BAB II
INSTRUMEN TES DAN PENDIDIKAN FIQH
A. Sekilas Tentang Tes
1. Beberapa Istilah yang Terkait dengan Tes
Di dalam proses pendidikan akan selalu ada situasi yang memerlukan pengambilan keputusan. Keputusa-keputusan ini, yang disebut keputusan pendidikan, hanya akan dapat diambil dengan bijaksana dan tepat apabila dilandasi dengan informasi yang relevan dan akurat. Salah satu sumber informasi yang terpenting dalam hal ini adalah hasil pengukuran yang diperoleh dari tes.1
Sebelum sampai pada uraian yang lebih jauh, maka akan diterangkan terlebih dahulu arti dari beberapa istilah yang berhubungan dengan tes, yaitu: a. Tes
Tes adalah merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan.2
b. Testing
Testing merupakan saat pada waktu tes itu dilaksanakan. Dapat juga dikatakan testing adalah saat pengambilan tes.3
c. Testee
Testee adalah responden yang sedang mengerjakan tes. Jadi orang-orang inilah yang sedang dinilai atau diukur baik mengenai kemampuan, minat, bakat, pencapaian prestasi dan sebagainya.4
1 Saefuddin Azwar, Tes Prestasi (Fungsi dan Pengembangan Pengukuran dan Prestasi
Belajar), (Yogyakarta: Liberty, 1987), hlm. 8.
2 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1990),
hlm. 51.
3 Ibid 4 Ibid
d. Tester
Tester adalah orang yang diserahi untuk melaksanakan pengambilan tes terhadap para responden atau testee.5
2. Pengertian Tes
Alat evaluasi pendidikan di sekolah disebut dengan tes atau ujian. Tes berasal dari bahasa latin testum yang berarti alat untuk mengukur tanah. Dalam bahasa Prancis kuno, kata tes berarti ukuran yang dipergunakan untuk membedakan antara emas dengan perak serta logam lainnya.6
Menurut Jahya Umar pengertian tes adalah:
“Tes adalah himpunan pertanyaan yang akan dijawab, atau pernyataan-pernyataan yang harus dipilih atau ditanggapi, atau tugas-tugas yang harus dilakukan oleh orang yang dites (teste) dengan tujuan untuk mengukur suatu aspek (perilaku) tertentu dari orang yang dites.”7
Sumadi Suryabrata mendefinisikan tes sebagai berikut:
“Tes adalah pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab dan atau perintah-perintah yang harus dijalankan, yang berdasar atas bagaimana testee menjawab pertanyaan-pertanyaan dan atau melakukan perintah-perintah itu, penyelidik mengambil kesimpulan dengan cara dengan cara membandingkan dengan yang standar atau testee yang lain.”8
Pengertian tes menurut Wayan Nurkancana adalah:
“Suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas atau serangkaian tugas yang dikerjakan oleh anak atau sekelompok anak sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi anak tersebut yang dapat dibandingkan dengan nlai yang dicapai oleh anak-anak lain atau dengan nilai satandar yang ditetapkan”.9
5 Ibid
6 Chabib Thoha, Teknik Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali, 1991), hlm. 43.
7 Jahya Umar, et. al., Bahan Penataran Pengujian Pendidikan, (Jakarta: Pusat Penelitian dan
Pengembangan Sistem Pengujian, Balitbang Dikbud Depdikbud, 1998), Cet. 8, hlm. 7.
8 Sumadi Suryobroto, Pembimbing Ke Psikodiagnostik, (Yogyakarta: Andi Offset, 1994)),
hlm. 22.
9 Wayan Nurkancana, EvaluasiPendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1986), Cet. IV, hlm.
Selanjutnya Muchtar Buchori juga mendefinisikan tes sebagai berikut: “Tes adalah suatu percobaan yang diadakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hasil-hasil pelajaran tertentu pada seseorang murid atau kelompok murid.”10
Menurut Cronbach dalam bukunya Essentials of Psychological Testing, mendefinisikan tes sebagai berikut:
“A test is a systematic prosedure for comparing the behavior two or
more person.”11
Artinya: Tes merupakan suatu prosedur yang sistematis untuk membandingkan tingkah laku dua orang atau lebih.
Kemudian menurut Douglas Brown, dalam kitab Ususu
at-Ta’allumi al-Lughoti wa Ta’liimiha terjemahan oleh Abdul ar-Rajhi, tes
diartikan sebagai berikut:
رﺎﺒﺘﺧﻻاو
:
ﺔﻘﻳﺮﻃ
سﺎﻴﻘﻟ
داﺮﻓﻻا
ﻢﻬﻓرﺎﻌﻣو
ﻰﻓ
ﻦﻴﻌﻣﺎﺠﻣ
12Artnya: Tes dalam pengertian yang singkat adalah cara untuk mengukur pengetahuan individu (testee) dalam bidang tertentu.
Dari beberapa pengertian tes di atas dapat disimpulkan bahwa, tes adalah merupakan suatu alat pengumpul informasi yang didapat dengan melalui pertanyaan, pernyataan, petunjuk, latihan, perintah kepada testee untuk merespon sesuai denan petunjuk atau prosedur itu, kemudian hasilnya oleh tester diolah secara sistematis menuju suatu kesimpulan yang menggambarkan tingkah laku subyek tersebut.
3. Kualitas Tes
Sebuah tes dapat dikatakan sebagai tes yang berkualitas baik/tinggi harus memiliki persyaratan yang sudah ditentukan. Menurut Suharsimi Arikunto, “sebuah tes dapat dikatakn sebagai tes yang berkualitas baik
10 Muchtar Buchori, Teknik-teknik Evaluasi dalam Pendidikan, (Bandung: Jemmars, 1980),
hlm. 119.
11 LJ. Cronbach, Essential of psychological Testing, (New York: Harpes, 1970), hlm. 21. 12 Doughlas Brown, Ususu at-Ta’allumi al-Lughoti wa Ta’liimiha, Terj. Abdul Rajhi dan Ali
sebagai alat pengukuran dalam pendidikan harus memiliki persyaratan yaitu validitas, reliabilitas, obyktivitas dan ekonomis.”13
Kemudian Wayan Nurkancana dan Sumartana mengungkapkan bahwa “baik buruknya suatu tes atau suatu alat evaluasi dapat ditinjau dari beberapa segi, yaitu validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran soal, dan daya pembeda soal.”14 Dari persyaratan yang telah dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto serta Wayan Nurkancana dan Sumartana, maka dapat disebutkan bahwa persyaratan tes adalah sebagai berikut:
a). Taraf kesukaran soal b). Daya pembeda soal c). Validitas
d). Reliabilitas e). Obyektivitas f). Praktibilitas g). Ekonomis.
Uraian singkat dari setiap persyaratan tes di atas adalah a. Taraf Kesukaran Soal
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah juga tidak terlalu sukar, item yang terlalu mudah dijawab oleh siswa atau item-item yang terlalu sukar dijawab oleh siswa merupakan soal yang tidak memenuhi taraf sukar soal, karena soal yang terlalu mudah tiodak mampu meningkatkan daya pikir siswa sedang soal yang terlalu sukar menyebabkan siswa menjadi mudah putus asa, jadi sebaiknya sebuah paket soal yang diberikan memiliki keseimbangan antara sukar:sedang:mudah dengan perbandingan 3:4:3.15
13 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997),
Cet. 13, hlm. 27.
14 Wayan Nurkancana dan P.P.P.N. Sumartana, EvaluasiPendidikan, (Surabaya: Usaha
Nasional, 1983), hlm. 127.
15 Nana Sudjana, Penilaian Proses Hasil Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
b. Daya Pembeda Soal
Butir soal yang baik adalah soal yang dapat membedakan antara siswa peserta tes atau testee yang pandai dengan siswa peserta tes yang bodoh. Daya beda soal atau disebut daya diskriminasi item adalah kemampuan sesuatu soal atau item untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah).16
c. Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan suatu instrumen tes. Tes dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan secara tepat. “Validitas tes menunjukkan kepada pengertian apakah hasil tes sesuai dengan kriteria yang telah dirumuskan, dan sampai sejauh mana tes itu telah mengukurnya.”17
Suharsimi Arikunto menyatakan bahwa “sebuah tes disebut valid apabila tes itu dapat mengukur apa yang hendak diukur.”18 Begitu juga yang diungkapkan oleh pakar evaluasi pendidikan yang lainnya bahwa sebagai sebuah alat ukur dalam pendidikan itu dikatakan shahih (valid) apabila tes tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur. Dalam Kamus Besar validitas menunjukkan sifat benar menurut bahan bukti yang ada kekuatan hukumnya dan menunjukkan pada sesuatu yang benar menurut logika.19
Validitas merupakan persyaratan yang paling utama untuk mengetahui kualitas sebuah tes, maka dari itu alat evaluasi harus benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur, artinya alat ukur yang digunakan harus benar-benar shahih.
Tujuan pendidikan berbeda-beda, maka berbagai teknik telah dikembangkan untuk memperbaiki mutu pengukuran dan untuk itu
16 Suharsimi Arikunto, Loc. Cit., hlm. 223.
17 Conny Semiawa Stamboel, Prinsip dan Teknik Pengukuran dan Penilainan di dalamDunia
Pendidikan, (Jakarta: Mutiara Sumber Widya, 1986), Cet. 2, hlm, 45.
18 Suharsimi Arikunto, Op. Cit., hlm. 57.
19 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
berbagai jenis validitas ikut tersangkut. Validitas dikelompokkan menjadi empat kategori yaitu validitas isi (content validity),validitas konstruksi(contruct validity),validitas kongkuren (concurrent validity), dan validitas prediksi (predictive validity).20
d. Reliabilitas
Reliabilitas artinya dapat dipercaya atau dapat diandalkan. “Suatu tes atau alat evaluasi dikatakan andal jika ia dipercaya, konsisten, atau stabil dan produktif.”21 Dengan perkataan lain, jika kepada para siswa diberikan tes yang sama pada waktu yang berlainan, maka setiap siswa akan tetap berada dalam urutan (rangking) yang sama dalam kelompoknya.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi reliabilitas suatu tes adalah:
1). Luas tidaknya sampling yang diambil
Makin luas suatu sampling, berarti tes makin andal/reliable 2). Perbedaan bakat dan kemampuan murid yang dites
Makin variabel kemampuan peserta tes, berarti makin tinggi keandalan/reliabilitas koefisien tes
3). Suasana dan kondisi tes.22 e. Obyektivitas
Obyektivitas adalah apabila dalam melaksanakan tes itu tidak ada unsur atau dipengaruhi oleh faktor subyektif terutama yang terjadi pada saat penilaian.23
f. Praktibilitas
Praktibilitas adalah sebuah tes dikatakan memiliki praktibilitas yang tinggi, apabila dalam melaksanakan tes tersebut bersifat praktis.24 Tes yang praktis adalah mudah dilaksanakan, mudah pemeriksaannya,
20 M. Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2001), hlm. 138.
21 Ibid., hlm. 139. 22 Ibid., hlm. 141.
23 Suharsimi Arikunto, Loc. Cit., hlm. 60. 24 Ibid.
dan dilengkapi dengan petunjuk-petunjuk yang jelas sehingga dapat diawali oleh orang lain (bukan pembuat tes).25
g. Ekonomis
Yang dimaksud dengan ekonomis disini ialah bahwa pelaksanaan tes tersebut tidak membutuhkan ongkos/biaya yang mahal, tenaga yang banyak, dan waktu yang lama.26
4. Macam-macam Tes
Tes merupakan salah satu teknik dalam evaluasi yang memiliki berbagai macam dan bentuk. Disini akan kami bahas tentang macam-macamnya. Secara umum tes dibedakan menjadi empat macam yaitu:
a. Berdasarkan obyek pengukurannya
Berdasarkan obyek pengukurannya, tes terdiri atas tes kepribadian (personality) dan tes hasil belajar (achievement test).
1) Tes kepribadian
Tes kepribadian adalah tes yang ditujukan untuk mengukur salah satu atau lebih aspek-aspek non intelek dari susunan mental atau psikologis individu.27
Yang termasuk dalam jenis tes ini dan banyak digunakan dalam pendidikan adalah: pengukuran sikap, pengukuran minat, pengukuran bakat dan tes inteligensi.
2) Tes hasil belajar
Tes prestasi / hasil belajar adalah tes yang mengukur tingkat mana seseorng telah mencapai sesuatu dengan mempelajari informasi tertentu atau menguasai kemampuan tertentu, biasanya sebagai akibat dari petunjuk / perintah khusus.28
Tes prestasi pada umumnya mengukur penguasaa dan kemampuan para peserta didik secara individual dalam cakupan ilmu
25 Ibid. , hlm. 61. 26 Ibid. , hlm. 58.
27 Chabib Thoha, Loc. Cit., hlm. 44. 28 Ibid
pengetahuan yang telah ditentukan oleh guru, yang itu semua dilakukan oleh mereka selama waktu tertentu dan terjadi dalam proses belajar mengajar.29
b. Berdasarkan fungsinya
Berdasarkan fungsinya, tes dapat dibedakan dalam empat jenis, yaitu:
1) Tes penempatan
Tes penempatan adalah tes untuk mengukur kemampuan dasar yang dimiliki oleh anak didik, kemampuan tersebut dapat dipakai meramalkan kemampuan peserta didik pada masa mendatang, sehingga kepadanya dapat dibimbing, diarahkan atau ditempatkan pada jurusan yang sesuai dengan kemampuan dasarnya.30
2) Tes pembinaan
Tes pembinaan disebut dengan Formatif Tes, diselenggarakan pada saat berlangsungnya proses belajar-mengajar, diselenggarakan secara periodik, isinya mencakup semua unit pengajaran yang telah diajarkan. Tujuan utamanya untuk mengetahui keberhasilan dan kegagalan proses belajar-mengajar, dengan demikian dapat dipakai untuk memperbaiki dan menyempurnakannya.31
3) Tes sumatif
Tes ini disebut tes akhir semester atau evaluasi belajar tahap akhir (EBTA). Tes ini bertujuan mengukur keberhasilan belajar peserta didik secara menyeluruh, materi yang diujikan seluruh pokok bahasan dan tujuan pengajaran dalam satu program tahunan atau semesteran, masing-masing pokok bahasan terwakili dalam butir-butir soal yang diujikan.32
29 Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan (Kompetensi dan Praktiknya), (Jakarta: Bumi
Aksara, ), hlm. 139.
30 Ibid.
31 Ibid., hlm. 47. 32 Ibid., hlm. 48.
Hasil evaluasi sumatif dipakai untuk membuat keputusan penting bagi peserta didik, misalnya penentuan kenaikan kelas, kelulusan sekolah, dan membuat keputusan lainnya yang terkait dengan kepentingan peserta didik.33
4) Tes diagnostik
Tes diagnostik digunakan untuk mengetahui sebab kegagalan peserta didik dalam belajar. Oleh karena itu, dalam menyusun butir-butir seharusnya menggunakan item yang memiliki tingkat kesukaran rendah.34
c. Berdasarkan tingkatnya
Berdasarkan tingkatnya, tes dapat dibedakan dalam dua jenis, yaitu:
1) Tes standar
Pengertian tes standar adalah tes yang disusun oleh satu tim ahli, atau disusun oleh lembaga yang khusus menyelenggarakan secara profesional. Tes tersebut diketahui memenuhi syarat sebagai tes yang baik, yakni diketahui validitas dan reliabilitasnya baik validitas rasional maupun validitas empirik, reliabilitas dalam arti teruji tingkat stabilitas, maupun homogenitasnya.35
2) Tes non standar
Tes non standar adalah kebalikan tes standar, yaitu tes yang disusun oleh seorang pendidik yang belum mamiliki keahlian profesional dalam menyusun tes, atau mereka yang memiliki keahlian tetapi tidak sempat menyusun tes secara baik, mengujicobakan, dan melakukan analisis sehingga validitas dan reliabilitasnya belum dapat dipertanggungjawabkan.36 33 Ibid. 34 Ibid. 35 Ibid., hlm. 51. 36 Ibid., hlm. 52.
5. Bentuk-bentuk Tes
Ditinjau dari bentuknya tes dibagi menjadi tiga jenis, yaitu: a. Tes tulis
Tes tulis termasuk dalam kelompok tes verbal, ialah tes yang soal dan jawaban yang diberikan oleh siswa berupa bahasa tulisan.37 Tes tulis secara umum dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu: tes subyektif dan tes obyektif.38
1) Tes Subyektif
Tes ini biasanya berbentuk essay (uraian). Tes bentuk essay adalah “sejenis tes kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata.”39 Tes bentuk essay ini menuntut siswa untuk dapat mengingat-ingat dan mengenal kembali dan harus mempunyai kreativitas yang tinggi.
Tes essay ini mempunyai kelebihan dan kebaikan diantaranya soal mudah disusun dan disiapkan, siswa tidak mempunyai banyak waktu untuk berspekulasi atau untung-untungan, dan siswa juga mempunyai kesempatan untuk menjawab dengan bahasanya sendiri.40
Disamping kelebihan, tes bentuk essay juga mempunyai kekurangan atau kelemahan diantaranya mempinyai validitas dan reliabilitas rendah, karena sulit diketahui segi mana dari pengetahuan siswa yang betul-betul dikuasainya, membutuhkan waktu yang lama untuk mengoreksi, serta dipengaruhi oleh unsur subyektif dalam melakukan penilaian. Selain itu pemeriksaan terhadap hasil tes essay tidak dapat diwakilkan pada orang lain.41
37 Chabib Thoha, Op. Cit., hlm. 54. 38 Ibid., hlm. 55.
39 Suharsimi Arikunto, Loc. Cit., hlm. 163. 40 Ibid. , hlm. 164.
2) Tes Obyektif
“Tes obyektif adalah tes yang di dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara obyektif.”42 Seperti tes subyektif, tes obyektif juga mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan-kelebihan tes obyektif diantaranya adalah dalam pemeriksaan lebih mudah dan lebih cepat, karena hanya dengan melihat kunci jawaban yang telah tersedia, dalam pemeriksaan hasil tes dapat dilakukan oleh siapa saja, dan dalam pemeriksaan juga tidak dipengaruhi oleh unsur subyektif.43
Kemudian kelemahan tes obyektif diantaranya adalah dalam menyusun soal lebih sulit karena soalnya terlalu banyak dan harus diteliti, banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berspekulasi atau main untung-untungan, dan kerja sama antar siswa pada waktu mengerjakan soal lebih terbuka.44
Tes obyektif terdiri atas beberapa bentuk, sebagaimana kutipan Zainal Arifin bahwa Witherington mengemukakan, “There
are many varieties of there new type test, but four kinds are in most common use, true-false, multiple choice, completion, matching.”45
a) Tes benar-salah (B-S)
Soal-soal dalam bentuk tes ini berupa pernyataan-pernyataan yang menuntut siswa sebagai peserta tes untuk menjawab dengan cara memilih dan melingkarinya. Jika jawaban benar, siswa harus melingkari huruf ( B ), dan jika salah siswa harus melingkari huruf ( S ).46
b) Tes pilihan ganda
Bentuk tes seperti ini terdiri atas suatu keterangan atau pemberitahuan tentang suatu pengertian yang belum lengkap,
42 Ibid. , hlm. 165. 43 Ibid. , hlm. 166. 44 Ibid.
45 Zainal Arifin, Evaluasi Instruksional Prinsip-Teknik-Prosedur, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1990), Cet. 2, hlm. 32.
sehingga peserta tes dituntut untuk melengkapi dengan cara memilih jawaban yang tersedia, biasanya terdiri dari 4 sampai 5 pilihan jawaban.47
c) Tes menjodohkan
Bentuk tes ini terdiri dari satu pertanyaan dan satu jawaban, untuk masing-masing pertanyaan sudah tersedia pasangan jawabannya yang tercantum dalam seri jawaban, sehingga siswa diminta untuk menjodohkan atau mencocokkan dengan jawaban yang tersedia.48
d) Jawaban singkat dan melengkapi
Kedua bentuk tes ini masing-masing menghendaki jawaban dengan kalimat atau angka-angka yang hanya dapat dinilai benar atau salah. Soal tes bentuk jawaban singkat biasanya dikemukakan dalam bentuk pertanyaan. Dengan kata lain, suatu item tersebut berupa suatu kalimat bertanya yang dapat dijawab dengan singkat.49
b. Tes lisan
Tes lisan adalah suatu bentuk tes yang menuntut respon dari anak dalam bentuk bahasa lisan. Anak akan mengucapkan jawaban dengan kata-katanya sendiri sesuai dengan pertanyaan ataupun perintah yang diberikan.50
c. Tes tindakan
Tes perbuatan adalah bentuk tes yang menuntut jawaban siswa dalam bentuk perilaku, tindakan atau perbuatan. Siswa bertindak sesuai dengan apa yang diperintahkan dan ditanyakan. Misalnya, coba praktekkan bagaimana cara mengendarai sepeda motor dengan baik dan benar.51
47 Ibid. , hlm. 169
48 Ibid. , hlm. 174
49 Zainal Arifin, Op. Cit., hlm. 40. 50 Ibid., hlm. 43.
Untuk melihat bagaimana cara mengendarai sepeda motor dengan baik dan benar, kita harus menyuruh anak mempraktekkan atau mendemonstrasikan cara bersepeda motor yang sesungguhnya sesuai dengan peraturan yang berlaku.52
6. Kegunaan Tes
Penting bagi kita untuk menentukan dahulu alasan mengadakan tes. Kegunaan tes yang tepat memerlukan satu atau lebih tujuan yang diperlukan dan penting. Perencanaan yang cerdas merupakan dasar yang tepat dalam menggunakan hasil tes. Salah satu cara pengelompokan kegunaan tes berdasarkan fungsi ada tiga, yaitu:53
a. Kegunaan bagi administrator
Hasil tes dapat digunakan untuk menyediakan data perkembangan dan prestasi anak. Hal ini dimasukkan ke dalam kartu data kumulatif anak dan menjadi dasar data permanen evaluasi pertumbuhan dan perkembangan individu maupun kelompok kelas. Kegunaan yang lain untuk menyediakan laporan bagi oarang tua. Kemudian kegunaan yang lain untuk menyediakan data bagi laporan periodik perkembangan sekolah untuk perlindungan dalam masyarakat. Dan yang terakhir adalah untuk membuat interpretasi status anak lebih baik dan memudahkan penempatan dalam ruang kelas yang cocok.54
b. Kegunaan bagi supervisor
Demikian pula supervisor bisa menggunakan hasil tes bagi bermacam-acam tujuan. Tugas utamanya yaitu membantu guru melaksanakan tugas pengajaran yang lebih baik, itu dapat terwujud dengan baik jika antara supervisor dan guru memiliki bukti status anak. Jadi kegunaan tes bagi supervisor adalah untuk menentukan status anak ataupun kelas dalam beberapa tujuan utama kurikulum. Hal ini
52 Ibid.
53 Charles E. Skinner (ed), Essentials of Educational Psichology, (Englewood Cliffs:
Prentice-Hall, Inc, tt), hlm. 440.
memperbolehkannya menandai perubahan yang diperlukan alam prosedur instraksional ataupun pembelajaran bagi siswa. Tujuan yang lain adalah untuk mengevaluasi metode-metode pengajaran atau materi-materi instraksional.55
c. Kegunaan bagi guru
Guru menggunakan hasil tes untuk banyak tujuan, banyak diantaranya sama dengan administrator dan supervisor, yaitu: Pertama, untuk menentukan status tiap anak dalam berbagai subyak dan tujuan kurikulum. Kedua, untuk mengevaluasi status dan tingkat pertumbuhan tiap anak, dipandang dari segi umur dan kemampuan. Ketiga, untuk mengidentifikasi kebutuhan pendidikan tiap anak. Keempat untuk mengidentifikasi anak berbakat, anak normal, dan anak yang lamban.
Kelima, untuk mengelompokkan anak pada kelompok kelasnya. Keenam,
untuk mengAnalisis atau mendiagnosa kesulitan anak dan tingkat pertumbuhan secara individual. Ketujuh, untuk menentukan prestasi status sekolah pada awal dan akhir semester.56
B. Tes Pilihan Ganda (multiple choice)
Soal pilihan ganda adalah bentuk tes yang mempunyai satu jawaban yang benar atau paling tepat.57 Dilihat dari strukturnya, bentuk soal pilihan ganda terdiri atas:58
Stem - pertanyaan atau pernyataan yang berisi permasalahan yang
akan dinyatakan
Option - sejumlah pilihan atau alternatif jawaban
Kunci - jawaban yang paling benar atau paling tepat
Distraktor - jawaban-jawaban lain selain kunci jawaban
(pengecoh)
55 Ibid., hlm. 44.
56 Ibid.
Contoh:
Hal-hal yang mewajibkan mandi adalah….. a. Meninggal dunia (mati)
b. Mandi sehabis memandikan mayat c. Hendak malaksanakan sholat Jum’at
d. Mandi bagi seseorang yang baru masuk Islam 1. Kebaikan bentuk tes pilihan ganda59
a. Materi yang diujikan dapat mencakup sebagian besar dari bahan pengajaran yang telah diberikan.
b. Jawaban siswa dapat dikoreksi (dinilai ) dengan mudah dan cepat dengan menggunakan kunci jawaban.
c. Jawaban untuk setiap pertanyaan sudah pasti benar atau salah sehingga penilaiaannya bersifat obyektif.
2. Kelemahan bentuk tes pilihan ganda
a. Kemungkinan untuk melakukan tebakan jawaban masih cukup besar. b. Proses berpikir siswa tidak dapat dilihat dengan nyata.
3. Kaidah-kaidah penyusunan tes pilihan ganda
a. Pokok soal (stem) yang merupakan permasalahan harus dirumuskan dengan jelas.
Contoh soal yang tidak baik:
Salahsatu syarat shalat malam….. a. Dikerjakan berjamaah
b. Dikerjakan dengan rokaat ganjil c. Dikerjakan setelah bangun tidur
d. Dikerjakan pada waktu sepertiga malam terakhir Kunci Jawaban ( c )
58 Ibid.
Contoh soal yang baik:
Syarat mengerjakan shalat tahajud adalah…… a. Dikerjakan dengan berjamaah
b. Dikerjakan dengan rokaat fanjil
c. Dikerjakan setelah bangun tidur di sore hari
d. Dikerjakan setelah bangun tidur sebelum terbit fajar Kunci Jawaban ( d )
b. Perumusan pokok soal dan alternatif jawaban hendaknya merupakan pernyataan yang diperlukan saja.
Contoh soal yang tidak baik:
Shalat maghrib tidak boleh diqashar, shalat isa boleh diqashar. Amir hendak shalat jama’ takhir maghrib dengan isya, lalu dia shalat dengan jumlah rakaat…..
a. Maghrib 3 rakaat dan isya 4 rakaat b. Maghrib 3 rakaat dan isya 2 rakaat c. Maghrib 2 rakaat dan isya 4 rakaat d. Maghrib 2 rakaat dan isya 2 rakaat Kunci Jawaban ( b )
Contoh soal yang baik:
Amir melaksanakan shalat jama’ qashar maghrib dengan isya. Maka jumlah rakaatnya adalah……
a. Maghrib 3 rakaat dan isya 4 rakaat b. Maghrib 3 rakaat dan isya 2 rakaat c. Maghrib 2 rakaat dan isya 4 rakaat d. Maghrib 2 rakaat dan isya 2 rakaat Kunci Jawaban ( b )
c. Untuk setiap soal hanya ada satu jawaban yang benar atau yang paling benar.
Contoh soal yang tidak baik:
Sholat 5 (lima) waktu yang tidak boleh diqashar adalah….. a. Shubuh
b. Dzuhur c. Ashar d. Maghrib
Kunci Jawaban ( b dan c )
Contoh soal yang baik:
Shalat 5 (lima) waktu yang yidak boleh diqashar adala….. a. Isya
b. Dzuhur c. Ashar d. Maghrib
Kunci Jawaban ( d )
d. Pada pokok soal (stem) sedapat mungkin dicegah perumusan pernyataan yang bersifat negatif.
Contoh soal yang tidak baik:
Tidak akan sah shalatnya seseorang, tanpa….. a. Niat
b. Berdiri c. Do’a iftitah
d. Membaca ayat pendek Kunci Jawaban ( a )
Contoh soal yang baik:
Syarat sahnya shalat adalah…… a. Niat
b. Berdiri c. Do’a iftitah
d. Membaca ayat pendek Kunci Jawaban ( a )
e. Alternatif jawaban (option) harus logis dan pengecoh harus berfungsi.
Contoh soal yang tidak baik:
Yang termasuk syarat sah shalat Jum’at adalah…… a. Dikerjakan setelah dua khutbah
b. Dikerjakan sendirian
c. Diselenggarakan di lapangan d. Dikerjakanpada waktu siang hari Kunci Jawaban ( a )
Contoh soal yang baik:
Yang termasuk syarat sah shalat Jum’at adalah…… a. Dikerjakan setelah dua khutbah
b. Dikerjakan sebelum dua khutbah c. Dikerjakan diantara dua khutbah d. Dikerjakan tanpa dua khutbah Kunci Jawaban ( a )
f. Usahakan agar tidak ada “petunjuk” untuk jawaban yang benar.
Contoh soal yang tidak baik:
Shalat sunnah qobliyah adalah shalat sunnah yang dikerjakan sebelum mengerjakan shalat wajib. Manakah yang termasuk shalat sunnah qobliyah…..
a. Shalat dua rokaat sebelum shalat shubuh b. Shalat dua rokaat sebelum shalat Id c. Shalat dua rokaat sesudah shalat maghrib d. Shalat dua rokaat sesudah shalat shubuh Kunci Jawaban ( a )
Contoh soal yang baik:
Di bawah ini adalah shalat sunnah qobliyah, yaitu….. a. Shalat dua rokaat sebelum shalat shubuh b. Shalat dua rokaat sebelum shalat Id c. Shalat dua rokaat sesudah shalat shubuh
d. Shalat dua rokaat sesudah shalat shubuh Kunci Jawaban ( a )
g. Usahakan untuk tidak menggunakan option yang berbunyi “semua jawaban di atas salah” atau “semua jawaban di atas benar” dan atau yang sejenisnya.
Contoh soal yang tidak baik:
Di bawah ini yang termasuk rukun wudlu adalah….. a. Niat
b. Tertib
c. Sebagian kepala
d. Semua jawaban di atas benar Kunci Jawaban ( d )
Contoh soal yang baik:
Di bawah ini yang termasuk rukun wudlu adalah….. a. Memabaca basmalah
b. Berkumur-kumur
c. Membersihkan lubang hidung d. Mengusap sebagian kepala Kunci Jawaban ( d )
h. Usahakan agar option homogen, baik dari segi isi maupun dari segi struktur kalimat.
Contoh soal yang tidak baik:
Berikut ini adalah air suci yang mensucikan. Pilihlah salah satu dari air tersebut ! a. Air kotor b. Air teh c. Air seni d. Air sumur Kunci Jawaban ( d )
Contoh soal yang baik:
Yang termasuk air suci mensucikan adalah….. a. Air soda
b. Air kelapa c. Air teh d. Air es
Kunci Jawaban ( d )
i. Apabila option berbentuk angka, susunlah secara berurutan dari angka terkecil ke angka terbesar atau sebaliknya.
Contoh soal yang tidak baik:
Keutamaan salat berjamaah dibandingkan dengan salat sendirian adalah…..
a. 100 derajat c. 28 derajat b. 27 derajat d. 72 derajat Kunci jawaban ( b )
Contoh soal yang baik:
Keutamaan salat berjamaah dibandingkan dengan salat sendirian adalah….. c. 100 derajat c. 28 derajat b. 72 derajat d. 27 derajat Kunci jawaban ( d ) C. Validitas Tes 1. Pengertian Validitas
Suatu tes hasil balajar dapat dikatakan baik jika memiliki ciri atau mempunyai sifat valid atau shahih atau memiliki validitas. Kata valid sering diartikan dengan tepat, benar, shahih, absah. Jadi kata validitas dapat diartikan dengan ketepatan, kebenaran, keshahihan, atau keabsahan.60
Apabila kata valid dikaitkan dengan fungsi tes sebagai alat pengukur, maka sebuah tes dikatakan valid jika tes tersebut dengan secara tepat, secara benar, secara shahih, atau secara absah dapat mengukur apa yang seharusnya diukur.
Menurut Anne Anastasi, dalam bukunya: Psycholpgical Testing, yang dikutip oleh Sumadi Suryabrata mendefinisikan validitas tes sebagai berikut:
“Validity, i.e., the degree towhich the test actually measures what it purports to measures”.61
Artinya: Validitas ialah tingkat dimana dengan sesungguhnya sebuah tes dapat mengukur apa yang hendak diukur.
Menurut Muhammad Abdul Kholik Muhammad dalam kitabnya
Ikhtibaarootun al-Lughoh, mendefinisikan validitas tes adalah sebagai
berikut:
قﺪﺼﻟا
:
ﻊﺿو ىﺬﻟا ﺊﻴﺸﻟا رﺎﺒﺘﺧﻻا ﺲﻴﻘﻳ ىﺪﻣ ﻰﻟا ﻰﻨﻌﻳ رﺎﺒﺘﺧﻻا قﺪﺻ نا
ﻪﻠﺟا ﻦﻣ
62Artinya: “Validitas tes adalah sejauh mana tes tersebut dapat mengukur apa-apa yang hendak diukur”.
Dengan demikian alat evaluasi, khususnya tes hasil belajar dapat dikatakan tes yang valid apabila tes tersebut betul-betul dapat mengukur hasil belajar.63 Jadi bukan sekedar mengukur daya ingatan atau kemampuan bahasa saja.
2. Macam-macam Validitas
Validitas sebuah tes dapat diketahui dari hasil pemikiran dan dari hasil pengalaman. Dua hal yang pertama akan diperoleh validitas logis
61 Sumadi Suryobroto, Op. Cit., hlm. 23.
62 Muhammad Abdul Kholik Muhammad, Ikhtibaarootun al-Lughoh, (Jam’iah Malik Su’ud:
1989), hlm. 48.
(logical validity) dan hal yang kedua diperoleh validitas empiris (empirical
validity). Dua hal inilah yang dijadikan dasar pengelompokkan validitas.64
Secara garis besar ada dua macam validitas, yaitu: validitas tes dan validitas butir.65
a. Validitas Tes
Adapun jenis validitas tes secara umum dapat dikelompokkan ke dalam 2 pengelompokkan, yaitu validitas logis dan validitas empiris. 1) Validitas logis
Validitas logis mengandung arti logika/penalaran. Dengan demikian maka validitas logis untuk sebuah instrumen evaluasi menunjuk pada kondisi bagi sebuah instrumen yang memenuhi persyaratan valid berdasarkan hasil penalaran dan sudah dirancang secara baik, sesuai dengan teori dan ketentuan yang berlaku.
Tes hasil belajar yang setelah dilakukan penganalisisan scara rasional ternyata memiliki daya ketepatan mengukur, disebut tes hasil belajar yang telah memiliki validitas logika (logical validity). Istilah lain untuk validitas logika adalah: validitas rasional, validitas ideal, atau validitas das sollen.66
Ada dua macam validitas logis yang dapat dicapai oleh sebuah instrumen, yaitu: validitas isi dan validitas konstruksi.
a) Validitas isi
Validitas isi artinya kejituan daripada suatu tes tersebut suatu tes hasil belajar dikatakan valid, apabila materi tes tersebut betul-betul merupakan bahan-bahan yang representatif terhadap bahan-bahan pelajaran yang diberikan.67 Dan validitas isi mempersoalkan apakah isi butir tes yang diujikan itu
64 Suharsimi Arikunto, Op. Cit., hlm. 66. 65 Anas Sudijono, Op. Cit., hlm. 65. 66 Ibid., 164.
mencerminkan isi materi kurikulum yang seharusnya diukur atau tidak.68
b) Validitas konstruksi
Validitas konstruksi dapat diartikan sebagai validitas yang bertilik dari segi sususan, kerangka, atau rekaan. Sehingga tes hasil belajar dapat dinyatakan memiliki validitas konstruksi, apabila tes hasil belajar tersebut ditinjau dari segi susunan, kerangka, atau rekaannya telah dapat secara tepat mencerminkan suatu konstruksi dalam teori psikologis.69 Artinya dalam susunan atau kerangkanya benar-benar tepat mengukur aspek-aspek berfikir (aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotor). Cara lain untuk menetapkan validitas konstruksi adalh menghubungkan (korelasi) alat penilaian yang dibuat dengan alat penilaian yang sudah baku (standardized) seandainya sudah ada yang baku. Bila menunjukkan koefisien korelasi yang tinggi, maka alat penilaian tersebut memenuhi validitasnya.70
2) Validitas empiris
Dimaksud dengan validitas empiris adalah memiliki pengertian penga;laman, sehingga sebuah instrumen dikatakan memilki validitas empiris apabila sudah diuji dari pengalaman. Dengan demikian validitas empiris tidak dapat diperoleh hanya dengan jalan menyusun instrumen berdasarkan ketentuan seperti halnya validitas logis, tetapi harus dibuktikan dengan hasil analisis yang dilakukan terhadap data hasil belajar itu dengan secara tepat telah dapat mengukur hasil belajar yang seharusnya diukur.
Ada dua cara untuk mengetahui apakah tes hasil belajar itu sudah memiliki validitas empiris ataukah belum, yakni dari segi daya
68 Chabib Thoha, Op. Cit., hlm. 111. 69 Ibid., hlm. 166.
ketepatan meramalnya (prediktive validity) dan daya ketepatan bandingannya atau “ada sekarang” (concurrent validity).71
a) Validitas ramalan
Memprediksi artinya meramal, dan meramal selalu mengenai hal yang akan datang, jadi sekarang belum terjadi. Sebuah tes memiliki validitas ramalan atau prediksi apabila mempunyai kemampuan untuk meramalkan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang.72
Jika sebuah Perguruan Tinggi mampu meramalkan keberhasialan peserta tes dalam megikuti kuliah dimasa yang akan datang. Calon yang tersaring berdasarkan hasil tes diharapkan mencerminkan tinggi rendahnya kemampuan mengikuti kuliah.
Sebagai alat pembanding validitas prediksi adalah nilai-nilai yang diperoleh setelah peserta tes mengikuti pelajaran di Perguruan Tinggi. Jika ternyata siapa yang memiliki nilai tes tinggi ternyata gagal dalam ujian semester I dibandingkan dengan yang dahulu niali tesnya lebih rendah maka tes masuk yang dimaksud tidak memilki validitas prediksi.
b) Validitas bandingan atau “ada sekarang”
Validitas bandingan suatu tes artinya membuat tes yang memilki perbandingan atau kesamaan dengan tes yang sejenis yang telah ada atau yang telah dibakukan. Perbandingan atau kesamaan tes terlingkupnya abilitas yang diukurnya, sasaran atau obyek yang diukurnya, serta waktu yang diperlukan. Perbandingan dan kesamaan suatu tes adalah indeks korelasi berdasarkan perhitungan korelasi. Apabila menunjukkan indeks korelasi yang cukup tinggi, yakni mendekati angka satu (korelasi sempurna),
71 Anas Sudijono, Op. Cit., hlm. 168 72 Suharsimi Arikunto, Op. Cit., hlm. 66.
berarti tes yang tersusun sudah memiliki validitas bandingan atau kesamaan.73
b. Validitas Butir
Dimaksud dengan validitas butir dari suatu tes adalaah ketepatan mengukur yang dimiliki oleh sebutir soal (yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari tes sebagai suatu totalitas), dalam mengukur apa yang seharusnya diukur lewat butir soal tersebut.74
Apabila kita perhatikan secara cermat, maka tes-tes hasil belajar yang dibuat atau disusun oleh guru atau para pengajar sebenarnya adalah merupakan kumpulan dari sekian banyak butir-butir soal; dengan butir mana, penyusun tes ingin mengukur atau mengungkap hasil belajar yang telah dicapai oleh masing-masing individu peserta didik, setelah mereka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu. Eratnya hubungan antara butir soal dengan tes hasil belajar sebagai suatu totalitas itu kiranya dapat dipahami dari kenyataan, bahwa semakin banyak butir-butir item yang dapat dijawab dengan betul oleh testee, maka skor total hasil tes itu akan semakin tinggi. Sebaliknya semakin sedikit butir-butir item yang dapat dijawab betul oleh testee, maka skor-skor total hasil tes itu akan semakin rendah atau semakin menurun.
Dengan demikian sebutir soal dapat dikatakan telah memiliki validitas yang tinggi atau dapat dikatakan valid, jika skor-skor pada butir soal yang bersangkutan memiliki kesesuaian atau kesejajaran arah dengan skor totalnya: atau dengan bahasa statistik. Ada korelasi positif yang signifikan anatra skor butir dengan skor totalnya.75
73 Nana Sudjana, Op. Cit., hlm. 15-16. 74 Anas Sudiono, Op. Cit., hlm. 182 75 Ibid., hlm. 184.
Bagan Tentang Validitas Tes dan Validitas Butir.76
3. Teknik Pengujian Validitas
Penganalisisan terhadap tes hasil belajar sebagai suatu totalitas dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, penganalisisan yang dilakukan dengan jalan berfkir secara rasional atau dengan penganalisisan dengan menggunakan logika (logical analysis). Kedua, penganalisisan yang dilakukan dengan mendasarkan diri kepada kenyataan empiris, imana penganlisisan dilaksanakan dngan menggunakan empirical analysis.77
Untuk dapat menentukan apakah tes hasil belajar sudah memiliki validitas rasional ataukah belum, dapat dilakukan penelusuran dari segi isinya (content), dan dari segi susunan dan konstruksinya (construct).
Sedangkan untuk mengetahui apakah tes hasil belajar sudah memiliki validitas empiris ataukah belum, dapat dilakukan penelusura dari dua segi,
76 Ibid., hlm. 191. 77 Ibid., hlm. 163. Logical validity = Validitas logika = Validitas rasional= Validitas ideal = Validitas das sollen
Content validity = Validitas isi = Validitas kurikuler Construk validity = Validitas konstruksi = Validitas susunan Empiris validity = Validitas empiris = Validitas lapangan = Validitas das sein
Concurrent validity = Validitas bandingan = Validitas pengalaman = Validitas ada sekarang Prediktive validity = Validitas ramalan
Validitas tes
Validitas
yaitu dari segi daya ketepatan meramalnya (prediktive validity) dan daya ketepatan bandingnya (concurrent validity).78
Kemudian untuk melakukan pengujian validitas ramalannya dengan krierium yang telah ditentukan itu, cara yang sreing digunakan adalah dengan menerapkan Teknik Analisis Korelasi Product Momen dari Kerl Pearson.79 Selanjutnya untuk melakukan pengujian validitas bandingan juga dapat menerapkan teknik yang sama dengan validitas ramalan.
4. Teknik Pengujian Validitas Butir
Dari uraian yang telah dikemukakan di atas kiranya menjadi cukup jelas bahwa sebutir soal dapat dikatakan telah memiliki validitas yang tinggi atau dapat dinyatakan valid, jika skor-skor pada butir soal yang bersangkutan memiliki kesesuaian dan kesejajaran arah dengan skor totalnya; atau dengan bahasa statistik: Ada korelasi positif yang signifikan antara skor butir dengan skor totalnya. Skor total disini berkedudukan sebagai variabel terikat (dependent variable), sedangkan skor butir berkedudukan sebagai variabel bebas (independent variable). Dengan demikian, maka untuk sampai pada kesimpulan bahwa butir-butir yang ingin diketahui validitasnya, yaitu valid ataukah tidak, kita dapat menggunakan teknik korelasi sebagai teknik analisisnya. Sebutir soal dapat dinyatakan valid, apabila skor butir yang bersangkutan terbukti mempunyai korelasi yang positif, yang signifikan dengan skor totalnya. Seperti diketahui, pada tes obyektif maka hanya ada dua kemungkinan jawaban, yaitu betul dan salah. Setiap butir soal yang dijawab dengan betul umumnya diberi skor 1 (satu), sedangkan untuk setiap jawaban yang salah diberikan skor 0 (nol). Jenis data seperti ini dalam dunia ilmu statistik dikenal dengan nama data diskret murni atau data dikotomik.80
Sedangkan skor total yan dimiliki oleh masing-masing individu testee adalah merupakan hasil penjumlahan dari setiap skor yang dimilki oleh masing-masing butir soal adalah merupakan data kontinyu.81
78 Ibid., hlm. 168.
79 Ibid., hlm. 170. 80 Ibid., hlm. 185. 81 Ibid., hlm. 184-185.
Menurut teori yang ada, apabila variabel I berupa data kontinyu (skor hasil tes), sedangkan variabel II berupa data diskrit murni (betul atau salahnya testee dalam menjawab)., maka korelasi yang tepat untuk digunakan dalam mencari korelasi antara variabel I dengan variabel II adalah teknik korelasi point biserial (rpbis).
82
D. Pendidikan Fiqh
1. Pengertian Pendidikan Fiqh
Dalam konteks kurikulum madrasah, Pendidikan Fiqh yaitu bagian dari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) yang diarahkan untuk menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati dan mengamalkan hukum Islam yang kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan serta penggunaan pengalaman. Dengan demikian Pendidikan Fiqh tidak hanya memperkenalkan siswa tentang hukum sesuatu, tidak hanya membekali ketrampilan melaksanakan hukum pada siswa melainkan juga mendorong siswa untuk mentaati hukum.83
Mata pelajaran fiqh meliputi : fiqh ibadah, fiqh muamalah, hukum keluarga, fiqh jinayah dan fiqh siyasah yang menggambarkan bahwa ruang lingkup fiqh mencakup perwujudan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan hubungan manusia dengan Alloh SWT., dengan diri sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya, maupun lingkungannya (hablun minallah
wa hablun minannas).84
2. Kurikulum Fiqh
Yang dimaksud kurikulum disini adalah Kurikulum 2004 atau sering disebut dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Kompetensi itu
82 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Rajawali, 1991), hlm. 245. 83 Nasirudin, Jurnal Pendidikan Islami, Volume 14, Nomor 1, Mei 2005, (Jakarta: Fakultas
Tarbiyah IAIN Walisongo, 2005), hlm. 35.
84 Departemen Agama RI Direktorat Jenderal kelembagaan Agama Islam, Kurikulum 2004
sendiri adalah perpaduan dari pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Kompetensi seperti ini bisa diterapkan dalam Pendidikan Fiqh, karena dalam Pendidikan Fiqh juga mencakup pengetahuan, ketrampilan dan sikap.85
a. Tujuan Pendidikan Fiqh
Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), tujuan Pendidikan Fiqh harus mencakup kompetensi yang mencakup pengetahuan, ketrampilan dan sikap. Dengan demikian tujuan Pendidikan Fiqh yaitu mengetahui hukum Islam (kognitif), mentaati hukum (afektif), dan terampil melaksanakan hukum (psikomotor). Mengetahui hukum berarti siswa mengetahui hukum sesuatu, misalnya hukum mensholati jenazah, syarat dan rukun sholat dan sebagainya. Mentaati hukum berarti siswa mau menerima dan mematuhi ketentuan hukum yang telah ditetapkan oleh Alloh SWT. Terampil dan melaksanakan hukum berarti siswa mahir melaksanakan hukum yang dibebankan kepadanya, misalnya terampil malaksanakan sholat baik rukun perbuatan maupun rukun perkataan.86
b. Materi Mata Pelajaran Fiqh
Adapun materi dalam mata pelajaran fiqh meliputi beberapa aspek kajian, yaitu:87
1) Ibadah
Ibadah yaitu bentuk amaliah sebagai penghambaan seorang mukallaf kepada Alloh, seperti sholat, puasa, zakat, haji dan jihad. 2) Muamalah
Muamalah yaitu aktifitas memperoleh, memanfaatkan, menjaga dan mengembangkan harta benda, kaitannya dengan interaksi seseorang dengan seseorang, seseorang dengan badan hukum atau badan hukum dengan badan hukum.
85 Nasirudin, Loc. Cit., hlm. 33. 86 Ibid., hlm. 35.
3) Hukum Keluarga
Hukum keluarga yaitu ikatan kekeluargaan dari awal terbentuknya sampai pada berbagai implikasinya. Hukum keluarga ini membahas tentang pernikahan beserta kaitannya seperti khitbah,
mahar, nafakah, thalaq, khadlanah, iddah, ruju’ dan sebagainya.
4) Jinayah
Jinayah yaitu perbuatan-perbuatan kriminal yang dilakukan orang-orang mukallaf. Melalui fiqh jinayah diharapkan siswa mengetahui sanksi-sanksi yang dikenakan pada para pelaku kejahatan, seperti mencuri, merampok,melukai, membunuh dan sebagainya. Dan dengan mengetahui sanksi-sanksi tersebut diharapkan siswa menghindari perbuatan kejahatan.
5) Fiqh Siyasah
Fiqh siyasah berusaha memahami hukum aktivitas yang terkait dengan politik. Misalnya perlu tidaknya negara, syarat-syarat seorang kepala negara, mekanisme pemilihan kepala negara, tugas-tugas kepala negara dan sebagainya. Dalam aspek ini siswa perlu dikondisikan dalam bentuk kerja sama atau organisasi dimana di dalamnya terdapat pembelajaran tentang kepemimpinan, mekanisme pengangkatan seorang pemimpin, tugas dan wewenang seorang pemimpin dan cara serta mekanisme pengambilan keputusan.
c. Materi Mata Pelajaran Fiqh kelas VII MTs.
Pada bagian ini, materi diambil dari buku Standar Kompetensi Madarasah Tsanawiyah, yaitu:88
Standar Kompetensi: Menguasai tata cara thaharah, pelaksanaan shalat (shalat wajib, jama’ qashar, darurat, janazah, shalat sunnah) serta mampu mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
87 Ibid., hlm. 37-41.
Tabel 1.
Kompetensi Dasar Indikator Materi Pokok Menjelaskan tata
cara bersuci dari hadats, najis dan kotoran
1. Menjelaskan macam - macam alat bersuci dari hadats, najis dan kotoran
2. Menjelaskan macam - macam air
3. Menjelaskan cara bersuci dari hadats, najis dan kotoran
Bersuci dari ha-dats, najis dan kotoran
Menjelaskan tata cara berwudlu dan mempraktekkannya
1. Menjelaskan syarat dan rukun wudlu
2. Menjelaskan sunnah wudlu 3. Menjelaskan hal - hal yang
membatalkan wudlu
4. Menghafal do’a setelah wudlu
5. Mempraktekkan cara ber-wudlu
6. Mampu melaksanakan wudlu dan do’anya
Wudlu
Menjelaskan tata cara mandi
1. Menjelaskan pengertian mandi dan dalilnya
2. Menjelaskan macam - macam mandi
3. Menjelaskan syarat, rukun dan sunnah mandi
4. Menjelaskan hal-hal yang me-wajibkan mandi
Mandi
Menjelaskan hal-hal 1. Menjelaskan pengertian haid Haid
88 Departemen Agama RI Direktorat Jenderal kelembagaan Agama Islam, Kurikulum 2004
yang berkaitan dengan haid
dan dalilnya
2. Menjelaskan siklus haid 3. Menjelaskan hal - hal yang
dilarang pada waktu haid
4. Mampu melaksanakan mandi
Menjelaskan tata cara tayamum dan mempraktekkannya
1. Menjelaskan pengertian ta-yamum dan dalilnya
2. Menjelaskan alat untuk ber-tayamum
3. Menyebutkan syarat dan ru-kun tayamum
4. Menyebutkan hal - hal yang membatalkan tayamum 5. Menjelaskan sebab - sebab
tayamum
6. Mempraktekkan tayamum
Tayamum
Menjelaskan tata cara shalat wajib
1. Menjelaskan macam-macam shalat wajib dan dalilnya 2. Menjelaskan waktu shalat
wajib
Shalat lima waktu
Menjelaskan tata cara shalat Jum’at
1. Menjelaskan macam - macam shalat wajib dan dalilnya
2. Menjelaskan waktu shalat wajib
3. Menjelaskan pengertian shalat Jum’at dan dalilnya
4. Menjelaskan syarat - rukun shalat Jum’at
Tata cara Shalat Jum’at
5. Menjelaskan sunnah shalat Jum’at
6. Mau melaksanakan shalat Jum’at
Menjelaskan tata cara pelaksanaan shalat berjama’ah
1. Menjelaskan pengertian shalat berjama’ah dan dalilnya
2. Menjelaskan hukum shalat ber jama’ah
3. Menjelaskan syarat imam dan makmum
4. Menjelaskan tata cara mem-buat shaf (baris) dalam ber-jama’ah
5. Mempraktekkan shalat ber-jama’ah
6. Menjelaskan pengertian mak-mum masbuq
7. Menjelaskan cara shalat mak-mum masbuq
8. Menjelaskan cara - cara meng-ingatkan imam yang lupa Shalat Jama’ah Menjelaskan tata cara pelaksanaan shalat jama’ 1. Menjelaskan pengertian shalat jama’ dan dalilnya
2. Menjelaskan macam - macam shalat jama’
3. Menjelaskan shalat yang boleh dijama’
4. Menjelaskan syarat shalat
jama’
5. Menjelaskan tata cara shalat jama’
6. Mempraktekkan shalat jama’ Menjelaskan tata
cara melaksanakan shalat qashar
1. Menjelaskan pengertian shalat qashar dan dalilnya
2. Menjelaskan shalat yang boleh diqashar
3. Menjelaskan syarat shalat qashar
4. Menjelaskan pengertian shalat jama’ qashar
Shalat Qashar
Menjelaskan tata cara shalat dalam keadaan darurat
1. Menjelaskan pengertian shalat dalam keadaan darurat dan dalilnya
2. Menjelaskan tata cara shalat dalam keadaan sakit
3. Menjelaskan tata cara shalat di dalam kendaraan
4. Mempraktekkan shalat dalam keadaan darurat
Shalat dalam keadaan darurat
Menjelaskan tata cara shalat janazah
1. Menjelaskan pengertian shalat janazah dan dalilnya
2. Menjelaskan hukum shalat janazah
3. Menjelaskan syarat dan rukun shalat janazah
4. Melafalkan bacaan shalat janazah
5. Menjelaskan pengertian
shalat ghaib
6. Mempraktekkan shalat janazah
7. Mau melaksanakan shalat janazah
Menjelaskan tata cara rawatib
1. Menjelaskan pengertian shalat rawatib dan dalilnya
2. Menjelaskan macam-macam shalat rawatib
3. Menjelaskan rukun shalat rawatib
4. Menjelaskan bilangan shalat rawatib
5. Mau melaksanakan shalat rawatib
Shalat sunnah rawatib
Menjelaskan tata cara shalat sunnah malam
1. Menjelaskan pengertian shalat sunnah malam dan dalilnya
2. Menjelaskan waktu shalat malam
3. Menjelasakn macam-macam shalat malam
4. Menjeaskan bilangan shalat malam
5. Mau melaksanakan shalat malam
Shalat sunnah malam
Menjelaskan tata cara shalat sunnah ‘Id
1. Menjelaskan pengertian shalat ‘Id dan dalilnya
2. Menjelaskan macam-macam shalat ‘Id
Shalat sunnah ‘Id
3. Menjelaskan waktu shalat ‘Idul Fitri dan ‘Idul Adha 4. Menjelaskan tata cara shalat
‘Id
5. Mau melaksanakan shalat ‘Id Menjelaskan tata
cara shalat dluha
1. Menjelaskan pengertian shalat dluha dan dalilnya
2. Menjelaskan rakaat dluha 3. Menjelaskan tata cara shalat
dluha
4. Melafalkan do’a shalat dluha 5. Mau melaksanakan shalat
dluha
Shalat dluha
Menjelaskan cara tahiyyatul masjid
1. Menjelaskan pengertian shalat tahiyyatul masjid dan dalilnya
2. Menjelaskan tata cara shalat tahiyyatul masjid
3. Melafalkan do’a masuk masjid
4. Menjelaskan pengertian dan tata cara i’tikaf
5. Mau melaksanakan shalat tahiyyatul masjid i’tikaf
Shalat tahiyyatul masjid
3. Pendekatan Pembelajaran Fiqh
Cakupan materi pada setiap aspek dikembangkan dalam suasana pembelajaran yang terpadu, meliputi:89
89 Ibid., hlm. 49.
a. Pendekatan Keimanan, yang mendorong peserta didik untuk menembangkan pemahaman dan keyakinan tentang adanya Alloh SWT. Sebagai sumber kehidupan.
b. Pengamalan, mengkondisikan peserta didik untuk mempraktekkan dan merasakan hasil-hasil pengamalan isi mata pelajaran fiqh dalam kehidupa sehari-hari.
c. Pembiasaan, melaksakan pembelajaran dengan membiasakan sikap dan perilaku yang baik, sesuai dengan ajaran Islam yang terkandung dalam Al Qur’an dan Hadits serta dicontohkan oleh para ulama.
d. Rasional, usaha meningkatkan kualitasproses dan hasil pembeljaran fiqh dengan pendekatan yang memfungsikan rasio peserta didik, sehingga isi dan nilai-nilai yang ditanamkan mudah dipahami dengan penalaran.
e. Emosional, upaya menggugah perasaan (emosi) peserta didik dalam menghayati pelaksanaan ibadah sehingga lebih terkesan dalam jiwa peserta didik.
f. Fungsional, menyajikan materi fiqh yang memberikan manfaat nyata bagi peserta didk dalam kehidupan sehari-hari dalam arti luas.
g. Keteladanan, yaitu pendidikan yang menmpatkan danmemerankan guru serta komponen madrasah lainnya sebagai teladan; sebagai cerminan individu yang mengamalkan materi pembelajaran fiqh.
4. Obyek Penilaian Mata Pelajaran Fiqh
Adapun obyek penilaian pada mata pelajaran fiqh di MTs. mencakup tiga domain (tiga ranah), yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Masing-masing domain dapat dirinci sebagai berikut:90
90 Departemen Agama RI Direktorat Jenderal kelembagaan Agama Islam, Penilaian Berbasis
a. Ranah Kognitif
1) Pengetahuan, yaitu mengetahui tentang hal-hal khusus, peristilahan, fakta-fakta khusus, prinsip-prinsip, dan kaidah-kaidah.
Contoh soal:
Janji untuk melakukan suatu perbuatan karena telah berhasil melakukan sesuatu, sehingga menghasilkan hukum wajib disebut….. a. Nazar
b. Hajat c. Janji d. Ikrar
Kunci jawaban ( a )
2) Pemahaman, yaitu mampu menerjemahkan, menafsirkan, menentukan, memperkirakan, dan mengartikan.
Contoh soal:
Seorang pelajar Brebes bepergian ke Jember untuk menuntut ilmu, berangkat dari rumah jam 11.00 menggunakan bus, di tengah perjalanan bus istirahat jam 16.00. Pelajar tersebut kemudian mengerjakan shalat dzuhur 2 rakaat dan ashar 2 rakaat, shalat tersebut dinamakan…….
a. Shalat jama’ taqdim b. Shalat jama’ takhir
c. Shalat qashar jama’ taqdim d. Shalat qashar jama’ takhir Kunci Jawaban ( d )
3) Penerapan, yaitu mampu memecahkan masalah, membuat bagan/grafik, menggunakan istilah atau konsep-konsep.
Contoh soal:
Jika seseorang hendak melaksanakan shalat maghrib berjamaah di Masjid, tetapi dia menemui shalat berjamaah sudah duduk tasyahud awal. Apa yang harus dilakukan oleh orang tersebut….
a. Tidak jadi shalat berjamaah b. Pulang dan shalat sendirian
c. Mencari teman untuk diajak shalat berjamaah d. Ikut shalat dan langsung duduk tasyahud awal Kunci Jawaban ( d )
4) Analisis, yaitu mampu mengenali kesalahan, membedakan, menganalisis unsur-unsur, hubungan-hubungan, dan prinsip-prinsip organisasi.
Contoh soal:
a. Di bawah ini adalah rukun wudlu secara berurutan…….
b. Niat, membasuh muka, mengusap sebagian kepala, membasuh kedua tangan, membasuh kedua kaki dan tertib.
c. Niat, membasuh muka, membasuh kedua tangan, membasuh muka, mengusap sebagian kepala, membasuh kedua kaki dan tertib
d. Membasuh muka, niat, membasuh kedua tangan, mengusap sebagian kepala, mengusap kedua kaki dan tertib
e. Membasuh muka, membasuh kedua tangan, mengusap sebagian kepala, membasuh kedua telinga, membasuk kedua kaki dan tertib Kunci Jawaban ( b )
5) Sintesis, yaitu mampu menghasilkan, menyusun kembali dan merumuskan.
Contoh soal:
Islam, Baligh, Berakal, laki-laki, merdeka, mukim dan tidak ada halangan. Ini termasuk…….
a. Syarat wajib shalat fardlu b. Syarat wajib shalat Jum’at c. Syarat sah shalat fardlu d. Syarat sah shalat Jum’at Kunci Jawaban ( b )
6) Penilaian, yaitu mampu menilai berdasarkan norma tertentu, mempertimbangkan dan memilih alternatif.
Contoh soal:
Zakat wajib diberikan kepada delapan asnat, dan yang lebih di utamakan bagi mustahiq adalah………..
a. Ghorim c. Amil
b. Fakir Miskin d. Sabilillah Kunci Jawaban ( b )
b. Ranah Afektif
1) Penerimaan, yaitu mampu menunjukkan, mengakui, mendengarkan dengan sungguh-sungguh.
Contoh soal:
Jika khotib sedang berkhutbah, yang kamu lakukan? a. Mendengarkan khutbah dengan hidmat
b. Mendengarkan khutbah tanpa konsentrasi c. Mendengarkan khutbah dengan mengantuk d. Mendengarkan khotbah sambil membaca Qur’an Kunci Jawaban ( a )
2) Partisipasi, yaitu mematuhi ikut serta aktif. Contoh soal:
Bedug shalat Jum’at sudah ditabuh, mendengar itu kamu akan segera…..
a. Pergi ke Masjid
b. Pergi ke Masjid kalau sudah banyak orang c. Pergi ke Masjid jika khutbah selesai d. Pergi ke Masjid sedini mungkin Kunci Jawaban ( d )
3) Penilaian/penentuan sikap, yaitu mampu menerima suatu nilai, menyukai, menyepakati, menghargai, bersikap (positif/negatif), dan mengakui.
Contoh soal:
Bagaimana sikap anda ketika sedang mendengarkan khutbah teman di sebelah mengajak cerita kepada anda!
a. Menghiraukan cerita teman anda
b. Asyik mendengarkan khutbah dan cerita teman anda c. Menyuruh diam dengan ucapan “ceritanya nanti saja”
d. Memberi isyarat diam dengan menempelkan telunjuk ke bibir Kunci Jawaban ( d )
4) Organisasi, yaitu mampu membentuk sistem nilai, menangkap relasi antar nilai, bertanggung jawab dan menyatukan nilai.
Contoh soal:
Jika hari jam 07.00 WIB anda masih rapat penting di Tegal kira-kira selasai jam 11.15 WIB
5) Pembentukan pola hidup, yaitu menunjukkan, mempertimbangkan, dan melibatkan diri.
Contoh soal:
Di pagi yang dingin kamu masih nikmat-nikmatnya tidur. Kemudian terdengar azdan shubuh membangunkanmu. Yang akan kamu lakukan adalah…..
a. Tidur lagi tanpa menghiraukan azdan b. Merapatkan selimut dan melanjutkan tidur c. Menjawab seruan azdan, ambil wudlu dan shalat d. Menjawab seruan azdan dan tidur lagi
Kunci Jawaban ( c )
c. Ranah Psikomotor
1) Persepsi, yaitu mampu manafsirkan rangsangan, peka terhadap rangsangan, mendiskriminasikan.
Dalam penilaian ini seorang guru menilai siswa dari kemampuan menafsirkan perintah (siswa tanggap dengan perintah yang diberikan)
2) Kesiapan, yaitu mampu berkonsentrasi dan menyiapkan diri (fisik dan mental).
Dalam penilaian ini seorang guru menilai dari kesiapan siswa secara fisik dan mental ketika guru sedang memberikan penilaian tindakan (ujian praktek).
3) Gerakan terbimbing, yaitu mampu meniru contoh Contoh soal:
Coba kamu praktekkan shalat jenazah seperti yang sudah dicontohkan!
4) Gerakan terbiasa, yaitu mampu berketrampilan dan berpegang pada pola.
Dalam penilaian ini seorang guru menilai kemampuan siswa sesuai dengan pola (aturan) yang ada.
5) Gerakan komplek, yaitu mampu berketrampilan secara lancar, luwes, supel, gesit dan lincah.
Contoh soal:
Coba praktekkan tayamum!
6) Penyesuaian pola gerakan, yaitu mampu menyesuaikan diri dan berinisiatif.