 010 1. Pengertian Upaya pencegahan pasien menerima obat yang kadaluarsa sehingga ada

jaminan mutu dan kualitas obat

2. Tujuan Pasien menerima obat yang tidak kadaluarsa sehingga ada jaminan mutu dan kualitas obat

3. Kebijakan 1. Pengelolaan obat satu pintu di Puskesmas 2. Pelayanan informasi obat

3. Penggunaan Obat Secara Rasional (POSR) 4. Manajemen Pengelolaan Obat di Puskesmas

(29)

Puskesmas

2. KMK No. 75 Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat 3. KMK No. 46 Tahun 2015 Tentang Akreditas Puskesmas, Klinik

Pratama, Tempat Praktik Mandiri Dokter dan Tempat Praktik Mandiri Dokter Gigi

4. Depkes RI Tahun 2006 Tentang Pedoman Informasi Obat Di Puskesmas

5. Depkes RI Tahun 2006 Tentang Pedoman Dasar Di Puskesmas

5. Prosedur Petugas pengelola obat harus memperhatikan terkait pengelolaan obat kadaluarsa pada saat:

1. Penerimaan Obat : Wajib melihat waktu kadaluarsa dan ada tidaknya kerusakan obat.

2. Penyimpanan Obat : Melakukan stok opname setiap bulan dengan memperhatikan kadaluarsa dan kerusakan obat serta pengawasan terhadap kehilangan/pencurian obat.

3. Sistem penyimpanan obat menggunakan FIFO dan FEFO serta menggunakan kartu stok.

4. Penyerahan Resep Obat : Petugas wajib memperhatikan kadaluarsa dan kerusakan obat pada saat penyerahan/penggunaan obat serta menginformasikan kepada pasien terkait kerusakan dan kadaluarsa sediaan obat

5. Jika terjadi kadaluarsa/kerusakan obat harus dibuat berita acara dan didokumentasikan.

6. Unit Terkait 1. Poliklinik/Unit Pelayanan 2. Logistik

(30)

PENILAIAN, PENGENDALIAN, PENYEDIAAN DAN PENGGUNAAN

OBAT SOP No. Dokumen : No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : PUSKESMAS TIBAWA Dr. Hj. Nurhijjah Pakaja NIP : 19781111 200701 2 010 1. Pengertian Metode yang digunakan untuk menilai, mengendalikan, penyediaan dan

penggunaan obat

2. Tujuan Sebagai acuan untuk menilai, mengendalikan, penyediaan, dan penggunaan obat

3. Kebijakan 1. Pengelolaan obat satu pintu di Puskesmas 2. Pelayanan informasi obat

3. Penggunaan Obat Secara Rasional (POSR) 4. Manajemen Pengelolaan Obat di Puskesmas

4. Referensi 1. KMK No. 30 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Puskesmas

(31)

3. KMK No. 46 Tahun 2015 Tentang Akreditas Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat Praktik Mandiri Dokter dan Tempat Praktik Mandiri Dokter Gigi

4. Depkes RI Tahun 2006 Tentang Pedoman Informasi Obat Di Puskesmas

Depkes RI Tahun 2006 Tentang Pedoman Dasar Di Puskesmas 5. Prosedur A. Penilaian terhadap sistem ketersediaan obat

1. Petugas obat menyesuaikan dan menganalisis kebutuhan berdasarkan Formularium Nasional dan Daftar Obat Puskesmas. 2. Petugas obat memonitoring dan merencanakan kebutuhan dengan

memperhatikan metode konsumsi, epidemiologi dan asumsi lainnya. 3. Petugas obat mengadakan obat sesuai jalur distribusi yang resmi. Penilaian terhadap sistem pengendalian obat

1. Petugas obat menyesuaikan kartu stok dengan pengeluaran.

2. Petugas obat memonitoring peresepan atau kesesuaian penulisan resep

3. Petugas obat menangani obat hilang, rusak dan kadaluarsa. C. Penilaian terhadap sistem penyediaan obat

1. Petugas obat membuat permintaan obat melalui LPLPO yang telah disediakan

2. Petugas obat menyediakan buku catatan penerimaan obat dari berbagai sumber

3. Setiap penerimaan obat dimasukkan ke dalam kartu stok per penerimaan obat

4. Petugas mengarsipkan LPLPO dan disusun lengkap per tahun. 5. Petugas mengarsip SBBK dari UPTD Farmasi dan di susun lengkap

per tahun.

D. Penilaian terhadap sistem penggunaan obat

Petugas obat melakukan pencatatan dan mendokumentasikan penggunaan obat yang meliputi:

1. Presentase penggunaan Antibiotik 2. Presentase penggunaan Injeksi 3. Presentase rata-rata jumlah resep 4. Presentase penggunaan obat generik

6. Unit Terkait 1. Petugas Farmasi

2. Poliklinik/Unit Pelayanan 3. Logistik

4. Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo s

Referensi

Dokumen terkait

Hal tersebut mengindikasikan bahwa sampel R2 bersifat amorf atau dapat dikatakan tidak terbentuknya ikatan- ikatan penyusun keramik yang diakibatkan rusaknya material

Dalam upaya meningkatkan kebijakan pengelolaan DAS Ciliwung Hulu maka instansi yang bertanggung jawab terhadap pengembangan kelembagaan pengelolaan DAS harus memperhatikan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio antara tepung kacang hijau dengan bubur wortel dalam pembuatan bubur bayi memberikan pengaruh yang berbeda nyata

Hal ini mengindikasikan bahwa kelima variabel tersebut tidak termasuk faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang literate (paham dan mampu) dalam mengelola keuangan bagi

1 Sistem informasi akuntansi berbasis komputer yang diterapkan oleh perusahaan saya dapat mempercepat pemrosesaan data.. KUESIONER MENGENAI KINERJA KARYAWAN

pembelajaran Make A Match dengan model pembelajaran Picture and Picture. Dalam penelitian ini akan diterapkan pada siswa kelas 5 sekolah dasar. IPA dipilih. sebagai mata

Puji syukur Penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas a khir dengan judul “ Sistem

Hasil survey kesehatan Mental Rumah Tangga di Indonesia menyatakan 185 orang per 1000 penduduk Indonesia mengalami skizofrenia (ringan sampai berat). Berdasarkan