P
I
R
A
K
E
L
S
Vol. 7
No. 2
Juni 2015
arana Penyebaran Informasi Hasil Kegiatan Litbang
ISSN: 2086 - 1346
SPIRAKEL
Vol. 7
No. 1 Hal. 1-44
Juni, 2015
Baturaja,
2086-1346
ISSN:
Buletin Loka Litbang P2B2 Baturaja
SPIRAKEL
Sarana Penyebaran Informasi Hasil Kegiatan Litbang P2B2 Baturaja
Volume 7 No 1 Juni 2015
DEWAN REDAKSI
Pelindung
Kepala Badan Litbangkes Kemenkes Republik Indonesia
Penasehat
Kepala Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat (Dr. Dede Anwar Musadad, SKM., M.Kes)
Penanggung Jawab
Kepala Loka Litbang P2B2 Baturaja (Yulian Taviv, SKM.,M.Si)
Mitra Bestari
Prof. dr. H. Chairil Anwar, DAP&E., DAPK., PhD Prof. Dr. Ir. Siti Herlinda, M.Si
Prof. Dr. Kgs. M. Sobri, M.Si Dr. Salni, M.Si Dr. Ir. Inswiasri, M.Kes
Dr. Dwi Hapsari Tjandrarini, SKM., M.Kes Dr. Joko Irianto, SKM., M.Kes
Tim Editor
Santoso, SKM., M.Sc Lasbudi P. Ambarita, S.Si., M.Sc
Anif Budiyanto, SKM., M.Epid Yahya, SKM., M.Si Hotnida Sitorus, SKM., M.Sc
Aprioza Yenni, S.Sos., M.A Reni Oktarina, SKM., M.Epid Yanelza Supranelfy, S.Si., M.Sc
Pemimpin Redaksi
Milana Salim, S.Si., M.Sc
Redaktur Pelaksana
Indah Margarethy, S.Sos., M.Si Rika Mayasari, S.Si drh. Nungki Hapsari Suryaningtyas
Ritawati, S.Si
Penerbit
Loka Litbang P2B2 Baturaja
Alamat Redaksi
Loka Litbang P2B2 Baturaja
Jln. A.Yani KM-7 Kemelak Baturaja Timur 32111 Telp/Fax : 0735-322774
e-mail: buletin.spirakel@gmail.com
http://ejournal.litbang.kemkes.go.id/index.php/SPIRAKEL/
SPIRAKEL memuat artikel hasil penelitian, review artikel/tinjauan pustaka/kajian yang berhubungan dengan kesehatan/penyakit tular vektor/bersumber binatang. Buletin ini diterbitkan secara berkala, dua kali dalam setahun (Juni dan Desember) dan didistribusikan secara gratis terbatas di lingkup instansi Kementerian Kesehatan, Lembaga Penelitian, dan Perguruan Tinggi. Nama SPIRAKEL terinspirasi dari organ tubuh serangga yang berfungsi sebagai alat bernafas. Kehadiran SPIRAKEL diharapkan dapat menjadi alat/media bagi peneliti/akademisi untuk mendapatkan atau menyebarkan informasi ilmiah tentang penyakit tular vektor/bersumber binatang.
SALAM REDAKSI
Salam Sehat,
SPIRAKEL Volume 7 Nomor 1 Juni 2015 menerbitkan lima artikel yang berhubungan dengan
penyakit bersumber binatang seperti penyakit malaria, filariasis, pes, leptospirosis dan
kecacingan.
Artikel pertama diawali tentang faktor yang mempengaruhi kinerja mikroskopis malaria pada 5
puskesmas di Kabupaten OKU Provinsi Sumatera Selatan dalam mendeteksi parasit malaria.
Selanjutnya, deteksi dini leptospirosis pada penderita leptospirosis di Kabupaten Ponorogo
menggunakan Lepto Tek diketahui menunjukkan sensitivitas rendah. Santoso dkk, melihat
pengetahuan masyarakat pasca pegobatan massal filariasis dan pengaruhnya terhadap
endemisitas filariasis di Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Resistensi penggunaan insektisida
pinjal tikus (Xenopsylla cheopis) dalam penanggulangan penyakit pes dibahas oleh Dyah
mahendra Sukendra dan artikel terakhir adalah infeksi cacing usus pada anak sekolah di
Kecamatan Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu Kalimantan Selatan tahun 2014 yang dibahas
oleh Budi Hairani dkk.
Tim Redaksi Buletin Spirakel mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
Almarhum Prof (riset). Dr. Damar Tri Boewono, MS yang telah bersedia menjadi mitra bestari
buletin SPIRAKEL edisi tahun 2014. Semoga semua ilmu yang telah beliau berikan dapat kami
terapkan untuk kemajuan perkembangan buletin Spirakel selanjutnya.
Pada kesempatan kali ini disampaikan Ralat untuk gambar cover edisi Spirakel Vol.6 No.1
Desember Tahun 2014. Pada cover tersebut terdapat kesalahan pencantuman gambar nyamuk
Anopheles vagus. Gambar/foto yang tercantum adalah gambar Anopheles annulipes (Richard
C. Russel, 1999; http://medent.usyd.edu.au/photos/mosqphotos/). Tim Redaksi Spirakel minta
maaf atas kesalahan tersebut dan melalui Ralat ini kesalahan tersebut dinyatakan telah
diperbaiki.
Terakhir Tim Redaksi mengucapkan terima kasih kepada seluruh tim penulis, penyunting dan
mitra bestari serta semua pihak yang telah membantu terbitnya bulletin ini. Semoga
artikel-artikel yang disajikan dapat menambah wawasan dan bermanfaat bagi pembaca.
Selamat Membaca!
Hormat Kami,
DAFTAR ISI
Dewan Redaksi
Salam Redaksi
Lembar Abstrak
1 Gambaran Petugas Mikroskopis Malaria Pada Lima Puskesmas Di
Kabupaten OKU Sumatera Selatan Dalam Mendeteksi Parasit Malaria ……..
(Tri Wurisastuti, Hotnida Sitorus, Rizki Nurmaliani)
1 - 6
2 Deteksi Leptospira Patogen Pada tersangka Penderita Leptospirosis Di
Kabupaten Ponorogo ……….
(Dyah Widiastuti, Anggun Paramita Djati)
7 - 13
3 Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Masyarakat Pasca Pengobatan Dan
Pengaruhnya Terhadap Endemisitas Filariasis di Kabupaten Tanjung
Jabung Timur ………..
(Santoso, Aprioza Yenni, Reni Oktarina, Tri Wurisastuti, Katarina Sri Rahayu)
14 - 26
4 Resistensi Pinjal Tikus (Xenopsylla cheopis) Terhadap Insektisida Dalam
Penanggulangan Penyakit Pes ...
(Dyah Mahendrasari Sukendra)
27-37
5 Infeksi Cacing Usus Pada Anak Sekolah SDN 1 Manurung Kecamatan
Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu Kalimatan Selatan Tahun 2014 ………
(Budi Hairani, Juhairiyah)
38-44
Indeks Subjek
Lembar Penyerahan Etik
Lembar Pernyataan Hak Cipta
Petunjuk Penulisan Naskah
SPIRAKEL – Sarana Penyebaran Informasi Hasil Kegiatan Litbang P2B2 Baturaja
Volume 7 Nomor 1 Juni 2015
LEMBAR ABSTRAK
Lembar abstrak ini boleh digandakan tanpa ijin dan biaya
Gambaran Petugas Mikroskopis Malaria Pada Lima Puskesmas Di Kabupaten OKU Sumatera Selatan Dalam Mendeteksi Parasit Malaria
Malaria Microscopic Officer Description In Five Health District In South Sumatra OKU To Detect Malaria Parasites
Tri Wurisastuti, Hotnida Sitorus, Rizki Nurmaliani Abstract. Malaria remains a public health problem in Ogan Komering Ulu (OKU) District South Sumatra Province with Annual Parasite Incidence (API) in 2012 was 0.46‰. Treatment of malaria were conducted in OKU District already based on the results of laboratory examination.Therefore, the accuracy and correctness of blood film examination by malaria microscopists is needed in order to improve the quality of malaria diagnosis.This research involves five microscopists of OKU District. Each microscopists examine 596 malaria blood film. Result of microscopy examination is error rate value of each microscopists which will be the reference performance in diagnosis ofmalaria. In addition, every microscopists was interviewed to describe their characteristics in detection of malaria parasites. Data of microscopy examination and interview were analyzed descriptively. Descriptive analysis showed that performance five microscopists of OKU District in diagnosing malaria differ according to educational background,training experience and workload. Keywords: Characteristics, Microscopic, Diagnosis, Malaria, OKU
Abstrak. Malaria masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat di Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Provinsi Sumatera Selatan dengan Annual Parasite Incidence (API) tahun 2012 sebesar 0,46‰, sedangkan pengobatan malaria yang dilakukan di Kabupaten OKU sudah berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium. Oleh sebab itu, ketepatan dan kebenaran pemeriksaan sediaan darah oleh petugas mikroskopis sangat diperlukan dalam rangka peningkatan mutu diagnosis malaria. Penelitian ini melibatkan 5 mikroskopis di Kabupaten OKU. Setiap petugas mikroskopis melakukan pemeriksaan 596 sediaan darah jari (SDJ) malaria. Hasil pemeriksaan sediaan darah jari berupa nilai error rate masing-masing petugas mikroskopis yang akan menjadi bahan penilaian kinerja petugas mikroskopis dalam mendiagnosis malaria. Selain itu setiap petugas diwawancarai untuk mengetahui gambaran karakteristik petugas dalam mendeteksi parasit malaria. Data hasil pemeriksaan dan wawancara dianalisis secara deskriptif. Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa kinerja lima petugas mikroskopis dalam mendiagnosis malaria berbeda menurut latar belakang pendidikan petugas mikroskopis, jumlah pelatihan mikroskopis dan beban kerja.
Kata Kunci: Karakteristik, Mikroskopis, Diagnosis,
Malaria, OKU
Deteksi Leptospira Patogen Pada Tersangka Penderita Leptospirosis Di Kabupaten Ponorogo Detection Of Pathogenic Leptospira On Human Leptospirosis Suspect In Ponorogo
Dyah Widiastuti, Anggun Paramita Djati
Abstract. Up to March 2012, there were increasing leptospirosis cases in Ponorogo. A total of 11 cases of leptospirosis were reported by the Ponorogo District Health Center. This study aims to detect pathogenic Leptospira bacteria using Polymerase Chain Reaction (PCR) in suspected leptospirosis in Ponorogo. Collection of blood samples carried out by the local health care medical personnel (doctor, midwife or nurse) was accompanied by a team of researchers. Subjects were people with fever (temperature >380C) or fever accompanied by headache, muscle aches, and rash conjunctivitis. Blood and urine samples were taken purposively. Active case detection was also conducted in communities around the previous patients who had a history of infection risk and relationship of leptospirosis. Further blood samples examined by two different methods, Lepto Tek Lateral Flow and Polymerase Chain Reaction (PCR). Ninety blood and urine samples was collected. Four samples were positive for pathogenic Leptospira DNA consisted of two samples of blood (whole blood) and two samples of urine. PCR-positive samples in the blood has negative results of Lepto Tek examination. While the PCR-positive samples in the urine, Lepto Tek was positive. Lepto tek showed lower sensitivity in early detection of leptospirosis. Examination of blood and urine samples using PCR can support the early discovery of leptospirosis cases.
Keywords : Leptospirosis, Ponorogo, PCR
Abstrak. Sampai dengan bulan Maret 2012 terjadi
peningkatan kasus leptospirosis di Ponorogo. Sebanyak 11 kasus leptospirosis dilaporkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Ponorogo. Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi bakteri Leptospira patogen menggunakan teknik Polimerase Chain Reaction (PCR) pada tersangka penderita leptospirosis di Kabupaten Ponorogo. Pengumpulan sampel darah dilakukan oleh tenaga medis Puskesmas setempat (dokter, bidan atau perawat) didampingi oleh tim peneliti terhadap penduduk yang mengalami demam (suhu badan > 380C) atau demam disertai sakit kepala, nyeri otot, kongjungtivitis dan ruam. Selain sampel darah, diambil pula sampel urin. Pencarian kasus juga dilakukan pada masyarakat di sekitar penderita sebelumnya yang memiliki risiko dan hubungan riwayat penularan leptopsirosis.Selanjutnya sampel darah diperiksa
dengan dua metode berbeda yaitu menggunakan Lepto Tek Lateral Flow dan metode Polimerase Chain Reaction (PCR). Hasil pengumpulan sampel diperoleh 90 sampel darah dan 90 sampel urin. Ditemukan 4 sampel yang positif mengandung DNA Leptospira patogen, dua sampel dari darah (whole blood) dan dua sampel dari urin. Sampel yang menunjukkan hasil positif pemeriksaan PCR pada darah, namun hasil pemeriksaan Lepto Tek-nya negatif, sedangkan sampel positif pemeriksaan PCR pada urin, hasil Lepto Tek-nya positif. Deteksi dini Leptospirosis menggunakan Lepto Tek menunjukkan sensitivitas rendah. Pemeriksaan sampel darah dan urin menggunakan metode PCR dapat mendukung upaya penemuan kasus leptospirosis sejak dini.
Kata Kunci : Leptospirosis, Ponorogo, PCR
Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Masyarakat Pasca Pengobatan Dan Pengaruhnya Terhadap Endemisitas Filariasis Di Kabupaten Tanjung Jabung Timur
Knowledge, Attitude, And Behavior Of Filariasis And Effect Endemicity Post Treatment In East Tanjung Jabung District
Santoso, Aprioza Yenni, Reni Oktarina, Tri Wurisastuti, Katarina Sri Rahayu
Abstract. Lymphatic filariasis (elephantiasis) is a health problem in Indonesia, including in East Tanjung Jabung. Lymphatic filariasis elimination program in Indonesia was done by breaking the chain of transmission of filariasis with mass drug administration (MDA). The effectiveness of MDA program depends on knowledge, attitudes and practice (KAP) of the community. This study aims to determine the KAP towards lymphatic filariasis and evaluate MDA program. The study was conducted in two phases, namely interviews and finger blood survey (FBS). The number of respondents who interviewed were 117 and the number of people who had blood tests as many as 1,209. Interviews result showed that most respondents knew about lymphatic filariasis. The attitude of the majority of respondents showed a positive attitude. Interviews showed that the behavior of people taking medication was high (88%). Based on the results of the proportion of positive FBS, microfilariae were dominants found in people who do not take medication. Although the knowledge of community is high, the East Tanjung Jabung still declared as filariasis-endemic areas because it found the village with a number of microfilaria (mf rate) of more than 1%.
Keywords: Lymphatic Filariasis, KAP, East Tanjung Jabung, Endemicity
Abstrak. Filariasis (penyakit kaki gajah) masih
merupakan masalah kesehatan di Indonesia termasuk di Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Program eliminasi filariasis di Indonesia dilakukan dengan pemutusan mata rantai penularan melalui pemberian obat massal pencegahan (POMP) filariasis. Keberhasilan program POMP filariasis dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap dan perilaku (PSP) masyarakat tentang filariasis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui PSP masyarakat terhadap filariasis
dan evaluasi kegiatan POMP filariasis. Penelitian dilakukan dalam 2 tahap, yaitu wawancara dan survai darah jari (SDJ). Jumlah responden yang diwawancarai sebanyak 117 orang dan jumlah penduduk yang diperiksa darahnya sebanyak 1.209 orang. Hasil wawancara menunjukkan bahwa pengetahuan responden sebagian besar mengetahui tentang filariasis. Sikap responden sebagian besar menunjukkan sikap positif. Hasil wawancara menunjukkan bahwa perilaku masyarakat minum obat cukup tinggi (88%). Berdasarkan hasil SDJ proporsi penduduk yang positif mikrofilaria paling besar ditemukan pada penduduk yang tidak minum obat. Meskipun pengetahuan masyarakat cukup tinggi, namun Kabupaten Tanjung Jabung Timur masih dinyatakan sebagai daerah endemis filariasis karena ditemukan desa dengan angka mikrofilaria (mf rate) > 1%.
Kata Kunci: Filariasis, PSP, Tanjung Jabung Timur,
Endemisitas
Resistensi Pinjal Tikus (Xenopsylla Cheopis) Terhadap Insektisida Dalam Penanggulangan Penyakit Pes
The Resistance of Xenopsylla cheopis Towards Insecticide in Preventing Plague
Dyah Mahendrasari Sukendra
Abstract. Plague is one of zoonotic disease. Plague caused by an enterobacteriae Yersinia pestis, transmitted to human by fleas ( Xenopsylla cheopis ) bite. Plague were included of re-emerging disease, a disease that can emerge anytime and potential being an outbreak, it also included of Public Health Emergency of International Concern (PHEIC). The main cause of re-emerging disease of vector borne disease possible directly caused by insecticide resistance. Bendiocarb, carbaryl, deltamethrin, diazinon, diflubenzuron, and fenitrothion are insecticides which use to control fleas. Insecticide resistance were not give a contribution to an emerge of any diseases, but possible to pursue disease vector control program. There were four provinces in Indonesia being an area of plague monitoring. Disease control carried out by reducing population of fleas. Yersinia pestis using rats as its host and human could be infected by flea bites. An outbreak of plague was initiated by an epizootie on rats. Reducing fleas population and diminishing flea bites were the goals of fleas control, also the plague transmission from rodents to others or human can be blocked. So, controlling fleas population was the main vector control program to overcome plague infection. Keywords: Xenopsylla cheopis, Yersinia pestis, rat, resistance.
Abstrak. Penyakit pes merupakan salah satu
penyakit zoonosis, disebabkan oleh enterobakteria Yersinia pestis, dapat menular ke manusia melalui gigitan pinjal (Xenopsylla cheopis). Pes termasuk penyakit re-emerging diseases, yaitu penyakit yang dapat sewaktu-waktu muncul kembali sehingga berpotensi untuk menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) dan termasuk dalam Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) atau Kedaruratan
Kesehatan yang meresahkan dunia. Penyebab utama re-emergence of vector borne disease diperkirakan terjadi akibat resistensi insektisida. Resistensi tidak berkontribusi terhadap terjangkitnya suatu penyakit, tetapi dimungkinkan menyebabkan hambatan pada program pengendalian penyakit. Insektisida yang dipergunakan untuk pengendalian pinjal antara lain adalah bendiocarb, carbaryl, deltamethrin, diazinon, diflubenzuron, dan fenitrothion. Terdapat empat wilayah Provinsi di Indonesia yang menjadi daerah pengawasan pes. Penanggulangan penyakit diupayakan dengan melakukan pengendalian terhadap pinjal. Yersinia pestis menggunakan tikus sebagai inang. Apabila seekor tikus menderita pes, manusiapun dapat terinfeksi oleh gigitan pinjal. Tujuan utama pengendalian pinjal adalah menurunkan populasi pinjal dan mengurangi kontak gigitan pinjal. Upaya pengendalian dilakukan untuk mencegah tejadinya penularan pes dari rodensia satu ke rodensia lain atau dari rodensia ke manusia, sehingga pengendalian pinjal merupakan suatu program prioritas utama dalam penanggulangan penularan pes.
Kata Kunci : Xenopsylla cheopis, Yersinia pestis,
Tikus, Resistensi
Infeksi Cacing Usus Pada Anak Sekolah SDN 1 Manurung Kecamatan Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu Kalimantan Selatan Tahun 2014 Helminthiasis Infection on SDN 1 Manurung Schoolchildren In Kusam Hilir, Tanah Bumbu District South Kalimantan
Budi Hairani, Juhairiyah
Abstract. Helminthiasis is still become a health problem in Indonesia with increasing prevalence in last decade. Schoolchildren have a high risk to get helminth infection. We examine the stool sample using Kato Katz method to found data about helminth infection on schoolchildren of SDN I Manurung, Kusan Hilir subdistrcit, Tanah Bumbu regency. Result from 98 stool sample, helminth eggs found in 31 sample (31,6%). Highest infection occured in class IV (8,2%), infection in boys is higher than girls. We found Trichuris trichiura, Ascaris lumbricoides, Hookworm, Enterobius vermicularis and Hymenolepis sp. T. trichiura is highest infection (22,4%). Partly infections were mix infection of T. trichiura and A. lumbricoides. Possible factors that cause helminth infection in SDN I Manurung schoolchildren was poor personal sanitation.
Keywords : Helminthiasis, school children, SDN I Manurung
Abstrak. Infeksi cacing usus masih menjadi masalah
kesehatan di Indonesia dengan adanya kecenderungan peningkatan kembali prevalensi pada dekade terakhir. Anak usia sekolah merupakan kelompok usia yang rentan terinfeksi kecacingan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data kejadian infeksi cacing pada murid sekolah SDN I Manurung, Kecamatan Kusan Hilir, Kabupaten Tanah Bumbu tahun 2014 melalui pemeriksaan sampel tinja. Hasil pemeriksaan tinja dengan metode Kato-katz dari 98 sampel tinja sebanyak 31 sampel (31,6%) positif
mengandung telur cacing. Kejadian infeksi tertinggi pada kelas IV yaitu sebanyak 8 orang (8,2%), infeksi pada anak laki-laki lebih tinggi daripada anak perempuan. Jenis cacing yang ditemukan adalah Trichuris trichiura, Ascaris lumbricoides, Hookworm, Enterobius vermicularis dan Hymenolepis sp. Jenis cacing yang menginfeksi tertinggi adalah T. trichiura (22,4%). Sebagian infeksi merupakan campuran antara T. trichiura dan A. lumbricoides. Kemungkinan faktor yang menyebabkan masih tingginya kejadian infeksi cacing adalah rendahnya tingkat sanitasi perorangan.
Kata Kunci : Kecacingan, anak sekolah, SDN 1