• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSORPSI KEL 4.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ABSORPSI KEL 4.docx"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM OTK 2 LAPORAN PRAKTIKUM OTK 2

Oleh : Oleh : SAPTHA FRYSTIA SAPTHA FRYSTIA (153141009(1531410097)7) TEKNIK KIMIA TEKNIK KIMIA

POLITEKNIK NEGERI MALANG POLITEKNIK NEGERI MALANG

2016/2017 2016/2017

ABSORPSI BATCH ABSORPSI BATCH

I.

I. Tujuan PraktikumTujuan Praktikum a.

a. Melihat perbandingan kelarutan gas tertentu (seperti COMelihat perbandingan kelarutan gas tertentu (seperti CO22, dan sebagainya) dengan, dan sebagainya) dengan

membuat variasi beberapa variable seperti : membuat variasi beberapa variable seperti :

(2)

 Laju alir cairan

 Konsentrasi gas terlarut

 Waktu pengontakan

 b. Membandingkan kurva kesetimbangan hasil dari operasi dengan kurva kesetimbangan  pada literature

II. Dasar Teori

Absorpsi adalah proses pemisahan bahan dari suatu campuran gas dengan cara  pengikatan bahan tersebut pada permukaan absorben cair yang diikuti dengan pelarutan. Kelarutan gas yang akan diserap dapat disebabkan hanya oleh gaya-gaya fisik (pada absorpsi fisik) atau selain gaya tersebut juga oleh ikatan kimia (pada absorpsi kimia). Komponen gas yang dapat mengadakan ikatan kimia akan dilarutkan lebih dahulu dan juga dengan kecepatan yang lebih tinggi. Peralatan absorpsi gas terdiri dari sebuah kolom  berbentuk silinder atau menara yang dilengkapi dengan pemasukan gas dan ruang

distribusi pada bagian bawah, pemasukan zat cair dan distributornya pada bagian atas,  pengeluaran gas dan zat cair masing-masing diatas dan dibawah

Gas yang mengandung zat terlarut, disebut gas kaya (rich gas), masuk ke ruang  pendistribusian melalui celah isian, berlawanan arah dengan zat cair. Isian itu memberikan  permukaan yang luas untuk kontak antara zat cair dan gas sehingga membantu terjadinya kontak yang maksimal antara kedua fase, dan terjadi penyerapan zat terlarut yang ada di dalam rich gas oleh zat cair yang masuk ke dalam menara dan gas encer ( lean gas) keluar dari atas. Sambil mengalir kebawah, zat cair makin kaya zat terlarut, dan keluar dari bawah menara sebagai cairan pekat ( strong liquor ). Operasi transfer massa umumnya dilakukan dengan menggunakan manara yang dirancang sedemikian sehingga diperoleh kontak yang baik antara kedua fase. Alat transfer massa yang berupa menara secara umum dapat dibagi ke dalam 4 golongan, yaitu : menara sembur, menara gelembung, menara pelat dan menara paking.

Pada absorbsi sendiri ada dua macam proses yaitu :

a. Absorbsi fisik 

Absorbsi fisik merupakan absorbsi dimana gas terlarut dalam cairan penyerap tidak disertai dengan reaksi kimia. Contoh absorbsi ini adalah absorbsi gas H2S dengan

(3)

air, metanol, propilen, dan karbonat. Penyerapan terjadi karena adanya interaksi fisik, difusi gas ke dalam air, atau pelarutan gas ke fase cair. Dari asborbsi fisik ini ada  beberapa teori untuk menyatakan model mekanismenya, yaitu :

1. Teori model film 2. Teori penetrasi

3. teori permukaan yang diperbaharui

b. Absorbsi kimia

Absorbsi kimia merupakan absorbsi dimana gas terlarut didalam larutan penyerap disertai dengan adanya reaksi kimia. Contoh absorbsi ini adalah absorbsi dengan adanya larutan MEA, NaOH, K 2CO3, dan sebagainya. Aplikasi dari absorbsi kimia dapat dijumpai  pada proses penyerapan gas CO2 pada pabrik amoniak. Penggunaan absorbsi kimia pada fase kering sering digunakan untuk mengeluarkan zat terlarut secara lebih sempurna dari campuran gasnya. Keuntungan absorbsi kimia adalah meningkatnya koefisien perpindahan massa gas, sebagian dari perubahan ini disebabkan makin besarnya luas efektif permukaan. Absorbsi kimia dapat juga berlangsung di daerah yang hampir stagnan disamping  penangkapan dinamik.

Hal-hal yang mempengaruhi dalam prsoses adsorbsi :

 Zat yang diadsorbsi

 Luas permukaan yang diadsorbsi

 Temperature

 Tekanan

Absorben

Absorben adalah cairan yang dapat melarutkan bahan yang akan diabsorpsi  pada permukaannya, baik secara fisik maupun secara reaksi kimia. Absorben sering juga

disebut sebagai cairan pencuci. Persyaratan absorben :

 Memiliki daya melarutkan bahan yang akan diabsorpsi yang sebesar mungkin

 Selektif

 Memiliki tekanan uap yang rendah

 Tidak korosif. dan harganya murah

 Mempunyai viskositas yang rendah

(4)

Kolom Absorpsi

Adalah suatu kolom atau tabung tempat terjadinya proses pengabsorbsi  penyerapan/penggumpalan) dari zat yang dilewatkan di kolom/tabung tersebut. Proses ini dilakukan dengan melewatkan zat yang terkontaminasi oleh komponen lain dan zat tersebut dilewatkan ke kolom ini dimana terdapat fase cair dari komponen tersebut.

Prinsip Absorbsi

Udara yang mengandung komponen terlarut (misalnya CO 2) dialirkan ke dalam kolom  pada bagian bawah. Dari atas dialirkan alir. Pada saat udara dan air bertemu dalam kolom isian, akan terjadi perpindahan massa. Dengan menganggap udara tidak larut dalam air (sangat sedikit larut),maka hanya gas CO2 saja yang berpindah ke dalam fase air (terserap). Semakin ke bawah, aliran air semakin kaya CO2. Semakin ke atas ,aliran udara semakin miskin CO2. Faktor-faktor yang berpengaruh pada operasi absorpsi adalah sebagai  berikut :

 Laju alir air. Semakin besar,penyerapan semakin baik.

 Komposisi dalam aliran air. Jika terdapat senyawa yang mampu beraksi dengan CO2 (misalnya NaOH) maka penyerapan lebih baik.

 Suhu operasi.Semakin rendah suhu operasi,penyerapan semakin baik.

 Tekanan operasi.Semakin tinggi tekanan operasi, penyerapan semakin baik sampai pada batas tertentu. Diatas tekanan maksimum (untuk hidrokarbon biasanya 4000-5000 kPa), penyerapan lebih buruk.

 Laju alir gas. Semakin besar laju alir gas, penyerapan semakin buruk.

III. Daftar Alat dan Bahan

1. Bahan dan zat kimia yang diperlukan

a). Untuk Pengoperasian :

 Gas CO2 murni.

 Udara (dari kompressor).

(5)

Isi tangki cairan dengan 30 L air. Hidupkan pompa cairan  b). Untuk analisa sampel :

  Natrium hidroksida (NaOH) : 0,1 N.

 Aquadest.

 Indikator phenolphtalin.

2. Peralatan yang diperlukan

a). Untuk pengoperasian :

 Absorption column 1 unit.

 CO2 bottle dan regulator.

 Kompressor.

 Termometer.

 Beaker glass 500 ml dan 1000 ml.

 Stopwatch.  b). Untuk analisa :

 Buret 50 ml.

 Erlenmeyer 100 ml.

 Beaker glass 250 ml dan 1000 ml.

 Pipet volume 10 ml dan 25 ml.

 Karet sedot

 Statif untuk buret.

 Corong kaca. Deskripsi Peralatan

Peralatan praktikum absorber terdiri dari suatu rangkaian kolom berpaking, yang terdiri dari :

1. Kolom absorber kaca (kolom paking). 2. Tangki umpan.

3. Rangkaian perpipaan dan alat ukur laju alir / tekanan. 4. Sumber gas murni (missal CO2) dan regulator.

IV. Prosedur percobaan A. Kalibrasi Orificemeter.

(6)

Catat waktu yang dibutuhkan hingga manometer cairan air menunjukkan  pembabaan. Biarkan sistem beroperasi hingga mencapai keadaan konstan.

Catat perbadaan tekanan pada manometer

Ulangi langkah diatas dengan mengubah laju alir udara menjadi 90 L/min Atur laju alir udara sebesar 45 L/min

Bersihkan tangki penampung cairan, gantikan air dengan NaOH 0,1 N

Lakukan pengambilan sampel 100 ml masing

 – 

 masing dari inlet maupun outlet untuk dianalisa den an titrasi

Hidupkan pompa cairan, buka valve pengatur laju cairan NaOH dengan laju alir 2 L/min, 4 L/min, dan 6 L/min. Atur laju alir CO2 2 L/min, dan

laju alir udara 45 L/min

Ambil 100 ml cairan sampel masing-masing dari inlet maupun outlet. Kemudian ambil 50ml letakkan pada erlenmeyer 1 dan 50 pada erlenmeyer

2 (perlakuan yang sama pada cairan inlet maupun outlet) .

Perlahan - lahan buka keran pengatur laju alir cair an hingga cairan mengalir ke kolom.Atur laju cairan dengan variasi 2L/min, 4L/min, dan 6L/min

B. Pengujian daya serap gas terhadap cairan NaOH (absorpsi) dengan variasi laju alir NaOH dan variasi waktu.

(7)

Pada erlenmeyer 1 tambahkan dengan setetes indikator PP dan titrasi dengan larutan HCl hingga warna merah muda menghilang.

Tambahkan 2 tetes indikator PP dan titrasi dengan HCl hingga mencapai mencapai titik akhir titrasi (T3)

Pada erlen meyer ke- 2 tambahkan sekitra 10% lebih dari hasil perhitungan (T2-T1) larutan BaCl2 dan kocok.

Catat jumlah titran yang dibutuhkan sebagai T1. Lalu tambahkan indikator metil orange dan lanjutkan titrasi dengan HCl hingga tercapai titik akhir

titrasi. Catata total penambahan asam yang digunaka sebagai T2

V. Data Pengamatan

Laju alir udara = 20L/min Laju alir CO2 = 2L/min

Absorber = NaOH 0,1 N (30 L) Larutan penitrasi = HCl 0,1 M Volume sampling = 50 ml a. Kalibrasi

(8)

20 40 60 80 100 0 0.2 0.3 2.2 4 4.3 2 0.4 1.2 2 5.2 13.1 4 1.9 3.6 7.5 22.2 28.4 6 6.2 17 25.5 - -8 20 75 32 - -10 40 - - -

- b. Analisa gas CO2 dalam NaOH/Na2CO3

Waktu (menit) Inlet T1 T2 T3 CC C N 0 33.2 47 46.7 0.0934 0.0003 10 19.9 46 45.2 0.0904 0.0008 20 12.2 46.1 41 0.082 0.0051 30 6 27.2 25.2 0.0504 0.02

VI. Analisa Data Waktu (menit) Outlet T1 T2 T3 CC C N 0 21.3 46.6 46.2 0,0924 0,0004 10 17.8 46.2 45 0,09 0,0012 20 13.5 46.1 40.1 0,0802 0,006 30 5.6 26.7 23 0,046 0,0037 Waktu (menit)

Laju alir cairan CO2(L/menit)

Inlet Outlet CO2 yang terserap (gmol/menit) C N C N 0 2 0.0003 0.0004 0.0002 10 2 0.0008 0.0012 0.0008 20 2 0.0051 0.006 0,0018 30 2 0.02 0.0037 0,0034

(9)

Perhitungan Konsentrasi Sampel

a. Konsentrasi NaOH dalam sampel inlet (t= 5 menit) Cc =  x 0,1M =,7    0,1 = 0,0934gmol/L (t= 10 menit) Cc =  x 0,1M =,    0,1 = 0,0904gmol/L (t= 20 menit) Cc =  x 0,1M =   0,1 = 0,082gmol/L (t= 30 menit) Cc =  x 0,1M =,    0,1 = 0,0504 gmol/L

 b. Konsentrasi NaOH dalam sampel outlet (t= 0 menit) Cc =  x 0,1M =,    0,1 = 0,0924gmol/L (t= 10 menit) Cc =  x 0,1M =   0,1 = 0,09 gmol/L (t= 20 menit) Cc =  x 0,1M =,    0,1 = 0,0802gmol/L (t= 30 menit) Cc =  x 0,1M =   0,1 = 0,046gmol/L

(10)

(t= 0 menit) C N = −   x 0,1M x 0,5 =7−,7    0,1  0,5 = 0,0003gmol/L (t= 10 menit) C N = −   x 0,1M x 0,5 =−,    0,1 0,5 =0,0008 gmol/L (t= 20 menit) C N = −   x 0,1M x 0,5 =,−    0,1 0,5 =0,0051 gmol/L (t= 30 menit) C N = −   x 0,1M x 0,5 =7,−,    0,1  0,5 = 0,002 gmol

d. Konsentrasi Na2CO3 dalam sampel outlet

(t= 0 menit) C N =−   x 0,1M x 0,5 =,−,    0,1  0,5 = 0,0004 gmol/L (t= 10 menit) C N = −   x 0,1M x 0,5 =,−    0,1  0,5 = 0.0012 gmol/L (t= 20 menit) C N = −   x 0,1M x 0,5 =,−,    0,1M  0,5 = 0,006 gmol/L (t= 30 menit)

(11)

C N = −   x 0,1M x 0,5 =,7−    0,1M  0,5 = 0,0037 gmol/L Perhitungan CO2 terserap a. Waktu 0 menit

CO2 terserap = laju alir cairan x [(C N)o-(C N)i]

= 2 x [(0,0004)-(0,0003)] = 0,0004 gmol/menit  b. Waktu 10 menit

CO2 terserap = laju alir cairan x [(C N)o-(C N)i]

= 2 x [(0,0012)-(0,0008)] = 0,0008 gmol/menit c. Waktu 20 menit

CO2 terserap = laju alir cairan x [(C N)o-(C N)i]

= 2 x [(0,006)-(0,0051)] = 0,0018 gmol/menit d. Waktu 30 menit

CO2 terserap = laju alir cairan x [(C N)o-(C N)i]

= 2 x [(0,0037)-(0,002)] = 0,0034 gmol/menit

(12)

a. Grafik Kalibrasi Laju Air Udara 20 L/menit  b. Grafik Analisa y = 1.45x - 2.9667 R² = 0.9279 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7    L    a    j    u    A     l   i   r    A    i    r

Kalibrasi

Δ

P VS Laju Alir Air

0 0.0005 0.001 0.0015 0.002 0.0025 0.003 0.0035 0.004 0 5 10 15 20 25 30 35    C    O    2    y    a    n    g    t    e    r    s    e    r    a    p     (   g   m    o     l     /   m    e    n    i    t     ) waktu (menit)

(13)

VII. Pembahasan

Pada praktikum kali ini dilakukan analisa gas CO2  dalam NaOH atau Na2CO3

melalui proses absorbsi batch dimana terlebih dahulu dilakukan kalibrasi dengan absorber air dengan laju alir udara 45 L/menit dan laju alir air 2,4,6 L/menit dan didapatkan grafik antara laju alir air vs perubahan tekanan dimana semakin dinaikkan laju alir air semakin tinggi nilai perubahan tekanannya. Setelah dilakukan kalibrasi dilakukan analisa gas CO2dengan absorber berupa NaOH dengan laju alir

udara 45 L/menit dan laju alir NaOH 2 L/menit dengan interval waktu 5 menit sampai 20 menit dimana gas CO2dan NaOH dikontakkan melalui kolom absorber

dengan mengalirkan gas CO2dari bagian bawah kolom dan NaOH dialirkan dari

 bagian atas kolom, kolom dilengkapi packing yang bertujuan untuk memperluas kontak antara NaOH dan gas CO2. Sampel diambil sebanyak 100 ml melalui umpan

(inlet) dan keluaran dari kran (outlet) dititrasi untuk mengetahui gas CO2 yang

terserap. Titrasi dilakukan 2 kali yaitu titrasi asidimetri yang bertujuan untuk mengetahui konsentrasi NaOH dengan titran HCl 0,1N dengan indikator pp dari  bewarna merah jambu menjadi tak bewarna, lalu dilakukan titrasi alkalimetri

dengan menggunakan HCl 0,1N dan indikator metil orange yang akan memberikan warna jingga pada garam NaCl yang terbentuk hingga berwarna merah jambu setelah mencapai titik ekivalen, Setelah dititrasi didapatkan sampel inlet hasil titrasi yang mengalami penurunan dari setiap waktunya ini berpengaruh pada hasil  perhitungan konsentasi NaOH menunjukkan bahwa dari waktu kewaktu konsentrasi  NaOH mengalami penurunan akan tetapi pada menit ke 5, 10, dan 15 hampir konstan yaitu 0,03 sedangkan pada perhitungan konsentrasi Na2CO3 tidak konstan.

Pada sampel outlet hasil titrasi juga mengalami penurunan sehingga pada  perhitungan hasil konsentrasi NaOH juga mengalami penurunan ini disebabkan  pada semakin lama waktu pengontakan NaOH dan gas CO2 semakin banyak NaOH

0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06 0.07 0.08 0.09 0.1 0 10 20 30 40    C    c     (     k   o    n    s    e    n    t    r    a    s    i    N    a    o    H     ) waktu (menit)

Grafik Waktu Vs Cc

Inlet outlet

(14)

yang bereaksi dengan NaOH sebaliknya konsentrasi Na2CO3 mengalami

 peningkatan, sehingga jumlah CO2 yang terserap semakin banyak dari waktu

kewaktu ini menunjukkan bahwa semakin lama pengontakan semakin optimal  NaOH menyerap CO2 sesuai dengan grafik yang ditunjukkan.

VIII. Kesimpulan

Dari percobaan hanya dilakukan variabel waktu untuk mengetahui kelarutan CO2

yaitu 5,10,15,20 menit dan didapatkan semakin lama waktu semakin banyak CO2

yang larut karena semakin lama waktu semakin lama pengontakkan dan NaOH dapat mengabsorb CO2secara optimal.

IX. Daftar Pustaka

http://alexschemistry.blogspot.co.id/2013/03/laporan-operasi-teknik-kimia-absorbsi.html http://astrid273.blogspot.co.id/2013/06/laporan-praktikum-satuan-operasi-ii.html http://depisatir.blogspot.co.id/2013/06/absorpsi-ii-absorpsi-co2-dalam-air.html

Gambar

Grafik Waktu Vs CO2 yang terserap
Grafik Waktu Vs Cc

Referensi

Dokumen terkait

Gipsum yang dibuat dengan proses desulfurisasi gas buang dengan memanfaatkan proses absorbsi gas SO2 ke dalam larutan Ca(OH)2 yang dihasilkan dari reaksi

Gipsum yang dibuat dengan proses desulfurisasi gas buang dengan memanfaatkan proses absorbsi gas SO 2 ke dalam larutan Ca(OH) 2 yang dihasilkan dari reaksi

Absorbsi merupakan salah satu proses pemisahan dengan mengontakkan campuran gas dengan cairan sebagai penyerapnya Tujuan dari percobaan Absorbsi CO 2. menggunakan larutan NaOH dan

Analisa kimia kuantitatif digunakan untuk mendapatkan data mengenai produksi gas hidrogen yang dihasilkan dari reaksi antara limbah aluminium dengan larutan NaOH (1,2,3,4 dan 5

• Pokok Bahasan : Teori atom; Senyawa kimia; Reaksi kimia dan stoikiometri; Kondisi gas; Larutan; Termodinamika; Kimia organik; Biokimia; Peralatan industri kimia: material

Absorbsi merupakan salah satu proses separasi dalam industri kimia dimana suatu campuran gas dikontakkan dengan suatu cairan penyerap tertentu sehingga satu

Kecepatan reaksi ditentukan oleh kecepatan perpindahan massa gas A melalui lapisan gas, melalui lapisan cair difusi masuk ke dalam larutan dan reaksi kimia. Reaksi terjadi di

Adsorbsi secara umum adalah proses penggumpalan subtansi terlarut (soluble) yang ada dalam larutan, oleh permukaan zat atau benda penyerap, dimana terjadi suatu ikatan kimia