• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 1997 TENTANG PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2000

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 1997 TENTANG PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2000"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

UU

• UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2009.

• UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 1997 TENTANG PENAGIHAN PAJAK DENGAN

SURAT PAKSA SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2000.

PP

• PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2007 TENTANG TATA

CARA PELAKSANAAN HAK DAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

SEBAGAIMANA TELAH BEBERAPA KALI DIUBAH TERAKHIR DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 74 TAHUN 2011

• PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 135 TAHUN 2000 TENTANG TATA CARA

PENYITAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA

PMK

• PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 24/PMK.03/2008 TENTANG TATA

CARA PELAKSANAAN PENAGIHAN DENGAN SURAT PAKSA DAN PELAKSANAAN

PENAGIHAN SEKETIKA DAN SEKALIGUS SEBAGAIMANA DIUBAH TERAKHIR DENGAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN - 85/PMK.03/2010

(3)

2  STP  SKPKB  SKPKBT  SK Pembetulan  SK Keberatan  Putusan Banding  Putusan Peninjauan Kembali

ALUR DAN JADWAL

PELAKSANAAN PENAGIHAN PAJAK

SPMP/ PENYITAAN SP SURAT TEGURAN  PARATE EXECUTIE  DIBERITAHUKAN OLEH JURUSITA PAJAK  DIBUAT BAP SP PENCABUTAN SITA PENGUMUMAN LELANG PELAKSANAAN LELANG

UTANG PAJAK & BIAYA PENAGIHAN LUNAS

PUTUSAN PENGADILAN

14 hari

PENCEGAHAN PENYANDERAAN SYARAT:

UTANG PAJAK ≥ Rp100 jt

 DIRAGUKAN ITIKAD BAIK

JANGKA WAKTU:

6 BLN DPT DIPERPANJANG MAX 6 BLN AKIBAT:

UTANG PAJAK TDK HAPUS & PENAGIHAN TETAP DILAKSANAKAN * KEP / IJIN MENKEU

 JURUSITA + 2 SAKSI  BAP SITA

 BRG BERGERAK & BRG TDK BERGERAK  BRG YG DISITA DILARANG:  DIPINDAHTANGANKAN  DISEWAKAN  DIPINJAMKAN  DISEMBUNYIKAN  DIHILANGKAN  DIRUSAK

 PENYITAAN ATAS REK. BANK & EFEK

7 hari

21 hari 2X24 jam

Jatuh tempo: 1 (satu) bulan sejak terbit

14 hari Dasar Hukum : UU KUP No 6/1983 sttd No 16/2009 UU PPSP No 19/1997 sttd No 19/2000 PP No 74 Tahun 2011 PMK No 24/PMK.03/2008 sttd PMK No 85/PMK.03/2010 PEMBLOKIRAN Barang Bergerak 1 X Barang Tdk Bergerak 2 X Langsung,Pos, Ekspedisi/kurir dgn bukti kirim PENGUMUMAN DI MEDIA MASA Permohonan Angsuran/Penundaan 9 hari

sebelum jatuh tempo

SPPSS

Oleh KPKLN Angsuran atau penundaan pembayaran“setelah” 9 hari sebelum

jatuh tempo harus memberikan jaminan berupa garansi bank

Angsuran atau penundaan pembayaran dikenakan sanksi bunga Pasal 19 ayat (2) UU KUP sebesar 2% (dua persen) per bulan

(4)

Ps.1 angka 3 UU PPSP

• Penanggung Pajak adalah orang pribadi atau badan yang

bertanggung jawab atas pembayaran pajak, termasuk wakil

yang menjalankan hak dan memenuhi kewajiban Wajib Pajak

menurut

ketentuan

peraturan

perundang-undangan

perpajakan.

Pasal 1 angka 28 UU KUP

• Penanggung Pajak adalah Orang Pribadi atau Badan yang

bertanggung jawab atas pembayaran pajak, termasuk wakil

yang menjalankan hak atau memenuhi kewajiban Wajib

Pajak menurut ketentuan peraturan perundang-undagngan

perpajakan

(5)

Dalam menjalankan hak dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, Wajib Pajak diwakili dalam hal:

badan oleh PENGURUS;

badan yang dinyatakan pailit oleh kurator;

badan dalam pembubaran oleh orang atau badan yang ditugasi untuk

melakukan pemberesan;

badan dalam likuidasi oleh likuidator;

suatu warisan yang belum terbagi oleh salah seorang ahli warisnya, pelaksana

wasiatnya atau yang mengurus harta peninggalannya; atau

anak yang belum dewasa atau orang yang berada dalam pengampuan oleh wali

(6)

Wakil bertanggungjawab

secara pribadi dan/atau secara renteng

atas

pembayaran pajak yang terutang, kecuali apabila dapat membuktikan dan

meyakinkan Direktur Jenderal Pajak bahwa mereka dalam kedudukannya

benar-benar tidak mungkin untuk dibebani tanggung jawab atas pajak yang

terutang tersebut.

Ayat ini menegaskan bahwa wakil Wajib Pajak yang diatur dalam Undang-Undang ini bertanggung jawab secara pribadi atau secara renteng atas pembayaran pajak yang terutang. Pengecualian dapat dipertimbangkan oleh Direktur Jenderal Pajak apabila wakil Wajib Pajak dapat membuktikan dan meyakinkan bahwa dalam kedudukannya, menurut kewajaran dan kepatutan, tidak mungkin dimintai pertanggungjawaban.

(7)

Penjelasan:

Orang yang nyata-nyata mempunyai wewenang dalam menentukan kebijaksanaan dan/atau mengambil keputusan dalam rangka menjalankan kegiatan perusahaan, misalnya berwenang menandatangani kontrak dengan pihak ketiga, menandatangani cek, dan sebagainya walaupun orang tersebut tidak tercantum namanya dalam susunan pengurus yang tertera dalam akte pendirian maupun akte perubahan, termasuk dalam pengertian pengurus. Ketentuan dalam ayat ini berlaku pula bagi komisaris dan pemegang saham mayoritas atau pengendali.

(8)

Terhadap Penanggung Pajak Badan penyitaan dapat dilaksanakan atas

barang milik perusahaan,

PENGURUS

, kepala perwakilan, kepala cabang,

penanggung jawab,

PEMILIK MODAL

, baik di tempat kedudukan yang

bersangkutan, di tempat tinggal mereka maupun di tempat lain.

TATA CARA PENYITAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA

Ketentuan tentang penyitaan terhadap barang-barang milik Penanggung Pajak Badan, pada dasarnya dilakukan terhadap barang milik perusahaan. Namun apabila nilai barang tersebut tidak mencukupi atau barang milik perusahaan tidak dapat ditemukan atau karena kesulitan dalam melaksanakan penyitaan terhadap barang milik perusahaan, maka penyitaan dapat dilakukan terhadap barang-barang milik pengurus, kepala perwakilan, kepala cabang, penanggung jawab, pemilik modal atau ketua untuk yayasan kecuali mereka dapat membuktikan bahwa tidak ikut bertanggung jawab sehubungan dengan terjadinya utang pajak tersebut.

(9)

8

Perseroan Terbatas

Terbuka

Pemegang Saham

Pengendali

Pemegang Saham

Mayoritas

Perseroan Terbatas

Tertutup

Seluruh Pemegang

Saham

PEMEGANG SAHAM SEBAGAI PENANGGUNG PAJAK (Ps. 10 ayat (4) UU PPSP) Harta Pemegang Saham dapat Disita Ps.12 ayat (3a) UU PPSP

(10)

9

PENGERTIAN TANGGUNG JAWAB SECARA RENTENG (Joint And Several Liability)

1. Tanggung jawab para debitur baik bersama-sama, perseorangan, maupun khusus salah seorang di antara mereka untuk menanggung pembayaran seluruh utang; pembayaran salah seorang debitur mengakibatkan debitur yang lain terbebas dari kewajiban membayar utang.

2. Arti tanggung jawab Direksi dan Dewan Komisaris secara renteng adalah:

a. Masing-masing anggota Direksi dan Dewan Komisaris bertanggung jawab untuk bagian yang sama.

b. Pihak yang dirugikan (salah satunya otoritas pajak) dapat menuntut ganti rugi atau pembayaran cukup dari salah satu anggota Direksi dan Dewan Komisaris saja untuk

keseluruhan jumlah kerugian yang dideritanya.

c. Apabila salah satu anggota Direksi dan Dewan Komisaris telah membayar ganti rugi, maka perbuatan anggota Direksi dan Dewan Komisaris tersebut membebaskan tanggung jawab anggota Direksi dan Dewan Komisaris lainnya terhadap pihak yang dirugikan.

d. Anggota Direksi dan Dewan Komisaris lainnya yang telah dibebaskan dari tanggung jawabnya kepada pihak yang dirugikan selanjutnya bertanggung jawab kepada anggota Direksi dan Dewan Komisaris yang telah membayar ganti rugi itu.

e. Anggota Direksi dan Dewan Komisaris yang telah membayar ganti rugi tersebut selanjutnya dapat menagih kepada anggota Direksi dan Dewan Komisaris yang lain sesuai dengan porsi tanggung jawabnya.

(11)

10

ORGAN PERSEROAN

Menurut Pasal 1 Angka 2 Undang-undang No. 40 Tahun 2007 tentang PerseroanTerbatas:

Organ Perseroan adalah:

1. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS); 2. Direksi, dan

3. Dewan Komisaris.

Pasal 1 Angka 2 UUPT tersebut mendapat penegasan dalam Pasal 13 Undang-undang No. 19 Tahun

2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (UU BUMN) yang menentukan Organ Persero adalah: 1. RUPS

2. Direksi, dan 3. Komisaris.

Pasal 1 Angka 5 UUPT

Direksi adalah Organ Perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan serta mewakili Perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar.

Pasal 1 Angka 6 UUPT

Dewan Komisaris adalah Organ Perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada Direksi.

(12)

11

TOLOK UKUR UNTUK MENENTUKAN APAKAH DIREKSI DAN KOMISARIS UNTUK PERSEROAN INDONESIA TELAH MELAKUKAN TUGAS DAN KEWAJIBANNYA

DENGAN ITIKAD BAIK DAN UNTUK KEPENTINGAN PERSEROAN

Menurut hukum perseroan (company law atau corporation law) yang dianut di luar negeri dan

yang asas-asasnya telah diintegrasikan ke dalam UUPT, ada beberapa doktrin (doctrine) atau aturan (rule) sebagai tolok ukur untuk menentukan apakah direksi dan komisaris untuk perseroan Indonesia telah melakukan tugas dan kewajibannya dengan itikad baik dan untuk kepentingan perseroan.

Tolok ukur tersebut, diantaranya: 1. Doctrine of duty of care

Anggota Direksi (juga Dewan Komisaris) harus menolak untuk mengambil keputusan mengenai sesuatu hal yang diketahuinya atau sepatutnya diketahui akan dapat mengakibatkan perseroan melanggar ketentuan perundang- undangan yang berlaku (termasuk peraturan perpajakan)

2. Business judgment rule

Melakukan review atas laporan-laporan keuangan perseroan secara teratur dan menyatakan keberatan terhadap dilakukannya perbuatan-perbuatan yang jelas-jelas melanggar hukum (termasuk hukum perpajakan).

(13)

UU

• PASAL 33 S.D. 36 UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 1997 TENTANG PENAGIHAN

PAJAK DENGAN SURAT PAKSA SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2000.

PP

• PERATURAN PEMERINTAH NO. 137 TAHUN 2000 TENTANG TEMPAT DAN TATA CARA

PENYANDERAAN, REHABILITASI NAMA BAIK PENANGGUNG PAJAK, DAN PEMBERIAN GANTI RUGI DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA

PMK

• KEP. BERSAMA MENKEU DAN MENKEH & HAM NOMOR: M-02.UM.09.01 TAHUN 2003

DAN NOMOR: 294/KMK.03/2003 TANGGAL 25 JUNI 2003 TENTANG TATA CARA PENITIPAN PENANGGUNG PAJAK YANG DISANDERA DI RUMAH TAHANAN NEGARA DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA

KEPDIRJEN PAJAK

• KEPUTUSAN DIRJEN PAJAK NO.KEP-218/PJ/2003 TGL 30 JULI 2003 TENTANG PETUNJUK

PELAKSANAAN PENYANDERAAN DAN PEMBERIAN REHABILITASI NAMA BAIK PENANGGUNG PAJAK YANG DISANDERA

(14)

Sosialisasi Penagihan Pajak 2015

Meningkatkan kepatuhan WP/PP dalam pembayaran pajak

Meningkatkan kesadaran Wajib Pajak untuk secara

aktif dan kooperatif dalam memenuhi kewajiban

perpajakannya

Meningkatkan keadilan dalam pemungutan pajak

Meningkatkan pencairan tunggakan pajak pada umumnya dan tunggakan pajak besar khususnya

(15)

Sosialisasi Penagihan Pajak 2015

HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN

14

Pasal 35 UU PPSP

Penyanderaan terhadap Penanggung Pajak tidak mengakibatkan hapusnya utang pajak dan terhentinya pelaksanaan penagihan pajak.

Amanat Penjelasan Ps.33 ayat (1) UU PPSP:

1.

Pejabat harus mendapatkan data atau informasi yang akurat yang

diperlukan

sebagai

bahan

pertimbangan

untuk

mengajukan

permohonan izin penyanderaan.

2.

Penyanderaan hanya dilaksanakan secara sangat selektif, hati-hati,

dan merupakan upaya terakhir.

1. Memaknai upaya terakhir , bukan berarti seluruh tahapan tindakan penagihan secara keseluruhan telah dilakukan

2. Upaya terakhir, dimaknai sebagai upaya langsung untuk memaksa Penanggung Pajak secara psikis dan psikologis memprioritaskan pelunasan utang pajak sebagai keputusan yang harus diambil dan beritikad baik secara nyata untuk melunasi utang pajaknya.

(16)

Sosialisasi Penagihan Pajak 2015

DATA ATAU INFORMASI AKURAT YANG DIPERLUKAN SEBAGAI BAHAN PERTIMBANGAN UNTUK MENGAJUKAN PERMOHONAN IZIN

PENYANDERAAN 15 KPP diminta untuk melakukan penyitaan terhadap harta WP Orang Pribadi atau Wajib

Pajak Badan, diutamakan pemblokiran rekening simpanan di Bank

Kemampuan Membayar

2.

Data internal dan eksternal KPP yan g

menunjukkan PP memiliki kemampuan

untuk membayar

1.

Penanggung Pajak diduga menyembunyikan harta kekayaannya sehingga tidak ada atau tidak cukup barang

yang disita untuk jaminan pelunasan utang pajak

Penjelasan Pasal 3 ayat (1) huruf a Peraturan Pemerintah Nomor 137 Tahun 2000 Jumlah utang pajak sekurang-kurangnya Rp. 100.000.000,00 merupakan syarat kuantitatif

dan sekaligus menunjukkan bahwa penyanderaan tidak ditujukan kepada Penanggung Pajak yang berpenghasilan kecil.

(17)

Sosialisasi Penagihan Pajak 2015

Prioritas Penyanderaan

1.

terhadap Penanggung Pajak yang telah atau sedang dilakukan

pencegahan atau perpanjangan pencegahan dan telah dilakukan

penyitaan terhadap barang milik Orang Pribadi atau Perusahaan

2. Penanggung Pajak yang telah/sedang dilakukan pencegahan tetapi belum melunasi utang pajaknya.

3. Penanggung Pajak yang Wajib Pajib Pajaknya telah dinyatakan selesai kepailitannya dan utang pajak belum lunas dari pembagian harta bundel pailit, dan/atau Wajib Pajaknya telah dilakukan pembubaran dan/atau likuidasi dan utang pajak belum lunas.

4. Penanggung Pajak telah dilakukan penyitaan terhadap barang milik Orang Pribadi atau Perusahaan tetapi barang tersebut tidak ditemukan atau nilainya tidak cukup untuk melunasi utang pajaknya.

(18)

Sosialisasi Penagihan Pajak 2015

Hal-hal yg Harus Diperhatikan

Agar penyanderaan tidak dilaksanakan sewenang-wenang

dan juga tidak bertentangan dengan rasa keadilan

bersama:

Penyanderaan terhadap PP dilaksanakan

setelah upaya

hukum yang dilakukan Wajib Pajak telah mendapat

keputusan yang berkekuatan hukum tetap.

KPP dan Kanwil DJP melakukan reviu atas materi

penetapan sebagai dasar utang pajak secara seksama,

obyektif dan profesional untuk memastikan aspek

formal dan materi pemeriksaan/penelitian/verifikasi

telah sesuai dengan ketentuan perpajakan yang

berlaku.

(19)

Sosialisasi Penagihan Pajak 2015

KRITERIA PENYANDERAAN

Syarat Kuantitatif

Tahapan Penagihan

Syarat Kualitatif

Persetujuan

Mempunyai utang pajak sekurang-kurangnya sebesar

Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah)

Diragukan itikad baiknya

dalam melunasi utang pajak

Telah lewat jangka waktu 14 (empat belas) hari sejak tanggal Surat Paksa diberitahukan kepada Penanggung Pajak.

Telah mendapat izin tertulis dari Menteri Keuangan Republik Indonesia

(20)

Sosialisasi Penagihan Pajak 2015

Penanggung Pajak diragukan itikad baiknya

PP tidak merespon himbauan untuk melunasi utang pajak;

PP tidak menjelaskan/tidak bersedia melunasi utang pajak baik

sekaligus maupun angsuran

PP tidak bersedia menyerahkan hartanya untuk melunasi utang pajak

PP akan meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya atau berniat

untuk itu

PP memindahtangankan barang yang dimiliki atau yang dikuasai

dalam rangka menghentikan atau mengecilkan kegiatan perusahaan, atau pekerjaan yang dilakukannya di Indonesia

PP akan membubarkan badan usahanya, atau menggabungkan

usahanya, atau memekarkan usahanya, atau memindahtangankan

perusahaan yang dimiliki atau dikuasainya, atau melakukan perubahan bentuk lainnya

(21)

Sosialisasi Penagihan Pajak 2015

Utang pajak dan biaya penagihan pajak telah dibayar lunas

Jangka waktu yang ditetapkan dalam Surat Perintah Penyanderaan telah habis

Berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap

Berdasarkan pertimbangan tertentu dari Menteri Keuangan

4

1

2

3

Pelepasan PP yang Disandera

Note Ps.13 PP 137 Tahun 2000:

Biaya penyanderaan dibebankan kepada Penanggung Pajak yang disandera dan diperhitungkan sebagai biaya penagihan pajak

(22)

Sosialisasi Penagihan Pajak 2015

Pertimbangan tertentu Menkeu

Penanggung Pajak sudah membayar utang pajak 50% atau

lebih dari jumlah utang pajak/sisa utang pajak, dan sisanya

akan dilunasi dengan angsuran

Penanggung Pajak sanggup melunasi utang pajak dengan

menyerahkan bank garansi

Penanggung Pajak sanggup melunasi utang pajak dengan

meyerahkan harta kekayaannya yang sama nilainya dengan

utang pajak dan biaya penagihan pajak

Penanggung Pajak telah berumur 75 tahun atau lebih

Untuk kepentingan perekonomian negara dan kepentingan

(23)

Sosialisasi Penagihan Pajak 2015

Hak PP selama di Rutan

Melakukan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing2Memperoleh pelayanan kesehatan yang layak sesuai dengan ketentuan

yang berlaku

Mendapat makanan yang layak termasuk menerima kiriman makanan

dari keluarga

Memperoleh bahan bacaan dan informasi lainnya atas biaya sendiriMenerima kunjungan rohaniwan dan dokter pribadi atas biaya sendiri

setelah mendapat izin dari Kepala Rumah Tahanan Negara

Menerima kunjungan keluarga, pengacara, dan sahabat setelah

mendapat izin tertulis dari Kepala KPP maksimal 3 kali seminggu selama 30 (tiga puluh) menit untuk setiap kali kunjungan

Menyampaikan keluhan tentang perlakuan petugas kepada Kepala Rutan

(24)

Sosialisasi Penagihan Pajak 2015

Rehabilitasi Nama Baik

Ps.16 PP Nomor 137 Tahun 2000

Penanggung Pajak yang disandera dapat mengajukan gugatan terhadap pelaksanaan penyanderaan hanya kepada PN sebelum berakhirnya

penyanderaan

Permohonan rehabilitasi nama baik diajukan secara tertulis dalam

bahasa Indonesia dilengkapi

Putusan Pengadilan

Surat Perintah Penyanderaan

Surat Pemberitahuan Pelepasan Penanggung Pajak yang disanderaRehabilitasi nama baik dilaksanakan oleh Pejabat dalam bentuk 1

(satu) kali pengumuman pada media cetak harian yang berskala nasional/regional/lokal dengan ukuran yang memadai, yang dilakukan paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya permohonan Penanggung Pajak

(25)

Sosialisasi Penagihan Pajak 2015

Permohonan Ganti Rugi

Permohonan ganti rugi diajukan secara tertulis dalam bahasa

Indonesia dengan mengemukakan jumlah ganti rugi yang diminta, dan dilengkapi:

Putusan Pengadilan

Surat Perintah Penyanderaan

Surat Pemberitahuan Pelepasan Penanggung Pajak yang

disandera

Ganti rugi diberikan paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak

diterimanya permohonan Penanggung Pajak secara lengkap.

Besarnya ganti rugi yang diberikan kepada Penanggung Pajak adalah

sebesar Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah) setiap hari selama masa penyanderaan yang dijalaninya.

(26)

Sosialisasi Penagihan Pajak 2015

HAK WAJIB PAJAK DALAM PENAGIHAN PAJAK

1. MENGAJUKAN ANGSURAN & PENUNDAAN PEMBAYARAN UTANG

PAJAK SESUAI PMK 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA

PENYETORAN DAN PEMBAYARAN PAJAK

2. MENGAJUKAN PERMOHONAN PENGURANGAN ATAU PENGHAPUSAN SANKSI ADMINISTRASI DAN PENGURANGAN ATAU PEMBATALAN SURAT KETETAPAN PAJAK ATAU SURAT TAGIHAN PAJAK

3. TERTANGGUHNYA PENAGIHAN PAJAK KHUSUS UNTUK

SKPKB/SKPKBT TAHUN PAJAK 2008 KE ATAS YANG TIDAK DISETUJUI OLEH WAJIB PAJAK PADA SAAT PEMBAHASAN AKHIR;

4. MENGAJUKAN GUGATAN ATAS PELAKSANAAN SURAT PAKSA, SURAT

PERINTAH MELAKSANAKAN PENYITAAN, ATAU PENGUMUMAN

LELANG; KEPUTUSAN PENCEGAHAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK KE PENGADILAN PAJAK;

5. MENGAJUKAN GUGATAN ATAS PENYANDERAAN KE PENGADILAN NEGERI;

6. MENGAJUKAN SANGGAHAN ATAS OBYEK SITA.

(27)

Sosialisasi Penagihan Pajak 2015

KEWAJIBAN WAJIB PAJAK DALAM PENAGIHAN PAJAK

1.PEMBAYARAN UTANG PAJAK SEBELUM

JATUH TEMPO SESUAI DENGAN KETENTUAN

PERPAJAKAN;

2.MEMENUHI KOMITMEN DALAM SK

ANGSURAN/PENUNDAAN PEMBAYARAN

UTANG PAJAK;

3.BERSIFAT KOOPERATIF DALAM TINDAKAN

PENAGIHAN PAJAK;

4.TIDAK MELAKUKAN HAL-HAL YANG

MELANGGAR UU PPSP DALAM PENAGIHAN

PAJAK YANG BERAKIBAT PADA TINDAKAN

PIDANA (Ps.41a UU PPSP).

(28)

Referensi

Dokumen terkait

Simpanan Tabungan (saving deposito), yaitu simpanan pada bank yang penyetorannya dan penarikan dananya dapatdilakukan sewaktu-waktu dengan tidak perlu memperhatikan jatuh

1) uang dan/atau setara uang, dalam hal ini termasuk tapi tidak terbatas pada voucher dan cek, yang diberikan kepada Pegawai dan penyelenggara negara di lingkungan Kementerian

Selain itu, ditemukan praktik-praktik pelanggaran hukum semacam pungutan liar, penyalahgunaan wewenang (abuse of power) dalam penggunaan senjata api, perlakuan yang

• Selain itu, ditinjau dari sisi implementasi juga masih ditemukan beberapa permasalahan terkait perencanaan dan pembangunan perumahan dan kawasan permukiman yang tidak sesuai

penetapan masa manfaat suatu aset tidak berwujud dalam bulan yang diharapkan dapat digunakan untuk aktivitas pemerintahan dan atau pelayanan publik sesuai dengan sifat

bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 149 Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah dan Pasal 93 Peraturan Gubernur Nomor 87 Tahun 2009

Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 149 Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah dan Pasal 42 Peraturan Gubernur Nomor 119 Tahun

Kelas Jabatan Besaran Tunjangan (dalam rupiah) 1 2 3 4 5 1630 Pengadministrasi Kepegawaian Bagian Tata Usaha, Balai Besar Pengembangan Latihan Masyarakat Jakarta 5 1.904.000,00