UU
• UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG
KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2009.
• UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 1997 TENTANG PENAGIHAN PAJAK DENGAN
SURAT PAKSA SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2000.
PP
• PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2007 TENTANG TATA
CARA PELAKSANAAN HAK DAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN
SEBAGAIMANA TELAH BEBERAPA KALI DIUBAH TERAKHIR DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 74 TAHUN 2011
• PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 135 TAHUN 2000 TENTANG TATA CARA
PENYITAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA
PMK
• PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 24/PMK.03/2008 TENTANG TATA
CARA PELAKSANAAN PENAGIHAN DENGAN SURAT PAKSA DAN PELAKSANAAN
PENAGIHAN SEKETIKA DAN SEKALIGUS SEBAGAIMANA DIUBAH TERAKHIR DENGAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN - 85/PMK.03/2010
2 STP SKPKB SKPKBT SK Pembetulan SK Keberatan Putusan Banding Putusan Peninjauan Kembali
ALUR DAN JADWAL
PELAKSANAAN PENAGIHAN PAJAK
SPMP/ PENYITAAN SP SURAT TEGURAN PARATE EXECUTIE DIBERITAHUKAN OLEH JURUSITA PAJAK DIBUAT BAP SP PENCABUTAN SITA PENGUMUMAN LELANG PELAKSANAAN LELANG
UTANG PAJAK & BIAYA PENAGIHAN LUNAS
PUTUSAN PENGADILAN
14 hari
PENCEGAHAN PENYANDERAAN SYARAT:
UTANG PAJAK ≥ Rp100 jt
DIRAGUKAN ITIKAD BAIK
JANGKA WAKTU:
6 BLN DPT DIPERPANJANG MAX 6 BLN AKIBAT:
UTANG PAJAK TDK HAPUS & PENAGIHAN TETAP DILAKSANAKAN * KEP / IJIN MENKEU
JURUSITA + 2 SAKSI BAP SITA
BRG BERGERAK & BRG TDK BERGERAK BRG YG DISITA DILARANG: DIPINDAHTANGANKAN DISEWAKAN DIPINJAMKAN DISEMBUNYIKAN DIHILANGKAN DIRUSAK
PENYITAAN ATAS REK. BANK & EFEK
7 hari
21 hari 2X24 jam
Jatuh tempo: 1 (satu) bulan sejak terbit
14 hari Dasar Hukum : UU KUP No 6/1983 sttd No 16/2009 UU PPSP No 19/1997 sttd No 19/2000 PP No 74 Tahun 2011 PMK No 24/PMK.03/2008 sttd PMK No 85/PMK.03/2010 PEMBLOKIRAN Barang Bergerak 1 X Barang Tdk Bergerak 2 X Langsung,Pos, Ekspedisi/kurir dgn bukti kirim PENGUMUMAN DI MEDIA MASA Permohonan Angsuran/Penundaan 9 hari
sebelum jatuh tempo
SPPSS
Oleh KPKLN Angsuran atau penundaan pembayaran“setelah” 9 hari sebelum
jatuh tempo harus memberikan jaminan berupa garansi bank
Angsuran atau penundaan pembayaran dikenakan sanksi bunga Pasal 19 ayat (2) UU KUP sebesar 2% (dua persen) per bulan
Ps.1 angka 3 UU PPSP
• Penanggung Pajak adalah orang pribadi atau badan yang
bertanggung jawab atas pembayaran pajak, termasuk wakil
yang menjalankan hak dan memenuhi kewajiban Wajib Pajak
menurut
ketentuan
peraturan
perundang-undangan
perpajakan.
Pasal 1 angka 28 UU KUP
• Penanggung Pajak adalah Orang Pribadi atau Badan yang
bertanggung jawab atas pembayaran pajak, termasuk wakil
yang menjalankan hak atau memenuhi kewajiban Wajib
Pajak menurut ketentuan peraturan perundang-undagngan
perpajakan
Dalam menjalankan hak dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, Wajib Pajak diwakili dalam hal:
badan oleh PENGURUS;
badan yang dinyatakan pailit oleh kurator;
badan dalam pembubaran oleh orang atau badan yang ditugasi untuk
melakukan pemberesan;
badan dalam likuidasi oleh likuidator;
suatu warisan yang belum terbagi oleh salah seorang ahli warisnya, pelaksana
wasiatnya atau yang mengurus harta peninggalannya; atau
anak yang belum dewasa atau orang yang berada dalam pengampuan oleh wali
Wakil bertanggungjawab
secara pribadi dan/atau secara renteng
atas
pembayaran pajak yang terutang, kecuali apabila dapat membuktikan dan
meyakinkan Direktur Jenderal Pajak bahwa mereka dalam kedudukannya
benar-benar tidak mungkin untuk dibebani tanggung jawab atas pajak yang
terutang tersebut.
Ayat ini menegaskan bahwa wakil Wajib Pajak yang diatur dalam Undang-Undang ini bertanggung jawab secara pribadi atau secara renteng atas pembayaran pajak yang terutang. Pengecualian dapat dipertimbangkan oleh Direktur Jenderal Pajak apabila wakil Wajib Pajak dapat membuktikan dan meyakinkan bahwa dalam kedudukannya, menurut kewajaran dan kepatutan, tidak mungkin dimintai pertanggungjawaban.
Penjelasan:
Orang yang nyata-nyata mempunyai wewenang dalam menentukan kebijaksanaan dan/atau mengambil keputusan dalam rangka menjalankan kegiatan perusahaan, misalnya berwenang menandatangani kontrak dengan pihak ketiga, menandatangani cek, dan sebagainya walaupun orang tersebut tidak tercantum namanya dalam susunan pengurus yang tertera dalam akte pendirian maupun akte perubahan, termasuk dalam pengertian pengurus. Ketentuan dalam ayat ini berlaku pula bagi komisaris dan pemegang saham mayoritas atau pengendali.
Terhadap Penanggung Pajak Badan penyitaan dapat dilaksanakan atas
barang milik perusahaan,
PENGURUS
, kepala perwakilan, kepala cabang,
penanggung jawab,
PEMILIK MODAL
, baik di tempat kedudukan yang
bersangkutan, di tempat tinggal mereka maupun di tempat lain.
TATA CARA PENYITAAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA
Ketentuan tentang penyitaan terhadap barang-barang milik Penanggung Pajak Badan, pada dasarnya dilakukan terhadap barang milik perusahaan. Namun apabila nilai barang tersebut tidak mencukupi atau barang milik perusahaan tidak dapat ditemukan atau karena kesulitan dalam melaksanakan penyitaan terhadap barang milik perusahaan, maka penyitaan dapat dilakukan terhadap barang-barang milik pengurus, kepala perwakilan, kepala cabang, penanggung jawab, pemilik modal atau ketua untuk yayasan kecuali mereka dapat membuktikan bahwa tidak ikut bertanggung jawab sehubungan dengan terjadinya utang pajak tersebut.
8
Perseroan Terbatas
Terbuka
Pemegang Saham
Pengendali
Pemegang Saham
Mayoritas
Perseroan Terbatas
Tertutup
Seluruh Pemegang
Saham
PEMEGANG SAHAM SEBAGAI PENANGGUNG PAJAK (Ps. 10 ayat (4) UU PPSP) Harta Pemegang Saham dapat Disita Ps.12 ayat (3a) UU PPSP
9
PENGERTIAN TANGGUNG JAWAB SECARA RENTENG (Joint And Several Liability)
1. Tanggung jawab para debitur baik bersama-sama, perseorangan, maupun khusus salah seorang di antara mereka untuk menanggung pembayaran seluruh utang; pembayaran salah seorang debitur mengakibatkan debitur yang lain terbebas dari kewajiban membayar utang.
2. Arti tanggung jawab Direksi dan Dewan Komisaris secara renteng adalah:
a. Masing-masing anggota Direksi dan Dewan Komisaris bertanggung jawab untuk bagian yang sama.
b. Pihak yang dirugikan (salah satunya otoritas pajak) dapat menuntut ganti rugi atau pembayaran cukup dari salah satu anggota Direksi dan Dewan Komisaris saja untuk
keseluruhan jumlah kerugian yang dideritanya.
c. Apabila salah satu anggota Direksi dan Dewan Komisaris telah membayar ganti rugi, maka perbuatan anggota Direksi dan Dewan Komisaris tersebut membebaskan tanggung jawab anggota Direksi dan Dewan Komisaris lainnya terhadap pihak yang dirugikan.
d. Anggota Direksi dan Dewan Komisaris lainnya yang telah dibebaskan dari tanggung jawabnya kepada pihak yang dirugikan selanjutnya bertanggung jawab kepada anggota Direksi dan Dewan Komisaris yang telah membayar ganti rugi itu.
e. Anggota Direksi dan Dewan Komisaris yang telah membayar ganti rugi tersebut selanjutnya dapat menagih kepada anggota Direksi dan Dewan Komisaris yang lain sesuai dengan porsi tanggung jawabnya.
10
ORGAN PERSEROAN
Menurut Pasal 1 Angka 2 Undang-undang No. 40 Tahun 2007 tentang PerseroanTerbatas:
Organ Perseroan adalah:
1. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS); 2. Direksi, dan
3. Dewan Komisaris.
Pasal 1 Angka 2 UUPT tersebut mendapat penegasan dalam Pasal 13 Undang-undang No. 19 Tahun
2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (UU BUMN) yang menentukan Organ Persero adalah: 1. RUPS
2. Direksi, dan 3. Komisaris.
Pasal 1 Angka 5 UUPT
Direksi adalah Organ Perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan serta mewakili Perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar.
Pasal 1 Angka 6 UUPT
Dewan Komisaris adalah Organ Perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada Direksi.
11
TOLOK UKUR UNTUK MENENTUKAN APAKAH DIREKSI DAN KOMISARIS UNTUK PERSEROAN INDONESIA TELAH MELAKUKAN TUGAS DAN KEWAJIBANNYA
DENGAN ITIKAD BAIK DAN UNTUK KEPENTINGAN PERSEROAN
Menurut hukum perseroan (company law atau corporation law) yang dianut di luar negeri dan
yang asas-asasnya telah diintegrasikan ke dalam UUPT, ada beberapa doktrin (doctrine) atau aturan (rule) sebagai tolok ukur untuk menentukan apakah direksi dan komisaris untuk perseroan Indonesia telah melakukan tugas dan kewajibannya dengan itikad baik dan untuk kepentingan perseroan.
Tolok ukur tersebut, diantaranya: 1. Doctrine of duty of care
Anggota Direksi (juga Dewan Komisaris) harus menolak untuk mengambil keputusan mengenai sesuatu hal yang diketahuinya atau sepatutnya diketahui akan dapat mengakibatkan perseroan melanggar ketentuan perundang- undangan yang berlaku (termasuk peraturan perpajakan)
2. Business judgment rule
Melakukan review atas laporan-laporan keuangan perseroan secara teratur dan menyatakan keberatan terhadap dilakukannya perbuatan-perbuatan yang jelas-jelas melanggar hukum (termasuk hukum perpajakan).
UU
• PASAL 33 S.D. 36 UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 1997 TENTANG PENAGIHAN
PAJAK DENGAN SURAT PAKSA SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2000.
PP
• PERATURAN PEMERINTAH NO. 137 TAHUN 2000 TENTANG TEMPAT DAN TATA CARA
PENYANDERAAN, REHABILITASI NAMA BAIK PENANGGUNG PAJAK, DAN PEMBERIAN GANTI RUGI DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA
PMK
• KEP. BERSAMA MENKEU DAN MENKEH & HAM NOMOR: M-02.UM.09.01 TAHUN 2003
DAN NOMOR: 294/KMK.03/2003 TANGGAL 25 JUNI 2003 TENTANG TATA CARA PENITIPAN PENANGGUNG PAJAK YANG DISANDERA DI RUMAH TAHANAN NEGARA DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA
KEPDIRJEN PAJAK
• KEPUTUSAN DIRJEN PAJAK NO.KEP-218/PJ/2003 TGL 30 JULI 2003 TENTANG PETUNJUK
PELAKSANAAN PENYANDERAAN DAN PEMBERIAN REHABILITASI NAMA BAIK PENANGGUNG PAJAK YANG DISANDERA
Sosialisasi Penagihan Pajak 2015
Meningkatkan kepatuhan WP/PP dalam pembayaran pajak
Meningkatkan kesadaran Wajib Pajak untuk secara
aktif dan kooperatif dalam memenuhi kewajiban
perpajakannya
Meningkatkan keadilan dalam pemungutan pajak
Meningkatkan pencairan tunggakan pajak pada umumnya dan tunggakan pajak besar khususnya
Sosialisasi Penagihan Pajak 2015
HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN
14
Pasal 35 UU PPSP
Penyanderaan terhadap Penanggung Pajak tidak mengakibatkan hapusnya utang pajak dan terhentinya pelaksanaan penagihan pajak.
Amanat Penjelasan Ps.33 ayat (1) UU PPSP:
1.
Pejabat harus mendapatkan data atau informasi yang akurat yang
diperlukan
sebagai
bahan
pertimbangan
untuk
mengajukan
permohonan izin penyanderaan.
2.
Penyanderaan hanya dilaksanakan secara sangat selektif, hati-hati,
dan merupakan upaya terakhir.
1. Memaknai upaya terakhir , bukan berarti seluruh tahapan tindakan penagihan secara keseluruhan telah dilakukan
2. Upaya terakhir, dimaknai sebagai upaya langsung untuk memaksa Penanggung Pajak secara psikis dan psikologis memprioritaskan pelunasan utang pajak sebagai keputusan yang harus diambil dan beritikad baik secara nyata untuk melunasi utang pajaknya.
Sosialisasi Penagihan Pajak 2015
DATA ATAU INFORMASI AKURAT YANG DIPERLUKAN SEBAGAI BAHAN PERTIMBANGAN UNTUK MENGAJUKAN PERMOHONAN IZIN
PENYANDERAAN 15 KPP diminta untuk melakukan penyitaan terhadap harta WP Orang Pribadi atau Wajib
Pajak Badan, diutamakan pemblokiran rekening simpanan di Bank
Kemampuan Membayar
2.
Data internal dan eksternal KPP yan g
menunjukkan PP memiliki kemampuan
untuk membayar
1.
Penanggung Pajak diduga menyembunyikan harta kekayaannya sehingga tidak ada atau tidak cukup barang
yang disita untuk jaminan pelunasan utang pajak
Penjelasan Pasal 3 ayat (1) huruf a Peraturan Pemerintah Nomor 137 Tahun 2000 Jumlah utang pajak sekurang-kurangnya Rp. 100.000.000,00 merupakan syarat kuantitatif
dan sekaligus menunjukkan bahwa penyanderaan tidak ditujukan kepada Penanggung Pajak yang berpenghasilan kecil.
Sosialisasi Penagihan Pajak 2015
Prioritas Penyanderaan
1.
terhadap Penanggung Pajak yang telah atau sedang dilakukan
pencegahan atau perpanjangan pencegahan dan telah dilakukan
penyitaan terhadap barang milik Orang Pribadi atau Perusahaan
2. Penanggung Pajak yang telah/sedang dilakukan pencegahan tetapi belum melunasi utang pajaknya.
3. Penanggung Pajak yang Wajib Pajib Pajaknya telah dinyatakan selesai kepailitannya dan utang pajak belum lunas dari pembagian harta bundel pailit, dan/atau Wajib Pajaknya telah dilakukan pembubaran dan/atau likuidasi dan utang pajak belum lunas.
4. Penanggung Pajak telah dilakukan penyitaan terhadap barang milik Orang Pribadi atau Perusahaan tetapi barang tersebut tidak ditemukan atau nilainya tidak cukup untuk melunasi utang pajaknya.
Sosialisasi Penagihan Pajak 2015
Hal-hal yg Harus Diperhatikan
Agar penyanderaan tidak dilaksanakan sewenang-wenang
dan juga tidak bertentangan dengan rasa keadilan
bersama:
Penyanderaan terhadap PP dilaksanakan
setelah upaya
hukum yang dilakukan Wajib Pajak telah mendapat
keputusan yang berkekuatan hukum tetap.
KPP dan Kanwil DJP melakukan reviu atas materi
penetapan sebagai dasar utang pajak secara seksama,
obyektif dan profesional untuk memastikan aspek
formal dan materi pemeriksaan/penelitian/verifikasi
telah sesuai dengan ketentuan perpajakan yang
berlaku.
Sosialisasi Penagihan Pajak 2015
KRITERIA PENYANDERAAN
Syarat Kuantitatif
Tahapan Penagihan
Syarat Kualitatif
Persetujuan
Mempunyai utang pajak sekurang-kurangnya sebesar
Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah)
Diragukan itikad baiknya
dalam melunasi utang pajak
Telah lewat jangka waktu 14 (empat belas) hari sejak tanggal Surat Paksa diberitahukan kepada Penanggung Pajak.
Telah mendapat izin tertulis dari Menteri Keuangan Republik Indonesia
Sosialisasi Penagihan Pajak 2015
Penanggung Pajak diragukan itikad baiknya
PP tidak merespon himbauan untuk melunasi utang pajak;
PP tidak menjelaskan/tidak bersedia melunasi utang pajak baik
sekaligus maupun angsuran
PP tidak bersedia menyerahkan hartanya untuk melunasi utang pajak
PP akan meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya atau berniat
untuk itu
PP memindahtangankan barang yang dimiliki atau yang dikuasai
dalam rangka menghentikan atau mengecilkan kegiatan perusahaan, atau pekerjaan yang dilakukannya di Indonesia
PP akan membubarkan badan usahanya, atau menggabungkan
usahanya, atau memekarkan usahanya, atau memindahtangankan
perusahaan yang dimiliki atau dikuasainya, atau melakukan perubahan bentuk lainnya
Sosialisasi Penagihan Pajak 2015
Utang pajak dan biaya penagihan pajak telah dibayar lunas
Jangka waktu yang ditetapkan dalam Surat Perintah Penyanderaan telah habis
Berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap
Berdasarkan pertimbangan tertentu dari Menteri Keuangan
4
1
2
3
Pelepasan PP yang Disandera
Note Ps.13 PP 137 Tahun 2000:
Biaya penyanderaan dibebankan kepada Penanggung Pajak yang disandera dan diperhitungkan sebagai biaya penagihan pajak
Sosialisasi Penagihan Pajak 2015
Pertimbangan tertentu Menkeu
Penanggung Pajak sudah membayar utang pajak 50% atau
lebih dari jumlah utang pajak/sisa utang pajak, dan sisanya
akan dilunasi dengan angsuran
Penanggung Pajak sanggup melunasi utang pajak dengan
menyerahkan bank garansi
Penanggung Pajak sanggup melunasi utang pajak dengan
meyerahkan harta kekayaannya yang sama nilainya dengan
utang pajak dan biaya penagihan pajak
Penanggung Pajak telah berumur 75 tahun atau lebih
Untuk kepentingan perekonomian negara dan kepentingan
Sosialisasi Penagihan Pajak 2015
Hak PP selama di Rutan
Melakukan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing2 Memperoleh pelayanan kesehatan yang layak sesuai dengan ketentuan
yang berlaku
Mendapat makanan yang layak termasuk menerima kiriman makanan
dari keluarga
Memperoleh bahan bacaan dan informasi lainnya atas biaya sendiri Menerima kunjungan rohaniwan dan dokter pribadi atas biaya sendiri
setelah mendapat izin dari Kepala Rumah Tahanan Negara
Menerima kunjungan keluarga, pengacara, dan sahabat setelah
mendapat izin tertulis dari Kepala KPP maksimal 3 kali seminggu selama 30 (tiga puluh) menit untuk setiap kali kunjungan
Menyampaikan keluhan tentang perlakuan petugas kepada Kepala Rutan
Sosialisasi Penagihan Pajak 2015
Rehabilitasi Nama Baik
Ps.16 PP Nomor 137 Tahun 2000
Penanggung Pajak yang disandera dapat mengajukan gugatan terhadap pelaksanaan penyanderaan hanya kepada PN sebelum berakhirnya
penyanderaan
Permohonan rehabilitasi nama baik diajukan secara tertulis dalam
bahasa Indonesia dilengkapi
Putusan Pengadilan
Surat Perintah Penyanderaan
Surat Pemberitahuan Pelepasan Penanggung Pajak yang disandera Rehabilitasi nama baik dilaksanakan oleh Pejabat dalam bentuk 1
(satu) kali pengumuman pada media cetak harian yang berskala nasional/regional/lokal dengan ukuran yang memadai, yang dilakukan paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya permohonan Penanggung Pajak
Sosialisasi Penagihan Pajak 2015
Permohonan Ganti Rugi
Permohonan ganti rugi diajukan secara tertulis dalam bahasa
Indonesia dengan mengemukakan jumlah ganti rugi yang diminta, dan dilengkapi:
Putusan Pengadilan
Surat Perintah Penyanderaan
Surat Pemberitahuan Pelepasan Penanggung Pajak yang
disandera
Ganti rugi diberikan paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak
diterimanya permohonan Penanggung Pajak secara lengkap.
Besarnya ganti rugi yang diberikan kepada Penanggung Pajak adalah
sebesar Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah) setiap hari selama masa penyanderaan yang dijalaninya.
Sosialisasi Penagihan Pajak 2015
HAK WAJIB PAJAK DALAM PENAGIHAN PAJAK
1. MENGAJUKAN ANGSURAN & PENUNDAAN PEMBAYARAN UTANG
PAJAK SESUAI PMK 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA
PENYETORAN DAN PEMBAYARAN PAJAK
2. MENGAJUKAN PERMOHONAN PENGURANGAN ATAU PENGHAPUSAN SANKSI ADMINISTRASI DAN PENGURANGAN ATAU PEMBATALAN SURAT KETETAPAN PAJAK ATAU SURAT TAGIHAN PAJAK
3. TERTANGGUHNYA PENAGIHAN PAJAK KHUSUS UNTUK
SKPKB/SKPKBT TAHUN PAJAK 2008 KE ATAS YANG TIDAK DISETUJUI OLEH WAJIB PAJAK PADA SAAT PEMBAHASAN AKHIR;
4. MENGAJUKAN GUGATAN ATAS PELAKSANAAN SURAT PAKSA, SURAT
PERINTAH MELAKSANAKAN PENYITAAN, ATAU PENGUMUMAN
LELANG; KEPUTUSAN PENCEGAHAN DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK KE PENGADILAN PAJAK;
5. MENGAJUKAN GUGATAN ATAS PENYANDERAAN KE PENGADILAN NEGERI;
6. MENGAJUKAN SANGGAHAN ATAS OBYEK SITA.
Sosialisasi Penagihan Pajak 2015
KEWAJIBAN WAJIB PAJAK DALAM PENAGIHAN PAJAK